Ensiklopedia Seismik
Ensiklopedia Seismik
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/
Agus Abdullah, PhD
2007-2008
Disclaimer
Setiap material, baik tulisan, persamaan matematika dan gambar yang tertera pada e-book
ini ditujukan untuk keperluan pendidikan semata. Setiap tulisan, persamaan maupun
gambar yang diambil dari tempat lain diberikan keterangan autorisasi. Penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk menghargai hak cipta dari hasil karya orang lain dan berupaya
untuk membaca dengan teliti mengenai perjanjian dan klausul hak cipta. Jika penulis
melakukan kekeliruan, dan pemilik hak cipta keberatan, penulis bersedia untuk mencabut
gambar, tulisan, maupun persamaan yang tertera dalam e-book ini. Karena e-book ini
ditujukan untuk keperluan pendidikan, penyalahgunaan selain untuk keperluan
pendidikan diluar tanggung jawab penulis.
Page 0
Indeks
2D Seismic Marine Acquisition, 3
3D Seismic Acquisition QC, 10
Acoustic Impedance, 11
Aliasing, 12
Amplitudo, 13
Analisis Fasies Seismik, 14
Angle Mute, 21
Angle Stack, 22
Anisotropy, 23
Anomalous Amp. Noise Attenuation, 24
Aperture, 25
APF.VO, 25
Aproksimasi Aki Richards Fasier, 26
Aproksimasi Mobil, 26
Aproksimasi Shuey, 27
Aproksimasi Smith Gidlow, 29
Artificial Neural Network, 31
Atenuasi, 33
Atribut Seismik, 34
Auto Correlation, 36
AVA, 36
Bowtie, 39
Brute Stack, 39
BSR (Bottom Simulating Reflector), 40
CDP, 42
Coherence, 43
Continuous Wavelet Transform, 47
Controlled Beam Migration, 49
Convolution, 51
Cross Correlation, 52
Curvature, 53
Dekonvolusi, 55
Densitas Batuan, 57
Dephasing, 57
Deret - Transformasi Fourier, 58
Difraksi, 60
DMO, 60
Dog Leg, 62
Elastic Impedance, 63
Envelope, 63
Fasa Sesaat, 65
Feather, 66
Fermat's principle, 67
Filtering, 68
First Break, 69
Flow Pengolahan Data Seismik, 70
Frekuensi Gelombang Seismik, 71
Frekuensi Sesaat, 72
Fresnel Zone, 73
Gain, 74
Gelombang Prisma, 75
Groundroll, 75
High Order NMO, 77
Hilbert Transform dan Jejak Kompleks, 78
Hockey Stick, 79
Horizontal Seismic Profiling, 80
Huygens Principle, 80
Interval Velocity, 81
Inversi Maximum Likelihood, 82
Inversi Sparse Spike, 83
Kecepatan Gelombang P, 84
Kelly Bushing, TVD, dll..,85
Ketidakselarasan, 87
Lambda Mu Rho, 88
Love Wave, 90
Main Lobe Side Lobe, 91
Marine Geohazards Site Survey, 92
Matrix Toeplitz, 95
Migrasi, 95
Minimum Phase - Maximum Phase, 96
Page 1
Page 2
Dalam praktiknya akuisisi seismic marin terdiri atas beberapa komponen: kapal utama,
gun, streamer, GPS, kapal perintis dan kapal pengawal dan kadang-kadang perlengkapan
gravity (ditempatkan di dalam kapal) dan magnetik yang biasanya ditempatkan 240 meter
di belakang kapal utama (3 meter di dalam air).
Page 3
Page 4
Page 5
Streameryang dilengkapi dengan hydrophone, ADC (Analog to digital converter dan bird
yang berperan untuk mengatur posisi dan kedalaman streamer). Diameter streamer
sekitar 7 cm dengan panjangnya bisa mencapai 10km. Bagian hitam dari gambar ini
menunjukkan perangkat ADC.
Page 6
Saat perekaman berbagai aspek dimonitor secara dinamik. Seperti rekaman setiap shot,
apakah ada tras seismik yang mati?, penampang single channel dan signature sumber....
Page 7
Kedalaman air gun....tekanan dll. Apakah ada loss compression ? Gambar di bawah
menunjukkan terdapat 3 array air gun dengan masing-masing array terdiri atas 9
kompartemen.
Level ambient noise.akibat arus laut, deru mesin kapal, baling-baling, dll. (merah
menunjukkan tinggi dan biru menunjukkan rendah)
Page 8
Navigasibertugas untuk memastikan bahwa akuisisi data seismik berada pada lintasan
yang dikehendaki. Disamping itu mereka juga memberikan informasi tentang feather
akibat arus laut yang biasanya diterima dibawah 10 dan juga meminta kapten kapal
mengatur kecepatan kapal, yang biasanya dibawah 5 knot.
Page 9
3D Seismic Acquisition QC
Dibawah ini poin-poin tentang QC acquisition:
1. QC dilakukan pada spec yang diminta oleh client, sehingga yang ada diluar spec dibuang.
Disini perlu digarisbawahi juga pengertian QC adalah agar produk yang dihasilkan sesuai
dengan spec.
2. QC traces : QC ini terbagi menjadi empat bagian utama.
a) Deteksi trace yang mati,
b) Temukan Noisy trace,
c) Temukan Spiky trace,
d) Mencari trace yang lemah.
Algoritma RMS biasanya digunakan untuk mendeteksi trace tersebut dan ditampikan
dalam bentuk grafik x-y, dimana x adalah shotpoint, y adalah trace number.
3. QC Source. Dengan cara:
a) Lihat kedalaman tiap source, karena kedalaman source akan mempengaruhi spektrum
frekuensi.
b) Cek jarak horizontal antar sub-array (lihat pada akuisisi 3D seismik)
c) Cek airleak dan autofire (dengan bantuan software processing yang menampilkan tiap
gun)
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 10
Acoustic Impedance
Acoustic Impedance atau Impedansi akustik didefinisikan sebagai kemampuan batuan
untuk melewatkan gelombang seismik yang melauinya. Secara fisis, Impedansi Akustik
merupakan produk perkalian antara kecepatan gelombang kompresi dengan densitas
batuan.
Semakin keras suatu batuan maka Impedansi akustiknya semakin besar pula, sebagai
contoh: batupasir yang sangat kompak memiliki Impedansi Akustik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan batulempung.
Impedansi akustik biasanya dilambangkan dengan (Z).
Page 11
Perhatikan jika sampling interval = 2 mili detik atau 4 mili detik spektrum amplitudo
gelombang bersangkutan sekitar 80Hz. Akan tetapi jika sampling interval 16 mili detik
maka frekuensi menjadi bergeser lebih rendah yaitu sekitar 20Hz.
Page 12
Sedangkan frekuensi = 1/panjang gelombang. Jadi, jika panjang gelombang = 0.05 detik,
maka frekuensi gelombang seimsik = 1/0.05 = 20Hz. Perlu disadari bahwa frekuensi
gelombang seismik real tidak bersifat monofrekuensi, artinya frekuensi yang
dikandungnya tidak satu, tetapi dalam rentang frekuensi tertentu. contoh kalkulasi
f=1/periode adalah untuk contoh gelombang monofrekuensi seperti yang tertera pada
gambar diatas.
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 13
Page 14
Batas atas sekuen seismik (a) erosional truncation, top lap, batas bawah (b) onlap dan
downlap.
Page 15
Parallel: disebabkan oleh pengendapan sedimen dengan rate yang seragam (uniform rate),
atau pada paparan (shelf) dengan subsiden yang uniform atau sedimentasi pada stable
basin plain.
Subparallel: terbentuk pada zona pengisian, atau pada situasi yang terganggu oleh arus
laut.
Subparallel between parallel: terbentuk pada lingkungan tektonik yang stabil, atau
mungkin fluvial plain dengan endapan berbutir sedang.
Wavy parallel: terbentuk akibat lipatan kompresi dari lapisan parallel diatas permukaan
detachment atau diapir atau sheet drape dengan endapan berbutir halus.
Divergent: terbentuk akibat permukaan yang miring secara progresif selama proses
sedimentasi.
Chaotic: pengendapan dengan energi tinggi (mounding, cut and fill channel) atau deformasi
seteah proses sedimentasi (sesar, gerakan overpressure shale, dll.)
Reflection free: batuan beku, kubah garam, interior reef tunggal.
Local chaotic: slump (biasanya laut dalam) yang diakibatkan oleh gempabumi atau
ketidakstabilan gravitasi, pengendapan terjadi dengan cepat.
Page 16
Sigmoid: tekstur ini dapat terbentuk dengan suplai sediment yang cukup, kenaikan muka
laut relatif cepat, rejim pengendapan energi rendah, seperti slope, umumnya sediment
butir halus.
