Anda di halaman 1dari 107

Christina

t/ediasril<a, Ph

Prinsip-prinsip c:n Penerapannya di ind0nesia

\,1

k,l
,.$
F''"

t.

'

,itt'

iT.{I({AN

,\ TI\IUR

'i"

I
r

\.rl

^rvt{net{vg
vxllsnxv

frli

'!
.i:

UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 19 TAHUN 2OO2
TENTANG HAK CIPTA
PASAL 72
KETENTUAN PIDANA
SANKSI PELANGGARAN

1.

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak


suatu Ciptaan atau memberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rps.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2.

Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan,


mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

'

c' rrd'

n,r,Se rpo ;;1

(taVXI utoSSuV)
1eu'e83uepe 6 Jolrpe :lruru-e
pt' oc'u33ue1re',u,tr,r,r77

dgq

orLEl ewTul 'sucerlJ


00I 'oN e,{eg Surdu g '11 '11

v}9Nwtrg tIgYSNgd

";trA:#'#'";;:'r*

vrsf,Noot{I ru v NNYdvafltnsd NVo dIsNIYd-dISNIAd

r{v^tne^tYg
wIIJSnXV

ls,3g

ien
I

Bacau

Ftrottsl:l t iiriu

[---F"'ro"''

, 'lt,,{f

Akustika Bangunan: Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia


Hak Cipta @ 2005 pada Penerbit Erlangga
Disusun oleh:

Christina Eviutami Mediastika, Ph.D.


Program Stttdi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Atma Ja,-a Yogyakarta

Editor:

Hilarius Wibi Hardani, S.T., M.M.


Buku ini diset dan dilayout oleh Bagian Produksi Penerbit Erlangga dengan
Power Macintosh G5, dengan menggunakan huruf Times l0 pt.
Setting

& Layout:

Bagian Perti

Desain Sampul: Farid Sabilach R.


Percetakan: PT GELORA AKSARA PRATAMA

09 08 07

06

6 54321

Dilarang keras mengutip, menjiplak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini serta
memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari Penerbit Erlongga.

O HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG.UNDANG

o{uod6-owg uop 'oiiuqo[y 'uDtu lniun uD1tsullpaplp lut n)Pg

KATA PENGANTAR

endahnya tingkat kesadaran masyarakat kota akan cemaran bunyi

di

sekitarnya

mendorong penulis untuk n.renyusun buku ini. Menurut pengamatan penulis, tin-gkat kesadaran

yang rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor. yaitu lemahnya aturan dan sanksi bagi
mereka yang menimbulkan cemaran dan rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap dampak buruk
dari bunyi yang sangat keras. Kesadaran yang rendah juga melanda para rnahasiswa yang menganbil

jurusan Arsitektur di berbagai universitas di Indonesia. Ketika mereka lulus dan bekerja sebagai
arsitek atau pengembang, mereka tidak menerapkan pertimbangan-pertimbangan yang berhubungan
dengan bunyi ke dalam desain mereka. Demikian pula ketika rnereka telah menjadi dosen, mereka
juga tidak menyampaikan kepada mahasiswa mereka mengenai perlunya memadukan desain dengan
pertimbangan-pertimbangan yang berhubungan dengan bunyi.
Orang Indonesia umumnya lebih terbiasa mendengar istilah pencemaran udara, air, atau tanah,
dibandingkan istilah pencemaran bunyi. Istilah pencemaran secara sederhana dapat diartikan sebagai
penambahan atau masuknya zat tertentu ke suatu sistem melebihi bakuan susunan zat tersebut,
sehingga mengganggu keseimbangan sistem tersebut. Pencemaran bunyi dengan demikian diartikan
sebagai munculnya bunyi dalam porsi berlebihan yang melampaui baktran umum yang aman bagi
kesehatan indera pendengaran dan kesehatan jiwa dan raga. Sampai sejauh ini, masyarakat belum
merasakan dampak langsung penurunan tingkat kesehatan yang disebabkan oleh cemaran bunyi. Hal
ini menimbulkan kecenderungan bagi masyarakat untuk mengabaikannya.
Penulis sungguh merasa prihatin terhadap rendahnya tingkat kesadaran masyarakat pada segi
yang berhubungan dengar.r dampak buruk bunyi pada kesehatan. Keprihatinan ini telah dituangkan
penulis pada banyak tulisan dalam media-massa populer dan dalam sebuah buku ilmiah-populer
"Menuju Rumah Ideal; Nyaman dan Sehat". Melalui tulisan tersebut, penulis berharap agar wawasan
masyarakat awam mulai terbuka, sehingga dapat mengambil berbagai langkah yarrg dianggap perlu
untuk mengatasinya. Buku ini lebih ditujukan kepada para akademisi darr ahli yang bergerak dalam
bidang rancang-bangun. Beberapa buku yang ditulis oleh pengarang luar negeri telah mengulas
dengan amat baik dan lengkap ihnu akustika bangunan atau ilmu mengenai bunyi yang terkait
dengan bangunan ini. Sayangnya, belum satu pun dari buku tersebut yang secara rinci mengulas
pedoman akustika bangunan untuk diterapkan di negara tropis yang lembab, seperti Indonesia. Masalah
akustika bangunan dan cemaran bunyi di negara berkembang dengan iklim tropika-lembab jauh lebih
pelik jika dibandingkan clengan masalah akustika yang dihadapi negara beriklim sejuk-kering. Di
Indonesia, pedoman akustika bangunan selalu berselisih paham dengarr persyaratan pengudaraan
alamiah di dalam bangunan.
Munculnya bunyi keras atau berlebihan pada mereka yang bekerja dengan perlengkapan yang
menghasilkan kebisingan. seperti di pabrik, stasiun kereta api, dan bandar udara telah mulai diatasi
dengan pelindung telinga. Namun. seiring kernajuan jaman, meningkatnya kebutuhan ntanusia, dan
meningkatnva taraf ekonomi masyarakat, pertambahan kendaraan bermotor juga telah menjadi sumber
utama penambah cemaran bunyi. Dikatakan sebagai sumber utama, karena dapat dipastikan bahwa
di manapun bangunan berada. jalan akan selalu ada di dekatnya. Keberadaan jalan selalu dibutuhkan
sebagai alur menuju ke tempat tujuan. Bila cemaran bunyi berpusat pada suatu titik. misalnya seperti
yang kita jumpai pada industri, tentu cemaran bunyi itu dapat diatasi dengan menggunakan pelindung
telinga. Bila cemaran bunyi terletak di jalan, kita jelas tidak mungkin menganjurkan semua orang

pl'cu',( len'IrsLu o ruutn


1?)rlsurper{'E urrrlsl.rrJJ
s00z lehl'1?1ru)iu.(3(r^

'srlnuod n38unlrp le8ues 'nurlr ue8ueqtueryod uu8uep uu{runsesrp snrel ledep


rur n{nq rsr rp8u '1eqrd cnues uup uelnser\i 'rur n{nq efultqrel uueqruaru qe1a1 8uu.{ yuqrd enuras
uup ru1uuSued elu) uu{rrequau uuua{Joq {ulet 3ue,( 'Sunpueg r3o1ou1e1 tntrlsul 'E{lsl{ {lu{el
resaq nrn8 'o1ueft3aog 'htrU 'Jord y:deg epudel qrse{ Brurret ueldecn8ueru srlnuad 'e,(urrqly
'resBpueu ereces e{r}sn>1u ueuoped seququeu 3ue,( quq edureqeq epud ueqrtuped ulnd
ue{Buosrp 'qr?lln{ n18uuq Ip {npnp 3ue,( uceqrued r8eg 'rJeq-rJuqas uednprqal >1n1un ueun8ueq epud
uuldureyp ludup 8ue,( u{usn{u ueruoped ue4lusrp rrqle uur8eq upu4 'uu8ursrqeq ue3uupSSueued
uuurlSunure>1 uep 'urc-urJ 'sruel elnd selnrp rur qeq rueluq 'ue8ursrqal lnqesrp 3ue,( ueqrqelJeq nBlE
surel r,(unq e,{ulncunru ruue8ueru uuru.rn ue8uep Insnsrp n}l qBA 'e,(urutre,(ueur 8uu,{ uur8uq uues
r,{unq u,(urpeirel uep uere8uepuad erepur efte1 uruc reue8ueu rBSEp uuruoped ualrlesrp uenlnqepued
qeq Bpd 'ru-rllru e{rsrJ nrulr Suupuud lnpns rr?p r{unq nwp rruleladruau snsnq{ pJuoas luprl
3uu,( 'ecuqued rue8uerurp qupnu qrqel 3uu,( uuqeplsrred tuas esequq ueleunSSueu u8nl srlnue6
'rurequdrp qepnlu 3ue,( snruru qrpunlas uup e{rlunrolsrs ue8uap rur n{nq unsn,(uaur ufu3ues srlnuad
'qeun.r urulup rp .(uter{Errlsr nl>le,4A JBSaq uer8uqes
uelsrqeq8ueur Ersnuru Bueru{ Sunuad 3ue,( pq rpelueur uelel tp InJunu 3ue,( r,{unq uJeruaf, rrup
p33u1t quun; uu8unpurlJod 'yu38uu quun; rl.redss rpuqr.rd undnuru 'runurn 'uuun8ueq upud ueldurelrp
Suns8uel esrq 3ue,( sr1>1erd-sr11erd pq ue>1nq 'resupuetu 3uu.( pq seln8uaur 1u,(ueq qtqel 3urse
nlnq 'r8ul qlqepal 'ursauopul rp ueldurelrp renses 8uern1 Sursu nlnq UBIBp tunrurat 3ue,{ uuun8uuq
B{r1sn{e ueruoped edureqeq uSSurqes '8ue88ueyeq sn-req ueun8ueq B{[snIB ueuoped uelqeqa.(ueur rur
ueupee) 'r(unq u,(u4rsuiu ue{qepnrue(u rul 3ueqn1 u?epeJeqo{ luqrd urel rp 'Iselnua^ 8uaqn1 1e.{ueq
Dlrlrrueu snreq uuun8uuq uelqeqe,{ueur erupn ueJrlu uE{E ueqrunqo) 'Ireqeluru e.(uquc u>plnsetueru

snBrplas uup rrp8ueu eJpn ue{ur{Sunuaur >1n1un urlSunu 1e.(uuqes rselrluo^ 8ueqn1 ue{nlleuau
3uu,{ srdorl ueun8uuq {nlun {ococ {Eprl rur ruucutuas ue8uecuur 'e,{u8ue,{ug 'uurndrues 3ue,(
e8urTe] Sunpurled rpelueru ue{e nluel n1r ueun8ueg 'rseplual 3uuqn1 eduel uep 'Suepued snqruel
BqJes Suucuurrp 8uu,{ uuun8uuq eped uu{nruet elpl udn;es 8uu,( pg 'Ersnueru ru8uep

lepn 'dntngel

eropur ruulep uer8uq r8unpurleur WIepB tudpJ tpBuES 8uu.( u8urlel Sunpurled tup efte>1 eru3
'rrrpuas nlr uuun8ueq qeppp e,{uqnSSunses u8urlet Sunpurlad rpeluaru eun8raq
8ue.( '1nqrs 3ue.{ uepl rdal rp ueun8ueq UEIBp rp ueler8eryaq 8uu,( u{eJeru r8eg 'uuun8uuq ruelup rp
u{eJeru B{rle{ undnuur uelul rp epeJoq u{eJou DIIie{ IIBq 'e8ur1a1 Sunpurlad uuluunSSuau
BpEJaq

KATA SAMBUTAN
ryr,.i
ryiii|1:;t:i...

Buku yang membahas akustika bangunan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia masih sangat
langka, apalagi yang berhubungan dengan penerapannya pada iklim Indonesia. Itulah sebabnya, saya
menyambut baik terbitnya buku "Akustika Bangunan: Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia" ini.
Saya berharap buku ini akan ikut memperkenalkan akustika bangunan yang merupakan bagian
dari Fisika Bangunan, tidak hanya kepada mahasiswa arsitektur. tetapi juga kepada akademisi yang
terkait dengan perancangan bangunan serta masyarakat pada umumnya. Buku ini dapat mudah
dimengerti oleh pembaca yang belum banyak mengetahui masalah akustika dan tidak memerlukan
pengetahuan fisika dan matematika yang mendalam, karena di dalam buku ini aplikasi matematika
digunakan seminimal mungkin. Yang penting adalah bahwa prinsip-prinsip akustika dapat dijelaskan
secara komprehensif. Hal ini memperlihatkan bahwa akustika tidak dapat lagi dianggap sebagai
cabang ilmu pengetahuan untuk ahli fisika dan ahli akustika semata, tetapi juga untuk ahli-ahli dan
profesional dari disiplin ilmu lainnya.

Dalam perancangan bangunan, arsitek harus memperhatikan persyaratan akustik dengan perhatian
yang sama seriusnya dengan perhatian yang dicurahkannya dalam memikirkan persyaratan lainnya
seperti struktur, mekanikal-elektrikal, dan lain-lain. Informasi yang disajikan dalarn buku ini bisa
dijadikan dasar-dasar pengetahuan umum yang bermanfaat mengenai pengetahuan teknologi bangunan
bagi para perancang bangunan. Seperti halnya ilmu dan teknologi lain yang terkait dengan perancangan,
untuk kasus yang khusus jika diperlukan konsultasi dapat dilakukan dengan ahlinya.
Semoga buku

ini dapat memberikan pemahaman dan

kesadaran mengenai akustika, terutama

yang berhubungan dengan dampak kebisingan terhadap manusia, pengendalian kebisingan pada
akustika ruangan, serta penerapannya untuk kondisi Indonesia.

Demikian sambutan singkat dari kami.

Bandung, 5 Oktober 2004

Prof. Soegrjanto
Laboratoriurn Fisika Bangunan dan Akustika
Departemen Teknik Fisika
Institut Teknologi Bandung
soegi@tfl.itb.ac.id

9V

9L

uBqIl?-I IBoS

:tL

rsBulqruo) Iselnsul uuSuop IEuelEW uEIe{EUed :?9

:::l: ::'1"'*1 :: ::::::::-:""^- :l:'::T ::: ,T'*'H11 ."--Il

l'l",',,t-,"
_i q$g

L9 uEqIle-I lEos :EE Iseulquo) IBualBW Iselnsul :0s ISEInSUI uEp 'Isfuosqv
I 3ue,{ uu8ursrqe; rsule8uahl :6, eIUoqJIV

,ls{ouoU i67 euroqerntcnrts ereces tBqtuBlol

Ere3es l?quereyrtr 3ue,( ue8utsrqay tse1e8uel41

i97 ueunfiuug tllepq

:tt

e1 ue8ursrqe; uutBqluEred

telqO iuue8ua6 e1r1e1 r'{ung DIelIJed


lE7 ueun8ueg uep uBIe[ rrep uu8ursrqe;,1

t.n"\tf i)\;Y'l:ll)l)\\'\:Id 51S'\ \}{l NV\ l:}\\jII \'{l1"rl \\ii}\Is-l{3X


t tlt:tl
""""'\i\iH:li)N1'g Y{lld NY:}\lSIti";lX III \\:l:}1''ll
zv ueqBE-I pos :It s?]uI-I-nlBT uuSuISIqa)
uBBuISIqe)
lnlunue4 uup ue8utslqo) Isnlod >1n[unue4 i17 ]ololurag ueerupue) IJBp
Irlsuot{Ere) :6 ulul sEIa) uer8uqrue6 i3g JolotuJ?g uBeJepuo) uEBuISIqo) 1u13ur1

:::::j j:ll:: :: ::l::::::::l::::l:::j-:: ::::::--;T::'i]

X[1.',,'i1',J,,*.

t tllr:l

?t ueqItB-I IEoS :E lulsuolod ue3urstqe;'1


requns :0 lnlunue6 u>13uy ue8uep ue8ursrqe;1 1e13ur1 uernln8ue4 i67 uu8ursrqey
1e>13ur1

rs?lnlun{V nelu uulndrunued

:82 ue8ursrqe;

"*"..f".:]:*:1.::1"""i..:,:.:...::*1"qe)

1u>13ur1

rnln8uepn

i17

ue8ursrqe;1

{IrsIIsr{EIe) :EZ stos u'(urperrel


\1 :iut\tit.'lH \x'tl :;ir}\
i {!tIti

\f

zz

i3\"tr${*:-*an trl \\'l:}}.1!

usqrteT IuoS :61 u8uqal Sunpuqa4 tuly

6I

punoS
111 e3ur1e1 epud uenSSueg :g[ ersnupl e8uqo1 :iI @75) raDW p^a'I punos ',.zl 3ur1t13ratr1
'.Zl ap)S uolld :OI (gp) ilagrcaq :0I uPrcIeJ uep sllsuelul emlue uu8unqnH:6 sla^a'I punos
:6 rsuuuoseu :3 opnlrldury :g r,Lung Sueqruoleg 17 r,(ung .Iaquns ull?rlltr l :t I(ung eiurpehel

\,3s-

i\1't\

?iY:)1.+{1 1}1.{{tal

\1'ti 11a,*,
I

r !

i.'(]

x
III^
IA

r,ir;ii+;5riF1,4ffi
.:.:.;lt1in#tiffi

I$

UVI.{YO

iil;tir ir
..:

-"rc.;

.:{:.:.'r

"!.

iL

Refleksi 77; Reverberation 80; Pengontrolan Echo dan Reverberation 82; Absorpsi 83;
Difraksi 85; Refraksi 86; Difusi 86; Transmisi Bunyi 86; Room Acoustics 87; Soal Larihan
88

q{ j*}$'r'{iirti{ ix"}

9t

Akustika Luar Ruangan 92; Akustika Dalam Ruangan 93; Area Panggung 93; Penyelesaian

Akustik Lantai Panggung 95; Penyelesaian Akustik Plafon Panggung 96; Penyelesaian
Akustik Dinding Panggung 96; Area Penonton 96; Penyelesaian Akustik Lantai Area
Penonton 97; Penyelesaian Akustik Plafon Area Penonton 98; Penyelesaian Akustik Dinding
Area Penonton 99; Lantai Balkon 100; Soal Latihan 103
ilxgi

&

Akustika Luar Ruangan 104; Akustika Dalam Ruangan 106; Penyelesaian Akustik Lantai
Ruang Studio dan Operator 107; Penyelesaian Akustik Plafon Ruang Studio dan Operator
108; Penyelesaian Akustik Dinding Ruang Studio 109; Akustik Ruang Studio untuk

Laboratorium 113: Soal Latihan


iJ;r

i:

114

d.i

Akustika pada Bangunan Perkantoran 115; Akustika pada Bangunan Hotel dan Sejenisnya
118; Akustika pada Bangunan Sekolah dan Sejenisnya 118; Akustika pada Bangunan Rumah
Sakit dan Sejenisnya 119; Akustika pada Ruang Perpustakaan 120; Akustika pada Rumah
Tinggal 120; Soal Latihan 120

li;*ir i il
t,,"li,(iir IiJ:.9,i,i{.

.1

}.trl'i'iF"."r }i1,:1{;q

1",, {. i"r ! {,?i l,ru}X}51i5* 1 }}nY

Karakteristik Kebisingan di Negara Berkembang 121; Penyelesaian Kebisingan secara Outdoor


122; Penyelesaian Kebisingan pada Selubung Bangunan 124; Penyelesaian Rancangan secara
Indoor 125; Hasil Akhir 126; Soal Latihan 127

5*q'tr't,.il1 ,*{.*{.}4;.{,r'X't:,\ f },q1 f}*;l}"tglx,gtr".1!, ${i;,1!.}'*',i:{ q*qrg}."} !}:.{,:q,{,,\

Mikrofon 129; Amplifier dan Equalizer 132 Speaker 134; Soal Latihan

fllr&'r",1\....".

136

12g

'e,(uretr{as lp IpElret 3uu,{ r,Lunq

:tliuepuaur nElB du)Buuueru tudrp Ersnuuur uurrure8eq sesord qelruy 'Ieto o{ u,(uBlrJeq tuur8ueu

ue:uiuapuad.IerBS s.(utnlueieg 'e3uqe1 ruulEp rp urel ue-re8uepued erepur ueurolo uep EBurlet SuepueS

utryEto3Sueut ln{l '(91't JeqLUcC teqrl) e8uqal [eul?{ rnlulolr.r uulelreq'u3ur1e1 unsp rl3lo de13ue1rp
lnqosJel Suuqurola8 uBluqullrd 'lnqes.Iel 1e[qo uup nluauol lurei eped tudtuus uelulraq snral qrsuul
u,(u3ueqruo1e3 uulequered nlueuet ueeppe{ eped '-ieleiraq rllleqreq qe1e1 'r,(unq Jequns reieqos
tnqasrp 3uu.( '.ruteS.raq Suua lelqo qsepr,(unq Sueqtuoloi uetuqrueled runiperu nBtE rl.retuu IEZ
e3nllnqesrp r1e18ur"res rele8Joq 8uu,( leiqo Jetr{es rp tBZ uueperoqe{ lnu EueJe) qeio'(I'l JpqLuEC)
teq[rereur 3ue.( Suuqurolaf reSeqes uuryeqrue8rp ]edep 8uD{ uc8ueSSuer uep ueluder {ntuequeul
eSSurqes uequluosreq Surps uule luz lelrued-1e1r]:ud e,(usn.tetes UEDIIUoC 'u,(uqnleqes 1p lelured e>1
e,(ueurr:s1rp 3uu,( r8rauo ue{snJeuoru uule 11elqo uefuep te>1ep 3ur1ed Suef) qnluesrel urueuad SueKNz
'e.{utelep
1uta1 Sunluu8ral 'uulepud nule UEIIEO 'se3 ednreq ludup IUI le7

ie{ru?d '.rutairaq

3uu,(

lalqo

rp rpe 8ue,( 1ez layged qnluo,{ueu uErpnuel lnqosrol erepn nulu 1elqo uelu;e8 nete uu;eleg
'dnqrp 8uu.t ladruorel eped rpel,rel lere8raq 8ue( erepn rrep qoluoJ uelSuupes 'sule Ip ue{e{nuJ{rp
qelot .ruta8req
3uu,(

lelqo

qotuo3 '1era3:eq 8ue,( e.repn udnreq uinl ledup uep 'lere8req


nplu qr:e8req
lalqo
requns 'ruleireq u,(uurens ryd euarel Ernsreq ludep ersnuuru 'e1nd

edn"req ledup ue.ru1e3

n1r3eg 'tluetu/ucretnd uunqr: reducuau tndup rSrB epo.t urzrutnd plleru{ uu?-Iupue{ epud se:a1 dn>1nc
8ue,( uu;ula8 uep r,{unq uu{lnqurueu rur u3uuel r{rle8ued uerelSueg 'r3r3 epo.r tsnusuurl lrrolsls
rnleleu epor o{ ue>lrnlusrp uurprlruol 3uu,{ 'uerelequed 3uut.u Epecl uolsld e(uunrnl-1teu uelera3 uep
'ueumpuol uu14:.ra33ueu Intun reludrp u,(ulnlueles 3uu,(
Iu,^AB.raq relnd.req 8tru,( upo,r upucl uule.reg
srue{ou r3reue rpelueur uuJe{Bqrued gseq rrep r8raue quqn8uaur ro}oluJeq uecrepue{ utse141'rele8req
>1o13uru uulquqa,{ueur rur ueln>1nd '{opues qelo 1n>1ndrp eyr1a1 r,(unqreq osluq 1o13uu;,1tr 'IJrpuas
srsnueru uJuns uulqeq 'Jotorureq u?prepue>l rfunq 'os1eq 3ue1n1 >1o13uuru t,(unq rrep relnur 'rele8req
3ue,( 1e[qo Lrpp Iusereq nltles Blr{ Julr{os rp rpulrel 8uu,{ r,(unq BnIuoS 'nlus-red-nies I}llol ElI{ IreIAl
'u,{ututrlas rp lez uuSuep uelesai uu{lnqulueu 3uu,(.rule8req 8uu,( upueq e,{uepe uuorl?{ rpr:fta1 r,(ung

r,(cmg ui{lrpufu"}.I'r'r

'lnqosJol uele0uepued erepur eleil erec eueure0eq tueqed e1r>1 e,iuertl 0urlued'qpqulepaq
snlal elll ersn rlsaLu lreq deiel rebe rur uere0uapuod eJapur rs6un; e6eluatu ledep e1t1 eueuteOeq teue6ueu
qnel qrqel uelploduortr 1n1up e,{ue1r>1as rp lnountu 6ue,{ rliunq-t,{unq te0uepuaLu ndueul etsnuBu lenquioLr]
6ue( erapur uerel6uer qelepe lelo e1 Ounqnqral Oue[ e[uuelep rp ledeprel 0ue,i leresleres uep e6urlel
'rpefue1

lnqeual

1eq edeOuau nqel

ur0ur eraOas uep ueOue;rqe1 ueleseroul elrl qelnreq 'ryeq ueOuep tsbun;iaq lepti lnqosral etaput nles qeles
leps nJens e)itloy lnqas.lal Blopur efua1 erec e{uqnD0unses eueureOeq ueqed yeptl uep eluueeperaqel
ueleseroLu )iepll ell)i rle16uues .lqel lefos eu]uo]rp rur lslpuol eua.le) n]ensos eqeraLu uep 'deca0ueLu
'ulnroueul teOuapuau 'leqrlor! Inlun rsOunpeq Ourseu-Ourseu 'elapur eutl rerunle)irp leulou plsnuen

YISNT{YIN rIVCNIO
YUS(NI t{\fc IANNg
nwr;iHB:

;.tffi

T qEg

potongan

'

pelan

1-1

*,renggangan

ffiw
..:

T".

/_

l\

t1 ,ffi,:ffi
-',rlraOatan

'

v_"

atmosfer

:,ffi
Gong

"L-l

r'-i

fw

renggangan

bel bergetar

Gambar 1.1 Terjadinya bunyi dan perambatannya (Stein, dkk, 1986)

bu nyi

Melalui uraian di atas, cukup jelas bahwa untuk dapat mendengar bunyi, dibutuhkan adanya tiga
hal berikut, yaitu: sumber atau objek yang bergetar, medium perambatan, serta indera pendengaran.
Ketiga hal tersebut sangat penting keberadaannya. Medium perambatan harus ada antara objek dan
telinga agar perambatan dapat terjadi. Dalam ruangan hampa udara, tidak ada partikel yang menghantar
getarannya, oleh karenanya tidak terjadi perambatan, sehingga meski ada objek bergetar dan pendengar
memiliki telinga yang sehat, bunyi yang muncul tidak dapat didengar.
Perambatan gelombang bunyi pada suatu medium berupa gelombang longitudinal, artinya arah
getarannya searah dengan arah rambatannya. Objek yang bergetar pada posisi bebas atau tidak
terhalang objek lain akan menyentuh semua partikel zat medium yang ada di sekitarnya, sehingga
perambatan gelombang bunyi terjadi ke segala arah. Ketika perambatan mendekati objek yang diam,
maka sebagaimana keadaan objek tersebut, ada kemungkinan perambatan akan memantul atau
berkurang (karena diserap atau diteruskan oleh objek penghalang tersebut). Seringkali tidak mudah
memberikan gambaran untuk menjelaskan fenomena yang terjadi melalui model perambatan gelombang
yang sesungguhnya berupa rapatan dan renggangan partikel. Oleh karena itu, kondisi ini lebih banyak
digambarkan berupa kurva membentuk gunung-gunung dan lembah-lembah yang merupakan
penggambaran getaran terhadap waktu, yang disebut juga gelombang sinusoitlal (Gambar 1.2).

I,?"

