Contoh 4
Contoh 4
NOMOR: ........
Tentang
KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI
DIREKTUR RSUD BALARAJA
Menimbang
di
rumah sakit.
b.
Mengingat
c.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
:
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD Balaraja Tentang
PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI;
Kedua
di RSUD
Keempat
Kelima
jawab atas
melaporkan
pelaksanaan
pelaksanaan
Ditetapkan : Balaraja
Tanggal
a.
b.
c.
Mengingat
1.
2.
3.
Menetapkan
Pertama
:
: KEPUTUSAN KEPALA RS X TENTANG KEBIJAKAN PENGGUNAAN
ANTIBIOTIKA DI RSUD Balaraja
Kedua
Ketiga
Keempat
: Komite PPIRS dalam hal ini sub komite PPRA bertanggung jawab
atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan melaporkan pelaksanaan
kebijakan tersebut kepada Kepala RSUD Balaraja.
Kelima
Ditetapkan : Balaraja
Tanggal
Lampiran
Keputusan
Nomor
:
:
:
Tanggal
Kebijakan Khusus
b.
c.
2.
3.
4.
Lini
Lini 1
Lini 2
Lini 3
Lini 4
Jenis AB
Amoksisilin
Eritromisin
Trimetropim
Sulfametoxazol
Cefadroxil
Amoxiclav
Ceftriaxone
Cefixime
Ampisilin Sulbactam
Ciprofloxacin
Ceftazidim
Cefeperazon
Sulbactam
Levofloxacin
Fosfomycin
Aztreonam
Tygecillin
Meropenem
Doripenem
Imipenem
Vancomycin
Linezolid
Tiecoplanin
Ertapenem
PJ
Dokter Umum
Dokter Umum
Dokter Spesialis
Dokter Spesialis
Dokter Spesialis
IPCD
Dokter
Spesialis
IPCO / KIC
Berdasar klinis dan
kultur
Persetujuan
Tim
PPRA
Lampiran
Keputusan
Nomor
:
:
:
Tanggal
:
KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI
RSUD BALARAJA
I.
KEBIJAKAN UMUM
1.
2.
3.
4.
II.
KEBIJAKAN KHUSUS
Penempatan pasien tidak infeksius.
Menggunakan kewaspadaan standar :
1.
Penempatan Pasien. Pasien bisa ditempatkan di semua
ruang perawatan kecuali ruang Isolasi di Unit Perawatan
Paru.
2.
3.
Kebersihan Tangan
a.
b.
4.
mikroorganisme
ke
pasien
lain
atau
lingkungan.
Masker, Pelindung Mata,dan Pelindung Wajah.
Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah untuk
melindungi lapisan mukosa pada mata, hidung dan mulut
ternodanya
pakaian
saat
mikroorganisme
ke
pasien
lain
atau
lingkungan.
Peralatan Perawatan Pasien dan ekskresi hendaknya
diperlakukan sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan
dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian,
dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain
dan lingkungan. Pastikan bahwa peralatan yang dapat
dipakai ulang tidak dipakai lagi untuk pasien lain sebelum
dibersihkan dan diproses selayaknya. Pastikan bahwa
peralatan sekali pakai, dan yang terkontaminasi darah, cairan
7.
8.
Linen.
Tangani,
tranportasikan
dan
proseslah
linen
yang
lingkungan.
Kesehatan Karyawan dan Penularan Penyakit Melalui
10.
11.
12.
mulut
(mouth-to-mouth
secara
resuscitation),
berkala
seperti
a.
sebagai berikut :
a.
Ruangan bertekanan udara negatif dibandingkan
b.
c.
ke
tersendiri
diinginkan,
perawatan
konsultasikan
pengendalian
2.
dan
infeksi
gabung
dengan
sebelum
tidak
petugas
menempatkan
pasien.
Perlindungan Pernafasan (Masker).
Gunakan masker partikulat N-95 bila memasuki kamar
pasien yang diketahui atau dicurigai menderita airborne
disease (Tbc, Varicela, rubella dll). Orang-orang yang sensitif
dilarang memasuki kamar pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita airborne disease. Petugas yang kebal
pada
measles
(rubeola)
atau
varicella
tidak perlu
b.
