Laporan Praktikum Kimia Klinik
Laporan Praktikum Kimia Klinik
OLEH
KELOMPOK GANJIL
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013
: II
I.
TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
Untuk dapat memahami cara pemeriksaan glukosa dalam urine.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Untuk dapat melakukan pemeriksaan glukosa dalam urine dengan cara fehling.
2. Untuk dapat mengetahui kadar glukosa dalam urine probandus dengan cara
fehling.
II.
METODE
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan glukosa urine adalah cara fehling.
III. PRINSIP
Glukosa dalam urine dapat mereduksi garam-garam kompleks dalam reagen fehling
yaitu ion kupro dan membentuk endapan Cu2O berwarna hijau kekuningan sampai merah.
IV. DASAR TEORI
Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine. Uji urine rutin
dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine diperiksa secara manual
terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai strip reagen untuk
melakukan skrining kimia dengan cepat.urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal
atau infeksi saluran kemih, dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolic yang tidak
berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan,
dan bau urine diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip
reagen. Berat jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan mikroskopik urine sedimen
urine dilakukan untuk mendeteksi eritrosit, leukosit, epitel, kristal dan bakteri.
setelah dikeluarkan. Urine yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu kamr, akan
menyebabkan bebrapa perubahan. Jumlah bakteri yang ada dalam urine akan bertambah,
menyebabkan peningkatan glukolisis oleh bakteri sehingga produksi NH3 dan CO2
meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan bau amoniak dan pH urine menjadi alkalis,
sehingga unsure sedimen dalam urine seperti eritrosit, leukosit, silinder, ataupun sel menjadi
pecah atau hancur. Selain itu, fosfat yang ada dalam urine akan mengendap, sehingga urine
menjadi keruh. Peningkatan jumlah bakteri dapat juga menyebabkan penurunan jumlah
glukosa yang ada dalam urine, karena digunakan untuk metabolism oleh bakteri. Urine yang
dibiarkan lama pada suhu kamar juga dapat mengakibatkan kadar bilirubin dan urobilinogen
hilang atau berkurang akibat teroksidasi serta esterase meningkat.
Apabila terpaksa menunda pemeriksaan, urine harus disimpan dalam lemari es suhu
2-80C. penyimpanan dalam lemari es mencegah dekomposisi urine oleh bakteri. Urine yang
telah disimpan dalam lemari es akan menyebabkan presipitasi fosfat dan urat amorf serta
memiliki berat jenis lebih tinggi bila diukur dengan urinometer. Oleh sebab itu, sebelum
pemeriksaan dilakukan urine harus dibiarkan dahulu mencapai suhu kamar dan
dicampur/dikocok. Pada keadaan tertentu sehingga urine harus dikirim ke tempat yang jauh
dan atau tidak ada lemari es, biasanya digunakan pengawet urine.
ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar. Kemungkinan adanya zat warna abnormal,
berupa hasil metabolism abnormal, tetapi mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan
atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah setelah dibiarkan.
5. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal pun akan
menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan
terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap.
Sebab sebab urine keruh dari mula-mula :
Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar, mungkin terjadi sesudah orang makan
banyak.
Bakteri.
Unsur sedimen dalam jumlah besar, seperti eritrosit, leukosit dan sel epitel.
Benda-benda koloid.
Sebab sebab urine keruh menjadi keruh setelah dibiarkan :
Nubecula.
Urat-urat amorf.
Bakteri.
6. pH
Selain pada keadaan tadi pemeriksaan pH urine segar dapat member petunjuk kea rah
infeksi saluran kemih. Infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan
infeksi oleh Proteus yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urine menjadi
basa.
7. Berat jenis
Tes Glukosa
Tes
glukosa
urin
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
reaksi
reduksi,
dikerjakandengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini
dapatdigolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa
denganreaksi
enzimatik
dilakukan
dengan
metode
carik
celup
yang
tergolong
V.
5. Dihomogenkan lalu tabung tersebut dipanaskan. Dipegang bagian atas tabung dan
dipanaskan bagian leher tabung hingga terbentuk warna konstan.