&{;s*:;exa $art t?:*:x" E$ttr:vi

Menurut jumlah sumber getaran atau gerakan yang terjadi, bunyi dapat dibedakan menjadi bunyi
yang berasal dari sumber berbentuk titik dan bunyi yang berasal dari sumber berbentuk garis. Sumber
bunyi yang berwujud sebagai titik adalah sumber yang muncul oleh adanya satu buah getaran saja
(getaran tunggal). Selanjutnya bunyi ini terdistribusi atau merambat dengan kekuatan yang sama ke
segala arah, sehingga seolah-olah membentuk ruangan berwujud bola (Gambar 1.3). Sedangkan

Gambar 1.2. Perambatan bunyi dalam wujud gelombang sinusoidal, di mana A


adalah amplitudo (keras/lemahnya bunyi) dan ),. adalah satu panjang gelombang

@661. 'awog )o] tdtuoC punog) (sueb) 4nwe[ew uep (>luu)


p66un1 )eqwns etelue 4etef euate4 ilunq B\npai ue5urpueqta4 '9'] reqtuee

(u) Ierel

001

09

0,

0e

0z0Lt,zlt

(gp) rslnpeg

'>lnlualelu Jagruns uup r,(unq tsnqlJlslp


Bturreuetu ug{e lnqesJal uEIp[ rsrs rp rJrpreq 8ue.( letqg 'sn]nd BpBII uepheq ueerupuo{ uBrIIe Buutu Ip
,{nqrsJadns fiue,{ e,{er uepl rp rudunftp r{Bpnru luuru (srru8 Iuodes pnfn,ureq) >lnruelsru L(unq sluef
.4re13uel ro{eos r,{unq u,(upsru 'ples r,{unq requns nles ue{re8uepuatu lDI ueuDl
-Sunrue>1 upg qrsgtu 'Sueuel lBure 8uE.( ruBIEru eped e.(uug 'r,(unqreq ?ue[ ta>ptads unp BpE e,(u1upt1es
qeqes ,r8e1 {pp Bdnraq {Bpn qBpns u,(uJequns 'orp8r n13s IrEp IesBJeq e,(uuq t,(unq I{seu 'lr.s
-oata$ udnreq lnqesJel orper e{rlaI ue>lqug 'orper Irp {ISnIU L(unq uep selulletu Jololureq uBBJEpue>l
r,(unq 'ueruel uudelecrad r.(unq e.(upsltu Iped?s 'sn8rp>1es r.(unq udereqeq uulre8uepuetu elPI
uelnsedrp tpdep 'uuuruesreq 8ue,( nt{e,u ruepc 'nlueuel lues eped InJunIu 3ue,( t,(unq efunlus-nles
ru3uepueru ulq rpeftel quured lupu rrduruq uueJBI 'p33un1 reqluns I&nqes rrep u,(uuq psereq 3uu,(
r,(unq uuye3uepuou Blpl r1e{as Suurel'rruq Suers upud eruulnrel 'ueq-Ireqes uudnprqel IUBIO
.(E.I requgD) gp g unrnl uele e.(uuelun{e>l {Bru ';equns rJEp 1ed[ IIE{ unp qeqluuiloq e,(ulerul rp1
derles .suufl {ntueqreq r,(unq reqruns eped uulSuepeg 'gp 9 reseqes unrnt uB{B e{uuulBn>le{ >IEtu
,requns rrup tedrl qel Enp qeqtueueq u,(u>lurul rp1 de4es '{pp {nlueqreq r.(unq requns eped e,uqeq
'(gOOt 'VrufJ/a5g) uerlrleued qenqes qolo ue>llDlnqlp 1uI 1ug 'sue8 {nlueqreq r,{unq uep qepueJ
qrqel 3ue,( uetuquured nBtB uureqes uendrueuel Dlllltueru {pp {ruueqJaq r,(unq 'p33un1 Jequns qalo
.(7'1 requrug) e,(unquns nulu tusnd rc3eqes srre8 qenqes ue8uep JopUIIIS nele Sunqu}
up{Irsgqrp eueJg)
pnln,tr-req ueflupnr >lnluaqrol ue{u qelo-r{Bloes 'qBJp up8es e1 }EqIuEJotu nBlB IsnqlJlslprel r,{unq E)IIIo)
.uu3uenr ntens 1uulup eperaq srru8 qenqes uu>llstunselp 'srre8 lnlueqreq rfunq JJqruns epEd

'(lnrueleu)

uurete3 1e,{uuq nele udureqeq qelo uu{lrseqp 8ue,( r.(unq qBIBpe srre8 ru8eqes pnln,tr'req r.{unq
@661 'ewop )oJ lorluoC punog) (sueb pn[nttteq)
ynwafew tlunq teqwns ueteqelue4 'r'I lequee

@661. 'awog )oJ lutuoC punog) (>tuu pntnrueq)


p66un1 rlunq teqwns ueLeqelue4''l lequeC

l-, i_Ll
e'og
'\

\-/

',
l

t,;9, {i*.llr*l*'}i};}}}. }}ri*_:'i


Sama halnya dengan gelombang lainnya, gelombang bunyi dapat diukur dalam satuan panjang
gelombang, frekuensi, dan kecepatan rambat. Mari kita tinjau satu-per-satu. Panjang gelombang yang
dinotasikan sebagai lambda (1"), adalah jarak antara dua titik pada posisi yang sama yang saling
berurutan, misalnya jarak antara dua puncak sunung, atau jarak antara dua lembah. Panjang gelombang
diukur dalam satuan meter (m) dan merupakan elemen yang menunjukkan kekuatan bunyi. Semakin
panjang gelombangnya. sernakin kuat pula bunyi tersebut, dalam arti, semakin jauh bunyi mampu
merambat. Hal ini diperkr"rat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa dalam medium udara, serapan
udara pada bLrnyi dengan gelombang yang panjang, jauh lebih kecil dari seraparl udara pada bunyi
dengan gelombang yang pendek (Templeton dan Saunders. 1987). lihat Tabel 5.1 dan 5.2. Pada
tingkat kecepatan rambat yang sama (dalam medium yang santa), burnyi dengan gelombang panjang
identik dengan frekuensi rendah, dan demikian pula sebaliknya.
Selzrin panjang gelombang. elemen bunyi yang lain adalah frekuensi. Frekuensi adalah jumlah
atau banyaknya getaran yang terjadi dalam setiap detik. Dalam model penggambaran kurva gunung
dan lembah, fiekuensi adalah benyaknya gelombang sinus (satu set kurva sinus terdiri dari satu
gunung dan satu lembah) setiap detik (Gambar l 2). Sesuai dengan nama penemunya, frekuensi
dihitung dalam satuan Hertz, (Hz\. Jumlah getaran yang terjadi setiap detik tersebrtt sangat tergantung
pada jenis objek yang bergetar. Secara singkat, hal ini dapat diartikan sebagai bahan pembentuk
objek tersebut. Oleh karena itu setiap benda akan memiliki frekuensi tersendiri yang berbeda dari
benda lainnya. Dalam bahasa umum dapat diartikan bahwa benda memiliki kekhasan bunyi yang
membedakannya dengan bunyi benda lain. Tanpa melihat. hanya dengan mendengar saja, seringkali
kita dapat membedakan apakah suatu benda yang jatuh terbuat dari logam. kaca. atau kayu. Bahkan,
melalui pesawat telepon, kita ju-qa dapat membedakan bunyi orang-orang yang kita akrabi. Hal ini
disebabkan karena setiap orang memiliki warna bunyi yang berbeda karena adanya perbedaan spektrum
frekuensi.
Ketika yang bergetar adalah sumber tunggal, gelombangnya digambarkan sebagai gelombang
sinusoidal. Sedangkan ketika beberapa bunyi yang berasal dari frekuensi yang berbeda muncul pada
saat bersamaan, gelombang sinusoidal yang tergambar akan terdiri dari beberapa gelombang yang
menyatu. Kemampuan telinga manusia dalam mendengarkan bunyi-bunyi yang muncul di sekitarnya
dibatasi oleh ambang pendengarannya. Frekuensi terendah vang mampu didengar uranusia berada
pada 20 Hz sampai pada ambang batas atas 20.000 Hz. Bunyi-bunyi yang muncul pada frekuensi di
bawah 20 Hz clisebut bunyi infiasorrik, sedangkan yang rnuncul di atas 20.000 Hz disebut bunyi
ultrasonik. Dalam rentang 20 Hz sampai 20.000 Hz tersebut, bunyi masih dibedakan lagi menjadi
0)

=
a

6
=

ol

0)

;r
:I
a)

o.

E
E
f

0)

Frekuensi

f
0
a

0)

o-

GARPU TALA (TONE MURNI)

=
o

a
0)

f
a
a

.L
a
a

=
o

<t)

!llr
!tt

dtt
,rrll

_L_L_L_

f, f,

fo

f5

@1) et1) (5{)

Frekuensi

MUSrK (KOMBTNAST BEBERAPA FREKUENST)

ao
PEMBICARAAN, MUSIK, DAN KEBISINGAN

t,

0)

W,)

Frekuensi

f,

o-

0)

E]
l

Gambar 1.6. Perbandingan wujud gelombang sinus


antara bunyi murni dari satu frekuensi dan bunyi
dalam multifrekuensi (Stein, dkk, 1986)

lep^u 00I9

lep^u Ir9I
lpfirt LEil
]Bpru 69z
lep^u 9I
loprtt vSzl
lePII[ 9'6Ve
lep^u 8't
13pqt l'LtE

leplr 8'Igg
lep^u '6I
(a) /unq luqruer ueledecay

Bleg

lnel rrv
rrunu Jrv

'oJ
to

,nD
,nD

ueSorprq seg

3.69 rnturedruel eped

urep61

3og7 rnturedruel epud erepn


3og1 rnle;edruel eped erep6l
3o6 rnleredrual eped erepn

3og7- rnturedruel eped erepn


Iunlpatr{

ntuaua unlpau uoytp 6unq wqwDt uolodacay'I'I IaqEI


uped r,{unq Suuqurole8 tuqluur ueludecel qEIBpe IuI uulsdeco) 'lap4u 0rg qulupu Ie>ludp (unurn
3ue,( lequrur ueludecey '(1) uueruus.red Suntrq8ueu {n1un nculp sfutunurn 8ue.( uelsuol u13uu
nlsns ru8uqes ueldelelrp eJupn runrpeu upud r,(unq Suequrole8 luqurer ueledecel 'ue>lqepnureur
>Inlun 'unure51 'u.(ursrsodruo>l qeqnreq u.rupn uesrdul unsn,(ueur Suef su8 sruel e41a1 qeqnreq ludup
e8nl r,(unq tuqruJ ueludecell 'ntueuel leBS-tBES eped erupn nqns ueqeqrued uuuure8eqes quqruoq
ludup r,(unq luqruuJ uuledecel u.(uqn8Eunses 'BJ?pn nlre.( eures Suuf urnrperu eped epereq 11seur
'uel{ttuap untuuN 'JrB tuelzp rp ?puJeq ulpl lJeq-ueqas uednprqel urelup e^\geq e,(uueuq8unrua>1
pcel le8uus eueJe{ 'delel 3uu.( rsrpuo>l nluns re8eqes du83uu u1r4 ludep tut uuepudy 'u.repn
nele su8 runrpetu rnleleru t,tunq uapeSuepue{u Iun(un eJecos ulpl 'ueq-ueqes uudnpqel upu4
'qepueJ nrlns tuepp Surpuuqrp r33uq nqns
uu8uep tunrpetu urepp ledec qrqel l?qrueJeur rfunq Sueqruole8 B^\r{Bq uu4lnlunueur e8nl uurlqeued
'u,(ulnfuuleg 'se8 runrpeu urupp epuduep ludec qrqol teqruereur r,(unq trcc urnlpetu uulup 'u1nd
uep[rueq 'JrEO runrpeu upud uelSurpuuqrp 'lepud urnrperu eped ludec qlqel luquuJeu t,(unq'ru1 BUoJB{
qe16 1edec qrqel rpufte1 Suuqruole8 ueleqruured uSSuqes 'rnlurel qlqel uep tpuftel qupnur qtqel
pz eped:lDIIJeq ru8eqes uulseyehp
1e1p.red JBIuB uuqnluos 'lrqels e,(uuuunsns 3ue,( 1e41rud uu8uep
ledup rul 1eg 'ufulqeqes uep 'yrquls 8ue,( 1e>pped ue8uep urnlpeu epud ludec glqel leqtuuJeru r.(ung
'({ltppunq a*tvpt Jpuler ueqsqruelo>l te18up; se? luz urulp rIB {pp-{pp uu8unpuel e,(qusrur luedes
'NZ uuielep urel 1e4ged ue8unpuul uep tnleredurel '1e1qrud uuunsns qelo elnd uu>lruuellp 1e4ued
ueludere4'ur BJetueruog 'ufurnppp 8ue,{ urnrparu 1ez 1e1pmd uulude:e>1 eped SungueS.raq ilunq leqruuJ
ueledece;1 'Jeueq {Bpll rur u,(uqnSSunses 'Suuqurole8 Suuiuud uup ISuen{eU eped Sunlue8req r,(unq

lequuJ uuludecel e,trqeq ue44nfunuaur qelo-rleloes (1) uueruusred qseyq 'dulel 8uu,( lEqIueJ ueledacel
ue8uep qere ele8es e{ tuqtueJelu uele r^{unq 'ueSouoq 8ue,( urntpeu uped luqurureu u{po)

(ur) Euequolo8 Sueluud =


(211) tsuenlery =
(lepnu) leqruur ueledecel =

t
A

:uuBueq

!.1=t

(r)

:ln)IIreq
rc3uqes ueutuesred ruulep uDISIInlp ludup Suequrole8 uulequrered nelu uutlupulfued uupefay '4rlep
ntus ruulep qupurfueq 8uu,( Suelued 1ztot ue41nlunueru {llep dup uerele8 e,(ur1u(ueq 'nll BUeJB>l
qelo 'snurs Suequole8 nlus >lerulas qneluau >pre8req u,(u8uequrole8 'rule8req 1a[qo qunqes qu1
derleg '(tepTur) lnep-red-releur qeppu ufuuenles '>1qep nles nt{B^\ IuBIep nluouol qerz uped l,(unq
Suuqurole8 qelo qnduralrp ndrueur 8ue,( >1e.re[ qelupe (,r) rselou uu8uep uelSueqruepp 8ue,( leqIuEJ
uuledece; 'nlueuet tunrpetu urelep r,{unq tEq{uBJ uuledecel qBIBpB t,(unq uup UIBI uetuelg
'qupueJ rsuen{ery ruupp ilunq-ilunq ue>lru8uepueur
uerue,(u qrqol ersnuelu B^\qeq uu>plnlunueu uuBlleuod '(zH 000? sele rp) t33uq tsuenler; uup (zg
9967 rcdrues zH 000I) Suepes rsuen>leq '(zU 000I qu,!\uq p) qepue; ISUan{eU ueSuep r,(unq-r,(unq

esnuery redueg ercpu1 uep

$ung I

qeg

Akustika Bangunan

Siang hari

Udara dingin
(Kecepatan rendah)

Gambar '1.7 . Perambatan gelombang bunyi pada medium udara sesungguhnya tidak lurus namun
membelok sesuai suhu udara yang dilaluinya.

udara normal yang tersusun dari 78Vo Nitrogen (N), 21Ea Oksigen (Oz), dan sisanya CO, serta gas
lain, pada suhu 15oC. Seringkali muncul pertanyaan mengapa digunakan acuan 15oC, sedangkan
tidak semua lokasi memiliki suhu tersebut. Sebagai contoh, Indonesia yang umumnya terik, dapat
dipastikan sangat jarang berada pada suhu tersebut. Itu sebabnya, angka 340 m/det tidak begitu saja
bisa langsung dipakai sebagai acuan. Pendapat ini ada benarnya. Untuk iklim seperti Indonesia,
kecepatan rambat gelombang bunyi pada suhu 20oC-30oC akan lebih sesuai untuk dipergunakan.
Pada suhu ini, kecepatan rambat gelombang bunyi adalah sekitar 345 mldet.
Ketika kecepatan rambat gelombang bunyi dapat kita anggap tetap, entah pada 340 m/det atau
345 mldet, dengan menggunakan persamaan (1), dapat dijelaskan bahwa setiap kali nilai Qf turun,
maka nilai (7.) naik, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, meski tidak identik, dapat diartikan
bahwa setiap frekuensi selalu memiliki panjang gelombang tersendiri. Pada udara hangat-panas,
perambatan gelombang bunyi akan cenderung mengarah ke atas dan pada udara sejuk-dingin
perambatannya cenderung mengarah ke bawah (Gambar 1.7).

r.4. Amplitudo
Pada bagian sebelumnya telah diulas bahwa frekuensi bunyi menentukan jenis atau warna bunyi
yang muncul, sedangkan panjang gelombang bunyi menunjukkan kekuatan bunyi. Kekuatan ini tidak
diartikan sebagai keras atau pelannya bunyi, namun kuat/lemahnya getaran yang ditimbulkannya.
Bunyi-bunyi berfrekuensi rendah adalah bunyi yang memiliki panjang gelombang yang besar, semakin
rendah frekuensinya semakin panjang gelombangnya sehingga semakin kuat getarannya. Oleh karena
itu pada saat mempelajari bunyi-bunyi dengan frekuensi rendah, umumnya sekaligus dipelajari pula
getaran yang terjadi (sound and vibration).
Ketika frekuensi dan panjang gelombang tidak menunjukkan keras atau pelannya bunyi, maka
yang berpengaruh terhadap hal ini adalah amplitudo atau simpangan gelombang yang dilambangkan
sebagai (A). Gambar 1.8 menunjukkan bahwa (A) tidak bergantung secara langsung pada panjang
gelombang. Gelombang panjang maupun gelombang pendek dapat menghasilkan simpangan yang
besar dan kecil. Semakin besar simpangannya, semakin keraslah bunyi yang muncul dari getaran

yang terjadi, demikian pula sebaliknya.


Amplitudo

Gambar 1.8. Amplitudo


me

lI

nu

nj

kka n ke ra s/le m ah nya bu nyi

r:i:un 'nlr Euere>l qelo 'e[DIIIeqss uep JpBSeu e{ Jlllsod IJ?p qeqn-qeqlueq nlelss InqIun 3w,(
'r"uelal ?{eru 'le{luud ue8uuSSuer uep uutuder pnlnm urulep leqrueretu ueJele8 uueft) '(e4) pcse4
uenles uelsp Sunlrqrp atnssatd punos 'BrBpn le{ruBd ualaueru 8ue,t .rete3-req {ofqo ef,uepe ?uoJB{
qalo u?{qeqesrp 3ue,( reJsorulu rp ?Jupn uuuB>lel rsBrJeA eleJ-elvt qBIBpe atnssatd pur?os pn$leurp
3uua '(d) atnssatd punos ue11arnSSueru r{Blepu u.(uln4ueq uurnln8ue4 'lrJe{ leruu 8ue,( u,(urepu
euare{ r{elo uncu uelpefip tedup 8uerru1 eSnl .urp1e16 uBnlBS uu{eunSSuaur Sunlrqrp 3ue,( r,(unq
spllsuelur qelSuuas e>luru 'lrce{ leue 8uu,( e,(urelru Eueru{ uance ue{rpefip tedep 4epp u,lod punos
B{rle)

'u,(uuruualrp 8uu,( r.{unq qeluuled uDlurues nBlB selrsualur LIBIITooI ullutuas 'r,(unq requrns r.rup

m8uepued 4zruf qnef uplutues rrele Q) rulru Jseq uDIBues uaquq uelsulelueur (7) ueuruusre4

(ru) r,(unq requns trep {uJel


(pu16) t,{unq

=l

requns ueten{o{ nelu e,(ep = 7

(.ui4le6; t,(unq requns IJep ./ lerel eped r,,(unq sulrsuelul

;uuBueg

k)

#=,
;ln{ueq rc8uqes uperuus:ed uu8uap

Sunlqrp ludup u.(uilunq sulrsuelur 'tnqesra BIoq ruBIBp nlueuet {plt BpBd '(g'1 requug) eyoq qredes
{nluaqJeq Suunr uelpsuq8ueru rre{B rur usJuqes 'qere ele8es e>l leqrrruJoru e,(uueru}a8 uzp rule8req r(unq
Jeqruns qalqo qenqes B{Ite) 'zurAe^\ qelepe e.(uuunleg 'sunl uenlus nd tauod punos :n1rcK'rfunq
sBllsualul nule (7) Mlsuarur punos uvauap us)ln{?irp pdep eSnl r{unq u313n{e{ 1e13up uu;m1n8ue4
'3unsBuu1
etecas tauod punos fi\eleuJ r,(unq uu1en1e1 Sunlq8uetu >lnlun u1r1 l3eq tqns dnlnc qelSurres e>1eur
'sere1 leruu 8ue,( r.(unq qeluqnq EIDI JBlDIes Ip IJeq-lJuqes Incunu 8ue,( r,(unq BueJ>l qelo '1el11oll{
udereqeq uelpseq8ueu e,(ueq serel teSues 3uu,( lef lernused urseur ue>18uepes 'elus l(ru I JBSDIJaq
e,(ueq leualreq 3ue,( ersnueru r,(unq 6reua 'qoluoo IIqUV ':zsaq nl?lJel r{Bl{epl e,(uqnSSunses
r,(unq uulup Sunpueryq 3ue,( r8reue uuDlrruop unluuu 'r,(unq uep 8unuefuel {llsrJet>IBJDI qeppu
nuod punog '(76) Iq!\ uuntes wepp (fl ru8eqes uelrsetourp u,ttod punog lfunq reqruns qelo
rslnpordrp 8ue,( r8reue qeprnl uul.rusupJeq L(unq ueleruIel uernln8ued uruc qeppu tamod punog
'uunJe ue{rpelrp 3ue,( resep a13uu nele relru uped uu4resupreq u13ue nulr rulru ru8uqes
up,>IIlrBIp IUI le^el nete lB)BulJ '$7aa,a7 punos) r,(unq lulSurl Inlleru JnInIp ludep urnrun ereces
ilunq uelen4e{ el\quq uu{reJnrp ue{p rur uer8rq epe4 'r,(unq e,(uue1ed7sure1 uerynfunueur uelu ?uef
opnlqdrue ueSuep tlu>lre1 r,(unq uelenle>1 (7) uup i(Suequrole8 Suelued ue8uap uelelreq) uerela8
uutun>Io{ uu8uep uu>lrssrsoserp Suef r{unq uut?nla{ (i) n1rc,( 'ueno? ue{rpulrp ustq 8ue.{ pq ?np epu
r,(unq uetun{e>1 uapnqe,(ueru IBBS upud e,nquq uu1se1eftp 'u,(urunleqes uut8uq epud uurern rnlBIeI{
::

slaaa7

. I :i;iiilgontErfe8ffi

punos .g.r

'rsuen>le{ ue}B{ope{ pllgrreur lepn 8ue,( urel 4e[qo


ue4re1a83ueu ndueur eSSurqes '(qepuer rsuon{eu ue8uop >lelqo nutu ruseq 8uu,{ Suequrole8 8uuluud
ue8uep lefqo) leqeq 8ue,( uerete8 uelen>Ie>l DIrIIuau 8ue,( >1elqo qEIBpe rula8req 3ue,( r,(unq raquns
apta4 rpufte1 ledup e8n[rsueuoseJ'rsuen{a{ uudurura4 nele usuuuse{ qalo uu{tuqrxerp urBIaS

>1elqo

'te4ap dnlnc >1e[qo unpal

lurul e4te1 lpnl qrqal 1pufte1 uBnl rsuuuosa5 'efursuanler;

uutu{epJ?q

u,(ueq 1e[qo ?npe>l EIna{ tun>I nlBIJet >luprl unruuu 'efursuenler; srs.red eues ]nqesrol lelqo enp e1q
1eru1 lu8uus peftq uu{B rsuuoseg 'ru1e3req 3ue,( r,(unq Jeqruns 4elqo uuSuep rsuen>leq uedurura>1
nele ueusa>l l{qrueur tnqesJal releSreq 1n>y 3uu,( 1e[qo euere>1 'rele8req 8ue,( r,{unq roquns
1a[qo qenqes rJ?p nluolJat 4eret epud upsJeq 3uu,{ latqo u.(urele8req 1n1r eznrlsrred quppu rsuuuosod
'rsuuuoser ruue8ueu ue{B{nrue>lrp e,(uurr1 Surlued 'ueun8ueq u>Irlsn>Ie uululedureur leus BpEd
i

!: .: :l a!

ar

i:i;lx,:li:e1,ffiffi

rsuuuoseu'9'I
6

esnuery redueg etapul uep

$ung

1 qeg

tr

1A

Akustika Bangunan

memudahkan pengukuran, nilai ini kemudian dihitung rialam akar kuadratnya, sehingga nilainya
selalu positif" Bunyi yang sangat keras hanya menghasilkan tekanan di udara sebesar-besarnyaA,TOT
Pa' Angka ini-pun menunjukkan bahwa pengukuran dengan sound pressure tidak akan mudah
dilakukan, sebab juga menggunakan nilai yang amat kecil.

r.7. Hubungan antara Intensitas dan Tekanan


Intensitas suatu bunyi berbanding secara proporsional dengan kuadrat tekanannya dan dapat dituliskan
dalam persamaan sebagai berikut:

l=!-

(3)

pv

Dengan:

I=
pp-

intensitas bunyi lWatt/m2)


tekanan bunyi (Pa)
kerapatan material (kg/m31
V= kecepatan bunyi (m/det)

Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai ambang batas frekuensi yang mampu didengar

telinga manusia. Selanjutnya hubungan antara intensitas dan tekanan alian menunjukkan adanya
ambang batas bunyi yang dapat didengarkan telinga manusia, diukur dengan tingkat kekuatan bunyi.
Ambang batas bawah (threshold of hearing) adalah bunyi terlemah yang dapat didengar telinga
manusia pada kondisi normal. Angka ambang batas bawah ini seringkali sedikit berbeda bagi setiap
individu. Biia diukur dalam intensitas, ambang batas bawah manusia berada pada 1.10-12 Watt/m2,
sedangkan bila diukur dalam tekanan, ambang batas bawah manusia berada pada 2.10"-s pa.
Selain ambang batas bawah, manusia juga memiliki ambang batas atas (threshold of pain), yaitl
bunyi terkeras yang mampu didengarkan tanpa menirnbulkan rasa sakit di telinga. Bunyi yang amat
keras tentu saja membuat nyeri pada indera pendengaran dan bagian tubuh lainnya. Ambang batas
atas manusia yang diukur dengan intensitas berada pada 100 WatUm2 sedangkan bila diukur dengan
tekanan berada pada 200 Pa.
Pada pengukuran intensitas bunyi dengan menggunakan tekanan, dikenal istilah sound pressure
level (SPL), yaitu nilai yang menunjukkan perubahan tekanan di dalam udara karena adanya perambatan
gelombang bunyi. SPL diukur dalam skala dB dengan mengacu pada standar tertentu (biasanya yang
dipakai adalah 20 pPa).
SpL

= 20 bg!Po

(4)

Dengan:

SPL = sound pressure level (dB)

p = tekanan dalam

Po

Pa atau bars (1 Pa

10 pbars)

tekanan acuan (20 pPa)

r.8. DeciBell (dB)


Beberapa model pengukuran tingkat kekuatan bunyi yang telah dibahas pada bagian sebelumnya
menunjukkan bahwa pada beberapa hal, pengukuran menjadi tidak nyaman dan sulit dilakukan
karena menggunakan angka-angka yang terlalu kecil, demikian pula pengukuran tingkat kekuatan
bunyi dengan bantuan ambang bawah dan ambang batas atas telingapun tidak selalu mudah dilakukan
karena terlalu jauh selisihnya, yaitu dari 1 x 10-12 Watt/m2 sampai 100 Watt/m2, atau dari 2 x l0-5 pa
sampai 200 Pa.

uem8uepued qe,lAeq sleq Suequry


rrsepreq ur8ue '3uuue] Suef usaq
Iururou uede:iecre6

z0'0

09

200'0

09 'p's 0t

2000'0

OZ

20000'0

0I 'p's 0

06

uelefteq rde ele;ey

08

uppl ul?duarad 4olo4

AL

u,(uurnurn nqep lope,{ued urseprtr

{slralJeq wEuep uederycra6

0il

8ue,( {llo{sig
lttolstq

001

qnpe8 8ue,{ 1r:qe6


qnpe8

qnpu8 leue 8ue,(

sepuel P33uI] tuuq.iel leaPsed


uere8uepued sule seleq Sueqruy

OZT

CU

OZ

0gI

O'I

ooz

(u4) a.rnssa.r4
(sp)
uBBpBa{
punos
qoluoJ
Io^a.I punos
(gp utnpp) Dsnuow uruo?uapuad sotoq SuoEuy'Z'I IeqBJ

nEtE suro>l qlqel

Iu{

'erueued ilunq uep uelod qrqal {e{ qe8ueles


enp u,(uqnSSunses 3ue.( unpe>1 r.(unq ue>IJBBuepuaIrI uu>Iu Elsnustu u8uqal nleur

'gp 0I epeqroq Sued r,(unq enp BpE Eirqcde 'ryuqur8oy ue8urpuzqred leporu uu{BunSSueru ue8ue(I
'gp t qrsros upe DIqo{ lpefua1 ruuq lerruou ffoes uu>lBSBJrp ledep 8ue.{ uaepeqred 'uunlnuep unuIEN

