Anda di halaman 1dari 12

Pelatihan Teleskop

Bersama Pelajar di Sekolah

ABU YAZID RAISAL, M.Pd.


Pelatihan Teleksop di Sekolah
(Observasi Menggunakan Teleskop)
Oleh: ABU YAZID RAISAL, M.Pd.

1. Pendahuluan
Pengetahuan para guru dan siswa dalam pemanfaatan teleskop masih sangat
minim. Ini antara lain dibuktikan oleh kurang optimalnya performa murid mereka
ketika bersaing pada event tingkat nasional, khususnya di bidang astronomi dan
geosains. Padahal, sebenarnya rata-rata mereka memiliki kemampuan dasar yang
bagus.
Teleskop adalah alat bantu optik yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya,
memperbesar objek pengamatan yang berjarak sangat jauh dari pengamat (Roy &
Clarke, 2003; Cheng, J., 2009). Kita dapat melihat objek-objek yang sangat jauh seperti
benda langit sehingga tampak jelas (Cheng, J., 2009). Teleskop menggunakan alat optik
cermin dan lensa cekung dan cembung (Karttunen, 2016). Teleskop mulai dipelajari di
Sekolah Menengah Pertama pada mata pelajaran IPA fisika dengan materi alat-alat
optik.
Teleskop sebagai salah satu alat peraga atau alat pengamatan di sekolah sekolah
untuk mendukung tujuan pembelajaran sains. Peserta didik mempelajari prinsip kerja
lensa dan cermin cekung, lensa dan cermin cembung dan menerapkannya dalam
teleskop sebagai alat optic (Ruiz-Castell, P, 2016).
Pentingnya teleskop dimiliki oleh sekolah, untuk membantu peserta didik dalam
mempelajari materi alat optik dan membangkitkan animo peserta didik terhadap
astronomi (Jones, 2017).

2. Alat dan Bahan


1. Teleskop Refraktor 60
2. Tripod
3. Eyepiece
4. Kertas HVS
5. Alat Tulis

10
Apa itu Teleskop?

Teleskop adalah instrumen untuk pengamatan benda-benda langit. Teleskop berfungsi


mengumpulkan radiasi elektromagnetik yang membentuk citra dari sebuah benda yang
diamati. Teleskop merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk melihat benda pada
jarak yang sangat jauh. Asal kata teleskop berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘tele’ dan ‘skopein’.
‘Tele’ berarti jauh dan ‘skopein’ berarti melihat.

Jenis-Jenis Teleskop
Secara umum, ada tiga jenis utama teleskop, yaitu:

1. Teleskop pembias (refraktor) yang


menggunakan lensa untuk membentuk sebuah
gambar. Refractor merupakan teropong bintang
berjenis refractor biasanya mempunyai bentuk
tabung panjang dan tipis dengan lensa objektif
pada bagian depan yang mengumpulkan dan
memfokuskan cahaya. Teropong bintang jenis ini
sangat cocok untuk melihat bulan dan planet
dengan gambar yang bagus dan tajam. Namun,
teropong jenis ini tidak cocok untuk melihat objek
kabur seperti galaksi dan nebula.

2. Teleskop pemantul (reflektor) yang


menggunakan cermin untuk membentuk sebuah
gambar. Teropong bintang berjenis reflector
menggunakan cermin cekung berukuran besar
untuk mengumpulkan dan memfokuskan cahaya.
Teropong bintang jenis ini sangat cocok untuk
pemula dan memilki visibilitas yang cukup baik.
Kamu juga tidak bisa melihat objek terestrial
dengan teropong bintang ini.

3. Teleskop catadioptric yang


menggunakan cermin yang dikombinasikan
dengan lensa untuk membentuk sebuah gambar.
Teropong bintang jenis ini menggabungkan
kedua lensa dan cermin. Teropong bintang jenis
ini lebih fleksibel dan mudah dibawa
dibandingkan jenis reflektor dan cenderung lebih
serbaguna. Namun, teropong bintang jenis ini
memilki harga yang lebih tinggi dibandingkan
jenis teropong bintang lainnya.