Oblique tangential: suplai sediment yang cukup sampai besar, muka laut yang konstan
seperti delta, sediment butir kasar pada delta plain, channel dan bars.
Oblique parallel: oblique tangensial varian, sediment terpilah lebih baik.
Complex: lidah delta dengan energi tinggi dengan slope terprogradasi dalam energi rendah.
Shingled: terbentuk pada zona dangkal dengan energi rendah.
Hummocky: terbentuk pada daerah dangkal tipikal antar delta dengan energi sedang.
Page 17
Page 18
Tekstur Mounded
Fan Complex: penampang lateral dari kipas (fan) yang dekat dengan sumber sediment
Volcanic Mound: margin konvergen pada tahap awal; pusat aktivitas rifting pada rift basin
Compound Fan Complex: superposisi dari berbagai kipas.
Migrating wave: diakibatkan oleh arus laut, laut dalam.
Page 19
Sheet-drape (low energy): seragam, pengendapan laut dalam yang tidak tergantung pada
relief dasar laut, litologi seragam, tidak ada pasir.
Slope Front Fill: kipas laut dalam, lempung dan silts (energi rendah)
Onlap-Fill (low energy): pengendapan dengan kontrol gravitasi (arus turbidit kecepatan
rendah)
Fan-Complex (high energy): diendapkan sebagai kipas, mound dan slump, meskipun energi
tinggi, mungkin masih mengandung batupasir sebagai reservoar .
Contourite (variable energy): biasanya sedimen butir halus, tidak menarik unutk
eksplortasi, bentuk tidak simetris, arus tak berarah.
Mounded Onlap-Fill (High Energy): fasies peralihan antara chaotic dan onlap fill, control
gravitasi, reflector tidak menerus, semakin menebal kearah topografi rendah yang
menandakan endapan energi tinggi.
Chaotic Fill (variable energy): mounded, terdapat pada topografi rendah, slump, creep dan
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 20
Angle Mute
Istilah angle mute digunakan untuk menjelaskan teknik pemotongan pada CDP gather
sebelum memproduksi angle stack.
Angle mute terdiri atas inner mute (batas kiri) dan outer mute (batas kanan). Berikut
ilustrasinya.
Page 21
Angle Stack
Istilah angle stack dipakai untuk menjelaskan stacking tras-tras seismic pada sebagian
offset saja. Lihat item Near offset Far Offset pada blog ini. Near offset artinya low angle stack
dan far stack adalah high angle stack.
Biasanya low angle stack berukuran (5-15 derajat), middle angle stack (15-25 derajat) dan
high angle stack (25-35 derajat).
Studi angle stack kerap kali dipakai untuk menganalisis fenomena AVO. Berikut contohnya:
Page 22
Bintang merah menunjukkan sumber gelombang seismik dan panah menunjukkan arah
pergerakan gelombang. Untuk material homogen isotropis, gelombang akan merambat
dengan kecepatan yang sama ke semua arah yang akan menghasilkan muka gelombang
lingkaran (bola), sedangkan pada material anisotropy akan menghasilkan muka gelombang
bukan lingkaran (bola).
X2
X1
Karakter muka gelombang pada material homogen anisotropis (a) dan material anisotropis
(b). Pada Gambar b terlihat bahwa sifat kecepatan material kearah X1 lebih cepat daripada
kearah X2. Koefiesien anisotropy didefiniskan sebagai rasio kecepatan X1 terhadap X2.
Page 23
Gambar di atas adalah contoh aplikasi AAA didalam pengolahan data seismik. (A) adalah
CDP gather sebelum, (B) adalah setelah proses AAA dan (C) adalah perbedaan antara A dan
B. Perhatikan noise di dalam lingkaran hitam yang dapat dihilangkan dengan baik setelah
proses AAA.
Teknologi AAA merupakan salah satu portofolio pengolahan data seismik yang dimiliki
oleh Western Geco.
Yang membedakan AAA dari (bandpass) filter adalah AAA bekerja pada frequency bands,
artinya sebelum data difilter, akan dipecah dulu ke dalam frequency band masing-masing.
Misalkan data kita memiliki jangkauan frekuensi 6-125 Hz dan akan dibagi menjadi 6
frequency band yang sama (misalnya), maka data kita akan dipecah menjadi 6-25, 26-45, 4665, 66-85, 86-105, dan 106-125 Hz. AAA kemudian akan diterapkan pada tiap-tiap frequency
band sesuai threshold yang telah ditentukan. Setelah difilter, keenam frequency band tersebut
digabungkan kembali untuk mendapatkan hasil output. [Befriko Murdianto , Chevron
Indonesia Company, 2008].
Page 24
Page 25
Aproksimasi Mobil
Persamaan Aproksimasi Aki, Richards dan Fasier menunjukan amplitudo sebagai fungsi
dari parameter fisis.
Padahal pada penampang seismik, kita mengukur amplitudo sebagai fungsi koefisien
refleksi. Gelfand et al. pada tahun 1986 menyusun kembali persamaan Aproksimasi Aki,
Richards dan Fasier dengan mengasumsikan =/ mendekati 2 :
Page 26
dan
Aproksimasi Shuey
Pada tahun 1985 Shuey mempublikasikan persamaan Zoeppritz sebagai fungsi dari , ,
dan (poissona ratio):
Page 27
Persamaan (2) dan (3) menunjukkan respon AVO didominasi oleh pada sudut kecil dan oleh pada
sudut besar. Alternatifnya, persamaan (2) diatas ditulis ulang menjadi :
Page 28
Page 29
Dimana
Selanjutnya Aki & Richard mendefinisikan pseudo poissons ratio dengan persamaan
berikut :
Persamaan (9) sesuai untuk kasus wet non-productive reservoir, untuk menganalisis
anomali reservoir, kita dapat mendefinisikan fluid factor error dari persamaan tersebut :
Dengan kata lain, jika F=0 maka reservoir adalah tidak prospektif tetapi jika F >0 maka
reservoir adalah prospektif.
Page 30
Page 31
Page 32
Atenuasi
Atenuasi dilambangkan dengan Q, dimana 1/Q adalah fraksi dari energi gelombang yang
hilang setiap cycle saat gelombang tersebut merambat. Sehingga Q rendah berarti lebih
teratenuasi dan Q tinggi berarti sedikit teratenuasi.
Umumnya, didalam aplikasi seismik eksplorasi, besaran Q diprediksi untuk memberikan
kompensasi terhadap amplitudo gelombang seismik yang hilang dalam perambatannya.
Page 33
Contoh dibawah adalah Analisis Q untuk kasus monitoring zona minyak dan gas serta
monitoring injeksi karbon dioksida. Apakah anda melihat bahwa gelombang lebih
teratenuasi (Q rendah) di sekitar antiklin sebagai perangkap gas?
Atribut Seismik
Atribut seismik atau Seismik Attribute adalah segala informasi yang diperoleh dari data
seismik baik melalui pengukuran langsung, komputasi maupun pengalaman.
Mengapa seismik attribute perlu dalam explorasi?
Seismik attribute diperlukan untuk memperjelas anomali yang tidak terlihat secara kasat
mata pada data seismik biasa.
Page 34
Page 35
Persamaan Aki and Richards [1980], Shuey [1985] dan Bortfeld [1961] merupakan
pendekatan terhadap persamaan Zoeppritz untuk amplitudo gelompang refleksi sebagai
fungsi dari sudut datang.
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 36
Dimana,
Dimana,
Page 37
dimana,
Page 38
Garis pink putus-putus adalah reflektor dasar laut yang seharusnya, sedangkan reflektor
biru dan merah (di dalam lingkaran biru) yang menyerupai bentuk dasi bowtie adalah
akibat difraksi. Efek ini dapat dihilangkan dengan melakukan proses migrasi.
Brute Stack
Adalah penampang seismik yang diperoleh dari stacking CMP (Common Mid Point)
sebelum NMO (Normal Move Out) akhir maupun koreksi statik diterapkan.
Tujuan ditampilkannya brute stack adalah untuk quick look sejauh mana kualiatas data
seismik yang baru diperoleh dari sebuah akuisisi, atau sekedar mendapatkan gambaran
awal kondisi bawah permukaan.
Page 39
Courtesy PGS
Page 40
(b) Respons AVO pada BSR, perhatikan amplitudo meningkat sejalan dengan
bertambahnya offset.
Page 41
Page 42
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar diatas serta masing-masing respon seismiknya
(gambar dibawah).
Coherence
Coherence adalah salah satu atribut seismik yang menampilkan kemiripan satu tras
seimsik dengan tras yang lainnya. Tras-tras seismik yang mirip akan dipetakan dengan
koefisien coherence yang tinggi sedangkan ketidakmenerusan akan terpetakan dengan
koefisien coherence yang rendah.
