Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Dari Ancaman Disintegrasi Bangsa
Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Dari Ancaman Disintegrasi Bangsa
Mempertahankan
Kemerdekaan
Indonesia dari
Ancaman Disintegrasi
Bangsa
A. Perjuangan Konfrontasi
Setelah Indonesia merdeka tidak berarti Indonesia
bebas dari segala bentuk penguasaan asing tapi masih
berhadapan dengan Belanda yang ingin mencoba
kembali menananmkan kekuasaannya. Belanda
menggunakan berbagai macam cara untuk bisa kembali
berkuasa seperti, membonceng pada pasukan sekutu
dan pembentukan Negara-negara boneka. Pembentukan
Negara boneka bertujuan untuk mengepung kedudukan
pemerintah Indonesia atau mempersempit wilayah
kekuasaan RI. Setiap ada perjanjian selalu diingkari oleh
Belanda. Belanda hanya mengakui wilayah RI meliputi
Jawa dan Sumatera yang di dalamnya berdiri Negaranegara boneka bikinan Belanda.
Pertempuran Medan
Area
Pertempuran ini berawal dari
penghinaan orang Belanda(didukung
Sekutu terhadap sebuah lencana Merah
Putih). Akibatnya rakyat Medan marah
dan terjadilah pertempuran pada
tanggal 13 Oktober 1945. Rakyat
Medan dipimpin Gubernur Sumatra Mr.
Teuku Muhammad Hasan dan di bantu
Ahmad Tahrir pemimpin Barisan
Pemuda Indonesia menggempur tentara
Sekutu dan NICA yang dipimpin oleh
Brigjen T.E.D. Kelly. Pertempurain ini
mencapai puncaknya pada tanggal 10
Desember 1945.
Pertempuran 10 November di
Surabaya
Pertempuran Surabaya berawal dari tewasnya Panglima
Tentara Sekutu Mayjen A.W.S. Mallaby dalam sebuah
insiden dengan Arek-arek Surabaya di depan gedung
bank Internatio. Dengan sangat menghina bangsa
Indonesia, bunyinya: seluruh pemimpin Republik
Indonesia di Surabaya harus menyerahkan senjatanya
dan harus menyerahkan diri dengan tangan diangkat di
depan markas Sekutu paling lambat tanggal 10 November
1945 pukul 06.00 Waktu Indonesia Barat. Gubernur Jawa
Timur R. M. Suryo sebagai kepala pemerintahan Jawa
Timur menolak ancaman tersebut. Akhirnya pada tanggal
10 November 1945 di Surabaya digempur pasukan Sekutu
dari berbagai arah. Arek-arek Surabaya di bawah
pimpinan Gubernur Jawa Timur Suryo, Bung Tomo dan
Sungkono bangkit menghadapi gempuran Sekutu.
Peristiwa 10 November 1945 tersebut diperingati sebagai
Hari Pahlawan.
Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal
20 November-15 Desember 1945. Awal
kejadiannya ketika secara sepihak pasukan
Sekutu dipimpin Brigjen Bethel membebaskan
interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa.
Tindakan Sekutu mendapat perlawanan Tentara
Republik Indonesia (TKR) dan rakyat yang
dipimpin Mayor Sumarto. Dalam pertempuran
ini gugur Letkol Isdiman. Di bawah pimpinal
Koloner Soedirman, Ambarawa berhasil direbut
pada tanggal 15 Desember 1945. Untuk
mengenang peristiwa tersebut dibangunlah
Palagan Ambarawa. Selanjutnya tanggal 15
Desember diperingati sebagai hari infantry.
Puputan Margarana di
Bali
Puputan margana terjadi ketika Belanda
mendatangkan pasukannya di Bali dalam
rangka menegakkan berdirinya Negara
Indonesia Timur. Kedatangan pasukan
Belanda tersebut disambut dengan
perlawanan rakyat yang dipimpin oleh
Letkol I Gusti Ngurah rai. Karena
perlawanan tidak seimbang I Gusti
Ngurah Rai memerintahkan pasukannya
untuk melakukan perlawanan secara
habis-habisan atau puputan. Peristiwa ini
terjadi pada tanggal 20 November 1946.