11
Bagian-Bagian Teleskop

▪ Finderscope optik, yaitu teleskop


miniatur yang terpasang pada braket pada
tabung teleskop, berfungsi untuk memperbesar
bidang obyek benda langit.
▪ Focuser, yaitu tombol pada bagian
teleskop yang befungsi mengatur fokus obyek
benda langit yang dilihat. Masing-masing
teleskop memiliki focuser yang melekat pada
tabung teleskop.
▪ Eyepieces, yaitu lensa yang berfungsi
memperbesar obyek yang melekat pada tabung
teleskop. Ukuran eyepieces beragam dan
tersedia dalam berbagai ukuran sesuai dengan
focuser.
▪ Teleskop Tube (tabung teleskop), yaitu
tabung berongga yang terbuat dari berbagai
bahan yang menempel pada bagian teleskop.
Untuk teleskop refraktor, lensa utama berjalan
di depan dengan focuser di belakang,
sementara teleskop reflektor memiliki cermin
utama di belakang, depan terbuka dan focuser
adalah sepanjang sisi atas.
▪ Tripod, yaitu tiga kaki pada teleskop yang
berfungsi sebagai penyangga teleskop.
▪ Lensa Barlow, yaitu lensa tambahan yang
dapat ditempatkan di antara focuser dan lensa mata. Lensa Barlow efektif
meningkatkan panjang fokus teleskop, sehingga meningkatkan perbesaran teleskop.
▪ Mounting, disebut juga dengan dudukan teleskop, merupakan sistem penggerak utama
pada teleskop yang dilengkapi dengan knop pengatur lintang, tutup sumbu polar, skala
ketinggian lintang untuk mengetahui posisi lintang pengamat berada, pemberat sudut
jam untuk penyeimbang pada arah sudut jam. Pada mounting juga terdapat port koneksi
yang terdiri dari tombol-tombol termasuk tombol untuk menyalakan teleskop. Dalam
hal ini ada dua jenis mounting yaitu altazimut dan equatorial.
▪ Half Pillar, yaitu pilar untuk menaikkan posisi mounting, sehingga dapat mengatur
tripod terbentur pada tiang pemberat ketika teleskop sedang digunakan.
▪ Baffel, bagian dari teleskop yang mengurangi masuknya cahaya yang berlebihan dari
samping dan belakang teleskop sehingga teleskop lebih terfokus menangkap cahaya
dari bagian depan saja.

Bagian-bagian dari teleskop terbagi menjadi 3 bagian utama :


a. Sistem Optik
1) Tabung Utama (OTA: Optical Tube Assembly)
2) Lensa Objektif

12
3) Finderscope
4) Lensa Okuler (Eyepiece)
5) Cermin Diagonal
6) Pengunci Fokus
7) Pengatur Fokus
b. Sistem Penggerak (Mounting: Equatorial)
1) Sumbu RA mengarah dan sejajar dengan kutub langit (polar aligned).
2) Klem RA
3) Klem Deklinasi
4) Skala RA
5) Skala Deklinasi
6) Penggerak Halus RA
7) Penggerak Halus Deklinasi
c. Sistem Penyangga
1) Tripod
2) Tray

3. Kajian Pustaka

Teleskop Refraktor merupakan jenis teleskop yang pertama kalinya diciptakan didunia.
Setelah kemunculan teleskop refraktor maka munculah jenis-jenis teleskop baru seperti
teleskop Reflektor dan teleskop Katadioptri. Teleskop Refraktor diciptakan sekitar tahun
1608 di Belanda oleh tiga orang yaitu Hans Lippershey, Zacharias Janssen dan Jacob
Metius. Dimasa itu teleskop tidak berfungsi seperti saat ini melainkan untuk keperluan
militer dan lagi sebutannya bukan teleskop tetapi teropong. Istilah teleskop muncul ketika
galileo mengarahkan teropong ke benda-benda langit dan saat itulah era pengamatan benda
langit dimulai. Lebih lanjut sejarah tentang teleskop refraktor dapat kita simak pada artikel
Sejarah Teleskop Refraktor