'gp I

IrJa{Jot r{rslles u8uap r,(unq nlens ueepoqred uB{BSBroIu

tudep Ieuilou BISnuBru u8ullal


.Z'I

IEqEJ

eoed ue>l.ruqruu8rp uueurre8uqes '.ru8ueprp ndrueru 8ue,t r,(unq ualen{a{ LrEp sBlB uep qe,&eq suluq
Sueqrue rrrqele8ueru {nlun ersnuBr-rr uu>p{upnrueur gp u?nls ue8uop r,(unq uulen{e{ uerruln8ued
'gp rrrutep r(unq uurnlnBuad uuqtqusa4 1e13uq ue{unJnuotu 8ue,( .roqe; u,(uepe uup sedel.ral
'Epeqreq 8uu.( ueuulot Isrpuo{ epud r,(unq de4-dep {Itsual{uJe{ ueupaq:ed e,(uepy 'Z
'rrl{e,4s dutlcs lsenDlng ruele8ueru e,(uutnrun ilunq ueuelol ?A\qeg 'I
:JoryuJ uped Sunlue8raq uu8uudul rp redrunftp euuurcSeqes ue8urstqel 1a13up p33un1
u13uu euerel 1uls 1p uu4uun8rp qrseru ..uBJlryed,, e1e;1 'Btuus 8uE{ qnru8ued ue8uep ueBuISIqo{
1n13uri uueJplJad ueSuop uEtIu>IJeg lnqasJel gp 0t e/hquq uurynfunue{u u8nl Suqued UDIg 'ud
g90'0 Jpseqes ueue{el ue8uep ruBS uep ztuclnel11 6_0I JBSeqes sullsuelul ue8uep UIUBS gp 0L 'qotuoc
ru8eqag 'uenles uep uJn>ln tuulep ?peqJaq :Bpoq.Iaq Suuf tue DIIIrureu etues 3u?,( e43uu tnpleru

uerrr>ln8ued Ieporu npa{ qelo un11n[un1rp 8uu,( IenDIB uzuu{el uup IEnDIe sellsualui 'e,(u;uueqes
r>1sau'i.(unq uulun{o{ 1e13up uurn4n8ued Jepu?ls te8uqes Ie{dp qtqus u.(uenp-Bnpo) 'Q)toqsatqj
Suuoaq) e,(uqupueral 1a,tay wSeqes gp 0 uz>lslsuq:eq 8uu,,( ucrnln8uad Ispour qulupe 11 undneu
uee1e,(ue>1 uBIEp 'upaqJeq 8rre,{ uernln8ued erec ueleunSSuau 11sey1

,lds {luq 'uu3uudul rp

uelSurpueqredrp Sued Ie^\B uep Jltpie ueue>lol


uulSurpueqradrp 8uu,{ t,{unq 1e,,'re uep JIq>lE sellsuelul

-td uep zd
= 11 uep z1

(gp) r,(unq setlsuetul qelepe =

7I
:ueBueq

( td\
(E)

,[t,Jo'to'ol

1l

=T

orSoloI

- TI

:ln{Faq rc8eqes qelupu uuluun8rp 8uu,( ueuruusre6 '(leqtsap sIInlIp tuntun


u;uces 8ue,() fiaflcap ueues ruelup Suntrqrp e.(ulnluules uup ryrulrreSol tuelsls ue8uep umlrulullp
riir uu8urpueqrad 'ueur?{atr rBlru Bnp e;e1uu undneu selrsualul IlIu Bnp uruluu edruoq ledep 'te1ru enp
eJulue lp uu8upueqrad nelu orsuJ ruetsrs ue8uep uernln8ued lepour I{EIIu>Iudtp 'n1r eueJu{ qelo

lL

esnuery rebueq ercpu1 uep

dung I

qeg

12

Akustika Bangunan

Tabel 1.3. Perbedaan tingkat kekuatan bunyi dan penerimaan


teling.a manusia (Stein, dkk, 1986 dan McMullan, l99l)
Perbedaan dua sumber bunyi

+/-l

dB

+/-3 dB
+/-6 dB

+l-7

dB

+10dB

Penerimaan telinga
Tidak terlalu berbeda

Mulai dapat dibedakan


Dapat dibedakan cukup jelas
Dapat dibedakan dengan jelas
Dua kali lebih keras

-10 dB

Setengah kali lebih pelan

-20 dB

Empat kali lebih keras


Seperempat kali lebih pelan

+20dB

r.g. Phon Scale


Telinga manusia mampu mendengar bunyi pada batas 20 Hz hingga 20 KIlz. Namun demikian,
telinga sesungguhnya tidak sensitif pada semua frekuensi dalam batas tersebut. Telinga sangat sensitif
pada frekuensi 3000 Hz - 4000 Hz dan kurang sensitif pada bunyi-bunyi frekuensi rendah. Pada
frekuensi sensitif, dalam keadaan tertentu manusia bahkan mampu mendengar bunyi pada kekuatan
-5 dB. Telinga melakukan respons terhadap bunyi secara khusus sesuai frekuensi yang muncul.
Respons ini berupa mekanisme dengar/getar yang berbeda agar telinga menjadi lebih sensitif pada
bunyi-bunyi yang sebenarnya kurang jelas. Sebagai contoh, ketika mendengar bunyi berfrekuensi
rendah, telinga akan melakukan mekanisme tertentu agar dapat mendengar lebih baik. Sebaliknya,
telinga juga akan menurunkan tingkat sensitivitas pada bunyi-bunyi yang membuat telinga terlalu
sensitif.
Respons telinga yang berbeda sesuai frekuensi bunyi yang muncul ini menghasilkan grafik yang
tidak linear (gemaris). Sebuah tes telah dilakukan terhadap batas-batas tertentu. Tes ini menghasilkan
serangkaian kurva yang disebut "equal loudness level contours" atau disebutjuga sebagai"FletcherMunson equal loudness contours", yang diambil dari nama dua peneliti utama yang mengadakan tes
ini. Kurva ini telah distandarkan secara internasional sebagai kurva referensi untuk menunjukkan
respons telinga nonnal pada tingkat kekuatan bunyi tertentu pada frekuensi tertentu.
Sebagai pedoman, berhubung 0 dB yang dijadikan acuan untuk mengukur intensitas atau tekanan
bunyi pada threshold of hearing muncul pada frekuensi 1000 Hz, maka keseluruhan kurva dan data
yang muncul mengacu pula pada frekuensi ini dengan menggunakan skala phon Qthon scale). Phon
scale dapat diartikan sebagai tingkat kekerasan bunyi pada frekuensi tertentu yang sama dengan
tingkat dB pada frekuensi 1000 Hz pada kontur atau kurva tersebut. Sebagai contoh, cennati Gambar
1.9, bunyi dengan tingkat 60 dB dirasa lebih keras, yaitu dalam tingkat 60 phon, bila berada pada
frekuensi 1000 Hz, namun dirasa lebih lemah/pelan, yaitu hanya 30 phon ketika frekuensinya 50 Hz.
Perbedaan ini diakibatkan oleh berbedanya respons telinga terhadap frekuensi tertentu, meski
sebenarnya bunyi yang muncul sama-sama pada tingkat SPL 60 dB.
Gambar 1.9 juga menunjukkan bahwa telinga manusia kurang sensitif pada frekuensi rendah,
terutama pada tingkat SPL yang amat rendah. Kumpulan kurva tersebut juga menunjukkan bahwa
pada tingkat SPL 45 dB sampai 85 dB dan kelompok frekuensi 150 Hz sampai 6000 Hz, kurvanya
berkontur hampir rata. Hal ini menunjukkan bahwa respons telinga juga mendatar secara efektif.
Telinga manusia merespons sangat ekstrim pada tingkat SPL yang terlalu rendah dan terlalu tinggi
(pada frekuensi di bawah 150 Hz dan di atas 6000 Hz).

1.1o. Sound Weighting


Respons telinga yang berbeda-beda terhadap bunyi pada frekuensi tertentu akhirnya mengelompokkan

bunyi-bunyi dalam bobot tertentu, sesuai kesan atau sensasi yang diterima oleh telinga. Dalam
bahasa Inggris, metode
I

L.-

ini disebut sound weigthlng. Pembobotan bunyi dibedakan menjadi:

(01'I reqtuBD uBp 6'I ftqruBD Iterurec'zH 000I ISueDIeU Eped uoqd 0L uE8uep {puepl
rrdtueq) Suupes r.{unq-r,(unq suodsereur e8uq4 ISIpuoI eped ueluldrcrp 3ue,( e1e>IS :g loqog
(g1'1 reqrueg uup 6'I ruqIuED IlBIrLIec 'zH 000I tsuenler; epud
uoqd 97 ueSuep {puepr rrdruuq) w>Ireqerp qulSuues zH 00I rlu^req rp qspuer n1eFe1 3uu.{
rsuen>ler;-rsuaruIeu 'relum 3uu.( suodseJ DlrTrrueru delel u8urlq ru8e 'eduuueJu>l qelo 't{Epuer
rsuen{e{req ilunq ru8uepuetu ndureur.ru8u leqeq tsuldepuraq e8uqq uSSurqes 'qupuu t.(unq
ISIpuo>l epud ueleldrcrp Suuf rro8elal qelepu Y loqog
-1.(unq suodsereur

lreq 8uern1 u8ul14

beAt 'rytp'upld 6u!ltl6!en punos eNny'01'I JEquBg


(zg) tsuanle:3
000

0t

0002 000t 009

002

00t

/v
0e- n
a
sz- E'(tg
0z- d
(D

q)

/a

9L- =
@
0l-

,.-t
V
9+

bgAl. 'Dlp'we1g) stno4uoc p^ol ssaupnq pnbe eruny'6'l lequeC


(zg)

000'0r

0009

lsuan>1er3

00t 09

0001

|| | t

rt

0z
t

reOueprp esrq

--t

I --t
a -j
I -J

1:
1".]
A

::-:l

6ueI r,(unq ynlun

*l

unururur eAJn)

*T

onE
o
C

no

oego

\N.

o'l

---061

esnuery rebueq ercpu1 uep

fiung

oz8
o.

0e

cl
09
09

3
'-

\
\
]

'-gt

ao
08;
N
o

oor 3

'-+rtt

0zt

0zt

tl

1 qeg

14

Akustika Bangunan

Bobot C: skala yang diciptakan ketika telinga seolah mendapat sensasi yang sama atau
melakukan respons yang sama terhadap bunyi pada hampir semua frekuensi, sehingga
kurvanya hampir mendatar (Gambarl.10)

Bobot D; skala yang diciptakan ketika telinga merespons bunyi-bunyi yang muncul dari
kapal terbang (pada frekuensi sensitif 2000 - 5000 Hz).
Pada pengukuran secara subjektif terhadap respons telinga tiap-tiap orang, ternyata ditemukan
bahwa bobot B dan C seringkali tidak tepat. Hal ini terjadi karena grafik yang dijadikan acuan lebih
cenderung untuk mengukur bunyi-bunyi dengan satu jenis tone (penekanan) saja, sementara dalam
kehidupan sehari-hari, dalam waktu yang bersamaan, seringkali kita mendengar bunyi-bunyi dalam
bermacam-macam tone. Sebaliknya pada bobot A, hasil pengukuran sensasi tingkat kekerasan yang

dirasakan orang umumnya tepat.


pedoman pengukuran.

Itu

sebabnya, bobot inilah yang lebih banyak dipakai sebagai

1.11. Sound Leuel Meter (SLM)


Tingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur dengan alat yang disebut Sound Level Meter (SLM).
Alat ini terdiri dari: mikrofon, amplifier, weighting network dan layar display dalam satuan dB.
Layarnya dapat berupa layar manual yang ditunjukkan dengan jarum dan angka seperti halnya jam
manual, ataupun berupa layar digital seperti halnya jam digital. SLM sederhana hanya dapat mengukur
tingkat kekerasan bunyi dalam satuan dB, sedangkan SLM yang canggih sekaligus mampu
menunjukkan frekuensi bunyi yang diukur. Proses kerja SI-M sederhana diilustrasikan dalam Gambar
1.11.

SLM yang amat sederhana biasanya hanya dilengkapi dengan bobot pengukuran A (dBA) dengan
(idak dapat menyimpan dan mengolah data), sedangkan yang sedikit
lebih baik, dilengkapi pula dengan skala pengukuran B dan C. Beberapa SLM yang lebih canggih
dapat sekaligus dipakai untuk menganalisis tingkat kekerasan dan frekuensi bunyi yang muncul
selama rentang waktu tertentu (misalnya tingkat kekerasan selama I menit, l0 menit, atau 8 jam),
dan mampu menggambarkan gelombang yang terjadi. Beberapa produsen menamakannya Hand
Held Analyser (HHA), ada pula dalam model Desk Analyser (DA).
Meski nampak canggih dan rumit, sesungguhnya menggunakan SLM untuk mengukur tingkat
kekerasan bunyi tidaklah sulit. Yang terpenting adalah menaati pedoman atau standar yang telah
ditetapkan agar hasil pengukurannya menjadi sahih. Adapun persyaratan tersebut adalah (Gambar
sistem pengukuran seketika

1.13):

1.

Agar posisi pengukuran stabil, SLM sebaiknya dipasang pada tripod. Setiap SLM, bahkan
yang paling sederhana, idealnya dilengkapi dengan lubang untuk mendudukkannya pada
tripod. SLM yang diletakkan pada tripod lebih stabil posisinya dibandingkan yang dipegang
oleh tangan operator (manusia yang mengoperasikannya). Posisi operator yang terlalu dekat
Skala-dB

atau

Amplifier

.--i----L-II_II

l"l

Filter oktaf-band
Gambar 1,11. Slsfem kerja Sound Level Meter

Monitor hasil

gL

'efiet uele[ uep de epJol


'yuqed usaw '6ueqtq pilesed uebulslqdt @te[ wruel qerces)
'uenpede4 ederoqoq \nrun W1S ueeun66ue4 'r!';, requrEg
ttltlos

ouo'\oo

w1S ue>teun66uew Jees JoJetedo rsrso6r

'0l'l Jequeg

ralary p^e1 punos ppow edeleqog

'Z!'! requeg

F.{ 1)
i
iffr
r
..,

$
esnuery rebuag ercpu1 uep ilung

E-

16

Akustika Bangunan

Dok. Bruel & Kjaer

Gambar '|.15. SLM yang langsung terhubung dengan poriable analyser

dengan SLM juga dapat mengganggu penerimaan bunyi oleh SLM karena tubuh manusia

mampu memantulkan bunyi. Peletakan SLM pada papan, seperti meja atau kursi, juga
dapat mengurangi kesahihan hasil pengukuran karena sarana tersebut akan memantulkan
bunyi yang diterima.

2.

Operator SLM setidaknya berdiri pada jarak 0,5 m dari SLM agar tidak terjadi efek
pemantulan.

3.

Untuk menghindari terjadinya pantulan dari elemen-elemen permukaan di sekitarnya, SLM


sebaiknya ditempatkan pada posisi 1,2 m dafi atas permukaan lantai; 3,5 m dari permukaan
dinding atau objek lain yang akan memantulkan bunyi.

4.

Untuk pengukuran di dalam ruangan atau bangunan, SLM berada pada posisi 1 m dari
dinding-dinding pembentuk ruangan. Bila diletakkan dihadapan jendela maka jaraknya 1,5
m dari jendela tersebut. Agar hasil lebih sahih, karena adanya kemungkinan pemantulan
oleh elemen pembentuk ruang, pengukuran dengan SLM dalam ruang sebaiknya dilakukan
pada tiga titik berbeda dengan jarak antar titik lebih kurang 0,5 m.

5.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sahih dan mampu mencatat semua fluktuasi
bunyi yang terjadi, SLM dipasang pada posisi slow responsse.

Apabila pengukuran tingkat kekerasan bunyi dilakukan menggunakan SLM, namun tidak
mengikuti standar pemakaian SLM sebagaimana disebutkan, pentinglah kiranya disampaikan catatan
khusus mengenai kondisi-kondisi yang menyimpang tersebut untuk melengkapi data-data hasil
pengukuran yang dihasilkan.

,:':,1?.:.

tt"nsa Manusia

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, manusia mendengarkan bunyi yang ada di sekitarnya mengguna-

kan indera pendengaran. Bagian pertama indera pendengaran manusia yang menerima perambatan
gelombang bunyi adalah daun telinga. Untuk dapat mengetahui secara rinci mengenai mekanisme
yang tejadi di dalam telinga sehingga manusia dapat mendengar bunyi, mari kita lihat bagian-bagian
telinga manusia, yang dibedakan menjadi tiga bagian sebagai berikut (Gambar 1.16):

1.

Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (dalam bahasa medis disebut pinna) dan saluran telinga
(yang disebut juga kanal telinga). Rangkaian telinga luar ini bertugas menangkap gelombang bunyi

'3ueduilueu 3uu,( eursrueleur u,(uepe ualqeqesrp elnd ludup rdetel 'e8urlel ueruele qqel nelu ruBS l{elus
eped uendruuue>l ueunrnued u,(uepe uueJE>I lpufret ledep rut uunSSueg 'uun33ue8 rurelu8ueur u8uqel
uulqsudrp ludep eluur 'rur r.(unq ue4re8uepueru nduruur >lruun lnlep qlqel 8ue,( >1urul unlqntnqlp
uyqudy 'r.(unq requrns uep Jeleru g rcdruus Jele{u 9 luruf urupp Sp 0Z eped r,(unq ru8uepueru
nduruu IstuJou ursnuetu e8q1e1 'u.{urlsour uuBruIBBBqes >lupll Ipulueu BurlJellp 8uu^( r,(unq

sB}IIen>I

uSSulqes 'uun88uu8 nuule8uetu e8qyel B^\qeq ue{lu{lp ledup e>luur '3uedrul,(ueu 3ue,( eursruu4eu
rpehel uup uetuole Ispuo{ ue>lnrue}Ip qeqes nlens eueJDI ellqedy 'lu{Iuou u8q14 epud rsrpuol
u8urel ufte4 eursruu>leu uep e8ugq ueruelg
qBIepB ufuurnleqes uer8uq ruelep uIruJnrp qelet 3ue,t

I ::t::!:!1ltsil*slffi

BtuIIeI Bpud uBnEfluEC '8r'r


'u1nd epeq-upeqreq r,(unq qenqes upud
npr^rpur Surseru-Sursuru uueturJeuad uelqeqe,(ueu tuelup IIpuB llllrueur u8nl upeqreq 3ue,( npI^IpuI
duq rselerfuAur uendurutue{ ulJeseq e8q14 rsrpuo) '>lulo uep sudelrel lepu r,(unq ueltsulerfuelur
-3ueu uep dulSueueru ruupp e8urlet ufre4 ousrue>lolu BlAIIeq uu>p1nfunueur sBlB Ip uBIuJn
'uerqrueru rtqle Sunln Ip ledeprol 8ue.{;urus 000'92 r?lPIes qelo >lulo
e{ urlrpllp e,(u1n[uu1es 8uu.( 1uqe1e 1n,(uep rpelueru qe8u4 e8u114 uep e.(uuurFelrp 8uu,( {IuDIeru
uBJBleB quqnfiueru 1n1un se8ngeq rur ruBIBp EAurIet uurelSuug 'nll ueJnles Sueluudes Dalqro) e88uor
rfieqrueru fluef, nst1oq lnqoslp 3uu,( uurqueu ludep.rq oalq)o) UIEIp Ip 'uBJIsc uleles, 'DalqcoJ
lnqasrp 8ue,( lndrs qeturu luedes {ruueqJeq 3ue,( uurrec Isueq uuJnlus IJBp ulpJe1 tuupp e8q1e1
urBIBp u8u;1e; 'g

'ersnuuru ue8uuqurlese{ rnle8ueur suSngeq 8ue,(


uuJruc rsrJeq uere13u4 qu8ueles uBJnlBS eBB ledup;q e8nl qe8u4 e8ullel eped'uDlqrDtslra lnqeslp
3ue,( uzrnps nlens InlBIeIu uu8uolSuo;e4 ue8uep Sunqnqr4 qe8u4 e8uqel eped aepn e83uog
.qe3u4
rsr8ueru 3ue,( uurrec rsueq e88uoJ e>l eJspn Isueq s38uoJ rrup uurule8 ueqepurfued
efuqel
tq^uo 'raLuMDq
{nlun tunrperu rc3eqes se8ngeq tur 3uu1n1 e8rle; '(dntttls uep

uelrunsefueru

:uelnqes uefiuep Ieue{p runrun Bseqeq urupp nelu) sada|s uep 'sncw 'snallora :lnqeslp Sursuru-Sursuur
3ue,{ pdurnflued 3uup1 e8q eped ue4udurusp e,(ulnluules rur uurula8 'uuqtuoru qelo 'luue>I Inleletu
ue>lJnlesrp uep u8uq4 unup qelo de18uul1p qu1e1 3ue,( ueJele8 Suns8uel eJuJes etulJeuelu uu{u ruI
uBJqtueIAI'stdn le8uus 3ue,( uu;qureru qenqas nlrc,('e8uqfl Suupue8 Irep rc1nlulp qu8uel uet8eg

qu8ual

u8q1al

'2,

'e8ur14 Suepue8

6unpuqeu se8ngeq 8ue,( Suulueureru udrd lredes {nlueqJeq puul uulSuepos 'JEnl qBrB e{ JBqeIeu
ngle Jgsequeru uplerues 3uu.{ Suoroc Intueqreq rup,( 'r,(unq dulSueued rc3uqas e,(use8nl ue8uep
{nlueg 'pue1 8un[n rp >lulalJol 3uu,( e8uget Suupue8 e1 e,(uuulsrueueu uep
u{runsesrp eflq14 unep

ulnurslBur
uerelaO

(sp1e4s

4ept1)

esnuew

ebw1e1

uebeg 'gI', requeg

ueJquieur

\
e6ur;eg

lelo oI leres

ue;ep e) )nseu

rAunq

6uequoleo

......-

Lt

esnuery rebueg ercpu1 uep

ilung

1 qeg

i'-ir'' 1jr'
lr':i
,.,.',:
1.,...,
;it,: 1.,. ...1.,.:,. " ;r'i,:;
'"i
''
ri
i

18

Akustika Bangunan

Gangguan pada telinga dapat dibedakan sebagai gangguan yang muncul sementara dan gangguan
yang terjadi pennanen. Gangguan sementara umumnya terjadi pada telinga luar, seperti ketika pada
telinga luar terdapat objek yang tidak semestinya, misalnya air, kapas, atau kotoran yang tidak
dibersihkan. Namun demikian, gangguan sementara juga dapat terjadi pada keseluruhan telinga,
misalnya ketulian sementara selama beberapa menit karena telinga baru saja mendengarkan suatrl
bunyi amat keras yang muncul dengan tiba-tiba, seperti suara ledakan bom.
Gangguan mendengar yang terjadi pada telinga umumnya berupa menurunnya kemampuan
mendengar atau ketulian. Ketulian dapat terjadi pada usia muda karena satu dan lain hal, dan hal ini
terjadi pula pada manusia normal seiring bertambahnya usia. Keadaan ini disebut pre.sbyacusis, yaitu
menurunnya kemampuan mendengar secara bertahap karena faktor usia.
Menurut jarak pendengarnya, ketulian dibedakan menjadi empat (Feldman, dalam Agustian,
1995) yaitu:

1.

Tuli ringan, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 20 s.d. 40 dB, jarilk antara
sumber bunyi dengan telinga adalah 4 sampai 5,9 meter

2.

Tuli sedang, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 40 s.d. 60 dB, jarak antara
sumber bunyi dengan telinga adalah 1 sampai 3,9 meter
Tuli. berat, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 60 s.d. 80 dB, jarak antara
sumber bunyi dengan telinga adalah 20 sampai 90 sentimeter
Tuli total, ketika untuk mendengar bunyi dengan kekuatan 80 s.d. 1i0 dB, jarak antara
sumber bunyi dengan telinga kurang dari 15 sentimeter.

3.
4.

Ketulian ringan dan sedang biasanya terjadi karena adanya kerusakan pada organ telinga tengah.
Sedangkan tuli berat dan total, biasanya dijumpai pada orang yang mengalami kerusakan organ pada
telinga dalam. Sementara itu, menurut letak kerusakannya, ketulian dibedakan menjadi dua, yaitu:

1.

Ketulian pada telinga tengah


Ketulian ini akibat akibat adanya kerusakan pada sistem transfer bunyi melalui tulang
penghubung (tulang rawan yang membentuk saluran telinga). Hal ini dapat disebabkan
karena infeksi atau pecahnya gendang telinga. Pada kondisi ini telinga masih dapat menangkap

bunyi-bunyi pada frekuensi tinggi. Ketulian jenis ini masih dapat diatasi dengan obat atau
dengan pembedahan.

2.

Ketulian pada telinga dalam


Ketulian ini terjadi akibat kerusakan saraf yang terdapat dalam rumah stput (cochlea) atau
saraf yang bertugas mengirim berita ke otak. Hal ini dapat diakibatkan oleh infeksi, iuka di
kepala, kepala terbentur dengan keras, atau karena mendengarkan bunyi yang terlampau
keras pada ambang batas pendengaran manusia. Ketulian akibat mendengarkan bunyi pada
ambang batas atas (threshold of pain) dibedakan menjadi tuli sementara (yang akan membaik
dalam satu atau dua hari) dan tuli permanen.

Gangguan lain yang muncul akibat kerusakan organ pendengaran adalah tinitus. Tinitus aclalah
sebutan untuk bunyi dengung terus menerus yang muncul di telinga. Penyakit ini biasanya menyerang

mereka yang terbiasa bekerja berdekatan dengan sumber bunyi yang keras secara terus menerus,
misalnya: pekerja pabrik yang mengoperasikan mesin-mesin berbunyi keras tanpa menggunakan
pelindung telinga. Sebagai manusia normal, seringkali kita pun mendengar bunyi dengung sesaat.
Menurut kepercayaan Jawa, mereka yang telinganya sedang mendengung sesungguhnya sedang
menjadi bahan pembicaraan orang lain. Bunyi dengung ini hanya muncul sementara, namun bunyi
dengung yang berupa tinitus adalah bunyi dengung yang muncul terus menerus selama dua puluh
empat jam sehari, sehingga sulit dibayangkan bagaimana tersiksanya mereka yang menderita tinitus.
Penyakit ini belum dapat disembuhkan dengan obat. Sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris
berhasil menemukan pola gelombang bunyi dengung yang muncul pada tinitus dan kini telalr
menemukan solusi untuk meniadakan tinitus, dengan jalan memasang alat kecil di telinga yang

\..

iur 0z {Brr uep rn)lnrp BIrq


B{usutrsuelur qelSunlrH 'zlunle N
r{BIBpB ur 9 {eJel rJBp JDInrp r{unq nlens setrsuelul .?
s_01 x V't,
ilnqesrel reqr.uns Irep w 6'g IBrBf uped (rur4lu1tr
ilunq requns ntuns BIrg '

uepp) e{usutrsuetur 3un1rq

'Ue16 16'6 rusaqes uBtBn>Ie{ ueryunle8ueru

qu13un141 'lep4u 0? tBqruBJ uuledece>1 Dlrlrueru

u,(u8uuqruole8 3uu lued

zH OrV rsuen{e4 uu8uep r,(unq sruel

nleng

1u,(u.relrXas uup r,(unq


ru8uepueur ludep etsnueru eSSurqes rpeft4 8uu,( eursrueleru uueruru8eq'le18uls eJuces ue>ISBIef
:

'Z

'I

rriint+ini6FrP.ffi

uurIItBT Iuos

'teqweb qebuel
euoqdpeeq 1nyueq

wepp uo4caprd
e\asetpaw

rc3

'gy'g Jequreg

6u1de>1 uebuep eiusuewtp ue>lbwpueg 'ebuuel 6ueqn1


wepp ot uoplnsewp 6uel uorpe4otd ree ppow edercqeg '/l't Jequeg

-qebueyp we6o1 buen


uellnwcw

\oo

loo

'u,(ulnluules qq-quq upud uuryudurusrp ruI uo?parcrd roa rc?eqas ueun8ueq ruue8uaw wser{sqrued
'rcluel undneu 'delu 'Surpurp Igedes 'urpues n1r ueun8uuq Sunqnles uotuele r{BIBps uo4calotd nta
'e,(ur uulul Idel 1p ueun8uuq tuulep Iutruou eJeces selr^q{Breq Suef ulereur r8eq 'n1r BJeluarJros

'(8t't

ruqueg) auoqdpoaq Iiledes .reseq


rp>1es 3uu,(

4eq; e8ql+

uep

tt't

(pqural uuleun8lp ludep 3uu.,( undneru ru>1ud


{nlun pcel }e8uus Suuf uup rulnu 'ure8e;aq lu8uus

>1e8e 8uu,( redrues

Suuqny o>l u41nserurp

qulel
uo\catotd tDa
ueqeq
uep
'uruel
uenferue1
8uure5 'uB{uBJBSrp le?ues uoucarcrd
IUH
Iopou
roa nvte
Sunpurlad uure>lerued
u8u[e1
'uere8uepued
ue8.ro n33ue33ueru ludep 8ue,( r,(unq-1,(unq
ue>lpsuq8ueur 3uu,(
nule uu]eleJed
rp sulr^rl{Breq esur}ucues 8uu,( ule.reur r8eg
leqep
1e[qo
'e8urlel Sunpuqed w{qntnqueu qulSurras e8urlal
'ueupua>l udureqeq upud 'n1r euor">l qelo 'serali nlelral 8ue,( rfunq-r,(unq nule rilepueqe>llp {up}l
8ue.( r,(unq-r,(unq ue1:u8uepueu u{rlo{ edurrrpues ueBuep dn1n11p nute dnlnueu ludep {up$ ersnuulu
e8uqq 'Drcpueqa{rp lepq 3uu,( urBI Ierlluq nBlB uurlrqalJeq Juurs lur{rleru stpru DIne{ u,(u1usru.r
e,(u1esrueu uulu 3ue,{ lelqo rteleprp B{ne{ dnlnlp nele dntnueur tudup 3ue,( eleru uu8uep epaqreg
'I

EtuIIeI

Eunpu11a4

1u1y .fr.r
:

ar

1II

1tr:1ii:1]fl ttr

T{#ffi

'ue{epeplp ue{qeq nele r8uurn>1lp tudep ueldereqrp lpefret 3ue,t Sun8uep


t,(unq 'tur iep uu8uag 'ue{Bpenroru Suqes uule lnqesJe1 if,unq Suuqurole8 unpe>1 uSSurqes 'u4Jeplp
8ue.{ Sun8uep r.{unq uep ue>llleqe>lJeq nete uuuu,rr.Elroq Sueqruole8 elod ue8uep r,(unq uu4yseq8ueu

6t

e$nuery lebueq etepul uep

dung

tr

qeg

ii,:

nii1irtl*r*tra!6li+-l6srHffi

sg6iuEliq[]*tlmI* !

iqglrr i,n rir.