Sebuah zona yang tersesarkan akan menghasilkan ketidakmenerusan yang tajam dengan
demikian akan menghasilkan koefisien coherence yang rendah disepanjang bidang sesar
tersebut.
Page 43
Page 44
Page 45
Page 46
Page 47
Lalu dengan menganalisis gambar CWT, katakanlah target reservoar anda berapa pada
kisaran 0.9 detik, maka anda akan mendapatkan gambaran frekuensi dominan dari target
anda, katakanlah 32Hz. Lalu dengan menggunakan persamaan (2), penampang CWT diinversi kembali untuk mendapatkan penampang seismik pada frekuensi 32Hz, yang
harapannya dapat meng-emphasize target reservoar anda. Lihat subject dekomposisi
spectral pada blog ini yang menujukkan hasil dari aplikasi metoda CWT terhadap data real.
Gambar dan persamaan diatas courtesy: Satish Sinha, School of Geology and Geophysics,
University of Oklahoma, Norman, OK 73019 USA, Partha Routh Department of Geosciences,
Boise State University, Boise, ID 83725 USA, Phil Anno Seismic Imaging and Prediction,
ConocoPhillips, Houston, TX 77252 USA, John Castagna, School of Geology and Geophysics,
University of Oklahoma, Norman, OK 73019 USA, Spectral Decomposition of Seismic Data
with Continuous Wavelet Transform, 2005.
Page 48
Page 49
Page 50
Contoh:
a = [1, 2, 3] dan b = [4,5,6] maka a*b :
Page 51
Cross Correlation
Secara matematis Cross-Korelasi dituliskan sebagai:
Sehingga untuk cross korelasi antara fungsi a dan b diperoleh: 12, 23, 32, 17, 6.
Page 52
Didalam geologi, struktur sinklin akan memiliki curvature positif dan struktur antiklin
memiliki curvature negatif.
Didalam eksplorasi migas, curvature memiliki peranan penting untuk meng-highlight
keberadaan atau orientasi rekahan (fracture), sesar, identifikasi batas channel, dll.
Terdapat beberapa jenis curvature: Mean curvature, Gaussian curvature, Dip curvature,
strike curvature, shape-index, most-positive curvature, most-negative curvature.
Mean curvature: rata-rata curvature minimum dan curvature maksimum dan biasanya
didominasi oleh curvature maksimum.
Gaussian curvature: produk dari minimum curvature dan maksimum curvature.
Dip curvature: curvature yang diekstrak sepanjang arah dip (kemiringan struktur).
Strike curvature: curvature yang diekstrak sepanjang arah strike.
Shape-index: bentuk permukaan lokal, dengan biru menunjukkan mangkuk, lembah
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 53
Page 54
Page 55
Matriks a diatas merupakan matriks dengan bentuk spesial yakni matriks Toeplitz, dimana
solusi persamaan diatas secara efisien dapat dipecahkan dengan solusi Levinson. Dengan
demikian operasi Deconvolusi jenis ini seringkali dikenal dengan Metoda Wiener-Levinson.
Page 56
Densitas Batuan
Densitas adalah massa batuan per unit volume.
Berikut kisaran densitas meterial bumi:
Dephasing
Dalam terminologi seismik, dephasing adalah proses untuk mengubah fasa sebuah wavelet.
Ingat sebuah wavelet dapat memiliki fasa berbeda: fasa nol, fasa minimum, fasa maksimum
dan fasa campuran.
Page 57
Courtesy Margrave G. et al., Consortium for Research in Elastic Wave Exploration Seismology,
The University of Calgary
Page 58
Courtesy Margrave G. et al., Consortium for Research in Elastic Wave Exploration Seismology,
The University of Calgary
Istilah Fourier digunakan untuk menghormati
Jean Baptiste Joseph Fourier (1768 1830),
matematikawan yang memecahkan
persamaan differensial parsial dari model
difusi panas, beliau memecahkannya dengan
menggunakan deret tak hingga dari fungsifungsi trigonometri. Foto Jean Baptiste Joseph
Fourier courtesy Wikipedia.
Referensi text: Aki and Richard, 1980, Quantitative Seismology, Blackwell Publishing
Page 59
DMO
Pada kasus lapisan miring, titik tengah M tidak lagi merupakan proyeksi vertikal dari titik
hantam D, sehingga pada kasus lapisan miring, CDP gather tidak ekuivalen dengan CMP
gather .
Secara sederhana DMO (Dip Move Out) dapat diterjemahkan dengan koreksi NMO pada
lapisan miring.
Page 60
Page 61
Didalam Aplikasinya, proses DMO tidak serumit yang dibayangkan, prosesnya sama seperti
NMO, lebih-lebih software-software processing sudah semakin interaktif. Gambar di atas
adalah contoh proses DMO.
Dog leg
Dog leg adalah istilah yang digunakan untuk lintasan seismik yang membelok secara tibatiba.
Dog leg biasanya terjadi akibat perubahan rencana survey seismik untuk menghindari
medan yang berat atau tidak memungkinkan seperti lembah yang curam, gedung
bersejarah, atau dasar laut yang dangkal sehingga kapal survey tidak bisa melewatinya.
Berikut ilustrasinya:
Page 62
Gambar diatas menunjukkan hasil inversi Impedansi Akustik (kiri) dan Impedansi Elastik
(kanan).
Envelope
Envelope merepresentasikan total energi sesaat (instantaneous), nilai ampitudonya
bervariasi antara nol sampai amplitude maksimum tras seismik. Secara matematis
envelope dituliskan sbb:
Page 63
Page 64
Fasa Sesaat (b), Perubahan dari puncak ke palung pada jejak seismik memiliki (a)
menghasilkan Fasa Sesaat antara 0 180 derajat. Palung seismik real ber-fasa 180 derajat
s/d 180 derajat. (Redrawn from Landmark, 1996).
Fasa Sesaat berperan dalam meningkatkan event refleksi lemah dan meningkatkan
kontinyuitas event, oleh karena itu atribut ini dapat membantu interpreter untuk
mengidentifikasi sesar, pembajian, channels, kipas, dan geometri internal sistem endapan.
Disamping itu, Fasa Sesaat digunakan untuk identifikasi pembalikan polaritas yang
berasosiasi dengan kandungan gas.
Page 65
Kehadiran feather ini tentu kurang menguntungkan di dalam akuisisi laut, akan tetapi
masih bisa di toleransi dengan syarat jangan melebihi 10.
Cara yang mungkin bisa dilakukan untuk mengurangi efek ini adalah dengan melakukan
survey arus laut terlebih dahulu sebelum mendesain lintasan seismik. Memang kita bisa
ber-argumen bahwa desain lintasan seismik tersebut haruslah mempertimbangkan aspek
geologi yang menjadi target anda (seperti strike ataupun bentuk struktur) akan tetapi
apakah tidak ada celah komunikasi untuk mempertimbangkan aspek arus laut di dalam
mendesain lintasan tersebut?
Page 66
Courtesy Rawlinson et al., Research School of Earth Sciences, Australian National University
Page 67
Page 68
Gambar diatas menunjukkan ketiga jenis filtering, baik dalam kawasan waktu (time
domain) maupun frekuensi domain (frequency domain). Tanda A, B, C, D pada band pass
filter merupakan frekuensi sudut (corner frequency). Secara matematis, operasi filtering
merupakan konvolusi dalam kawasan waktu antara gelombang 'mentah' dengan fungsi
filter diatas dan perkalian dalam kawasan frekuensi.
First Break
Adalah gelombang seismik yang terekam pertama kali. Gelombang ini merupakan
gelombang yang tercepat sampai ke penerima.
Didalam studi seismik refleksi, first break digunakan untuk mencari informasi kondisi
lapisan lapuk juga digunakan untuk koreksi statik.
Didalam studi sesmik tomografi, first break digunakan sebagai input waktu tempuh
gelombang untuk mencitrakan anomali kecepatan gelombang seismik di bawah
permukaan. Gambar dibawah ini adalah contoh first break (elips pink).
Courtesy Interpex
Page 69
7. Stack
Penjumlahan tras-tras seismik dalam suatu CMP tertentu yang bertujuan untuk
mengingkatkan rasio sinyal terhadap noise. Nilai amplitudo pada waktu tertentu
dijumlahkan kemudian dibagi dengan akar jumlah tras.
Page 70
Terlihat rentang frekuensi gelombang seismik 10-70Hz dengan frekuensi dominan 30Hz,
juga karakter spektrum amplitudo wavelet yang digunakan serta komponen frekuensi
rendah data sumur (data sumur memiliki rentang frekuensi sekitar 5 Hz s/d Kilo Hz).
