t/ediasril<a, Ph
\,1
k,l
,.$
F''"
t.
'
,itt'
iT.{I({AN
,\ TI\IUR
'i"
I
r
\.rl
^rvt{net{vg
vxllsnxv
frli
'!
.i:
1.
2.
'
c' rrd'
(taVXI utoSSuV)
1eu'e83uepe 6 Jolrpe :lruru-e
pt' oc'u33ue1re',u,tr,r,r77
dgq
v}9Nwtrg tIgYSNgd
";trA:#'#'";;:'r*
r{v^tne^tYg
wIIJSnXV
ls,3g
ien
I
Bacau
Ftrottsl:l t iiriu
[---F"'ro"''
, 'lt,,{f
Editor:
& Layout:
Bagian Perti
09 08 07
06
6 54321
Dilarang keras mengutip, menjiplak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini serta
memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari Penerbit Erlongga.
KATA PENGANTAR
di
sekitarnya
mendorong penulis untuk n.renyusun buku ini. Menurut pengamatan penulis, tin-gkat kesadaran
yang rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor. yaitu lemahnya aturan dan sanksi bagi
mereka yang menimbulkan cemaran dan rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap dampak buruk
dari bunyi yang sangat keras. Kesadaran yang rendah juga melanda para rnahasiswa yang menganbil
jurusan Arsitektur di berbagai universitas di Indonesia. Ketika mereka lulus dan bekerja sebagai
arsitek atau pengembang, mereka tidak menerapkan pertimbangan-pertimbangan yang berhubungan
dengan bunyi ke dalam desain mereka. Demikian pula ketika rnereka telah menjadi dosen, mereka
juga tidak menyampaikan kepada mahasiswa mereka mengenai perlunya memadukan desain dengan
pertimbangan-pertimbangan yang berhubungan dengan bunyi.
Orang Indonesia umumnya lebih terbiasa mendengar istilah pencemaran udara, air, atau tanah,
dibandingkan istilah pencemaran bunyi. Istilah pencemaran secara sederhana dapat diartikan sebagai
penambahan atau masuknya zat tertentu ke suatu sistem melebihi bakuan susunan zat tersebut,
sehingga mengganggu keseimbangan sistem tersebut. Pencemaran bunyi dengan demikian diartikan
sebagai munculnya bunyi dalam porsi berlebihan yang melampaui baktran umum yang aman bagi
kesehatan indera pendengaran dan kesehatan jiwa dan raga. Sampai sejauh ini, masyarakat belum
merasakan dampak langsung penurunan tingkat kesehatan yang disebabkan oleh cemaran bunyi. Hal
ini menimbulkan kecenderungan bagi masyarakat untuk mengabaikannya.
Penulis sungguh merasa prihatin terhadap rendahnya tingkat kesadaran masyarakat pada segi
yang berhubungan dengar.r dampak buruk bunyi pada kesehatan. Keprihatinan ini telah dituangkan
penulis pada banyak tulisan dalam media-massa populer dan dalam sebuah buku ilmiah-populer
"Menuju Rumah Ideal; Nyaman dan Sehat". Melalui tulisan tersebut, penulis berharap agar wawasan
masyarakat awam mulai terbuka, sehingga dapat mengambil berbagai langkah yarrg dianggap perlu
untuk mengatasinya. Buku ini lebih ditujukan kepada para akademisi darr ahli yang bergerak dalam
bidang rancang-bangun. Beberapa buku yang ditulis oleh pengarang luar negeri telah mengulas
dengan amat baik dan lengkap ihnu akustika bangunan atau ilmu mengenai bunyi yang terkait
dengan bangunan ini. Sayangnya, belum satu pun dari buku tersebut yang secara rinci mengulas
pedoman akustika bangunan untuk diterapkan di negara tropis yang lembab, seperti Indonesia. Masalah
akustika bangunan dan cemaran bunyi di negara berkembang dengan iklim tropika-lembab jauh lebih
pelik jika dibandingkan clengan masalah akustika yang dihadapi negara beriklim sejuk-kering. Di
Indonesia, pedoman akustika bangunan selalu berselisih paham dengarr persyaratan pengudaraan
alamiah di dalam bangunan.
Munculnya bunyi keras atau berlebihan pada mereka yang bekerja dengan perlengkapan yang
menghasilkan kebisingan. seperti di pabrik, stasiun kereta api, dan bandar udara telah mulai diatasi
dengan pelindung telinga. Namun. seiring kernajuan jaman, meningkatnya kebutuhan ntanusia, dan
meningkatnva taraf ekonomi masyarakat, pertambahan kendaraan bermotor juga telah menjadi sumber
utama penambah cemaran bunyi. Dikatakan sebagai sumber utama, karena dapat dipastikan bahwa
di manapun bangunan berada. jalan akan selalu ada di dekatnya. Keberadaan jalan selalu dibutuhkan
sebagai alur menuju ke tempat tujuan. Bila cemaran bunyi berpusat pada suatu titik. misalnya seperti
yang kita jumpai pada industri, tentu cemaran bunyi itu dapat diatasi dengan menggunakan pelindung
telinga. Bila cemaran bunyi terletak di jalan, kita jelas tidak mungkin menganjurkan semua orang
snBrplas uup rrp8ueu eJpn ue{ur{Sunuaur >1n1un urlSunu 1e.(uuqes rselrluo^ 8ueqn1 ue{nlleuau
3uu,{ srdorl ueun8uuq {nlun {ococ {Eprl rur ruucutuas ue8uecuur 'e,{u8ue,{ug 'uurndrues 3ue,(
e8urTe] Sunpurled rpelueru ue{e nluel n1r ueun8ueg 'rseplual 3uuqn1 eduel uep 'Suepued snqruel
BqJes Suucuurrp 8uu,{ uuun8uuq eped uu{nruet elpl udn;es 8uu,( pg 'Ersnueru ru8uep
lepn 'dntngel
eropur ruulep uer8uq r8unpurleur WIepB tudpJ tpBuES 8uu.( u8urlel Sunpurled tup efte>1 eru3
'rrrpuas nlr uuun8ueq qeppp e,{uqnSSunses u8urlet Sunpurlad rpeluaru eun8raq
8ue.( '1nqrs 3ue.{ uepl rdal rp ueun8ueq UEIBp rp ueler8eryaq 8uu,( u{eJeru r8eg 'uuun8uuq ruelup rp
u{eJeru B{rle{ undnuur uelul rp epeJoq u{eJou DIIie{ IIBq 'e8ur1a1 Sunpurlad uuluunSSuau
BpEJaq
KATA SAMBUTAN
ryr,.i
ryiii|1:;t:i...
Buku yang membahas akustika bangunan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia masih sangat
langka, apalagi yang berhubungan dengan penerapannya pada iklim Indonesia. Itulah sebabnya, saya
menyambut baik terbitnya buku "Akustika Bangunan: Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia" ini.
Saya berharap buku ini akan ikut memperkenalkan akustika bangunan yang merupakan bagian
dari Fisika Bangunan, tidak hanya kepada mahasiswa arsitektur. tetapi juga kepada akademisi yang
terkait dengan perancangan bangunan serta masyarakat pada umumnya. Buku ini dapat mudah
dimengerti oleh pembaca yang belum banyak mengetahui masalah akustika dan tidak memerlukan
pengetahuan fisika dan matematika yang mendalam, karena di dalam buku ini aplikasi matematika
digunakan seminimal mungkin. Yang penting adalah bahwa prinsip-prinsip akustika dapat dijelaskan
secara komprehensif. Hal ini memperlihatkan bahwa akustika tidak dapat lagi dianggap sebagai
cabang ilmu pengetahuan untuk ahli fisika dan ahli akustika semata, tetapi juga untuk ahli-ahli dan
profesional dari disiplin ilmu lainnya.
Dalam perancangan bangunan, arsitek harus memperhatikan persyaratan akustik dengan perhatian
yang sama seriusnya dengan perhatian yang dicurahkannya dalam memikirkan persyaratan lainnya
seperti struktur, mekanikal-elektrikal, dan lain-lain. Informasi yang disajikan dalarn buku ini bisa
dijadikan dasar-dasar pengetahuan umum yang bermanfaat mengenai pengetahuan teknologi bangunan
bagi para perancang bangunan. Seperti halnya ilmu dan teknologi lain yang terkait dengan perancangan,
untuk kasus yang khusus jika diperlukan konsultasi dapat dilakukan dengan ahlinya.
Semoga buku
yang berhubungan dengan dampak kebisingan terhadap manusia, pengendalian kebisingan pada
akustika ruangan, serta penerapannya untuk kondisi Indonesia.
Prof. Soegrjanto
Laboratoriurn Fisika Bangunan dan Akustika
Departemen Teknik Fisika
Institut Teknologi Bandung
soegi@tfl.itb.ac.id
9V
9L
uBqIl?-I IBoS
:tL
l'l",',,t-,"
_i q$g
L9 uEqIle-I lEos :EE Iseulquo) IBualBW Iselnsul :0s ISEInSUI uEp 'Isfuosqv
I 3ue,{ uu8ursrqe; rsule8uahl :6, eIUoqJIV
:tt
e1 ue8ursrqe; uutBqluEred
X[1.',,'i1',J,,*.
t tllr:l
:82 ue8ursrqe;
"*"..f".:]:*:1.::1"""i..:,:.:...::*1"qe)
1u>13ur1
rnln8uepn
i17
ue8ursrqe;1
\f
zz
6I
punoS
111 e3ur1e1 epud uenSSueg :g[ ersnupl e8uqo1 :iI @75) raDW p^a'I punos ',.zl 3ur1t13ratr1
'.Zl ap)S uolld :OI (gp) ilagrcaq :0I uPrcIeJ uep sllsuelul emlue uu8unqnH:6 sla^a'I punos
:6 rsuuuoseu :3 opnlrldury :g r,Lung Sueqruoleg 17 r,(ung .Iaquns ull?rlltr l :t I(ung eiurpehel
\,3s-
i\1't\
?iY:)1.+{1 1}1.{{tal
\1'ti 11a,*,
I
r !
i.'(]
x
III^
IA
r,ir;ii+;5riF1,4ffi
.:.:.;lt1in#tiffi
I$
UVI.{YO
iil;tir ir
..:
-"rc.;
.:{:.:.'r
"!.
iL
Refleksi 77; Reverberation 80; Pengontrolan Echo dan Reverberation 82; Absorpsi 83;
Difraksi 85; Refraksi 86; Difusi 86; Transmisi Bunyi 86; Room Acoustics 87; Soal Larihan
88
q{ j*}$'r'{iirti{ ix"}
9t
Akustika Luar Ruangan 92; Akustika Dalam Ruangan 93; Area Panggung 93; Penyelesaian
Akustik Lantai Panggung 95; Penyelesaian Akustik Plafon Panggung 96; Penyelesaian
Akustik Dinding Panggung 96; Area Penonton 96; Penyelesaian Akustik Lantai Area
Penonton 97; Penyelesaian Akustik Plafon Area Penonton 98; Penyelesaian Akustik Dinding
Area Penonton 99; Lantai Balkon 100; Soal Latihan 103
ilxgi
&
Akustika Luar Ruangan 104; Akustika Dalam Ruangan 106; Penyelesaian Akustik Lantai
Ruang Studio dan Operator 107; Penyelesaian Akustik Plafon Ruang Studio dan Operator
108; Penyelesaian Akustik Dinding Ruang Studio 109; Akustik Ruang Studio untuk
i:
114
d.i
Akustika pada Bangunan Perkantoran 115; Akustika pada Bangunan Hotel dan Sejenisnya
118; Akustika pada Bangunan Sekolah dan Sejenisnya 118; Akustika pada Bangunan Rumah
Sakit dan Sejenisnya 119; Akustika pada Ruang Perpustakaan 120; Akustika pada Rumah
Tinggal 120; Soal Latihan 120
li;*ir i il
t,,"li,(iir IiJ:.9,i,i{.
.1
}.trl'i'iF"."r }i1,:1{;q
Mikrofon 129; Amplifier dan Equalizer 132 Speaker 134; Soal Latihan
fllr&'r",1\....".
136
12g
:tliuepuaur nElB du)Buuueru tudrp Ersnuuur uurrure8eq sesord qelruy 'Ieto o{ u,(uBlrJeq tuur8ueu
ue:uiuapuad.IerBS s.(utnlueieg 'e3uqe1 ruulEp rp urel ue-re8uepued erepur ueurolo uep EBurlet SuepueS
utryEto3Sueut ln{l '(91't JeqLUcC teqrl) e8uqal [eul?{ rnlulolr.r uulelreq'u3ur1e1 unsp rl3lo de13ue1rp
lnqosJel Suuqurola8 uBluqullrd 'lnqes.Iel 1e[qo uup nluauol lurei eped tudtuus uelulraq snral qrsuul
u,(u3ueqruo1e3 uulequered nlueuet ueeppe{ eped '-ieleiraq rllleqreq qe1e1 'r,(unq Jequns reieqos
tnqasrp 3uu.( '.ruteS.raq Suua lelqo qsepr,(unq Sueqtuoloi uetuqrueled runiperu nBtE rl.retuu IEZ
e3nllnqesrp r1e18ur"res rele8Joq 8uu,( leiqo Jetr{es rp tBZ uueperoqe{ lnu EueJe) qeio'(I'l JpqLuEC)
teq[rereur 3ue.( Suuqurolaf reSeqes uuryeqrue8rp ]edep 8uD{ uc8ueSSuer uep ueluder {ntuequeul
eSSurqes uequluosreq Surps uule luz lelrued-1e1r]:ud e,(usn.tetes UEDIIUoC 'u,(uqnleqes 1p lelured e>1
e,(ueurr:s1rp 3uu,( r8rauo ue{snJeuoru uule 11elqo uefuep te>1ep 3ur1ed Suef) qnluesrel urueuad SueKNz
'e.{utelep
1uta1 Sunluu8ral 'uulepud nule UEIIEO 'se3 ednreq ludup IUI le7
ie{ru?d '.rutairaq
3uu,(
lalqo
rp rpe 8ue,( 1ez layged qnluo,{ueu uErpnuel lnqosrol erepn nulu 1elqo uelu;e8 nete uu;eleg
'dnqrp 8uu.t ladruorel eped rpel,rel lere8raq 8ue( erepn rrep qoluoJ uelSuupes 'sule Ip ue{e{nuJ{rp
qelot .ruta8req
3uu,(
lelqo
n1r3eg 'tluetu/ucretnd uunqr: reducuau tndup rSrB epo.t urzrutnd plleru{ uu?-Iupue{ epud se:a1 dn>1nc
8ue,( uu;ula8 uep r,{unq uu{lnqurueu rur u3uuel r{rle8ued uerelSueg 'r3r3 epo.r tsnusuurl lrrolsls
rnleleu epor o{ ue>lrnlusrp uurprlruol 3uu,{ 'uerelequed 3uut.u Epecl uolsld e(uunrnl-1teu uelera3 uep
'ueumpuol uu14:.ra33ueu Intun reludrp u,(ulnlueles 3uu,(
Iu,^AB.raq relnd.req 8tru,( upo,r upucl uule.reg
srue{ou r3reue rpelueur uuJe{Bqrued gseq rrep r8raue quqn8uaur ro}oluJeq uecrepue{ utse141'rele8req
>1o13uru uulquqa,{ueur rur ueln>1nd '{opues qelo 1n>1ndrp eyr1a1 r,(unqreq osluq 1o13uu;,1tr 'IJrpuas
srsnueru uJuns uulqeq 'Jotorureq u?prepue>l rfunq 'os1eq 3ue1n1 >1o13uuru t,(unq rrep relnur 'rele8req
3ue,( 1e[qo Lrpp Iusereq nltles Blr{ Julr{os rp rpulrel 8uu,{ r,(unq BnIuoS 'nlus-red-nies I}llol ElI{ IreIAl
'u,{ututrlas rp lez uuSuep uelesai uu{lnqulueu 3uu,(.rule8req 8uu,( upueq e,{uepe uuorl?{ rpr:fta1 r,(ung
r,(cmg ui{lrpufu"}.I'r'r
'lnqosJol uele0uepued erepur eleil erec eueure0eq tueqed e1r>1 e,iuertl 0urlued'qpqulepaq
snlal elll ersn rlsaLu lreq deiel rebe rur uere0uapuod eJapur rs6un; e6eluatu ledep e1t1 eueuteOeq teue6ueu
qnel qrqel uelploduortr 1n1up e,{ue1r>1as rp lnountu 6ue,{ rliunq-t,{unq te0uepuaLu ndueul etsnuBu lenquioLr]
6ue( erapur uerel6uer qelepe lelo e1 Ounqnqral Oue[ e[uuelep rp ledeprel 0ue,i leresleres uep e6urlel
'rpefue1
lnqeual
ur0ur eraOas uep ueOue;rqe1 ueleseroul elrl qelnreq 'ryeq ueOuep tsbun;iaq lepti lnqosral etaput nles qeles
leps nJens e)itloy lnqas.lal Blopur efua1 erec e{uqnD0unses eueureOeq ueqed yeptl uep eluueeperaqel
ueleseroLu )iepll ell)i rle16uues .lqel lefos eu]uo]rp rur lslpuol eua.le) n]ensos eqeraLu uep 'deca0ueLu
'ulnroueul teOuapuau 'leqrlor! Inlun rsOunpeq Ourseu-Ourseu 'elapur eutl rerunle)irp leulou plsnuen
YISNT{YIN rIVCNIO
YUS(NI t{\fc IANNg
nwr;iHB:
;.tffi
T qEg
potongan
'
pelan
1-1
*,renggangan
ffiw
..:
T".
/_
l\
t1 ,ffi,:ffi
-',rlraOatan
'
v_"
atmosfer
:,ffi
Gong
"L-l
r'-i
fw
renggangan
bel bergetar
bu nyi
Melalui uraian di atas, cukup jelas bahwa untuk dapat mendengar bunyi, dibutuhkan adanya tiga
hal berikut, yaitu: sumber atau objek yang bergetar, medium perambatan, serta indera pendengaran.
Ketiga hal tersebut sangat penting keberadaannya. Medium perambatan harus ada antara objek dan
telinga agar perambatan dapat terjadi. Dalam ruangan hampa udara, tidak ada partikel yang menghantar
getarannya, oleh karenanya tidak terjadi perambatan, sehingga meski ada objek bergetar dan pendengar
memiliki telinga yang sehat, bunyi yang muncul tidak dapat didengar.
Perambatan gelombang bunyi pada suatu medium berupa gelombang longitudinal, artinya arah
getarannya searah dengan arah rambatannya. Objek yang bergetar pada posisi bebas atau tidak
terhalang objek lain akan menyentuh semua partikel zat medium yang ada di sekitarnya, sehingga
perambatan gelombang bunyi terjadi ke segala arah. Ketika perambatan mendekati objek yang diam,
maka sebagaimana keadaan objek tersebut, ada kemungkinan perambatan akan memantul atau
berkurang (karena diserap atau diteruskan oleh objek penghalang tersebut). Seringkali tidak mudah
memberikan gambaran untuk menjelaskan fenomena yang terjadi melalui model perambatan gelombang
yang sesungguhnya berupa rapatan dan renggangan partikel. Oleh karena itu, kondisi ini lebih banyak
digambarkan berupa kurva membentuk gunung-gunung dan lembah-lembah yang merupakan
penggambaran getaran terhadap waktu, yang disebut juga gelombang sinusoitlal (Gambar 1.2).
I,?"
Menurut jumlah sumber getaran atau gerakan yang terjadi, bunyi dapat dibedakan menjadi bunyi
yang berasal dari sumber berbentuk titik dan bunyi yang berasal dari sumber berbentuk garis. Sumber
bunyi yang berwujud sebagai titik adalah sumber yang muncul oleh adanya satu buah getaran saja
(getaran tunggal). Selanjutnya bunyi ini terdistribusi atau merambat dengan kekuatan yang sama ke
segala arah, sehingga seolah-olah membentuk ruangan berwujud bola (Gambar 1.3). Sedangkan
(u) Ierel
001
09
0,
0e
0z0Lt,zlt
(gp) rslnpeg
'(lnrueleu)
uurete3 1e,{uuq nele udureqeq qelo uu{lrseqp 8ue,( r.(unq qBIBpe srre8 ru8eqes pnln,tr'req r.{unq
@661 'ewop )oJ lorluoC punog) (sueb pn[nttteq)
ynwafew tlunq teqwns ueteqelue4 'r'I lequee
l-, i_Ll
e'og
'\
\-/
',
l
=
a
6
=
ol
0)
;r
:I
a)
o.
E
E
f
0)
Frekuensi
f
0
a
0)
o-
=
o
a
0)
f
a
a
.L
a
a
=
o
<t)
!llr
!tt
dtt
,rrll
_L_L_L_
f, f,
fo
f5
Frekuensi
ao
PEMBICARAAN, MUSIK, DAN KEBISINGAN
t,
0)
W,)
Frekuensi
f,
o-
0)
E]
l
lep^u 00I9
lep^u Ir9I
lpfirt LEil
]Bpru 69z
lep^u 9I
loprtt vSzl
lePII[ 9'6Ve
lep^u 8't
13pqt l'LtE
leplr 8'Igg
lep^u '6I
(a) /unq luqruer ueledecay
Bleg
lnel rrv
rrunu Jrv
'oJ
to
,nD
,nD
ueSorprq seg
urep61
lequuJ uuludecel e,trqeq ue44nfunuaur qelo-rleloes (1) uueruusred qseyq 'dulel 8uu,( lEqIueJ ueledacel
ue8uep qere ele8es e{ tuqtueJelu uele r^{unq 'ueSouoq 8ue,( urntpeu uped luqurureu u{po)
t
A
:uuBueq
!.1=t
(r)
:ln)IIreq
rc3uqes ueutuesred ruulep uDISIInlp ludup Suequrole8 uulequrered nelu uutlupulfued uupefay '4rlep
ntus ruulep qupurfueq 8uu,( Suelued 1ztot ue41nlunueru {llep dup uerele8 e,(ur1u(ueq 'nll BUeJB>l
qelo 'snurs Suequole8 nlus >lerulas qneluau >pre8req u,(u8uequrole8 'rule8req 1a[qo qunqes qu1
derleg '(tepTur) lnep-red-releur qeppu ufuuenles '>1qep nles nt{B^\ IuBIep nluouol qerz uped l,(unq
Suuqurole8 qelo qnduralrp ndrueur 8ue,( >1e.re[ qelupe (,r) rselou uu8uep uelSueqruepp 8ue,( leqIuEJ
uuledece; 'nlueuet tunrpetu urelep r,{unq tEq{uBJ uuledecel qBIBpB t,(unq uup UIBI uetuelg
'qupueJ rsuen{ery ruupp ilunq-ilunq ue>lru8uepueur
uerue,(u qrqol ersnuelu B^\qeq uu>plnlunueu uuBlleuod '(zH 000? sele rp) t33uq tsuenler; uup (zg
9967 rcdrues zH 000I) Suepes rsuen>leq '(zU 000I qu,!\uq p) qepue; ISUan{eU ueSuep r,(unq-r,(unq
$ung I
qeg
Akustika Bangunan
Siang hari
Udara dingin
(Kecepatan rendah)
Gambar '1.7 . Perambatan gelombang bunyi pada medium udara sesungguhnya tidak lurus namun
membelok sesuai suhu udara yang dilaluinya.
udara normal yang tersusun dari 78Vo Nitrogen (N), 21Ea Oksigen (Oz), dan sisanya CO, serta gas
lain, pada suhu 15oC. Seringkali muncul pertanyaan mengapa digunakan acuan 15oC, sedangkan
tidak semua lokasi memiliki suhu tersebut. Sebagai contoh, Indonesia yang umumnya terik, dapat
dipastikan sangat jarang berada pada suhu tersebut. Itu sebabnya, angka 340 m/det tidak begitu saja
bisa langsung dipakai sebagai acuan. Pendapat ini ada benarnya. Untuk iklim seperti Indonesia,
kecepatan rambat gelombang bunyi pada suhu 20oC-30oC akan lebih sesuai untuk dipergunakan.
Pada suhu ini, kecepatan rambat gelombang bunyi adalah sekitar 345 mldet.
Ketika kecepatan rambat gelombang bunyi dapat kita anggap tetap, entah pada 340 m/det atau
345 mldet, dengan menggunakan persamaan (1), dapat dijelaskan bahwa setiap kali nilai Qf turun,
maka nilai (7.) naik, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, meski tidak identik, dapat diartikan
bahwa setiap frekuensi selalu memiliki panjang gelombang tersendiri. Pada udara hangat-panas,
perambatan gelombang bunyi akan cenderung mengarah ke atas dan pada udara sejuk-dingin
perambatannya cenderung mengarah ke bawah (Gambar 1.7).
r.4. Amplitudo
Pada bagian sebelumnya telah diulas bahwa frekuensi bunyi menentukan jenis atau warna bunyi
yang muncul, sedangkan panjang gelombang bunyi menunjukkan kekuatan bunyi. Kekuatan ini tidak
diartikan sebagai keras atau pelannya bunyi, namun kuat/lemahnya getaran yang ditimbulkannya.
Bunyi-bunyi berfrekuensi rendah adalah bunyi yang memiliki panjang gelombang yang besar, semakin
rendah frekuensinya semakin panjang gelombangnya sehingga semakin kuat getarannya. Oleh karena
itu pada saat mempelajari bunyi-bunyi dengan frekuensi rendah, umumnya sekaligus dipelajari pula
getaran yang terjadi (sound and vibration).
Ketika frekuensi dan panjang gelombang tidak menunjukkan keras atau pelannya bunyi, maka
yang berpengaruh terhadap hal ini adalah amplitudo atau simpangan gelombang yang dilambangkan
sebagai (A). Gambar 1.8 menunjukkan bahwa (A) tidak bergantung secara langsung pada panjang
gelombang. Gelombang panjang maupun gelombang pendek dapat menghasilkan simpangan yang
besar dan kecil. Semakin besar simpangannya, semakin keraslah bunyi yang muncul dari getaran
lI
nu
nj
r:i:un 'nlr Euere>l qelo 'e[DIIIeqss uep JpBSeu e{ Jlllsod IJ?p qeqn-qeqlueq nlelss InqIun 3w,(
'r"uelal ?{eru 'le{luud ue8uuSSuer uep uutuder pnlnm urulep leqrueretu ueJele8 uueft) '(e4) pcse4
uenles uelsp Sunlrqrp atnssatd punos 'BrBpn le{ruBd ualaueru 8ue,t .rete3-req {ofqo ef,uepe ?uoJB{
qalo u?{qeqesrp 3ue,( reJsorulu rp ?Jupn uuuB>lel rsBrJeA eleJ-elvt qBIBpe atnssatd pur?os pn$leurp
3uua '(d) atnssatd punos ue11arnSSueru r{Blepu u.(uln4ueq uurnln8ue4 'lrJe{ leruu 8ue,( u,(urepu
euare{ r{elo uncu uelpefip tedup 8uerru1 eSnl .urp1e16 uBnlBS uu{eunSSuaur Sunlrqrp 3ue,( r,(unq
spllsuelur qelSuuas e>luru 'lrce{ leue 8uu,( e,(urelru Eueru{ uance ue{rpefip tedep 4epp u,lod punos
B{rle)
'u,(uuruualrp 8uu,( r.{unq qeluuled uDlurues nBlB selrsualur LIBIITooI ullutuas 'r,(unq requrns r.rup
m8uepued 4zruf qnef uplutues rrele Q) rulru Jseq uDIBues uaquq uelsulelueur (7) ueuruusre4
=l
;uuBueg
k)
#=,
;ln{ueq rc8uqes uperuus:ed uu8uap
Sunlqrp ludup u.(uilunq sulrsuelur 'tnqesra BIoq ruBIBp nlueuet {plt BpBd '(g'1 requug) eyoq qredes
{nluaqJeq Suunr uelpsuq8ueru rre{B rur usJuqes 'qere ele8es e>l leqrrruJoru e,(uueru}a8 uzp rule8req r(unq
Jeqruns qalqo qenqes B{Ite) 'zurAe^\ qelepe e.(uuunleg 'sunl uenlus nd tauod punos :n1rcK'rfunq
sBllsualul nule (7) Mlsuarur punos uvauap us)ln{?irp pdep eSnl r{unq u313n{e{ 1e13up uu;m1n8ue4
'3unsBuu1
etecas tauod punos fi\eleuJ r,(unq uu1en1e1 Sunlq8uetu >lnlun u1r1 l3eq tqns dnlnc qelSurres e>1eur
'sere1 leruu 8ue,( r.(unq qeluqnq EIDI JBlDIes Ip IJeq-lJuqes Incunu 8ue,( r,(unq BueJ>l qelo '1el11oll{
udereqeq uelpseq8ueu e,(ueq serel teSues 3uu,( lef lernused urseur ue>18uepes 'elus l(ru I JBSDIJaq
e,(ueq leualreq 3ue,( ersnueru r,(unq 6reua 'qoluoo IIqUV ':zsaq nl?lJel r{Bl{epl e,(uqnSSunses
r,(unq uulup Sunpueryq 3ue,( r8reue uuDlrruop unluuu 'r,(unq uep 8unuefuel {llsrJet>IBJDI qeppu
nuod punog '(76) Iq!\ uuntes wepp (fl ru8eqes uelrsetourp u,ttod punog lfunq reqruns qelo
rslnpordrp 8ue,( r8reue qeprnl uul.rusupJeq L(unq ueleruIel uernln8ued uruc qeppu tamod punog
'uunJe ue{rpelrp 3ue,( resep a13uu nele relru uped uu4resupreq u13ue nulr rulru ru8uqes
up,>IIlrBIp IUI le^el nete lB)BulJ '$7aa,a7 punos) r,(unq lulSurl Inlleru JnInIp ludep urnrun ereces
ilunq uelen4e{ el\quq uu{reJnrp ue{p rur uer8rq epe4 'r,(unq e,(uue1ed7sure1 uerynfunueur uelu ?uef
opnlqdrue ueSuep tlu>lre1 r,(unq uelenle>1 (7) uup i(Suequrole8 Suelued ue8uap uelelreq) uerela8
uutun>Io{ uu8uep uu>lrssrsoserp Suef r{unq uut?nla{ (i) n1rc,( 'ueno? ue{rpulrp ustq 8ue.{ pq ?np epu
r,(unq uetun{e>1 uapnqe,(ueru IBBS upud e,nquq uu1se1eftp 'u,(urunleqes uut8uq epud uurern rnlBIeI{
::
slaaa7
. I :i;iiilgontErfe8ffi
punos .g.r
>1elqo
uutu{epJ?q
u,(ueq 1e[qo ?npe>l EIna{ tun>I nlBIJet >luprl unruuu 'efursuenler; srs.red eues ]nqesrol lelqo enp e1q
1eru1 lu8uus peftq uu{B rsuuoseg 'ru1e3req 3ue,( r,(unq Jeqruns 4elqo uuSuep rsuen>leq uedurura>1
nele ueusa>l l{qrueur tnqesJal releSreq 1n>y 3uu,( 1e[qo euere>1 'rele8req 8ue,( r,{unq roquns
1a[qo qenqes rJ?p nluolJat 4eret epud upsJeq 3uu,{ latqo u.(urele8req 1n1r eznrlsrred quppu rsuuuosod
'rsuuuoser ruue8ueu ue{B{nrue>lrp e,(uurr1 Surlued 'ueun8ueq u>Irlsn>Ie uululedureur leus BpEd
i
!: .: :l a!
ar
i:i;lx,:li:e1,ffiffi
rsuuuoseu'9'I
6
$ung
1 qeg
tr
1A
Akustika Bangunan
memudahkan pengukuran, nilai ini kemudian dihitung rialam akar kuadratnya, sehingga nilainya
selalu positif" Bunyi yang sangat keras hanya menghasilkan tekanan di udara sebesar-besarnyaA,TOT
Pa' Angka ini-pun menunjukkan bahwa pengukuran dengan sound pressure tidak akan mudah
dilakukan, sebab juga menggunakan nilai yang amat kecil.
l=!-
(3)
pv
Dengan:
I=
pp-
Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai ambang batas frekuensi yang mampu didengar
telinga manusia. Selanjutnya hubungan antara intensitas dan tekanan alian menunjukkan adanya
ambang batas bunyi yang dapat didengarkan telinga manusia, diukur dengan tingkat kekuatan bunyi.
