Teropong Bintang
Disusun Oleh :
Alfina Shabrin
Arinda Elvyra
Christian H S
M. Ichsan M
Siti Hadi Y
Talitha Salsabila A
Yuhan Fitria
(04/X-6)
(08/X-6)
(09/X-6)
(23/X-6)
(26/X-6)
(27/X-6)
(29/X-6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT Yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga tercapainya penulisan karya tulis fisika ini
dengan topik pembahasan mengenai teropong bintang.
Dengan tercapainya penulisan laporan ini kami bermaksud untuk
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Taufikurrahman, M,pd selaku kepala sekolah yang selalu memberi
dukungan dan izin dalam pembuatan laporan ini.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Guru Pengajar
Mata Pelajaran Fisika
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR. ii
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
Waktu Penelitian..2
METODE PENULISAN
3.1
Landasan Teori..3
3.2
Metode Penelitian.....5
3.3
3.4
Cara Kerja.7
Hasil Penelitian......9
4.2
Pembahasan....9
PENUTUP
5.1
Kesimpulan.12
5.2
Saran...12
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Teropong merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat objek-objek yang
sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas. Benda-benda langit, seperti bulan, planet, dan
bintang dapat diamati dengan bantuan teropong. Dengan adanya teropong, banyak hal-hal
yang berkaitan dengan luar angkasa telah ditemukan. Secara umum teropong dibagi menjadi
dua yaitu teropong pantul merupakan teropong yang menggunakan cermin fungsinya untuk
memantulkan cahaya dan teropong bias merupakan alat optik yang pada lensa obyektifnya
mengunakan lensa yang berfungsi untuk membiaskan cahaya. Jadi, perbedaan antara
teropong pantul dan teropong bias terletak pada penggunaan lensa dan cermin. Teropong bias
meliputi teropong bintang, teropong bumi, teropong panggung, dan teropong prisma
(binokuler). Pada laporan ini akan membahas tentang teropong bintang, teropong bintang
atau teropong astronomi merupakan jenis teropong yang dapat digunakan untuk mengamati
benda-benda luar angkasa, misalnya bulan, bintang, dan matahari. Kerja teropong bintang
mirip dengan cara kerja mikroskop. Teropong ini terdiri atas dua buah lensa cembung yaitu
lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif digunakan untuk menangkap cahaya dari
benda-benda yang jauh. Karena jaraknya jauh, benda dapat dianggap diletakkan di luar 2F.
Dengan demikian bayangan yang dibentuknya adalah nyata, terbalik, dan diperkecil.
Bayangan dari lensa objektif ini menjadi benda bagi lensa okuler. Oleh lensa okuler,
bayangan ini dibiaskan lagi sehingga membentuk bayangan yang maya, tegak, dan diperbesar
dan dapat dilihat dengan mata. Dengan demikian benda-benda langit yang jaraknya jauh akan
tampak dekat dan jelas jika dilihat menggunakan teropong bintang. Bayangan yang
dihasilkan teropong bintang adalah terbalik.
Pada laporan ini, akan dijelaskan cara pembuatan teropong bintang menggunakan dua
lup dengan fokus yang berbeda. Penggunaan lup bertujuan untuk melihat benda-benda kecil
sehingga tampak lebih jelas dan besar selain itu sifat lup itu sendiri adalah semakin dekat
dengan mata, semakin besar objek tersebut dapat dilihat dan semakin jauh dengan mata maka
objek yang di amati akan semakin kecil.
1.2
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Dengan menggunakan alat-alat yang sederhana, diharapkan dalam penelitian ini dapat
2.
3.
4.
1.3
2013.
BAB II
METODOLOGI
2.1
Landasan Teori
Dengan adanya teropong, banyak hal-hal yang berkaitan dengan luar angkasa telah
ditemukan. Secara umum teropong dibagi menjadi dua yaitu teropong pantul dan teropong
bias. Teropong yang umum digunakan adalah teropong bias. Sebuah teropong bias sederhana
salah satunya adalah teropong bintang, dimana menggunakan dua buah lensa untuk
1
s'
1
f
Keterangan :
s : Jarak benda
s : Jarak bayangan
f : titik api atau fokus
Gambar 2.1 : struktur bagian dalam teropong bintang pada saat tanpa akomodasi
M=
fob
fok
2.2
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah eksperimen, yakni teknik penelitian yang lebih
menekankan dalam percobaan yang diteliti walaupun dengan wilayah terbatas. Dalam
eksperimen penelitian menggunakan intrinsic case study yang bertujuan untuk memahami
dan mempelajari lebih jauh, lebih spesifik dari latar belakang, hakekat dari kasus, sifat-sifat
serta karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun kasus individu yang kemudian dari sifatsifat tersebut di jadikan suatu hal yang bersifat umum.