Transmisi Droplet.
1.
2.
3.
c.
Transmisi kontak
1.
2.
3.
4.
5.
Kabupaten Tangerang
a.
Bahwa
dalam
upaya
meningkatkan
pelayanan
dan
b.
personel
dilakukan
pemeriksaan
kesehatan
Mengingat :
1.
2.
2009
tentang Kesehatan;
3.
Keputusan
Menteri
1087/Menkes/SK/VIII/2010
Kesehatan
RI
Nomor
dan
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
Ditetapkan : Balaraja
Tanggal
Lampiran
Keputusan
Nomor
Tanggal
:
:
:
:
1.
2.
Bentuk pemeriksaan
kesehatan karyawan
adalah
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan
kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus.
3.
Pemeriksaan
kesehatan
dilaksanakan
berdasarkan
pedoman dan petunjuk pelaksanaan dari SPO yang telah
direkomendasikan.
4.
Kebijakan Khusus
1.
2.
3.
Karyawan
Rumah Sakit yang telah mengalami
kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan
yang lebih dari 2 (dua) minggu.
b.
c.
d.
e.
f.
penyelenggaraan
pelayanan
pencegahan
dan
Mengingat
Kesatu
Kedua
Balaraja;
Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RSUD
Ketiga
Keempat
Kelima
ditetapkan,
dan
apabila
Ditetapkan : Balaraja
Tanggal
Lampiran
Keputusan
Nomor
Tanggal
a.
:
:
:
:
KEBIJAKAN
UMUM
KEBIJAKAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI.
RSUD BALARAJA
1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu
dilandasi dengan cinta kasih, tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, dan memperhatikan mereka yang lemah dan
kurang mendapat perhatian (option for the poor).
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu
berorientasi pada mutu layanan,
keselamatan pasien, dan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi pasien, keluarga dan
masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, Misi, Falsafah dan
Tujuan Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi.
3. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu
berfokus
pada
pasien
(patient
centeredness)
dengan
melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan,
memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian
pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien,
keluarga dan masyarakat.
4. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari,
kecuali beberapa unit pelayanan tertentu.
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu
melalui kegiatan Plan-Do-Check-Action (PDCA).
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
b.
KEBIJAKAN
KHUSUS
1.
2.
3.
invasif
Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan
Mempersiapkan makanan
Memberi makan pasien
Meninggalkan rumah sakit
Diantara :
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
4.
tangan :
Petugas klinis setiap 2 minggu sekali(ruang
keperawatan, UGD, ICU, OK,rawat jalan,
kamar bayi, VK, rehabilitasi medik,
Gisi) .
l. Dengan memperhatikan 4,5,6 kebersihan tangan.
sebelum kontak dengan pasien (Momen 1
menurut WHO).
Petugas non-klinis setiap sebulan sekali
(kamar cuci, farmasi, dapur,IPSRS, sanitasi,
kamar
jenazah)
:
sesuai
indikasi
kebersihantangan secara umum.
Kepatuhan kebersihan tangan melibatkan
petugas klinis maupun nonklinisdengan
sasaran 30 % dari jumlah masing-masing
profesi (Dokter,Perawat,Fisioterapi dan Gizi).
m. Dengan memperhatikan 4,5,6 kebersihan tangan.
sebelum kontak dengan pasien (Momen 1 menurut WHO).
Petugas non-klinis setiap sebulan sekali
(kamar cuci, farmasi, dapur,IPSRS, sanitasi,
kamar
jenazah)
:
sesuai
indikasi
kebersihantangan secara umum.
Kepatuhan kebersihan tangan melibatkan
petugas klinis maupun nonklinisdengan
sasaran 30 % dari jumlah masing-masing
profesi (Dokter,Perawat,Fisioterapi dan Gizi).
n. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada
petugas, pasien, keluarga dan pengunjung yang
merupakansalah satu bagian dari proses penerimaan
pasien baru.
o. Setiap petugas di RSUD Balaraja wajib mengikuti pelatihan
kebersihan tanganyang diadakan oleh rumah sakit secara
berkesinambungan mengenai prosedurkebersihan tangan
melalui orientasi dan pendidikan berkelanjutan.
p. Dilakukan monitoring kepatuhan kebersihan tangan
petugas (dokter,perawat,fisioterapi,gizi) setiap 2 minggu
sekali pada hari selasa pada setiap minggu ke 2.
q. Setiap minggu ke 2 hari selasa seluruh karyawan bebas
assesoris tangan.
KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI
Merupakan tambahan kewaspadaan standarditerapkan pada
pasien rawat inap yang suspek atau telah ditentukan jenis
infeksinya,berdasarkan cara transmisi kontak, droplet atau
airbone. Tatalaksana administratifmeliputi percepatan akses
diagnosis, pemisahan penempatan pasien, mempersingkatwaktu
pelayanan di rumah sakit, penyediaan paket perlindungan petugas
; tatalaksanalingkungan meliputi penataan alur pasien, penataan
sistem
ventilasi
(natural
maupunmekanikal)
tatalaksana
penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri.
a. Rumah Sakit menyediakan penghalang untuk pencegahan
dan prosedur isolasi yang melindungi pasien, pengunjung,
staf terhadap penyakit menular dan pasien yang rentan
terhadap infeksi nosokomial ( imuno supressed )
b. Pasien dengan imuno supressed hanya di lakukan stabilisasi
keadaan untuk selanjutnya dirujuk kefasilitas kesehatan yang
lebih lengkap.
c. Rumah Sakit berencana untuk saat ini menyiapkan ruang
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
( cukup 3/4)
Wadah / container harus tertutup, tahan bocor, tidak
berkarat, mudah
dikosongkan atau diangkat, mudah dibersihkan dan berada
ditempat yangterlindungi binatang atau serangga.
b. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah
anti bocor dan tahantusukan ( safety box), tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidak.
c. Jarum dan syringe harus dimasukkan ke dalam Safety
box
d. Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang
tertutup.Pengangkutan dilakukan 2 kali.Apabila harus
menggunakan lift harus dengan lift tersendiri/RAM.
e. Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus
dilakukan di tempat pengelolaan sampah medis dalam hal
ini Rumah Sakit bekerjasama dengan pihak ketiga
f. Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD
seperti
sarung
tangan
khusus,masker,sepatu
boot,apron,pelindung mata,dan bila perlu helm
g. Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan
lingkungan, pemilihan bahan desinfektan ,cara penyiapan
dan penggunaannya dilaksanakan berdasarkan telaah
panitia PPI RS untuk mencapai efektivitas yang tinggi.
PENGELOLAAN LINEN
a. Jenis linen di RSUD Balaraja dikualifikasikan menjadi linen
bersih, linen kotor infeksius, linen kotor non infeksius
b. Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen
menggunakan kantong linen yang berbeda,linen kotor
dengan kantong linen berwarna hitam dan linen kotor
infeksius dengan kantong linen kuning
c. Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada
petugas dilakukan dengan desinfeksi kereta linen,
pengepelan/disinfeksi
lantai,
implementasi
praktik
kebersihan tangan,penggunaan alat pelindung diri (APD)
sesuai potensi resiko selama bekerja.
PENGELOLAAN MAKANAN
Pengelolaan makanan di instalasi gizi memperhatikan standar
sanitasi makanan minuman, alat, lingkungan produksi dan higiene
perorangan penjamah makanan :
a. Semua bahan makanan yang disiapkan sampai dengan
disajikan kepada pasien, pegawai atau pengunjung
dikelola sesuai pedoman dan standar prosedur pelayanan
instalasi gizi agat terhindar dari pencemaran dan penularan
infeksi melalui makanan
b. Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan
dalam keadaan bersih,terlindung dari debu, bahan kimia
berbahaya dan hewan lain serta suhupenyimpanan
disesuaikan dengan jenis bahan makanan.
c. Penjamah makanan yang kontak langsung dengan
makanan mulai dari proses penyiapan bahan sampai
dengan penyajiannya dilakukan surveilans higiene pribadi
berupa monitoring kultur mikrobiologi swab rektal,
dikoordinasikan dan di bawahtanggung jawab Komite K3
RS.
d. Petugas unit harus dalam kondisi sehat dan dilakukan
pemeriksaan berkala selama 6 (enam) bulan sekali.