Ambang batas bawah (threshold of hearing) adalah bunyi terlemah yang dapat didengar telinga
manusia pada kondisi normal. Angka ambang batas bawah ini seringkali sedikit berbeda bagi setiap
individu. Biia diukur dalam intensitas, ambang batas bawah manusia berada pada 1.10-12 Watt/m2,
sedangkan bila diukur dalam tekanan, ambang batas bawah manusia berada pada 2.10"-s pa.
Selain ambang batas bawah, manusia juga memiliki ambang batas atas (threshold of pain), yaitl
bunyi terkeras yang mampu didengarkan tanpa menirnbulkan rasa sakit di telinga. Bunyi yang amat
keras tentu saja membuat nyeri pada indera pendengaran dan bagian tubuh lainnya. Ambang batas
atas manusia yang diukur dengan intensitas berada pada 100 WatUm2 sedangkan bila diukur dengan
tekanan berada pada 200 Pa.
Pada pengukuran intensitas bunyi dengan menggunakan tekanan, dikenal istilah sound pressure
level (SPL), yaitu nilai yang menunjukkan perubahan tekanan di dalam udara karena adanya perambatan
gelombang bunyi. SPL diukur dalam skala dB dengan mengacu pada standar tertentu (biasanya yang
dipakai adalah 20 pPa).
SpL
= 20 bg!Po
(4)
Dengan:
p = tekanan dalam
Po
Pa atau bars (1 Pa
10 pbars)
z0'0
09
200'0
09 'p's 0t
2000'0
OZ
20000'0
0I 'p's 0
06
08
AL
0il
8ue,( {llo{sig
lttolstq
001
OZT
CU
OZ
0gI
O'I
ooz
(u4) a.rnssa.r4
(sp)
uBBpBa{
punos
qoluoJ
Io^a.I punos
(gp utnpp) Dsnuow uruo?uapuad sotoq SuoEuy'Z'I IeqBJ
Iu{
'gp 0I epeqroq Sued r,(unq enp BpE Eirqcde 'ryuqur8oy ue8urpuzqred leporu uu{BunSSueru ue8ue(I
'gp t qrsros upe DIqo{ lpefua1 ruuq lerruou ffoes uu>lBSBJrp ledep 8ue.{ uaepeqred 'uunlnuep unuIEN
'gp I
IEqEJ
eoed ue>l.ruqruu8rp uueurre8uqes '.ru8ueprp ndrueru 8ue,t r,(unq ualen{a{ LrEp sBlB uep qe,&eq suluq
Sueqrue rrrqele8ueru {nlun ersnuBr-rr uu>p{upnrueur gp u?nls ue8uop r,(unq uulen{e{ uerruln8ued
'gp rrrutep r(unq uurnlnBuad uuqtqusa4 1e13uq ue{unJnuotu 8ue,( .roqe; u,(uepe uup sedel.ral
'Epeqreq 8uu.( ueuulot Isrpuo{ epud r,(unq de4-dep {Itsual{uJe{ ueupaq:ed e,(uepy 'Z
'rrl{e,4s dutlcs lsenDlng ruele8ueru e,(uutnrun ilunq ueuelol ?A\qeg 'I
:JoryuJ uped Sunlue8raq uu8uudul rp redrunftp euuurcSeqes ue8urstqel 1a13up p33un1
u13uu euerel 1uls 1p uu4uun8rp qrseru ..uBJlryed,, e1e;1 'Btuus 8uE{ qnru8ued ue8uep ueBuISIqo{
1n13uri uueJplJad ueSuop uEtIu>IJeg lnqasJel gp 0t e/hquq uurynfunue{u u8nl Suqued UDIg 'ud
g90'0 Jpseqes ueue{el ue8uep ruBS uep ztuclnel11 6_0I JBSeqes sullsuelul ue8uep UIUBS gp 0L 'qotuoc
ru8eqag 'uenles uep uJn>ln tuulep ?peqJaq :Bpoq.Iaq Suuf tue DIIIrureu etues 3u?,( e43uu tnpleru
uerrr>ln8ued Ieporu npa{ qelo un11n[un1rp 8uu,( IenDIB uzuu{el uup IEnDIe sellsualui 'e,(u;uueqes
r>1sau'i.(unq uulun{o{ 1e13up uurn4n8ued Jepu?ls te8uqes Ie{dp qtqus u.(uenp-Bnpo) 'Q)toqsatqj
Suuoaq) e,(uqupueral 1a,tay wSeqes gp 0 uz>lslsuq:eq 8uu,,( ucrnln8uad Ispour qulupe 11 undneu
uee1e,(ue>1 uBIEp 'upaqJeq 8rre,{ uernln8ued erec ueleunSSuau 11sey1
-td uep zd
= 11 uep z1
7I
:ueBueq
( td\
(E)
,[t,Jo'to'ol
1l
=T
orSoloI
- TI
lL
dung I
qeg
12
Akustika Bangunan
+/-l
dB
+/-3 dB
+/-6 dB
+l-7
dB
+10dB
Penerimaan telinga
Tidak terlalu berbeda
-10 dB
-20 dB
+20dB
bunyi-bunyi dalam bobot tertentu, sesuai kesan atau sensasi yang diterima oleh telinga. Dalam
bahasa Inggris, metode
I
L.-
(01'I reqtuBD uBp 6'I ftqruBD Iterurec'zH 000I ISueDIeU Eped uoqd 0L uE8uep {puepl
rrdtueq) Suupes r.{unq-r,(unq suodsereur e8uq4 ISIpuoI eped ueluldrcrp 3ue,( e1e>IS :g loqog
(g1'1 reqrueg uup 6'I ruqIuED IlBIrLIec 'zH 000I tsuenler; epud
uoqd 97 ueSuep {puepr rrdruuq) w>Ireqerp qulSuues zH 00I rlu^req rp qspuer n1eFe1 3uu.{
rsuen>ler;-rsuaruIeu 'relum 3uu.( suodseJ DlrTrrueru delel u8urlq ru8e 'eduuueJu>l qelo 't{Epuer
rsuen{e{req ilunq ru8uepuetu ndureur.ru8u leqeq tsuldepuraq e8uqq uSSurqes 'qupuu t.(unq
ISIpuo>l epud ueleldrcrp Suuf rro8elal qelepu Y loqog
-1.(unq suodsereur
0t
002
00t
/v
0e- n
a
sz- E'(tg
0z- d
(D
q)
/a
9L- =
@
0l-
,.-t
V
9+
000'0r
0009
lsuan>1er3
00t 09
0001
|| | t
rt
0z
t
reOueprp esrq
--t
I --t
a -j
I -J
1:
1".]
A
::-:l
*l
unururur eAJn)
*T
onE
o
C
no
oego
\N.
o'l
---061
fiung
oz8
o.
0e
cl
09
09
3
'-
\
\
]
'-gt
ao
08;
N
o
oor 3
'-+rtt
0zt
0zt
tl
1 qeg
14
Akustika Bangunan
Bobot C: skala yang diciptakan ketika telinga seolah mendapat sensasi yang sama atau
melakukan respons yang sama terhadap bunyi pada hampir semua frekuensi, sehingga
kurvanya hampir mendatar (Gambarl.10)
Bobot D; skala yang diciptakan ketika telinga merespons bunyi-bunyi yang muncul dari
kapal terbang (pada frekuensi sensitif 2000 - 5000 Hz).
Pada pengukuran secara subjektif terhadap respons telinga tiap-tiap orang, ternyata ditemukan
bahwa bobot B dan C seringkali tidak tepat. Hal ini terjadi karena grafik yang dijadikan acuan lebih
cenderung untuk mengukur bunyi-bunyi dengan satu jenis tone (penekanan) saja, sementara dalam
kehidupan sehari-hari, dalam waktu yang bersamaan, seringkali kita mendengar bunyi-bunyi dalam
bermacam-macam tone. Sebaliknya pada bobot A, hasil pengukuran sensasi tingkat kekerasan yang
Itu
SLM yang amat sederhana biasanya hanya dilengkapi dengan bobot pengukuran A (dBA) dengan
(idak dapat menyimpan dan mengolah data), sedangkan yang sedikit
lebih baik, dilengkapi pula dengan skala pengukuran B dan C. Beberapa SLM yang lebih canggih
dapat sekaligus dipakai untuk menganalisis tingkat kekerasan dan frekuensi bunyi yang muncul
selama rentang waktu tertentu (misalnya tingkat kekerasan selama I menit, l0 menit, atau 8 jam),
dan mampu menggambarkan gelombang yang terjadi. Beberapa produsen menamakannya Hand
Held Analyser (HHA), ada pula dalam model Desk Analyser (DA).
Meski nampak canggih dan rumit, sesungguhnya menggunakan SLM untuk mengukur tingkat
kekerasan bunyi tidaklah sulit. Yang terpenting adalah menaati pedoman atau standar yang telah
ditetapkan agar hasil pengukurannya menjadi sahih. Adapun persyaratan tersebut adalah (Gambar
sistem pengukuran seketika
1.13):
1.
Agar posisi pengukuran stabil, SLM sebaiknya dipasang pada tripod. Setiap SLM, bahkan
yang paling sederhana, idealnya dilengkapi dengan lubang untuk mendudukkannya pada
tripod. SLM yang diletakkan pada tripod lebih stabil posisinya dibandingkan yang dipegang
oleh tangan operator (manusia yang mengoperasikannya). Posisi operator yang terlalu dekat
Skala-dB
atau
Amplifier
.--i----L-II_II
l"l
Filter oktaf-band
Gambar 1,11. Slsfem kerja Sound Level Meter
Monitor hasil
gL
ouo'\oo
'0l'l Jequeg
'Z!'! requeg
F.{ 1)
i
iffr
r
..,
$
esnuery rebuag ercpu1 uep ilung
E-
16
Akustika Bangunan
dengan SLM juga dapat mengganggu penerimaan bunyi oleh SLM karena tubuh manusia
mampu memantulkan bunyi. Peletakan SLM pada papan, seperti meja atau kursi, juga
dapat mengurangi kesahihan hasil pengukuran karena sarana tersebut akan memantulkan
bunyi yang diterima.
2.
Operator SLM setidaknya berdiri pada jarak 0,5 m dari SLM agar tidak terjadi efek
pemantulan.
3.
4.
Untuk pengukuran di dalam ruangan atau bangunan, SLM berada pada posisi 1 m dari
dinding-dinding pembentuk ruangan. Bila diletakkan dihadapan jendela maka jaraknya 1,5
m dari jendela tersebut. Agar hasil lebih sahih, karena adanya kemungkinan pemantulan
oleh elemen pembentuk ruang, pengukuran dengan SLM dalam ruang sebaiknya dilakukan
pada tiga titik berbeda dengan jarak antar titik lebih kurang 0,5 m.
5.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sahih dan mampu mencatat semua fluktuasi
bunyi yang terjadi, SLM dipasang pada posisi slow responsse.
Apabila pengukuran tingkat kekerasan bunyi dilakukan menggunakan SLM, namun tidak
mengikuti standar pemakaian SLM sebagaimana disebutkan, pentinglah kiranya disampaikan catatan
khusus mengenai kondisi-kondisi yang menyimpang tersebut untuk melengkapi data-data hasil
pengukuran yang dihasilkan.
,:':,1?.:.
tt"nsa Manusia
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, manusia mendengarkan bunyi yang ada di sekitarnya mengguna-
kan indera pendengaran. Bagian pertama indera pendengaran manusia yang menerima perambatan
gelombang bunyi adalah daun telinga. Untuk dapat mengetahui secara rinci mengenai mekanisme
yang tejadi di dalam telinga sehingga manusia dapat mendengar bunyi, mari kita lihat bagian-bagian
telinga manusia, yang dibedakan menjadi tiga bagian sebagai berikut (Gambar 1.16):
1.
Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (dalam bahasa medis disebut pinna) dan saluran telinga
(yang disebut juga kanal telinga). Rangkaian telinga luar ini bertugas menangkap gelombang bunyi
'3ueduilueu 3uu,( eursrueleur u,(uepe ualqeqesrp elnd ludup rdetel 'e8urlel ueruele qqel nelu ruBS l{elus
eped uendruuue>l ueunrnued u,(uepe uueJE>I lpufret ledep rut uunSSueg 'uun33ue8 rurelu8ueur u8uqel
uulqsudrp ludep eluur 'rur r.(unq ue4re8uepueru nduruur >lruun lnlep qlqel 8ue,( >1urul unlqntnqlp
uyqudy 'r.(unq requrns uep Jeleru g rcdruus Jele{u 9 luruf urupp Sp 0Z eped r,(unq ru8uepueru
nduruu IstuJou ursnuetu e8q1e1 'u.{urlsour uuBruIBBBqes >lupll Ipulueu BurlJellp 8uu^( r,(unq
sB}IIen>I
uSSulqes 'uun88uu8 nuule8uetu e8qyel B^\qeq ue{lu{lp ledup e>luur '3uedrul,(ueu 3ue,( eursruu4eu
rpehel uup uetuole Ispuo{ ue>lnrue}Ip qeqes nlens eueJDI ellqedy 'lu{Iuou u8q14 epud rsrpuol
u8urel ufte4 eursruu>leu uep e8ugq ueruelg
qBIepB ufuurnleqes uer8uq ruelep uIruJnrp qelet 3ue,t
I ::t::!:!1ltsil*slffi
uelrunsefueru
:uelnqes uefiuep Ieue{p runrun Bseqeq urupp nelu) sada|s uep 'sncw 'snallora :lnqeslp Sursuru-Sursuur
3ue,{ pdurnflued 3uup1 e8q eped ue4udurusp e,(ulnluules rur uurula8 'uuqtuoru qelo 'luue>I Inleletu
ue>lJnlesrp uep u8uq4 unup qelo de18uul1p qu1e1 3ue,( ueJele8 Suns8uel eJuJes etulJeuelu uu{u ruI
uBJqtueIAI'stdn le8uus 3ue,( uu;qureru qenqas nlrc,('e8uqfl Suupue8 Irep rc1nlulp qu8uel uet8eg
qu8ual
u8q1al
'2,
'e8ur14 Suepue8
6unpuqeu se8ngeq 8ue,( Suulueureru udrd lredes {nlueqJeq puul uulSuepos 'JEnl qBrB e{ JBqeIeu
ngle Jgsequeru uplerues 3uu.{ Suoroc Intueqreq rup,( 'r,(unq dulSueued rc3uqas e,(use8nl ue8uep
{nlueg 'pue1 8un[n rp >lulalJol 3uu,( e8uget Suupue8 e1 e,(uuulsrueueu uep
u{runsesrp eflq14 unep
ulnurslBur
uerelaO
(sp1e4s
4ept1)
esnuew
ebw1e1
ueJquieur
\
e6ur;eg
lelo oI leres
ue;ep e) )nseu
rAunq
6uequoleo
......-
Lt
ilung
1 qeg
i'-ir'' 1jr'
lr':i
,.,.',:
1.,...,
;it,: 1.,. ...1.,.:,. " ;r'i,:;
'"i
''
ri
i
18
Akustika Bangunan
Gangguan pada telinga dapat dibedakan sebagai gangguan yang muncul sementara dan gangguan
yang terjadi pennanen. Gangguan sementara umumnya terjadi pada telinga luar, seperti ketika pada
telinga luar terdapat objek yang tidak semestinya, misalnya air, kapas, atau kotoran yang tidak
dibersihkan. Namun demikian, gangguan sementara juga dapat terjadi pada keseluruhan telinga,
misalnya ketulian sementara selama beberapa menit karena telinga baru saja mendengarkan suatrl
bunyi amat keras yang muncul dengan tiba-tiba, seperti suara ledakan bom.
Gangguan mendengar yang terjadi pada telinga umumnya berupa menurunnya kemampuan
mendengar atau ketulian. Ketulian dapat terjadi pada usia muda karena satu dan lain hal, dan hal ini
terjadi pula pada manusia normal seiring bertambahnya usia. Keadaan ini disebut pre.sbyacusis, yaitu
menurunnya kemampuan mendengar secara bertahap karena faktor usia.
Menurut jarak pendengarnya, ketulian dibedakan menjadi empat (Feldman, dalam Agustian,
1995) yaitu:
1.
Tuli ringan, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 20 s.d. 40 dB, jarilk antara
sumber bunyi dengan telinga adalah 4 sampai 5,9 meter
2.
Tuli sedang, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 40 s.d. 60 dB, jarak antara
sumber bunyi dengan telinga adalah 1 sampai 3,9 meter
Tuli. berat, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 60 s.d. 80 dB, jarak antara
sumber bunyi dengan telinga adalah 20 sampai 90 sentimeter
Tuli total, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 80 s.d. 1i0 dB, jarak antara
sumber bunyi dengan telinga kurang dari 15 sentimeter.
3.
4.
Ketulian ringan dan sedang biasanya terjadi karena adanya kerusakan pada organ telinga tengah.
Sedangkan tuli berat dan total, biasanya dijumpai pada orang yang mengalami kerusakan organ pada
telinga dalam. Sementara itu, menurut letak kerusakannya, ketulian dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
bunyi-bunyi pada frekuensi tinggi. Ketulian jenis ini masih dapat diatasi dengan obat atau
dengan pembedahan.
2.
Gangguan lain yang muncul akibat kerusakan organ pendengaran adalah tinitus. Tinitus aclalah
sebutan untuk bunyi dengung terus menerus yang muncul di telinga. Penyakit ini biasanya menyerang
mereka yang terbiasa bekerja berdekatan dengan sumber bunyi yang keras secara terus menerus,
misalnya: pekerja pabrik yang mengoperasikan mesin-mesin berbunyi keras tanpa menggunakan
pelindung telinga. Sebagai manusia normal, seringkali kita pun mendengar bunyi dengung sesaat.
Menurut kepercayaan Jawa, mereka yang telinganya sedang mendengung sesungguhnya sedang
menjadi bahan pembicaraan orang lain. Bunyi dengung ini hanya muncul sementara, namun bunyi
dengung yang berupa tinitus adalah bunyi dengung yang muncul terus menerus selama dua puluh
empat jam sehari, sehingga sulit dibayangkan bagaimana tersiksanya mereka yang menderita tinitus.
Penyakit ini belum dapat disembuhkan dengan obat. Sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris
berhasil menemukan pola gelombang bunyi dengung yang muncul pada tinitus dan kini telalr
menemukan solusi untuk meniadakan tinitus, dengan jalan memasang alat kecil di telinga yang
\..
nleng
'Z
'I
rriint+ini6FrP.ffi
uurIItBT Iuos
'teqweb qebuel
euoqdpeeq 1nyueq
wepp uo4caprd
e\asetpaw
rc3
'gy'g Jequreg
\oo
loo
'u,(ulnluules qq-quq upud uuryudurusrp ruI uo?parcrd roa rc?eqas ueun8ueq ruue8uaw wser{sqrued
'rcluel undneu 'delu 'Surpurp Igedes 'urpues n1r ueun8uuq Sunqnles uotuele r{BIBps uo4calotd nta
'e,(ur uulul Idel 1p ueun8uuq tuulep Iutruou eJeces selr^q{Breq Suef ulereur r8eq 'n1r BJeluarJros
'(8t't
4eq; e8ql+
uep
tt't
qulel
uo\catotd tDa
ueqeq
uep
'uruel
uenferue1
8uure5 'uB{uBJBSrp le?ues uoucarcrd
IUH
Iopou
roa nvte
Sunpurlad uure>lerued
u8u[e1
'uere8uepued
ue8.ro n33ue33ueru ludep 8ue,( r,(unq-1,(unq
ue>lpsuq8ueur 3uu,(
nule uu]eleJed
rp sulr^rl{Breq esur}ucues 8uu,( ule.reur r8eg
leqep
1e[qo
'e8urlel Sunpuqed w{qntnqueu qulSurras e8urlal
'ueupua>l udureqeq upud 'n1r euor">l qelo 'serali nlelral 8ue,( rfunq-r,(unq nule rilepueqe>llp {up}l
8ue.( r,(unq-r,(unq ue1:u8uepueu u{rlo{ edurrrpues ueBuep dn1n11p nute dnlnueu ludep {up$ ersnuulu
e8uqq 'Drcpueqa{rp lepq 3uu,( urBI Ierlluq nBlB uurlrqalJeq Juurs lur{rleru stpru DIne{ u,(u1usru.r
e,(u1esrueu uulu 3ue,{ lelqo rteleprp B{ne{ dnlnlp nele dntnueur tudup 3ue,( eleru uu8uep epaqreg
'I
EtuIIeI
Eunpu11a4
1u1y .fr.r
:
ar
1II
1tr:1ii:1]fl ttr
T{#ffi
6t
dung
tr
qeg
ii,:
nii1irtl*r*tra!6li+-l6srHffi
sg6iuEliq[]*tlmI* !
;i i:
r{voI{ISInf)I I I I{vICYfl
'BIUeUed
{oduole{ r8eq srou duSSuelp ESrq enpe{ 4oduro1e1 uped npt.ryul uJeclq e.{ug 'sera>1 BJecIqJeq usulq
3uu,( u8renle{ uep unlJrr{eyp Suef B>leJeru uu8uep dnluc-dulucreq BIIq uuue,(u 8uern1 BSuJeru ue>lu
urlSunru 'e.{uu1u1-rn1nl snluq e,{epnq:eq 8uu,t u8runyal uep uuryIqepp Euu.( e{aJeu 'e(u1usrtr41 'stou
dupuqr4 EpaqJeq rsuuJelol Dlrlruotu 8uu.ro Surseur-Sursuru unlquqa,(ueur ue{E tnqesJel Ieq-lBH 'epaq
-epeqJoq und e,(qusu e,(epnq uu8unlSuq r8el urnleg 'IJlpuesJet dnprq u.{u8 HIIr-uaIu Suulo dul1e5
u{upnq IBISoS 'Z
'n33ue33ueru le8ues e,(uuapserrp nluel uues 8uu,(
ueSursrqel 1u13up 'uuelelsnfued eceq Suen-r e1 qupurfueq elp e>lne>l e,(qeq uBDIIuep 4epr1 'unue11
.Sursrq
qISBtu
Jolouueq u8umpue>l
qseur
BSIq
uuTEsiluetu
e,(uuepeqred
rp
?peJeq
8uu.(
tedruel
m8uqa5 'e,(uue1ut3e1
1e13ueq 1p upgJeq Suupes 3ue,( Sueroeses 'Bcequretu Eluss-Btues IISeIu'qoluoc
uup rsg{ol epud Sunlues.leq upeqJeq u8nl srou depuq;el elsnuetu ISuBJaloJ 'llrureq 3ue,( uenSSue8
uu{lnquruaru 4epr1 uplSunru uuus 8uu,( uuseJe{o>l 1e13up ue8uep r.(unq1eqes Suupas 8ue,( urel Suuro
r3eq .n11 EJelueruos 'se8n1 rdupeq8ueu >1qun uu11td uu>pusnruetu SIIJBI{ nele leqwqspeq '1qus
dnlnc 8ue,( r(unq'sure>1 Suuf l,(unq uulue8uul
Suepes flue,( elereur nSsuu8ueru ledep und uuled
'I
:uped Eunluu8req srou se1nr11elqn5 'utu1 3ue,( Suuro t8eq slou uuseleq
uu8uep BpaqJeq ules eslq rues 8uu,( Suuro t3eq slou uusuluq eSSurqes 'Jll{efqns luJISJoq sIoN
'duqugeq eruces rpufte1 n1t
pq undnlseur 'uure8uapued uu8ro uundureue{ uu{unJnueru SunsBuBI eJeJos ledep ualqeq seJo{ leure
3ue,( r,(unq rJup IESBJoq Suuf srou 'uuru8uepued u;epur tuue8ueru I qug eped uelrcrntp uueurcSeqa5
.(166i 'uoss1151) qereru rppn{u uep qelel ledec rlredes 'tdnlncueru 3uurn1 8uu,( luqerBsr Irup leqPIB
'e,(uueluqesel ta13uq utunuelu ludep unelluquel
Incunu pdup und r8o1o>psd qelesuur 'e,(ulnluuyag
.plgpueqe>lrp
{epp 8ue,( ilunq ue8uep reruuJ nlules u.{uqeurru Je}ples Ip eueJu>I }eqeJllslJaq l11ns 3uu,(
Suero 'qoluoc ru8uqeg 'su1el qlqel uruces e,(uunpe>l uEIIe>I uelselefueur ludup uulde.reqp lDIIJeq
ugr?Jn 'ueleqose>l ueurunued ue4uqple8ueru ludep e8n[ srou e,(ulncunur e,!\qeq uepu.{ueu 3ue,( 3ue.ro
ueuuure,(uleppe>1 ue8uep uolSunqnqtp usBltueues sIoN
' .':
:i:i
sIoN uusBlufl
::: ;:
:l:r:1189.ryffi
'r'z
'lul qeq Luplep rcuu eJeces uelleJntp ue6utstqel undneu qou IlPg 'neJap
'uen66ue6
1pefueu ledep
neie uebulstqel uep Ue epoqJeq 6ue,( qou leOeqas ncBlp es/ou 'lul nlnq ure;eg
und rle ueselsl rfiunq uelqeq 'lpqeJ[sl uelqnlnqueu le6ues uep g616 lqes 6uepes 6uer{ eleteu 16eg se:e1
6ue[ p(unq edrueq srueq IEpu os/ou uellnquilp 6uB,( uen66ue6 'e,(uqn66unseg 'qrunueO nele setel 6ue,(
r,tunq ueepeal uelselefueu lnqasJa] elal pnpal euelel 1ede1 e,{uqnuedes lepli lul elueueqeg neJop nele
ue$ulsrqey plsouopul eley ue$uap ueluepedeslp ;u; eley (rlepuaqallp lep[ 6ue[ u(unq) paqel un q qclqil
z qBg
24
Akustika Bangunan
3.