Pembesaran teleskop 4x memiliki arti bahwa objek yang kita lihat dengan mata telanjang
akan lebih besar 4x saat dilihat dengan menggunakan teleskop. Kredit : KafeAstronomi.com
13
Teleskop refraktor merupakan jenis teleskop yang menggunakan lensa sebagai
pengumpul cahaya. Lensa pada teleskop refraktor umumnya terdiri atas lensa obyektif dan
lensa okuler. Lensa obyektif berfungsi sebagai pengumpul cahaya. Biasanya lensa obyektif
terdiri atas dua atau tiga buah jenis lensa yaitu plano-konveks. Secara garis besar lensa
obyektif berfungsi untuk mengumpulkan cahaya dan mendapatkan “zoom” suatu objek
yang jauh. Semakin panjang “panjang titik fokus” yang dimiliki oleh lensa obyektif maka
akan semakin besar pula “zoom” yang akan kita dapatkan. Kemudian lensa okuler
berfungsi sebagai lup untuk memperbesar citra bayangan atau hasil zoom yang telah kita
dapatkan dari hasil “zoom” lensa obyektif. Semakin pendek “panjang titik fokus” lensa
okuler maka semakin besar pembesaran gambar yang kita dapatkan. Sehingga jika kita
ingin mendapatkan pembesaran yang maksimal dari suatu teleskop maka kita dapat
menggunakan perhitungan Pembesaran = Panjang fokus lensa obyektif / panjang fokus
lensa okuler.
Jika dijelaskan secara teoritis cara kerja teleskop refraktor adalah sebagai berikut,
berkas sinar sejajar yang datang dari depan dibiaskan langsung oleh lensa obyektif yang
terletak di bagian depan tabung teleskop. Kemudian sinar dikumpulkan pada suatu titik
yang disebut sebagai titik fokus dengan panjang dinyatakan F. Bayangan benda pada titik
fokus akan diperbesar dengan menggunakan lensa okuler hingga kemudian ditampilkan
sebagai bayangan benda yang diperbesar.

Diagram teleskop refraktor yang terdiri atas lensa objektif dan lensa okuler. Kredit :
Eko Hadi Gunawan

Hasil dari bayangan benda yang diperbesar oleh teleskop tentunya bergantung dengan
desain dari teleskop refraktor itu sendiri. Ada yang menghasilkan bayangan tegak seperti
posisi benda pada aslinya dan adapula yang menghasilkan bayangan terbalik dari posisi
benda yang dilihat. Hal ini merupakan salah satu akibat dari konfigurasi lensa obyektif dan
lensa mata/eyepiece atau desain teleskop yang ada. Perbedaan dari setiap hasil yang ada
tentunya diciptakan dengan tujuan tertentu. Desain tersebut di masa lalu seperi Keplerian
dan Galilean merupakan desain teleskop yang awal mula digunakan.
14
Desain Galilean
Desain teleskop Galilean menggunakan lensa objektif konvergen (bikonveks atau
Cembung Cembung) dan lensa mata/Eyepieye divergen (plano-konkaf atau cekung datar).
Sebagai hasil nya, desain gallilean akan menghasilkan bayangan benda tegak diperbesar
seperti aslinya namun sedikit kabur dengan medan pandang yang sempit. Desain ini
disebut sebagai galilean karena pertama kali orang yang menemukan desain ini bernama
galileo dan desain galilean merupakan desain teleskop pertama yang ada di dunia.

Konfigurasi lensa pada desain galilean. Kredit : Eko Hadi Gunawan

Desain Keplerian
Karena sempitnya medan pandang atau wilayah pandangan objek saat dilihat
menggunakan teleskop maka Johannes Kepler menciptakan sebuah desain baru yang
bernama desain keplerian. Desain keplerian sejatinya adalah penyempurnaan dari desain
galilean. Penyempurnaan desain ini terjadi pada penggunaan lensa okuler saja sedang lensa
objektif yang digunakan tetap sama yaitu bikonveks atau cembung cembung. Desain
keplerian menggunakan lensa okuler plano cembung atau cembung datar. Hasilnya adalah
bayangan benda akan terbalik dengan posisi aslinya dengan medan pandang yang luas.

Konfigurasi lensa pada desain keplerian. Kredit : Eko Hadi Gunawan


Perkembangan teleskop refraktorpun terus berlanjut dan teleskop refraktor masih saja
memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut terletak pada lensa yang berfungsi sebagai
cahaya dimana lensa pada teleskop refraktor sering menghasilkan aberasi kromatik dan
aberasi sferis. Aberasi kromatik merupakan cacat lensa dimana pada bayangan yang
dihasilkan akan menciptakan warna pelangi disekitar bayangan benda langit. Aberasi
kromatik dapat dihindari dengan menambahkan lensa korektor yang tepat dibelakang lensa
15
obyektif. Untuk itu teleskop refraktorpun kembali memiliki desain yang berbeda dengan
dua desain yang terdahulu. Hasil dari pengembangan ini banyak digunakan pada teleskop-
teleskop masa kini. Desain tersebut adalah desain Akromatik dan desain apokromatik