Page 71
Page 72
Zona Fresnel
Adalah lebar bidang benda anomali yang mampu 'dilihat' oleh gelombang seismik (lihat
Resolusi Seismik).
Page 73
Secara matematis, operasi gain merupakan perkalian antara tras seismik dengan fungsi
gain.
Untuk membuat fungsi gain yang akan diterapkan pada tras seismik yang belum dilakukan
koreksi geometrical spreading, persamaan gain berikut dapat digunakan:
g(t)=(v(t)/v(0))2 (t/t0), dimana t adalah TWT (two way traveltime) dan v(t) adalah
kecepatan rms dan v(0) adalah kecepatan rms pata waktu t0.
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 74
Groundroll
Groundroll atau gelombang rayleigh adalah gelombang yang menjalar di permukaan bumi
dengan pergerakan partikelnya menyerupai ellip (lihat gambar). Karena menjalar di
permukaan, amplitudo gelombang rayleigh akan berkurang dengan bertambahya
kedalaman.
Nama Rayleigh diberikan untuk menghormati penemunya John William Strutt, 3rd Baron
Rayleigh (1842-1919), Fisikawan berkebangsaan Inggris.
Didalam rekaman seismik, gelombang rayleigh dicirikan dengan amplitudonya yang besar
(hampir 2x amplitudo refleksi) dan dicirikan dengan frekuensi rendah.
Page 75
Courtesy of darylscience
Persamaan (1) adalah persamaan NMO konvensional sedangkan persamaan (2) adalah
persamaan NMO order 4 (fouth order) dengan alpha sebuah koefisien. Koefisien tersebut
mewakili sifat anisotropi batuan dan variasi kecepatan seismik vertikal.
Yang dimaksud dengan Higher Order Moveout adalah analisis NMO (Normal Moveout)
dengan menggunakan persamaan NMO order yang lebih tinggi.
Proses NMO konvensional dengan menggunakan persamaan NMO order dua dapat
berkerja dengan baik pada model bumi homogen isotropis. Sedangkan pada model bumi
yang kompleks persamaan NMO order yang lebih tinggi sangat diperlukan.
Page 76
Page 77
dimana (*) merupakan konvolusi. Dari persamaan (2) terlihat bahwa h(t) adalah
pergeseran fasa 90 derajat dari jejak seismik real f(t).
Jejak seismik real f(t) dapat diekspresikan dengan Amplitudo yang tergantung pada waktu
A(t) dan fasa yang tergantung pada waktu q(t), seperti dinyatakan sebagai berikut:
Jika f(t) dan h(t) diketahui (ingat bahwa h(t) dapat diturunkan dari f(t) dengan
menggunakan Transformasi Hilbert), maka untuk A(t) dan q(t) diperoleh :
Page 78
Hockey Stick
Adalah istilah yang populer digunakan dalam industri pengolahan data seismik untuk
menjelaskan fenomena sebuah event seismik yang melengkung menyerupai bentuk stick
hockey. Event seismik tersebut berada dalam gerbang CDP setelah proses NMO.
Dalam proses NMO, bentuk event yang dikehendaki adalah sedatar mungkin (flat), akan
tetapi karena efek anisotropi dan karakter jejak gelombang, bentuk hockey stick adalah
bentuk yang lazim diperoleh. Dengan memahami bentuk hockey stick dalam gerbang CDP,
kita dapat mendesain mute yang optimal sehingga diperoleh final stack yang bagus. Desain
mute yang optimal terletak pada titik lengkung hockey stick tersebut. Jika desain mute
terlalu ke arah far offset, maka gelombang frekuensi rendah akibat stretching akan muncul
di dalam stack. Jika desain mute terlalu kearah near offset maka kita akan kehilangan data.
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 79
Huygens Principle
Huygens Principle (Prinsip Huygens) menyatakan bahwa setiap titik-titik pengganggu yang
berada didepan muka gelombang utama akan menjadi sumber bagi terbentuknya deretan
gelombang yang baru.
Courtesy Answer.com
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 80
Interval Velocity
Kecepatan lapisan ke-n dapat dihitung berdasarkan rumus Dix (Dix Formula), yang
diturunkan dari kecepatan rms.
Gambar dibawah ini menunjukkan perbedaan kurva kecepatan rms dan kecepatan
interval.
Page 81
Page 82
Kehadiran seri error n(i) menunjukkan fakta bahwa informasi pola yang diberikan adalah
berupa estimasi. Sekarang kita mempunyai 2 seri waktu : trace seismik T(i) dan log
Impedasi ln Z(i), masing-masing dengan waveletnya dan parameter bising. Fungsi objektif
dimodifikasi sedemikian rupa sedemikian rupa sehingga mengandung dua suku yang
diboboti oleh variasi bising relatif.
Peminimalan fungsi ini akan memberikan solusi bagi koefisien refleksi yang berusaha
mengkompromikan dengan pemodelan silmultan trace seismik saat menyesuaikan dengan
pola impedansi yang telah diketahui.
Jika noise seismik dan Impedansi trend noise dimodelkan sebagai sekuen Gaussian maka
variansinya menjadi parameter tuning dimana penggunan dapat memodifikasi untuk
menggeser titik-titik dimana kompromi terjadi. Artinya pada satu sisi ekstrim saja
informasi seismik digunakan dan pada ekstrim lainnya hanya digunakan trend impedansi.
dimana s(t) = trace seismik, w(t) = wavelet seismik, r(t) = reflektivitas bumi, n(t) noise.
Page 83
Kecepatan Gelombang P
Setiap material bumi memiliki kecepatan gelombang P tertentu.
Secara umum, kecepatan gelombang P (seismik refleksi) semakin meningkat dengan
meningkatnya kekompakakan suatu material.
Lihat karakteristik kecepatan gelombang P untuk berbagai material bumi pada gambar
dibawah ini.
Page 84
Page 85
A adalah TVDSS (True Vertikal Depth Sub Sea) sama seperti kasus TVD diatas hanya saja
dihitung dari muka air laut (MSL = Mean Sea Level).
B adalah TVDBML (True Vertical Depth Below Mud Line) adalah TVD yang dihitung dari
Sea Floor (ML=Mud Line)
C adalah MDSS (Measured Depth Sub Sea) sama seperti definisi MD diatas hanya saja
dihitung dari MSL.
D adalah MDBML (Measured Depth Below Mud Line) adalah MD dihitung dari ML.
Page 86
Page 87
Lambda Mu Rho
Lambda-Rho dan Mu-Rho merupakan parameter Lame yang diperoleh dari inversi AVO
(Amplitude Versus Offset) yang berguna untuk mempertajam identifikasi zona reservoar
[Goodway et al., 1997].
Lambda-Rho dan Mu-Rho diturunkan dari persamaan reflektivitas impedansi gelombang P
dan S [Fatti et al., 1994].
Berikut turunan persamaan Fatti untuk Lambda-Rho dan Mu-Rho berikut contoh
lapangannya.
Page 88
Courtesy Satinder Chopra, Core Lab Reservoir Technologies, Calgary, Canada and Doug
Pruden, GEDCO, Calgary, Canada.
Gambar diatas menunjukkan zona gas dengan Lambda-Rho yang rendah (biru) dan MuRho yang tinggi (merah dan kuning).
Biasanya inversi AVO untuk Lambda-Rho dan Mu-Rho dilakukan pada reservoar klastik.
Page 89
Love Wave
Love wave atau gelombang Love adalah gelombang geser (S wave) yang terpolarisasi
secara horizontal (SH). Gelombang Love termasuk kategori gelombang permukaan.
Courtesy of darylscience
Page 90
Page 91
Page 92
Page 93
Page 94
Migrasi
Proses migrasi dilakukan pada data seismik dengan tujuan untuk mengembalikan reflektor
miring ke posisi 'aslinya' serta untuk menghilangkan efek difraksi akibat sesar, kubah
garam, pembajian, dll.
Terdapat beberapa macam migrasi: Kirchhoff migration, Finite Difference migration,
Frequency-Wavenumber migration dan Frequency-Space migration [Yilmaz, 1987]. Akhirakhir ini metoda-metoda migrasi mutakhir seperti Reverse Time Migration, Controlled
Beam Migration lahir sejalan dengan semakin tingginya tantangan eksplorasi.
Page 95
Sebagaimana ditunjukkan oleh gambar di atas, fasa minimum dicirikan jika sebagian besar
energi amplitudo wavelet berada diawal, fasa nol dengan simetris di tengah-tengah dan
fasa maksimum diakhir wavelet.