;i i:

r{voI{ISInf)I I I I{vICYfl

'BIUeUed

{oduole{ r8eq srou duSSuelp ESrq enpe{ 4oduro1e1 uped npt.ryul uJeclq e.{ug 'sera>1 BJecIqJeq usulq
3uu,( u8renle{ uep unlJrr{eyp Suef B>leJeru uu8uep dnluc-dulucreq BIIq uuue,(u 8uern1 BSuJeru ue>lu
urlSunru 'e.{uu1u1-rn1nl snluq e,{epnq:eq 8uu,t u8runyal uep uuryIqepp Euu.( e{aJeu 'e(u1usrtr41 'stou
dupuqr4 EpaqJeq rsuuJelol Dlrlruotu 8uu.ro Surseur-Sursuru unlquqa,(ueur ue{E tnqesJel Ieq-lBH 'epaq
-epeqJoq und e,(qusu e,(epnq uu8unlSuq r8el urnleg 'IJlpuesJet dnprq u.{u8 HIIr-uaIu Suulo dul1e5
u{upnq IBISoS 'Z
'n33ue33ueru le8ues e,(uuapserrp nluel uues 8uu,(
ueSursrqel 1u13up 'uuelelsnfued eceq Suen-r e1 qupurfueq elp e>lne>l e,(qeq uBDIIuep 4epr1 'unue11
.Sursrq
qISBtu
Jolouueq u8umpue>l
qseur
BSIq
uuTEsiluetu
e,(uuepeqred
rp
?peJeq
8uu.(
tedruel
m8uqa5 'e,(uue1ut3e1
1e13ueq 1p upgJeq Suupes 3ue,( Sueroeses 'Bcequretu Eluss-Btues IISeIu'qoluoc
uup rsg{ol epud Sunlues.leq upeqJeq u8nl srou depuq;el elsnuetu ISuBJaloJ 'llrureq 3ue,( uenSSue8
uu{lnquruaru 4epr1 uplSunru uuus 8uu,( uuseJe{o>l 1e13up ue8uep r.(unq1eqes Suupas 8ue,( urel Suuro
r3eq .n11 EJelueruos 'se8n1 rdupeq8ueu >1qun uu11td uu>pusnruetu SIIJBI{ nele leqwqspeq '1qus
dnlnc 8ue,( r(unq'sure>1 Suuf l,(unq uulue8uul
Suepes flue,( elereur nSsuu8ueru ledep und uuled

uBBpBeI uep uuBuru13ul'I

'I

:uped Eunluu8req srou se1nr11elqn5 'utu1 3ue,( Suuro t8eq slou uuseleq
uu8uep BpaqJeq ules eslq rues 8uu,( Suuro t3eq slou uusuluq eSSurqes 'Jll{efqns luJISJoq sIoN
'duqugeq eruces rpufte1 n1t
pq undnlseur 'uure8uapued uu8ro uundureue{ uu{unJnueru SunsBuBI eJeJos ledep ualqeq seJo{ leure
3ue,( r,(unq rJup IESBJoq Suuf srou 'uuru8uepued u;epur tuue8ueru I qug eped uelrcrntp uueurcSeqa5
.(166i 'uoss1151) qereru rppn{u uep qelel ledec rlredes 'tdnlncueru 3uurn1 8uu,( luqerBsr Irup leqPIB
'e,(uueluqesel ta13uq utunuelu ludep unelluquel
Incunu pdup und r8o1o>psd qelesuur 'e,(ulnluuyag
.plgpueqe>lrp
{epp 8ue,( ilunq ue8uep reruuJ nlules u.{uqeurru Je}ples Ip eueJu>I }eqeJllslJaq l11ns 3uu,(
Suero 'qoluoc ru8uqeg 'su1el qlqel uruces e,(uunpe>l uEIIe>I uelselefueur ludup uulde.reqp lDIIJeq
ugr?Jn 'ueleqose>l ueurunued ue4uqple8ueru ludep e8n[ srou e,(ulncunur e,!\qeq uepu.{ueu 3ue,( 3ue.ro
ueuuure,(uleppe>1 ue8uep uolSunqnqtp usBltueues sIoN

lefueq 1lInleg 'e,(uqelo uDllBqplurp 3uu(

' .':

:i:i

sIoN uusBlufl

::: ;:

:l:r:1189.ryffi

'r'z

'lul qeq Luplep rcuu eJeces uelleJntp ue6utstqel undneu qou IlPg 'neJap
'uen66ue6

1pefueu ledep
neie uebulstqel uep Ue epoqJeq 6ue,( qou leOeqas ncBlp es/ou 'lul nlnq ure;eg
und rle ueselsl rfiunq uelqeq 'lpqeJ[sl uelqnlnqueu le6ues uep g616 lqes 6uepes 6uer{ eleteu 16eg se:e1
6ue[ p(unq edrueq srueq IEpu os/ou uellnquilp 6uB,( uen66ue6 'e,(uqn66unseg 'qrunueO nele setel 6ue,(
r,tunq ueepeal uelselefueu lnqasJa] elal pnpal euelel 1ede1 e,{uqnuedes lepli lul elueueqeg neJop nele
ue$ulsrqey plsouopul eley ue$uap ueluepedeslp ;u; eley (rlepuaqallp lep[ 6ue[ u(unq) paqel un q qclqil

punos qelppe esrou '(y661,

lolJed) swnl pctutlsy pue c!]lluolss

1o fueuo11c1g lllH-r eJecry lnrnuon

i{VONISISI)I I{V(I SION

z qBg

24

Akustika Bangunan

3.

Kegemaran atau hobi

Kegemaran sekelompok orang akan jenis musik tertentu dapat menjadi nois bagi kelompok lainnya
yang kebetulan amat tidak menyukai jenis musik tersebut. Contoh lain, mereka yang memiliki hobi
otomotif dan senang mengutak-atift serta mencoba mesin kendaraan, tidak akan merasa terganggu
dengan bunyi raungan mesin dibandingkan orang lain yang tidak mengenal hobi tersebut.

di

atas diharapkan menjadi jelas, bahwa batasan nois sangat subjektif bagi
masing-masing orang. Namun demikian, ada jenis bunyi yang dianggap nois bagi kebanyakan orang
yaitu bunyi keras yang muncul mendadak, bunyi keras yang muncul terus-menerus serta bunyi
mesin-mesin, entah mesin pabrik atau mesin sarana angkut (Sanders dan McCormick, 1987). Dalam
nois dikenal istllah background noise (nois latar belakang), noise (nois) dan ambient nolse (nois
ambien). Nois latar belakang adalah bunyi di sekitar kita yang muncul secara tetap dan stabil pada
tingkat tertentu. Nois latar belakang yang nyaman berada pada tingkat kekerasan tidak melebihi 40
dB. Yang masuk dalam kategori nois adalah bunyi yang muncul secara tidak tetap atau seketika
dengan tingkat kekerasan melebihi nois latar belakang pada daerah tersebut. Sementara nois ambien
adalah tingkat kebisingan di sekitar kita, yang merupakan gabungan antara nois latar belakang dan

Melalui uraian

nois.

Selain ditentukan oleh tingkat kebisingan (dB), tingkat gangguan nois latar belakang juga
ditentukan oleh frekuensi bunyi yang muncul. Oleh karenanya, kedua faktor itu kemudian
dipertimbangkan bersama dalam sebuah pengukuran yang disebut Noise Criteria (NC), sebagaimana
disajikan pada Gambar 2.1. Semua kurva ini menunjukkan tingkat ketenggangan telinga manusia
pada bunyi multifrekuensi yang menjadi nois latar belakang. Dari Gambar 2.1. dapat dipelajari
bahwa meski setiap kurva mewakili nilai NC tertentu, namun pada frekuensi tinggi secara umum
nilai SPL-nya rendah./menurun. Hal ini menunjukkan bahwa telinga manusia lebih nyaman (tidak
merasa nyeri atau sakit) mendengar bunyi berfrekuensi rendah ketimbang mendengar bunyi
berfrekuensi tinggi. Spektrum bunyi yang dikeluarkan oleh objek yang menghasilkan nois latar
belakang idealnya persis seperti tergambar, untuk mencegah munculnya ketidaknyamanan. Pergeseran
bentuk kurva dimungkinkan pada posisi sebanyak-banyaknya lebih tinggi 3 dB pada salah satu atau
dua frekuensi seperti tercantum asalkan dua sampai empat frekuensi yang lain lebih rendah 3 dB dari
kurva tergambar. Sebagai contoh, jika sebuah ruang idealnya memiliki NC 30, maka bunyi multi
Tabel 2.1. Rekontendasi nilai Noise Criteria (NC) untuk fu,lgsi tertentu (Egan, 1976)
Fungsi
Bangunan/Ruang

Nilai NC
yang disarankan

Identik dengan
tingkat kebisingan (dBA)

Ruang konser, opera, studio rekam, dan ruang


lain dengan tingkat akustik yang sangat detil

NC15-NC20

25 s.d. 30

Rumah sakit, dan ruang tiduriistirahat pada


rumah tinggal, apartemen, motel, hotel, dan
ruang lain untuk istirahat/tidur

NC20-NC30

30 s.d. 40

NC20-NC30

30 s.d. 40

Kantor, kelas, ruang baca, perpustakaan, dan


ruang lain dengan tingkat akustik yang baik

NC30_NC35

40 s.d. 45

Kantor dengan penggunaan ruang bersama,


cafetaria, tempat olah raga, dan ruang lain
dengan tingkat akustik yang cukup

NC35-NC40

45 s.d. 50

NC40-NC45

50 s.d. 55

NC45_NC55

55 s.d. 65

Auditorium multi fungsi, studio radio/televisi,


ruang konferensi, dan ruang lain dengan tingkat
akustik yang sangat baik

Lobi, koridor, ruang bengkel kerja, dan ruang


lain yang tidak memerlukan tingkat akustik yang
cermat

Dapur, ruang cuci, garasi, pabrik, pertokoan

i,s

8S

E9

z9

aii-- -- -it ---

89

L9

n9

7,5

9E
nt
ir
6t
9n
nn
6v -rs-

8'

LN

EV

ZN

zt
ti--

6Z

8E

LZ

VZ

ZZ

IZ

ZZ

6i

Li

qr

LI

ii

Z1

II

zH

0008

zH

000t

n9
OL

zH 0002 zH

L7

9S

99

IL

000r

;;

9Z

6Z

ZZ

9t

0n
w
6n
vs
8E

t9
89
ZL

zH

00s

LT

9t

i;
nn

8'

z9
9n
Ls
oi
09
n9
lE -is
Z9

L9

IL
9L

zH 092

L9
LL

9L
6L

ZH

9ZI

LY

0s
n9
LS

09
n9

-ls
TL

tL

-l,L--08
8

ZIJEg

9I-JN
oZ-iN
EZ-3N

0-tN
SE-JN

ot-iN
st-5N
0s-f,N

99-lN
ot-JN-99-f,N

0t-3N
JN
BAJny

gp rlrlep (lds) p^al atnssatd Punos

@y61 'uo?g) (L'Z IDEUDD uortutqwad untlqopnwau tlnrn)


unfl)pqlp Sunt 3p yrun 'IdS soiDU 'Z'Z laqel

@76p

'ue6fl (CM eUelUC osrcN eNny'I'Z requreg


(ueqe6uel pueq-1e11o) lsuonlolJ

o0o8 000, 0002 0001 009 092 9Zl

e9

0t

(ep)

ras

6ursrq 1e6ues

re6uopued ledepua6

gZ

uebuplqey uep srcN Z qeg

26

Akustika Bangunan

80

70

sN\

60

sPL (dB)
50

i;b

\N \

\(

\\ \
40

\
30

\
\

\
\

20

,\

amban!
penden garan

31,5 63

125 250 500 1000 2000 4000

8000

Frekuensi (oktaf-band tengahan)


Gambar 2.2. Kurva Prefened Noise Criteria (PNC) (Egan, 1976)

Tabel 2.3. Batas SPL untuk PNC yang dibakukan


(untuk memudahkan pembacaan Gambar 2.2) (ESan, 1976)
Sound Pressure Level (SPL) dalam dB

Kurva
PNC

31,5

Hz

63

Hz

125

Hz

250

Hz

500

Hz

1000

Hz

2000

Hz

4000

Hz

8000 Hz

PNC.65

79

76

l3

70

67

64

61

58

58

PNC-60

76

73

69

6:6

63

59

56

52

53

PNC,-55

t5

'70

66

62

59

-5-5

51

48

48

PNC-50

70

66

62

58

54

50

46

43

43

PNC-45

67

63

58

54

50

45

41

38

38

PNC-40

64

54

50

45

40

35

-r

415

49

1s

3_p
23

-,

JJ

92_

I5

50

PNC-:I0

61

52

46

4t

35

30

3025

PNC-25

60

49

43

3t

31

25

20

18

18

PNC-20

59

46

39

32

26

20

15

13

t3

43

35

28

PNC:35_

38
23

IBSBd

tuulep ue)p{nsururp ?,(uer{ uBBuISIqe>l uurnlered 'CgnO urEIeC

'(Cgnfu Sunpeg ueun8uug

mue8uaur ZOOZlgl 'o51 Suepun-Suepug tuupp ue8urslqe{ uurnte plllruetu ersouopul I{eluueued
'rcpetuetu 8ue,( uulel seru 8uuluud uep JBqoI ueqnqunged pn11p runleq Jolouueq tn13uu 1up
uerc>lerued uuqequruged uSSurqes ' req 8ue,( Blo{ rre?uecue.red uutuoped qllrueut {epp e8nlefulunlun
Suequre4req ere8eu qelurJerued 'r33uu 3ue,( ue8utslqe{ ue{lnqurluelu IUI [uucelues ulsatu uup
uulslerod 'uu4uun8redrp ry.(uuq qrseur mled {lEI {epp qepns u.(uqnSSunsas 8ue.( utseur uup uulepred
u.(u1e,tueq uu4uql4e8ueu pl IBH 'qepuoJ qrseu 8uu.( 1u4eru,(suur ruouo>la ueqnqurnged plSuli tIBIBpu
e,(ueurqn ueselv '1e1e4 8ue( ue.rnlered ualdeleueu {n}un BIBpuel rdupeq8uau Suues Sueqruaryeq
uru8au-eru8eu 'uep{rurep plse6 'lnqesre1 ue8ursrqel uu>pseq8ueru 8ue,t t3uq ts4uzs rcueslp lele-l
8uu.( ue8uepurued ruupp Jnterp uep runrun 1a1e.re.(suru qelo rurequdrp uz8urslqel uequleserured re8u
ue1u.(edn8uetu qelel nluru uru8au qeluueued 'ue8ursrqe>1 qelo uu{lnqurlt1p 8ue[ ledurep uepu,(uetrag
r', i i i;;.r

uBtuIEqeX n)Iug

;iiffi6ffiffi

't'z
;r;:r :i

'uuqel >lupD nele nSSuu8rel le8ues BSEJaru rudurus 'n33ue3.I4 sseJeru


.>lrsnJol BSBJeru 'uu8ursrqel e,(uupe ue{eseJeru :rgedes 'Elsnuetu u?>IBSBJIp 8ue,( udu UBIJESEpJaq
EIE>IS ue>leunSSueru Jn>Inrp ludup ue8ulsrqel uen8Eue8 1u13uq 'sue8 lnlueqJeq Jeqluns golo
u6llrsuqrp >lnuraluu ue8ursrqel uup {pp {nluoqJeq ilunq reqtuns qelo UDIIIS?qtp p33un1 uu8ulstqe;
'lnueleru ue8ursrqal uep p88unl ue8ursrqel :n1re.( 'enp rpelueru uu4uo8elapp ludup uu8utstqey
'1edet qrqey ueldurallp 3uu.( rsnyos uep qrr{Bs rpefueur uB>llISBqIp 8ue,( ulup uSSurqes ledruel nlens
eped uu8ulsrqel tu48up rnln8ueru ge1 durlas uelSunlqredp sruuq lnqesJel JoplEJ EnIuoS 'ueupue{
uep uu8un13u11 'uurpequde>1 'ue8ursrqel uulpseq8ueu 8uu,( 4a[qo leeJuulu 'uu8utstqe4 e,(ulncunur

uuurlSumuel depuqrel ueerll.red

'ueler8e>1 'ue8urslqa>1

dupuqrq ueurule8ued :tlndtleru Iu>IIlsn{B

-uou JoDIBJ EJulueruos 'rfunq e,(u1ncuruu nDle/t\ uup 'r,(unq ISuon>IeU ISBnD{nU 'ilunq uese;e>1e4
r$nDInU 'ilunq u,(ulncunu rseJnp'r.{unq rsuen4e.r; 'r(unq uESuJa{e{ 1e13up :4nd1eu IB{Ilsn{e Jol1eC
'(fgOt 'lcluroJOIAI uep srapueg) p{psnry-uou uep IB{IlsruIe roqu; eped Sunlue8req ue8ursrqel
depeqrel ersnueru rsuuJolol 'uu8ursrqel depuq;el sel,rq>lelqns pllrtuetu e8n[ npu.tpul den u,(u
HIIIxeu npI^IpuI dutl 'ue>yurntp qulol euerure8uqe5
-qnSSunsas undnlr8eq'srou dupeqr4 se1ra.44e[qns

lB{BrBdsutrAI

ueduttuul uup uutulslqeX

{FsIreDIBrsX':;:H*-

'uu8ursrqel lnqeslp
e,(u1n[uu1es rur r.(ung 'sruoueu-sruo1 Incunr.u 3ue,( seral le8ues l^(unq n11e,( 'runun 1e1ere.{seur
qelo srou deS8uerp 8uu,t pqleq uped nce8uaur qlqol uB{B IUI n>Inq urBIBp uf,ulnluules ueleJl I
'{Bqruo ueunle uep 8urunq necg 'ur8ue Jrsep 'suluq npl ueIBtuBJe>1 edruaq pul uslq rdelet 'lrsnur
edrueq nlules {Bprt 3uu1z1eq relel sIoN '(4s1q-4s1qroq >lepp) uselq ereces uDIn{BIIp uudulucred
undqseur 'ure1 3ue,{ Suntun8ued 1odruo1e4 qelo selel eJecas uDIJBBueprp tedep >lep1l Sunlun8ued
lodtuoleles uedulec;a4 'uuruu.{u qrqel usuJoru Sunlun8ued lunqtuetu e8n[ rysnur r,{unq 'nlueuel
euesens ueleldrcueru {n1un urcIaS 'gJc nluns upud >ysnur uu>pe8uepredrueu uu8uep uululdrcrp
eluflues fue>p1eq Jelel srou 'rloluoo re8eqeg 'uru1 Suero qelo re8ueprol >tBpp re8e 'nlueuet 1,(unq
uelruruu,(ueu {n}un ualqnlnqlp qalSuues Suapleq JBte[ slou UBJIpBIIo{ 'ruueget uBBpEe>l Eped
'pn$lururp e.un4 eped telecret 8ue,( 149 IrBp gp I qupuer IIIqel {epp e,(uueuul-un1 rp IsueruIeq
ue>IIesB elus rsuenlery ntBS upud gp 7 r33u1t qlqel qeloq u(ueq ntre,( '351 e.trn1 uelSurpueqrp
teto>I qrqel und-16g ueurunued uep uE{IBue{ uelure.(se4 'JN IJep I{upueJ qlqal 'r33up uep qupueJ
rsuaru{oq eped ryuq 'e,(u-14g 1e13u4 3ue.{ (3514) olofiry asto71 patta{atd B^ln{ qepeleldtctp
eluru '8uunr rs8un; deq-dell {nlun renses 8ue,( 3ue1u1eq J?IBI slou uu>lnlueuetu 1n1un leledrp
ueure,{u unleq qrsutu JN B^rrul E^\qEq uu>lnrueuetu rulsnl uelnluel uegqeued udureqeg 'ruqureS;e1
3ue,( r.rep qepueJ r{lqel Sp g e.{u-145 Iellu UIBI 8ue,{ lsuen4er; enp upud u,(ulepqes IusB 'gp 8g
u,(u-14g - zH 0gZ lsuen>lo{ eped uup gp gg e,(u-1ds - zH g9 Isuen>lo{ eped e1pe1 rpul.rel ludep
qrsBu 0g 3g 'e,(usueles u?p 'gp 9 'Ids * zH 092 Isuen{eu 'sp zn'Ids - zH szl Isuon>Ioq 'sp 09
eped rSSurgel ('IdS) p^a1 atnssard punos Hllr-ureur - zH E9 ISueDIe{ Irep IJIprq Suud tsuenler;

l_Z

uebwsgey uep srcN Z qeg

28

Akustika Bangunan

mengenai kenyamanan, belum sampai pada pasal mengenai kesehatan. Kebisingan juga diatur dalam
Peraturan MenKes No. 718/l\4enKes/Per/XU87 dan Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular
(PPM) No. 70-I/PP.03.04.LP. Dari peraturan tersebut, diperolehlah bakuan tingkat kebisingan menurut
pintakat peruntukan (zone) sebagaimana tercantum padaTabel 2.4.
Tabel 2.4. Pintakat peruntukan

Pintakat Peruntukan

Tingkat Kebisingan (dBA)


Maksimum di dalam bangunan

Dianjurkan
A
B
C

Laboratorium, rumah sakit, panti perawatan


Rumah, sekolah, tempat rekreasi
Kantor, pertokoan
Industri, terminal, stasiun KA

35

45
50
60

Diperbolehkan
45
55
60
70

Pada kenyataannya, dengan semakin bertambahnya pemakaian kendaraan bermotor, tingkat


kebisingan di tepi jalan raya di beberapa kota besar di Indonesia umumnya mendekati 70 hingga 80
dBA. Kenyataan ini menunjukkan bahwa bangunan yang berlokasi di tepi jalan perlu dirancang
secara cermat agar tingkat kebisingan di dalam bangunan sesuai dengan bakuan yang telah ditetapkan.
Mengapa kiranya bangunan perlu dengan sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi
kebisingan?
Sampai saat ini, mengatasi kebisingan dengan jalan membatasi atau meniadakan sumber kebisingan belum dapat diterapkan. Sebagai contoh, aturan ketat yang membatasi dan menerapkan sanksi
kepada mereka yang menghasilkan kebisingan melebihi bakuan belum diterapkan di Indonesia. Di
sisi lain, membatasi jumlah kendaraan bermotor yang menghasilkan kebisingan, juga tidak mudah
diterapkan, sebab hal ini sangat berkaitan dengan usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat.

,,?:4.,

M..gukur Tingkat Kebisingan

Sebagaimana diuraikan dalam Bab 1, untuk mengetahui tingkat kekerasan bunyi, digunakan alat
bernama pengukur tingkat bunyi (Sound Level Meter (SLM)), maka untuk mengukur tingkat kebisingan
pada suatu areajuga digunakan alat yang sama. Untuk mengetahui secarajelas pola kebisingan pada
suatu area yang berdekatan dengan objek yang menghasilkan kebisingan, pengukuran dengan SLM
tidak dapat sekedar dilakukan sesaat dalam waktu tertentu. Idealnya pengukuran dilakukan selama
beberapa saat dalam suatu periode tertentu. Cara ini penting untuk mendapatkan gambaran pasti
terhadap pola kebisingan sesungguhnya, terutama kebisingan yang muncul secara fluktuatif, seperti
kebisingan di jalan raya akibat lalu-lalangnya kendaraan bermotor.
Pengukuran kebisingan di jalan raya idealnya dilakukan 24 jam selama beberapa hari, dibedakan
antara hari kerja dan hari libur (weekdays dan weekenfi serta antara jam sibuk Qteak hour) dan jam

tidak sibuk. Pengukuran yang dilakukan sedikitnya tiga minggu berturut-turut akan menunjukkan
pola yang lebih pasti terhadap hari yang berbeda (setiap hari yang berbeda diukur selama tiga kali).
Namun, apabila karena keterbatasan peralatan, pengukuran selama 24 jam tidak dapat dilakukan
secara terus menerus selama tiga minggu, maka pengukuran dapat dilakukan selama 18 jam per hari.
Lama pengukuran ini akan memungkinkan alat untuk beristirahat. Pengukuran selama 18 jam per
hari dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa pada setiap area, umumnya terdapat enam
jam tenang dalam satu harinya. Pada saat itu, hanya kebisingan latar belakang saja yang ada. Keadaan
ini umumnya terjadi pada malam hari. Meskipun demikian, setiap daerah memiliki enam jam tenang
pada waktu-waktu yang berbeda. Sebagai contoh, di lingkungan perumahan, enam jam tenang berawal

8PL6=

,rru=

--.-.-...-..-

gPga

_----------

8P!6==r

r*<-

\eple

:epeqJeq uullun ue8uep Sunlrqp eltg

EP e6

--''
=--------.-

8Fn6=

EPlS

8pt6

:qoluoo rc3uqeg 'uB>lIeqBIP ledep


rur uep gp 1 e,(uuq e,(u1u,(ueq->1e,(uuqes rlsed 'qlsges tedurnltp uu>Ilupuv 'BluES 3u.( JIq{B Ilseq
uu{rJequeu u,(uurnrun upeqJeq 3ue,( uulnrn ue8uep ue8unlq8ue4 'ulpues ueqdelelrp ludup 8uu'(
uelnJo lrunueu 'enp Iuep enp u,(u8unlq8ueur ludep e1p1 eleur '1,(unq enp uep qlqel IJBp IesBJeq
e,(uuopdurnl Sunlrqrp {spueq 8ue,( upg'('g't teqel luqlf utsnueur ru8uep urepur epud IUBJeq
8ue.( uuupeqred ue4reqrueur >lBpp sp t'0 r,(unq qrslles BuerB{ Suuued {epp dBSSuBIp sp t'0 reseqes
'gp ,9
uu8unlrq8ued wqelese) '1pip V'ng qelupe e,(qtseq 'u,(uqnSSunses snrulu ue8uep Sunlrqp BIIS
r{BIBpe lnqesre} r,(unq unpel uep uelndruu uElen)le>l e,4a[{Bq uultedepry 'tlp Z9 uep gp 09 uelen>le{
re8eqeg
tB>ISuq ue8uep l,(unq unp Incunu e>IIIe>l 'sele rp ue8unlrq8ued urec lrunuetu 'qoluoc
.gp pgdugp rlspueJ qrqel nleles e.(uuu8uedurs lu>[3url e^AI{Bq plnqJeJ 'uulu,lece8ueur 3ue,( psuq
I
ue>Iuequelu nples >lepll selu Ip predes Buel{Jepas eruces ue8urstqel uelndrunl uu8unlrqSued

8-'

6<

I-0

E-Z

(gp urepp) f8u11

(gp utePP) $unq

qlqa1 8ue,{

p{unq upud uB{qEqruBI

uesare{a{

1ur13u11

ueepaqred

@y61 'uo7g) fiunq uo4ndunuad Sunltq8uaut uDluopad'S'Z IeqBJ

'g'Z :reqej- uped uellleslp BuBruIEBeqes 'Ipeftel 8ue^( r.(unq uelndrunl


't33ur1 uep
Bunlq6ueur >lnlun ugnce uagpefp 3ue.( uuuroped ledeprel 'IuI urucelues r,(unq 1n1un

,Buupes .qepueJ :efulesuu 'u,(ursuenler; uB{JESepJeq uu{odruole8ued uelnluleru uu8uep rpuftel Suuf
'upeq
ue8ursrqel uapdurnl udereq Sunltq8ueu {nlun uu>leun8 e1q ledup 3ue,( uuuqrepes BJeo BpV
-peqJeq 3ue,( uu3ursrqe>1 1o13u4 ue8uep ilunq edereqeq ualndrunl uolru8uepueru ufuruueqes Bll{'lpel
.lnureferu requns ugp
r,(unq JeqIUns e,(uurntun uped
IBsBreq uep (reruq 'srruue8) sue8 >lqueqreq
u,(uqnSSunseg 'ufus rfunq nles ru8uepueu u,{ueq u1q Suerel le8uus 'rruq-ueqes uudnpqe{ ureluc

'p88unl l,Jrsreq net {pF Intuaqreq r.(unq requrns u,(ulncumu uuurlSunurel I,ue{p

U*t -:.:_:,:*__r!F*.ffi

uutulslqey fuTtuII Isulnurn{V nulu uu{ndtunue4 '9'z


.gg.p7
eF;autq
00.gI 1ru1nd uep qBIepB Sueuel urel ruuue in,(eu-rn,(us resud
plnd upud rnDlBreq uBp 00'z plnd eped

ueSuep uBlelepreq 3ue.( qureep upud urelueures '00's0

6Z

uebwsqey uep stoN Z qeg

30

Akustika Bangunan

Penumpukan tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh bunyi dalam frekuensi yang sama persis (dengan
tingkat kekerasan yang juga sama) dapat dihitung secara sederhana dengan persamaan:

TB

,u,npuk*

= TB

turggul

10 log n

(6)

Dengan:

TB
TB

= tingkat kebisingan tumpukan


tunggul = tingkat kebisingan tunggal
=jumlah sumber bunyi
to-pok"n

Sebagai contoh, sepuluh buah terompet yang sama dibunyikan bersama-sama. Bila sebuah
terompet menghasilkan kebisingan 70 dB, maka tumpukan kebisingan dari 10 terompet tersebut
adalah sebagai berikut:

TB ,u*puk- = 70 dB + 10 log

10

=80dB
Cara penghitungan logaritmik di atas menunjukkan bahwa tumpukan kebisingan dikalkulasi dengan
cara yang berbeda dengan yang dibayangkan kebanyakan orang. Kalau sebuah terompet menghasilkan
bunyi 70 dB, maka umumnya orang membayangkan bahwa tingkat kebisingan tumpukan l0 terompet
akan menjadi 10 kali lebih keras dari kebisingan tunggalnya. Ternyata setelah dihitung, kebisingannya
hanya lebih tinggi 10 dB daripada bunyi tunggal-nya yang artinya cuma dua kali Iebih keras (lihat

Tabel 1.3).