Kegemaran sekelompok orang akan jenis musik tertentu dapat menjadi nois bagi kelompok lainnya
yang kebetulan amat tidak menyukai jenis musik tersebut. Contoh lain, mereka yang memiliki hobi
otomotif dan senang mengutak-atift serta mencoba mesin kendaraan, tidak akan merasa terganggu
dengan bunyi raungan mesin dibandingkan orang lain yang tidak mengenal hobi tersebut.
di
atas diharapkan menjadi jelas, bahwa batasan nois sangat subjektif bagi
masing-masing orang. Namun demikian, ada jenis bunyi yang dianggap nois bagi kebanyakan orang
yaitu bunyi keras yang muncul mendadak, bunyi keras yang muncul terus-menerus serta bunyi
mesin-mesin, entah mesin pabrik atau mesin sarana angkut (Sanders dan McCormick, 1987). Dalam
nois dikenal istllah background noise (nois latar belakang), noise (nois) dan ambient nolse (nois
ambien). Nois latar belakang adalah bunyi di sekitar kita yang muncul secara tetap dan stabil pada
tingkat tertentu. Nois latar belakang yang nyaman berada pada tingkat kekerasan tidak melebihi 40
dB. Yang masuk dalam kategori nois adalah bunyi yang muncul secara tidak tetap atau seketika
dengan tingkat kekerasan melebihi nois latar belakang pada daerah tersebut. Sementara nois ambien
adalah tingkat kebisingan di sekitar kita, yang merupakan gabungan antara nois latar belakang dan
Melalui uraian
nois.
Selain ditentukan oleh tingkat kebisingan (dB), tingkat gangguan nois latar belakang juga
ditentukan oleh frekuensi bunyi yang muncul. Oleh karenanya, kedua faktor itu kemudian
dipertimbangkan bersama dalam sebuah pengukuran yang disebut Noise Criteria (NC), sebagaimana
disajikan pada Gambar 2.1. Semua kurva ini menunjukkan tingkat ketenggangan telinga manusia
pada bunyi multifrekuensi yang menjadi nois latar belakang. Dari Gambar 2.1. dapat dipelajari
bahwa meski setiap kurva mewakili nilai NC tertentu, namun pada frekuensi tinggi secara umum
nilai SPL-nya rendah./menurun. Hal ini menunjukkan bahwa telinga manusia lebih nyaman (tidak
merasa nyeri atau sakit) mendengar bunyi berfrekuensi rendah ketimbang mendengar bunyi
berfrekuensi tinggi. Spektrum bunyi yang dikeluarkan oleh objek yang menghasilkan nois latar
belakang idealnya persis seperti tergambar, untuk mencegah munculnya ketidaknyamanan. Pergeseran
bentuk kurva dimungkinkan pada posisi sebanyak-banyaknya lebih tinggi 3 dB pada salah satu atau
dua frekuensi seperti tercantum asalkan dua sampai empat frekuensi yang lain lebih rendah 3 dB dari
kurva tergambar. Sebagai contoh, jika sebuah ruang idealnya memiliki NC 30, maka bunyi multi
Tabel 2.1. Rekontendasi nilai Noise Criteria (NC) untuk fu,lgsi tertentu (Egan, 1976)
Fungsi
Bangunan/Ruang
Nilai NC
yang disarankan
Identik dengan
tingkat kebisingan (dBA)
NC15-NC20
25 s.d. 30
NC20-NC30
30 s.d. 40
NC20-NC30
30 s.d. 40
NC30_NC35
40 s.d. 45
NC35-NC40
45 s.d. 50
NC40-NC45
50 s.d. 55
NC45_NC55
55 s.d. 65
i,s
8S
E9
z9
89
L9
n9
7,5
9E
nt
ir
6t
9n
nn
6v -rs-
8'
LN
EV
ZN
zt
ti--
6Z
8E
LZ
VZ
ZZ
IZ
ZZ
6i
Li
qr
LI
ii
Z1
II
zH
0008
zH
000t
n9
OL
zH 0002 zH
L7
9S
99
IL
000r
;;
9Z
6Z
ZZ
9t
0n
w
6n
vs
8E
t9
89
ZL
zH
00s
LT
9t
i;
nn
8'
z9
9n
Ls
oi
09
n9
lE -is
Z9
L9
IL
9L
zH 092
L9
LL
9L
6L
ZH
9ZI
LY
0s
n9
LS
09
n9
-ls
TL
tL
-l,L--08
8
ZIJEg
9I-JN
oZ-iN
EZ-3N
0-tN
SE-JN
ot-iN
st-5N
0s-f,N
99-lN
ot-JN-99-f,N
0t-3N
JN
BAJny
@76p
e9
0t
(ep)
ras
6ursrq 1e6ues
re6uopued ledepua6
gZ
26
Akustika Bangunan
80
70
sN\
60
sPL (dB)
50
i;b
\N \
\(
\\ \
40
\
30
\
\
\
\
20
,\
amban!
penden garan
31,5 63
8000
Kurva
PNC
31,5
Hz
63
Hz
125
Hz
250
Hz
500
Hz
1000
Hz
2000
Hz
4000
Hz
8000 Hz
PNC.65
79
76
l3
70
67
64
61
58
58
PNC-60
76
73
69
6:6
63
59
56
52
53
PNC,-55
t5
'70
66
62
59
-5-5
51
48
48
PNC-50
70
66
62
58
54
50
46
43
43
PNC-45
67
63
58
54
50
45
41
38
38
PNC-40
64
54
50
45
40
35
-r
415
49
1s
3_p
23
-,
JJ
92_
I5
50
PNC-:I0
61
52
46
4t
35
30
3025
PNC-25
60
49
43
3t
31
25
20
18
18
PNC-20
59
46
39
32
26
20
15
13
t3
43
35
28
PNC:35_
38
23
IBSBd
mue8uaur ZOOZlgl 'o51 Suepun-Suepug tuupp ue8urslqe{ uurnte plllruetu ersouopul I{eluueued
'rcpetuetu 8ue,( uulel seru 8uuluud uep JBqoI ueqnqunged pn11p runleq Jolouueq tn13uu 1up
uerc>lerued uuqequruged uSSurqes ' req 8ue,( Blo{ rre?uecue.red uutuoped qllrueut {epp e8nlefulunlun
Suequre4req ere8eu qelurJerued 'r33uu 3ue,( ue8utslqe{ ue{lnqurluelu IUI [uucelues ulsatu uup
uulslerod 'uu4uun8redrp ry.(uuq qrseur mled {lEI {epp qepns u.(uqnSSunsas 8ue.( utseur uup uulepred
u.(u1e,tueq uu4uql4e8ueu pl IBH 'qepuoJ qrseu 8uu.( 1u4eru,(suur ruouo>la ueqnqurnged plSuli tIBIBpu
e,(ueurqn ueselv '1e1e4 8ue( ue.rnlered ualdeleueu {n}un BIBpuel rdupeq8uau Suues Sueqruaryeq
uru8au-eru8eu 'uep{rurep plse6 'lnqesre1 ue8ursrqel uu>pseq8ueru 8ue,t t3uq ts4uzs rcueslp lele-l
8uu.( ue8uepurued ruupp Jnterp uep runrun 1a1e.re.(suru qelo rurequdrp uz8urslqel uequleserured re8u
ue1u.(edn8uetu qelel nluru uru8au qeluueued 'ue8ursrqe>1 qelo uu{lnqurlt1p 8ue[ ledurep uepu,(uetrag
r', i i i;;.r
uBtuIEqeX n)Iug
;iiffi6ffiffi
't'z
;r;:r :i
'ueler8e>1 'ue8urslqa>1
-uou JoDIBJ EJulueruos 'rfunq e,(u1ncuruu nDle/t\ uup 'r,(unq ISuon>IeU ISBnD{nU 'ilunq uese;e>1e4
r$nDInU 'ilunq u,(ulncunu rseJnp'r.{unq rsuen4e.r; 'r(unq uESuJa{e{ 1e13up :4nd1eu IB{Ilsn{e Jol1eC
'(fgOt 'lcluroJOIAI uep srapueg) p{psnry-uou uep IB{IlsruIe roqu; eped Sunlue8req ue8ursrqel
depeqrel ersnueru rsuuJolol 'uu8ursrqel depuq;el sel,rq>lelqns pllrtuetu e8n[ npu.tpul den u,(u
HIIIxeu npI^IpuI dutl 'ue>yurntp qulol euerure8uqe5
-qnSSunsas undnlr8eq'srou dupeqr4 se1ra.44e[qns
lB{BrBdsutrAI
{FsIreDIBrsX':;:H*-
'uu8ursrqel lnqeslp
e,(u1n[uu1es rur r.(ung 'sruoueu-sruo1 Incunr.u 3ue,( seral le8ues l^(unq n11e,( 'runun 1e1ere.{seur
qelo srou deS8uerp 8uu,t pqleq uped nce8uaur qlqol uB{B IUI n>Inq urBIBp uf,ulnluules ueleJl I
'{Bqruo ueunle uep 8urunq necg 'ur8ue Jrsep 'suluq npl ueIBtuBJe>1 edruaq pul uslq rdelet 'lrsnur
edrueq nlules {Bprt 3uu1z1eq relel sIoN '(4s1q-4s1qroq >lepp) uselq ereces uDIn{BIIp uudulucred
undqseur 'ure1 3ue,{ Suntun8ued 1odruo1e4 qelo selel eJecas uDIJBBueprp tedep >lep1l Sunlun8ued
lodtuoleles uedulec;a4 'uuruu.{u qrqel usuJoru Sunlun8ued lunqtuetu e8n[ rysnur r,{unq 'nlueuel
euesens ueleldrcueru {n1un urcIaS 'gJc nluns upud >ysnur uu>pe8uepredrueu uu8uep uululdrcrp
eluflues fue>p1eq Jelel srou 'rloluoo re8eqeg 'uru1 Suero qelo re8ueprol >tBpp re8e 'nlueuet 1,(unq
uelruruu,(ueu {n}un ualqnlnqlp qalSuues Suapleq JBte[ slou UBJIpBIIo{ 'ruueget uBBpEe>l Eped
'pn$lururp e.un4 eped telecret 8ue,( 149 IrBp gp I qupuer IIIqel {epp e,(uueuul-un1 rp IsueruIeq
ue>IIesB elus rsuenlery ntBS upud gp 7 r33u1t qlqel qeloq u(ueq ntre,( '351 e.trn1 uelSurpueqrp
teto>I qrqel und-16g ueurunued uep uE{IBue{ uelure.(se4 'JN IJep I{upueJ qlqal 'r33up uep qupueJ
rsuaru{oq eped ryuq 'e,(u-14g 1e13u4 3ue.{ (3514) olofiry asto71 patta{atd B^ln{ qepeleldtctp
eluru '8uunr rs8un; deq-dell {nlun renses 8ue,( 3ue1u1eq J?IBI slou uu>lnlueuetu 1n1un leledrp
ueure,{u unleq qrsutu JN B^rrul E^\qEq uu>lnrueuetu rulsnl uelnluel uegqeued udureqeg 'ruqureS;e1
3ue,( r.rep qepueJ r{lqel Sp g e.{u-145 Iellu UIBI 8ue,{ lsuen4er; enp upud u,(ulepqes IusB 'gp 8g
u,(u-14g - zH 0gZ lsuen>lo{ eped uup gp gg e,(u-1ds - zH g9 Isuen>lo{ eped e1pe1 rpul.rel ludep
qrsBu 0g 3g 'e,(usueles u?p 'gp 9 'Ids * zH 092 Isuen{eu 'sp zn'Ids - zH szl Isuon>Ioq 'sp 09
eped rSSurgel ('IdS) p^a1 atnssard punos Hllr-ureur - zH E9 ISueDIe{ Irep IJIprq Suud tsuenler;
l_Z
28
Akustika Bangunan
mengenai kenyamanan, belum sampai pada pasal mengenai kesehatan. Kebisingan juga diatur dalam
Peraturan MenKes No. 718/l\4enKes/Per/XU87 dan Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular
(PPM) No. 70-I/PP.03.04.LP. Dari peraturan tersebut, diperolehlah bakuan tingkat kebisingan menurut
pintakat peruntukan (zone) sebagaimana tercantum padaTabel 2.4.
Tabel 2.4. Pintakat peruntukan
Pintakat Peruntukan
Dianjurkan
A
B
C
35
45
50
60
Diperbolehkan
45
55
60
70
,,?:4.,
Sebagaimana diuraikan dalam Bab 1, untuk mengetahui tingkat kekerasan bunyi, digunakan alat
bernama pengukur tingkat bunyi (Sound Level Meter (SLM)), maka untuk mengukur tingkat kebisingan
pada suatu areajuga digunakan alat yang sama. Untuk mengetahui secarajelas pola kebisingan pada
suatu area yang berdekatan dengan objek yang menghasilkan kebisingan, pengukuran dengan SLM
tidak dapat sekedar dilakukan sesaat dalam waktu tertentu. Idealnya pengukuran dilakukan selama
beberapa saat dalam suatu periode tertentu. Cara ini penting untuk mendapatkan gambaran pasti
terhadap pola kebisingan sesungguhnya, terutama kebisingan yang muncul secara fluktuatif, seperti
kebisingan di jalan raya akibat lalu-lalangnya kendaraan bermotor.
Pengukuran kebisingan di jalan raya idealnya dilakukan 24 jam selama beberapa hari, dibedakan
antara hari kerja dan hari libur (weekdays dan weekenfi serta antara jam sibuk Qteak hour) dan jam
tidak sibuk. Pengukuran yang dilakukan sedikitnya tiga minggu berturut-turut akan menunjukkan
pola yang lebih pasti terhadap hari yang berbeda (setiap hari yang berbeda diukur selama tiga kali).
Namun, apabila karena keterbatasan peralatan, pengukuran selama 24 jam tidak dapat dilakukan
secara terus menerus selama tiga minggu, maka pengukuran dapat dilakukan selama 18 jam per hari.
Lama pengukuran ini akan memungkinkan alat untuk beristirahat. Pengukuran selama 18 jam per
hari dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa pada setiap area, umumnya terdapat enam
jam tenang dalam satu harinya. Pada saat itu, hanya kebisingan latar belakang saja yang ada. Keadaan
ini umumnya terjadi pada malam hari. Meskipun demikian, setiap daerah memiliki enam jam tenang
pada waktu-waktu yang berbeda. Sebagai contoh, di lingkungan perumahan, enam jam tenang berawal
8PL6=
,rru=
--.-.-...-..-
gPga
_----------
8P!6==r
r*<-
\eple
EP e6
--''
=--------.-
8Fn6=
EPlS
8pt6
8-'
6<
I-0
E-Z
qlqa1 8ue,{
uesare{a{
1ur13u11
ueepaqred
,Buupes .qepueJ :efulesuu 'u,(ursuenler; uB{JESepJeq uu{odruole8ued uelnluleru uu8uep rpuftel Suuf
'upeq
ue8ursrqel uapdurnl udereq Sunltq8ueu {nlun uu>leun8 e1q ledup 3ue,( uuuqrepes BJeo BpV
-peqJeq 3ue,( uu3ursrqe>1 1o13u4 ue8uep ilunq edereqeq ualndrunl uolru8uepueru ufuruueqes Bll{'lpel
.lnureferu requns ugp
r,(unq JeqIUns e,(uurntun uped
IBsBreq uep (reruq 'srruue8) sue8 >lqueqreq
u,(uqnSSunseg 'ufus rfunq nles ru8uepueu u,{ueq u1q Suerel le8uus 'rruq-ueqes uudnpqe{ ureluc
'p88unl l,Jrsreq net {pF Intuaqreq r.(unq requrns u,(ulncumu uuurlSunurel I,ue{p
U*t -:.:_:,:*__r!F*.ffi
6Z
30
Akustika Bangunan
Penumpukan tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh bunyi dalam frekuensi yang sama persis (dengan
tingkat kekerasan yang juga sama) dapat dihitung secara sederhana dengan persamaan:
TB
,u,npuk*
= TB
turggul
10 log n
(6)
Dengan:
TB
TB
Sebagai contoh, sepuluh buah terompet yang sama dibunyikan bersama-sama. Bila sebuah
terompet menghasilkan kebisingan 70 dB, maka tumpukan kebisingan dari 10 terompet tersebut
adalah sebagai berikut:
TB ,u*puk- = 70 dB + 10 log
10
=80dB
Cara penghitungan logaritmik di atas menunjukkan bahwa tumpukan kebisingan dikalkulasi dengan
cara yang berbeda dengan yang dibayangkan kebanyakan orang. Kalau sebuah terompet menghasilkan
bunyi 70 dB, maka umumnya orang membayangkan bahwa tingkat kebisingan tumpukan l0 terompet
akan menjadi 10 kali lebih keras dari kebisingan tunggalnya. Ternyata setelah dihitung, kebisingannya
hanya lebih tinggi 10 dB daripada bunyi tunggal-nya yang artinya cuma dua kali Iebih keras (lihat
Tabel 1.3).
Sistem angka penunjuk dilambangkan dengan L*, di mana L menunjukkan tingkat kebisingan
x menunjukkan karakteristik pengukuran. Sebelum kita mempelajari lebih jauh
pengukuran dengan sistem angka penunjuk ini, perlu kiranya kita pahami beberapa istilah berikut:
1.
Kebisingan ambien: total kebisingan yang terjadi pada suatu area, yakni hasil kompilasi
kebisingan yang sumbernya dekat maupun jauh.
2.
Kebisingan latar belakang (bisa disebut juga nois latar belakang): tingkat kebisingan pada
suatu area, tanpa adanya sumber nois yang muncul secara menonjol. Kebisingan latar belakang
yang dapat diterima tanpa menimbulkan gangguan berarti umuurnya berada pada tingkat
maksimum 40 dB.
3.
Kebisingan tetap: tingkat kebisingan berfluktuasi 6 dB dalam kondisi SLM yang dipasang
slow response. Rata-rata pengukurannya dapat terbaca pada SLM yang dipasang pada posisi
slow response setelah pengukuran selama 10 detik.
Pengukuran dengan sistem angka penunjuk yang paling banyak digunakan adalah angka penunjuk
ekuivalen (equivalent index (L"r)). Angka penunjuk ekuivalen adalah tingkat kebisingan yang berubahubah (fluktuatif) yang diukur selama waktu tertentu, yang besarnya setara dengan tingkat kebisingan
tunak (steady) yang diukur pada selang waktu yang sama. Apabila rentang waktu pengukuran
uunln5uod
lnvn
v8p
08
0L
09
09
I
0t
qelunI
0z
uPlnsun[.ued
9t
9Z
0e
:rIBIepe urBrSolsq qB^\eq rp BerB sBnl ueqrunlesa{ e{ulu'llBqlue{ pllellp evg't'z rBqurBc BpBd
Hedes rueJSolsq Sueieq-8uu1eq r{Bl{nlueqJet e>IBIU 'lncunur 8ue,( uu8ursrqel tu18uq Surseur-Surseu
rlelurnf 3uru1q1p uep uoitnrnrp qeletes 'qunq 00S qupunles alep qeloredrp uurnln8ued Bruules ulr\r{?q
qotuoc pqrue8ueru uu8uep ''Z rBqurBD uped ruurSolsq ue8uep rc{nrypp IBnuEru esuluesled lnlunued
n13uu ue8unlq8ued qoluo3 'ob16nep obyg'obOI4e,(ueqes Incunu 8ue,( ue8ursrqeq te13uq Sunlrqrp
ledep 'eserq >Ilslluls epoleu ue4uunSSueru ue8ueq 'rzlru ufureseq-llro{ lrunuetu ue{trunlp Inounu
3ue.( u13ue qelurnl ufulnluuleg 'uu8ulsrqe>1 1e43up e13ue 6999 qeloredry uB{ tnqesrel uurnln8ued
ESEru erueles e{EI{ 'pnu?ru eJeces {pep deqes ttuc1p uery Incunu Suud ue8ursrqe{ m)puucueJrq
'urel ruES Brueles rse>Iol nlens eped ueJn{n8ued uelnlullp uB{V :qoluoc re8eqe5 'lunuuru uJuces
e,{ueseluesred 1nlunued e13ue ueBunllq8ued ue{n{elrp e,(ulnlueles >lnlun ruEs-Jod-n1us lulucrp srueq
usludral ue{lrseryp 8uu,( elep uSSurqes '1nlunued e13ue uralsrs pgpueru {up! 8uu,( Buur{Jepes le8ues
;,q19 elnd mdrunlrp qrseru rur lees 'uuplrruep untueN 'lnlunued u>13ue urelsrs ue8uep rdu>18ue1p 8ue,(
qepnu ue8uep ludep lnlunued u43ue ruelsrs ue8uap uurn>p8ue4
W'IS ualeunSSuaru
ue>In>Ielrp
'uen{Bq ue8uap
qnel qrsles lupq u.(uurmun BueJe>l uDIrBqBrp ludep 061 Bruluetues 'n>IBIJoq 8uu,{ uunqeq uu8uep
o"-I
uelSurpueqrp {$un uenoe uellpeftp
,np 0I1 'uulqeqredp ruuaq-mueq sruuq 8ue,( 4nfunued u13ue
uu:nln8ued uelsrs rllepu 011 'uaJB nluns eped ue8ulslqel ue8uelnSsueued eqesn durles urelep 'n1r
BueJe{ r{elo 'runturs>1eru ue8ursrqel 1u13ur1 uuurnlred uu4lnlunueru 0I'I uup 3uu4u1eq m1e1 ue8ursrqe>1
ue8ursrqe{ lelSurl >lnlun snsmDl 'uun38uu8 ue>ilnqruruatu
BSrs nelu ue8uunq ue8ursrqel tnqesp 061 'uurnln8ued
apoued urueles elp;-eleJ uu8ulslqel ue8uap {ltuopr e,(uurnurn (0s1; qe8uel eseluesra4 '(061)
uu.rnln8uad Brueles elep upp obo6 qelepe InJunu Suef sulrro,(eru ue8ursrqel 1e43ur1 uep (011) ulep
uuqrunlese{ Imp ob1l Incunu 8uu.( ue8ursrqe{ qulepe sulrJounu uu8ursrqe4 1a13uq gllerneur 8ue,(
esutuesJed 'u.{uqe8uel {plt nele seluouru 'suluo(uur uu8urslqe>1 1u13uq gp udaeq rnqela8ueru e}q
e,{uernl Suuued uSSurqes Jr1en14ng e.{uue8ursrqel te13u4 'nlueuel uernln8ued epoued Bruulos eueJe{
Suqued rpeluaur rur lnlunued u13uy 'lnqesJel nl>lu1rr BruBIes lnJunru 8uu,( ue8ursrqel te13ur1 Fep
nlueuet esuluesred ue rlnlunueur Suef p33un1 n13ue uulpsuq8ueur rur uurn>ln8ued uretsls '(xapu1
al4uactad) eseluesred 1nfunued u13uu quppe lu{ud1p ry,(ueq 8ue,( urey >lnlunued u13uu uretsrg
'tt'ba1 re8eqes ue srlnlp uref gI quleles EcBqJal
3uu.( rrq4e e13ue eluur 'uale^m>le uu8ursrqel lnlunued u13ue epud Suesefuot 615 ue8uep ruef 8I
Brueles uu8ursrqel 1u13ur1 uerruln8uad eped '?rues e,(rueueqes tnqesJel rsu1o1 eped ue8ursrqe4 elod
uJuluetues 'uurnln8ued nDIu^\ BIUBI uuupaqred eueJe>l e,(uuq rpulr4 lnqesJel uurnln8ued u8r1e1 uped
uullnlunlp 8ue,{ .rrry4u u43ue uuupaqJad 'Brues }nqesJol uernln8ued e8pe>1 pep ilunq requrns r8reue
'Sp 66 lqlu a13uu uurynlunueur
1u1o1 u,(uqnSSunses 'epeqJeq 3ue.( lsuq uu4lnlunueu undrlse6
ur uep ruel 1 uruules uern>ln8ued 4n1un e34e1 ytr15 'Sp g6 rrqle e13uu uu44nlunueur er uep
uul T euules uurn4n8ued >lnlun unpa{ N'IS 'Sp 06 BcBqJq ue;nln8ued rrq4u epud uup urul 8 EruBIes
uurnlnEued 1ruun uu>lsun3rp uuruged IN"IS 'EpeqJeq nDIB^\ 8uu1ua; urepp ue8ursrqe>1 rn{n8uetu
(qotuoc ru8eqe5 '8ue[ued qtqel
8uu,{ nqu,u Sueluer tuulup uu>lnlelrp
{ruun 6I-15 e8q ueleun8rp
uu:nln8ued leus upeduup r33uq qrqal qeloradrp 8ue,( ueye,trnqe 4nlunued u13uu uleu 'lepuedredrp
tt
uebulqqey uep
spN
Z qeg
32
Akustika Bangunan
30
30
25
25
Jumlah
Jumlah
pemunculan
pemunculan
Jumlah
20
pemunculan
20
15
15
10
10
10
50
50
P,I
F+,
x
v
Gambar 2.4. Contoh potongan histogram untuk pengukuran Lso
LEo,
dan
60
F,
L1o.
yang telah diambil) dari keseluruhan luas area histogram dimulai dari sebelah
kebisingan yang rendah), sebagai berikut:
5(5)
dai 907o
kiri (dari tingkat
x=2,5
Sehingga
Untuk menghitung Lro, buatlah persamaan luas area sebesar 507o (merupakan sisa dari 507o
yang telah diambil) dari keseluruhan luas area histogram dimulai dari sebelah kiri (dari tingkat
kebisingan yang rendah), sebagai berikut:
I = l,6l
Sehingga
Lro = 60 dBA
Demikian halnya untuk menghitung Lro, buatlah persamaan luas area sebesar 907o (yang
merupakan sisa dari 10Vo yatg telah diambil) dari keseluruhan luas area histogram yang dimulai dari
sebelah kiri (dari tingkat kebisingan yang rendah), sebagai berikut:
5(5+10+25+30+15) +102 = 0,9 (500)
z.
2.5
Sehingga
Lso)
Dengan:
L"o
Q=4
luFr*
r1e18uues
Suuf ulereru q.1o unlnrnrrp rde e1ere1 uep ueSursrqe) 'llcepJaq dunq uullsuqSueul
8ue'( uuSutstqe;1
8ue,{ 1er uep Bpor uJB}uB uB{ose3 uep 'uos1e11 'tde e1ere1 ulselu IJEp 3ue1ep InJunIu
.s,Je>l uurpq rJp t,nqJet ednl 3uu,( rdu e1ere1 1er ue3uep s,.Ie>l u,qeq Frup rdu BleJe>l epoJ uulese3
ueSurslqe;
uBJBleS uep r.(unq udnreq upuuS pnln,nn PIIIruau eSnl rdu eleJe>I IJBp
e,{uupe
lBqDrc
4do oqata4 uo8ms1qaY
'/'z
ot'I
(vsp r'tg
L'r9 =
'u,(ueueru4 qelg
VSP6r=VgPr+VgP gL=11
'e33uqe5
te
r34
Akustika Bangunan
ini. Setiap jenis kendaraan bermotor memiliki frekuensi tertentu. Menurut White dan Walker (1982)
kendaraan bermotor umumnya memiliki tingkat kebisingan maksimum pada frekuensi antara 100 Hz
sampai 7000 Hz, Sumber kebisingan kendaraan bermotor berasal dari mesin, transmisi rem, klakson,
knalpot, dan gesekan ban dengan jalan (White dan Walker 1982). Karena gesekan yang terjadi antara
ban dengan jalan adalah gesekan antara benda lunak dan keras, dan berat kendaraan pada umumnya
jauh di bawah berat kereta api dan pesawat terbang, maka kebisingan dari jalan umumnya berupa
bunyi dan hanya sedikit yang berupa bunyi dan getaran. Oleh karena itu, idealnya, bangunan di tepi
jalan cukup didesain untuk meredam masuknya bunyi ke dalam bangunan.
Soal Latihan
1.
2.
Sepuluh orang membunyikan sepuluh genderang secara serentak. Bila masing-masing genderang
itu menghasilkan tingkat intensitas bunyi yang sama dan kesepuluh genderang itu menghasilkan
tingkat intensitas total sebesar 19 dB, berapa dB-kah sebenarnya bunyi yang dihasilkan oleh
masing-masing genderang?
J.
4.
Ada 6 sumber bunyi yang masing-masingnya mengeluarkan SPL sebesar 7l dB, 80 dB, 75 dB,
76 d8,90 dB, dan 81 dB. Hitunglah bunyi total dari keenam sumber bunyi tersebut bila
semuanya dibunyikan bersama-sama.
Hitunglah L.q dari gambar berikut:
Jumlah
pemunculan
50
070
dBA
5.