Tidak ada satu penelitian pun yang tidak melalui proses pengumpulan data. Dalam
proses pengumpulan data tersebut, ada banyak metode yang bisa digunakan, yang biasanya
disesuaikan dengan jenis penelitiannya. Dalam upaya mengumpulkan data sebanyakbanyaknya tentang metode penelitian eksperimen yang penulis gunakan, maka penulis
menggunakan metode pengumpulan data, sebagai berikut;
Observasi
Istilah
observasi
berasal
dan
bahasa
Latin
yang
berarti
melihat
dan
Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan
komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog
(Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung dengan para ahli
yang lebih mengetahui topik pembahasan karya tulis ini.
Dokumentasi
Lensa obyektif
Lensa obyektif merupakan lensa cembung yang dekat dengan objek benda yang
diamati. Dalam pembuatan teropong ini, ukuran fokus lensa obyektif yang digunakan
lensa okuler.
Alat perekat
Alat perekat yang digunakan adalah selotip, lakban dan lem. Alat perekat ini berfungsi
untuk merekatkan lensa baik okuler maupun obyektif dengan pipa paralon.
Sambungan pipa
Sambungan pipa ini berbeda ukurannya dengan pipa paralon, yakni berdiameter 11
cm. Sambungan pipa berfungsi agar teropong bintang yang dibuat dapat dengan
pipa paralon, diameter sambungan pipa, panjang pipa, dan lain sebagainya.
Gergaji
Untuk memotong pipa paralon agar mendapatkan ukuran sesuai dengan yang
diinginkan.
2.4
Kertas pembungkus
Berfungsi untuk melapisi pipa dan lakban agar tampak lebih indah.
Cara Kerja
1. Langkah pertama yaitu mengukur panjang fokus lensa obyektif dan lensa okuler dengan
menggunakan penggaris panjang. Setelah mendapat panjang fokus dari kedua lensa
tersebut maka kita dapat menentukan panjang dari teropong bintang yang kita buat
dengan rumus;
L = fob + fok
2. Setelah mengukur panjang teropong, maka dua pipa paralon yang berbeda ukuran itu
dipotong menggunakan geraji sesuai dengan pengukuran agar bisa mendapatkan
bayangan yang jelas saat teropong sudah jadi.
3. Letakkan lensa obyektif pada pipa yang berdiameter 10 cm. Karena diameter lensa
obyektif lebih kecil daripada diameter pipa paralon, maka pinggiran lensa obyektif dan
paralon dilapisi lakban agar dapat tepat menyesuaikan pipa paralon dan kemudian
direkatkan menggunakan lem. Sama halnya dengan lensa okuler.
4. Langkah selanjutnya yaitu menyambungkan pipa yang besar dengan pipa berukuran kecil
menggunakan sambungan pipa. Rekatkan kedua pipa tersebut dengan lem agar saat
ditarik tidak lepas antara pipa berukuran besar dan yang kecil.
5. Lapisi pipa paralon dengan menggunakan kertas pembungkus berwarna dan bermotif
agar tampilan teropong bintang lebih indah.
6. Teropong bintang sederhana telah siap digunakan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Penelitian
Panjang dari teropong bintang ini adalah 56 cm, sesuai dengan penggunaan rumus
menghitung panjang tubus yakni panjang fokus lensa okuler ditambah panjang fokus lensa
obyektif. Bayangan yang dihasilkan pun lebih besar dan lebih jelas ketika menggunakan
teropong bintang daripada melihat objek tanpa menggunakan teropong.
Teropong bintang berfungsi untuk melihat benda-benda luar angkasa seperti
bintang, bulan, planet dan lain sebagainya. Namun pada saat kita melihat bintang dengan
teropong yang sederhana ini, tampak tidak jauh berbeda saat kita mengamati tanpa
menggunakan teropong. Hal ini terjadi karena perbesaran yang terjadi pada teropong
tersebut hanya 2 kali. Perhitungan itu diperoleh dengan menggunakan rumus perbesaran
baik saat mata berakomodasi maupun tidak.
Bayangan akhir yang dihasilkan oleh lensa okuler pada teropong bintang adalah
terbalik terhadap arah benda semula. Karena benda-benda yang diamati adalah bendabenda langit (seperti bintang dan bulan), maka bayangan terbalik tidaklah menjadi
masalah.
3.2
Pembahasan
Menghitung panjang teropong bintang
d = fok + fob
= 18 + 38
= 56 cm
dengan pembiasan. Pembiasan sendiri terjadi karena adanya perubahan kecepatan cahaya
dalam dua medium yang berbeda sehingga cahaya yang datang akan dibelokkan atau
dibiaskan dengan sudut tertentu.
Teropong yang kita buat adalah dasar dari teropong bintang modern. Pembentukan
bayangan teropong yang kita buat terlihat melalui dua lensa. Benda-benda yang diamati
misalnya bintang, bulan, dan sebagainya, letaknya sangat jauh sehingga sinar-sinar sejajar
menuju lensa objektif. Kumpulan sinar-sinar tersebut datang sejajar menuju lensa objektif
yang berasal dari bagian atas bintang dan bagian bawah bintang membentuk bayangan
nyata dan terbalik atas bintang dan bawah bintang di bidang fokus lensa objektif.