Desain akromatik
Desain akromatik merupakan desain teleskop yang diciptakan untuk mengurangi abrasi
kromatik dan abrasi sferis. Desain akromatik ditemukan oleh John Dollond pada tahun
1758 yakni dengan menggunakan lensa yang terdiri dari dua buah lensa dengan jenis kaca
yang berbeda(“Crown Glass” dan “Flint Glass.”) Kedua jenis kaca tersebut memiliki
indeks refraksi dan dispersi yang berkebalikan. Kaca jenis “Crown Glass” memiliki indeks
refraksi rendah dan dispersi rendah dibentuk menjadi lensa bikonveks. Kaca jenis “Flint
Glass” memiliki indeks refraksi tinggi dan dispersi tinggi dibentuk menjadi lensa
Planokonkav atau plano cekung. Kemudian kedua lensa tersebut ditempel menjadi satu
dan membentuk seperti kombinasi lensa berbentuk lensa planokonveks atau plano
cembung. Jenis lensa obyektif seperti ini disebut sebagai lensa doublet karena
menggabungkan dua jenis lensa yang berbeda menjadi satu lensa. Hasil dari lensa doublet
ternyata dapat menyatukan titik fokus dari dua panjang gelombang yang berbeda (biru dan
merah) pada satu titik fokus yang sama.

Konfigurasi lensa pada desain Akromatik. Kredit : Eko Hadi Gunawan

ilustrasi perbandingan hasil teleskop A. Akromatik B. Galilean dan C. Keplerian.


Kredit : http://www.pacifier.com
Desain Apokromatik
Desain apokromatik merupakan penyempurnaan dari desain akromatik. Jika pada
desain akromatik lensa yang digunakan terdiri dari dua buah lensa dengan jenis kaca yang
berbeda maka pada desain Apokromatik lensa yang digunakan terdiri dari 3 lensa. Jenis
lensa obyektif yang menggunakan 3 lensa kemudian disatukan membentuk 1 lensa disebut
16
sebagai lensa triplet. Hasil dari lensa triplet ternyata mampu menyatukan fokus dari ketiga
panjang gelombang yang berbeda(biru, merah dan hijau) pada satu titik fokus yang sama.
Umumnya jika kita membeli teleskop dengan lensa apokromatik beberapa perusahaan
teleskop akan menggunakan istilah “ED” sebagai penanda lensa yang digunakan. Hasil
yang dihasilkan dari lensa apokromatik adalah gambar yang memiliki detail yang tajam.

Konfigurasi lensa pada desain Apokromatik. Kredit : Eko Hadi Gunawan

Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh teleskop refraktor terletak pada kemampuan
daya pisah yang dihasilkan sangat baik dan kemampuannya mengeliminasi perubahan
suhu udara yang ekstrim. Hal ini dapat terjadi karena teleskop refraktor memiliki tabung
teleskop yang tertutup rapat. Salah satu contoh pengujian daya pisah yang dimiliki oleh
teleskop refraktor adalah pengamatan bintang ganda. Ambilah contoh bintang Alpha
Centauri. Dengan menggunakan mata telanjang , kita akan melihat bintang alpha Centauri
tampak sebagai satu bintang. Namun dengan menggunakan teleskop refraktor, bintang
Alpha Centauri akan tampak sebagai dua bintang yang saling berdekatan. Teleskop
refraktor sangat cocok digunakan untuk pengamatan objek-objek planetary(Matahari,
Bulan, Planet, Bintang Ganda ) dan obyek-obyek terang lainnya.

4. Prosedur Pengamatan Menggunakan Teleskop

Cara Menggunakan Teleskop Bintang


Persiapan:
1. Leveling: Mengatur kaki teleskop sedemikian rupa sehingga penyangga teleskop
sejajar dengan tanah. Hal ini dilakukan agar teleskop tidak roboh saat digunakan;
2. Mengatur keseimbangan tabung utama teleskop dalam sumbu rotasi deklinasi dan
sumbu rotasi sudut-jam (RA);
3. Mengatur Finder Scope sehingga objek yang terlihat di finder scope sama dengan objek
yang terlihat di lensa okuler (eye piece);
4. Mengatur posisi teleskop sehingga sejajar dengan sumbu rotasi bumi. Jika tempat
pengamatan berada di belahan bumi utara maka teleskop dapat diarahkan ke bintang
Polaris yang berada dekat dengan kutub utara langit.

17
5. Setelah menentukan jenis teropong bintang yang kamu gunakan, sekarang kamu bisa
lanjut pada cara menggunakan teropong bintang. Ikuti beberapa langkah ini untuk
menggunakan teropong bintang milikmu.
Setelah menentukan jenis teropong bintang yang kamu gunakan, sekarang kamu bisa lanjut
pada cara menggunakan teropong bintang. Ikuti beberapa langkah ini untuk menggunakan
teropong bintang milikmu.