Jumlah
pemunculan
47
67
dBA
:epades p;edes 'Bnp Bporeq 8uu,( ryulueur u,(uuelupequrou el.r{ 'Jolotueq >Ieprl uuuJupuel 1odruo1e1
Bped '(7961 'ra11u16 uup e1q16) Bpeqreq 8ue,( rfunq unrlleds uulysuq8uaur uBErBpue>l rro8elul
Surseru-Surseu e,trqeq uerylnlunueu u.(ureueqes rur rsu{rJrsul) '(Zg6I te{pl[ uep e1q16) rleltretu
Ilqour uep reseq seltsudu>l 'lloe{ (uuurupue>1 urseu tuupp releq 8uuru etunlol :>lrqruI Jeleupues) cc
nulu sulrsudul ue8uep ltqoru 'runtun uu1ru18uu 'ue8urr Iersretuo>l '1ereq lersreuro{ u?BJpue>l re8uqes
uelFo8elu4p ledep qlsuru 'ludure IrBp qlqel uep ledue Eporoq ueurupue) 'ledrua IrEp qlqel uep 1udure
'unp epoJeq Jolouueq uwJupue>l rpelueru ue{peqlp JolouJeq ueeJupuo{ 4odurole; 'Jolor.uJeq {epq
uep JolouJeq uBBJupue>l rpufueur uB>Fpeqlp uBuJBpue{ 'u,(uuutserado8ued uelsrs lrunuohl 'uo8e1e1
udureqeq urelup
e{
'urnrun
BrBceS
>1n1un se6e1
qrqel 6ue,{ uernlered ueldelaueu (elseuopul) qelupeued e,{uye,{e1as qepns 'ue6unl6ur; eped lnJnq qtqel
Durdues lo1o Dplrruonr 6ue[ ueerepual ursaul-urseui ueeun66uad leqqe rlepuelJol eduel le16urueu snJol
ledep roloureq ueerepuol uereleurod emqeq ueele,iuol leLlrpl r66uu qrqel 6ueI ueDursrqel uellnqutueuJ
q1qe1 6ue,{ erepn ;sn;od ue1l1seqOueu losrp urseu qeqes 'lelueq Llrqal Inounu 6ue[ Durdues
uep
1e1ed
ueqru.rap unureN 'ursueq Jplpq ueLleqJeq ursorx ueluue66ueu ye,{ueq qele1 lul euelJl rLlnuouJorl
lojo
6ue,{ ;estp ulseu uerpleuod :qoluoc re6eqeg euel lapoul urseu uue60ueur lnlun ue>1e1dnrp eulel ueqel
uep Jeleq uBqeq teurorl 'q;66uec q1qal 6ue,{ upeyl 'rr{unq undneu eJepn lteq 'rsn;od ueyelOurueu n4sn[
;eq edereqeq uelep 6ueI lolor.uJeq ueeJepuel utseuJ ueJtqlelnuel ue6uequeryed qelepe lnrnq leduep
e/v\Bquror.lJ 6ue,t ute; JoDlEl 'JolouJeq ueerPpuol e6req eluqernu urleu.ros uep leyetelseu lulouole pJEl
e,iu1e16utueu qop ualqeqesrp eIueJelue rp rur ueBrepuay qelunl ue1e16urue6 'ure; 6ueI ueetepual sruel
uel0urpueqtp JolorJJeq ueeJepuel uerBleuod eIuleIueq qolo uBlqeqosrp lul leH erxeln ue6ursrqey lequns
uelpdnJoui e,ie: ue;e[ errqeq ueplnlunueu ere6au 1e,{ueq ;p uelnleltp 6uer{ ueru;euad edeleqeg
'qered ueq euJel uerl uep
ieyDuruau srue1 undueqeuruad 1ey6uu rp ue;e[-uege[ eped rolouraq
upeJepuo) uelllspqlp 6ue,{ ue6ursrqel e/v\qeq ueylnlunuau rpefiel 6ueI ueEuequelre6 'e,{u;esrur ;e66uu
qeuru q.ladas 'e,tun11err reseq uer6eqes ueysrqeqOuau prsnueur gedual rpefueu 6ue,i ueunDueq n4snl
tdelel'1tsnu orpnls nple uenuepad 6ueru rpedes leuuac uebuap lnsnle uerpsalo{ued uelqnlnqurau 6ue{
ueunOueq eped er{ueq lepn'Ouuuad rpefueu lusnle uressg Dlepuor.lolrp lepg 6ue[ ueOursrqel e,iulnseu
t0uetn6ueu ndueu re6e edru ueqruapes uresaprp ueunDueq elurlsauas qepns e66urqes 'qrun1er(uau
leduep Ulllueu rolouJeq ueeJepuel uep lesercq 6ue,( ue6ursrqel uey6uepag 'Joquns ue6uep uelelapteq
6uer( ueunBueq eped leyol
leduep:eq elueq bueqtq leivresed uep 'de eleJel 'uisnput uep ue6ursrqay
'eIer uelef pep JequlnsJoq
6ueI ue6ursrqay ueqrol ;pe[ueu lsuelod:eq ueunbueq enu]os 'eIeN 'ue;e[ ueepereqel uep uelqesrdlp ledep
lepu ueun6ueq ueppeJaqal 'e[upy lnqesial ueun6ueq nfnuatu lenqrp 6ueI sesye epe psed 'urpreq 6ueI
ueunOueq epe eueu 16 'ueOursrqel
ueqol
eped ueun6ueq uelep lp undneul JEnl rp selr^uleJaq 6ue,{ lreq 'ersnuey\l 'eIer ue;e[ Uep lpseJeq euJe]nJel
ueeleluel uelep euoral uelqpqasrp tut
lnlun snsnLll rsrod uelledepueu B[er uele[ gp rpefual 6uer{ ueBursrqey
Upr.l-ueqos e1;1 uednprqel n66ue66uau 6ue,{ ue6ursrqel 'rur Bse/v\ap
leH
qBg
r
36
Akustika Bangunan
Transmisi
roda gigi
Filter udara
Gesekan ban
Mesin
Kipas
'/\
7\'
Gambar 3.1. Macam dan letak kebisingan yang ditimbulkan kendaraan bermotor roda empat atau
penggunaan kendaraan tidak bermotor yang cenderung berjalan lebih lambat dapat meningkatkan
kebisingan secara tidak langsung. Sebagai contoh, lambatnya laju kendaraan tidak bermotor pada
jalan dengan lebar terbatas akan menahan laju kendaraan bermotor. Hal ini meningkatkan kebisingan,
karena kendaraan-kendaraan bermotor terkumpul pada satu titik, yaitu di belakang kendaraan tidak
bermotor yang lambat tersebut.
Kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor berasal dari beberapa sumbel yaitu
mesin, transmisi, rem, klakson, knalpot, dan gesekan roda dengan jalan (White dan Walker, 1982).
Kebisingan akibat gesekan roda dengan jalan tergantung pada beberapa faktor: jenis ban, kecepatan
kendaraan, kondisi permukaan jalan, dan kemiringan jalan. Kecepatan kendaraan mempengaruhi
kebisingan yang dimunculkan akibat gesekan ban kendaraan dengan permukaanjalan. Semakin cepat
lajunya, semakin tinggilah tingkat kebisingan yang dihasilkan. Selanjutnya kondisi permukaan jalan,
seperti jalan yang tidak halus dan basah, akan menimbulkan kebisingan yang lebih tinggi akibat
terjadinya gesekan yang lebih hebat antara ban dengan permukaan jalan.
Pada sisi 1ain, kemiringan jalan juga mempengaruhi kebisingan. Pada jalan menanjak, dibutuhkan
torsi (momen puntir) yang lebih besar dibandingkan saat jalan rata, agat kendaraan dapat bergerak.
Untuk menghasilkan torsi yang lebih besar dibutuhkan posisi mesin kendaraan pada gigi atau persneling
rendah dengan putaran mesin (rotation per minutehpm) yang tinggi, sehingga dihasilkan kebisingan
yang lebih tinggi. Demikian pula saat kendaraan menuruni jalan, gigi rendah digunakan untuk
membantu pengereman (engine brake), agar kerja rem menjadi lebih efektif. Dari uraian di atas,
cukup jelas bahwa bangunan yang berada di tepi jalan menurun/menanjak dan bangunan di tepi jalan
yang tidak halus atau tidak rata akan menderita kebisingan yang lebih tinggi dibandingkan bila
bangunan yang sama berada di tepi jalan yang mendatar dengan permukaan yang halus.
Titik kebisingan kendaraan bermotor yang berasal dari mesin kendaraan diukur pada ketinggian
mesin dari permukaan jalan. Meski menurut jenis kendaraannya ketinggian mesin dari permukaan
jalan dapat berbeda-beda, sebagaimana ditunjukkan melalui Gambar 3.2, namun umumnya dapat
diambil asumsi bahwa ketinggian ruta-ratafiya adalah antara 50 cm sampai 80 cm. Untuk jenis jalan
yang banyak dilalui kendaraan berat, sumber kebisingan dari mesin kendaraan dapat dipakai rata-rata
80 cm. Sedangkan untuk jalan yang lebih banyak dilalui kendaraan biasa selain kendaraan berat,
sumber kebisingannya dapat ditentukan secara rata-rata pada ketinggian 50 cm.
(rsuedsle) efte1
(rserdruol) uelat
qe13ue1
qe13uu1
qe13ue1
'V
'E
'Z
'I
-qu13uu1 'qe13ue1 ledure urseu ue8uep roloru upedes Bpud 'uu.rulequred sesord qupunl qulspu
pn$prrIlp 3uu,( qe18uu-l'QtDt :rrBq-rrEqes ersouopul :sillorls :sF33u1) qa13uu1 ledrue uup qu13ue1 enp
;o1ou epedes sruel pue4p u8nl erseuopul rp toloru epedes {ntun 'nlr BJB}uetuaS '(ruseq qrqel uurele8
uu4pseq8ueur uep) qepuer 3uu.( rsuenler; uped uu8ursrqel uelpsuq8ueru ruseq 3ue,{ urseur selrsedel
uu8uap uueJepue>I-uuurepue) 'JBSeq uDIEru e8n[ e,(uursaur selrsedel e8n[ reseq urrleru u,(uunun
(>1u,(ueq uDlerues epor qulunf ueeJepue>l JBSeq uDlerues uup 1udrue epoJ ueeJepuel epud lelSurueru
'lroe>l qrqel 3uu,( urseru selrsedel pl1rrueru Bnp BpoJ uueJupuo) 'tedrue rJBp r1rqol epoJeq ueuJ?pue{
nBlE tedtue epoJ uuuJupuel uu8uep uelSurpueqlp Fce>l qlqel 3uu,{ uu8urstqel sruel uulpseq8ueur
(roloru upedes e8nl lnqesrp) unp epor uueJepue) '(cc urupp ;n1ntp) ueuJupua>l utseur sulrsedel
ue8uep ue8unqnqreq e.(ueserq 8uu,( 'epor qepun! lnJnuoru ualupeqrp esrq e8nl uBeJBpue>I sruel
'1rul4edn1rrr1snpur >I$un u.(ulesrur'uure1 uereleued
>lntun uur1ut uep uerue qrqel eueru>l JBIos J{Eq ueqeqJeq urseu rc{erueur u.(uuserq (cc 000S <) reseq
selrsuderyeq urseru ue8uep uBBJBpue) 'ursuoq urseur uulSulpuuqlp suJe>l qlqel 8uu,( ruluq Suunr
rp uu>lepal r,(unq uapsuq8ueu uule 3ue,( 'r33up 8uu.( ruluq uuqeq nqns uup uuu>lel epud rpefte1
e,(uuereluqured sesord uueJe{ 63urt qlqey Suuf ue8ursrqe>l uu>lllsuq8ueur relos ru>leq uuquq ue8uep
ursel I 'Jelos Je{eq uuquqreq uuuJupue{ qelo uu4Surpueqrp qepueJ qrqel u,(uurnun Ioqun eduq nule
ue8uep 8ue,( ryeq 'ursueq urseuueq ueerupue>l qelo uu$rpeqrp 8ue.( uu8ursrqe; 'leqrull uu>1uun33ueru
qrsuru 3ue.( uep (qd) lequrrl udu4 ursueq ryulueu uu{Bpoqrp qrseru ursueq JDIBq UBqBB 'sunl Bruces
ueluun8redrp runleq qrseru rrrplerel uu{lnqesp 3ue,( rapq ueqeq sruel en(I 'ueqleru e,(uquc nulu
'se8 tuyos 'ursueq JDIBq uuqeqJeq uEBJBpue>l pelueur unppeqrp JoloruJoq ueeJepue>l 'ufuueluun8rp
3ue,( ropq uuqeq lrunuey{ 'rsu{rJrsell ede;eqeq lrunueru ue>lepeqrp ledep .rolotureq uueJepue{ sruel
,,."i]+1,+ffiffi
6t
Lt,
eley
ue1e7
uebw*qey
g qeg
!38
Akustika Bangunan
Tenaga motor dihasilkan oleh putaran poros engkol (dihasilkan lewat langkah kerja atau langkah
ketiga). Setiap langkah membutuhkan ll2 putaran poros engkol, jadi untuk satu siklus kerja diperlukan
2 pttarun poros engkol (crank shaft). Sementara itu pada sepeda motor dengan mesin dua langkah,
satu siklus kerja terdiri dari:
l.
2.
Pada mesin dua langkah, hanya dibutuhkan satu putaran poros engkol untuk menghasilkan satu
siklus kerja. Mesin dua langkah menghasilkan kebisingan lebih tinggi karena proses pembakarannya
kurang sempurna (ada bahan bakar yang belum terbakar ikut terbuang atau sisa pembakaran masih
berada dalam ruang bakar) dan proses pembakaran tidak tertutup rapat seperti pada mesin empat
langkah, sehingga bunyi di saluran gas buang (knalpot) terdengar lebih keras.
Menurut fungsinya, kendaraan bermotor juga dapat dibedakan menjadi kendaraan umum/niaga
dan kendaraan pribadi. Kendaraan niaga masih dibedakan lagi menjadi angkutan penumpang dan
angkutan barang. Baik kendaraan angkutan penumpang dan barang masih dapat dibedakan menjadi
kendaraan angkutan kapasitas kecil dan angkutan kapasitas besar. Kendaraan umum./niaga kapasitas
besar biasanya merupakan kendaraan dengan kapasitas mesin besar. Kendaraan semacam ini memiliki
frekuensi kebisingan yang rendah, disertai dengan getaran. Sementara itu, kendaraan pribadi sebenarnya
dapat dibedakan lagi menjadi kendaraan pribadi biasa dan kendaraan mewah. Kendaraan mewah
umumnya mengeluarkan bunyi mesin yang sangat halus. Namun demikian, secara rata-rata di Indonesia jumlah kendaraan semacam ini sangatlah kecil bila dibandingkan kendaraan pribadi biasa,
sehingga dapat diabaikan.
Rasio pemakaian kendaraan bermotor pribadi dibandingkan kendaraan umurn dan komersial
angkutan barang, serta rasio pemakaian kendaraan bermotor roda dua dibandingkan kendaraan roda
empat telah membuat karakteristik kebisingan jalan raya di Indonesia sangat berbeda dengan di
negara maju. Sebab sebagaimana telah diuraikan, masing-masing jenis mesin kendaraan bermotor
memiliki kecenderungan menghasilkan frekuensi kebisingan yang khusus. Jika rasio jumlah kendaraan
bermotor dari semua jenis yang digunakan cukup sebanding, maka secara rata-rata tingkat kebisingan
yang dihasilkan berada pada karakteristik yang hampir sama. Namun apabila ada satu atau dua jenis
kendaraan bermotor tertentu yang jumlah pemakaiannya sangat dominan, maka karakteristik
kebisingannya pun akan sangat berbeda.
dengan atau tanpa jalur lambat, jalan dua arah dengan atau tanpa jalur lambat, berdekatan dengan
Tebra-cross, berdekatan trffic-light, dan sebagainya.) Faktor ketiga adalah kondisi-kondisi lain di
sekitar jalan, seperti bangunan di sisi jalan dan kesibukan informal di sepanjang tepi jalan, misalnya
perdagangan kaki lima, tempat parkir, dan sebagainya.
Kesemua faktor tersebut sangat berpengaruh dalam menentukan tingkat kebisingan yang terjadi
pada suatu jalan. Oleh karenanya, tingkat kebisingan suatu jalan tidak pernah sama persis dengan
jalan yang lain. Sebagai contoh, meskipun volume/jumlah kendaraan dan rasio jenis kendaraan yang
lewat tiap jam-nya sama, namun bila karakteristik jalannya berbeda, sangat dimungkinkan tingkat
kebisingannyapun jauh berbeda.
!-
rJeuv uel?f
,Z
roDlelo) ueP[
'
I3{o.I uelef
lsurlgpadg
uepf
sqey
.I
'oN
uapsuq8ueru u8nl rur uuupua) 'r33uq dru1nc u8nl e.(uuelpseqrp 8uu,{ ue8ursrqe{ 1e13up '{,(wq
dn>pc u,(uuuuJepue>I qulurnl elqude 'leqruul uepLreq 3ue,( ueerupuo{ uuepee{ EpBd 'tEqruEI
uelufteq uB{B ueeJupue>l !runq 3uu.{ ueelnuued rsrpuol Bues {rcq 3ue.rn1 Suef rnpl usuluued
uu8uep 'tldtues uep >lepued 3ue,( uepl'urul rsrpuo{ eped eJetuetuos 'tedac uDlerues nluyeru
Sunrepuec ue{e ueurupue>1 'uup[ selrlen{ uep uupl rnpl uernle8ued u.(u}Fq uD{eluos Euos
'uuluf nlens u.{u8uulued uDlelues uep Jeqel uDlelues uu8uep eueJe>l IpBftq speurellp uEEpBe)
'lBquBI ulefteq ueeJupuel luus uelSurpuuqrp elrq uultyu8ts {Bpp Iq ueepaq;ed umuuu 't33un
qrqel 3uu,( ue8ursrqe{ ue>pseq8ueru ue>Ie ledeo nfu1eur 3ue.( uuerupuey 'uupl >lpsueDIeJDI
upud Sunluu8rel le8ues u8nl uuerupuel nful 'ueerepue>1 {DSIJoDIBJDI r{elo ue>lnluotlp umles 'g
',
ue8urslqel lalSurl qep33u4 uDlutues 'uu1el sunr nluns eped qu>13ue1 ludtue ulsetureq unp upoJ
uBBJBpue{ ue8uep uelSurpueqrp qu13ue1 Bnp urseuJeq enp epor ueuJupue>l orser r38urt uplerues 'g
'e8uru/urntun uuuJepue{ rc8uqes uopun8rp lnqesJel reseq sulrsudu4req
rrurupue>l eyrqede Eruelruol 'u.(uue>lrseqrp 3uu,( ue8ursrqal qe1r33uq ur-{Brues 'ue1uI seru nlus upud
pcel sullsudalJeq ueeJupuel uelSurpuuqrp JBSeq sulrseduryeq uueJepue{ orser r33ur1 upluruas 'Z
'edu4geqes uep r33ur1 qrqel 8ue,( uuSursrqe>1 1e13up
ue1leq11e8ueu uE>lE uelel sun-r nles ruBIBp 1u,(ueq upleruas 8ue,( uee.repue>l aunlo^ nete
qEIrunI 'I
uuluf
6e
eley
ue1e7
sule11 uur8uqrued
;.;
uebulsgey g qeg
40
Akustika Bangunan
2.
II
3.
IIIA
4.
IIIB
5.
IIIC
Tipe
Jalan
Tipe I
Tipe
II
Kelas
Jalan
Kecepatan (km/jam)
100 atau 80
II
100 atau 60
60
II
60 atau 50
tII
40 atau 30
IV
30 arau 20
sama ketika dilalui kendaraan dalam jumlah banyak. Namun bila jalan tersebut sepi, yang akan
berpengaruh adalah durasi kebisingan. Bagi suatu titik di tepi jalan pada suatu jalan yang sepi,
kualitas jalan yang baik akan menghasilkan kebisingan yang sama tingginya, namun dalam
durasi yang lebih pendek, sebab kendaraan berlalu dengan cepat dari titik tersebut, dibandingkan
bila kendaraan terpaksa berjalan lambat-lambat akibat kualitas jalan yang buruk.
6.
7.
Kemiringan jalan berpengaruh terhadap tingkat kebisingan yang dihasilkan. Sebuah titik yang
berada di tepi jalan miring (menanjak atau menurun) akan menerima kebisingan yang lebih
besar bila dibandingkan jika jalan dalam keadaan datar.
Sebuah
trfficJight,
7.ebra-cross, atau perputaran, juga akan menerima kebisingan yang lebih tinggi, karena kendaraan
8.
Keadaan
9.
\-
Pemanfaatan trotoar untuk area parkir dan perdagangan informal juga dapat menimbulkan
kebisingan yang lebih tinggi pada suatu titik di tepi jalan, karena kendaraan berjalan lambat dan
sangat mungkin terjadi kemacetan pada ruas tersebut.
{"pp ?,(uunun
gp88<
{epu le8u?s
Eulr.leirp ledep
?riliJalrp ledsp
gp
z>u\rsp8E
gp8s>
elxuoup ledep
1u>1o.re,{seur
u*.I
ueurul.rauad B;rallry
'(9661 'ororuellag
uep o1ue,(1n1 ruepp) gautdo1aaaq
1eqe1 epud uu>yeduresrp 8ue.{ uence
'(lncunur 8ue,( elup
Enr.ues
ue8uaq
0)
:euuru rp
'(966i 'oroluerleg
uup o1ue.(1n1 ruupp) uosurqoU qelo uu>18uuqure{p dN1 uelnlueuolu {nlun ueeures.re4 '(dN1;
uuSursrqe4 rsnlod slepur nelu lnlunued uu8uep Jn{nlp ledep lncunru Suuf ue8ursrqe{ e>luur 'uu8ursrqa>1
rsnlod deqet D{nsetueru qu1e1 e.(er uepf p [nounlu 8ue.( ue8utstqel nluns qelude u?{nluouelu {nlufl
'- ti'i';*Er*ffi
ui(ue,(8ofes rruqTurel VZ e\xel"s uurnlnSued 'r83urt uu{nqrse>l le>l?un ueSuap urel uelel-uu1ul netu 'loi
uupf 'uepu uupl upud ruedes ueqTuiul VZ vurelas qnuad ereces lpef.ret e,(uuu8urslqel 8uu,( u,(ur uelel
'(g'7 quqqns leqlf ueryeqerp ludep zSSurqes qpuor lu8ues ueSursrqel te13ur1
ISIpuo{ {nlun unluBl\d
u1r1e1 (rreq rueleu u,(upsru) 8ueual nDI?,&\ qlupe e,(ussrs tuelrusue e^Aqeq rsurnse ue8uap uuryurei
gI nlTe^\ 8uslue; urqup eduuq ue>pusrgapesrp tudep BlEp uellqtuu8ued e>1eur Jn{n 1lB uendurerue4
uuseleqJele{ BuaJB{ unrueN 'rdas tues eped eges 'esIq luus epud '(.ro1uu>l/tlelo>las uelulSuureq
-e>1 ruel upud ufqesru) >lnqls lues eped ueBursrqal uurnln8uad peiueu ue>lepeqlp 3uu,( uuqr.uel
etu?los uurn4n?ued ue>ln>IBIIp Suuueru e,,tuleepr 'Icuu qlqal 3uu.( elep qaloredueu {ntun
,Z
e13uu nlus rlprel dnlnc e,(u;rq>1u uerlefued unluuu 'anuros BlBpJq In3unlu 8ue.{ uu8utstqe4 tu>13ur1
'uele^rn{e >lnlunued rn1uls6 '1h"1; uep,r,rnle s{epur nulu 4nlunued epoleur ueBuap ueulepued lapou
uuuunSSuad uelu?Jesrp 'Juenl{ng re8ues eduunurn 8ue,( uelul rp ue8utstqel 1e13ugt uernln8ued
'lnqosJel {nqIS epouad eruules
Irsur{ rJup nuuqudrp qupntu qrqel 8ue;( nq{e lrs?q ue4rfe,{ueur eunC
uu-In{elrp nlred uupl nlens ue8ursrqe>1 1u13ur1 uurnln8ued e:4.euu 'OO'IZ ue8uep redures 69'99 p>1nd
uup e,(qusrur 'nluouet n11u,u SuelreJ ruulep Incunu u,{uunurn z.(er uepl rp rpelr4 3ue,( uu8urslqeq
ueJE{ qelo 'Vgp rc8eqes uJeqrp lsnrurel 8uu,{ psug 'v loqoq eped Suulas-lp tnqosJo} tlu {utu
(ytfS) raplN pt.a1 punos uv4vunSSueur e,(er uepl rp uu8ursrqel 1u13uq lupueru ury1e1 eSSurqes 'y
toqoq urelup >lnseul Jotor.uJeq uuuJepue{ ue8ursrqel {qsueDIBJ>l '8u4q7tau punos epolaw ue8uaq
I
ti:i:t:r!
42
Akustika Bangunan
dapat ditolerir dengan normal tanpa menggangu aktivitas yang dikerjakan orang tersebut.
Khusus untuk kebisingan yang muncul dari jalan, tingkat kebisingannya dapat ditentukan melalui
indeks kebisingan lalu lintas (LrNr ). TNI adalah kependekan dan Trffic Noise Index.
LrNr =
(8)
Penentuan batas penunjuk kebisingan lalu lintas yang dapat diterima masyarakat ternyata setara
dengan tingkat polusi kebisingan, yaitu 14 dB.
wffii".,Yg:'
1.
2.
3.
Latihan
Mengapa jalan.menjadi sumber utama kebisingan yang memasuki bangunan?
Sebutkan bagian-bagian dari kendaraan bermotor yang menghasilkan kebisingan!
Mengapa peruntukan jalan yang melampaui baku yang telah ditetapkan akan memicu timbulnya
4.
5.
III I{vIcYg
'uetuepq rp uu)p{Blellp 3ue,( role.reue8 urseur sep JrB udruod luedes uuun8uuq uulepred
eges 'urpues
n11
{pp
ruepq
:rJep IESuJeq ludup ueun8uuq nluns qelo BtIJepIp 8ue,{ ue8ursrqal undepy'ueun8ueq relplos
Ip ulEI {Ill1 uep IBSBJoq ue8ursrqel uuurlSunruel e8n[ dnlnlrel {BpIt unruuu 'uupf uep ue8ursrqel
qelo ue{quqesrp Suuureur uruelruet 'uepf rdal Ip {etapet 8uu,( ueunEueq qelo uu8utstqe;1
'ue8ulsrqel rrep 6unpu11rp tedup 8ue,( uues uu8utsrqel Etuepuotu
?ue,( Suen.l-3ueru uuuq8untue>l eues (de1u uep 'uopyd'ptuu1 'Surputp edrueq) uuqrunlese{
ureces uuun8ueq ueuole uuluderel te{8utt Bndqeru Buel 'owuauad mSoqas uoun8urtg '
'(r,(unq SuuquoleB uelntuutued nele
uelequered ualolequed efutpeftq uuqurx8unureur 3ue,() runlperu utulup lelqo u,(m1upr1 upe
uep '(ueun8ueq depuqr4 uuSurstqel Jequns >prul ue8uap ue8unqnqreq) uu8ursrqel r,(unq
Suequole8 qndruel lurel'erepn Islpuo>I :qndqaur SueK uo?utstqilt lnptlp Suot wmpaq 'Z
'uu8ursrqal e.(ulncuntu nDI?.,n uep 'uu8utstqel e,(ulncunur ISBrnp 'Isuerule{ tequns
uu8ursrqel 1u13qt 'ueun8ueq uup uu8ursrqo>I Jeqruns 1u.rul :qndqeur ?uef,'uo?utsrqill raqwns 'I
:n1ref 'ro11e3 e8rl qelo rqn-re8uedrp
'urpues e,(uueun8uuq tuBIBp e>l uup uuunSueq Julr{es Ip uEtlBI e{ {nsutu 8uu,( uupl p uu8utstqey
'r',
(qeuunr
e1 nlnuau 6ue6 uedep rp e,(er uelel tp nele) e11 qeuru uedep tp selull nlel ueleu]elal eueu;eEeq 1;eque1
le6u; e1;1 r{pleqoC reureJ urleuos uele lnqasJo} uele[ 1e16uqs n11err 6ueluet ue;ep 'ueuel ueOuequelted
Duures unue51 leueJ nlepel urnleq 6ueI uelel rdal rp lJlpJoq ueunDueq n]ens rur 6ueleles eles uq6unyl
'eIuue0ue;n66ueued etec-eiec ue4111drp eIuerry 6u[uad 'ue6usrqel p]uopuoru ;ersue;od 1e6ues uelel;da1
'efiet uqe[ ue6ugqa>1 ueqe;eseuled tele qelepe 'ue;el
;p
6ueluedes rp ueun6ueq emqeq uepe,iueui elq
sen
uereleurod
q[e)
11n1rrp
ueOu;s1qe1 euJeln Joqurns qelepe e,(er ue;ef tut esemep '0 qPE u.lelPp uelleJntp
VAIIUTI\ilCi{\TflCCNIVNfl d
SVSV I{\TO I{VNNCNVS Y(rVd
TWCNISIg[)T
.M
v qBg
ffig"r,:
:
1
46
Akustika Bangunan
Dalam ruangan sendiri, seperti misalnya di dalam kelas ketika siswa semestinya tenang
sewaktu guru menerangkan materi namun siswa ternyata justru asyik berdiskusi sendirisendiri.
Letak sumber kebisingan yang berbeda-beda sebagaimana dijelaskan di atas membutuhkan solusi
yang juga berbeda-beda agar kita dapat memperoleh kualitas akustik yang baik dalam ruangan yang
menderita kebisingan pada bangunan tersebut.
yaitu:
1.