PENDIDIKAN dan PELATIHAN PENCEGAHAN dan
15.
16.
17.
PENGENDALIAN INFEKSI RS
Direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan
berkesinambungan oleh bagianPendidikan dan Pelatihan
(DIKLAT) bekerjasama dengan Komite PPI RS
untukmenjamin setiap petugas yang berada dan bekerja di
RS (termasuk peserta didik dankaryawan kontrak)
memahami dan mampu melaksanakan program PPI RS ,
khususnya kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berbasis transmisi.
a. Seluruh SDM baru di RS wajib mengikuti program
orientasi, termasuk materi PPIRS
b. Setiap ada mahasiswa yang akan praktek harus diberiakan
materi orientasi PPIRS.
c. Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan
dilakukan oleh bagianSDM bersama Komite PPI RS sesuai
ketentuan yang berlaku sebagai dasarperencanaan
program selanjutnya.
d. Seluruh staff dididik tentang pengelolaan infeksius.
PENDIDIKAN PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN INFEKSI
DIBERIKAN UNTUK SETIAP PASIEN.
Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi
pasien barumasuk, meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan
ketertiban membuang sampah.
PENGKAJIAN RISIKO INFEKSI PADA KONSTRUKSI
&RENOVASI di RS
a. Setiap konstruksi maupun renovasi bangunan yang
dilakukan di RS harusmengutamakan keselamatan pasien,
pengunjung dan petugas berdasarkan prinsipprinsippencegahan dan pengendalian infeksi .
b. Pengkajian risiko infeksi dibuat berdasarkan dari panduan
Infection Control RiskAssesment (ICRA).
c. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit (KPPI RS) melakukanpengkajian risiko infeksi dan
tindak lanjut berkolaborasi dengan bagianpemeliharaan
dan K3 RS.
PENGGUNAAN CAIRAN DESINFEKTAN
a) Proses desinfeksi alat dapat dikategorikan menjadi:
Peralatan Kritis/risiko tinggi: adalah peralatan medis
yang masuk kedalamjaringan tubuh steril atau
sirkulasi
darah.
Contoh
isntrumen
bedah,
kateterintravena, kateter jantung. Pengelolaannya
dengan cara sterilisasi.
Peralatan semikritis/risiko sedang: adalah peralatan
yang kontak denganmembrana mukosa tubuh. Pada
peralatan semikritis, proses sterilisasidisarankan
namun tidak mutlak, jadi bisa dilakukan disinfeksi
tingkat tinggi.
Peralatan Nonkritis/resiko rendah: adalah peralatan
yang kontak denganpermukaan kulit utuh contoh:
tensimeter,
stetoskop,
linen,
alat
makan,
lantai,perabot, tempat tidur. Untuk jenis peralatan ini
dapat digunakan disinfeksitingkat sedang sampai
tingkat rendah.
b) Disinfeksi lingkungan rumah sakit
Permukaan lingkungan : lantai, dinding, dan
permukaan meja, trolly
didisenfeksi dengan detergen netral.
Gluteraldehyde
3.4%
7
8
Propanol,
biphenylol 2.0 g
Ethanol
Chlorhexidin
Steranios
2%,
Stabimed
Primasept
Lysol
Desmanol
High level
desinfektan
Antiseptik kulit
kamar bedah
Low level
Disinfeksi
Antiseptik kulit
18.
digluconate
handrub
solution
10 Benzalkonium
Terralin
High level
chloride,
protect
desinfektan alat
phenoxyethanol
semi kritikal
PRAKTEK MENYUNTIK YANG AMAN
a. Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan
untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan
terapi.
b. Vial/ampul/botol infus untuk single use harus dapat
digunakan dengan cara yang dapat menjaga syarat
aseptik.
c. Multi dose vial digunakan
Hanya digunakan untuk satu orang pasien
Setiap mengakses via multi dose harus menggunakan
jarum dan spuit yang steril
Tidak disimpan atau dibawa ke kamar pasien atau ruang
tindakan kecuali vial tersebut hanya diperuntukkan
untuk satu orang pasien tertentu.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
KONSTRUKSI / RENOVASI RS
a. Melakukan analisis dampak renovasi dan konstruksi
terhadap kualitas udara,tingkat kebisingan .