2.6. Pengukuran Tingkat Kebisingan dengan Angka Penunjuk


Pengukuran memakai angka penunjuk (indeks) dengan Sound Level Meter (SLM) yang dipasang
pada posisi angka penunjuk dapat memudahkan pengguna dalam memahami pola kebisingan pada
area tersebut. Meskipun SLM dipasang cukup lama untuk terus mencatat tingkat kebisingan yang
muncul secara fluktuatif, bila dipasang dengan sistem angka penunjuk, maka hanya akan memunculkan
hasil angka tunggal pada SLM pada akhir pengukuran. Tanpa sistem angka penunjuk, pada pengukuran
selama 18 jam misalnya, akan muncul beribu-ribu angka. Data ini tentu menyulitkan orang awam
untuk memahaminya, sehingga pemakaian angka penunjuk lebih disukai. Di negara maju, bakuan
yang ditetapkan umumnya menggunakan sistem angka penunjuk dari hasil pengukuran selama beberapa
saat, bukan sesaat.

Sistem angka penunjuk dilambangkan dengan L*, di mana L menunjukkan tingkat kebisingan
x menunjukkan karakteristik pengukuran. Sebelum kita mempelajari lebih jauh
pengukuran dengan sistem angka penunjuk ini, perlu kiranya kita pahami beberapa istilah berikut:

yang tercatat dan

1.

Kebisingan ambien: total kebisingan yang terjadi pada suatu area, yakni hasil kompilasi
kebisingan yang sumbernya dekat maupun jauh.

2.

Kebisingan latar belakang (bisa disebut juga nois latar belakang): tingkat kebisingan pada
suatu area, tanpa adanya sumber nois yang muncul secara menonjol. Kebisingan latar belakang
yang dapat diterima tanpa menimbulkan gangguan berarti umuurnya berada pada tingkat
maksimum 40 dB.

3.

Kebisingan tetap: tingkat kebisingan berfluktuasi 6 dB dalam kondisi SLM yang dipasang
slow response. Rata-rata pengukurannya dapat terbaca pada SLM yang dipasang pada posisi
slow response setelah pengukuran selama 10 detik.

Pengukuran dengan sistem angka penunjuk yang paling banyak digunakan adalah angka penunjuk
ekuivalen (equivalent index (L"r)). Angka penunjuk ekuivalen adalah tingkat kebisingan yang berubahubah (fluktuatif) yang diukur selama waktu tertentu, yang besarnya setara dengan tingkat kebisingan
tunak (steady) yang diukur pada selang waktu yang sama. Apabila rentang waktu pengukuran

W1S uebuep uebwstqa\

uunln5uod

lnvn

weraolsttl qotuoC't'Z Jequpg

v8p

08

0L

09

09

I
0t
qelunI

0z

uPlnsun[.ued

9t
9Z

0e

:rIBIepe urBrSolsq qB^\eq rp BerB sBnl ueqrunlesa{ e{ulu'llBqlue{ pllellp evg't'z rBqurBc BpBd
Hedes rueJSolsq Sueieq-8uu1eq r{Bl{nlueqJet e>IBIU 'lncunur 8ue,( uu8ursrqel tu18uq Surseur-Surseu
rlelurnf 3uru1q1p uep uoitnrnrp qeletes 'qunq 00S qupunles alep qeloredrp uurnln8ued Bruules ulr\r{?q
qotuoc pqrue8ueru uu8uep ''Z rBqurBD uped ruurSolsq ue8uep rc{nrypp IBnuEru esuluesled lnlunued
n13uu ue8unlq8ued qoluo3 'ob16nep obyg'obOI4e,(ueqes Incunu 8ue,( ue8ursrqeq te13uq Sunlrqrp
ledep 'eserq >Ilslluls epoleu ue4uunSSueru ue8ueq 'rzlru ufureseq-llro{ lrunuetu ue{trunlp Inounu
3ue.( u13ue qelurnl ufulnluuleg 'uu8ulsrqe>1 1e43up e13ue 6999 qeloredry uB{ tnqesrel uurnln8ued

ESEru erueles e{EI{ 'pnu?ru eJeces {pep deqes ttuc1p uery Incunu Suud ue8ursrqe{ m)puucueJrq
'urel ruES Brueles rse>Iol nlens eped ueJn{n8ued uelnlullp uB{V :qoluoc re8eqe5 'lunuuru uJuces
e,{ueseluesred 1nlunued e13ue ueBunllq8ued ue{n{elrp e,(ulnlueles >lnlun ruEs-Jod-n1us lulucrp srueq
usludral ue{lrseryp 8uu,( elep uSSurqes '1nlunued e13ue uralsrs pgpueru {up! 8uu,( Buur{Jepes le8ues
;,q19 elnd mdrunlrp qrseru rur lees 'uuplrruep untueN 'lnlunued u>13ue urelsrs ue8uep rdu>18ue1p 8ue,(
qepnu ue8uep ludep lnlunued u43ue ruelsrs ue8uap uurn>p8ue4

W'IS ualeunSSuaru

ue>In>Ielrp

'uen{Bq ue8uap

qnel qrsles lupq u.(uurmun BueJe>l uDIrBqBrp ludep 061 Bruluetues 'n>IBIJoq 8uu,{ uunqeq uu8uep
o"-I
uelSurpueqrp {$un uenoe uellpeftp
,np 0I1 'uulqeqredp ruuaq-mueq sruuq 8ue,( 4nfunued u13ue
uu:nln8ued uelsrs rllepu 011 'uaJB nluns eped ue8ulslqel ue8uelnSsueued eqesn durles urelep 'n1r
BueJe{ r{elo 'runturs>1eru ue8ursrqel 1u13ur1 uuurnlred uu4lnlunueru 0I'I uup 3uu4u1eq m1e1 ue8ursrqe>1
ue8ursrqe{ lelSurl >lnlun snsmDl 'uun38uu8 ue>ilnqruruatu
BSrs nelu ue8uunq ue8ursrqel tnqesp 061 'uurnln8ued

unplnlunueu uule 061 'eiet uelel

e.(urunrun 8uu.{ ue8ursrqel rc13ur1 qEIBpE 0IT uup

apoued urueles elp;-eleJ uu8ulslqel ue8uap {ltuopr e,(uurnurn (0s1; qe8uel eseluesra4 '(061)
uu.rnln8uad Brueles elep upp obo6 qelepe InJunu Suef sulrro,(eru ue8ursrqel 1e43ur1 uep (011) ulep
uuqrunlese{ Imp ob1l Incunu 8uu.( ue8ursrqe{ qulepe sulrJounu uu8ursrqe4 1a13uq gllerneur 8ue,(
esutuesJed 'u.{uqe8uel {plt nele seluouru 'suluo(uur uu8urslqe>1 1u13uq gp udaeq rnqela8ueru e}q
e,{uernl Suuued uSSurqes Jr1en14ng e.{uue8ursrqel te13u4 'nlueuel uernln8ued epoued Bruulos eueJe{
Suqued rpeluaur rur lnlunued u13uy 'lnqesJel nl>lu1rr BruBIes lnJunru 8uu,( ue8ursrqel te13ur1 Fep
nlueuet esuluesred ue rlnlunueur Suef p33un1 n13ue uulpsuq8ueur rur uurn>ln8ued uretsls '(xapu1
al4uactad) eseluesred 1nfunued u13uu quppe lu{ud1p ry,(ueq 8ue,( urey >lnlunued u13uu uretsrg
'tt'ba1 re8eqes ue srlnlp uref gI quleles EcBqJal
3uu.( rrq4e e13ue eluur 'uale^m>le uu8ursrqel lnlunued u13ue epud Suesefuot 615 ue8uep ruef 8I
Brueles uu8ursrqel 1u13ur1 uerruln8uad eped '?rues e,(rueueqes tnqesJel rsu1o1 eped ue8ursrqe4 elod
uJuluetues 'uurnln8ued nDIu^\ BIUBI uuupaqred eueJe>l e,(uuq rpulr4 lnqesJel uurnln8ued u8r1e1 uped
uullnlunlp 8ue,{ .rrry4u u43ue uuupaqJad 'Brues }nqesJol uernln8ued e8pe>1 pep ilunq requrns r8reue
'Sp 66 lqlu a13uu uurynlunueur
1u1o1 u,(uqnSSunses 'epeqJeq 3ue.( lsuq uu4lnlunueu undrlse6
ur uep ruel 1 uruules uern>ln8ued 4n1un e34e1 ytr15 'Sp g6 rrqle e13uu uu44nlunueur er uep
uul T euules uurn4n8ued >lnlun unpa{ N'IS 'Sp 06 BcBqJq ue;nln8ued rrq4u epud uup urul 8 EruBIes
uurnlnEued 1ruun uu>lsun3rp uuruged IN"IS 'EpeqJeq nDIB^\ 8uu1ua; urepp ue8ursrqe>1 rn{n8uetu
(qotuoc ru8eqe5 '8ue[ued qtqel
8uu,{ nqu,u Sueluer tuulup uu>lnlelrp
{ruun 6I-15 e8q ueleun8rp
uu:nln8ued leus upeduup r33uq qrqal qeloradrp 8ue,( ueye,trnqe 4nlunued u13uu uleu 'lepuedredrp

tt

uebulqqey uep

spN

Z qeg

32

Akustika Bangunan

30

30

25

25
Jumlah

Jumlah
pemunculan

pemunculan

Jumlah

20

pemunculan

20

15

15

10

10

10

50

50

P,I

F+,

x
v
Gambar 2.4. Contoh potongan histogram untuk pengukuran Lso

LEo,

dan

60

F,

L1o.

Pada Gambar 2.3 luas area dalam histogram = 5 (5+10+25+30+15+10+5) = 500


Untuk menghitung Lro, buatlah persamaan luas area sebesar l07o (merupakan sisa

yang telah diambil) dari keseluruhan luas area histogram dimulai dari sebelah
kebisingan yang rendah), sebagai berikut:
5(5)

dai 907o
kiri (dari tingkat

10x = 0,1 (500)

x=2,5

Sehingga

Lro = 50 dBA + 2,5 dBA = 52,5 dBA

Untuk menghitung Lro, buatlah persamaan luas area sebesar 507o (merupakan sisa dari 507o
yang telah diambil) dari keseluruhan luas area histogram dimulai dari sebelah kiri (dari tingkat
kebisingan yang rendah), sebagai berikut:

5(5+10+25) + 30y = 0,5 (500)

I = l,6l
Sehingga

Lro = 60 dBA

1'67 dBA = 61'7 dBA

Demikian halnya untuk menghitung Lro, buatlah persamaan luas area sebesar 907o (yang
merupakan sisa dari 10Vo yatg telah diambil) dari keseluruhan luas area histogram yang dimulai dari
sebelah kiri (dari tingkat kebisingan yang rendah), sebagai berikut:
5(5+10+25+30+15) +102 = 0,9 (500)
z.

2.5

Sehingga

Lro = 70 dBA + 2,5 dBA = 72,5 dBA


Dengan menggunakan SLM sederhana yang menyebabkan pemakai harus menghitung secara
manual angka penunjuk persentasenya, tentu tidak mudah untuk menghitung angka penunjuk
ekuivalennya. Namun demikian untuk kebisingan dari kendaraan bermotor (alan raya), angka penunjuk
ekuivalennya dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Chunif, 1977):
L"q = Lso + 0,43 (L1

Lso)

Dengan:

L"o

tingkat kebisingan ekuivalen

Lso = angka penunjuk kebisingan 50%


Ll = angka Penunjuk kebisingan I %
Dengan demikian, untuk menentukan L.n kita perlu melakukan penghitungan L,.
Melanjutkan contoh di atas. L, dihitung sebalai berikut:
5(5+10+25+30+15+10)+54 = 0,99(500)

Q=4

eleru 'uu1el ueelnured sele


BSB,,\\ep uuruln ue8urslqe>l Jequns re8eqes ualdelellp undu,(er uulel
Bporeq
ueSursrqel Jeqr.uns e,(u1e,(ueq n16eq ueSuec 'tudure IJBp I{lqel BpoJeq 8uu,( undneu ledrue
uupl ue8ursrqey
Buu,(',unp upoieq 3ue,( >Irq 'rolouueq uuurupue>l uerulerued qelo uB)lqeqoslp u,(e.r
oto,r uolof aoEurslqaY
'qspueJ Suuq;4 uep'luJepuetu'sBpuBI 1e33ut1
8uu,( ueunSuuq delu uep Surpup
lues lu,^aused uuSulsrqe{ rSuurnSueru ledup udru uBPllluepes lenqrp
n33ue33ueru
rnlBloru uuSursrqel u?ruBpeu 'qnel 1e8ues u,(ulurel BueJB>I u,(uqeneq tp ueunSueq
g>lsul 'nlueuel uer33ur1e1 epud
un,I >IBpp u,(uueuepfrea inp; Buefuudes upllrsewp Suef ue3ursrqe>l
BUes
e,(ursrsod rcdecueur qu1e1 lemesed DIII6X '(qupuer fiue,( uur33ur1e1 epud Sueqrel lu'nesed 1BBS
.leJepuotu uup sBpuBI
uJupn uuqnqeled uup Je}eu snler edereqeq
1u33uU le,uesed e{pe{) lnqesJel
e,(urumun Sutqrq lenesad
unp nrnpn uerlnqeled ue3uep'lu1ep rsplolreq 3us.( ueun3ugq qelo ellJaplp
.I qeg urglup uu{IEJnIp uuerute8eqes 'C loqoq zpud n1u,( UrgI ulselu
,rnp ,pnfra Buui ue3ursrqe)
r'(unq-l'{ung
i1unq ue3uep np"qr"q 3uu,( loqoq pllruelu Sueqrel lerrresed eped lncuntu 3ue'(

luFr*

Suoqtal pupsad uo8mnqaY

'ueun8ueq urBIEp e{ uurele8 e,(ulnseur


e'(ulnsuru rfiuernfiueru
rfluern3ueru {nlun {Ieq 3uu.,{ uurueper uu8uep ulesaplp uep uuflutsrqel
'e'(qeept 'n1t
>Inlun {req Suef 1Usn1e ue8uep urcsoplp rde e1ere1 rnlel Sueluedes rp ueun8uuq
Bue]e{qe16.1due1ere>1rnplJelDIeSrpunSueqrpSue,(ueunSuuquEprduulerelunISelSIuBIupepBJeq

r1e18uues
Suuf ulereru q.1o unlnrnrrp rde e1ere1 uep ueSursrqe) 'llcepJaq dunq uullsuqSueul
8ue'( uuSutstqe;1
8ue,{ 1er uep Bpor uJB}uB uB{ose3 uep 'uos1e11 'tde e1ere1 ulselu IJEp 3ue1ep InJunIu
.s,Je>l uurpq rJp t,nqJet ednl 3uu,( rdu e1ere1 1er ue3uep s,.Ie>l u,qeq Frup rdu BleJe>l epoJ uulese3
ueSurslqe;
uBJBleS uep r.(unq udnreq upuuS pnln,nn PIIIruau eSnl rdu eleJe>I IJBp
e,{uupe
lBqDrc
4do oqata4 uo8ms1qaY

'ulraleq lees uoucalotd


na ue>leunBSueu e,(uyeqes 's8Je>l r,(unqreq ulsolu-ulselu ueSuep uBlDlepJeq nples 8uu,( >1pqed
>prqed JBlDIes Ip
efte1ed ered 'nll BJuluetuos 'ufes e,(uuu8urstqe{ uqeuetu >lruun umseprp dnlnc
ueun8ueq rc8uqes
ugunflugq eSSurqes 1en1 e>1 luqlusJalu {epll re8e uerule8 tuepeJelu ndueur 8ue'(
qelg

'uuru1e8 uulpseqSueur eSnl lnqesr4 uISeIu-uISeIu

Suecuurrp 4uqed ueunSueq e^(upepl 'rur ?ueJDI


.Bursrq riunq unllrrnq3ueru urcies eSSuqes 'qupuer ISueDIoUJoq r,(unq uelpseq8ueu efuurmun {Irqed
'4rqed
urrr*-urr"trntr .+rqed JBtDIes'rp p83urt ?ue,( 1u1ere,(su qelo u?>Iessrlp uSnl n11 ueSutsrqe>1
JBnI e>l lequrereru ludep
efueled qeto BunsBuBI ergces ue{Eserrp urc1es eSSurqes 'ryrqed ueun8ueq
3ue'( ruetp
eSnt->1uqed luElup Ip urseru-urseru qelo ue{llseqrp 8ue,( ueSutsrqe;'lersuelod 1e3ues
qu1el fluu'( IIJepou r;1snpul
uufiurstqel Jeqluns ue>pdrueru ulsetuJeq uululered-uulepred uuleunSSueru
yuqo d 1u7 s nput uo8 uls1qaY

'8ueqre1 181(BSed uup 'tdu elere>1'roloruJeq uuuJepua>l

'Is>lrulsuo{ uISeIu-uISoIu uep ltrqud4r}snput


e,(ulestur >lere8req 3ue,( requrns IrBp qoluoc uu Buupe5
.1ere8req 8ue,( requrns uep ululp 8ue,( requrns rpulueru
qnlnpn urerp 3uu,( JeqIunS uEp qo}uoJ
.Jeq1IIns'ruSeqreq rJBp
8uu,( uuSurstqa;1
IusEJeq ledup e1p1 JB}PIas rp tpehel
w{epeqrp rur Jequns

Iursuelod uBSuIEqax requrns

'/'z

ot'I

(vsp r'tg

VgP 6I'69 = o".I

- vsp oD w'o + vsp

L'r9 =

'u,(ueueru4 qelg

VSP6r=VgPr+VgP gL=11
'e33uqe5

te

ueburaqaY ueq stoN z qeg

r34

Akustika Bangunan

ini. Setiap jenis kendaraan bermotor memiliki frekuensi tertentu. Menurut White dan Walker (1982)
kendaraan bermotor umumnya memiliki tingkat kebisingan maksimum pada frekuensi antara 100 Hz
sampai 7000 Hz, Sumber kebisingan kendaraan bermotor berasal dari mesin, transmisi rem, klakson,
knalpot, dan gesekan ban dengan jalan (White dan Walker 1982). Karena gesekan yang terjadi antara
ban dengan jalan adalah gesekan antara benda lunak dan keras, dan berat kendaraan pada umumnya
jauh di bawah berat kereta api dan pesawat terbang, maka kebisingan dari jalan umumnya berupa
bunyi dan hanya sedikit yang berupa bunyi dan getaran. Oleh karena itu, idealnya, bangunan di tepi
jalan cukup didesain untuk meredam masuknya bunyi ke dalam bangunan.

Soal Latihan

1.

Lima buah generator dinyalakan bersama-sama. Masing-masing generator memiliki tingkat


intensitas 78 dB. Hitunglah tingkat intensitas total saat kelimanya menyala bersama!

2.

Sepuluh orang membunyikan sepuluh genderang secara serentak. Bila masing-masing genderang
itu menghasilkan tingkat intensitas bunyi yang sama dan kesepuluh genderang itu menghasilkan
tingkat intensitas total sebesar 19 dB, berapa dB-kah sebenarnya bunyi yang dihasilkan oleh
masing-masing genderang?

J.

4.

Ada 6 sumber bunyi yang masing-masingnya mengeluarkan SPL sebesar 7l dB, 80 dB, 75 dB,
76 d8,90 dB, dan 81 dB. Hitunglah bunyi total dari keenam sumber bunyi tersebut bila
semuanya dibunyikan bersama-sama.
Hitunglah L.q dari gambar berikut:

Jumlah
pemunculan

50

070
dBA

5.

Hitunglah L,o, Lro dan Lro dari gambar berikut:

Jumlah
pemunculan

47

67

dBA

Selanjutnya hitung pula L"o dari gambar tersebut.

:epades p;edes 'Bnp Bporeq 8uu,( ryulueur u,(uuelupequrou el.r{ 'Jolotueq >Ieprl uuuJupuel 1odruo1e1

Bped '(7961 'ra11u16 uup e1q16) Bpeqreq 8ue,( rfunq unrlleds uulysuq8uaur uBErBpue>l rro8elul
Surseru-Surseu e,trqeq uerylnlunueu u.(ureueqes rur rsu{rJrsul) '(Zg6I te{pl[ uep e1q16) rleltretu
Ilqour uep reseq seltsudu>l 'lloe{ (uuurupue>1 urseu tuupp releq 8uuru etunlol :>lrqruI Jeleupues) cc
nulu sulrsudul ue8uep ltqoru 'runtun uu1ru18uu 'ue8urr Iersretuo>l '1ereq lersreuro{ u?BJpue>l re8uqes
uelFo8elu4p ledep qlsuru 'ludure IrBp qlqel uep ledue Eporoq ueurupue) 'ledrua IrEp qlqel uep 1udure
'unp epoJeq Jolouueq uwJupue>l rpelueru ue{peqlp JolouJeq ueeJupuo{ 4odurole; 'Jolor.uJeq {epq
uep JolouJeq uBBJupue>l rpufueur uB>Fpeqlp uBuJBpue{ 'u,(uuutserado8ued uelsrs lrunuohl 'uo8e1e1
udureqeq urelup

e{

uu>godruole4lp ledep ef,et uelel rp rseredoreq 8ue,( uuerepue

'urnrun

BrBceS

rolorurag uuBrupuex IJBp uuBursrqax .r.t


'lequJepol unpqas 'rur qeleseu pele6ueu

>1n1un se6e1

qrqel 6ue,{ uernlered ueldelaueu (elseuopul) qelupeued e,{uye,{e1as qepns 'ue6unl6ur; eped lnJnq qtqel
Durdues lo1o Dplrruonr 6ue[ ueerepual ursaul-urseui ueeun66uad leqqe rlepuelJol eduel le16urueu snJol

ledep roloureq ueerepuol uereleurod emqeq ueele,iuol leLlrpl r66uu qrqel 6ueI ueDursrqel uellnqutueuJ
q1qe1 6ue,{ erepn ;sn;od ue1l1seqOueu losrp urseu qeqes 'lelueq Llrqal Inounu 6ue[ Durdues
uep
1e1ed
ueqru.rap unureN 'ursueq Jplpq ueLleqJeq ursorx ueluue66ueu ye,{ueq qele1 lul euelJl rLlnuouJorl

lojo

6ue,{ ;estp ulseu uerpleuod :qoluoc re6eqeg euel lapoul urseu uue60ueur lnlun ue>1e1dnrp eulel ueqel
uep Jeleq uBqeq teurorl 'q;66uec q1qal 6ue,{ upeyl 'rr{unq undneu eJepn lteq 'rsn;od ueyelOurueu n4sn[
;eq edereqeq uelep 6ueI lolor.uJeq ueeJepuel utseuJ ueJtqlelnuel ue6uequeryed qelepe lnrnq leduep
e/v\Bquror.lJ 6ue,t ute; JoDlEl 'JolouJeq ueerPpuol e6req eluqernu urleu.ros uep leyetelseu lulouole pJEl
e,iu1e16utueu qop ualqeqesrp eIueJelue rp rur ueBrepuay qelunl ue1e16urue6 'ure; 6ueI ueetepual sruel
uel0urpueqtp JolorJJeq ueeJepuel uerBleuod eIuleIueq qolo uBlqeqosrp lul leH erxeln ue6ursrqey lequns
uelpdnJoui e,ie: ue;e[ errqeq ueplnlunueu ere6au 1e,{ueq ;p uelnleltp 6uer{ ueru;euad edeleqeg
'qered ueq euJel uerl uep
ieyDuruau srue1 undueqeuruad 1ey6uu rp ue;e[-uege[ eped rolouraq
upeJepuo) uelllspqlp 6ue,{ ue6ursrqel e/v\qeq ueylnlunuau rpefiel 6ueI ueEuequelre6 'e,{u;esrur ;e66uu
qeuru q.ladas 'e,tun11err reseq uer6eqes ueysrqeqOuau prsnueur gedual rpefueu 6ue,i ueunDueq n4snl
tdelel'1tsnu orpnls nple uenuepad 6ueru rpedes leuuac uebuap lnsnle uerpsalo{ued uelqnlnqurau 6ue{
ueunOueq eped er{ueq lepn'Ouuuad rpefueu lusnle uressg Dlepuor.lolrp lepg 6ue[ ueOursrqel e,iulnseu
t0uetn6ueu ndueu re6e edru ueqruapes uresaprp ueunDueq elurlsauas qepns e66urqes 'qrun1er(uau
leduep Ulllueu rolouJeq ueeJepuel uep lesercq 6ue,( ue6ursrqel uey6uepag 'Joquns ue6uep uelelapteq
6uer( ueunBueq eped leyol

leduep:eq elueq bueqtq leivresed uep 'de eleJel 'uisnput uep ue6ursrqay
'eIer uelef pep JequlnsJoq

6ueI ue6ursrqay ueqrol ;pe[ueu lsuelod:eq ueunbueq enu]os 'eIeN 'ue;e[ ueepereqel uep uelqesrdlp ledep
lepu ueun6ueq ueppeJaqal 'e[upy lnqesial ueun6ueq nfnuatu lenqrp 6ueI sesye epe psed 'urpreq 6ueI
ueunOueq epe eueu 16 'ueOursrqel

ueqol

rpeluaui ;ersuelod 1e6ues 'eIer uelef ue0uep uelelopieq 6ue,{ ee:e

eped ueun6ueq uelep lp undneul JEnl rp selr^uleJaq 6ue,{ lreq 'ersnuey\l 'eIer ue;e[ Uep lpseJeq euJe]nJel
ueeleluel uelep euoral uelqpqasrp tut
lnlun snsnLll rsrod uelledepueu B[er uele[ gp rpefual 6uer{ ueBursrqey
Upr.l-ueqos e1;1 uednprqel n66ue66uau 6ue,{ ue6ursrqel 'rur Bse/v\ap

leH

'urpuesJol eJmos seqeqrp

VA\N[ NIVTVf T{VCNISIflf,)I

qBg

r
36

Akustika Bangunan

Transmisi
roda gigi

Filter udara
Gesekan ban

Mesin
Kipas

'/\

7\'

Gambar 3.1. Macam dan letak kebisingan yang ditimbulkan kendaraan bermotor roda empat atau

lebih (White dan Walker, 1982)


dan yang beroda lebih dari dua, seperti becak, dokar, sado dan sejenisnya. Kendaraan tidak bermotor
dapat dipastikan tidak menghasilkan kebisingan secara langsung, namun sangat mungkin bahwa,

penggunaan kendaraan tidak bermotor yang cenderung berjalan lebih lambat dapat meningkatkan
kebisingan secara tidak langsung. Sebagai contoh, lambatnya laju kendaraan tidak bermotor pada
jalan dengan lebar terbatas akan menahan laju kendaraan bermotor. Hal ini meningkatkan kebisingan,
karena kendaraan-kendaraan bermotor terkumpul pada satu titik, yaitu di belakang kendaraan tidak
bermotor yang lambat tersebut.
Kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor berasal dari beberapa sumbel yaitu
mesin, transmisi, rem, klakson, knalpot, dan gesekan roda dengan jalan (White dan Walker, 1982).
Kebisingan akibat gesekan roda dengan jalan tergantung pada beberapa faktor: jenis ban, kecepatan
kendaraan, kondisi permukaan jalan, dan kemiringan jalan. Kecepatan kendaraan mempengaruhi
kebisingan yang dimunculkan akibat gesekan ban kendaraan dengan permukaanjalan. Semakin cepat
lajunya, semakin tinggilah tingkat kebisingan yang dihasilkan. Selanjutnya kondisi permukaan jalan,
seperti jalan yang tidak halus dan basah, akan menimbulkan kebisingan yang lebih tinggi akibat
terjadinya gesekan yang lebih hebat antara ban dengan permukaan jalan.
Pada sisi 1ain, kemiringan jalan juga mempengaruhi kebisingan. Pada jalan menanjak, dibutuhkan
torsi (momen puntir) yang lebih besar dibandingkan saat jalan rata, agat kendaraan dapat bergerak.
Untuk menghasilkan torsi yang lebih besar dibutuhkan posisi mesin kendaraan pada gigi atau persneling
rendah dengan putaran mesin (rotation per minutehpm) yang tinggi, sehingga dihasilkan kebisingan
yang lebih tinggi. Demikian pula saat kendaraan menuruni jalan, gigi rendah digunakan untuk
membantu pengereman (engine brake), agar kerja rem menjadi lebih efektif. Dari uraian di atas,
cukup jelas bahwa bangunan yang berada di tepi jalan menurun/menanjak dan bangunan di tepi jalan
yang tidak halus atau tidak rata akan menderita kebisingan yang lebih tinggi dibandingkan bila
bangunan yang sama berada di tepi jalan yang mendatar dengan permukaan yang halus.
Titik kebisingan kendaraan bermotor yang berasal dari mesin kendaraan diukur pada ketinggian
mesin dari permukaan jalan. Meski menurut jenis kendaraannya ketinggian mesin dari permukaan
jalan dapat berbeda-beda, sebagaimana ditunjukkan melalui Gambar 3.2, namun umumnya dapat
diambil asumsi bahwa ketinggian ruta-ratafiya adalah antara 50 cm sampai 80 cm. Untuk jenis jalan
yang banyak dilalui kendaraan berat, sumber kebisingan dari mesin kendaraan dapat dipakai rata-rata
80 cm. Sedangkan untuk jalan yang lebih banyak dilalui kendaraan biasa selain kendaraan berat,
sumber kebisingannya dapat ditentukan secara rata-rata pada ketinggian 50 cm.