Airbome sound, adalah perambatan gelombang bunyi melalui medium udara. Oleh karena ruang
di sekeliling kita umumnya dilingkupi udara, demikian pula kebisingan yang muncul di jalan
umumnya merambat mendekati bangunan melalui medium udara. Model perambatan semacam
ini akan sangat mudah masuk ke dalam bangunan jika terdapat lubang, celah, atau retak pada
elemen bangunan, terutama pada elemen vertikal seperti dinding. Perambatan juga dapat terjadi
melalui elemen vertikal atas, yaitu atap atau/dan plafon. Peletakan jendela dan lubang ventilasi,
atau pemakaian elemen penutup atap dari material yang tidak rapat seperti rumbia atau genteng
dengan kait yang tidak presisi, juga akan merambatkan kebisingan.
2.
Structureborne sound, adalah istilah yang secara umum dipakai untuk proses perambatan bunyi
melalui benda padat. Dalam konteks ini benda padat diasosiasikan dengan elemen bangunan itu
sendiri, sehingga disebut structureborne sound. Perambatan melalui elemen bangunan umumnya
terjadi ketika sumber kebisingan menempel atau sangat berdekatan dengan elemen tersebut,
misalnya menempel pada atau sangat berdekatan dengan dinding. Namun, karena umumnya
tetap ada jarak yang cukup antara bangunan dengan jalan, maka perambatan melalui dinding
secara langsung amat jarang terjadi. Dalam keadaan tertentu, kita bisa saja mendengar getaran
()
z/ zz---\
\:,,
\\'\---'l//
Gambar 4.1. Gambar potongan yang menunjukkan proses terjadinya airborne dan
structureborne sound.
{e[qo
1,ueEuetrAl
';'?"'**-
'(7'p wqweg)
urc1 ue8ueru e>l >lnseru e,(urrqlu uep e,(uquleqes rp ue8uenr Sutdues Sulpurp e1 redurus slueuelu
'Surdruus Surpurp uped qelec mploru 3uuru nluns uep rfunq ueluqurered nlref.'uotssrtusuttt| 3ur4utt7[
uulequered u(upefte1 e8nl uuluq8unrurp auroqarnpnrts BJEces r,(unq uelequrered upe6
EJeoos
'ueldurelp
1n1un
Fepr qrqol auroqarnpntls undneur aluoqnD emoas >IIBq uelequered rupaJelu ndruuur 8ue,( uresep
lusers sr1>1e.rd uJeces 'nJl euaJe{ qelo 'ueluqtuered ruelsts uuqeqnred rurulu8ueru ledup l,(unq Jequns
qenqes e,tuueelefuel upud euerul 'ue>In>Ielrp qupnur >lepp 1ul Ieq unrueu 't,(unq reqruns ueluqurured
11rnrparu rlsed e;eces rnqele8ueur BIDI Dlrle{ uuldaelrp ludup leda 8uu,( ry1sm1u uIBSep TBSBIS
'lnqesJel Suns8uel u;eces uu8ursrqe l Eue>Irel 8ue.( ueurele eped e.(uu8ur1e1 uulledrueueur nped eduel
ersnrruru re8ueprp >lnlun awoqtm eJuces qeqrueq uele u8nl uq8unur efuuelequrerad 'uetuela reue8ueu
1eru1 dnlnc ue{lueq nele 'uesudrueq 'uu1n1nd B{Ite) '(rc1uu1 eped gq ue{lueq nulu 'elepuef
uup nlurd uusedueq 'Surpurp eped uelnlnd 1gedes; ueun8uuq ueruelo eped SunsBuBI eJeces 1pufiel
r,(unq requrns e>Ille punos podw, tnqeslp e?nl punos auroqainpntl.t 'nlueuel ueupue{ epedr
'aluoqrru ereces r8uy geqnreq ueluqruured uu>1ur13unureur lBqel{ Suef rsueuoseg
'(E'1 qeqqns lur{D tuqeq le8ues uurele8 qllrureur 8ue,{ qupuer letue rsueruIe4 pllltuotu l,(unq ;equns
nBI>l nule lequJeru 3uu,( r,(unq rsuen>lo.rJ ue8uep uures rrdureq nelu Iues 3ue,t lsuenqe;y plllrruaru
ueun8uuq uoruele nup>1 n1re.( 'ueur13unure1 np qelo r.ralqeqeslp 8ue,( uuun8ueq ualuele eped rsueuoser
gpefrel E1ir4el auoqatnpnus rpulueu qeqrueq ledep autoqtru Emxes luqlueJeru 8ue,( r,(ung
punos autoqalruJntls rpulueru
rleqrueq uurpnuo>l Buut autoqtrD ete:,es ueluqure.red qBIBpE lpefrel 8uu,( e.(uqn38unse5 'selulleru
ueerepue{ BpB tues (eyepuel ucu4 ylredes 'srdn Suur( uurelruet) ueun8ueq ueruele eped luqeq 3uu,(
'
'uotsstwsue4 bulyueg
etupetlq
)eqweg'Z', JequeC
,"0,n.
6ut>1ue13
48
Akustika Bangunan
bunvdatans\f
bunyiterpantu,
4j
Gambar 4.3. Perambatan gelombang bunyi yang mengenai objek akan mengalami pemantulan,
penyerapan, dan penerusan bunyi, yang persentasenya tergantung pada karakteristik objek
bunyi
datang
rl
tlL
tL-I
ounyi
terdefraksi
bunvi
l-
Oatang\
I
f
lr
bunyi terpantul
)'
bunyi terpantul
I
I
I bunvi
I terdlfraksi
| |,l lr
'./"
Gambar 4.4. Perambatan gelombang bunyi yang mengenai bidang batas dengan celah akan mengatami defraksi. Ketika celah
amat kecil, seolah akan terjadi duplikasi sumber.
Dalam beberapa segi, gelombang bunyi memiliki sifat yang hampir sama dengan gelombang
cahaya, yaitu memantul dengan posisi sudut datang sama dengan sudut pantul bila mengenai objek
yang licin sempurna dan memiliki luasan yang melebihi dimensi gelombang bunyi yang datang,
memantul ke arah tidak beraturan bila mengenai objek dengan permukaan tidak teratur, serta terserap
dan diteruskan atau ditransmisikan saat mengenai objek yang terbuat dari material tertentu. Ketika
mengenai objek yang memiliki retak atau celah, gelombang cahaya maupun bunyi akan berusaha
menerobosnya. Perbedaannya: pada cahaya, masuknya sinar melalui celah, lubang, atau retak yang
amat kecil akan sangat mengurangi kekuatannya atau menjadi amat lemah. Namun pada bunyi,
keberadaan celah, lubang, atau retak kecil pada objek penghalang justru dapat menyebabkan terjadinya
duplikasi sumber. Hal ini akan mengakibatkan bunyi yang menerobos melalui celah memiliki kekuatan
yang cukup untuk bisa terdengar cukup jelas dari balik dinding retak tersebut (Gambar 4.4).
Peristiwa lain yang sangat mungkin terjadi ketika gelombang bunyi mengenai objek adatah
kemungkinan terjadinya resonansi. Resonansi terjadi akibat adanya kesamaan (sama persis atau
mendekati sama) frekuensi antara sumber bunyi dengan objek, sumber bunyi memiliki kekuatan yang
hebat (menghasilkan getaran yang hebat), jarak antara sumber bunyi dengan objek terlalu dekat,
objek terlalu tipis/ringan, atau karena objek tidak dipasang secara perrnanen. Selain munculnya
resonansi, ketika objek yang menghalangi memiliki dimensi yang tidak terlalu besar, gelombang
bunyi bisa berbelok menuju ke belakang objek.
uB{rBSEdrp eues '.(erseuopq tp tpefta efuler.{ Hedes) r33ur1 3ue,( ueqgquole>I etuutruel 'ucenc depeq:e1
e,{uuuuuqq->1upDo>l I{BIEpB IUI Iurreleru uerluruele) 'uemsed rp qeloredrp ledup lnqeuel uelu.re.(sJed
enrrles Iqnuerueur 8ue,( ptooqlps predes ueqeq 'e,(uurnrun eped ueun8uuq IulrelEru u8req epeduep
t33uq qlqel 8uu,( u8req ue8uep 'ueplrurep unrueN 'sJe{ uuquq rrep lenqJot efuumun pr8p uep lereq
qBqes 'uB{nuelrp qepnu
'pqe1 3uu,(
Sueureur rur uelere,(sred unures rqnueueur 3ue.(
IelJelulu
lepq
6leJeq
Iuuolel tr 'sIlsBIe sn8qules umueu pr8u '1eq4
Iurretuur Irp tunqJq u,(uurmun ;ele8req qppnu
ryp4 3uu,( IBIJeleu undepy:ele8req qupnur 1ep4 8uu.( IerJeluu rrup uuun8ueq uetuele uuuunSSued
ue8uep rselurp ledep e,(udrsuud upud tele8req 1nry Suuf ueun8uuq ueruelo EueJB{ ueun8ueq ruepp
e>l lqruJoIu uep ueun8uuq ueurele ue8uep uet{epJeq nulu uped
J':d:;"'***-
Gueleq8ueu nBtB Isuluqrueru qeppe unldurelrp >1n1un unlSunur Surlud 8uu.( 1zq 'n1r BuarDI qelo
'uuluq8unureu nleles {Bprl B,(uunrun 'uotlta|otd na ueeun?Sued ue>lqrle,r.eur ue8uep ue8ursrqel
ueqJo{ t8unpuqeu uJBc ulnd uer{rueq 'uu>lderelrp r{Epnru lepq le8uus qnSSuns 1ul IBrl 'JIl>IeJe
3u11ud 3uu,( uruc qulupu uu8ursrqe>1 Jequns us>leperuaru uulel uu8uep uu8ursrqel lsele8ueur r1se141
,i,v
| ,n,,"0,",
i I-'Auna
i'l
ue6ueAeq
tlunq
euoz
rs)erlao
,l
ii
Ln,,,0,.,
,(,"'
=l*',,",
i i-'llx:
-]
-l
'|^un'
r,{unq rs1e.qe6
ue6ue,{eq
6V
euoT
6ue1eq6ua4
(a)
(b)
Gambar 7.1S. Untuk dapat menampung lebih banyak penonton dapat ditambahkan lantai balkon,
pada
dengan tetap memperhatikan kenyamanan visual, yakni tinggi maksimum balkon hanya boleh
kepala.
perlu
menundukkan
penonton
tidak
panggung,
agar
lantai
30"
dari
ketinggian
pada auditorium yang banyak menyajikan acara tanpa bantuan peralatan listrik atau auditorium
dengan kapasitas penonton kecil, dinding area penonton seyogyanyajuga dirancang untuk memantulkan
suara dari penyaji kepada penonton. Namun demikian, agar pemantulan yang dikehendaki berada
pada batas-batas bunyi dengung, tidak semua bagian dinding dirancang untuk memantulkan bunyi'
Adapun bagian yang umumnya tidak memantulkan bunyi adalah dinding yang berada di dekat area
penonton bagian belakang dan dinding bagian belakang penonton'
pemantulan yang terjadi oleh dinding seyogyanya dapat disebarkan secara merata sehingga ada
kemungkinan desain dinding tidak lurus atau melengkung dengan permukaan rata, tetapi dibuat
bergerlgi. posisi gerigi ini dapat diatur sedemikian rupa agar pemantulan yang tersebar menempuh
yang diterima penonton juga sama' Bagian depan gerigi'
.;a.ak yang sama sehingga kualitas bunyi
yung *"ngt udap ke arah sumber, sebaiknya diselesaikan untuk menyerap bunyi agar tidak memantulke arah panggung sehingga tidak menghasilkan bunyi bias. Perlu diatur agar tidak
lun Urnyl t
"mbali
terjadi pemantulan dengan selisih jarak tempuh lebih dari 20,7 m'
Saiah satu bagian lain dari dinding yang rawan kebisingan adalah pintu. Oleh karena itu, idealnya
pintu dirancang sedemikian rupa agar kebisingan yang merambat dapat diperkecil. Misalnya dengan
merancang pintu rangkap yang memiliki ruang antara di dalamnya. Ruang antara ini tidak perlu
dibuat terlalu luas, agar tidak menjadi tempat berkumpul orang, sehingga justru menjadi sumber
kebisingan. Ruang antara yang cukup, dengan lebar sekitar 80 cm s.d. 1,5 m pada sebuah auditorium,
akan menahan kebisingan dari luar ketika pintu luar dibuka, dan menahan kebisingan dari dalam
'Uepult1p ut46unw pdepas Ht> O ')tqsute selpn>! uebueqwryed selv'Ht > 6 rcdecuew
'HZ > O ercdo '11 0 )asuo! ),!nJun 'uruolryne wepp tp sel!^!l\e
uebuop uolensostp \Usn>le selueul ue>lnluouaw uetle uoileg ueweppey'gL'Z requleg
:-C
konstruksi dengan kekuatan yang cukup, tidak hanya untuk menahan beban mati (beban struktur dan
perabot) dan beban hidup (manusia) namun juga beban hidup yang sangat aktif, misalnya ketika
penonton yang menempati lantai balkon ikut bergoyang atau melompat-lompat sesuai materi yang
disajikan di panggung. Konstruksi balkon yang kuat akan meminimalkan kemungkinan lantai balkon
runtuh.
Lantai balkon sebaiknya didesain bertrap agar penonton yang duduk paling belakang pada lantai
balkon memperoleh sudut pandang yang baik ke arah panggung. Idealnya, penonton yang duduk di
balkon memperoleh sudut pandang maksimal 30o ke arah panggung (ke arah bawah)' Besar sudut
30. adalah batas sudut pandang yang nyaman. Mengikuti persyaratan ini maka balkon dapat dibuat
lebih dari satu tingkat, asalkan sudut pandang penonton pada balkon tidak lebih dari 30o. Demikian
pula untuk memenuhi persyaratan ini jumlah baris penonton pada balkon biasanya dibuat maksimal
l2
baris.
Agar tidak mengurangi kenyamanan dan kualitas penonton lantai satu yang duduk di bawah
balkon, maka untuk aktivitas dalam auditorium yang berbeda, dibutuhkan juga kedalaman balkon
yang berbeda (Gambar 7.16). Selain karena faktor kedalaman balkon, kenyamanan dan kualitas
utuitlt penonton di bawah balkon tercapai ketika plafonnya dirancang miring-membuka ke arah
depan. Hal ini dimaksudkan agar plafon dapat memantulkan suara ke arah penonton di bawah balkon
pada model sajian tanpa bantuan peralatan listrik. Plafon semacam ini juga metnbuat penonton di
bawah balkon memiliki sudut pandang yang baik ke arah panggung'
iludure fesJad {ruueqroq uoluouad 8uuru rctrml Dtrlrueu {Eplt B.{uleepr unlrotrpnu qunqas eduBuel/\tr
,,
qelede roqeg eleru 'ueqeqrued nuep8ueru leprl unuollpne (l33ul1 uup sunl) rsueu-rrp upg 'qreqradrp
rur uBBpBe{ e,(u1u,{e1es 'u,{urs8uq uuuurre8eqes leepr n>pq rqnuorueru {upp tnqosrol Sun8uep
nl{?./r{ B/$q?q uE{nruelelry uBrpnure{ EIrq 'unuolrpnB qPnq.rs SunSuep nl{E^\ uP{nlueusru Luuluo
lrunrJolrpne nluns ruBIBp {!tsn1s tgcec w{lnqurueu uu{E (oqca) e,punuet ulntueued edu8uel4
itunuolrpnu qunqos {psn{E selrleruI eurBln nlueued rpuluau 8uu,( qeledu ueepilex
.E
"Z
.I
:l::1: "rrl;;ihffi
uurIIlBT [uos
t0t
wnuoypnv
I qea
Bab I
STUDIO
Studio dapat diartikan sebagai ruang bengkel atau tempat seseorang beraktivitas untuk menghasilkan
karya. Adapun studio yang hendak dibahas lebih mendalam pada bab ini adalah studio yang menampung
aktivitas yang berkaitan dengan bunyi (audio), seperti studio musik (tempat berlatih ataupun rekaman bagi
groupband), studio siaran televisi dan radio, laboratorium bahasa, dan ruang-ruang sejenis lainnya.
9:r:
Ak
"tika
Luar Ruangan
Pengendalian kebisingan adalah kunci utama keberhasilan sebuah ruang studio. Pengendalian ini
ditinjau dari dua hal, yaitu (1) menahan masuknya kebisingan dari luar dan (2) menahan keluarnya
kebisingan dari dalam, terutama pada studio-studio yang menghasilkan kebisingan tinggi seperti
studio untuk musik. Pengendalian agar kebisingan dari luar tidak masuk ke dalam ruang studio
sangat penting untuk menjaga konsentrasi pelaku aktivitas dan agar kelangsungan aktivitas berjalan
baik. Sebagai contoh, saat terjadi perekaman musik, sangat diharapkan kebisingan dari luar tidak ikut
terekam ke dalam studio.
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, penyelesaian akustik di luar bangunan studio
dapat dilakukan dengan:
Usaha-usaha untuk menjauhkan bangunan studio dari sumber kebisingan (pada bangunan yang
memiliki lahan cukup luas). Studio dapat didesain berada pada lahan bagian belakang. Sisa
lahan di bagian depan dapat dengan sengaja dimanfaatkan untuk area parkir.
B,(uiesrru 'ueun8uuq runi rrep IBSereq tudep Jnl IJEp ue8ulsrqo) 'renl I{uJu a>l us8ueru LuBIEp
rrup uurule8 uu{leururueru e.{u1i1eqas uep olpnls uIBIup a{ renl Ircp uu8utstqel uup uu.reta8
u,(ulnseur r8uurn8ueur ttulu 3ue,( (.too1/-pasru"t) epue8 reluel ruelsrs tte8uep uBSapIp nFed'otpnts
Suenr snsnq; 'orpnls uBIEp o>l uu8ursrqal e,(ulnseu ueurlSunuel r8uurn8ueu 3uu,( qrlrdrp
e(uu(8o.(as Suuqni uuqeq uep ueludruaua4 'u.(equr uu-Tlllsurueut Inlun uBlluuJuurutp ludep uep
sntndtel lrrtsrl uerrle 1BES E1nqrp tedep 8uu,( 8urqn1-3uuqn1 e,(uupe uele edurunlaqes ISedISIluEIp
e.(uel>1 nlred uluru 'ulpuas {IJlsIl Jeqluns I{IIIuIauJ {epu lnqesJat olpnls ellq'uuDlltuep unueN
'uelpnq rsulrlua.\ tuelsrs uu{?un83ueur uuSuep (dntnuet) ;tseut 3uucue.rrp e^uesurq olPnls 8utn.r
apu 'r33un te8uus uuSueuele>1 1e13ur1 uu{u ueqnlnqe{ eueJu) 'r88utt tselnsur 1u13uq Dlrllrueul
3ue,( uuqeq uup ueun8uuq Is{nJlsuo{ qrpd ulpl nged 'orpnls Suenr >lnlun snsnq{ 'e,{ulnlueieS
'snsnql uJeres ureseprp nlred IuI ueluele uuDlliuep uuSuag 'u33uute1
Surpurp ueiuap uBseteqJeq 8uu,( undneru uulul e1 depeq8ueur 3ue,( >peq 'ueun8uuq Ieryue^
ueuela L{rlepe Suepq8uad m8eqas rs8un;req 3uns8uel eruces 3ue,{ uuunSuuq ueuiole 'eue.Iu{
q?lo ur\ur13unrurp lupu rp4Surras SuupqSued ueludrueuad uep nluauel ur-un8rJeq tnoiDl
urntruod 'e33uetat Surpurp uu8uep 3uns3uu1 ueser?qraq uep seleqret ueqel upud IrlpJoq 8ue,( orpnls
ueun;lueq lniug 'ue1ui ueulnuuad epeduup gepuoJ qrqel 3uu,( uui33ur1e1 eped orpttls ue8uunr
urlrrj,.uauau
ue8uap u,(ui1esur,(ueru
etrl
re8y
'u:ri:unlaso{ u.rcces uuun8uuq pBSp,; n33ue33ueu WP11 8ue,( pnln,u, urepp .tauil)q nele Sueleq8uod
l;:.:-urqrp qup,(ue(3ofes 't88uti uel{Ituapas qelel ueqel uudap rp uelel rrup ue8ursrqel ellg
(1unbueptaq fiunq ue4lseq6uew 6uel eete) eerc euoLp pdeptq eare peep npns eped'rut ede
enpa\ uesepqrad eped ues14e1a1rp elueserq ouetd 'eate peep uep a41 pe[uaw $eqtq'de\bual
6uel 4tsnw p1e uebuep tl$nw uewe>ld sesotd 5undweuaw \nJun orpnp 6ueny'r'8 JequeC
t,'i --
(q)
,.
(")
*'**w
;\
g0l.
otpnts
qeg
106
Akustika Bangunan
potongan ruang
til
[il
ooeoeeeoo
ooeeoeoeo
oooeeeooo
eoeoeeeoo
makin
baik
Gambar 8.5. Beberapa model pemasangan plafon yang dapat dipilih untuk studio
darijalan, atau bisajuga dari dalam bangunan sendiri, tetapi dari ruang lain selain ruang studio.
Sistem struktur yang diskontinu dan berelemen ganda (dinding dan lantai ganda serta plafon
gantung) akan meningkatkan nilai insulasi ruang, sehingga kebisingan di dalam studio dapat
dijaga serendah mungkin.
1.
2.
3.
Ruang servis, yang meliputi ruang generator set, ruang alat/gudang, dan lain-lain.
lain-lain.
plEup up{qnlnquelu
108
Akustika Bangunan
dengan karpet tebal. Selain untuk meredam getaran. karpet tebal juga sangat efektif meredam bunyi
di atas lantai yang tidak dikehendaki, seperti langkah kaki. Pada studio untuk permainan alat musik
lengkap, lantai pada sudut ruang yang memantulkan bunyi sebaiknya terbuat dari papan kayu halus.
Gambar 8.6. Gambar atas menunjukkan pemakaian panel-panel yang digantung untuk menyerap bunyi
berfrekuensi rendah. Gambar kanan adalah pemakaian plafon gantung dalam susunan grid kotak-kotak yang
mampu menyerap bunyi berfrekuensl sedang. Gambar kiri adalah tempat telur dari keftas olahan yang juga sering
digunakan untuk bahan penutup plafon dan dinding studio untuk menyerap bunyi berfrekuensi tinggi"
t_
-..i
"
- ,** r ,'l r-r ,, : :.:rjr! 'r.iunq dere,(ueur 8ue.{ >punl uEI{Eq uu8uep u{n){Bllp Sulpurp Suttlsruyf
r*i:qi ,- : -= lxTTetolrp ledup u8nl erupn e38uor tuelep e4uu 'efuuu.rele8 uuurupered
-r*,r
r;::rc-:iF-:::i"!l rirrrm-ri-.:;ur {nlull'BJupn ISIJeq uJulue u33uor uu8uep'BpeqJeg 3uu.( ueqeq uup epue8
orpnls Surpurp u,(qeepl'uerele8 t8uern8uetu Inlun '.IBluuI u,(upq lilede5
olpnls
Euun11
tulpulq {!rsn4y
uurBseledued '9'8
'ssUq
:;-ts.-:-**'-;,- ':r:q e.(u1us[u'uuqnlnqel ueSuep renses tpzfuelu IoJluoI eleru eped llqruurp 8uu.(
:r'r':r-- ":-:-.-rs'1oiuredo Suunr seleq Suuprq qelo uulnlued uu8uep rndruucreq {epp uep n4oads
-r:; i;--; .--::.u e.(uluapr JoleJedo m8uaprp 8ue.( r,(unq sul{un)'J 'rarrlufionuol eferu uep n\oads
*rr.,r
";r,:.:-ri :.rrdl uBlelJed uenlueq ue8uep orpnls Suenr urBIBp Ip sell^Il{e Iseq r,{unq sBlllen)l
. - J.::-;*: ::.-rqas seSngeq roluradg 'qqs {Bpn rpelueur uuler Suenr rrup t,(unq sllpn{ depeqrel
- A )eqweg
:
-=;
eped qedes te1epuew uopld ue>l\urpueqp Pop! qlqal lul ueepeey '6ue>1e1aq ue6eq
;1 t1erc6uaw pehel 6uel uefiJuewad 'to1ercdo t4eLe ey rlunq uoilnqewow \epn \nlun wesepq
nletedo 6uent qeuap uep ue5uolod eped uelryuewed sueb wetbery '8'8 Jequeg
-to1ep ue\uap
.te4eads
uo1e1d qelo
.qryes 6uen4 orpn1s 6uent uep fiunq seypn4 depeq.tel n1ercdo ueteltued ue>lqeqaluew ueye
pehel ewe1ntq buer( ue1ryuewa4 'toletedo 6ueru eped uelryuewed stte6 wefiep'Z'8 Jeqtreg
rolerado-;o.t1uo1 elayl
601
olpnls
qeg
110
Akustika Bangunan
J\
1/
i'
r
I
+
a\
I
T
i\
;.
+
a\
I
,t
(a)
(c)
(a)
(b)
8.1 1 . Skema pemakaian jendela ganda pada ruang studio dan penggunaannya. Posisi ganda yang sejajar
lebih memudahkan perambatan bunyi (a) dibandingkan posisi ganda yang tidak sejajar (b). Maka, pemasangan
model (b) lebih dianjurkan. Penggunaan jendela ganda tidak sejajar pada sebuah studio siaran radio (c)
Gambar
Bagian kritis pada dinding adalah jendela dan pintu. Dimensi ruang studio yang tidak terlalu
besar, biasanya memungkinkan studio diselesaikan dengan sistem pengudaraan buatan. Pemasangan
pengudaraan buatan pada ruang studio dan ruang operator perlu diatur dengan menggunakarl peralatan
yang terpisah antara unit indoor dan unit outdoornya (AC spllr). Unil outdoor yang menghasilkan
kebisingan cukup keras seyogyanya diletakkan sejauh mungkin dari ruangan (Gambar'8.16). Sementara
unit indoornya tetap diletakkan dalam ruang studio dengan posisi setinggi mungkin atau sejauh
mungkin dari mikrofon, agar angin yang dihembuskan tidak langsung menuju pada mikrotbn.
Namun demikian, sebagai akibat dari besarnya kemungkinan putusnya aliran listrik sewaktuwaktu, maka peletakan lubang ventilasi ada kalanya diperlukan. ldealnya, lubang ini diletakkan pada
plafon menerus ke atap, agar perambatan kebisingan dapat diminimalkan. Sedangkan untuk
pencahayaan alami, sekiranya diperlukan, dapat diperoleh dari jendela dengan model kaca ganda.
Selain untuk keperluan pencahayaan, sebuah ruang studio umurnnya juga memiliki jendcla kaca mati
'ueEB
oQnJS 6Uent
elrtsPrpoyl )ioo
')oc
ofiqwew
eweyad ryud qela1es ebbwqas 'esnuew qnqnl ueJvlnes t.1e1epe n7u1d enp eJelue p eldptaq buel ercque 6uent elue[5olog
'pqey 6uel p66un1 nqud uep pery qlqq epueb nywd ue@lewod 'Q) rcfe[es ulnq que ue5uap epue5 nyutd uep (q) Lelefos 4e747
olnq qere uebuep epueb n1urd nele '(e) u1e1 ueplercd nele OCfiose\ ueuedwfiuad uewle e1eqes tte4tsfrurytp sn6{eYas qe46uues
6uel'pqal nlwd tlenqas uebuep uoilesalostp pdep orprys nJuU 'ol4nls eped epueb nlurd uereyeutad sueuayg 'Zl.'8 Jequtee
(c)
(e)
m'T--'im;n'7r
E---
Lrl
olpnls
B qeg
112
Akustika Bangunan
Gambar 8.'16. Pemilihan pemakaian saluran pengudaraan yang tepat dapat menghindarkan kita dari
kebisingan. Kemungkinan kebisingan yang muncul dapat diatasi melalui pemisahan saluran pengudaraan
buatan. Saluran yang menyatu membuat kedua ruangan dilanda kebisingan yang cukup tinggi (a). Saluran
yang menyatu namun dijauhkan dari ruangan dapat mengurangi kebisingan yang disalurkan (b). Saluran
yang terpisah akan sangat meminimalkan perambatan kebisingan yang terjadi di antara kedua ruangan (c)
rrrnrrolBroquT
AEYiM
ert
)oo
olpnts Bqeg
114
ffi
Akustika Bangunan
Latihan
,.,,.,i.,P',1"J
1.
2.
3.
4.
Sebutkan dua hal yang menjadi kunci keberhasilan rancangan sebuah studio?
Prinsip akustik semacam apa yang dapat diterapkan untuk mengendalikan masalah kebisingan dalam
studio?
Mengapa studio umumnya tidak membutuhkan terjadinya pemantulan bunyi dalam ruangan?