b. Melakukan edukasi (pemasangan rambu2 atau gambar
diarea renovasi) kepada petugas ,pengunjung dan pasien.
c. Melakukan pembersihan menyeluruh dan dekontaminasi
semua permukaan, termasukdinding, langit-langit, jendela
dan sistem ventilasi berisiko tinggi.
d. Melakukan swab ruangan dan uji kualitas udara,
khususnya di area berisiko tinggi sebelum ruangan
digunakan.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI KAMAR
BAYI
Ruangan / Lingkungan
Lantai dipel dua kali sehari dengan menggunakan cairan
sabun netral
Ruangan di bongkar satu kali dalam seminggu
AC dibersihkan setiap satu bulan sekali
Pemeriksaan air bersih dilakukan setiap 3 bulan sekali
Ruang bayi sehat harus terpisah dengan ruangan bayi
sakit
Suhu dan kelembaban kamar bayi sehat : 21 24 C &
45 -60%, sedangkan
untuk kamar bayi sakit : 22 24 C & 35 60 %
Kulkas obat di check temperaturnya
a) Peralatan
Tempat tidur, gantungan, timbangan, peralatan photo
terapi, dibersihkan setiap hari dengan kain lembab
memakai detergen dan air bersih
Bak mandi : dibersihkan dengan detergen dan air
bersih setiap hari
b) Persyaratan bekerja di kamar bayi
Petugas
Mencuci tangan harus dilakukan sebelum dan
sesudah tindakan / memberi susubayi, dari toilet, dll
Perawat kamar bayi harus mengikuti program
vaksinasi hepatitis & Varicella.
Tidak boleh memelihara kuku atau memakai
perhiasan saat bekerja.
Perawat yang merawat bayi sehat tidakboleh
merawat bayi sakit.
Rambut harus diikat / dipotong pendek sehingga
tidak mengenai muka bayi saatmemberi susu bayi.
Mengganti popok harus mengunakan sarung tangan.
Ibu yang menyusui di kamar bayi
26.
sakit.
Pemberian vaccin Hepatitis B diberikan 24 jam
setelah lahir sedangkan bayidengan riwayat ibu
dengan Hepatitis diberikan immunisasi pasif.
Bayi dengan berat badan normal dimandikan 1x
sehari sebelum putus tali pusat.
Perawatan tali pusat dengan menggunakan air
bersih, dikeringkan dan tidakditutup dengan kassa.
Bayi yang dirawat dengan blue light, matanya harus
ditutup dan dibuka saatdiberi susu.
Setiap bayi mempunyai perlengkapan masingmasing dan disimpan ditempatyang sudah
disediakan.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI KAMAR
BERSALIN
a) Pencegahan standar
Baju / gaun panjang dan sarung tangan harus digunakan
pada semua proseduryang bersentuhan dengan darah
atau cairan tubuh pasien, termasuk jugakebersihan
peralatan dan lingkungan, pemeriksaan plasenta.
Pelindung mata (goggles) dipakai pada setiap prosedur
persalinan.
Semua benda tajam yang terkontaminasi oleh darah
harus langsung dibuangkedalam sharp container yang
telah tersedia.
Semua linen yang terkena noda darah dimasukkan
kedalam kantong berwarnakuning.
Staff yang mempunyai lesi/luka terbuka atau goresan
pada tangan mereka harusmenutup luka tersebut
dengan plester kedap air dan selalu menggunakan
sarungtangan saat menangani persalinan.
Staff yang bekerja dikamar bersalin harus ikut dalam
program vaccinasi Hepatitis B.
Semua tissue dan sampah yang terkontaminasi dengan
darah harus dibuang kedalam kantong plastik kuning.
b) Persyaratan bekerja di kamar bersalin
Petugas kamar bersalin
Dokter ganti baju sebelum menolong persalinan.
Menggunakan APD lengkap (sarung tangan, masker,
goggle, apron, topi)sebelum menolong persalinan.
