1. Latar Belakang
Adapun latar belakang pembuatan makalah ini yaitu sebagai bahan pembelajaran bersama
di dalam kelas yang nantinya di gunakan sebagai acuan belajar diskusi siswa, dengan disusunnya
makalah ini diharapkan siswa mampu menerapkan dan mempelajari lebih lanjut mengenai
teropong bintang dari fungsi dan cara kerjanya.
BAB II
PEMBAHASAN
Teropong bintang
1. Pengertian dan sejarah teropong bintang
Pengertian teropong bintang adalah sebuah jenis peralatan yang digunakan untuk
membantu pengindraan jauh guna mengamati keberadaan benda-benda yang ada di angkasa.
Dengan demikian, kita bisa melihat posisi sebuah benda di angkasa yang tidak bisa dilihat
dengan menggunakan mata telanjang.
Dari pengertian teropong bintang, menunjukkan bahwa alat ini memiliki bentuk seperti
teropong. Teropong sendiri digunakan untuk melihat sebuah benda dari jarak yang jauh sehingga
akan nampak lebih jelas
Dalam pengertian teropong bintang juga dijelaskan bahwa teropong ini menggunakan dua
buah lensa positif. Dimana masing-masing lensa berfungsi sebagai lensa obyektif dan lensa
okuler. Inilah yang membedakan antara teropong bintang dengan mikroskop. Pada teropong
bintang, jarak fokus lensa obyektif lebih besar daripada jarak fokus lensa okuler.
Teropong sendiri secara umum diartikan sebagai sebuah alat optik yang dimanfaatkan
untuk melihat benda yang berada di tempat jauh. Misalnya di gunung atau bintang, sehingga bisa
nampak lebih dekat serta lebih jelas. Benda ini sudah banyak digunakan sejak abad ke 17. Meski
demikian, tidak ada catatan dalam sejarah yang menjelaskan mengenai siapa penemu benda
tersebut pertama kali.
Hanya saja, pada tanggal 2 Oktober 1608, pernah dicatat seorang bernama Hans
Lippershey yang mencoba mendapatkan hak paten atas teleskop yang dibuatnya. Namun begitu,
usaha Luppershey ini gagal karena mendapatkan penolakan dari tim penilai. Sebab, menurut
mereka, sebelum Lippershey mendaftarkan hak paten tersebut, sudah banyak dijumpai teleskop
yang ada sebelumnya. Sehingga menurut mereka, teleskop tersebut bukanlah hak paten dari
Lippershey.
Setahun berikutnya tepatnya pada tahun 1609, Galileo pernah menciptakan sebuah
teleskop yang kemudian disebut dengan teropong panggung. Banyak pula orang yang
menyebutnya sebagai teropong Galileo. Setelah pembuatan teropong ini, Galileo kemudian
sering membuat berbagai jenis teleskop sampai kemudian berhasil melakukan beberapa
penemuan di bidang astronomis. Berbagai penemuan inilah yang kemudian menjadikannya
dikenal dalam sejarah dunia.
Teleskop Hubble
Teropong terbesar yang ada di dunia disebut dengan teleskop Hubble. Teleskop ini
berada di Observatorium Yerkes yang berada di kawasn teluk William Wisconsin, Amerika
Serikat. Telekop ini sendiri mempunyai lensa obyek yang diameternya berukuran 1 meter. Itulah
mengapa, teleskop ini mampu menangkap cahaya dalam jumlah yang besar untuk masuk ke
dalamnya.
Teleskop ini bisa dimanfaatkan guna mengadakan pengamatan obyek secara langsung.
Dimana dalam hal ini, lensa okuler akan berfungsi untuk memperbesar dan melihat bayangan
yang terbentuk oleh lensa obyektif, sebagaimana halnya pada mikroskop.
Biasanya, pengamatan langsung menggunakan teleskop atau teropong kecil dilakukan
untuk hal-hal yang bersifat khusus. Selain itu, teleskop yang dimiliki oleh lembaga penelitian
biasanya tidak menggunakan lensa okuler. Dungsi teleskop tersebut, sama halnya dengan lensa
kamera yang bertujuan untuk memperbesar obyek. Dengan demikian, mata kita akan mudah
untuk mengetahui obyek-obyek yang bentuknya terlihat kecil jika dilihat dengan menggunakan
mata telanjang.
Observatorium Boscha
Di Indonesia sendiri memiliki tempat untuk melakukan pengamatan luar angkasa
menggunakan teropong bintang. Tempat pengamatan tersebut disebut denga observatorium
Boscha yang ada di Lembang, Jawa Barat.