Bagaimanakah sebaiknya penyelesaian pintu suatu studio?
rp aptqnr n33ue33ueu lupq .re8e uu.ne,(rn1 mlue ueeJectqured nulu uodelel uednlecred dnlnueur
ndureu Suuf Suapleq Jelel uu8ursrqel uu{lnqurueu 1n1un dnlnc unluuu 'roluu IuEIep sBlI^Il>Ie
n33ue33ueu ug)Ie {spp 'tlp 0, rudues lunlurs{elu ntre,( luda 8uu,( uusere>1e>1 tu13u4 upud epereq
3ue,( 3ue1e1eq JeIBI uu8ulsrqe; 'uu>lnpedrp ru1snl 3ue1e1eq JE1I uu8utsrqel rrele aslou punodtlcoq
uugpeJeqe{ 'aptqn) duu uped uuerecrqured uBBrsBrIBre{ e8efueru >l$un 'n1l BUoJB{ qelo 'olpns er"ces
Iepq unruuu '1ensr,r. eJeces seleqruad rpelueru ndrueu u,(ueq selequred Sulputp 'aptqno Iepour epBd
.uogeld e{ >lolueru
lupn u,(ur33ur1 8ue,( ueueuuednues uel{eq uep Surpup qolo UDIIIESIdTp uutrufrul
eleru rulue uep JESeq 8ueru nlus urelup upeJeq uerrru,(re1 u.red eueur tp'aptqn) e.reces SuecueJlp ludEp
e3n[ ro1uu1 Suenr qenqe5 'ure1 Suenr e>l nlBS 8ue,( Suuu IJBp n18 JBSEIos uup ue8utslqel e,(ulnseur
ug>llerurur1lIeru {ruun uB>lpn$lBtulp Iul IeH 'uule>lepJaq 8ur1es nule uedupeqreq Suqus 1upr1 re8e
rnlurp nped 8ueru rutue nlurd uu>pleled 'qesrd:4 8ue( 3ueru-8uuru ue8uep uerolunpad upe4
'uup[ uup ue8urstqel u,(ulnsuur ue{Islulultuoru u{B Suuf 1lqnd
Buuru qelo dnlnlel 'tuelp qrqel 8uu,( uer8eq eped ue4rlulellp uenueued 3ueru uup uhel Suem 'nlt
Breluerues 'uuun8ueq uudep rp uepl uu8uep uulolepJaq uuTIelollp >1n1un urX8unu leBuBS uup 4lqnd
uere epud nlref 'ne>13uuftp qepnur 8uu,( rsrsod uped ue4lelellp 'ulluu>l uep Uotl Iuados 'uu8utslqel
uulpsuq8uaru 8uu,( 8uuru 4oduroley 'tedet 8ue,{ (auoz) ue4rourued eeru uelodurole8ued qeppu Btuuuod
duqel upud qndurelrp ludup 8uu.{ {psDIB uercse1e,(ued 'rotual tu8eqes rs8un;req 8ue,( ueun8ueq r8zg
'ueqr;gd rpelueur
dn>1nc tselnsut
1e16u[ ue6uep
ts6unpaq 6ue,( uauele le$eqes 6ueleq6ued ql;tuer.u ledep e1r1 'uelnpedrp e;tq e,iulnlue;eg ueunOueq ten;
rp ue6u1s;qe1 Joqulns uep url6unu qnelas eperaq rebe ue6ueuelel uelqninquJor! 6ue,( 6uenl uelleloloul
6ue,i 6uen: uep ueOueuaiel uelqnlnqulau 6uP,( 6ueru uqqesluau.l
sn611e1es 'ue6ursrqey uelllseq0uaLu
1e1epe1 e,iuue6uecueJad
ueOuap
6ueouerlp nped 'sete1 leue 6ueI utel ue6utsrqol.lequns nele efer uele[ tdel tp epe:eq nele plsnpul ue6uep
upl$loptaq )ietopa] ellq 'undrlelas ;e66un qeuru uelqeg elurs6un; ueOuep tensas lepeuloui 6uer( 1[sn1e
uetesolg^uod uelledepuaur e,{ue,{60,{os ue6ulsrqal raqr.uns ue6uep uelelopJoq 6ue,( ueunOueq deues'epeq
-epeqJaq $ile,( rs0unl tltll.,JouJ qsaur 'qeqos '1eda1 lepu qepeOues se,isnooe uloo.r po6ele>1 uelep lnseu 6ue,{
ueun0uBq-ueunDueq eped ue)iqnlnqtp e,{ueq yusnle eJe3os uresep emqeq uellndutr(ueu 6ue,{ ledepua6
mlnrun twNncr{vs
6 qug
r M#;tffi
ffifi*"$i,$l##,ii
116
Akustika Bangunan
(a)
(b)
Gambar 9.1. Pada bangunan publik, seperti kantor, hotel, dan lain sebagainya, peletakan pintu ruang yang
menghadap koridor perlu mendapat perhatian agar dapat meminimalkan perambatan kebisingan dari satu ruang ke
ruang lain. Peletakan pintu yang saling berdekatan dan berhadapan menyebabkan sebuah pintu siap menerima
kebisingan dari tiga pintu lainnya (a). Sedangkan pada peletakan menyilang, jarak tempuh kebisingan semakin jauh
dan sebuah pintu hanya menderita kebisingan dari dua pintu lainnya (b).
Dok. Mediastika
Gambar 9.2. Layout kantor dalam model cubicle menyebabkan seseorang memiliki keterbatasan visual tetapi tidak mendapatkan
pembatasan kebisingan dari cubicle lain di sekelilingnya
LIL
'@gAL 'ffp welg) 4tsnw edrueq elueserq 'ue46ueue,luaw dn>1nc 6uei astou puno$4ceq
yybueqwed ue44e1e1tp e[ebues Tedep e4ew 'uebwstqetl .teqwns-Jeqwns ncunw ptsue1od
p6ues ueduent nlens wepp elAqeq uepesq eluetqes eilg 'ostou punofi\ceq ptrel qeneq
lp eperoq srueLl ewueilp 6uel uebwslqe4 'uenbbueb uoilnqwruow \ep4 rc6y.9.6 Jeqrreg
(q)
qepuer
osrou
punor6yceq
:e6uepued
uede)ecred lel6uu
r-l
r
)
osrou punor6>1ceq
]r)6uequjed
(e)
(c)
(e)
t-punor6lceg
gg-311
/ t
rtjr
-\\ rr
/ i cNlu
((
\\
o$"I lml
trl
t-
118
Akustika Bangunan
ffir;+irarq,r
?:?.
k"tika
pada bangunan hotel dan sejenisnya, ruang-ruang yang menghasilkan kebisingan seperti h.all, bat,
caf6 atau restoran seyogyanya diletakkan pada posisi yang berdekatan dengan sumber ketrisingan di
luar trangunan" Sementara itu, kamar-kamar hunian diletakkan pada letak yang lebih dalanr/jauh.
Namun tlemikian, lokasi pada bagian dalam biasanyaJuga difungsikan untuk peletakan ruang servis,
seperii launclry-, dapuq dan ruang mesin. Oleh karenanya, perlu diusahakan agar meskipun merempati
u..o yurg sama, kebisingan pada ruang servis tidak masuk ke kamar-kamar hunian. Pada hotel yang
dibangun dalam wuiud bangunan berlantai banyeLk, kamar hunian biasanya diletakkan pada lantai
setelah lantai pertama yallg dipakai sebagai ruang servis'
Hotel clengan sistem koridor di tengah-tengah kamar hunian, perlu diatur rancallgannya agar
koridor tidak menjacli sumber kebisingan. Lebar koridor yang sempit dengan dinding kiri-kanan yang
paralel akan memungkinkan terjadinya pemantulan. Oleh karena itu. sebaiknya koridor diselesaikan
d"ngun material yang menlierap atau dirancang tidak paralel satu dengan lainnya. Rancangan ini
dapat berupa dilding yang secara landai condong ke atas atau ke bawah, atau dinding yang secara
landai membentuk ruang koridor yang rneluas atatl menyempit. Cara lain yang dapat ditempuh adalah
meiapisi dincling yang sejajar tersebut dengan material yang bersifat dffis untuk menghilangkan
standing, Ir.il,e.s atatl .flutte r- e c ho e s.
peietlkan pintu-pintu kamar hunian juga perlu diatur agar tidak saling berhadapan sehingga
kebisingan yang ditimbulkan oleh pintu suatu kamar hunian tidak masuk ke kamar hunian lainnya.
Gambar 9.6. posisi ruang kelas yang lebih rendah dari lapangan atau arena olah raga akan meminimalkan
menerusnya kebisingan ke dalam kelas
6unpu1pe1 4erud
'I
UB
qI(
ef
1B
le
up
qEt
un
3u
uB
'vt
'1:
'nll EJuluoruos 'JBqelelllnldurafuetu 8uu,(.topt.to1 reqel >lnluoqruetu n?lu 'qE.4aBq o{ nule sBlu e{ rcpuBI
Suopuoc tdulet tuleles >lepll tenqlp uudupeqreq 3ue,( Surpurp rsrsod u{uleepr uSSurqes 'saoq)a-railn4[
efurpuhq ualquqefueru uu{e IuI Isryuo) '{nuuJo>l rJup reluul dnlnued IerJeluru uu8uep rsrdepp lnlus
quunJ JopIJo{ Surpurp rcdrunftp BInd Suues uu{qug 'sBJe>l uBp urcrl IEuetB(u ue8uep ue{rBselesrp
tdutel 'tedre>l Iuedas r,(unq dure.(ueu SuBf >leunl IerJeteur uu8uep uelruselesrp 1epr1 u,{uuserq
]IIBS qeruru Jopuo{ Surpurp uep rBluBI 'uelu,reJod uer{Bpnue{ uep ueqrsJeqe>1 uenln1 {$un
'uu8ursrqel ueluquered ue>lluurrurtueu] ue>lu wlolepJeq nulu uedupuqreq Suqes >lepr] 8uu.,( nturd
ue1e1e1ed $l 'eueJE>l qelg 'e,(uuru1 uersed JuruE>l nturd uBp roprro{ rJBp IBSBJoq u,(urumun uu8ursrqel
'ulpues deur 1ur'rur BoJB epud 'tl{es I{Bruru qungos eped ryuq 3uu,( y1sm1u 1u13uq uellrsuq8ueur
ue>Ie 'uBAuISIqe>l ue{llseq8ueur 8uu,( uu8uep (deut le.lter Suenr rtredes) uu8uuuele{ ue>lqntnq
-ueru 8uB,( Suenr ueqestured
"***
'e.
eB
uE
qel
BJ1
lul
3ur
reB
I1?l
Ott
3u
ilE
's I,
'1111
Ip
'lnL
wnwJlueunbueg 6qeg
120
Akustika Bangunan
untuk mengurangi kemungkinan munculnya kebisingan dari percakapan pengunjung, dapat ditempuh
siasat dengan menciptakan koridor dengan luasan yang cukup namun tidak memungkinkan orang
dengan nyaman berkumpul atau duduk-duduk di koridor.
3".?.,
e"tika
Ruang perpustakaan dikenal sebagai ruang yang membutuhkan ketenangan sangat tinggi. Ketika
kebisingan dari luar ruangan dapat diatasi dengan sangat baik, sumber kebisingan lain kemungkinan
justru muncul dari dalam ruang perpustakaan sendiri, seperti langkah kaki atau percakapan antar
pengunjung. Untuk meredam kebisingan semacam ini, bagian dalam dinding, Iantai dan plafon ruang
perpustakaan perlu dilapis dengan bahan lunak yang mampu menyerap bunyi. Keberadaan kebisingan
latar belakang tidak dibutuhkan dalam ruang perpustakaan.
3,.6.,Akustika
Pada rumah tinggal yang umumnya memiliki lahan terbatas, penataan layout yang memungkinkan
ruang privat, seperti kamar tidur atau ruang belajar, agar cukup jauh dari sumber kebisingan di jalan,
seringkali sulit diterapkan. Pada bangunan berbentuk persegi, siasat akustik dapat dilakukan dengan
meletakkan kamar tidur pada bagian belakang. Penataan bangunan dengan bentuk 'L sangat dianjurkan,
karena selain memudahkan pembagian area, penataan ini juga meningkatkan kelancaran pertukaran
udara. Hal ini dapat terjadi berkat keberadaan alea terbuka di bagian tengah, yang memungkinkan
semua ruangan memiliki lubang ventilasi ke arah luar.
Soal Latihan
1.
2.
Pemantulan berulang (flutter echoes atalu standing waves) pada koridor atau lorong dapat dikurangi
dengan tiga prinsip desain. Sebutkan!
J.
4.
Layout bangunan seperti apa yang cocok untuk pengendalian kebisingan rumah tinggal sekaligus
memperlancar terjadinya pertukaran udara?
dere>1
rpefueu n11um u,(unlepeq Suuras elufurel '3uuue] dn>1nc e,(uelnur Suuf ueun8uuq uedep rp uupl
Euere{ ueun8ueq rsulouoJ edrueq elnd ledug 'Sulsrq 8ue,( uepl }det Ip epereq 3ue.( un8ueqlp >lepueq
nete IuBq uuun8ueq eped ue8uucuer udn-req
uo4ca\o.rd toa re8uqes ueun8ueq uu8uucuu6
ledep
'e(utunq8ued t8unputleur SueK uoucato.td .toa rpvluaw ndrueu e.(uu,(3ofes uulel rd4
Ip {ulelJo}
8ue ( ueun8uuq 'lq ruecerues rsrpuo>l epu6 'u,(e; uelel uu8ursrqe{ tBqDIe etuulruel 'qu.lud dnlnc 3ue,(
utSursrqel Blrropueu ueelolred rp BoJE enrues rrdureq uqtuqnp8ueu r{EIq 'ue8ueuele{ uolrlnlnqueu
Sue.i eues uu8urstqel uu>llrseq8uetu 8ue,( eeru erelue se8el 8uern1 8ue,( ueelolred uere uer8eque6
'Suuque>peq eJe8eu rp ue8ursrqal
{rlsueDleru>l 1e13urs BJBJes rleqrue4 unplesrp uu>le rur uer8eq upe4
tuuqua4reg
BTBEeN rp
tsepouole6ueur 6ue,i tuotdutoy ualsls eped ueun6ueq ueouecue.r uelledurouou.r eluirqle rur ueouriuedel
lrpuoy ueun6ueq urelep e1 ue;e[ uep ue6ursrqel uelequered uelleruruuuou] drsuud ueOuep uebueluepeq
le6ues elelurel rsepluen 0ueqn; uerpeqo) ruJele rselrtuan )inlun rselrluan Dueqnl yelueq uelqnlnqu.lau
6ueri qequel-srdo4 urrpp qelepe ue0uecuer rqnre6uedueu uele 6ue,i urel JolIeJ 'nleu ere6au qp ueun6ueq
ue0uep epeqeq 6ue,i ueun6ueq rsnlos uelrqelour B,{ue{6oIas rur ue6ursrqey )irlsuayeJel ueepeqe; 'ue1e[
seirlenl uep 'ueleunbtp oue/( tolouteq ueeJepual stuel seluo,ieur Jo]or.uJaq ueeJepual uep uelel uereleuled
rnleDueu 1n1un se0e1 rslues uep uernlerad e,iuepe un;eq qolo uelqeqaslp elueJelue lp lut ueepoqJad
'nfeu: ereOau rp ue6ursrqe>1
IusuoUBJeI ue6uap epeqreq ]e0ues 6uel'erseuopu; rpedes 6ueqtueryeq
"':':,:.:::_:::m::::,::x ::
u
UE
'u
UB
'u
IIE
_:::,
RrrJsmfvuvsflfl sruvo
iru
3ut
Jul
ueu
E{I
oI qBfl
3ue
Qnd
122
Akustika Bangunan
Kembali pada uraian bagian sebelumnya, bahwa bunyi dengan frekuensi tinggi tidak sekuat
bunyi berfrekuensi rendah, maka getaran yang menyertai bunyi berfrekuensi tinggi juga tidak terlalu
hebat. Oleh karenanya, rancangan bangunan-pun tidak perlu terlalu hebat merespons kebutuhan
peredaman getaran. Hal ini berlainan dengan kondisi bangunan di tepi jalan yang mayoritasnya
dilatui kendaraan berat, seperti misalnya di tepi jalan lingkar luar (di negara maju bisa berupa
highway). Bangunan yang berdiri di sepanjang jalan yang banyak dilalui kendaraan berat, selain
perlu didesain untuk menahan masuknya kebisingan, seyogyanya juga didesain untuk menahan
berimbasnya getaran yang terjadi di jalan ke dalam bangunan. Berdasarkan kenyataan bahwa bangunan
yang menderita kebisingan di Indonesia umumnya berdiri di tepi jalan yang tidak dilalui kendaraan
berat, maka solusi akustik bangunan dapat disederhanakan hanya untuk mengatasi kebisingan yang
tidak disertai dengan getaran.
"ll"l,=,.,fu,
outlet
ffiffir
inlet
sumber bisins
sumberbisins
Gambar 10.1. Peletakan lubang inlet dan outlet yang sengaja tidak dihadapkan langsung pada
sumber kebisingan
-----.....
3ue,( udu rue3ulues tauroq ue1u1e1ed ue>lnlueuetu {nlun 'uuun8ueq 3ue1eleg nule qu8uel uur8uq
eped ua11ulellP ledup uuqel epud sISJal Suef elnqret BeJe 'rur rueJetues ue>pleled upe4 'uu8ursrqel
rrep Sunputpel ueun8ueq Surpurp ru8u r83url dru1nc Suef rautDq ue{r.lrunqrp u,(ursuen4esuo4
11seu'ueun8ueq eped uq8unur le{opes qgdlp e,(uu,(3o,(es Duil)q ueledrueued e{Bru'seluqJe1 8uu,(
ueun8uuq uuqel senl uep r?qel nlBIJet {upq u,(uurnurn 8ue,( erseuopul rp uepl-uupf rsenlrs ue8ueq
'lnrunlu
tauroq
UB>IB
>lepp
ueJrpgr{e{ gplsod 4e;e '1ude1 3ue,( pueteur ugp rsueurp uuleunSSueur qulel etpl Dlseru .rur
m{np uu8ursrqe4 requrns) ueun8uuq uedep Surpurp
uu8uep ueButstqe>1 Jeqluns e.reluu 'qe8uel-qu8uel rp srsred DurDq uu>plelelotu IJppulH 'uu8ursrqel
uep 3unpu11re1 eSSuqes uu8uufeq euoz r;rralep BpeJeq ueun8uuq ;u8e 'ueun8ueq Surpup 8ue.{
qlqeleur uer88uqe1 ue8uep uep JBSeq dnlnc 3ue,( rsueurp uu8uep rauruq uulnpadrp 'rur ruuozures ue
-ledueued epe4 'uuun8uuq uu8uep urlSunur le>lepes qBIupB e,(u1n1ueq uequleled e utu 'ue{urx8unueur
{Bpp Iq rueoeruos uetudueued u41 'ueun8ueq urBIEp e{ >lnsutu >lep\ Dtrnq selu Sunln uped
I$le{IpJel 8ue.( r^(unq ru8e ue8urstqe>l Jeqluns ue8uep u113unru talopes uu4edruelp raun)q'e,(quep1
'raurDq uu{u1e1ed nele rsrsod qBlupu uurleqred ledupueur nyred 8ue,( urBI JoDIuJ 'tauntq IerJelEru
uup ISueuIp vteles 'DtrrDq punos ruue8ueru uesuqequred epud uullernlp qule1 uuuunu8eqeg
'qerluEI
IsBIIluaA >l$un BJupn UBJIIB JucuelJedureur uu>p eSSurqes 'r33u4 nlelrel >lepq Suet nutoq uu{r{nlnqrp
ufueq euerel 'uu8unlunel ue>lueqrueru 1ul IUH 'r33u4 rsuenleJpeq erpns uu8uquedel rsepourole8ueru
>lnlun lenqlp dn4nc nu.tDq ISueuIp B>luu 'r33ur1 rsuen{e4 lodurole>1 uupp uu8ursrqel urnrpleds
ueryunle8ueur urseuopul rp uupf-uepl rnplotu 3uu,( uuurepuel se1uo,(eru BueJe>l qelo .(g qug uped
s?qeqlp qe1el) nutoq punos \enqes pepr uele.re,{sred pnlr8ueu uq8umu Ieurs>lBrues Suuf pueleur
uep 'rsuaurrp 'uap1e1ed ue4quqredureru ueSuep 'f,autDq punos ednseq ru {elqo .ueun8ueq ueqel
n[nueru uepl uep r.(unq Suuqruole8 uelequered r8uepq8ueur ludep 8ue,( qelqo ue4u1e1ed qBIBpB
u,(ulnfuelas r8elerls eleru 'rdnlncueu tunlaq esu;rp Sunpuqrel uer8uq rp Sueuq eeru ueledueued uup
ruueget 7no{o7 ueqryured eSSurqes 'u,(ur33ur1 ueplruepes qu1e1 uelel p ue8urslqel 1e13uq upg
'r8unpuq.rel Suef eere uped ue8ueuelel
UB)ll{runqtuaru 3ue( 8ueru-3ueru ue>pleleleru qelspe uunce ue>lrpeln ledep 3uu,( dlsuud 'nluegel
7no[o7 ueqqrured uapllSuntueru {epll ue{qeq uBr{BI ueseleqJe}e>l BIrg 'ue8uuuelel ue>lqn}nqruotu
u,(uqnuedes 1epr1 8ue,t urel Suunr-8ueru uup 'urluu>l 'n83unt Suuu'ryry re8eqes ueleun8rp uu8ursrqel
uu8uep Suns8uel ue8unqnqreq SueK eeru Suupes 'se1e>1 Suunr nule Jolue{ 8uuru re8eqes uulls8un;rp
Sunpuqr4 ?uv,t eem'qelo{es nBlE uuJoluu{red ru8eqes rs8ungreq 8uu,( uuun8ueq Bped 'uu8ursrqel
'{pode '4u11111od Euuru reSuqes ue>leun8red
-lP ludep uupl uu8uep ueBunqnq;eq Suns8uel 8ue,( uare uu4Suepes (deul 1e,ro.er lrun) uele,trered
ezt
syuaBg
etebe111
uep esouopul
>1n1un
slee
OL
qe7
124
Akustika Bangunan
akan digunakan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengukur lebarjalan di depan bangunan,
sehingga kita dapat menentukan letak sumber kebisingan darijalan. Selanjutnya perhatikanlah luasan
lahan dan luas lantai dasar bangunan yang akan dibangun. Usahakan agar ada sisa area terbuka yang
cukup untuk meletakkan banier lebih dekat ke sumber daripada ke dinding bangunan, bila diperkirakan
hal ini tidak memungkinkan, maka tata letak bangunan mesti segera diubah agar barrier berada lebih
dekat ke bangunan.
Prinsip selanjutnya yang dapat diterapkan untuk menahan masuknya kebisingan namun tetap
memungkinkan terjadinya aliran udara, adalah meletakkan lubang ventilasi pada sisi bangunan agar
tidak langsung menghadap ke arah jalan. Pada sisi yang langsung menghadap jalan dapat diletakkan
elemen transparan untuk kepentingan pandangan, tetapi tidak untuk lubang ventilasi. Namun demikian,
kita tetap harus memperhatikan arah angin datang, agar posisi lubang ventilasi yang akan berfungsi
sebagai inlet (lubang yang memasukkan udara) menghadap ke arah angin datang, sedangkan yang
berfungsi sebagai outlet (mengeluarkan udara) diletakkan pada sisi yang berseberangan. Bila hal ini
tidak dapat diterapkan, outlet dapat diletakkan pada atap (melalui plafon).
,ll.S.
di mana solusi akustik secara outdoor tidak dapat diterapkan secara maksimal,
langkah selanjutnya yang dapat kita tempuh adalah mengolah selubung bangunan itu sendiri. Hal ini
dilakukan dengan meletakkan lubang ventilasi pada posisi yang tidak menghadap langsung pada
sumber kebisingan, serta memilih model jendela yang mampu meminimalkan masuknya kebisingan
ke dalam bangunan. Adapun model jendela yang meminimalkan masuknya kebisingan adalah jendela
yang mampu memantulkan gelombang bunyi yang jatuh padanya, misalnya model gantung atas (tophung) (Gambar 10.3), juga model jendela yang sengaja dibuat dari bahan yang mampu menyerap
bunyi yang jatuh pada permukaannya, misalnya model jalusi Qalousie atau louvre') yang dilapisi
bahan lunak pada sirip bagian dalam (Gambar 10.4). Secara persentase aliran udara, jendela jalusi
ternyata cukup baik dalam mengalirkan udara, yaitu berkemamptan 75Vo.
Namun demikian, selain persentase aliran udara, peletakan jendela inlet dan outlet }uga merupakan
faktor yang penting dalam menciptakan sistem ventilasi silang (cross-ventilation). Ventilasi silang
Pada keadaan tertentu
geser atas
tunggal 45%
geser atas
ganda 45o/o
jalusi 75%
gantung alas
75o/o
Gambar 10.3. Beberapa model jendela dengan persentase udara yang mampu dialirkan
menggunakan jendela tersebut (Moore, 1993)
'laluJd Juoq
-Juueq {upr] reBe '8uoro1 Sulpurp uped nluelrel uu8uuruel ue>leldrcueur ue8uep rplepe e.,tuure1 rsn1o5
'3uoro1 uuulnurred eped sn{rp lBJrsreq Suui
uu4srdularu uu8uap
lurreleru nele dure,(ualu
lerroletu
ISEIBIp lEdep IuI uuEpea) '(sa,wt-Surpuots rtete saoqca-ta17n1[13uu1nreq uulnluuued rpuftel
4epr1 ru8e
reseles nule SuoJol uped ue4n1:edrp u,(ueq .toopul {psn{e ue8uecuer e,{uunur3 'ue1n1.redrp Susrel
tooput EJBces {Ilsn{e uB8uecu?J 'snsnq{ ftres {rlsn>le ue8uucuer u?)lr{nlnql,ualu 4eprl 8uu,( unrun
ueun8uzq epud n1t Bffluatuos '(taxtru eleur) 1o.r1uo1 e[eLU ruedes >lruorDlelo uelupred uuluunSSueru
'rfunq
iirsr**ffi
', qutr eped uelrcrnp I{elol 8uu.( epoleu uapunSSueu uu8uep tnqesJel Surpurp lsuurquo{
ISPInSUI te18un ueelryed 3un1rq e1q u,(uurq nlred 'ueqnlnqel ue3uep runses r33ur1 3ue,( rselnsur
1e13uq PIIIrueu du1el tseplue,t 3ueqn1 uu8uep u{rsuurquo4rp 3uu,( Surpurp reSu 'e,{u1nlue1e5
'pce1 qrqey 3ue.{
JlIe oseluesJed n{rltrueru untueu 'JESeq BIuES .ttdureq 3ue,( elapuel rsuorurp rB>ler.uetu ue8uep ue{n>lelrp
ledup e8nl '.IIco l qtqel u,{utsuerutp 8ue,( ulepual ueluun3Sueru ue8uap qnduelp urules n1r 'lrceI
qrqel 8ue,( plul uurc>leTrrod'(S'0I requug) (1661 'rauqcel) uuun8uuq qnsurueru lues eped erepn
ueledecel uelle4Sutueu rytlvn pqrlo epuduep pca{ qrqel ?uu[. npt ueleunSSueur 8ue( rseplue,t ruelsrs
Ie>luiueiu ludup 'rur Iuq ITBSBL(uerrr {ruun 'ueun8uuq rlnserueru leus EJBpn uuledaJo{ uuunrnued efu
e>1 dupeq8uaru Suns8uul rypq 8ue,( iarut ue>larclod ue8uanlel undepy
-1pefre1 qelep 'ue1el qeru
'tqnuedrq ledep 1r1sn1e undneru ISBIIIuoA BrBJes uulure,(sred uSSurqas 'uu8ursrqe{ Joquns
uped depuq8ueru Suns8uel {upp 8ue,( qeru eped 1u]epe1 pqno uu:11qeqe,{ueur uelu u8nl ue8ursrqel
Joqluns epud Suns8uul dupuq8ueru >1upq 8uu,( tarut ue\etaled '{IEq le8ues rpelueu uuun8ueq tuelup ry
erepn ueJrlu eSSurqes 'uudupeq-req 8ur1es lapno uep tapl ue>1eun33ueu Suuf rselrtue^ tuelsrs qlepe
eiuueeynwted eped
t1ryet
uetleq srde1p neJe Jenqrq 6uel snpf elepuaf ppo1t1 '?'0 ] Jequeg
loJeI uPsrdPl
gzl
syee
AL qe7
126
Akustika Bangunan
Gambar 10.5. lnlet yang lebih kecil daripada outlet akan meningkatkan kecepatan udara saat
memasuki ruangan sampai 1 30% dari kecepatan udara luar. Sedangkan inlet yang lebih besar
daripada outlet justru akan menurunkan kecepatan udara menjadi 70% saja dari kecepatan udara
luar (Lechner, 1991)
,1*.|':5'
Hasil Akhir
Ketika tingkat kebisingan di jalan raya telah diukur dengan menggunakan metode pengukuran yang
benar, selanjutnya dapat kita perkiraan rancangan akustik yang diperlukan untuk memenuhi baku
kebisingan di dalam bangunan sesuai fungsinya. Sebagai contoh, saat kebisingan dijalan raya terukur
sampai tingkat 80 dBA, dan di tepinya berdiri rumah tinggal dengan baku kebisin gan 45 dBA (Tabel
2.4), maka rancangan akustik bangunan harus mampu menurunkan kebisingan sampai 35 dBA.