Untuk mengubah fasa diatas dilakukan pendekatan matematis sbb:
Page 96
Berikut contoh mistie akibat pergesaran waktu (time shifting) dan perbedaan amplitudo:
Fenomena mis tie banyak terjadi pada interpretasi seismik 2 dimensi. Kalau kita tidak
peduli dengan mis tie, maka ketika kita mem-plot kontur horizon tertentu maka kontur
tersebut akan menghasikan artifak yang menyesatkan.
Page 97
Courtesy Barley B. and Summers T., BP Exploration, The Leading Edge 2007
Gambar di bawah ini menunjukkan perbandingan rekaman seismik konvensional (kiri)
dan multi azimuth (kanan). Apakah anda melihat perbedaan yang cukup signifikan?
Courtesy Barley B. and Summers T., BP Exploration, The Leading Edge 2007
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 98
Persamaan diatas menunjukkan multi linear regresi untuk mencari nilai y berdasarkan
input x1, x2 dan seterusnya sampai xi . Penyelesaian persamaan ini adalah mencari nilai
koefisien b dan konstanta
Untuk memperoleh nilai dan koefisien b, maka langkah matematis yang dilakukan adalah
dengan meminimalkan selisih antara nilai target dengan nilai prediksi. Nilai selisih tersebut
biasanya dituliskan dalam R2
Page 99
Gambar dibawah menujukkan discrete prolate spheroidal sequences untuk 5 orde terendah.
Page 100
Multiattribute Analysis
Adalah sebuah analisis seismik untuk memprediksi sifat reservoir seperti porositas, vshale,
water saturation, dll., berdasarkan masukan data atribut seismik. Algoritma didalam
multiatribut analisis cukup beragam.
Software komersial seperti Hampson-Russell menggunakan Multi Linear Regression (MLR)
dan Artificial Neural Network Analysis (ANN) sebagai algoritma untuk analisis multiatribut
ini.
Tahapan-tahapan didalam studi ini meliputi: well seismic tie, log filtering (lihat penjelasan
dibawah), pemilihan atribut yang sesuai, krosploting, analisis multiatribut untuk training
data (yakni data disekitar well), penerapan multiatribut untuk seluruh volume data. Jika
memungkinkan melakukan normalisasi hasil akhir jika kita tidak setuju dengan
persamaan yang ditunjukkan oleh hasil krosplotting.
Gambar-gambar dibawah ini menunjukkan contoh penerapan ANN pada multiattribut
analysis untuk memprediksi porositas reservoir berdasarkan data impedance (hasil
seismik inversi), Amplitude Weighted Frequency, Cosine Instantaneous Phase, Integrate, YCoordinate, Integrated Absolute Amplitude.
Page 101
Courtesy Hampson-Russell
Gambar diatas menunjukkan penerapan multi attribute analysis untuk training data.
Perhatikan hasil prediksi porositas (merah) memiliki kemiripan dengan porositas target
dari well (hitam). Hal penting didalam menerapkan analysis ini adalah kita harus
melakukan band-pass filter untuk data log sehingga memiliki rentang frekuensi yang sama
dengan rentang frekuensi seismik, katakanlah band pass dengan 2-10-45-65Hz.
Page 102
Courtesy Hampson-Russell
Page 103
Courtesy Hampson-Russell
Page 104
Page 105
Near-Far Offset
Near Offset adalah tras-tras seismik yang terdekat dengan sumber getar sedangkan Far
Offset adalah tras-tras yang terjauh. Lihat gambar dibawah ini:
Page 106
NMO
NMO (Normal Move Out) adalah perbedaan antara TWT (Two Way Time) pada offset
tertentu dengan TWT pada zero offset.
Koreksi NMO dilakukan untuk menghilangkan efek jarak (ingat penampang seismic yang
anda interpretasi adalah offset nol (zero offset)).
Untuk model perlapisan horizontal, Koreksi NMO dirumuskan sbb:
Page 107
Page 108
Gambar diatas menunjukkan sebuah rekaman dengan data gelombang refleksi dan noise
(gelombang permukaan / ground roll) dan gelombang langsung (direct wave).
Noise terbagi menjadi dua kelompok: noise koheren (coherent noise) dan noise acak
ambient (random ambient noise).
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 109
Page 110
Nyquist Frequency
Adalah frekuensi tertinggi yang dimiliki oleh gelombang seismik.
Secara matematis Frekuensi Nyquist dituliskan sbb:
FN=1/(2 x interval sampling)
Sehingga jika interval sampling 0.0025 mili detik (2.5 detik) , maka Frekuensi Nyquist
adalah 200Hz.
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 111
Courtesy of darylscience
Rekaman seismik refleksi suatu eksplorasi migas merupakan rekaman gelombang P yang
menjalar dari sumber (dinamit, vibroseis, dll.) ke penerima (geophone).
Gelombang P menjalar dengan kecepatan tertentu. Jika melewati material yang bersifat
kompak atau keras misalnya dolomit maka kecepatan gelombang P akan lebih tinggi
dibanding jika melewati material yang 'lunak' seperti batulempung.
Sebagai fungsi dari modulus bulk(k) , modulus geser (), dan densitas (), kecepatan
gelombang P (Vp) adalah:
Vp=[(k+4/3)/]0.5
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 112
Selanjutnya komponen frekuensi rendah, B(t) dikurangi dari Kuat Refleksi, A(t), untuk
memperoleh Perigram, g(t) :
Page 113
Dengan kata lain, jejak real f(t), sama dengan Kuat Refleksi A(t), dikalikan dengan cosinus
fasa, cos q(t).Perigram didefinisikan oleh :
dan,
Dengan kata lain, walaupun Perigram bernilai positif, hasil perkalian Perigram dengan
Cosinus Fasa sama dengan data masukan f(t), dikali dengan jejak skalar, yang berharga
kurang dari 1.
Jika Perigram bernilai perigram negatif maka amplitudo bernilai nol. Perigram X Cosinus
Fasa berperan dalam menampilkan zona amplitudo tinggi dan event-event kontinyu.
Bright Spot yang berasosiasi dengan gas sand, misalnya, akan terlihat secara jelas secara
ketika reflektor energi rendah sekitar tereduksi menjadi nol.
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 114
Gambar dibawah ini adalah contoh real dari hubungan antara log sonic dengan log
resistivity. Dari sini kita dapat mengetahui koefisien persamaan Faust (a dan c).
Page 115
Jika kita menganggap data log diatas sebagai sumur bor referensi, yang akan digunakan
untuk memprediksi sumur bor lain (yang menjadi target) yang tidak memiliki log sonic
tetapi memiliki log resistivity , maka tentu saja kita harus mempertimbangkan kemiripan
karakteristik geologi sumur bor target dengan sumur bor referensi.
Page 116
Page 117
Page 118
Page 119
Page 120
MIGRASI
Migrasi adalah proses trasportasi minyak dan gas dari batuan sumber menuju reservoir.
Proses migrasi berawal dari migrasi primer (primary migration), yakni transportasi dari
source rock ke reservoir secara langsung. Lalu diikuti oleh migrasi sekunder (secondary
migration), yakni migrasi dalam batuan reservoir nya itu sendiri (dari reservoir bagian
dalam ke reservoir bagian dangkal).
Page 121
Prinsip dasar identifikasi jalur-jalur migrasi hidrokarbon adalah dengan membuat peta
reservoir. Kebalikannya dari air sungai di permukaan bumi, hidrokarbon akan melewati
punggungan (bukit-bukit) dari morfologi reservoir. Daerah yang teraliri hidrokarbon
disebut dengan drainage area (Analogi Daerah Aliran Sungai di permukan bumi). Jika
perangkap tersebut telah terisi penuh (fill to spill) sampai spill point, maka hidrokarbon
tersebut akan tumpah (spill) ke tempat yang lebih dangkal. Berikut contohnya:
Courtesy Sintef
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 122
Page 123
Poisson Impedance
Adalah sebuah atribut yang diturunkan dari kombinasi P Impedance ( Vp) dan S
Impedance ( Vs). Poisson Impedance diklaim sebagai atribut yang berhubungan langsung
dengan indicator hidrokarbon. Ide dasar dari Poisson Impedance dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Page 124
Courtesy Hampson-Russell
Page 125
Berdasarkan hasil uji laboratorium, setiap batuan memiliki nilai Poissons Ratio yang
spesifik, misalnya: Sedimen laut dangkal (Hamilton, 1976) memiliki kisaran Poissons
Ration antara 0.45-0.50; Batupasir tersaturasi air garam (Domenico, 1976): 0.41; Batupasir
tersaturasi gas (Domenico, 1976): 0.10. Dari hasill uji lab Domenico (1976) kita melihat
bahwa batupasir yang tersaturasi gas memiliki Poissons Ratio 25% lebih rendah
dibandingkan batupasir yang tersaturasi air garam. Adanya kontras Poissons Ratio yang
tajam pada lapisan batuan akibat kehadiran gas, seringkali sifat fisis ini digunakan untuk
mendeterminasi zona akumulasi gas. Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan antara
besaran Poissons Ratio sebagai fungsi dari prosentase kehadiran gas dalam batuan
bersamaan dengan sifat kecepatan gelombang.