Memakai alas kaki yang telah disediakan khusus untuk
kamar bersalin.
Melaksanakan kebijakan kebersihan tangan yang
efektif.
Pasien
Pasien ganti baju sebelum ditolong persalinan
Keluarga yang masuk ke kamar bersalin dibatasi.
Pasien dengan infeksi harus ditempatkan diruang
tersendiri (isolasi)
Bayi
Perawat/bidan yang menerima bayi baru lahir harus
menggunakan APD lengkap.
Penghisap lendir bayi harus menggunakan yang sekali
pakai.
Bayi lahir, tali pusat diikat dengan klem tali pusat steril
dan diberi alkohol70%/povidine iodine7.5% pada ujung
tali pusat.
Bayi baru lahir dibersihkan, kemudian bayi dimandikan
dengan air hangat.
c) Lingkungan
Ruang Bersalin
Pembersihan ruang bersalin dilakukan 2x sehari dan
setiap selesai tindakan.
Pembersihan umum dilakukan seminggu sekali pada
hari tidak ada tindakan/persalinan.
Semua tumpahan darah dan cairan tubuh harus
dibersihkan dengan menggunakandesinfektan chlorine.
Tempat tidur, meja pasien, lemari harus dibersihkan
dengan menggunakandeterjen netral setiap selesai
digunakan.
Alat dan linen
Instrumen yang telah dipakai dicuci dengan air mengalir
hanya untuk menghilangkannoda darah (proses
dekontaminasi) dan langsung dikirim ke CSSD.
Kemasan steril tidak boleh robek, tidak boleh terbuka
dan tidak kotor, dan lihattanggal kadaluarsa.
Semua peralatan medik steril yang akan dipakai dibatasi
secukupnya sesuaidengan keperluaan saat itu.
Kain gorden harus diganti setiap 1 bulan sekali atau
kalau perlu bila terkena darah.
Linen pasien harus diganti segera setelah pasien
selesai tindakan.
Linen yang telah terkontaminasi dengan darah harus
dimasukkan ke dalamkantong plastik warna kuning.
27.
b)
c)
d)
28.
dengan
menggunakan clorin 0,05 % atau desinfektan yang lain
sesuai kebijakan Rumah Sakit
Penanganan limbah, sampah medis (infeksius) dalam
kantong kuning
kemudian dibakar di incenerator, benda tajam masuk
ke dalam box safety,sampah umum/rumah tangga (non
infeksi) dibuang di TPA.
Penanganan tumpahan darah atau bahan infeksi harus
dibersihkan sesuai SPO.
e) Pasien
Pasien berhenti merokok 1 bulan sebelum operasi.
Mandi pasien dengan antiseptik malam dan pagi hari
sebelum operasi.
Cukur rambut, dilakukan bila benar-benar diperlukan
segera sebelum operasidengan menggunakan clipper
bukan razor.
Post operasi, meliputi pencegahan dan rawatan pasien
sebelum, selamapasien dan sesudah pasien operasi.
Penderita TB sewaktu dibawa masuk kamar operasi
segera langsung masuk kamar operasi tidak
diperbolehkan menunggu di lingkungan kamar
operasi.Masker bedah harus dipakai pasien selama
pasien dipindah ke kamar operasi
Pasien TB harus dipulihkan kesadarannya diruang
kamar operasi / ruanganastesi, tidak boleh diruangan
pemulihan.
f) Petugas
Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petugas
kamar bedah
Memberikan motivasi kepada petugas.
Petugas tidak memakai jam tangan, gelang, cincin.
Tidak berkuku panjang dan memakai kutek
Petugas yang sakit menular dilarang untuk bekerja di
kamar bedah.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI
INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
Petunjuk Umum :
Hand Hygiene (Kebersihan Tangan)
Kebersihan tangan yang sering merupakan salah satu
cara yang paling pentingsebagai ukuran pengendalian
infeksi di Rumah sakit. Tangan harus dicucisebelum
dan sesudah merawat pasien atau menangani
peralatan medis yang digunakan oleh pasien. Tangan
juga harus dicuci jika terkontaminasi dengancairan
tubuh pasien, sebelum melakukan tindakan invasive,
sebelum dan setelah melepas sarung tangan, sebelum
memulai kerja dan setelah tugas kerja selesai,setelah
kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
Sarung tangan
Untuk melindungi staff ICU, sarung tangan harus
digunakan jika akan kontakdengan cairan tubuh lainnya
dan
sarung
tangan
harus
dilepas
setelah
selesaimelakukan
perasat
untuk meminimalkan
terjadinya kontaminasi silang,kemudian segera lakukan
kebersihan tangan.