Ketika keseluruhan dinding bangunan terbuat dari batu-bata berplester tanpa lubang ventilasi, maka
dengan sendirinya tingkat kebisingan di dalam bangunan sudah memenuhi standar, sebab material ini
memiliki tingkat insulasi sampai 45 dB (sekitar 40 dBA) (Tabel 5.6). Ketika pada dinding ditambahkan
lubang ventilasi, maka tingkat insulasinya akan turun, sesuai luasan lubang ventilasi tersebut. Jika
tingkat insulasi kombinasi masih bernilai 35 dBA, permasalahan kebisingan telah teratasi. Namun
bila masih di bawah 35 dBA, ambil contoh 20 dBA sedangkan jarak antara bangunan dengan jalan
begitu dekat, sehingga hampir tidak terjadi reduksi kebisingan karena pengaruhjarak, maka peletakan
barrier adalah alternatif yang baik. Umumnya sebuah barrier yang tidak terlalu tinggi hanya mampu
mengurangi kebisingan sekitar 10 dBA. Secara teoritis, barrier yang terbaik sekalipun hanya mampu
mengurangi kebisingan maksimal 23 dBA (menurut bagan pada Gambar 5.14). Pada contoh kasus
ini, reduksi kebisingan bangunan baru mencapai 20 dBA (endela) + 10 dBA (barrier) = 30 dBA,
sehingga masih dibutuhkan insulasi sebanyak 5 dBA. Kekurangan ini dapat diatasi misalnya dengan
menaikkan ketinggian barrier atau memperkecil dimensi jendela, sehingga nilai total reduksi menjadi
35 dBA.
euBSursrqe{ uerlsuelu
uJelep Dt.ttDq punos rpnqos lrurslelu uBndIuBue>l qE{-YSp EdBJeg 'ueBuISIqe{ uqBIBSeuJad
rsutu8uatrr IE33un1 EJBJas ndIuBIU {uPp W{SulJes undqales {leqJel Euef, nunq punos t4efiqes 'V
(uelsls ue8uep BISeuopuI Ip
iuEAuBru tuslup uep uu8u?ru BpBd e>IIlsn{B
'E
ueun8ueq epud ue8ursrqe>l uBqEIesBIIxed unlllepusSuetu >lruun qnduellp ldp 8uu[ qe{ede
pq-luH
-ouopq ruedas Suuqure4req ere8eu upud uululrdet tp ueun8ueq uBBuIsIqe{ uequpue8ued EdeBueN
,,
:r a
'I
lratilt?i!.Pt&strffi
uBr[I]BT luos
LZI
slree
0L qeg
Bab
Ewir:tnl;:r::
11
1.
Untuk memperkuat bunyi agar dapat didistribusikan kepada lebih banyak khalayak dalam tingkat kekerasan
(kejelasan) yang mencukupi, Keadaan ini biasanya diterapkan dalam ruang auditorium yang besar.
2.
Untuk memperbaiki kualitas bunyi. Keadaan ini diterapkan dalam studio untuk memperoleh hasil rekaman
yang berkualitas terbaik, seperti bunyi yang jernih dan mantap.
3, Untuk memperkuat bunyi sekaligus memperbaiki kualitas bunyi. Selain bertujuan untuk mendistribusikan
bunyi pada lebih banyak khalayak, diharapkan bunyi yang didistribusikan juga memiliki kualitas yang
lebih baik. Keadaan ini biasanya diterapkan dalam model penyajian langsung (bukan rekaman), meskipun
pada akhirnya kualitas bunyi yang dihasilkan tetap tidak sebaik pada saat dikerjakan di studio.
Pedoman umum yang dapat Cigunakan sebagai acuan untuk menentukan apakah suatu ruangan
dengan banyak pemakai membutuhkan sistem perkuatan bunyi buatan adalah sebagai berikut:
Keadaan akustik alamiah ruangan suciah sangat baik, yaitu ruangan telah memiliki tingkat reverberation
yang cukup untuk menyebarkan bunyi pada pemakai dalam jumlah tertentu, dalam hal ini penggunaan
perkuatan bunyi buatan tidak diperlukan. Penggunaan perkuatan bunyi buatan pada ruang semacam ini
justru akan menurunkan kualitas akustik ruang tersebui, sebab sangat dimungkinkan bunyi hasil
reverberation tumpang tindih dengan bunyi perkerasan buatan.
.
.
.
Auditorium dengan tempat duduk di bawah 500 kursi dengan penyelesaian akustik alamiah yang baik
umumnya tidak memerlukan perkuatan bunyi buatan
Auditorium dengan tempat duduk 500-1000 kursi mungkin saja memerlukan perkuatan bunyi buatan,
tergantung pada kualitas akustik alamiah pada ruangan tersebut.
Auditorium dengan tempat duduk di atas 1000 kursi umumnya memerlukan perkuatan bunyi buatan,
sebab akustik alamiah tidak dapat memberikan kualitas bunyi yang baik pada jumlah penonton lebih dari
1000 kursi.
'punos
lulsrl rorauo qeqnouoru
JAXeAdSpnO"l
al
auoqle,,
rpefuau,r
ehe>1
rpefue1
dlsulrd'l'tl JpquBg
,,IcBqpoaJ,,
elulreqos
r1r.r1sr;
r6teua
'l'II JBqureD uped uerysertsnprp rzlaTs(s punos uvlelered ufte>1 drsurrd'runrun BJscaS
'r,{unq uesulel>1upne>1 uu4uqlle8ueur ledup 8ue,{ 'qse r(unq undurnueru 3uu,( 'lnluuruetu
3ue.( seluqured ueruele up uelntuud r,(unq e,(ulnsuru ueurlSunruel uulrleqredrp ufue,(8o,(es
'srxo fio l,(unq depuq.rel eled 8ue,( uogoqrtu ueru{Btuad epe6 'sryo !{o r,(unq lnqesrp uoJoDlrju
lnp "OLZ - o96 e.(uqere 8ue.( rfunq Suupes 'stxD uo erens lnqasrp ("9) uo;orryur uudep rp Suns8uel
{BtelJel 8ue.( r.(ung '(sure1 nlelJe1 >1epp 3uu,( r,l,unq roqurns lJBp lesuJeq undqsew 'se1el uep qrurel
teSuus >lnsuur 8ue,( r.{unq) r33un u,(uuualedel te>l3un unruuu 'elus nlueuel qprp nles r.rep r,(unq
BrurJeueru esrq ufuuq 8uu,{ uo;or1ru e8nl epy '(qtu:ef SuemlTseiel Suurnl {nsetu 8ue,( r,{unq) quruel
u{uueulede>1 1e13ur1 rde1e1 'qe-re up8es uep r.(unq delSueueur BSrq 8ue,( uo;or1ru upv'ntueuet qBJB
uup 3uu1ep 3ue( r,(unq delSueueru uoJoDlrru uundrueruel qelo ue{ntuollp uoJoDlrru uee>1ede;
'auoqdonnu auoz alnssald uep
auoqdonrw ctu)ap'auoqdo-rcnu aApL :qulvpe rur auoqdo-rltw iasuapuo) uo3e1a1 uelep >lnsuru 8uu,(
uoJoDlnu sruef edereqeg 'ue8uenr ruBIEp rp ueluun3rp {oroJ qrqel eSSurqes {BSnr qupnu te8ues
rur sruel uoJoJ{lW 'uru8zr;erp ru8eqes rs8ungreq uep lure3req r3u1 u.(un1us uup 'srlels rsrsod eped
lnlueq,req rolrsudul enp uuleun3Sueu ue8uep uhe>1eq 3ue,( uo;o.npu qEIBpV
uuSur-rrd n1u5 'uuSuurd
auoqdo.rctut nsuapuo)
'srdq le8ues
BuaJe>l
uyrq
{lBq r{lqel Suef ueulede{ D{llruetu rur uoJoDIrI J '(ruti Z) retouuoDlrru Z Julp{es uBIBqe}e{ uern>ln
ue8uep 'srdr] le8ues 3uu,( plau 4rd uelureleu uurudtunl uu>1nq e,(u.rol{npuo>l eles u,(uuq 'leu8eur
uupetrt uuleunSSueru n1rc,| 'sauoqdo"tcttu ctuonip ue8uep erues e,(uulral urec 3ue.( uoJoDlrru qelupv
auoqdotcltu uoqqy
'JBpn ueuu>lel Bues nqns uuguqruad uep ueJnluoq depeqrel uuqel 8uu,(
u,(ulugrs eueJu{ 'uulure8 1e(uuq ueluunSSueru BuuK ,a,u1, ue>Inlunued {nlun nulu ue8ueru runl rp
reledrp {oooJ rur sruel uogoqryrtr 'ue.redunl r{BIBpB reledrp 3ue.( rotlnpuo; 'leu8uur uupetu nlens
urelep Jol{npuo1 uulereBred qelo rslnpordrp 8uu.,( ry41e1e p,(urs ue8uep uoJor{ru rlBIBpV
auoqdonna clurouf,q
UoJoDITIAI'r'rr
6Zl
wolsls
l,
L qeg
130
Akustika Bangunan
Windscreen, yaitu objek seperti membran (dari bahan tipis lunak) yang dipasang langsung di
depan mikrofon, berada antara sumber bunyi dengan mikrofon. Alat ini bermanfaat untuk
mengurangi tekanan nafas manusia yang akan diterima mikrofon. Windscreen juga bermanfaat
mengurangi poping (bunyi "bek-bek") pada saat pengucapan konsonan p, b, dan k. Alat ini
iuga melindungi mikrofon dari kelembaban (misalnya ludah manusia) terutama pada condenser
microphones yang sangat rentan terhadap kelembaban, dan dari debu. Windscreen umumnya
terbuat dan foam dengan pori-pori besar atau kawat melingkar yang bagian tengahnya diisi
kain nylon.
Efek proxintity adalah kemampuan mikrofon untuk meningkatkan kualitas suara manusia
menjadi lebih berat/mantap, yaitu berupa alat yang dipasang pada mikrofon untuk meningkatkan
respons bass. Dengan peralatan ini, jenis suara yang terlalu kurus/kering (Jawa: cempreng)
dapat diperbaiki. Efek proximity akan menguat saat suara mendekati mikrofon dan melemah
saat suara menjauhi mikrofon.
Peredam getaran adalah objek dari bahan lunak (karet atau spons) yang dipasangpada stand
atau penyangga tempat mikrofon diletakkan. Penambahan objek ini bermanfaat untuk
mengurangi imbas getaran dan kebisingan yang tidak dikehendaki. Peredam ini perlu
ditempatkan terutama pada mikrofon-mikrofon yang sangat peka.
diafragma
%ffi\N
kumparan
bergerak
konduktor
elektrik
konduktor elektrik
lempengan
celah udara
elrlserpor! loc
ueryneqwaw bueA
----- I
-@_x
_.\\
:ln{lreq rc3uqes rnlerp u,(uue1e1e1ed 'oara$ pseq uapudepueu
1n1un uelSuepes 'r,(unq Jequns dupeq8ueru Suns8uul rsrsod epud uoJoDIIIu ruus ue>plutoleur nped
e,(ueq u1r>1 'ouou lrserf uu>lludepuetu {nlufl 'olprus ruelep tp uelel8e1 epud uolderelp ry,(ueq u8n[
(8uns8uu1 uellus) Suns8uel uu1u1e1ed {ntun umles 'rur uu{Btelod {U{oJ 'oara$ nele ouolu sulqenl n1rc,{
'uollrseqrp ur8ur 3ue,( r.{unq selrlenl ueBuep rcnses uu>lepeqrp ludup u8nl uogor4lu ue{Bleled
'uu{lerurunurp ledup W11dlp 8ue( uu1u1a1ed lepou uu8uernlel uSSuqes 'uu{n{BIIp 3ue,( selntDle
ue8uep uu{runsesrp >lntun uu8uurn{o>l usp upqrqelal DIIIruou lnqesJq ue>pleyed Surseru-8urse141
'(auoqdotctlu aa$spuoq) nluq ;eqey eped uu>ltldeltp 3uu.( Ilce>l uoJoDIIu nBlB (ssalan*t) 1eqe4
edu4 uogor4rr.u sruol 1e>lsdp '1urel tsedrsrlue8ueur 4nlun e,(uurmull 'ueqnlnqe{ }runuetu
?.Auqlp nule qupurdrp usrq 8ue.( uoJoDIIru ue1u1e1ed ruelsls t{EIBpB stutDutp otDcas unpppd .
'(eleu sele Ip) {npnp rlu,(ued {nlun uup Irlpreq llufuad 1.r.lurr puDts
udnreq tedup uoJoDl\ut puDls'Brsnueru ue8uqe4 uu8uep tu13ut1es speJeq EuaJe>l 'ue>geputd
-qupu1d1p ledup qISBur untueu 'yqe1s dnlnc uoJoDIItu >lulel 'IuI ue4e1e1ed epe1 'Qtuo4s)
u88ue,(ued ue>luunSSuetu ue8uep uoJoDIIru uu1ule1ed ruelsls qulupu sltDisruuas uupppd .
'1urdo1e>1 nBlB Joo>l
Iuodos rlu,(ued 4u.(ueq ue8uep uepdueued uped ruledtp u,(uesurq ruI Iuodos
uu8uusuue6 'uo;e1d eped Sunluu8lp uu8uep ue>pleled e,(qesrur 'u,(ursrsod I{Eqn-quqnlp qepnur
eSSurqes 'ursnueur ne>13ueftp qupnu {epll 8uu,( uuleleyed ruelsrs nlre,{ sltDts uulzpPd .
lupq
:rpelueu
uolupaqrp uoJor{ru ue1e1eled 'e,(uselrpqoru ltunuetr{ 'ta4oads rsnqusrp uenulSuul eped 1e1epe1 1epr1
uoJoJ{ru e.{u4eqes '(uoyorryru UBIBp o>l .ta4oads uep r,(unq 1uqruo>l e,(urlnseu e.urlsrred) ycoqpaa{
edupulre1 rmpurq8ueru Intun unr.ueN 'Dlupuoqo{rp 8ue,( rsrsod renses ue)p{E1epp ledep UoJoDIIW
ItL
L qeg
132
Akustika Bangunan
Sound Source
(Misner, 1994).
Peletakan XY (coincident pair). Teknik peletakan XY sangat cocok untuk menangkap bunyi
yang berasal dari banyak sumber dan berasal dari berbagaijenis sumber, misalnya pada sajian
koor atau musik orkestra. Pada peletakan ini, umumnya digunakan dua buah mikrofon dengan
jenis condenser yarrg peka terhadap bunyi off-axis yang diletakkan dalam posisi membentuk
sudut 90o. Posisi penyudutan dapat dilakukan secara vertikal maupun horisontal, artinya dua
buah mikrofon dalam posisi horisontal saling membentuk sudut 90' atau dua-duanya dalam
posisi vertikal.
sama dengan peletakan
ini,
pair.
XY
Peletakan AB (sejajar). Pada peletakan ini juga sangat dianjurkan untuk menggunakan dua
jenis mikrofon condenser yang peka terhadap bwryi off-axis, yang diletakkan secara paralel
atau berjajar dengan sudut 180'padajarak sekitar 1,5 meter. Peletakan ini cocok untuk sajian
live pada jenis musik rock atau pop yang tidak menyajikan permainan instrumen terlalu detil.
Sebaliknya peletakan ini tidak cocok untuk sajian koor atau musik klasik yang umumnya
menyajikan permainan alat musik secara mendetil. Jarak penempatan 1,5 meter seringkali
dianggap cukup jauh sehingga terdapat area di antara dua mikrofon yang tidak tertangkap
sebagai input.Pada keadaan ini perlu diletakkan support mikrofon yang diletakkan di antara
dua mikrofon utama.
11..2.
*fiaHm
ini berfungsi untuk memperkuat masukan (input) bunyi yang telah ditangkap oleh mikrofon. Pada
prakteknya, seringkali tidak hanya diperlukan amplifier untuk memperkuat atau mengeraskan bunyi,
tetapi juga diperlukan alat untuk mendapatkan kualitas suara yang lebih baik. Proses untuk memperbaiki
kualitas bunyi disebut sistem ekualisasi (equalization). Amplifier sendiri hanya merupakan bagian
kecil dari rangkaian sistem ekualisasi.
Perangkat peralatan ekualisasi diperlukan untuk mendapatkan warna bunyi dan keseimbangan
harmoni yang tepat. Seringkali kita jumpai bahwa bunyi yang masuk ke dalam mikrofon tidak bersih,
kurang jenih, kurang kuat, terlalu 'treble', terlalu 'nge-bass', atau terdistribusi kurang merata.
Kekurangan-kekurangan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan sistem ekualisasi, dengan alat
yang disebut equalizer. Perangkat ekualisasi memungkinkan operator untuk menghilangkan frekuensi
atau kelompok frekuensi tertentu yang menurunkan kualitas bunyi dan meningkatkan frekuensi tertentu
yang dapat memantapkan kualitas bunyi. Sebuah rangkaian lengkap yang terdiri dai mixer preamplffier, equaLizer, dan power amplifier akan memisahkan bunyi dari kelompok frekuensi rendah
dan tinggi untuk masuk pada bagian yang berbeda dalam speaker (peralatan pada rangkaian terakhir
!*,-
'ue{}B>I3uI1Ip
uup r>lruqJodrp >lupueq r,{unq setrlun{ Itap udeJaqes rudruus uelSuuqtuluedueur npad et11 'tudel 3ue,(
ranl\nba uunduuuel uup sruel qrlluleu] >lnlull 'uundruuuel tnlSuD uBp 'lepoul 'sruel tu8uqraq tuePp
razqt)nba rudurnl u1q ludup 'r33ur] qrqel 8ue,( selo{ eped 'alqaQ uep ssD{ Ioquot ednreq 3ue.( orper
nvle adry epe<l yrttuoc auot rJelepv Eueqrepes taztlonba IrBp I{otuoJ '(r,{unq uelunryed tuelsls IJup
UeUenlg)l P Lunleqos
uep Jelee7Al uelep )inspu uelqestdrp ue1llseLllp 6ue,{ elens eueul lp SUS efJe} I;}ELUaIS
'l}'}}
./AJOOi14
Jeqrxpe
(relooM)
)ruolllale ueleleJad
(reloal l) re)ieedspnol
uroq (3g)
r(cuanbetl qOtg
Ja[]al
------+
nzpnbe elaw uebuep yrsnw opnls qenqes eped )ole.tado 6uent eueseng '01,'r! Jequeg
!ue^o!e uedol'4oq
tt t
134
Akustika Bangunan
u.g. Speaker
Speaker atau sering pula disebut loudspeaker adalah peralatan terakhir dari rangkaian sound system.
Speaker berfungsi untuk menyampaikan hasil bunyi yang telah diolah oleh amplifier dan equalizer
Sebuah kotak speaker terdiri dari dua speaker, yaitu yang mengeluarkan hasil olahan bunyi dalam
kelompok berfrekuensi tinggi (biasanya disebut tweeter) dan yang mengeluarkan hasil olahan bunyi
dalam kelompok berfrekuensi rendah (biasanya disebut woofer). Bagi penggemar audio, speaker
yang terdiri dai tweeter dan woofer saja seringkali dianggap menghasilkan bunyi yang kurang
mantap, maka kemudian ditambahkanlah speaker ekstra yang disebut sub-woofer, khusus untuk
mengeluarkan suara dari kelompok frekuensi sangat rendah.
Peletakan speaker terhadap pendengar memberikan pengaruh sangat besar terhadap kualitas
bunyi yang akan diterima pendengar. Meski telah digunakan mikrofon dan sistem ekualisasi yang
baik, namun apabila peletakan speaker tidak tepat, sangat mungkin terjadi kualitas bunyi yang
dihasilkan juga tidak terlalu baik. Adapun cara peletakan speaker dibedakan menjadi (Egan, 1976):
Peletakan terpusat
Pada peletakan ini ditempatkan satu atau beberapa speaker yang saling berdekatan (terkumpul
dalam satu titlk). Speaker atau kumpulan speaker ini diletakkan di atas sumber bunyi, namun
masih tetap dalam jarak jangkau pandangan mata pendengar. Dengan penempatan di atas sumber
bunyi dan pada posisi dapat terlihat pendengar, maka diharapkan pendengar seolah-olah
mendengarkan bunyi asli. Hal ini dimaksudkan agar kesan nyata bagi pendengar dapat terwujud
dengan baik. Pada penempatan yang terlalu tinggi, sangat mungkin speaker terpusat tidak terlihat
oleh pendengar yang duduk di bawah balkon pada sebuah auditorium. Oleh karena itu, posisinya
perlu diatur sedemikian rupa agar masih tetap terlihat oleh pendengar di bawah balkon. Peletakan
terpusat mensyaratkan tinggi plafon minimum ruangan tersebut 6,5 meter.
Peletakan menyebar
Pada peletakan ini ditempatkan beberapa speaker di atas pendengar, dengan tingkat kekuatan
yang lebih lemah dibandingkan dengan speaker yang digunakan pada peletakan terpusat. Speaker
yang terlalu kuatjustru tidak diperlukan, karena dengan posisi menyebar sudah terjadi perkuatan
bunyi antar speaker. Peletakan menyebar dipilih apabila;
Jendela kaca
9t
fu66i leuqyy)
slteq
6uel ilunq seilpilt ue>lledepuew 4ryun rcqeiuew ue4e\e1ed ,,lleweJss .?!.,! requBc
S 'uErxrurep
unuel
\____
reqasJol ue))elelrp
,:eleedspnol
uoplopd 'g!.lt
JeqlueC
.________)
lr
tt
H>
euoc, IopouJ
)erel
we$E
L qeg
136
Akustika Bangunan
Pada peletakan menyebar, harus diupayakan agar pola jangkau masing-masing speaker
tidak tumpang tindih sehingga tidak ada pendengar yang mendengar bunyi yang berasal lebih
dari satu jangkauan speaker. Namun demikian, untuk hasil yang baik jarak peletakan sebaiknya
lebih kecil atau sama dengan jarak dari plafon ke lantai. Pada auditorium dengan kapasitas
penonton yang besar, yang kemungkinan menghasilkan selisihjarak antara bunyi asli dan pantulan
lebih dari 15 meter, pada speaker perlu disertakan alat yang disebut time delay. Alat ini berfungsi
menunda keluarnya bunyi dari speaker, sehingga penonton dapat mendengar bunyi asli dan
keluaran dari speaker secara bersamaan. Hal ini akan menghindari munculnya bunyi yang
bersahut-sahutan.
Monitor speaker
Pada auditorium yang memiliki panggung, peletakan speaker secara terpusat atau menyebar,
akan didampingi dengan peletakan monitor speaker panggung yang digunakan pemain di
panggung untuk mengontrol bunyi yang dikeluarkannya. Monitor speaker biasanya diletakl<an
pada lantai bagian depan panggung, mengarah kepada pemain dengan sudut kemiringan tertentu.
Agar tidak menimbulkan feedback (bunyi 'nging' yang muncul karena bunyi yang dikeluarkan
speaker masuk kembali ke mikrofon), biasanya digunakan speaker dengan kekuatan input rendah,
yaitu antara 100 Watt sampai 200 Watt. Umumnya digunakan dua sampai tiga buah speaker
bersama-sama. Pada panggung yang sempit dan memiliki plafon cukup rendah dengan lebar
yang sempit, monitor speaker dapat diletakkan tergantung pada plafon panggung bagian depan
menghadap ke arah pemain.
Dalam situasi yang memungkinkan, peletakan speaker secara terpusat lebih dianjurkan ketimbang
peletakan menyebar, sebab peletakan ini akan membawa pendengar pada suasana yang lebih nyata.
Yang perlu diperhatikan saat menggunakan rangkaian sound system adalah memeriksa peralatan
tersebut sebelum digunakan untuk kegiatan yang sesungguhnya. Pemeriksaan meliputi memastikan
peletakan mikrofon berada diluar pola jangkau speaker, sehingga bwyi feedback yang amat
mengganggu jalannya aktivitas dapat dihindari.
Pada penggunaan sistem perkuatan bunyi buatan untuk suara manusia saja (tanpa bunyi tambahan,
misalnya: musik), seperti untuk pidato, tidak diperlukan speaker ganda yang terdiri dari tvveeter dan
woo.fer.Ini sengaia dimaksudkan untuk alasan penghematan, sebab, suara manusia umumnya tidak
berada pada kelompok frekuensi rendah (tidak berada di bawah 63 Hz).
Soa-l
1.
2.
latihan
Kapankah sebuah ruangan membutuhkan sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi buatan?
Apa saja yang menjadi rangkaian peralatan untuk sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi
secara buatan?
3.
4.
L-
gp 6L
=uu{ndunt
gP69=
0l-61=
0I8ol0l-gp6l=
tol 0I -
u"lndunl
gJ =
lE88uu gJ
:ge,t\?[
",
uup qung
o, ,unr"otl'rti'rrf-t
iffijffiif
.z
gpSg=
t'0'0I +8L=
S3ol0I+gp8l=
u 3o1 91 *
Iz3Sunt
gJ =
w{ndunt
BI
:q?.4Aef
,nrnu*nrgJ
f,
gp 8t ue{J?nle8ueur
Surseru-Surseur
uelefuelrq
z svg
'**' ul"T;1;',?Y;=':,
:qe'r?r
iz7 ue1e.{uu1rq
ztunlB I e-}I' t'E=tI
u oz -zr
u 9 =t.r mqptalJc .V
,(6'B)tl't' t
zunlelAl=t I.n-="a
,titv
=t
;7
rrr
u3 d
UI LL,O
:qp,/y\e[
ue1e,(ue1rq
6'8 - l
l0'0
dr Inqele{lq
_\nn_{
t =v
;y
rt
'
:gu,{\?f
lnt
Qf[ =
1tt = I
zH
lep/u-t
uu1e,(uu1rq
rnrpte{rq
.Z
.I
,.
,.
I gvfl
:
,:: r i
r:
r:::sit,rir]tsi#Wffi
t_
138
3.
7l dB *-80 dB
75 dB
'76
dR
--=80d8
--------- -
= 79
--'
--'
93 dB ----________
dB
= 90 dB
81dB-.-.- --'
4.
oJU
E
o,
=
20
lo
70
10
Lso = 70 dBA + 2
10 + 5 + 5) = 500
(500)
x =2
dBA = 72 dBA
10 + 20 + 25
15
10 + 5) + 5y
0,99 (500)
5Y=50
Lr =90dBA+4dBA=94dBA
Sehingga
81,46 dBA
5.
830
o
Ezo
o
;
l.i
10
J=4
' autoqarnpnus
rpeluelu zuoqtlD eJEces uulBqrueJed r{eqnSueu ndr.usur
?88urqes 'luqeq JEIoB uenduruure{ Hllr-rueru 3ue,{ qepue; rsuen>le4raq r,(unq-r(unq e,(qesur rgedes 'ueun8ueq
rnl{ruls
ue1m1e83ueur
redrues
sruel
uele
r,(unq
uelurlSunurrp
lequruJelu
e,{uuu1en1e1
'dn1nc
eIg
le8ues
'autoqtm eJeces luqrxBrelu uu{? e,(uurpues ue8uep'erepn ulnrpetu tuelep rp rele8req 8ue,(
letqo {ruun nlr
eJelueures 'punos prtdutt ruSuepueu u?)p lnqesre] Brepn qelo rdnlSuqrp 8ue,( Suero eSSurqes .e,(ure1r1as
rp urEpn e{ {nseu 'JnDlruls lrep Jenle{ t,(unq uelsnreuelu lnqesrel rnl{ruls euereJ- autoqtrr rpufueu uzle
autoqarnQnus eJeces uelEqlrrered 'dn1nc 3ue,{ setrsuelul DIIIIluaIu lnqesJel r,(unq u>Il1ey '(autoqatnlcn4s)
IJIpues nll rnDlnrls eped leqururelu ue{e Qtunos podwt) uuun8ueq Jru{ruts epud yncunu 6ue,( r,(ung
,. ii
.I
g3
t svs
'gp
,t
1e>13ur1
i:r
ti r,
rir
ig.:H;*ffi
's
urnurs{eur ruIBg
'.I
'(
ue1n1urued
>1n1un
redecueur ledep
r uupf
ue8ursrqe>1 1e13uq
eleur
e,{uqseues 3ue,( ueeJepue{ qelo mplrp r ue1n1urued ue8uep uelel u41 ',( urntursleru
( ue1ruurued ue8uep ueleluelSuepes '.r ue8ursrqel le4Suq uellrseq8ueru
Iunurls{Blfiue Blrlredrprue1n1urueduu8uepuepfqenqeS'rrEEJepue{uEtude:e1uepsrualueryeseprequnsnsrp
e(urunurn ue1n1urued nleq eue.rel ueplrp ue8ursrqal ue4elSurueru uelu mpq rqrqeleru 3uu,( uelelue1ruurue4
'uep[ uu8uep uelesa8req 8ue,( epor uep
}od1eu>1
,Z
'ue8ursrqel Eluepueru letsuelod lu8uus uupfrdel Sueluedes rp uuun8ueq uulqeqe,(ueu rur usup?e)
'uuun8ueq nlnueru sesle re8eqes tnqesJel ueun8ueq ue8uep uetelepJeq uulel rudrunfip qelpsed ueun8uuq epz
uu?Iu IC 'uepf uep uelqusrdrp ledep 1epr1 uuun8ueq u?Epureqe{ uelSuepes 'rolouueq weJupue{ uuuunt8ued
u,(u1u13urueru sruel uuers{ ueun8ueq Dlnstueru ?ue,( ue8ursrqa4 pseq8ued Brueln Jequns rpelueru uepl
'I
i i !i!1::1:iEpf,#8ffiffiffi
SYfl
YIJP ZIIOL =
rl)
i.0
8'29
=
* or, _
0".,
eSSurqeg
t-I
z
zg
29 + (8 + SI + SZ + OZ+ 9I + 0I)9
'I1 Sunlrq8ueu lntufl
0Z= Ig
(oos) oo'o =
(8+(9t+SZ+02+9I+0I)S
osT
8'0 = x
0Z= x9z
(00S) 9,0
- x;Z + (OZ+gt+Ot)S
009 = (9 + g +
gp Zg = 061
140
2.