Ostrander, 1984
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 126
Page 127
Page 128
Page 129
Page 130
Page 131
Referensi:
Amundsen, et. al, Decomposition of electromagnetic fields into
upgoing and downgoing components, Geophysics, vol 71, no 5, October 2006.
Johansen, S., et al., How EM survey analysis validates current technology, processing and
interpretation methodology, first break vol 26 June 2008.
Rosten, T., et.al, Stat Oil R&D Center, Norsk Hydro R&D Center, Electromagnetic
Geoservices (emgs), Earth and Planetary Exploration Services (EPX).
Srnka, L.J. (ExxonMobil Upstream Research Company, Houston, TX), EGM 2007
International Workshop, Innovation in EM, Grav and Mag Methods: a new Perspective for
Exploration
Capri, Italy, April 15 18, 2007.
Page 132
Sehingga kuat refleksi selalu bernilai positif dan selalu mempunyai magnitudo yang sama
dengan jejak seismik real.
Jejak Kuat Refleksi (b) sebagai envelop amplitudo dari jejak Reflektivitas (a)
(Redrawn from Landmark, 1996)
Page 133
Resolusi seismik
Resolusi seismik adalah kemampuan untuk memisahkan dua reflektor yang berdekatan.
Didalam dunia seismik, resolusi terbagi dua: resolusi vertikal (temporal) dan lateral
(spasial).
Page 134
Dari tabel diatas kita melihat bahwa untuk anomali dangkal dengan kecepatan gelombang
seismik 2500 m/s dan frekuensi 50Hz diperoleh resolusi vertikal 12.5 meter, artinya batas
minimal ketebalan lapisan (ketebalan tuning / tuning thickness) yang mampu dilihat oleh
gelombang seismik adalah 12.5 meter.
Widess[1973] dalam papernya 'How thin is a thin bed', Geophysics, mengusulkan 1/8
sebagai batas minimal resolusi vertikal. Akan tetapi dengan mempertimbangkan kehadiran
noise dan efek pelebaran wavelet terhadap kedalaman maka batas minimal resolusi
vertikal yang dipakai adalah 1/4.
Resolusi lateral dikenal dengan zona Fresnel (r) dengan:
Untuk anomali dalam dengan waktu tempuh 4s, v 5500 m/s dan f 20 Hz, batas minimal
lebar anomali yang mampu dilihat oleh gelombang seismik adalah 1229.8 meter.
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 135
Page 136
Courtesy Howard, M, Marine seismic surveys with enhanced azimuth coverage: Lessons in
survey design and acquisition, The Leading Edge, April 2007.
Gambar di atas menunjukkan konsep rich azimuth survey, yang digambarkan sebagai MAZ
+ WAZ = RAZ. Panel atas menggambarkan diagram rose dari distribusi offset-azimuth.
Warna panas (merah) menunjukkan jumlah fold yang tinggi dan warna dingin (biru)
menunjukkan jumlah fold yang rendah. Panel bawah menunjukkan posisi kapal (bintik
hitam) dan kabel perekam (garis hijau) untuk masing-masing survey.
Panel kiri menunjukkan distribusi offset-azimuth untuk survey MAZ, dengan azimuth 3
arah, tetapi tiap arah memiliki azimuth yang sempit. Panel tengah menunjukkan distribusi
offset-azimuth untuk survey WAZ, dengan azimuth yang cukup lebar, tetapi hanya ke satu
arah. Panel kanan menunjukkan distribusi offset-azimuth untuk survey RAZ, dengan
azimuth yang lebar dan memiliki distribusi ke 3 arah.
Artikel ini kontribusi Befriko Murdianto, Chevron Indonesia Company
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 137
Setiap lapisan memiliki kecepatan interval (V1, V2, V3,...,Vn), n adalah jumlah lapisan.
Sehingga kecepatan RMS sampai titik tertentu pada lapisan ke-n adalah:
Dari persamaan diatas terlihat bahwa kecepatan rms merupakan kecepatan interval yang
diberikan nilai weighting (pembobotan).
Page 138
Page 139
Page 140
Berdasarkan gambar diatas kita melihat bahwa secara bebas dapat dikatakan bahwa
impedansi akustik (hasil inversi) merepresentasikan sifat fisis 'internal' batuan sedangkan
rekaman seismik merepresentasikan 'batas batuan'. Sehingga hasil inversi dapat digunakan
untuk menginterpretasi perubahan fasies dalam suatu horizon geologi. (Sebenarnya bagi
ahli geofisika, sifat fisis internal pun dapat 'dilihat' berdasarlam karakter amplitudo atau
frekuensi rekaman seismiknya, anda setuju?).
Pemilihan 'wavelet yang diprediksi' pada proses inversi merupakan prosedur yang sangat
penting, anda harus yakin betul bahwa sifat 'wavelet yang diprediksi' mencerminkan
horizon yang menjadi target anda. Caranya ? diantaranya dengan mengekstrak wavelet
pada horizon yang menjadi target inversi. Inipun tidak ada jaminan...karena sifat wavelet
yang tergantung terhadap fasa dan attenuasi.
Page 141
Page 142
Page 143
Page 144
Page 145
Page 146
Page 147
Didalam prakteknya, kedua komponen gelombang yang terekam secara horizontal tersebut
akan dikalkulasi lebih lanjut sehingga diperoleh komponen gelombang yang lain yaitu
gelombang SH (Tangensial) dan SV (Radial), melalui persamaan:
SV=(NS cos )+(EW sin ) 1)
SH=(-NS sin )+(EW cos ) 2)
merupakan azimuth, yakni sudut yang dibentuk oleh proyeksi horizontal sumber
penerima terhadap arah utara.
Dikarenakan kecepatan gelombang P lebih tinggi (~2 kali) daripada gelombang S, maka
waktu tempuh nya pun berbeda.
Page 148
Gambar sebelah kiri adalah rekaman PP dan kanan adalah rekaman PS, perhatikan TWT PS
sekitar 2X TWT PP. Courtesy: Lawton, Don C, et al., 2001, Multicomponent survey at Calgary
AirportCREWES Research Report Volume 13
Page 149
Shear Wave
Jika bumi yang 'tenang' diberikan gangguan, misalnya diganggu dengan diledakannya
sebuah dinamit, maka partikel-partikel material bumi tersebut akan bergerak dalam
berbagai arah. Fenomena pergerakan partikel material bumi ini disebut dengan
gelombang.
Jika pergerakan partikel tersebut tegaklurus dengan arah penjalaran gelombang, maka
disebut dengan gelombang geser (shear wave) (gelombang sekunder atau secondary wave
atau gelombang S).
Gambar dibawah menunjukkan karakter material sebelum diganggu dan karakter
gelombang S.
Page 150
Courtesy of darylscience
Sebagai fungsi dari modulus geser (), dan densitas (), kecepatan gelombang S (Vs)
adalah:
Vs=[/]0.5
Page 151
Jika gelombang S melewati sebuah medium homogen isotropis, maka waktu tempuh
gelombang SV akan sama dengan waktu tempuh gelombang SH (lihat persamaan
matematika pada subject seismic multicomponent pada blog ini untuk menurunkan
gelombang SH dan SV dari sebuah survey seismik multicomponent).
Sedangkan jika terdapat perbedaan sifat fisis (contoh: foliasi mineral) maupun perbedaan
karakter struktur medium (contoh: orientasi fracture) ke arah vertikal maupun ke arah
horizontal maka akan menghasilkan waktu tempuh yang berbeda bagi kedua jenis
gelombang tersebut, fenomena perbedaan waktu tempuh tersebut dikenal dengan shear
wave splitting. Berikut ilustrasinya untuk sebuah gelombang S yang melewati medium
dengan fracture vertikal:
Dari gambar diatas terlihat bahwa sebuah gelombang S yang melewati medium dengan
fracture berorientasi vertikal akan meghasilkan pemisahan komponen SH dan SV dengan
SV datang lebih cepat (lebih awal) dibandingkan SH yang datang lebih lambat. Dengan kata
lain gelombang S yang merambat tegak lurus dengan fracture akan datang lebih lambat
sedangkan gelombang S yang sejajar dengan fracture akan datang lebih cepat. Jika kita
kembangkan lebih lanjut, delay time () akan semakin besar jika gelombang S merambat
tegak lurus dengan fracture dan semakin kecil jika merambat sejajar dengan fracture.