Konsultasi
Tim pencegahan dan pengendalian infeksi harus dapat
dijadikan sebagai narasumber dalam melakukan
surveilans dan pengkajian pengendalian infeksi diICU.
Disamping itu tim PPI juga harus menetapkan dan
melakukanmonitoring terhadap prosedur sterilisasi dan
desinfeksi terhadap peralatanyang digunakan di ICU ,
juga terhadap penanganan bila terjadi luka
tertusukjarum.
a) Prosedur Invasive
Jika prosedur invasive digunakan sebagai pilihan untuk
menyelamatkan jiwa pasien dan sangat bermanfaat
dalam
penanganan
pasien,
maka
prosedurpengendalian infeksi sebagaimana dijelaskan
di atas dapat diabaikan.
Prosedur invasive harus dilakukan dengan menerapkan
teknik aseptik. Teknik aseptik harus diterapkan untuk
semua prosedur invasive dan penggantian balutan
perlu memakai sarung tangan steril. Dalam situasi
emergency dimana prosedur yang dilakukan tidak
cukup baik dalam teknik aseptik, maka seperti
penggantian kateter urine, iv kateter yang mungkin
dapat terkontaminasimaka sebaiknya diganti setelah
kondisi pasien stabil.
Kanulasi pembuluh darah
Bagian yang dipasang kanulasi merupakan tempat
masuknya mikroorganismeke dalam jaringan subkutan
dan sirkulasi darah yang sangat potensial. Olehkarena
itu staff yang akan melakukan pemasangan kanulasi
harus terlebihdahulu melakukan kebersihan tangan dan
memakai sarung tangan sertatindakan mendisinfeksi
kulit sebelum pemasangan kanulasi.
Kanulasi vena sentral
Pemasangan kanulasi vena sentral harus dilakukan
dengan menerapkan teknik aseptik termasuk memakai
sarung tangan steril, melakukan persiapan kulit yang
akan ditusuk dengan antiseptik dan memasang doek
steril pada area yang telah disiapkan. Cari bagian yang
mempunyai risiko yang rendah seperti subclavicula,
internal jugularis.
Penggantian kanulasi
Kanulasi intravena harus diganti secara reguler ( 72
jam).
Khusus bayi, kanulasi umbilical kateter dipasang
dengan teknik steril
menggunakan jas operasi, sarung tangan steril,
masker dan doek steril.
Penggantian posisi kanulasi umbilical kateter
dilakukan tidak melebihi 5 7 hari.
b) Peralatan
Tingkat sterilitas yang benar, desinfektan dan
dekontaminasi harus dilakukan padasemua perlatan yang
akan digunakan. Setiap pasien harus mempunyai
c)
d)
e)
29.
dengan chlorhexidine 2 %.
Dokter gigi memakai baju praktek yang bersih dan
30.
berlengan pendek.
Dokter gigi dan perawat gigi harus menggunakan :
Sarung tangan : sarung tangan lateks bersih digunakan
pada saat
memeriksa pasien tanpa kemungkinan terjadinya
perdarahan,
sarung tangan steril digunakan pada saat
melakukan tindakan
bedah, sarung tangan rumah tangga digunkan pada
saat
membersihkan alat/permukaan kerja atau bila
menggunakan
bahan kimia.
Kacamata pelindung : melindungi mata dari splatter dan
debris
yang diakibatkan oleh high speed handpiece,
pembersihan karang gigi.
Masker : mencegah terhirupnya aerosol yang dapat
menginfeksi saluran pernafasan atas maupun
bawah.
c) Sterilisasi instrumen :
31.
Balaraja,
2015