1. Pahami Cara Menggunakan Finderscope

Hal pertama yang harus kamu lakukan dalam


menggunakan teropong bintang adalah memahami cara
menggunakan finderscope. Fitur ini biasanya terletak
pada sisi teleskop. Fungsi finderscope sendiri adalah
untuk membidik objek langit yang ingin kamu lihat.
Biasanya, pada finderscope terdapat sebuah crosshair
untuk memudahkanmu dalam membidik objek di langit.
2. Atur Mount Teropong Bintang

Teropong bintang biasanya memiliki dua jenis mount


untuk yaitu altazimuth dan equatorial. Kamu harus
mengetahui mana jenis mount yang dimiliki teropong
bintang milikmu. Secara singkat, teropong bintang
dengan mount altazimuth dioeprasikan dengan cara
menaikan, menurunkan serta menggerakkannya ke
kanan dan ke kiri. Teropong dengan mount ini sangat disarankan bagi pemula.

Sedangkan, teropong bintang dengan mount equatorial lebih rumit untuk digunakan
pemula. Teropong bintang dengan mount jenis ini dioperasikan berdasarkan sumbu kutub dan
perlu di sejajarkan dengan polaris (Bintang Utara). Teropong dengan mount ini biasa
digunakan oleh para profesional.

3. Mengatur Tripod dengan Benar

Sama halnya dengan kamera, teropong bintang


menggunakan tripod untuk menjaganya tetap berdiri
tegak. Nah, kamu harus perhatikan betul pengaturan
tripod ini dan pastikan teropong bintang milikmu
berada pada posisi yang seimbang, agar tidak jatuh
dan rusak. Usahakan cari lokasi yang mempunyai
permukaan datar dan kokoh agar lebih aman saat
menggunakan teropong bintang.
18
4. Tentukan Waktu yang Tepat

Sebelum memasang dan mengatur


teleskop sesuai petunjuk yang sudah di
jelaskan sebelumnya, kamu harus tahu
waktu yang tepat untuk meneropong
langit. Selain itu, kamu juga harus mencari
tahu objek langit apakah yang kamu ingin
lihat apakah itu bulan, bintang atau meteor.

Jika kamu ingin melihat bintang, coba


teropong pada saat langit malam ‘bersih’ alias tidak mendung. Untuk objek langit lainnya,
kamu bisa melihat buku atau mencari informasi di internet mengenai waktu yang tepat untuk
melihatnya dengan teropong bintang.

5. Pilih Lokasi yang Cocok


Setelah menentukan waktu dan objek langit yang
ingin kamu lihat, tahap selanjutnya adalah
memilih lokasi yang sesuai untuk menggunakan
teropong bintang. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, kamu harus mencari tempat dengan
permukaan yang rata dan kokoh untuk
penggunaan tripod.

Selain itu, pertimbangkan juga masalah polusi cahaya, jika kamu tinggal di perkotaan naiklah
ke atas atap atau permukaan yang tinggi agar tidak terpapar polusi cahaya yang dapat
mengganggu proses peneropongan bintang.

Sebagai masukan, tempat terbaik melihat indahnya langit malam adalah di daerah pegunungan.
Karena terhindar dari polusi cahaya dan ketinggian ideal.

Prosedur Penggunaan Teleskop

1. Pastikan Teleskop telah terpasang dengan baik


2. Pastikan cuaca dalam keadaan baik.
3. Buka penutup lensa teleskop.
4. Pastikan Teleskop dalam keadaan layak dan benar dalam posisi parkir.
5. Amati objek langit yang akan dilihat melalui teleskop, pastikan posisi mereka berada
di arah yang dapat diamati.
19
6. Pada Arahkan teleskop dengan menggerakkan nya melalui knop gerak, apabila objek
dalam posisi jauh, maka dapat melonggarkan kunci knop deklinasi dan RA agar dapat
diarahkan dengan cepat.
7. Amati melalu finderscope agar objek terlihat di bagian tengah finderscope, lalu kunci
knop deklinasi dan RA.
8. Gunakan eyepiece ukuran sedang (10mm) untuk mendapatkan gambaran objek di
teleskop.
9. Putar roda focus untuk mendapatkan gambaran terjelas dari objek yang diamati.
10. Setelah dapat focus, kunci roda focus dan amati dengan seksama.

20

Anda mungkin juga menyukai