Page 152
Tahap kedua, setelah LMO dilakukan, tras-tras tersebut dijumlahkan (stack) sehingga
diperoleh Slant Stack.
Page 153
Page 154
Spike
Secara bahasa spike diterjemahkan sebagai paku. Di dalam terminologi seismik istilah
spike digunakan untuk menjelaskan sifat kelangsingan dari sebuah wavelet atau
gelombang refleksi.
Ingat bahwa batas perlapisan batuan ditunjukkan oleh bentuk gelombang yang gemuk.
Interpreter menginginkan bentuk gelombang tersebut selangsing mungkin...idealnya
seperti paku (spike).
Page 155
SRME
SRME (Surface Related Multiple Elimination) adalah metoda untuk menghilangkan energi
multiple yang dihasilkan oleh batas air-udara. Multiple yang dihasilkan oleh batas airudara ini kadang-kadang sangat sulit dihilangkan dengan menggunakan metoda demultipel
konvensional seperti Radon atau pun Tau-P (Geotrace).
Walaupun metoda SMRE sudah diperkenalkan oleh Verschuur dan Berkhout sejak tahun
1997, namun metoda ini baru populer di industri migas sejak tahun 2003-an.
Metoda SRME memiliki tiga tahap utama: pertama, menghilangkan noise non fisis,
regulasisasi data sehingga diperoleh grid sumber-penerima yang konstan, interpolasi near
dan intermediate offset yang hilang, menghilangkan gelombang langsung dan gelombang
permukaan. Kedua: prediksi multiple, prediksi ini didasarkan pada observasi bahwa
multiple yang terkait dengan permukaan dapat diprediksi melalui konvolusi temporal dan
spasial dari data itu sendiri (Berkhout, 1982). Ketiga: data input dikurangi dengan multiple
yang terprediksi pada tahap dua (Long et al., 2005).
Tahapan-tahapan metoda SRME dapat dilihat pada gambar dibawah ini (gambar courtesy:
Long et al., 2005):
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 156
Untuk memahami teori SRME secara mendalam, terdapat sebuah referensi yang cukup
bagus yakni Seismic multiple removal techniques. Past, present and future oleh Eric
Verschuur, EAGE Publications BV.
Gambar dibawah menunjukkan keampuhan metoda SRME dibandingkan dengan metoda
konvensional.
Page 157
Page 158
Gambar diatas menunjukkan prinsip koreksi NMO, hiperbola refleksi di-adjust dengan
menggunakan model kecepatan (kecepatan rms atau kecepatan stacking) sehingga
berbentuk lapisan horizontal, selajutnya tras-tras NMO dijumlahkan (stacking).
Static Correction
Static Correction atau koreksi statik adalah proses pengolahan data seismik untuk
menggeser waktu tras seismik yang bergeser akibar lapisan lapuk di permukaan bumi atau
akibat perbedaan topografi sumber dan penerima atau akibat perbedaan yang ekstrim
pada batimetri dasar laut.
Gambar dibawah menunjukkan penampang seismik refleksi sebelum dan setelah koreksi
statik.
Page 159
Sweep Vibroseis
Adalah gelombang mini atau pulsa yang dihasilkan oleh sumber getar vibroseis. Sweep
berkarakter sinusoidal dengan frekuensi semakin besar terhadap waktu.
Gambar berikut menunjukkan karakter sweep dan contoh pengolahan data seismik dengan
sumber getar vibroseis.
Page 160
Gambar (a) adalah sweep (b) adalah respon reflektivitas bumi (c) konvolusi antara (a) dan
(b), (d) adalah kros-korelasi antara (a) dan (c).
Perhatikan hasil (d) yang merepresentasikan karakter bumi (b). Menakjubkan bukan ?
Gelombang sweep diatas dihasilkan dengan menggunakan persamaan:
Tau-P
Pengolahan data seismic pada domain -p sudah cukup lama digunakan didalam industri
migas. Sebelum memahami konsep dasar transformasi data seismic dalam gerbang CDP
(CDP gather) dari domain t-x (waktu-offset) ke domain -p, marilah kita pelajari terlebih
dahulu definisi dan definisi p.
Hubungan dengan waktu (t) dan offset (x) dapat dijelaskan berdasarkan hubungan =tpx, p adalah ray parameter atau slowness atau phase velocity dimana p= sin ()/v, adalah
sudut tembak sinar seismic untuk offset (x) dan waktu (t) tertentu.
Page 161
Untuk konfigurasi diatas, kita akan mendapatkan sebuah rekaman seismic seperti yang
diilustrasikan pada gambar (kiri) dibawah ini, demikian juga dengan hasil transformasinya
gambar (kanan). Dengan kalkulasi:
p1=sin(1)/v1 dan 1=t1-p1.x1 (trace a)
p2=sin(2)/v1 dan 2=t2-p2.x2 (trace b)
p3=sin(3)/v1 dan 3=t3-p3.x3 (trace c)
Page 162
Courtesy UCSD
Page 163
Persamaan (2) disebut dengan persamaan inversi rekursif diskrit. Permasalahan utama
yang terjadi pada inversi rekursif adalah kehilangan komponen frekuensi rendah. Untuk
mengatasi hal ini, frekuensi rendah dapat terpenuhi dari log sonik yang telah di filter,
analisa kecepatan seismik, dan model geologi.
Page 164
Page 165
Sementara Inversi Transformasi Gabor dapat dilakukan dengan dua cara berikut:
Page 166
Page 167
Courtesy Jain, S., 44th Annual International SEG Meeting, Dallas, TX, 1974 and Joint CSEGCSPG Convention, Calgary, 1975.
Sedangkan koreksi akibat jarak sumber-penerima (kategori 2) adalah:
Courtesy Jain, S., 44th Annual International SEG Meeting, Dallas, TX, 1974 and Joint CSEGCSPG Convention, Calgary, 1975.
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 168
Courtesy Jain, S., 44th Annual International SEG Meeting, Dallas, TX, 1974 and Joint CSEGCSPG Convention, Calgary, 1975.
Koreksi akibat variasi kategori 3 dan 4 dapat dilakukan dengan filtering, serta berbagai
metoda eliminasi noise dan kill trace.
Page 169
TWT
TWT (Two-Way Traveltime) adalah waktu tempuh gelombang seismik dari sumberreflektor-penerima, dengan jarak sumber-penerima (offset) sama dengan nol (zero offset).
Dengan kalimat lain TWT adalah waktu yang diperlukan oleh gelombang seismik untuk
merambat dari sumber gelombang (dinamit, vibroseis, dll.) menuju reflektor (lapisan
batuan dibawah permukaan bumi) kemudian kembali memantul ke penerima gelombang
di permukaan bumi (receiver), dengan jarak sumber gelombang dengan penerima sama
dengan nol (lokasi sumber-penerima sama).
Page 170
Velocity Analysis
Velocity Analysis (analisa kecepatan) adalah upaya untuk memprediksi kecepatan
gelombang seismik sampai kedalaman tertentu. Analisa kecepatan dilakukan didalam
proses pengolahan data seismik pada data CMP (Common Mid Point) gather.
Terdapat empat macam analisa kecepatan:
1. Analisa t^2-x^2 (^2 adalah simbol untuk kuadrat)
2. CVP (Constant Velocity Panels)
3. CVS (Constant Velocity Stacks)
4. Analisa Velocity Spectra: Amplitudo Stacking, Amplitudo Stacking yang dinormalisasi,
Semblance.
Analisa t2-x2
Jika informasi waktu (t2) dan offset (x2) pada sebuah hiperbola refleksi (sebelum dilakukan
koreksi NMO) diplot, maka akan menghasilkan garis linear. Kemiringan garis linear ini
mencermikan kecepatan bumi (v2) dari permukaan sampai batas refleksi yang
bersangkutan. Akar dari v2 adalah kecepatan bumi yang diprediksi melalui analisis ini.
Page 171
Page 172
Page 173
Gambar diatas menunjukkan contoh analisa kecepatan untuk koreksi NMO. Dari gambar
diatas (panel kiri) apakah anda bias melihat fenomena multiple? (gunakan panel kanan
sebagai pembanding).
Velocity Sag
Adalah anomali gelombang refleksi yang diakibatkan oleh zona kecepatan rendah sehingga
waktu tiba gelombang seismik menjadi terlambat.
Didalam penampang refleksi fenomena velocity sag ini terlihat sebagai pelendutan refleksi
dengan keadaan geologinya tidaklah demikian.
Gambar dibawah ini adalah contoh anomali velocity sag pada zona gas yang terperangkap
pada sebuah antiklin (merah terang). Perhatikan reflector biru terang sebagai gas-fluid
contact yang melendut akibat zona gas diatasnya. Keadaan geologi gas-fluid contact
seharusnya flat bukan?