(ue.reluqured esrs Suenqueru) Suenq

(rsuedsle) efte1
(rserdruol) uelat

qe13ue1
qe13uu1
qe13ue1

(urupn + ru{eq uer{Bq dusq8ueru) desrq qe>13uu1

'V
'E

'Z

'I

:rJep rrrpJet e,(uqu43uu1

-qu13uu1 'qe13ue1 ledure urseu ue8uep roloru upedes Bpud 'uu.rulequred sesord qupunl qulspu
pn$prrIlp 3uu,( qe18uu-l'QtDt :rrBq-rrEqes ersouopul :sillorls :sF33u1) qa13uu1 ledrue uup qu13ue1 enp
;o1ou epedes sruel pue4p u8nl erseuopul rp toloru epedes {ntun 'nlr BJB}uetuaS '(ruseq qrqel uurele8
uu4pseq8ueur uep) qepuer 3uu.( rsuenler; uped uu8ursrqel uelpsuq8ueru ruseq 3ue,{ urseur selrsedel
uu8uap uueJepue>I-uuurepue) 'JBSeq uDIEru e8n[ e,(uursaur selrsedel e8n[ reseq urrleru u,(uunun
(>1u,(ueq uDlerues epor qulunf ueeJepue>l JBSeq uDlerues uup 1udrue epoJ ueeJepuel epud lelSurueru
'lroe>l qrqel 3uu,( urseru selrsedel pl1rrueru Bnp BpoJ uueJupuo) 'tedrue rJBp r1rqol epoJeq ueuJ?pue{
nBlE tedtue epoJ uuuJupuel uu8uep uelSurpueqlp Fce>l qlqel 3uu,{ uu8urstqel sruel uulpseq8ueur
(roloru upedes e8nl lnqesrp) unp epor uueJepue) '(cc urupp ;n1ntp) ueuJupua>l utseur sulrsedel
ue8uep ue8unqnqreq e.(ueserq 8uu,( 'epor qepun! lnJnuoru ualupeqrp esrq e8nl uBeJBpue>I sruel
'1rul4edn1rrr1snpur >I$un u.(ulesrur'uure1 uereleued
>lntun uur1ut uep uerue qrqel eueru>l JBIos J{Eq ueqeqJeq urseu rc{erueur u.(uuserq (cc 000S <) reseq
selrsuderyeq urseru ue8uep uBBJBpue) 'ursuoq urseur uulSulpuuqlp suJe>l qlqel 8uu,( ruluq Suunr
rp uu>lepal r,(unq uapsuq8ueu uule 3ue,( 'r33up 8uu.( ruluq uuqeq nqns uup uuu>lel epud rpefte1
e,(uuereluqured sesord uueJe{ 63urt qlqey Suuf ue8ursrqe>l uu>lllsuq8ueur relos ru>leq uuquq ue8uep
ursel I 'Jelos Je{eq uuquqreq uuuJupue{ qelo uu4Surpueqrp qepueJ qrqel u,(uurnun Ioqun eduq nule
ue8uep 8ue,( ryeq 'ursueq urseuueq ueerupue>l qelo uu$rpeqrp 8ue.( uu8ursrqe; 'leqrull uu>1uun33ueru
qrsuru 3ue.( uep (qd) lequrrl udu4 ursueq ryulueu uu{Bpoqrp qrseru ursueq JDIBq UBqBB 'sunl Bruces
ueluun8redrp runleq qrseru rrrplerel uu{lnqesp 3ue,( rapq ueqeq sruel en(I 'ueqleru e,(uquc nulu

'se8 tuyos 'ursueq JDIBq uuqeqJeq uEBJBpue>l pelueur unppeqrp JoloruJoq ueeJepue>l 'ufuueluun8rp
3ue,( ropq uuqeq lrunuey{ 'rsu{rJrsell ede;eqeq lrunueru ue>lepeqrp ledep .rolotureq uueJepue{ sruel
,,."i]+1,+ffiffi

JOlOrIIJeg IIBUJBpIIaX Sruef 'Z'8

Q961, 1e41e11 uep

eltll ) uelef depeqtey ueerepue>l


VEp

VSp 9t-91, ursau ue6utstqel rs)npou

6t

wsew sruel edeteqeq ue66w7ey 'Z't requleg

urseu ue6ursrqol rslnpeE

VEp gL ursetu ueDursrqa) rs)npau

Vgp et-zt ursaur ue6ursrqe) rslnpau


urur 0001

Lt,

eley

ue1e7

uebw*qey

g qeg

!38

Akustika Bangunan

Tenaga motor dihasilkan oleh putaran poros engkol (dihasilkan lewat langkah kerja atau langkah
ketiga). Setiap langkah membutuhkan ll2 putaran poros engkol, jadi untuk satu siklus kerja diperlukan
2 pttarun poros engkol (crank shaft). Sementara itu pada sepeda motor dengan mesin dua langkah,
satu siklus kerja terdiri dari:

l.
2.

Langkah hisap + langkah kompresi


Langkah kerja + langkah buang

Pada mesin dua langkah, hanya dibutuhkan satu putaran poros engkol untuk menghasilkan satu
siklus kerja. Mesin dua langkah menghasilkan kebisingan lebih tinggi karena proses pembakarannya
kurang sempurna (ada bahan bakar yang belum terbakar ikut terbuang atau sisa pembakaran masih
berada dalam ruang bakar) dan proses pembakaran tidak tertutup rapat seperti pada mesin empat
langkah, sehingga bunyi di saluran gas buang (knalpot) terdengar lebih keras.
Menurut fungsinya, kendaraan bermotor juga dapat dibedakan menjadi kendaraan umum/niaga
dan kendaraan pribadi. Kendaraan niaga masih dibedakan lagi menjadi angkutan penumpang dan
angkutan barang. Baik kendaraan angkutan penumpang dan barang masih dapat dibedakan menjadi
kendaraan angkutan kapasitas kecil dan angkutan kapasitas besar. Kendaraan umum./niaga kapasitas
besar biasanya merupakan kendaraan dengan kapasitas mesin besar. Kendaraan semacam ini memiliki
frekuensi kebisingan yang rendah, disertai dengan getaran. Sementara itu, kendaraan pribadi sebenarnya

dapat dibedakan lagi menjadi kendaraan pribadi biasa dan kendaraan mewah. Kendaraan mewah
umumnya mengeluarkan bunyi mesin yang sangat halus. Namun demikian, secara rata-rata di Indonesia jumlah kendaraan semacam ini sangatlah kecil bila dibandingkan kendaraan pribadi biasa,
sehingga dapat diabaikan.
Rasio pemakaian kendaraan bermotor pribadi dibandingkan kendaraan umurn dan komersial
angkutan barang, serta rasio pemakaian kendaraan bermotor roda dua dibandingkan kendaraan roda
empat telah membuat karakteristik kebisingan jalan raya di Indonesia sangat berbeda dengan di
negara maju. Sebab sebagaimana telah diuraikan, masing-masing jenis mesin kendaraan bermotor
memiliki kecenderungan menghasilkan frekuensi kebisingan yang khusus. Jika rasio jumlah kendaraan
bermotor dari semua jenis yang digunakan cukup sebanding, maka secara rata-rata tingkat kebisingan
yang dihasilkan berada pada karakteristik yang hampir sama. Namun apabila ada satu atau dua jenis

kendaraan bermotor tertentu yang jumlah pemakaiannya sangat dominan, maka karakteristik
kebisingannya pun akan sangat berbeda.

3.3. Faktor Penentu Tingkat Kebisingan Kendaraan Bermotor


Karakteristik kebisingan suatu jalan berbeda dengan karakteristik kebisingan di jalan yang lain.
ini terjadi karena tingkat kebisingan di jalan raya ditentukan oleh banyak faktor. Faktor
yang pertama adalah kendaraan bermotor yang melewatinya, yang meliputi: jumlah kendaraan total
per jam, rasio dari jenis-jenis kendaraan bermotor yang melewatinya (sebagaimana dibahas pada
subbab 3.2.), dan kecepatan rata-rata kendaraan. Faktor kedua adalah karakteristik jalan, yaitu kelas
jalan (yang umumnya meliputi lebar dan panjang jalan, jumlah jalur (kapasitas), serta kualitas
permukaan jalan), kemiringan jalan, penataan arus lalu lintas jalan dimaksud (misalnya jalan searah
Perbedaan

dengan atau tanpa jalur lambat, jalan dua arah dengan atau tanpa jalur lambat, berdekatan dengan
Tebra-cross, berdekatan trffic-light, dan sebagainya.) Faktor ketiga adalah kondisi-kondisi lain di
sekitar jalan, seperti bangunan di sisi jalan dan kesibukan informal di sepanjang tepi jalan, misalnya
perdagangan kaki lima, tempat parkir, dan sebagainya.
Kesemua faktor tersebut sangat berpengaruh dalam menentukan tingkat kebisingan yang terjadi
pada suatu jalan. Oleh karenanya, tingkat kebisingan suatu jalan tidak pernah sama persis dengan
jalan yang lain. Sebagai contoh, meskipun volume/jumlah kendaraan dan rasio jenis kendaraan yang
lewat tiap jam-nya sama, namun bila karakteristik jalannya berbeda, sangat dimungkinkan tingkat
kebisingannyapun jauh berbeda.

!-

rJeuv uel?f

'uersrJe eJ?ces rseleqrp {nselu uelef uep 'r33ur1 uuludecel


'qne[ lerel ueuelelred urc uu8uep runurn ueln18ue rue.(e1e141

,Z

roDlelo) ueP[

'rseteqlp lnsuru uulel qulunl uep 'qepuer uuledecel 'Suepes


1e;el uuuelelred urc ue8uep lndurnEued uu1n13ue rue,{e1e141

'

I3{o.I uelef

'rsutEqrp {epll {nsutu uuP[ qellllnr u?p 'qepuer ueledece{


'lelap uuuulefted rrrc uu8uep tunrun ue1n13ue rue,(u1ey41

lsurlgpadg

uepf

sqey

.I
'oN

\9g6119z'ou dd uep 086I/I'ou 1ln lrunueu)


ls?unt fitnuaw msauopul 1p uolot sopx 'l't 1pqe;
.rrdrueq 8uu,( ue8ursrqe{ lDISuD uu>IIISuqBuoIu uu>Iu qnJnq 3ue,( undneu {IBq sallunryeq 8uB[
te>lSuts ueruJn UBC 'ruseq qrqel 8uu,( erupn rsnlod

{ruq 'uEIl e,t\quq uu{lndrursrp tedep lnqesJet

uapsuq8ueru u8nl rur uuupua) 'r33uq dru1nc u8nl e.(uuelpseqrp 8uu,{ ue8ursrqe{ 1e13up '{,(wq
dn>pc u,(uuuuJepue>I qulurnl elqude 'leqruul uepLreq 3ue,( ueerupuo{ uuepee{ EpBd 'tEqruEI
uelufteq uB{B ueeJupue>l !runq 3uu.{ ueelnuued rsrpuol Bues {rcq 3ue.rn1 Suef rnpl usuluued
uu8uep 'tldtues uep >lepued 3ue,( uepl'urul rsrpuo{ eped eJetuetuos 'tedac uDlerues nluyeru
Sunrepuec ue{e ueurupue>1 'uup[ selrlen{ uep uupl rnpl uernle8ued u.(u}Fq uD{eluos Euos
'uuluf nlens u.{u8uulued uDlelues uep Jeqel uDlelues uu8uep eueJe>l IpBftq speurellp uEEpBe)
'lBquBI ulefteq ueeJupuel luus uelSurpuuqrp elrq uultyu8ts {Bpp Iq ueepaq;ed umuuu 't33un
qrqel 3uu,( ue8ursrqe{ ue>pseq8ueru ue>Ie ledeo nfu1eur 3ue.( uuerupuey 'uupl >lpsueDIeJDI
upud Sunluu8rel le8ues u8nl uuerupuel nful 'ueerepue>1 {DSIJoDIBJDI r{elo ue>lnluotlp umles 'g

'({pp rues eped rse1muru1urel Buere{ u.{uuu>lpseqrp Suuf Suunq


se8 rsrure qupSSuq uDletues 'u?eJepue>l lequrul uDlutues 'urepn tsnlod 1e;e uuSuep epeqreq)
lnqesJat ueurepue>I

upud uu8ursrqel tn13uu qu133u4 uI{BIues 'ueeJupue{ nley ledec uDIBrueS


'ualtseqrp 3ue,(

',

ue8urslqel lalSurl qep33u4 uDlutues 'uu1el sunr nluns eped qu>13ue1 ludtue ulsetureq unp upoJ
uBBJBpue{ ue8uep uelSurpueqrp qu13ue1 Bnp urseuJeq enp epor ueuJupue>l orser r38urt uplerues 'g
'e8uru/urntun uuuJepue{ rc8uqes uopun8rp lnqesJel reseq sulrsudu4req
rrurupue>l eyrqede Eruelruol 'u.(uue>lrseqrp 3uu,( ue8ursrqal qe1r33uq ur-{Brues 'ue1uI seru nlus upud
pcel sullsudalJeq ueeJupuel uelSurpuuqrp JBSeq sulrseduryeq uueJepue{ orser r33ur1 upluruas 'Z
'edu4geqes uep r33ur1 qrqel 8ue,( uuSursrqe>1 1e13up
ue1leq11e8ueu uE>lE uelel sun-r nles ruBIBp 1u,(ueq upleruas 8ue,( uee.repue>l aunlo^ nete

qEIrunI 'I

:tDIrJeq re8eqes uelrernrp uepl rp ue8ursrqe>1 nlueued Jol1eJ-rol>IBJ rruuel eJeres


'r{epuoJ qlqel 8ue,(
sule1 ue8uep uupl rd4 rp rse{olreq n1r ueun8ueq mpl uelSurpuuqlp BIIq e,(u1e13ur1 r33uq qrqey 8ue,(
uu8ursrqel uluepuetu uelu 'e.(use1a1 r33u4 qrqel 3uu,( uuyul rdel rp rse>lolJeq 3ue,( ueun8ueg 'uulgru8rs
ereces 1e18urueu lnqesJel uulel 3ueluedes rp ueun8ueq etlJeplp 3ue,( ue8ursrqel uoplsedlp ledep
B>letu 'ue1ru uuyul rc3eqes rs8un;req uuludr4 ]oqelo>l uupl qenqes nlueuel ueBpBe>I euerp>l 'qoluoc
ru8uqeg 'uu>1du1e1p qe1e1 3uu,( n>IBq rJBp t33u4 qtqal lnqesrel uepl rp uu8ursrqel 1e>13up u^\qeq
ualrtsudrp ludup 'uu4detetlp rplal 8ue,( rsu4lglseds qrqeleru selurleru 8uu.( uuerepue{ eIIq unrueN
'tnqesJet uepl sunr r8eq nleq sElB rp lHlpes nulu rlnlepueu ualr$lrpoJdlp tedup u,(ulepqes tnqosJel
uulul sunr eped ue8ursrqel 1u13un uleu 'rqnuedrp rur uu1u.ru,(s.red upqedy 'u.(ur1u,ue1eur ustq 8uu,(
ueu.repue{ sruelrsu4;rseds r4rlueru ueyeIseye>1 dupeg'(g'g'p's I' 1equ1) uululedrl lnrnueur eges
'uueJupue{ rsuaurp uep ueqeq 'rs8un; lrunueru uurse>lrJrseplSued qeppe ue8ursrqel 1e13up ue8uep
uelre>lJeq dnlnc 8uu,,( unruuu 'ue8ureq lu8uus uelel se1e1 uur8equred u,(uqnSSunseg 'n1uage1 uepl
sele>l nt?ns epud uu8ursrqel 1u>13uq rsutequeu Inlun uence uerypuftp ledep SunsBuBI >leprl BJBces
3uu,( uelel se1e1 uer8uqrued reue8ueru uurntured ede.reqeq ueldeleueur qelel rsauopul qetuuerued

uuluf
6e

eley

ue1e7

sule11 uur8uqrued

;.;

uebulsgey g qeg

40

Akustika Bangunan

Tabel 3.2. Kelas jalan menurut PP no. 43/1993

No. Kelas Jalan


1. I

Spesifikasi Jalan dan Kendaraan

2.

II

Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk


muatannya dengan lebar maksimum 2,5 m, panjang maksimum 18
m dan muatannya dengan sumbu terberat maksimum 10 ton.

3.

IIIA

Jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor


termasuk muatannya dengan lebar maksimum 2,5 m, panjang
maksimum 18 m dan muatannya dengan sumbu terberat maksimum
8 ton.

4.

IIIB

Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk


muatannya dengan lebar maksimum 2,5 m, panjang maksimum 12
m dan muatannya dengan sumbu terberat maksimum 8 ton.

5.

IIIC

Jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk


muatannya dengan lebar maksimum 2,7 m, panjang maksimum 9 m
dan muatannya dengan sumbu terberat maksimum 8 ton.

Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk


muatannya dengan lebar maksimum 2,5 m, panjang maksimum 18
m dan muatannya dengan sumbu terberat > 10 ton.

Tabel 3.3. Kecepatan kendaraan menurut tipe dan kelas jalan


(Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan, 1988)

Tipe

Jalan

Tipe I

Tipe

II

Kelas

Jalan

Kecepatan (km/jam)

100 atau 80

II

100 atau 60

60

II

60 atau 50

tII

40 atau 30

IV

30 arau 20

sama ketika dilalui kendaraan dalam jumlah banyak. Namun bila jalan tersebut sepi, yang akan
berpengaruh adalah durasi kebisingan. Bagi suatu titik di tepi jalan pada suatu jalan yang sepi,
kualitas jalan yang baik akan menghasilkan kebisingan yang sama tingginya, namun dalam
durasi yang lebih pendek, sebab kendaraan berlalu dengan cepat dari titik tersebut, dibandingkan
bila kendaraan terpaksa berjalan lambat-lambat akibat kualitas jalan yang buruk.

6.
7.

Kemiringan jalan berpengaruh terhadap tingkat kebisingan yang dihasilkan. Sebuah titik yang
berada di tepi jalan miring (menanjak atau menurun) akan menerima kebisingan yang lebih
besar bila dibandingkan jika jalan dalam keadaan datar.
Sebuah

titik di tepi jalan, yang berdekatan

dengan pengaturan lalu lintas, seperti

trfficJight,

7.ebra-cross, atau perputaran, juga akan menerima kebisingan yang lebih tinggi, karena kendaraan

berhenti atau berjalan lambat pada lokasi tersebut.

8.

di sisi jalan yang berpengaruh

terhadap kebisingan adalah muka bangunan yang


ini akan memantulkan bunyi yang
dihasilkan di jalan, dan mengakibatkan kebisingan menjadi lebih tinggi.

Keadaan

berhadap-hadapan dan saling membentuk koridor. Keadaan

9.

\-

Pemanfaatan trotoar untuk area parkir dan perdagangan informal juga dapat menimbulkan
kebisingan yang lebih tinggi pada suatu titik di tepi jalan, karena kendaraan berjalan lambat dan
sangat mungkin terjadi kemacetan pada ruas tersebut.

sp 88 > dN-I > gp ,L

{"pp ?,(uunun

gp88<

{epu le8u?s

Eulr.leirp ledep

?riliJalrp ledsp

rrJuelrp ?dep qrsuur

gp

z>u\rsp8E
gp8s>

elxuoup ledep
1u>1o.re,{seur

u*.I

ueurul.rauad B;rallry

Tuawdolaoq uDqrn pul Sursnog Jb Tuau4todaq Sn fltnuaudNT topunlg'r' IeqBI


qrseru gp 71 rcdtues Incunu 8uu,( ue8urstqq .^AWq lu?Joq nll 'gp tL LleWpB Sueroeses BLrrIJelIp
ludep qrsuiu Sue,{ ue8ursrqe>1 rsnlod le>{3url tunluls>luru selq u,$quq uu>p1nlunueur 't'g IeqoJ

'(9661 'ororuellag
uep o1ue,(1n1 ruepp) gautdo1aaaq
1eqe1 epud uu>yeduresrp 8ue.{ uence
'(lncunur 8ue,( elup

Enr.ues

uoqtn puo 3utsno17 to ruaultodac Sn lrunuetu qelupu 'r'E


uluur 'dN1 {nlun uuncu DIIIIueru runloq Elseuoputr euoJe{ qelo

Irep >lllsltels EJeres uu>ln1ue1rp) rseta.ep rcpuets qelepu

ue8uaq

oggz + o"T = u",

0)

:euuru rp

'(966i 'oroluerleg

uup o1ue.(1n1 ruupp) uosurqoU qelo uu>18uuqure{p dN1 uelnlueuolu {nlun ueeures.re4 '(dN1;
uuSursrqe4 rsnlod slepur nelu lnlunued uu8uep Jn{nlp ledep lncunru Suuf ue8ursrqe{ e>luur 'uu8ursrqa>1
rsnlod deqet D{nsetueru qu1e1 e.(er uepf p [nounlu 8ue.( ue8utstqel nluns qelude u?{nluouelu {nlufl

sBluIT-nIuT uutulslqey {nfunuad u"p uutulslqay Isnlod 4nfunue4

'- ti'i';*Er*ffi

'uulnq uup n88unu n11err,r 8u4uer


uepp uu8untlq8uod uelruFlrp upd nyred runr.ufl e.recas e,(ulnluuleg 'rnqn uuq upp elre rreq e;e1ue
uu>lupeqrp 3uu,( rreq nt>lz.u SuetuoJ lrunueu uu8unllq8ued e,(uerl>1 elnd n1.red 'ruel nqu.lo. Suetue"l
ruzlep uuJn>lnSued urules "uu1ul nlens eped uu8utstqel ta13uq {psIJoDIuJB{ ue{ntueuetu )tniun
'u8>lnr{elrp

ui(ue,(8ofes rruqTurel VZ e\xel"s uurnlnSued 'r83urt uu{nqrse>l le>l?un ueSuap urel uelel-uu1ul netu 'loi
uupf 'uepu uupl upud ruedes ueqTuiul VZ vurelas qnuad ereces lpef.ret e,(uuu8urslqel 8uu,( u,(ur uelel
'(g'7 quqqns leqlf ueryeqerp ludep zSSurqes qpuor lu8ues ueSursrqel te13ur1
ISIpuo{ {nlun unluBl\d
u1r1e1 (rreq rueleu u,(upsru) 8ueual nDI?,&\ qlupe e,(ussrs tuelrusue e^Aqeq rsurnse ue8uap uuryurei
gI nlTe^\ 8uslue; urqup eduuq ue>pusrgapesrp tudep BlEp uellqtuu8ued e>1eur Jn{n 1lB uendurerue4
uuseleqJele{ BuaJB{ unrueN 'rdas tues eped eges 'esIq luus epud '(.ro1uu>l/tlelo>las uelulSuureq
-e>1 ruel upud ufqesru) >lnqls lues eped ueBursrqal uurnln8uad peiueu ue>lepeqlp 3uu,( uuqr.uel
etu?los uurn4n?ued ue>ln>IBIIp Suuueru e,,tuleepr 'Icuu qlqal 3uu.( elep qaloredueu {ntun

,Z

'rruuqedrp qupnu 3ue,(

e13uu nlus rlprel dnlnc e,(u;rq>1u uerlefued unluuu 'anuros BlBpJq In3unlu 8ue.{ uu8utstqe4 tu>13ur1
'uele^rn{e >lnlunued rn1uls6 '1h"1; uep,r,rnle s{epur nulu 4nlunued epoleur ueBuap ueulepued lapou
uuuunSSuad uelu?Jesrp 'Juenl{ng re8ues eduunurn 8ue,( uelul rp ue8utstqel 1e13ugt uernln8ued
'lnqosJel {nqIS epouad eruules
Irsur{ rJup nuuqudrp qupntu qrqel 8ue;( nq{e lrs?q ue4rfe,{ueur eunC
uu-In{elrp nlred uupl nlens ue8ursrqe>1 1u13ur1 uurnln8ued e:4.euu 'OO'IZ ue8uep redures 69'99 p>1nd
uup e,(qusrur 'nluouet n11u,u SuelreJ ruulep Incunu u,{uunurn z.(er uepl rp rpelr4 3ue,( uu8urslqeq
ueJE{ qelo 'Vgp rc8eqes uJeqrp lsnrurel 8uu,{ psug 'v loqoq eped Suulas-lp tnqosJo} tlu {utu
(ytfS) raplN pt.a1 punos uv4vunSSueur e,(er uepl rp uu8ursrqel 1u13uq lupueru ury1e1 eSSurqes 'y
toqoq urelup >lnseul Jotor.uJeq uuuJepue{ ue8ursrqel {qsueDIBJ>l '8u4q7tau punos epolaw ue8uaq
I

ti:i:t:r!

rolorureg uBBrBpuex rrBp uBtulEqex {EsIreDIurBx 's'8


l?

eleg ueley uebulqqey g qeg

42

Akustika Bangunan

dapat ditolerir dengan normal tanpa menggangu aktivitas yang dikerjakan orang tersebut.
Khusus untuk kebisingan yang muncul dari jalan, tingkat kebisingannya dapat ditentukan melalui
indeks kebisingan lalu lintas (LrNr ). TNI adalah kependekan dan Trffic Noise Index.