Selanjutnya bagian atas bintang dan bagian bawah bintang dilihat oleh lensa okuler
sebagai benda.
Semakin kecil jarak fokus lensa okuler terhadap jarak fokus lensa objektif
semakin besar perbesaran yang dihasilkan teropong. Sesuai dengam persamaan rumus
perbesaran teropong bintang baik saat mata berakomodasi maupun tidak. Akan tetapi
dapat menurunkan ketajaman, karena ketajaman hanya bergantung pada diameter lensa
objektif dan perbesaran oleh lensa okuler yang akan menurunkan ketajaman keseluruhan
(Misalnya kita memiliki dua foto, ukuran 3R dan 24R. Kedua foto diperbesar dengan dua
kaca pembesar berbeda, misalnya perbesaran 4 kali dan 20 kali. Foto ukuran 3R diperbesar
4 kali cukup tajam tetapi bila diperbesar 20 kali jadi buram, sementara ukuran 24R masih
tetap tajam bila diperbesar 20 kali. Ini karena foto ukuran 24R lebih tajam daripada ukuran
3R sehingga masih tetap tajam bila diperbesar 20 kali. Teleskop dengan diameter lensa
objektif yang besar akan menghasilkan citra yang tajam sehingga dapat digunakan
eyepiece dengan perbesaran yang tinggi tanpa mengurangi ketajaman).
Pengamatan bintang-bintang di langit berlangsung berjam-jam. Agar mata
tidak lelah, maka pengamatan dilakukan dengan mata tidak berakomodasi. Agar hal ini
tercapai, bayangan lensa objektif harus diletakkan di titik fokus lensa okuler. Ini berarti
titik fokus objektif berimpit dengan titik fokus lensa okuler.
Benda yang diamati pada saat melihat menggunakan teropong tampak terbalik. Hal
ini disebabkan oleh fungsi lensa obyektif yaitu menangkap cahaya yang jauh sehingga
letak benda yang jauh dianggap terletak diluar 2F. Bukan menjadi suatu masalah ketika
melihat suatu objek dengan bayangan terbalik karena objek yang diamati merupakan
benda-benda luar angkasa.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Teropong merupakan alat optik yang digunakan untuk mengamati objek jarak jauh.
Teropong dibagi menjadi dua macam yaitu teropong pantul dan teropong bias. Pada
penelitian ini, penulis melakukan eksperimen membuat teropong bintang dari bahan-bahan
yang sederhana sehingga tidak membutuhkan biaya yang cukup mahal. Teropong bintang
termasuk ke dalam teropong bias, karena pada cara kerjanya teropong tersebut membiaskan
atau membelokkan cahaya yang masuk melalui lensa obyektif. Lensa obyektif mampu
menangkap objek yang jauh sehingga bayangan jatuh diluar 2F dan membentuk bayangan
terbalik. Selanjutnya lensa yang dekat dengan mata pengamat adalah lensa okuler, lensa
okuler berfungsi sebagai lup.
Untuk memperoleh perbesaran sesuai yang diinginkan maka panjang fokus okulernya
harus lebih besar daripada panjang fokus obyektifnya. Sedangkan untuk mengetahui panjang
dari teropong bintang yang dibuat selain mengukur langsung dengan menggunakan penggaris
pengukuran yang valid dapat juga dihitung melalui penjumlahan lensa okuler dan lensa
obyektif sehingga menghasilkan titik fokus yang tepat.
4.2
1.
Saran
Berhasil tidaknya pembuatan teropong bintang ini dipengaruhi oleh lensa okuler dan
obyektifya, jadi pengukuran fokusnya harus sesuai agar tidak terjadi kekeliruan.
2.
Penggunaan pipa baik untuk lensa okuler dan lensa obyektif harus sesuai dengan
perhitungan.
3.
Bagi masyarakat yang ingin membuat teropong bumi dengan biaya yang efisien dapat
mengganti pipa paralon dengan bahan yang lain, yang terpenting harus tertutup semua
pada selimut tabung.
DAFTAR PUSTAKA
Drajat, 2007, Fisika untuk SMA/MA Kelas X, PT. Sutra Benta Perkasa.
Purwoko, Fendi, 2010, Fisika 1 SMA kelas , PT. Yudhistira.
file:///E:/modul%20teropong%20kelas%20VIII.htm
file:///E:/ALAT%20OPTIK%20%C2%AB%20SinCosNat.htm
LAMPIRAN I
3. Mengukur
panjang
pipa
menyesuaikan lensa obyektif
panjang 38 cm.
untuk
dengan
4. Mengukur
panjang
pipa
untuk
menyesuaikan lensa okuler dengan panjang
18 cm.