Fenomena ini kadang-kadang disebut juga dengan puss-down velocity anomaly. Lawannya
adalah pull-up velocity anomaly.
Page 174
Page 175
Rekaman VSP merupakan komposit dari gelombang downgoing dan upgoing dari jenis
gelombang kompresi (P) dan/atau gelombang geser (S) dan juga gelombang Stoneley yang
berhubungan dengan lubang bor dan fluida sumur.
Gelombang downgoing adalah gelombang yang terekam oleh geophone tanpa terefleksikan
terlebih dahulu. Sedangkan gelombang upgoing adalah gelombang yang terefleksikan.
Pengolahan VSP
Pengolahan data VSP terbagi menjadi beberapa tahap: demultiplex, korelasi (jika sumber
getarnya vibrator), koreksi dari efek fluktuasi, koreksi rotasi alat dan sumur miring,
eliminasi data yang buruk, stacking, pemilahan komponen gelombang jika perekam yang
dipakai multicomponent.
Gambar di bawah ini adalah contoh rekaman VSP setelah editing dan stacking:
Page 176
Selanjutnya, jika sumber dan penerima dianggap memiliki garis yang tegak lurus dengan
reflektor, maka standar pengolahan data VSP adalah sbb:
1. Dekonvolusi gelombang upgoing dengan gelombang downgoing. Proses ini
ditujukan untuk mengeliminasi efek sinyal sumber dan multiple downgoing.
2. Flattening gelombang upgoing yang telah didekonvolusi, proses ini menjadikan
gelombang upgoing mirip dengan rekaman seismik biasa.
3. Membuat stack VSP
Page 177
Referensi: Jean-Luc Mari, Geophysics of Reservoir and Civil Engineering, 1999, Institut
Francais Du Petrole Publications
Page 178
2. Net to Gross (N/G) adalah persentase reservoir setelah dikurangi kandungan shale. N/G
memiliki satuan persen atau desimal. Sebagai contoh reservoir silisiklastik dengan
N/G=80%, memiliki kandungan 20% shale.
3. Porositas (satuan persen atau desimal)
4. Oil Saturation (OS) adalah tingkat kejenuhan minyak (persen atau desimal)
5. Gas Saturation (GS) adalah tingkat kejenuhan gas (persen atau desimal)
6. Recovery Factor (RF) untuk minyak dan gas : seberapa persenkah minyak dan gas dapat
diangkat kepermukaan (persen atau desimal)
7. Formation Volume Factor (FVF) adalah tingkat pengembangan minyak di permukaan
bumi setelah dikeluarkan dari reservoir. Karena pengaruh tekanan satu liter volume
minyak di dalam reservoir akan mengembang setelah dikeluarkan ke permukaan. Kisaran
FVF pada 3500 psia adalah 1.333 bbl/STB.
8. Gas Expansion Factor (GEF), definisi sama dengan FVF tetapi untuk kasus gas. Kisaran
GEF 230-300 scf/cf.
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 179
Vp/Vs
Vp/Vs merupakan salah satu sifat fisis yang penting didalam mendeterminasi litologi dari
data log maupun data seismik. Disamping itu Vp/Vs merupakan indicator untuk fluida pori
(baca hidrokarbon) dalam suatu reservoir.
Idealnya, Vp dan Vs diperoleh dari data sonic P dan sonic S dan seismic multikomponen.
Akan tetapi, pengukuran sonic S dan survey seismic multikomponen sangatlah terbatas
dibandingkan dengan sonic P dan seismic single komponen (P saja).
Oleh karena itu untuk memperoleh informasi Vs, biasanya diperoleh dengan pengukuran
empirik suatu sampel batuan ataupun dengan mengadopsi persamaan-persamaan yang
dihasilkan oleh peneliti lain.
Berikut ini persamaan Vp dan Vs untuk berbagai jenis litologi yang diperoleh dari
pengukuran empirik dari Castagna(1993), Picket (1963) dan Han (1986). Jika kita
mengadopsi persamaan tersebut kita harus menyadari bahwa persamaan tersebut belum
tentu sesuai dengan kondisi litologi dari daerah yang anda teliti. Karena besarnya rasio
Vp/Vs tergantung pada komposisi mineral, porositas, kandungan shale, tekanan,
temperatur, dll.
Limestone yang tersaturasi air:
Vs=-0.05508 Vp2 +1.0168 Vp-1.0305 [Castagna et al., 1993]
Vs=Vp/1.9 [picket, 1963]
Dolomite yang tersaturasi air:
Vs=0.05832Vp-0.07776 [Castagna et al, 1993]
Vs=Vp/1.8 [picket, 1963]
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 180
Page 181
Page 182
Wavelet
Adalah gelombang mini atau pulsa yang memiliki komponen amplitude, panjang
gelombang, frekuensi dan fasa. Dalam istilah praktis wavelet dikenal dengan gelombang
yang merepresentasikan satu reflektor yang terekam oleh satu geophone.
Page 183
Dimana f adalah frekuensi, dt adalah interval sampling, t adalah waktu dan to adalah waktu
awal.
Page 184
Page 185
Page 186
Gambar di atas merupakan contoh hasil well-seismic tie untuk sumur bor miring
(deviated). Trace synthetic ditunjukkan dengan warna pink, perhatikan peak pada sintetik
cukup berkorelasi dengan baik dengan peak seismik, demikian juga dengan trough-nya.
Berikut adalah tanya jawab seputar Well Seismic Tie yang dihimpun dari
http://www.ensiklopediseismik.blogspot.com
Apakah ketika melakukan well-tie (katakanlah 5 sumur masing2 pny checkshot) diharuskan
bentuk waveletnya semirip mungkin satu sama lain?
Jika lokasi well nya berdekatan dan zona target nya satu level kedalaman, secara teoritik
waveletnya harus mirip. Apalagi jika kita melakukan kontrol fasa saat processing (dikontrol agar
zero phase untuk setiap kedalaman).
Apakah bentuk wavelet bisa bebas yg penting nilai korelasi-nya tinggi dng window yg cukup
lebar tentunya (400-500ms), ato harus dibuat bentuknya seperti minimum phase?
Tidak, fungsi nilai korelasi akan sangat tergantung pada kecocokan wavelet yang dipilih.
Bagaimana cara mengkoreksi data sonic yg akan kita gunakan utk well-tie?
Mencurigai nilai-nilai spike diantaranya dengan melihat calliper log untuk mewaspadai wash
out zone.
Bgmn jika kita menggunakan transformasi dari data resistivity (persamaan Faust)? Apakah
sonic yg hasil transformasi lebih bagus (lebih terpercaya) dari sonic asli?
Jika punya, pakailah sonic asli. Kecuali jika anda tidak mempercayai sonic (karena sesuatu hal)
anda terpaksa memakai sonic dari Faust.
Ada yg bilang kepada saya bahwa buatlah bentuk wavelet mirip dgn minimum phase
(polaritas SEG ato Europe) ketika melakukan well seismic tie, karena bentuk minimum phase
adalah bentuk yg paling masuk akal untuk bentuk wavelet real di lapangan. Apakah ini
mutlak benar?
Saran, koreksi, komentar: agusabdullah@gmail.com
Page 187
Wavelet dengan parameter fasa 124 derajat dan shifting 27ms kurang lebih memiliki bentuk
yang mirip dengan minimum phase. Jadi wavelet yang dipakai dilaporan tersebut adalah
'minimum' phase. Dengan demikian kita akan mendapatkan syntetik yang mirip untuk fasa
minimum yang sesungguhnya dengan zero phase yang dirotasi 124 derajat dan shifting 27ms.
TETAPI kros plot frekuensi terhadap fasa untuk kedua wavelet tersebut berbeda. Untuk rotated
wavelet, fasa wavelet dipertahankan nol untuk semua frekuensi. akan tetapi untuk minimum
phase, fasanya akan berbeda dari satu frekuensi ke frekuensi lainnya
Page 188
Page 189
Zoeppritz Equation
Satu asumsi dasar tentang data stack adalah jejak seismik sebagai konvolusi antara wavelet
dengan deret koefisien refleksi. Masing-masing koefisien refleksi merupakan hasil sinar
seismik melewati batas antara dua lapisan.
Pada kasus ini , koefisien refleksi sebagai fungsi dari kecepatan gelombang P dan densitas
masing-masing lapisan batuan.
Persamaannya diberikan oleh :
Page 190
Bentuk akhir dari persamaan Zoeppritz ditunjukkan pada persamaan (4) dimana
berhubungan dengan jejak gelombang pada di bawah ini.
Page 191
Page 192