LrNr =

4(Ln- Lr, ) + Leo - 30

(8)

Penentuan batas penunjuk kebisingan lalu lintas yang dapat diterima masyarakat ternyata setara
dengan tingkat polusi kebisingan, yaitu 14 dB.

wffii".,Yg:'
1.
2.
3.

Latihan
Mengapa jalan.menjadi sumber utama kebisingan yang memasuki bangunan?
Sebutkan bagian-bagian dari kendaraan bermotor yang menghasilkan kebisingan!
Mengapa peruntukan jalan yang melampaui baku yang telah ditetapkan akan memicu timbulnya

kebisingan yang melebihi baku?

4.
5.

Sebutkan keadaan-keadaan spesifik di jalan yang dapat mengakibatkan meningkatnya kebisingan!


Berapakah baku tertinggi tingkat polusi kebisingan yang masih dapat diterima masyarakat (menurut

baku US Departtnent of Housing and Urban Development)'!

r{vl{nol{vfl YQYd I{VCI{I S I sf)I

III I{vIcYg

'ueun8uuq urlup rp uu4Bduretrp 3ue.( rolureue8 urseur uep udurod Iuedas


uuunSueq uelepred nule 'u,(uquleqes rp wle{ 3ueru n33ue33ueur ledup Suuf 'ur1uu1 predes
'ueSursrqe>1 uullnqurueu 3ue,( uuun8ueq wBIBp 8ueru upu u,(ulusrur 'ulpues uuun8ueq uup(I .

'uetuepq rp uu)p{Blellp 3ue,( role.reue8 urseur sep JrB udruod luedes uuun8uuq uulepred
eges 'urpues

n11

uuun8ueq rqred eere rrup e,{upstu 'uuun8uuq JBnl Ip tdu1e1 ueqel

Iuedas ueqel runl Ip ulEI

{pp

ruepq

'qeleqes ueun8ueq netu ueqel


Irep nelu uepl uup u,(upsrur 'ueun8ueq (3q1de1) uequl ren'I

:rJep IESuJeq ludup ueun8uuq nluns qelo BtIJepIp 8ue,{ ue8ursrqal undepy'ueun8ueq relplos

Ip ulEI {Ill1 uep IBSBJoq ue8ursrqel uuurlSunruel e8n[ dnlnlrel {BpIt unruuu 'uupf uep ue8ursrqel
qelo ue{quqesrp Suuureur uruelruet 'uepf rdal Ip {etapet 8uu,( ueunEueq qelo uu8utstqe;1
'ue8ulsrqel rrep 6unpu11rp tedup 8ue,( uues uu8utsrqel Etuepuotu
?ue,( Suen.l-3ueru uuuq8untue>l eues (de1u uep 'uopyd'ptuu1 'Surputp edrueq) uuqrunlese{
ureces uuun8ueq ueuole uuluderel te{8utt Bndqeru Buel 'owuauad mSoqas uoun8urtg '
'(r,(unq SuuquoleB uelntuutued nele
uelequered ualolequed efutpeftq uuqurx8unureur 3ue,() runlperu utulup lelqo u,(m1upr1 upe
uep '(ueun8ueq depuqr4 uuSurstqel Jequns >prul ue8uap ue8unqnqreq) uu8ursrqel r,(unq

Suequole8 qndruel lurel'erepn Islpuo>I :qndqaur SueK uo?utstqilt lnptlp Suot wmpaq 'Z
'uu8ursrqal e.(ulncuntu nDI?.,n uep 'uu8utstqel e,(ulncunur ISBrnp 'Isuerule{ tequns
uu8ursrqel 1u13qt 'ueun8ueq uup uu8ursrqo>I Jeqruns 1u.rul :qndqeur ?uef,'uo?utsrqill raqwns 'I
:n1ref 'ro11e3 e8rl qelo rqn-re8uedrp
'urpues e,(uueun8uuq tuBIBp e>l uup uuunSueq Julr{es Ip uEtlBI e{ {nsutu 8uu,( uupl p uu8utstqey

'r',

uBuntuufl uup uulBf IrBp uBturslqe)

' ' ' ' nlel 6ue,{ unqel qnlndes:e111es

(qeuunr

e1 nlnuau 6ue6 uedep rp e,(er uelel tp nele) e11 qeuru uedep tp selull nlel ueleu]elal eueu;eEeq 1;eque1
le6u; e1;1 r{pleqoC reureJ urleuos uele lnqasJo} uele[ 1e16uqs n11err 6ueluet ue;ep 'ueuel ueOuequelted
Duures unue51 leueJ nlepel urnleq 6ueI uelel rdal rp lJlpJoq ueunDueq n]ens rur 6ueleles eles uq6unyl
'eIuue0ue;n66ueued etec-eiec ue4111drp eIuerry 6u[uad 'ue6usrqel p]uopuoru ;ersue;od 1e6ues uelel;da1
'efiet uqe[ ue6ugqa>1 ueqe;eseuled tele qelepe 'ue;el
;p
6ueluedes rp ueun6ueq emqeq uepe,iueui elq

sen

Duelued uep ieqal ueqeqtueued ue6uep

uereleurod

q[e)

11n1rrp

eduel lesad nlppel Llequeloq 6ue,( toloureq ueprepuel


eueute6eqag

ueOu;s1qe1 euJeln Joqurns qelepe e,(er ue;ef tut esemep '0 qPE u.lelPp uelleJntp

VAIIUTI\ilCi{\TflCCNIVNfl d
SVSV I{\TO I{VNNCNVS Y(rVd
TWCNISIg[)T
.M

v qBg

ffig"r,:

:
1

46

Akustika Bangunan

Dalam ruangan sendiri, seperti misalnya di dalam kelas ketika siswa semestinya tenang
sewaktu guru menerangkan materi namun siswa ternyata justru asyik berdiskusi sendirisendiri.

Letak sumber kebisingan yang berbeda-beda sebagaimana dijelaskan di atas membutuhkan solusi
yang juga berbeda-beda agar kita dapat memperoleh kualitas akustik yang baik dalam ruangan yang
menderita kebisingan pada bangunan tersebut.

4.2. Perambatan Kebisingan ke Dalam Bangunan


Menurut asalnya, kebisingan yang terjadi dalam bangunan dapat berasal dari berbagai titik, namun
demikian kebisingan yang berasal dari dalam lahan atau dari dalam bangunan sendiri lebih dapat
dikontrol ketimbang kebisingan yang berasal dari luar lahan. Kebisingan darijalan adalah kebisingan
yang berada di luar kontrol pemilik bangunan. Oleh karena itu, pentinglah kiranya kita pelajari
kemungkinan perambatan atau transfer kebisingan dari luar ke dalam bangunan.
Jenis perambatan kebisingan dapat dibedakan menurut medium yang dilalui gelombang bunyi,

yaitu:

1.

Airbome sound, adalah perambatan gelombang bunyi melalui medium udara. Oleh karena ruang
di sekeliling kita umumnya dilingkupi udara, demikian pula kebisingan yang muncul di jalan
umumnya merambat mendekati bangunan melalui medium udara. Model perambatan semacam
ini akan sangat mudah masuk ke dalam bangunan jika terdapat lubang, celah, atau retak pada
elemen bangunan, terutama pada elemen vertikal seperti dinding. Perambatan juga dapat terjadi
melalui elemen vertikal atas, yaitu atap atau/dan plafon. Peletakan jendela dan lubang ventilasi,
atau pemakaian elemen penutup atap dari material yang tidak rapat seperti rumbia atau genteng
dengan kait yang tidak presisi, juga akan merambatkan kebisingan.

2.

Structureborne sound, adalah istilah yang secara umum dipakai untuk proses perambatan bunyi
melalui benda padat. Dalam konteks ini benda padat diasosiasikan dengan elemen bangunan itu
sendiri, sehingga disebut structureborne sound. Perambatan melalui elemen bangunan umumnya
terjadi ketika sumber kebisingan menempel atau sangat berdekatan dengan elemen tersebut,
misalnya menempel pada atau sangat berdekatan dengan dinding. Namun, karena umumnya
tetap ada jarak yang cukup antara bangunan dengan jalan, maka perambatan melalui dinding
secara langsung amat jarang terjadi. Dalam keadaan tertentu, kita bisa saja mendengar getaran

()
z/ zz---\

Pendengar di lantai ini


menderita airborne sound

Sebuah sumber bunyi dapat menimbulkan


sekaligus airborne dan impact sound

\:,,

\\'\---'l//

Pendengardi lantai ini


menderita impact sound

Gambar 4.1. Gambar potongan yang menunjukkan proses terjadinya airborne dan
structureborne sound.

'r.(unq Suequole8 u,(uuulul r8uupq8ueu ueullSunure>1


3ue,( lelqo BpB uu{B eles n1e1es 'rruLI-IJ?I{es uednprqel tuBIBp 'uul{Iruep untuuN 'Sueyq8ueur
uerpnue>I uBp 'rlerueloru 'nlueuel >1uru[ qndrueueur 'qBrB ep8as e4 leqluuJeru uelu 1nqas.re1 r.(unq
Suequole8 'u,(uuepq8ueru 8uu,( urel >1e[qo upe {epp uup rule8req ilunq;aqruns letqo qenqes u{po)

{e[qo

1,ueEuetrAl

u{pe{ y(ung ru[Bllrad

';'?"'**-

'(7'p wqweg)
urc1 ue8ueru e>l >lnseru e,(urrqlu uep e,(uquleqes rp ue8uenr Sutdues Sulpurp e1 redurus slueuelu
'Surdruus Surpurp uped qelec mploru 3uuru nluns uep rfunq ueluqurered nlref.'uotssrtusuttt| 3ur4utt7[
uulequered u(upefte1 e8nl uuluq8unrurp auroqarnpnrts BJEces r,(unq uelequrered upe6
EJeoos

'ueldurelp

1n1un

Fepr qrqol auroqarnpntls undneur aluoqnD emoas >IIBq uelequered rupaJelu ndruuur 8ue,( uresep
lusers sr1>1e.rd uJeces 'nJl euaJe{ qelo 'ueluqtuered ruelsts uuqeqnred rurulu8ueru ledup l,(unq Jequns
qenqes e,tuueelefuel upud euerul 'ue>In>Ielrp qupnur >lepp 1ul Ieq unrueu 't,(unq reqruns ueluqurured
11rnrparu rlsed e;eces rnqele8ueur BIDI Dlrle{ uuldaelrp ludup leda 8uu,( ry1sm1u uIBSep TBSBIS
'lnqesJel Suns8uel u;eces uu8ursrqe l Eue>Irel 8ue.( ueurele eped e.(uu8ur1e1 uulledrueueur nped eduel
ersnrruru re8ueprp >lnlun awoqtm eJuces qeqrueq uele u8nl uq8unur efuuelequrerad 'uetuela reue8ueu
1eru1 dnlnc ue{lueq nele 'uesudrueq 'uu1n1nd B{Ite) '(rc1uu1 eped gq ue{lueq nulu 'elepuef
uup nlurd uusedueq 'Surpurp eped uelnlnd 1gedes; ueun8uuq ueruelo eped SunsBuBI eJeces 1pufiel
r,(unq requrns e>Ille punos podw, tnqeslp e?nl punos auroqainpntl.t 'nlueuel ueupue{ epedr
'aluoqrru ereces r8uy geqnreq ueluqruured uu>1ur13unureur lBqel{ Suef rsueuoseg
'(E'1 qeqqns lur{D tuqeq le8ues uurele8 qllrureur 8ue,{ qupuer letue rsueruIe4 pllltuotu l,(unq ;equns
nBI>l nule lequJeru 3uu,( r,(unq rsuen>lo.rJ ue8uep uures rrdureq nelu Iues 3ue,t lsuenqe;y plllrruaru
ueun8uuq uoruele nup>1 n1re.( 'ueur13unure1 np qelo r.ralqeqeslp 8ue,( uuun8ueq ualuele eped rsueuoser
gpefrel E1ir4el auoqatnpnus rpulueu qeqrueq ledep autoqtru Emxes luqlueJeru 8ue,( r,(ung
punos autoqalruJntls rpulueru
rleqrueq uurpnuo>l Buut autoqtrD ete:,es ueluqure.red qBIBpE lpefrel 8uu,( e.(uqn38unse5 'selulleru
ueerepue{ BpB tues (eyepuel ucu4 ylredes 'srdn Suur( uurelruet) ueun8ueq ueruele eped luqeq 3uu,(
'

'uotsstwsue4 bulyueg

etupetlq

sesotd ue>14n[unuew 6uel qeuop

)eqweg'Z', JequeC

Durduies 6urpurp lena1


uorssLusueJl 6u11ue13

Ouns6uel elecos uP)snJeltq


e;epueI lena;
uorssruJsueJl

,"0,n.

6ut>1ue13

eluuebuelnddueuad sesv uep ueunbueg eped uebulslqey y qeg

48

Akustika Bangunan

bunvdatans\f

bunyiterpantu,

4j
Gambar 4.3. Perambatan gelombang bunyi yang mengenai objek akan mengalami pemantulan,
penyerapan, dan penerusan bunyi, yang persentasenya tergantung pada karakteristik objek

bunyi
datang

rl
tlL
tL-I

ounyi
terdefraksi
bunvi

l-

Oatang\

I
f

lr
bunyi terpantul

)'
bunyi terpantul

I
I

I bunvi
I terdlfraksi

| |,l lr

'./"

Gambar 4.4. Perambatan gelombang bunyi yang mengenai bidang batas dengan celah akan mengatami defraksi. Ketika celah
amat kecil, seolah akan terjadi duplikasi sumber.

Dalam beberapa segi, gelombang bunyi memiliki sifat yang hampir sama dengan gelombang
cahaya, yaitu memantul dengan posisi sudut datang sama dengan sudut pantul bila mengenai objek
yang licin sempurna dan memiliki luasan yang melebihi dimensi gelombang bunyi yang datang,
memantul ke arah tidak beraturan bila mengenai objek dengan permukaan tidak teratur, serta terserap
dan diteruskan atau ditransmisikan saat mengenai objek yang terbuat dari material tertentu. Ketika
mengenai objek yang memiliki retak atau celah, gelombang cahaya maupun bunyi akan berusaha
menerobosnya. Perbedaannya: pada cahaya, masuknya sinar melalui celah, lubang, atau retak yang
amat kecil akan sangat mengurangi kekuatannya atau menjadi amat lemah. Namun pada bunyi,
keberadaan celah, lubang, atau retak kecil pada objek penghalang justru dapat menyebabkan terjadinya
duplikasi sumber. Hal ini akan mengakibatkan bunyi yang menerobos melalui celah memiliki kekuatan
yang cukup untuk bisa terdengar cukup jelas dari balik dinding retak tersebut (Gambar 4.4).
Peristiwa lain yang sangat mungkin terjadi ketika gelombang bunyi mengenai objek adatah
kemungkinan terjadinya resonansi. Resonansi terjadi akibat adanya kesamaan (sama persis atau
mendekati sama) frekuensi antara sumber bunyi dengan objek, sumber bunyi memiliki kekuatan yang
hebat (menghasilkan getaran yang hebat), jarak antara sumber bunyi dengan objek terlalu dekat,
objek terlalu tipis/ringan, atau karena objek tidak dipasang secara perrnanen. Selain munculnya
resonansi, ketika objek yang menghalangi memiliki dimensi yang tidak terlalu besar, gelombang
bunyi bisa berbelok menuju ke belakang objek.

uB{rBSEdrp eues '.(erseuopq tp tpefta efuler.{ Hedes) r33ur1 3ue,( ueqgquole>I etuutruel 'ucenc depeq:e1
e,{uuuuuqq->1upDo>l I{BIEpB IUI Iurreleru uerluruele) 'uemsed rp qeloredrp ledup lnqeuel uelu.re.(sJed
enrrles Iqnuerueur 8ue,( ptooqlps predes ueqeq 'e,(uurnrun eped ueun8uuq IulrelEru u8req epeduep
t33uq qlqel 8uu,( u8req ue8uep 'ueplrurep unrueN 'sJe{ uuquq rrep lenqJot efuumun pr8p uep lereq
qBqes 'uB{nuelrp qepnu
'pqe1 3uu,(
Sueureur rur uelere,(sred unures rqnueueur 3ue.(
IelJelulu
lepq
6leJeq
Iuuolel tr 'sIlsBIe sn8qules umueu pr8u '1eq4
Iurretuur Irp tunqJq u,(uurmun ;ele8req qppnu
ryp4 3uu,( IBIJeleu undepy:ele8req qupnur 1ep4 8uu.( IerJeluu rrup uuun8ueq uetuele uuuunSSued
ue8uep rselurp ledep e,(udrsuud upud tele8req 1nry Suuf ueun8uuq ueruelo EueJB{ ueun8ueq ruepp
e>l lqruJoIu uep ueun8uuq ueurele ue8uep uet{epJeq nulu uped

rpelr4 3uu.( r,(unq Suequoleg

auroqarruaruJs: Brucas luqruuratr i tue,( uuEulslqex lsulu8uatr

J':d:;"'***-

'lecuc uduel eurndues uue>1mu"red pllrtuaru uup 'leraq 'pqe1 3uu,{


Suupq8uad lelqo uure>prued pepr qullu8ues eletu 'Suuluq8ued >1efqo upud epe 3ue.{ 1elar nBtB 'qler
'3ueqn1 snquouou ndureru ilunq Sueqruole8 u.lo.qeq ue{rurnrp qu1e1 8ue,( euerure8eqas uuq
'qruq uu8uep e,tusu3ru uz{n{Bletu ndrueur uulu 'dn>pc 8uu,( lereq wp uepqela{ plllrtueru unureu
'ufuueulnrured urcrl Wpp '>leunl dnlnc 3uu,( Iulreluru IrEp tunqrq 8ue,( Suupq8ued 4elqg 'Suupq8ued
>llleq e{ r,{unq uelsrueuau ue>le uSSurqes rule8req 1n4 ru1snl Ieq nlenses EUeJB>l tnqesret IurJeletu
E{rte{ 'lrsuqJeq {BpF gelSuues rur Bnpe>l 3ue.( epo1etr1 'tuqtueJeru 3ue.( r,(unq Suequrole8 dure,(ueu
ndrueu Suef leueleru rrep 1e[qo re{Bueru quppu u,(u1n1ueq ueun{3untue) 'Suepq8ued {lleq o{
ureles urel qeJe e{ nele Jequns r{eJE e{ r,(unq Suequrole8 geqruel uulnluerued udnraq tedup 8uuleq
-3uad e[.re1 BJBJ 'lnqesJel uuluqruered r8uepq8ueur ndrueur 3uu,( lelqo Suesuureru ue8uap rseleqrp
ledep e,(uuuluqurered 'eJupn Iunrpou rnleleru leqruuJeru rfunq luug 'r,(unq Sueqruole8 uelequured

Gueleq8ueu nBtB Isuluqrueru qeppe unldurelrp >1n1un unlSunur Surlud 8uu.( 1zq 'n1r BuarDI qelo
'uuluq8unureu nleles {Bprl B,(uunrun 'uotlta|otd na ueeun?Sued ue>lqrle,r.eur ue8uep ue8ursrqel
ueqJo{ t8unpuqeu uJBc ulnd uer{rueq 'uu>lderelrp r{Epnru lepq le8uus qnSSuns 1ul IBrl 'JIl>IeJe
3u11ud 3uu,( uruc qulupu uu8ursrqe>1 Jequns us>leperuaru uulel uu8uep uu8ursrqel lsele8ueur r1se141

auroq,4v Brures luqruBratr{ tuuf uBEuIEqex IsBtutue\N

,i,v

'lururs{tu 8uu,( yseq


Uu>Il{Bnqtuetu ledep Suupq8ued re8eqes lelqo rs8un; ru8u uu4pnsluurp rur IBH 'uouurured uJeces
Suusedp uep lurec eduelnedu1ureq 'pqa 'reseq dn4nc 8uu( qqrdrp sruuq Suepq8ued re8eqes 1e[qr:
uereleured 'r,{unq ueleqruered r8uepq8ueu ruepp B.taquq ruequdrp ledup 'se1e rp uBrBJn rJB([

Aunq dueqwoleb 6ue[ued uebuep 6ue1et16ued suauttp uebwpueqted


eped 6un7uefueq Tebues ue4e uebueleq euoz ueepueqox 'seleq dueprq suewtp uebuep enses eiuteseq buel se1eq 1ueprq ry1eq
rp uebueleq euoz 1nJueqwaw Tedep uewybunwe4 pros sereq bueprq rcueduew 6uel ilunq bueqwolei ueleqwered'9', requeg

| ,n,,"0,",
i I-'Auna
i'l
ue6ueAeq

tlunq

euoz

rs)erlao

,l

ii

Ln,,,0,.,

,(,"'

=l*',,",

i i-'llx:
-]

-l

'|^un'

r,{unq rs1e.qe6

ue6ue,{eq

6V

euoT

6ue1eq6ua4

eluuebuelnddueuad sesv uep ueunbueg eped uebustqey y qeg

(a)

(b)

yang secara teratur mengarah pada


Gambar 7.14. pemakaian plafon bertrap akan memberikan kemungkinan pantulan suara
(a). Dinding belakang panggung
yang
pantulan
teratur
suara
mengarahkan
plafon
kurang
dapat
datar
penonton (b), sedangkan
sebaiknya dibuat menyerap suara agar tidak memantulkan kembali suara ke arah depan'

Gambar 7.1S. Untuk dapat menampung lebih banyak penonton dapat ditambahkan lantai balkon,
pada
dengan tetap memperhatikan kenyamanan visual, yakni tinggi maksimum balkon hanya boleh
kepala.
perlu
menundukkan
penonton
tidak
panggung,
agar
lantai
30"
dari
ketinggian

pada auditorium yang banyak menyajikan acara tanpa bantuan peralatan listrik atau auditorium
dengan kapasitas penonton kecil, dinding area penonton seyogyanyajuga dirancang untuk memantulkan
suara dari penyaji kepada penonton. Namun demikian, agar pemantulan yang dikehendaki berada
pada batas-batas bunyi dengung, tidak semua bagian dinding dirancang untuk memantulkan bunyi'
Adapun bagian yang umumnya tidak memantulkan bunyi adalah dinding yang berada di dekat area
penonton bagian belakang dan dinding bagian belakang penonton'
pemantulan yang terjadi oleh dinding seyogyanya dapat disebarkan secara merata sehingga ada
kemungkinan desain dinding tidak lurus atau melengkung dengan permukaan rata, tetapi dibuat
bergerlgi. posisi gerigi ini dapat diatur sedemikian rupa agar pemantulan yang tersebar menempuh
yang diterima penonton juga sama' Bagian depan gerigi'
.;a.ak yang sama sehingga kualitas bunyi
yung *"ngt udap ke arah sumber, sebaiknya diselesaikan untuk menyerap bunyi agar tidak memantulke arah panggung sehingga tidak menghasilkan bunyi bias. Perlu diatur agar tidak
lun Urnyl t
"mbali
terjadi pemantulan dengan selisih jarak tempuh lebih dari 20,7 m'
Saiah satu bagian lain dari dinding yang rawan kebisingan adalah pintu. Oleh karena itu, idealnya
pintu dirancang sedemikian rupa agar kebisingan yang merambat dapat diperkecil. Misalnya dengan
merancang pintu rangkap yang memiliki ruang antara di dalamnya. Ruang antara ini tidak perlu
dibuat terlalu luas, agar tidak menjadi tempat berkumpul orang, sehingga justru menjadi sumber
kebisingan. Ruang antara yang cukup, dengan lebar sekitar 80 cm s.d. 1,5 m pada sebuah auditorium,
akan menahan kebisingan dari luar ketika pintu luar dibuka, dan menahan kebisingan dari dalam

ketika pintu dalam dibuka.

7.2.9. Lantai Ralkon


Kehadiran lantai balkon atau lantai yang berada di atas lantai pertama seringkali diperlukan pada
jauh
auditorium dengan kapasitas penonton cukup besar, ketika penempatan penonton yang terlalu
atau terlalu ke samping dari panggung tidak lagi memungkinkan. Lantai balkon harus didesain dari

'u*lLltsreqp qepnw uep 5uedet


Lltqal uebuenr Jenqwew ueleunbp \epll olll$t sqewoJo ereces Jedtlp eslq 6uei B.tny 'ue\Uubts
\epy pnqtp ledep uoJuouod eerc eped rctuel uefi5une>l ueepeqted '>leAueq np1al )tepq 6uel mn4
t1e1wn[ uebueg 'u]apow ueeleued ue4eunbbuew qceeds sel!^lpte >ln1un wnuoltpnv .Ll.L )eqweC
sbuleC ewee \oO

'Uepult1p ut46unw pdepas Ht> O ')tqsute selpn>! uebueqwryed selv'Ht > 6 rcdecuew
'HZ > O ercdo '11 0 )asuo! ),!nJun 'uruolryne wepp tp sel!^!l\e
uebuop uolensostp \Usn>le selueul ue>lnluouaw uetle uoileg ueweppey'gL'Z requleg

pdep do4sotq 4nJun uep

:-C

Gambar 7.18. Auditorium dengan penataan


panggung model terbuka (sebagian meniorok
ke arah penonton) dengan penonton kelas
festival (berdiri) mengelilingi panggung yang
menjorok.
Dok. Mediastika

Gambar 7.19. Auditorium dengan iembatan


penghubung yang mampu menampung ribuan
penonton saat konser kelompok vokal The
Backstreet Boys. Panggung yang digunakan
adalah gabungan proscenium dan arena, yang
dimodifikasi secara modern. Sebuah iembatan
gantung yang diturunkan dari atas dipergunakan
untuk menghubungkan panggung proscenium
dengan panggung arena di tengah-tengah
penonton.

konstruksi dengan kekuatan yang cukup, tidak hanya untuk menahan beban mati (beban struktur dan
perabot) dan beban hidup (manusia) namun juga beban hidup yang sangat aktif, misalnya ketika
penonton yang menempati lantai balkon ikut bergoyang atau melompat-lompat sesuai materi yang
disajikan di panggung. Konstruksi balkon yang kuat akan meminimalkan kemungkinan lantai balkon
runtuh.
Lantai balkon sebaiknya didesain bertrap agar penonton yang duduk paling belakang pada lantai
balkon memperoleh sudut pandang yang baik ke arah panggung. Idealnya, penonton yang duduk di
balkon memperoleh sudut pandang maksimal 30o ke arah panggung (ke arah bawah)' Besar sudut
30. adalah batas sudut pandang yang nyaman. Mengikuti persyaratan ini maka balkon dapat dibuat
lebih dari satu tingkat, asalkan sudut pandang penonton pada balkon tidak lebih dari 30o. Demikian
pula untuk memenuhi persyaratan ini jumlah baris penonton pada balkon biasanya dibuat maksimal

l2

baris.

Agar tidak mengurangi kenyamanan dan kualitas penonton lantai satu yang duduk di bawah
balkon, maka untuk aktivitas dalam auditorium yang berbeda, dibutuhkan juga kedalaman balkon
yang berbeda (Gambar 7.16). Selain karena faktor kedalaman balkon, kenyamanan dan kualitas
utuitlt penonton di bawah balkon tercapai ketika plafonnya dirancang miring-membuka ke arah
depan. Hal ini dimaksudkan agar plafon dapat memantulkan suara ke arah penonton di bawah balkon
pada model sajian tanpa bantuan peralatan listrik. Plafon semacam ini juga metnbuat penonton di
bawah balkon memiliki sudut pandang yang baik ke arah panggung'

iludure fesJad {ruueqroq uoluouad 8uuru rctrml Dtrlrueu {Eplt B.{uleepr unlrotrpnu qunqas eduBuel/\tr

,,

;.r{ruqredrp snreq 8ue,{

qelede roqeg eleru 'ueqeqrued nuep8ueru leprl unuollpne (l33ul1 uup sunl) rsueu-rrp upg 'qreqradrp
rur uBBpBe{ e,(u1u,{e1es 'u,{urs8uq uuuurre8eqes leepr n>pq rqnuorueru {upp tnqosrol Sun8uep
nl{?./r{ B/$q?q uE{nruelelry uBrpnure{ EIrq 'unuolrpnB qPnq.rs SunSuep nl{E^\ uP{nlueusru Luuluo

lrunrJolrpne nluns ruBIBp {!tsn1s tgcec w{lnqurueu uu{E (oqca) e,punuet ulntueued edu8uel4
itunuolrpnu qunqos {psn{E selrleruI eurBln nlueued rpuluau 8uu,( qeledu ueepilex

.E
"Z

.I
:l::1: "rrl;;ihffi

uurIIlBT [uos

t0t

wnuoypnv

I qea

Bab I
STUDIO

Studio dapat diartikan sebagai ruang bengkel atau tempat seseorang beraktivitas untuk menghasilkan
karya. Adapun studio yang hendak dibahas lebih mendalam pada bab ini adalah studio yang menampung
aktivitas yang berkaitan dengan bunyi (audio), seperti studio musik (tempat berlatih ataupun rekaman bagi
groupband), studio siaran televisi dan radio, laboratorium bahasa, dan ruang-ruang sejenis lainnya.