6. Diperhatikan perubahan warna dan kekeruhan yang terjadi.
7. Dibaca dan dicatat hasil yang didapat.
VIII. HASIL PENGAMATAN
a. Pemeriksaan Makroskopis Urine :
1. Warna : kuning muda
2. Bau : khas urine
b. Gambar : sampel urine setelah uji fehling
sampel A
sampel B
sampel C
sampel D
sampel E
Sampel A
Sampel B
Sampel C
Sampel D
Sampel
+ Reagen
Biru tua
Biru tua
Biru tua
Biru tua
Sebelum
Biru tua
Biru tua
Biru tua
Biru tua
Sampel E
Biru tua
Biru tua
Sampel
Dipanaskan
Sesudah
Hujau ( kuning)
Hijau kekuningan ( kuning)
Hijau keruh
Kuning kemerahan
( kuning merah)
Merah jingga
Keterangan
+2
+2
+1
+3
+4
IX. PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini kami melakukan pemeriksaan glukosa dalam urine dengan
cara fehling. Tes glukosa ini termasuk pemeriksaan semi-kuantitatif. Salah satu tujuan dari
pemeriksaan glukosa ini adalah untuk pemeriksaan diabetes. Urin seorang penderita diabetes
akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Pemeriksaan
terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. Cara menentukan
glukosa dalam urine yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan suatu zat
dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya
adalah penggunaan reagen fehling yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang
mengandung garam cupri. Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi
khusus untuk mengenali aldehida. Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan
fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO 4, sedangkan fehling B merupakan campuran
larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Sebelum melakukan pemeriksaan glukosa, kami
melakukan kegiatan preanalitik yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
pemeriksaan ini. Menyiapkan reagen yang akan digunakan dalam pemeriksaan yaitu fehling
A dan fehling B serta sampel urine yang akan diperiksa. Sampel urine yang kami gunakan
adalah sampel urine dari pasien rumah sakit dan terdapat 5 sampel urine yang berbeda-beda
yaitu urine sampe A, B, C, D, dan E. Sampel urine ini ada yang berwarna kuning bening
sampai kuning agak pekat. Tempat untuk menampung sampel urine sebaiknya botol terbuat
dari plastik agar warna urine dapat mudah diamati dan memiliki tutup yang berulir agar tidak
mudah tumpah dan aman. Setelah sampel tersedia, untuk mempermudah pengerjaan reagen
yang akan dipakai untuk menguji kami memipet 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B lalu kami
campurkan terlebih dahulu dengan perbandingan 1:1 dan campuran anatara fehling A dan
fehling B menghasilkan warna biru tua. Setelah itu, kami memipet campuran fehling A dan
fehling B masing-masing sebanyak 2 ml pada 5 tabung. Kemudian kami memipet 0,5 ml
sampel urine yang berbeda-beda pada kelima tabung. Jadi perbandingan antara reagen fehling
dan sampel adalah 4:1. Setelah itu reagen fehling yang telah berisi sampel dipanaskan samapi
mendidih dengan api Bunsen, tabung reaksi sedikit dimiringkan dan digoyangkan dengan
kecepatan yang konstan agar campuran reagen dan sampel tersebut dapat bereaksi dengan
baik lalu diamati sampai ada perubahan warna, selain itu kekeruhan yang terjadi juga diamati.
Proses pemanasan ini harus diperhatikan dengan baik karena, proses pemanasan yang kurang
dapat mempengruhi hasilnya yaitu sampel tidak bereaksi dengan sempurna.
Pada praktikum kali ini didapatkan hasil bahwa tabung 1 yang berisi sampel A setelah
diapanaskan menunjukkan perubahan warna menjadi larutan warna hijau dengan endapan
kuning maka sampel A positif 2 dan tabung 2 yang berisi sampel B setelah dipanaskan
menghasilkan larutan warna hijau keuningan dengan endapan kuning maka sampel B positif
2. Pada tabung 3 yang berisi sampel C setelah dipanaskan menghasilkan larutan warna hijau
keruh maka sampel C
menghasilkan larutan warna kuning kemerahan dengan endapan kuning merah maka sampel
D positif 3, dan tabung 5 yang berisi sampel E setelah dipanaskan menghasilkan larutan
warna merah jingga maka sampel E positif 4. Hal ini menunjukkan dalam suasana alkali,
glukosa mereduksi garam-garam kompleks dalam reagen fehling yaitu kupri menjadi kupro
kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Perbedaan intensitas
warna dan kekeruhan dari tiap tabung tersebut secara kasar menunjukkan kadar glukosa
dalam urine yang diperiksa. Maka berdasarkan hasil pengamatan berikut maka sampel E
mengandung glukosa dengan kadar tertinggi dan sampel C memiliki kadar glukosa terendah.
Pada orang normal biasanya tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosuria
dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas
maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa (kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dl
atau 8,9-10 mmol/l) atau dapat dikarenakan daya reabsorpsi tubulus yang menurun. Hal ini
dapat ditemukan pada kondisi diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal
yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi. Namun
reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakan
pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang disebabkan
karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat
menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa,
formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, dan vitamin C. Oleh
karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang
terkandung dalam sampel urine. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang
mengindikasikan keberadaan penyakit diabetes.
X.
SIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan yang diperoleh, dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya :
1. Pemeriksaan glukosa urine merupakan pemeriksaan semi kuantitatif yang salah satunya
bertujuan untuk menunjukkan adanya indikasi diabetes.
2. Pemeriksaan glukosa urine menggunakan cara fehling dengan campuran reagen fehling
A dan fehling B (1:1)
3. Hasil pemeriksaan kelima sampel urine yaitu A, B, C, D,dan E menunjukkan hasil yang
positif. Sampel A positif 2 (+2) dengan warna hujau ( kuning), sampel B positif 2
(+2) dengan warna hijau kekuningan ( kuning), sampel C positif 1 (+1) dengan warna
hijau keruh, sampel D positif 3 (+3) dengan warna kuning kemerahan ( kuning
merah), sampel E positif 4 (+4) dengan warna merah jingga.
4. Urutan tingkat kandungan glukosa urine yang paling tinggi ke rendah yakni dari sampel
E (+4), sampel D (+3), sampel B (+2), dan sampel C (+1).