Observatorium Bosscha ini dibangun oleh pemerintahan Belanda melalui Nederlandsch
Indisdhe Sterrekundige Vereniging atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Tujuan pendirian
observatorium ini sendiri adalah untuk memajukan ilmu Astronomi yang ada di Hindia Belanda.
Pembangunan lembaga penelitian ini dilakukan di atas tanah milik Karel Albert Rudolf Bosscha,
yang merupakan bos perkebunan teh Malabar. Selain menyumbangkan tanah, Bosscha juga
berjanji untuk menyediakan dana guna membeli teropong bintang yang akan digunakan dalam
lembaga penelitian tersebut. Itulah mengapa, lembaga ini kemudian disebut dengan
Observatorium Bosscha, yang merupakan bentuk penghormatan atas jasa dari Karel Albert
Rudolf Bosscha.
Pembangunan observatorium ini sendiri berlangsung selama lima tahun. Dimulai pada
tahun 1923, dan diselesaikan pada tahun 1928. Setelah berdiri, observatorium ini melakukan
publikasi internasional pertamanya pada tahun 1933.
Namun, seiring dengan berlangsungnya perang dunia ke II dimana Indonesia turut
menjadi korban, maka kegiatan penelitian yang dilakukan lembaga tersebut kemudian turut
dihentikan. Setelah perang dunia berakhir, observatorium tersebut mengalami kerusakan dan
dilakukanlah renovasi total sehingga observatorium tersebut bisa kembali beroperasi.
Selanjutnya, pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan pengelolaan
observatorium ini kepada pemerintahan Indonesia. Dan setelah Institut Teknologi Bandung
berdiri pada tahun 1959, makan Observatorium Bossha dijadikan sebagai bagian dari ITB dan
dimanfaatkan untuk kegiatan belajar dan penelitian secara formal.
Observatorium Bosscha sendiri pada saat ini memiliki lima buah teropong bintang yang
mempunyai fungsi masing-masing. Kelima teleskop tersebut antara lain adalah teleskop
Refraktor Ganda Zeiss, Teleskop Schmidt Bima Sakti, Teleskop Refraktor Bamberg, Teleskop
Cassegrain GOTO dan Teleskop Refraktor Unitron.
Untuk teleskop yang terakhir ini, sering digunakan untuk melakuakn pengamatan pada
kemunculan hilal atau bulan. Dimana hal ini biasanya terjadi pada saat memasuki bulan
Ramadhan untuk menentukan awal dan akhir puasa. Sebab, sebagian besar rakyat Indonesia yang
mayoritas beragama Islam menggunakan kalender yang didasarkan pada peredaran hilal untuk
menentukan hari-hari tersebut.
Jarak fokus lensa objektif lebih besar dari jarak fokus lensa okuler
d = fop + fob
Letak benda pada teropong bintang :
§ Obyektif : di depan lensa.
§ Okuler : didepan lensa.
Sifat bayangan :
§ Obyektif : nyata, terbalik, diperkecil.
§ Okuler : maya, terbalik, diperbesar.
Bayangan dari lensa obyektif merupakan benda bagi lensa okuler. Benda yang diamatiberada di tempat jauh tak
terhingga ini berarti :
Agar mata berakomodasi maksimum, jarak lensa objektif dan lensa okuler dirumuskan:
Dengan ketentuan:
§ = Jarak lensa objektif dan lensa okuler
§ = Pembesaran teropong bintang
§ = Jarak fokus lensa objektif
§ = Jarak fokus lensa okuler
Ø Pembesaran Teropong Bintang pada saat mata berakomodasi maksimum
Agar mata berakomodasi maksimum, jarak lensa objektif dan lensa okuler dirumuskan:
Dengan ketentuan:
· = Pembesaran teropong bintang
· = Jarak fokus lensa objektif
· = jarak benda di depan lensa okuler
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa teropong bintang mempunyai fungsi
yang sama dengan teropong jenis lainnya yaitu untuk memperbesar objek yang jauh, hanya
terdapat perbedaan di struktur dan cara kerjanya saja. Teropong bintang umumnya di gunakan
oleh bagian tertentu saja, tidak banyak dimiliki orang.
2. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,
baik dari segi penyajian materi maupun kesalahan dalam penulisannya, maka dari itu
kami sebagai penulis menerima kritik dan saran kepada pembaca, guna untuk
perbaikan pada penyusunan makalah kami berikutnya
Posted by Kus Junianto at 7:58 PM