B. Perjuangan Diplomasi
1. PERJANJIAN LINGGARJATI
2. PERJANJIAN RENVILLE
3. PERJANJIAN ROEM-ROYEN
4. KONFERENSI MEJA BUNDAR
5. Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI)
6. Konferensi Inter Indonesia (KII)
Perjanjian Linggarjati
Perundingan Linggajati adalah suatu perundingan
antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa
Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai
status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini
ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15
November 1946 dan diratifikasi kedua negara pada 25
Maret 1947. Perjanjian linggarjatiatauPerundingan
Linggar Jatiadalah Diplomasi Sejarah Indonesia
Nasional Antara Republik Indonesia dengan Belanda,
dimana Perjanjian linggar jati adalah suatu perjanjian
yang dilakukan antara Sutan Sahmi dari pihak
Indonesia denganDr.H.J. Van Mookdari pihak
pemerintah Belanda. Kesepakatan linggar jati yang
berlangsung selama 4 (empat) hari disepakati di
sebuah desa linggar jati di daerah Kabupaten
Kuningan.
Perjanjian Renville
Atas usulan KTN (Komisi 3 Negara) pada tanggal 8
Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara
Indonesia dan Belanada di atas kapal renville yang
sedang berlabuh di Jakarta. Delegasi Indonesia
terdiri atas perdana menteri Amir Syarifudin,
Ali Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik Len, Moh.
Roem, Haji Agus Salim, Narsun dan Ir.
Juanda. Delegasi Belanda terdiri dari
Abdulkadir Widjojoatmojo, Jhr. Van
Vredeburgh, Dr. Soumukil, Pangran
Kartanagara dan Zulkarnain. Ternyata wakilwakil Belanda hampir semua berasala dari bangsa
Indonesia sendiri yang pro Belanda. Dengan
demikian Belanda tetap melakukan politik adu
domba agar Indonesia mudah dikuasainya.
Perjanjian Roem-Royen
Tepat pada pukul 17.00 tanggal 7
Mei 1949 telah tercapai suatu
persetujuan antara pemerintah
Indonesia dengan Belanda yang
disebut Persetujuan Roem-Royen.
Persetujuan Roem-Royen merupakan
salah satu peristiwa penting dari
serangkaian perundingan yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia
menuju pengakuan kedaulatan
dalam Konferensi Meja Bundar pada
tanggal 27 Desember 1949.
Persetujuan
Roem-Royen diawali dengan
perundingan RI-Belanda pada tanggal
17 April 1949 atas inisiatif Komisi PBB
untuk Indonesia. Perundingan diadakan
di Hotel Des Indes Jakarta dipimpin
oleh Merle Cochran. Delegasi Indonesia
diketuai oleh Mr. Moh. Roem dan Mr. Ali
Sastroamidjojo sebagai wakil ketua.
Anggota-anggotanya, yaitu dr.
Leimena, Ir. Djuanda, Prof. Dr. Mr.
Supomo, Mr. Latuharhary, dan disertai
oleh lima orang penasihat. Adapun
Belanda dipimpin oleh Dr. J.H. van
Royen dengan anggota-anggota: Mr.
N.S. Blom, Mr. A. Jacob, Dr. J.J. van der
Velde, dan empat orang penasihat.
Konferensi Inter
Indonesia
(KII)
Konferensi Inter Indonesia merupakan
konferensi yang berlangsung antara negara
Republik Indonesia dengan negara-negara
boneka atau negara bagian bentukkan
Belanda yang tergabung dalam BFO. Pada
awalnya pembentukkan BFO ini diharapkan
oleh Belanda akan mempermudah Belanda
untuk kembali berkuasa di Indonesia.
Namun sikap negara-negara yang tergabung dalam BFO
berubah setelah Belanda melancarkan agresi militernya yang
kedua terhadap Indonesia. Karena simpati dari negara-negara
BFO ini maka pemimpin-pemimpin Republik Indonesia dapat
dibebaskan dan BFO jugalah yang turut berjasa dalam
terselenggaranya Konferensi Inter-Indonesia. Hal itulah yang
melatarbelakangi dilaksanaklannya Konferensi Inter-Indonesia
pada bulan Juli 1949.
3. DI/TII Aceh
Adanya berbagai masalah antara lain masalah
otonomi daerah, pertentangan antargolongan,
serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang
tidak lancar menjadi penyebab meletusnya
pemberontakan DI/TII di Aceh. Gerakan DI/TII
di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh
yang pada tanggal 20 September 1953
memproklamasikan daerah Aceh sebagai
bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah
pimpinan Kartosuwiryo. Pemberontakan DI/TII
di Aceh diselesaikan dengan kombonasi
operasi militer dan musyawarah. Hasil nyata
dari musyawarah tersebut ialah pulihnya
kembali keamanan di daerah Aceh.
a.
b.
c.
d.