3.
1:125
1:M
1:32
1:16
Rasio EE
1:4
1:2
1:1
2:1
4:1
8:
o 5 @ rs zo 25 30 35 40 45
50
55
60
DB
Nilai insulasi yang hilang adalah l0 dB, sehingga nilai insulasi kombinasi
adalah
45dB-10d8=35dB
4.
l:2
1:250
1:125
1:il
1:T.
1:16
Rasio
1:8
1:4
1:1
2:1
4:1
8:1
10 15@
25 30 35 40 45 50 55 60
DB
Bila insulasi material tebal 50 dB dan insulasi kombinasi 30 dB, maka nilai insulasi yang hilang adalah
20 dB.
Bagan menunjukkan bahwa titik pertemuan antara rasio 1:2 dan insulasi hilang 20 dB adalah pada
kurva selisih 25 dB. Oleh karena itu tingkat insulasi material tembus pandang adalah 50 dB - 25 dB =
25 dB
lu
t*r, rul
I I
:tn{rreg re8eqes uuryeqrue8rp ledep leos epud
uuupeey .t
ue8g uep eouer,t&e-I BInLuJod ue8uep ue8unlrq8ued eruluu gp 8 r{rsrlss ?p? Jeseq sr.le8 eleces uie,(u.re1
'g;p ZZ qqppe qelorsdrp 8ue,( erens rs{npar e,rqeq ue{nurele>Ilp ue8eq rn1ule6
(zp) rsuenlerS
0008
000t
000t
009
9Z'A
'.
#.-'
$
t/,
fJ
0
o
o
E
a.
rl
/_
-/
*+
-7w1
ozo
720
-zt "
t!
9'6_
n9
uEAg) L'9 =
"H
zu/N
0l '
ar gp
0
=
=
=
'0[
6911 3o1
gi
E9'02 30t 0I
lll=t'--;-=^
.reiiurr{ssre'o=ffi=z
t'0
z\) (t
u'ii='
Y
:n1te,( 'eueq.Iepes
BueJeX
:qe,^aeI
laaJ8=w9'Z=H
laaJ8t=tugl-O
leel
9'6=1lr=U
= "/
,tz - n rnq?le{rc
zH 0001
$plu)
'z
u?Jn{n/rsuerulp .
rsrsodTuelelelod .
IULToIUIU
:o11eg .t
s svs
142
o = tr5'+(1,2)2= 5,14
,.b=r2'+(0.7)'=2.11
* 10,5f =t,oz
= 1F
Sehingga:
5 =a+b+c
= 5,14 + 2,11
7,02
= 0,23
Dengan 6 = 0,23, menurut bagan reduksi BRE/CIRIA, reduksi bunyinya adalah sekitar 12 dBA.
Reduksi
dB(A)
Zona setel ah barriel
-15
-'t0
-5
0
0 0,23 0,S
0,5
1,5
5=a+b-c
BAB 6
1.
r=7m
Ditanyakan PWL?
Jawab:
=
"-
0,01)
+(l2x 0,05)+(12x
0,01)
u=W=0,026
D-66.0.026 .
r(=
l_0,026
PWL
,
t-
70
=67.71
tolog[----]- . -:--1
7o -lotog
- '"'""
67'74 =
L+ ' 3'14 'i
)
0.13
70
-(-8.9)
i8.9 dB
0.16.5000
(5000x0,03)+(600x0,04)+ (100x0,7)+(70x0,4) +(300x0,3) +(300x0,1) + (400x0,3) +(450x0,46)
A\o'7/.
l-'Eun38ued qeJe e{ uurue,(u 8uern1 Suupued lnpns ue4edupueru Suef uoluoued geluel epud
uer8eg upe 'r8esred ludrue lnlueqraq e,(uru1ue1 upq eSSurqes 'o961 Surseur-Eurs?u Jeseqes 3un33ued ueuel
u11 8un[n u?p pepl lnpns reseg usp eledel uelSuqerueru uduel ueue{ e{ uep lrp{ e{ plol ogt Jeseqes ?rsnueu
Suepuud tnpns uuseleqrelel e.{uepu eueru{ Bpn{ Iedel ruedes rptu?l {ruueq p{llrueru e,{quepr unuoupnv 'n
'ue8uenr srdeled uuqeq rselryrseds u.(urluu8rp rgereg deres uersrJeo{ uuqeqruad 'Wqn1p snreq 3uuru srdeled
ueqeq deres uelslJeo{ 'qeqrueq {upD 8ueru ueelmured uesenl BIrq e{Bur'3ueru srdeled ueqeq dzres uersrgeol
r 8ueru lnluequred uuelnuued suny 3 uep qeloredrp y euere) 'quqrueq sruer{ y'epegreq 3ue,( I uelpsuqSueur
1ruun u8Eulqes 'qBqrueq {Bplt^ eryw 'Wqruaq rypl1 unuotrpne rsuerurp eIq'(9I) ueeuresred uueurreEeqe5 'E
'u?]nq?s
{nqusreq qelo-qeloes 8ue,( r,(ung qellnqurp ?{eur 'u{ue{as InJunur {eprl ueynluud r(unq uue.rel rpuftet rur p11
'r,{unq ueselefleppe{ ueTpqDletueru uelu qeges {Ilsrul? lec?, uu{lnquJluerr ue{p (or1ca)epunyq uelntuurrrad 'Z
uu{etdrcrp
Aue K
(awu
uotwtaqtaot)
Sun?uap
'lnqesJel ue8ueru
lnlueqrued ueruele qelo
nl{E.r qelo uelnluelrp le8ues urnuolrpnu qenqes Ttsn{p s?tqen) ' I
.,.
IIA
sP
SP
I'99-
6'6I
SP gL
i:.iin;i;iiti{+gdffi
SYS
= z'fi
gP I'99 =
(tZt
flot
I9'0'0I+0S
00S 8ot)
GZttOO)
0t + 0S =
+ 0S = UN
3o1 91
:qe^luf
6211 uele(ue1rq
sP
sulqs
leaJerenbs
tzl
9t =
IlI
009 = z,
= ,ut zl = s
ap 0s = .IJ rnqele{rc
,g
gp9=
9'0'0I=
(OOt 3ot -
g6y
Eo1
(ootroot)
) 91 =
3o1 91
651
:qsldef
ig1,1 ue1e.(ue1r6
ulqes
urqes
00t = z,
00I = I,
mqele{lc
.s
ueurulepel .
8ueqn1 eere
uuwnl .
ro11eg
.n
f/aC
IIrePlt'l=ffi=t
(gt'O x OOt) + (t'O x e'gZg) + (S'O x E'gZg) + (ZO'O x q'ZOS) +
.
zw 9'9209 = g z(0O .
(eO'O
nt'|.
S'0
OZg)
_,
=i
alunlo^
wl
.t
144
BAB 8
1
4.
Dua hal yang menjadi kunci keberhasilan studio adalah: pengendalian kebisingan dan kualitas pelapis ruangan.
Prinsip akustik yang dapat diterapkan untuk mengatasi kebisingan di studio adalah memutus perambatan bunyi
dengan struktur ganda, seperti pada lantai, dinding dan plafon.
Studio umumnya tidak membutuhkan pemantulan bunyi di dalam ruang, karena tidak adanya penonton yang
perlu mendapat sebaran bunyi. Lagipula, aktivitas di dalam studio umumnya dilakukan menggunakan peralatan
listrik. Kebutuhan akan pantulan bunyi yang dapat memberikan nuansa lebih hidup pada bunyi (seperti untuk
suara manusia) sebaiknya dihasilkan dengan peralatan bantu (meja nrxer) sehingga lebih dapat dikontrol dan
disesuaikan dengan kebutuhan orang per orang.
Pintu studio adalah titik rawan perambatan bunyi. sehingga perlu dirancang sebagai pintu ganda dengan ruang
antara yang mencukupi, agar ketika pintu pertama dibuka, pinfu yang lain masih dalam keadaan tertutup untuk
meminimalkan perambatan bunyi.
BAB 9
L
Kunci utama pengendalian permasalahan kebisingan pada bangunan publik adalah pembagian zone antara
2.
Pemantulan berulang (flutter echoes atau standing waves) pada koridor atau lorong dapat dikurangi dengan:
merancang dinding koridor/lorong agar tidak persis sejajar, melapisi elemen koridor dengan bahan berkoefisien
serap tinggi atau melapisi elemen koridor dengan bahan bersrfat dffis.
-1.
Pada bangunan sekolah, idealnya ruang-ruang kelas terletak lebih rendah dari lapangan atau area aktivitas
4.
outdoor larnr.ya.
Layout ideal rumah tinggal untuk pengendalian kebisingan sekaligus memperlancar terjadinya pertukaran udara
adalah bentuk "L".
P.*P-
1.
Pengendalian kebisingan bangunan di tepi jalan pada negara berkembang seperti Indonesia lebih sederhana
daripada di negara maju karena kendaraan bermotor yang lalu-lalang di jalan umumnya berupa sepeda motor
atau jenis kendaraan bermotor lain dengan kapasitas mesin (cc) kecil. sehingga tidak terlalu menghasilkan
getaran, berhubung spektrum bunyinya berfrekuensi tinggi. Oleh karenanya, bangunan cukup dirancang untuk
mengatasi perambatan bunyi saja, tidak perlu sampai untuk menahan getaran.
2.
3.
Hal-hal yang dapat ditempuh untuk mengendalikan permasalahan kebisingan pada bangunan di Indonesia dengan
sistem akustika luar ruangan adalah: penataan layout bangunan dan peletakan sound barier dengan posisi lebih
dekat ke jalan (ideal) atau lebih dekat ke bangunan (altematif berikutnya), serta dengan ketinggian tertentu yang
masih memungkinkan te{adinya aliran udara untuk berlangsungnya ventilasi alamiah dalam bangunan.
Hal-hal yang dapat ditempuh untuk mengendalikan permasalahan kebisingan pada bangunan di Indonesia
dengan sistem akustika pada ruangan dan dalam ruangan adalah: penggunaan material kombinasi yang
menghasilkan tingkat insulasi maksimal, peletakan lubang ventilasi yang tidak menghadap langsung kebisingan.
serta pemakaian material pelapis ruang yang menghasilkan kualitas akustik sebagaimana diperlukan (apakah
untuk memantulkan atau menyerap).
4.
BAB
1.
2.
h\*---
to
11
Sebuah ruangan membutuhkan sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi buatan bila: kualitas akustik
alamiah dalam ruangan buruk (misalnya muncul banyak cacat akustik, seperti echo, penyebaran bunyi tidak
merata, dan lainJain) dan ruangan dengan kapasitas pemakai di atas 500 orang.
Rangkaian peralatan untuk sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi secara buatan secara umum terdiri
dai: input (dapat berupa bunyi langsung melalui mikrofon atau bunyi tak langsung dat', player), kontrol (anplifier dan equalizer) dan output (loud speaker).
Kualitas input melaluimikrofon dipengaruhi oleh:jenis mikrofon, peletakan mikrofon, dan peralatan tambahan
yang dipasang menyertai mikrofon.
Peletakan loud speaker yang ideal untuk ruangan setinggi 10 meter adalah peletakan terpusat.
Ieu3d
roleredg
SION
ouow
JISEW
auoJ
snllulJ
yota1
aganbnd w1ue1
Jopuo)
rselosl
uep Jenl e{ ur?Fp rrep qnrz8ued u,(urpefrel Irc{es sllr?s rselsqlueu Inlun sqesn
e(u{Ileqes uep tuelep e{ ftnl rrep qrue8ued u?perelu {nlun eq?sn
u313n{e{
ruueuel elnurroJ ueleun8tueu uu?uep ue8unlrqtued
sesord rnluleu qeleles 'e1Eue 1e,(ueq Irep qeloredrp 3uu,( 1e33unt e13ue
etues 8uu,( ueq?q rJ?p tenqrel
ue8ueteq {ntueq ul?lep ?1ep/uern{ntued pseq uuruqrueSSued u:ec
snsnql ureces rf,unq
uelruBuepueur nele e8u11q rtunpuyleur 1n1un re>1edrp 'e1ede1 sele uer8eq Inleleru
uEuEI uep ur1 e?ut1e1 erelue Sunqnq8uad uetuep e8u11e1 epud Suesedrp 3ue.( tep
urnululu uep runuls{Errr
ue3uedulrs uepnln,rued te8eqas qequel uup lecund rtndrleul 3ue,{ Sueqruole8
Sunei uep urcl eruuu 'lqIuBI dnlnc 8ue,( uulnlueured leqDle lnJunu 8ue,( r.(unq
lequrul dn>1nc Bue,( uulnlueured teqqe InJunIu 3ue,( r,(unq
1r1ap deltes Suequole8 nele ue:elnd qelurnf
Jn{ruel 8ue,( nlensas e,(uun:nt11teu er{Itueulp
uelqepurdrp4.luqnrp iedep
ueun8ueq ludurer
rsruluI
nlens e(u>lnseru
e,(uryIeqas
e3ur1e1 Sunpuryed
1e1e
rsBInsuI
s?lISUeluI
s>lepul
ueSoruog
urerSolsrg
auoqdpoag
luprosnurs Suequroleg
eIuec
Suneg
ISUen{eJC
Is?n]{nlc
Isqrs{al{
p?s?d
uolQatotd trtg
auot(I
AS?UIEIC
nurluo{sr(I
rsueturc
SNJIC
EunBueq
tf,
tautog
uo{lBg
IunrJolrpnv
{psn1y
rs?lnun{v
eIrlsn)IV
uep r[e,(ued e,{uepe rlndrleur 8ue,( ereoe nlens uu1ere88ue1e,(ueur ledural Suenr
r,{unq e.(uueled uup surel
ue14nlunueur 8ue.( r,{unq Suequrole8 IJep runtulurru uep runursrytu ue8uedurrs
uendtuuu,rel suDI {ltl nulu selug
ereres I,{unq uetuep uu8unqnq.req Eue,{ pq unrues
(ryu1e17rroe1) uenrrlte>l
4eq 3uu( r.(unq sulrgenl rudecuetu Iuep ereJ?lel net IsIJa]?u 'uulelered
opnllldury
SuequrY
i
I
146
Akustika Bangunan
Permanen
Rasio
Resonansi
=
=
=
Reduksi
Rigid
Sahih
Selimut akustik
Stereo
=
=
=
=
set
alat elektronik untuk medengarkan radio dan memutar kaset yang memiliki
kemampuan meghasilkan bunyi stereo lengkap dalam satu alat saia
bunyi yang memiliki frekuensi di bawah ambang batas kemampuan dengar manusia
Stereo
Bunyi
infrasonik
Bunyi
ultrasonik
Transmisi
Zona./zoning
A
a
a
=
=
valid
bahan lunak yang dipergunakan untuk meredam bunyi
kesan/sensasi bunyi yang seolah datang dari beberapa sumber meski sebenarnya
berasal dari sebuah sumber bunyi
(< 20 Hz)
bunyi yang memiliki frekuensi di atas ambang batas kemampuan dengar manusia
(> 20.000 Hz)
menerusnya energi gelombang bunyi
pembagian area menurut peruntukan atau fungsi aktivitas tertentu
total absorpsi dari masing-masing permukaan bidang batas ruangan (m2), yaitu E (luas permukaan
x koefisien absorpsi).
luasan area lubang (m2)
rata-rata koefisien absorpsi dari semua material pembentuk ruang (rata-rata ini dihitung denganjalan
menghitung masing-masing koefisien absorpsi dikalikan luasan bahan dengan koefisien tersebut,
dijumlahkan keseluruhan dan dibagi dengan total luasan pembentuk ruang)
jarak antara baruier dan pendengar
kedalaman lubang (m)
selisih jarak tempuh bunyi asli dan pantulan (m)
frekuensi (Hz)
D
d
=
d
=
f
=
I
- panjang gelombang (m)
tr
= konstanta (3,14)
H
= ketinggian sumber terhadap ujung atas barrier
I
= intensitas bunyi pada jarak (r) dari sumber bunyi (Watt/m2)
[
= tingkat kekuatan bunyi (dB)
m
= massa panel (kg/m2)
P
= daya atau kekuatan sumber bunyi (Watt)
p
= tekanan bunyi (Pa)
r
= kerapatan material (kg/m3)
P
= tekanan dalam Pa atau bars (1 Pa = 10 mbars)
Po = tekanan acuan (20 mPa)
SPL = sound pressure level (dB)
PWL = sound power level (dB)
NR = noise reduction (dB)
R
- jarak dari sumber ke barrier
R
= konstanta ruangan (m2)
r
= jarak dari sumber ke pendengar
S
= total kemampuan serap elemen pembentuk ruang
TL = transmission loss yang dimiliki bidang batas antara dua ruangan
|
= waktu dengung (detik)
V
= volume ruangan (m3)
y
= kecepatan rambat (m/det)
(dB)
'::::3;I1',#rJT jil?',:;:i:,i,:';;,;:::::::;\J,,,,,;;#i;1,J#
uopuo'I 'sserd I?rucelrqcrv aqJ 'u8rcaq )USno)V.tg6l .srepunus .G pue .q .uo1e1due1
pue (e1t16 uqol 'qnfn1 rcrpe 's?utpltng
nl
I
epBueJ 'suos
elunlo^
'ptruo)
asroN
{ro
''o3
.ure1g
Eur
^reN
pu? uSrsaq 2!$no)v '[16l .leeqcrhtr,reSuqleg
.t
,walqord
',*o8selg 'ep,(lcqte',tg
,(tlsre^lufl
asloN puv rat,W aeq)lttod o, ,riT
'uoltDuasslp
(Jt4d,uownpa|
Jo
,e{rlsgrpehi
Q7otn1o11 to{ suotln1og uBrsaq,ggg7..A.J
gII
'u{lslJ Iru){al
'?rrsnryv puolsDN
-tDutwas Surpaacot4'uuuDlnued ue8unlSurl 1nlun ue8ursrqe) Jppupts uep uptntuJed .S66I .ue,r\zrg .rJln-I
{ro
rreN 'suos puu .(e1r16 u\ol'(patryuy n{ spoqta|tl u7tsaq) ?utry7ry '3ut1oo2 'SuuoaH'166I 'ueqroN .rauqcel
uopuol "p]'I sreqsllqnd esuelrs peqddy'rllsnorv ptnpatnptv' Lg6l'elJuy'ecuer,r?.I
te'H.o,reEreqs8rueoy
pnuoyg'tLil'p
eue1e,(3o1 'refeled e{Elsnd 'rntlnrtsu{ul ese,(e>1e5 uep ueualeuehl ,002 ,.I ueqo5 .equopo)
Sn 'lucruqceJ re.&oC 'lleqrrel euerc pw sgeqod uqol ,(q petrpe
prjuo) asloN'*vorterqr^
teurn;169
pue uoqeerd
.{
{cr4ed ?ruunqJ
uopuo'I 'uod5
'ailDotd puo fuoaq1 :lottuoJ asrol1 Suuaau!?ug ,966I ,uesusH .H .l pue .V.( .selg
51gryg
'errqsueq8uqcng 'sse;4 .ftrsrelru61 uedg et4l'ruauawqv asloN ,ZL6l ,rlt."S1 ,q8noroqueuy
)fI
;o
to uotruU)fD
no[y puo pnq.1OOZ
. : ii :i
"' t'it
i : i :tt:;:; aii.i
i;a!, ri
ii; ii*1]FE?;;#ffi
Ce$.tfft:rti*XrS+tfeH.ffi]ffi
YXYISOd
LVL
INDEKS
tt r" r r
ffi&tr;qtr.
absorpsi
acoustic
frekuensi 6
gelombang 6
50
tile
108
perambatan 3. 4.
histogram kebisingan 31
noise 24,30
amplifier 132
anechoic chamber 113
spektrum
arah perambatan
bunyi
tekanan
warna
live
Hertz, Hz 6,7
hotel 118
difus 118
24
10
coincident pair.
dead
10'7
107
XY
132
condensermicrophone 129
impact sound 46
cubicle
infrasonik
insulasi 50
115
auditorium 9l
akustika dalam ruangan 93
akustika luar ruangan 92
difraksi
difusi
bias
dinamis 131
dinding 96,99
dinding 92,96,99
echo
kemampuan
86, 118,
melihat
panggung
rumah
baris
98
ketidakjelasanbunyi
99
raya 35, 36
faktor 38
kebisingan 45,126
jarak
sakit
50
area
107
maksimal
119
drainase 119
dynamic microphone
129
studio
protection 19,33,49,
pantul
ekuivalen
bunyi
proximity
121
130
sumber
30
balkon 97.
101
asal kebisingan 45
penerima kebisingan 45
rancangan akustik 126
selubung
124
haris
kantor
11
toleransikebisingan 27
flanking transmission 47, 50
Fletcher-Munson 12
flutter echoes 50,'79,86, 96, 118, 125
frekuensi 6,'7, 24, 66
rendah, sedang.
spektrum
tinggi
gangguan kebisingan 27
bunyi
gelombang
12
98
115
latar belakang
akustikal, non-akustikal 27
kebisingan jalan 39
bals 10
bias 96
bobot
bunyi 30
baris
100
tingkat kebisingan
bangunan
110
faktor
background
97
ear
efek
98
baris
antar
92
ketidaknyamananvisual 95
96
perbedaan ketinggian 95, 98
91
jalan
125
96
diskontinu
dead
96
kenyamananaudio-visual 96
fleksibel
interior
wall
99
bunyi 9, 10, 11
intensitas
area penonton 96
ganda, doubled
reverberation 99
85
19
Helmholtz resonator 84
area
14
headphone
kecepatan
ambient
analyser
hand held
rambat 'l
kekuatan 6,8
airbome sound 46
alat ukur kekuatan bunyi 14
aliran udara 124
ambang batas pendengaran 10
3,4,6,48
109
cubicle
115
115
pintu 115
zone 115
kebisingan 23,2'7
akustikal. non-akustikal
asal bangunan 45
bangunan penerima 45
industri/pabrik 33
raya 35.45. 126
mengatasi 28, 122
mengukur 28,126
jalan
pengendalian 104
perambatan 46
ruarg
118
2'7
/
9'
eruoqriu
punos
il
il
6n
pftoquos
r.(unq uelen{a{
IE
ruurSolsrq
nl
tv'rt'82'vt
hrrs
e8urlel selr^rlrsues
srlelsrues
II
VZI ueun8rleq Sunqnles
qndtuel luref qrsrlas
lpsn)Ie lmurlos
661 t[unq
98
66
LZ
elepua{
erseuopul
unrperu
qer
r(unq uuluqrue;ad
0g I ,ftrutxord 1e;e
ItI '6Zl crueufp
6ZI resuopuos
6Zl uoJoDlrru
LZ
ga
;nlnEueul
tl
lU
'9
1,rtr15 ue>1eun83ueru
zz1
tr
uo1orlrru ueWtalad
g; :noq lead
iurqLuolai Suelued
r,(unq ueleqruured
gV
L6
fltrurxord
tZ
LZ,'nZ
tU
ZtI
epueS
looplno
ueun8ueq Sunqnles
gzl roopur
ial'BZ
ue8ursrqel rsele8ueur
sesord
ru8uepueru
uelntucruad
uiurlar iunpurlrd
tr':snfuat
lr)1ruoru
ue8ursrqel
unrpour
reqa.iuau
raleads uulmaled
99 'L
Is{e{er
Suu8rsepe:
ZZI
{psnl"
0l
Ju8uepueur sasoJd
srsnce,{qserd
8I
g0I
96
roluel
uee{elsndred
0I uoJoDlrrr uedu13ue1.red
0l uureleS uupe;ed
t xepur elqueo;ed
8II '86'S6
uer88uge1
r,(unq
ueepeqrad
r,(unq uulrerue,(ueru
ue8ursrqel 1e13uri
uuBursrqol
97,1 rrqle
rc1ue1 uereseleiuad
6I I Suenr ueqestuad
66 erua8'oqca'epunl
uouereqJe^er'3uniuap
L0l
6n'$'61
tt I
I
gt
t1
3uuru
rsuEuoser
t33up'Suepes 'qepuel
Lg
87,
LZ ue8ursrqel uernle:ad
gV uu8ursrqa>1 ueleqruu:ed
,,
g
I6
nU
L01
BV'6
16 Plnqrel
L6 untuarso:d
s6 rEluEl
16 papuatYe
96 Surpurp
16 u3rE
uuun8ueq
Ig ueelnuued sunl
0l t rsulque,r 8ueqn1
7 purpnlSuol
l0l uere e^rl
EZ ue8unq8uq
ZA 1no.tu1
0 3ue1e1eq reluy
L}I orpnts
6l I lrlEs q?rxru
I6 uulesele,(ued
96 3un33ued
86 Suurur
L1I'26 upuuS
(IiEls
It I
sltPlsruras
It I
M srruPurp
Ztl _\y 'rIEd ruaprfuro.-.
at I :rlelas 'gy
,g
1
BL
gzl
99
g6 durlreq
uotuoued eere
rslu?l
L}l '16'96
iunfiupd
LZ
La't7. JN
,Z punorSlcuq
LZ'fa Euelur
,z luelqulE
fa't(, osrou
It
86
orpnls
3un33uud
uotuoued eere
uo;e1d
orpnts
0I I
sll
tII
001
illnuotrpnE
nlurd
Zl
uoqd
eseluesred
0
OZL
BL
unrrolBtoqel
ue8uenr tuulsuo{
LOI
gf
lBsrulu
desuo>1
rsd:osqe uersr-Ieo{
-reureq depeqrel
lequns
uer33ur1e1
s6 [?nsr^
nZ ueueure,{u1ep4e1
tZ uz3ue33ue1er1
[t rde uio;a1
0l 'L puelslu uelederel
ueueure,(ua1
96 Iensrl-orpn
tzl ,st uuErupue{
96 teqlletu uunduuuel
I uu.rruln8ued r?pupts
su1r,tr11alqns
3ue1u1eq ruley
t7. uarquu
LZ'na.tz srou
Sueqruelraq e;e8au
tryd luaplrulor reeu
9I releeds lolruor-rr
0gl ueetJspur,r
II ue14e1ed ryu1e1
IEI oerels
Ig t srtPls
srlelsrues
II
0l uedelSueped
0I uerele8 urupered
6ZI srxe uo 'srxe JJo
ZtI :rcd lueprcuroc reeu
'9
6 'g
Ol
'L
iI hi-IS
6 wrnln
rn{n teF
tI
r,(unq
luquur
uulenlll
ueledeca:1
LZ
LZ
JOIT,FT
rsrmrejol
uenSSue8 1u13urt
LZ
i
{
6VL qepul
&
150
lndeks
impact .16
intensitl' 9
level 9. l4
sound system
konsep
128
129
ventilasi
operator 109
lubang
speaker 134
menyebar 134
monitor
136
pengudaraan
terpusat
pintu
134
bunyi
10, 78
deviasi 4l
ketenggangan 24
faktor
structurebome
sound
46
suhu
studio
sumber
104
acoustic tile 108
akustika dalam ruangan 104
akustika luar ruangan 106
dead area 107
jendela 110
karpet 108
karton tempat buah,/telur 108
30
toleransikebisingan 27
faktor akustikal 27
faktor non-akustikal 27
transmisi
2'7
86
treshold of
pantul
48,
78
hearing 10, 11
pain
10,
18
tumpukan kebisingan 29
getaran
kebisingan 33,45
kebisingankendaraan 36
sumber bunyi
titik
2'7
mengukur 28
tunggal, tumpukan
23
struktur diskontinu 50
11
gangguan
subjektivitas
nois
131
17
18
tingkat kebisingan 24
110
110
kebisingan
125
statis
buatan
tingkat
gangguan kebisingan 27
ganda 113
plafon 108
ruang 106
ruang operator 108
selimut akustik 107
24
frekuensi
standing
gangguan
ketulian
110
pintu
spektrum
standar
telinga 12, 16
pemantulan 107
pengendalian kebisingan 104
peletakan 134
SPL
tekanan bunyi 10
teknik peletakan mikrofon
107
113
lantai lO7
live area l0'7
kerja
prinsip
akustik
laboratorium
ukuran kekuatan
waktu dengung
wama
garis 5
jarak 9
jumlah
bunyi
windscreen
30
M
Badan
ProPi;Lli
zone
115
130
bunyi
81
131