9:r:

Ak

"tika

Luar Ruangan

Pengendalian kebisingan adalah kunci utama keberhasilan sebuah ruang studio. Pengendalian ini
ditinjau dari dua hal, yaitu (1) menahan masuknya kebisingan dari luar dan (2) menahan keluarnya
kebisingan dari dalam, terutama pada studio-studio yang menghasilkan kebisingan tinggi seperti
studio untuk musik. Pengendalian agar kebisingan dari luar tidak masuk ke dalam ruang studio
sangat penting untuk menjaga konsentrasi pelaku aktivitas dan agar kelangsungan aktivitas berjalan
baik. Sebagai contoh, saat terjadi perekaman musik, sangat diharapkan kebisingan dari luar tidak ikut
terekam ke dalam studio.
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, penyelesaian akustik di luar bangunan studio
dapat dilakukan dengan:

Usaha-usaha untuk menjauhkan bangunan studio dari sumber kebisingan (pada bangunan yang
memiliki lahan cukup luas). Studio dapat didesain berada pada lahan bagian belakang. Sisa
lahan di bagian depan dapat dengan sengaja dimanfaatkan untuk area parkir.

Gambar 8.2. Contoh tampak depan studio yang memakai


Gambar 8.1. Contoh denah studio yang
memakai sistem ruang di dalam ruang

sistem ruang di dalam ruang. Jika diperlukan, ventilasi dapat


diletakkan pada bagian dinding atas yang ditinggikan.

B,(uiesrru 'ueun8uuq runi rrep IBSereq tudep Jnl IJEp ue8ulsrqo) 'renl I{uJu a>l us8ueru LuBIEp
rrup uurule8 uu{leururueru e.{u1i1eqas uep olpnls uIBIup a{ renl Ircp uu8utstqel uup uu.reta8
u,(ulnseur r8uurn8ueur ttulu 3ue,( (.too1/-pasru"t) epue8 reluel ruelsrs tte8uep uBSapIp nFed'otpnts
Suenr snsnq; 'orpnls uBIEp o>l uu8ursrqal e,(ulnseu ueurlSunuel r8uurn8ueu 3uu,( qrlrdrp
e(uu(8o.(as Suuqni uuqeq uep ueludruaua4 'u.(equr uu-Tlllsurueut Inlun uBlluuJuurutp ludep uep
sntndtel lrrtsrl uerrle 1BES E1nqrp tedep 8uu,( 8urqn1-3uuqn1 e,(uupe uele edurunlaqes ISedISIluEIp
e.(uel>1 nlred uluru 'ulpuas {IJlsIl Jeqluns I{IIIuIauJ {epu lnqesJat olpnls ellq'uuDlltuep unueN
'uelpnq rsulrlua.\ tuelsrs uu{?un83ueur uuSuep (dntnuet) ;tseut 3uucue.rrp e^uesurq olPnls 8utn.r
apu 'r33un te8uus uuSueuele>1 1e13ur1 uu{u ueqnlnqe{ eueJu) 'r88utt tselnsur 1u13uq Dlrllrueul
3ue,( uuqeq uup ueun8uuq Is{nJlsuo{ qrpd ulpl nged 'orpnls Suenr >lnlun snsnq{ 'e,{ulnlueieS
'snsnql uJeres ureseprp nlred IuI ueluele uuDlliuep uuSuag 'u33uute1
Surpurp ueiuap uBseteqJeq 8uu,( undneru uulul e1 depeq8ueur 3ue,( >peq 'ueun8uuq Ieryue^
ueuela L{rlepe Suepq8uad m8eqas rs8un;req 3uns8uel eruces 3ue,{ uuunSuuq ueuiole 'eue.Iu{
q?lo ur\ur13unrurp lupu rp4Surras SuupqSued ueludrueuad uep nluauel ur-un8rJeq tnoiDl
urntruod 'e33uetat Surpurp uu8uep 3uns3uu1 ueser?qraq uep seleqret ueqel upud IrlpJoq 8ue,( orpnls
ueun;lueq lniug 'ue1ui ueulnuuad epeduup gepuoJ qrqel 3uu,( uui33ur1e1 eped orpttls ue8uunr

urlrrj,.uauau

ue8uap u,(ui1esur,(ueru

etrl

'r33ur1 nedruelrel >1upn un8ueqrp 3uu,( Suepq8ued

re8y

'u:ri:unlaso{ u.rcces uuun8uuq pBSp,; n33ue33ueu WP11 8ue,( pnln,u, urepp .tauil)q nele Sueleq8uod
l;:.:-urqrp qup,(ue(3ofes 't88uti uel{Ituapas qelel ueqel uudap rp uelel rrup ue8ursrqel ellg
(1unbueptaq fiunq ue4lseq6uew 6uel eete) eerc euoLp pdeptq eare peep npns eped'rut ede
enpa\ uesepqrad eped ues14e1a1rp elueserq ouetd 'eate peep uep a41 pe[uaw $eqtq'de\bual
6uel 4tsnw p1e uebuep tl$nw uewe>ld sesotd 5undweuaw \nJun orpnp 6ueny'r'8 JequeC
t,'i --

'(c) uebuent wegp lp pehel 6uel $unq dercluew sn64e4es


ueteleb ueyeqweLad uulpwiutwow ndwew pon-sse16 sup elue66uot uep pqq pdte>1 pdeyp 6uel epaqteq
ueqeq uep epueb e1ue1 '@) tlunq rcseq ue$eqes detaluaw ndwew e1nl unweu 'ueteleb ue1lequeJaw ndwew
L.lgew pqol pdte4 tstdelrp 6ueA p66un1 pluet '@) 6uent tuelep a4 ueqwey dunq lesaq uebeqas uolfilueaaw
ebn[ uen]a6 uexleqaerow qepnw qlqq uglas 'utcq ueqeq uep Jenqtal 6uel p66uru leluq ueadel'g'g JPquIee
(c)

(q)

,.

(")

*'**w

;\
g0l.

otpnts

qeg

106

Akustika Bangunan

potongan ruang

tampak plafon dari bawah

til

[il

ooeoeeeoo
ooeeoeoeo
oooeeeooo
eoeoeeeoo

makin
baik
Gambar 8.5. Beberapa model pemasangan plafon yang dapat dipilih untuk studio

darijalan, atau bisajuga dari dalam bangunan sendiri, tetapi dari ruang lain selain ruang studio.
Sistem struktur yang diskontinu dan berelemen ganda (dinding dan lantai ganda serta plafon
gantung) akan meningkatkan nilai insulasi ruang, sehingga kebisingan di dalam studio dapat
dijaga serendah mungkin.

8.2. Akustika Dalam Ruangan


Ruang studio adalah inti dari sebuah bangunan studio. Namun demikian, untuk memperlancar aktivitas
dalam studio, bangunan ini biasanya didukung beberapa ruang lain, yaitu:

1.
2.

Ruang utama, yang meliputi ruang studio dan ruang operator


Ruang pendukung, yang meliputi ruang administrasi, dapur kering (pantry), kamar mandi, dan

3.

Ruang servis, yang meliputi ruang generator set, ruang alat/gudang, dan lain-lain.

lain-lain.

ISIdeIp efue,(8o,(os opnls IeluBI'n1eur


8ue,(
orpqs
rlBnJe{
r,(unq
uullnlueruau Wpu
'de13ue1
{rsnu
8uu{ 3uuru rc8uqes Suecuertp otpnls
tunrun
Suunr
?Jeces
E,uq?q
qe1e1 e,(urunlsqag
ue>lr?Jnrp
'porn-ssn13 uuqeq rJBp lpnqJ4 uuresed Ip IBn[p
{e,(ueq ?uu,( 1qsn4u tntulles
'{}lsm1s lnruqos ue>Helallp ledep ur urelue e88uoJ ruelep rq 'Iuwrs{Bru qrqel uerele8 uuurepered
eSSurqes '(urepn rsuaq 8uu,( e,(uenpe>1 sJelue rp Suenr epu) urc1 8ue,( ue8uep ntBS Iodtueuour {upp
unsnslp u8nl lnqesral rBluel Enpe{ uB>leteled 'e,(uuru1 roDled '1eqe1 s1e1dr11nur uedud nelu n.(e1 uuded
uuSuep dn1n11p uep 'n,(e1 nele ISeq e13uer IJep unsnsrp Enpo{ reluul uurpnure{ Toc uolaq lurJeletu
IrBp tlllldlp Etuutn IE1UBI 'qoiuor ru8eqag 'ue>lsruolrp qepntu lepq uerele8 ru8e upeqteq 8uu,( luualuur
uBp lBnqJel u,(qeapr tul upue8 rBlupl uelsrs 'Qoo1if-pasrut) epue8 IBIuBI Iepou uu8uep Suucuurrp
e,(ulreqes oprus plusl 'olpms ruulep rJBp uup renl uep uerule8 e,(urun1o1 uep >Inwtu t8uurnSueu 1ryun

roluredo uup oIpES tuun11 IBIIIBT {psru1y uBruselefued .t.g


'r.{unq du"la,(uau 8uu,{ Suum lnpns qelepe Diln
pDap uep r,{unq unlpluerueur 8ue.,( Sueu tnpns qBIEpB DatD a^17'(g'g requrug) urul 8uu,( lnpns upud
oarD pDap uup lnpns nlens uped DarD avl rJup rJrpJol 8uu,( resaq otprus qenqos uresap etrl qepedup
'e.{uuuerel qelo 'uruBS-EruBSJeq eJuJes uerue{eJ n}B u?qrtel leus uped {teq lrsnr.u urerued ured
erBtue Ip 4uq 8ue,( Ise>llunuo>l u,(urpulrq r8uern8ueu rur tuucurues uurusele.(ued 'unruN 'qesrfue1
3ueru ruelep ualerpesrp ledep rur uedero,(ued uep uelnluurued uuqnlnqal ueupeqJed'Suepue8'sseq
'turup :qelepe rfunq dura,(uaur 8ue,( ue8uenr epud up{urururp s{pa{ {pq qlqal r,(unq uullrseqEueu
uele 3uu,( {rsnu }ep uulSuupeg '(ure1-uru1 uep')ouuel) 'uoqruor] 'tedruorl : rgedes) dnrl 4snur 1up
uep (ulel-urel uup 'ollec 'u1orq 'edruq 'relr8 :r1redas) rumupreq {rsnu lelu sruef qeppu u.(upsrur dnlnc
uulnluuued uu8uap ue8ueru eped uapreurrp e,(upapr Suef 4sntu 1u1u undupy 'uulurcurrp 8ue,(
{rsnu lelu epud lqep uep e>lnueurp uu>lueqtuetu {nlun qrqel umueu 'r,(unq uelreqe,(uaur {n1un uu{nq
'r,{unq uullnlueurau 8ue,( ue8ueru ue6eq ue>lqnlnqrp ulnd tudep 'rur ruuJe(ues olprus epud 'ulBI
-urel uep '(rut13) 1r1ed '(ouetd) uu4a1 '(tedruorl u,(qusrur) dn4 qrsnur lule uuureruJed uup Lrrpral 3uu,(
'dz13ue1 llsnur lodtuola wruu{oJ uup uuqrlel uenpede4 {ntun resoq dnlnc uurnlnreq orpnls qenqas
redrunftp elnd ludup 'uer4rurep unuuN 'surq ilunq uullnquruaru qalSuFes uup ualqntnqlp 8ue,(
relSurt runses IoJlso{p ledep 4epp nrlsnl 3ueru >lnluequred ueurele uulnlued qolo ue>llrseqrp 8ue,(
Sun8uap ulung'(taxnulloJluo>l eleru tnplaur) ue4eun8rp 3uu.{ 4ruorplele uetepred uunluuq ue8uap
e,(uuu4qequruueu ledup elp['uI1rsqrp 8ue,( lnpord usqupule{ quqtueueru {nlun Sun8uep @{qntnqrp
e,{usrDles ellg 'r,,(unq dera,(ueru {nlun uruseplp snruq n-usnl ue8uunJ 'up{lrsuqrp 3ue.( >1npo.rd sulrlun>I
e8eluaru {nlun 'w>lnl;adrp Suuruf r,(unq lun4redrueur qnlun uulnlueured uSSurqes 'se1eqre1 dnlnc
e,(uqe1unl8ue,( rrrpues u,(un1u1ed nule r[u,(ued qEIEpB uoluoued nBlE luru>lrued 'orpnls 3ueru epe4
'esuqeq rrrnuoleJoqul undneur pueq
rrcure>leJ uup ueqqel orp$s '.orpBJ/rsnel4 usJErs orprus e,{qeq pedes '{Ftsr1 uelulured uEn}uBq UE)I
-qnlnqueu nples e,(uurnr.un orprus urelBp rp slr^R)le 'e{uT1eqes untueu 'uur[e,(ued nluns eped ryIsr1
uelepred uen1ueq ue4eunSSueu lupp uq8unu tu8uus runrJolrpnu rpnqos 'uulnlredrp {Bprl [e{as
utuBs uBlnluBured orpnls Suenr upud eleu 'r,(unq selrrcn{ uuTelSurueu {ruun uulnluerued udereqaq
u{qnlnqrp unuolrpnu epud epg 'BpeqJeq dn4nc runuollpn uep orpnls Suenr >lllsn1s desuo;1
('7'g reqrueg) dele uur8eq upud nule ue433ur1rp ele8ues 8ue,( orpnls Surpurp
selu uur8eq uped ue44elolrp rurp u,(eqec uep lEJruEp rslrlue^ 8ueqn1 nleur 'ueldeJotrp rur pq
elrg 'e,(uurq 8ueru urepp rp BpBJeq 3uu,{ Suenr rpulueu u113unu lu8ws orpnts rur ruB3?ures rsrpuo{
up?d 'orpnls tuel?p e{ uupl uup uu8ursrqel e,(ulnsuu uur{pueru 8uu.( ereluu 3uuru tpulueru ledep
sn8qules uSSurqes 'orpnts urulp ry sulr^rl>lu n33ue33uau u,(uurrlas 8ue,( uu8ursrqol Jeqruns ue8uep
rrelalepJaq uu>pplelrp ludep luuuec uJuces IrlsDIe uumsela,(ued rrc{qnlnqueu {Bplt SuBF Suem-3uun6
'r,(unq dupel Surpurp ue8uep ruawasDq IBtuBI lenqureur ledup lf{ 'ualuplSunturp >lzpr} rur uequsrurad
'8uenr ueseluqJelo{ leqpl upg '(orpnls lnpur ueun8ueq rJup qesrfual Suucuurrp uq8unu ledupes
8ue,( les JoIEJueB 8uuru qencel) e,(utunun uped urel uu8uuru suuurrc8eqes Suecuerrp ledup e,(uuru1
3ueru-8uunr ualSuepeg 'JolJado Suunr uup orpnls SupnJ qslepu teruJoo 3uu,( lnsn{B uulesale,(uad
3uu,( Suum 'olpnls uuun8uuq uped epe 3uu,( Suenr 1odruo1e1 u8r1e4 ueq

plEup up{qnlnquelu

loL qpns I qeg

108

Akustika Bangunan

dengan karpet tebal. Selain untuk meredam getaran. karpet tebal juga sangat efektif meredam bunyi
di atas lantai yang tidak dikehendaki, seperti langkah kaki. Pada studio untuk permainan alat musik
lengkap, lantai pada sudut ruang yang memantulkan bunyi sebaiknya terbuat dari papan kayu halus.

8r+. PenVelesaian Akustik Plafon Ruang Studio dan Operator


Untuk mengurangi getaran, konstruksi plafon ruang studio idealnya tidak dipasang menempel pada
rangka atap, namun dipasang menggantung. Rangka plafon dapat dibangun memakai bahan yang
urnum dipergunakan seperti baja, alumunium, atau kayu. Selanjutnya rangka ini ditutup papan kayu
atau multipleks, dan dilapisi acoustic rile. Selain dilapisi acoustic tile yang secara umum hanya baik
untuk menyerap bunyi berfiekuensi tinggi, untuk menyerap bunyi berfrekuensi rendah dapat pula
dipasang papan penyerap dengan posisi sejajar dinding (tegak lurus plafon). Papan penyerap ini bisa
jadi berupa panel-panel mendatar atau berbentuk bola-bola bersegi banyak seperti lampion (Gambar
8.s).
Selain bahan-bahan yang telah disebutkan di atas, untuk pelapis plafonjuga dapat dipakai bahan
sederhana yang terbuat dari karton olahan yang banyak dipergunakan sebagai tempat telur atau
tempat buah (Gambar 8.6). Bahan semacam ini mernang tidak memberikan hasil penyerapan bunyi
yang maksimal, namun pada kondisi terbatas. bahan ini masih dapat dipergunakan sebagai pelapis
yang mampu meminimalkan pantulan.
Khusus untuk plafon ruang operator. seandainya tidak secara keseluruhan dirancang dari bahan
yang menyerap bunyi, maka perlu ditata/dibentuk sedemikian rupa agar tidak memberikan pantulan
ke arah operator secara langsrrng. Pemantulan sernacam ini dapat menyebabkan penilaian operator

Dok. Gema Ceilings dan Mediastika

Gambar 8.6. Gambar atas menunjukkan pemakaian panel-panel yang digantung untuk menyerap bunyi
berfrekuensi rendah. Gambar kanan adalah pemakaian plafon gantung dalam susunan grid kotak-kotak yang
mampu menyerap bunyi berfrekuensl sedang. Gambar kiri adalah tempat telur dari keftas olahan yang juga sering
digunakan untuk bahan penutup plafon dan dinding studio untuk menyerap bunyi berfrekuensi tinggi"

t_

-..i

"

'Surpup uped ue4edurelrp 3uu.{ tadru{ undnule

- ,** r ,'l r-r ,, : :.:rjr! 'r.iunq dere,(ueur 8ue.{ >punl uEI{Eq uu8uep u{n){Bllp Sulpurp Suttlsruyf
r*i:qi ,- : -= lxTTetolrp ledup u8nl erupn e38uor tuelep e4uu 'efuuu.rele8 uuurupered

-r*,r

r;::rc-:iF-:::i"!l rirrrm-ri-.:;ur {nlull'BJupn ISIJeq uJulue u33uor uu8uep'BpeqJeg 3uu.( ueqeq uup epue8
orpnls Surpurp u,(qeepl'uerele8 t8uern8uetu Inlun '.IBluuI u,(upq lilede5

ir::,::r r:r,";* i-:r::rp

olpnls

Euun11

tulpulq {!rsn4y

uurBseledued '9'8

'uouDtaqtalal nc-le 'alqau

'ssUq

:;-ts.-:-**'-;,- ':r:q e.(u1us[u'uuqnlnqel ueSuep renses tpzfuelu IoJluoI eleru eped llqruurp 8uu.(
:r'r':r-- ":-:-.-rs'1oiuredo Suunr seleq Suuprq qelo uulnlued uu8uep rndruucreq {epp uep n4oads
-r:; i;--; .--::.u e.(uluapr JoleJedo m8uaprp 8ue.( r,(unq sul{un)'J 'rarrlufionuol eferu uep n\oads
*rr.,r
";r,:.:-ri :.rrdl uBlelJed uenlueq ue8uep orpnls Suenr urBIBp Ip sell^Il{e Iseq r,{unq sBlllen)l
. - J.::-;*: ::.-rqas seSngeq roluradg 'qqs {Bpn rpelueur uuler Suenr rrup t,(unq sllpn{ depeqrel
- A )eqweg
:

-=;

eped qedes te1epuew uopld ue>l\urpueqp Pop! qlqal lul ueepeey '6ue>1e1aq ue6eq

;1 t1erc6uaw pehel 6uel uefiJuewad 'to1ercdo t4eLe ey rlunq uoilnqewow \epn \nlun wesepq
nletedo 6uent qeuap uep ue5uolod eped uelryuewed sueb wetbery '8'8 Jequeg

-to1ep ue\uap

.te4eads

uo1e1d qelo

.qryes 6uen4 orpn1s 6uent uep fiunq seypn4 depeq.tel n1ercdo ueteltued ue>lqeqaluew ueye
pehel ewe1ntq buer( ue1ryuewa4 'toletedo 6ueru eped uelryuewed stte6 wefiep'Z'8 Jeqtreg
rolerado-;o.t1uo1 elayl

601

olpnls

qeg

110

Akustika Bangunan
J\

1/

i'

r
I

+
a\
I

T
i\

;.

+
a\
I

,t

(a)

(c)

Gambar 8.9. Beberapa kemungkinan penyelesaian


dinding studio: dinding bata atau beton yang dilapisi bahan
yang menyerap bunyi sepefti acoustic tile atau karpet (a),
dinding ganda terbuat dari bahan berbeda, yaitu dinding
bata atau beton yang dilapisi papan kayu yang dikaitkan
pada dinding peftama dan rongganya diisi glass-wool (b),
dinding ganda dari bahan yang sama yaitu bata atau beton
dengan rongga yang diisi glass-wool (c).

(a)

(b)

Dck. Topan Giovani

Gambar 8.10. Contoh pelapis dinding yang cligunakan


pada sebuah studio musik

Dok. Brian Patria


(c)

8.1 1 . Skema pemakaian jendela ganda pada ruang studio dan penggunaannya. Posisi ganda yang sejajar
lebih memudahkan perambatan bunyi (a) dibandingkan posisi ganda yang tidak sejajar (b). Maka, pemasangan
model (b) lebih dianjurkan. Penggunaan jendela ganda tidak sejajar pada sebuah studio siaran radio (c)

Gambar

Bagian kritis pada dinding adalah jendela dan pintu. Dimensi ruang studio yang tidak terlalu
besar, biasanya memungkinkan studio diselesaikan dengan sistem pengudaraan buatan. Pemasangan
pengudaraan buatan pada ruang studio dan ruang operator perlu diatur dengan menggunakarl peralatan
yang terpisah antara unit indoor dan unit outdoornya (AC spllr). Unil outdoor yang menghasilkan
kebisingan cukup keras seyogyanya diletakkan sejauh mungkin dari ruangan (Gambar'8.16). Sementara

unit indoornya tetap diletakkan dalam ruang studio dengan posisi setinggi mungkin atau sejauh
mungkin dari mikrofon, agar angin yang dihembuskan tidak langsung menuju pada mikrotbn.
Namun demikian, sebagai akibat dari besarnya kemungkinan putusnya aliran listrik sewaktuwaktu, maka peletakan lubang ventilasi ada kalanya diperlukan. ldealnya, lubang ini diletakkan pada
plafon menerus ke atap, agar perambatan kebisingan dapat diminimalkan. Sedangkan untuk
pencahayaan alami, sekiranya diperlukan, dapat diperoleh dari jendela dengan model kaca ganda.
Selain untuk keperluan pencahayaan, sebuah ruang studio umurnnya juga memiliki jendcla kaca mati

'ueEB

fi]eJado tpefuaw snbqelles Jeilued e4na>i


welep p euesens '9 f '8 lequie9

oQnJS 6Uent

elrtsPrpoyl )ioo

apnls qenqos eped epueb rywd uere4ewad qo1uo3'rL'8 reques


Er4ed ueug

')oc

etelue 6uen.t qeplnluaqtol e66wqes nle.tedo buent


-;ebuap ue>tnles/p o/pnls 6uenL epueb nluld't,l'g JPqureC

'pwlulw p6ues fiunq ueleqwetad


wnpqes rynqep Llqopol eweyad rywd dn1nuaw Tedep rcbe rywd enp erelue

e66uu.1os enpa4 rtyurci

ofiqwew

epelaq \nryn 6ueto rbeq 6uent epe 'e4nqtp

eweyad ryud qela1es ebbwqas 'esnuew qnqnl ueJvlnes t.1e1epe n7u1d enp eJelue p eldptaq buel ercque 6uent elue[5olog
'pqey 6uel p66un1 nqud uep pery qlqq epueb nywd ue@lewod 'Q) rcfe[es ulnq que ue5uap epue5 nyutd uep (q) Lelefos 4e747
olnq qere uebuep epueb n1urd nele '(e) u1e1 ueplercd nele OCfiose\ ueuedwfiuad uewle e1eqes tte4tsfrurytp sn6{eYas qe46uues
6uel'pqal nlwd tlenqas uebuep uoilesalostp pdep orprys nJuU 'ol4nls eped epueb nlurd uereyeutad sueuayg 'Zl.'8 Jequtee
(c)

(e)

m'T--'im;n'7r

E---

Lrl

olpnls

B qeg

112

Akustika Bangunan

Gambar 8.'16. Pemilihan pemakaian saluran pengudaraan yang tepat dapat menghindarkan kita dari
kebisingan. Kemungkinan kebisingan yang muncul dapat diatasi melalui pemisahan saluran pengudaraan
buatan. Saluran yang menyatu membuat kedua ruangan dilanda kebisingan yang cukup tinggi (a). Saluran
yang menyatu namun dijauhkan dari ruangan dapat mengurangi kebisingan yang disalurkan (b). Saluran
yang terpisah akan sangat meminimalkan perambatan kebisingan yang terjadi di antara kedua ruangan (c)

'epuu8 uaruela epolsru


-!-.: 1'iIlu.'l{slp rnUruls ePoleru ue8uep uB{Ieseleslp u8nl e,(quapr lnqesral Sur,rnr rnllnrlsTueun8ueq
,1!'n
i:.:\u: rleu 'ue3ursrqa>[ reqruns
ueSuep
ue]e>lepreq
3uuru
eyq
lnqesrel
l1seq uuwquso{ eSelueru
ln:un 'Sueru rs3un; uep uuqntnqa{
ue8uap
renses
Buu.{
uequq
ue8uep
Buenr_Buunr
lnqesra}
ruelep
urr.:-eq rsrdeleur urEIeS '(.trqu ul) turuaqtadar) uulnlugtued rln Buunr uup (taqrutn1c ctoqcauo)
uelnlued
rduel rln 3uenr :nlrud'enp pelueu uelupoqrp rur urnrroteJoqul Sueng'{psn{e ue3uap ue6unqlqraq
iue.i r:areu rln ue1n4e1eu rnrun unirorr?roqul Buuru leduprel e,{uesurq ,{nsn{B uuqepseru.rsd
eped selr,rrllE uu{snloJiueur elu8ues 8uu,{ rsnillsur nele 'uerlrleued uep uuTprpuacl rsnlrlsur BpRd

rrrnrrolBroquT

{nlun olpn}s Euun11 {Fsn4y .g.*

AEYiM

'(gl'g requreg) uelnlesrp ledep roluredo


u?p olpnls Suenr upue8 nlurd u>1utu 'etues ;rdrueq ue>lr{nlnqrp 3uu,( ue8ueuelel lu13ur1 Buorex
ueiursrqe>1 uu{lnqtulueu n:tsnl uuuplSunue>l 8ue,{ Suero uduraqaq eXulndunlreq leclulol rpelueru
rypu re8e '.resaq nuduuirq tenqlp lupn e.(uluepr Brelue Sueng .e,(u1n1gaq nlurd elnqueru u(u-rrq1e
ulnloqes 'u,(uuelep tp erslueluos p33uu 1n1un Suero r8uq dnlnc Bue,( uuseni luelBp l8nqrp rur uJque
,Jrsgur_tuJeq_Ieqe1
iuenS 'u,(uenpel qe8uat rp B,reluu Suenr uu8uep upue8 nturd
edn;eq
sn"rcq
unrueu
orpnts nluril
IEFolutu uu8uep uuIIBSelesIp e{uuq dnlno
eleru
'dntr-q-elnqrp
ugepeo>l
urglep
{pq
.dn1n1-e1nqrp
nluld
Suns8uel;eq snrel ludep orpus ruulep rp setr^rl1e
lu8y
IISoU
uulnlredrp
{ntun
pserluEues ueur>18unure>1 nlr niurd quqes ue,^Acr 3ur1ed 3ue,(
uer8ril
qelEpe
olpnls
8unJ nlutd
'lsurruru e13ue rudtues w{3}rp ludep orpnls Suun: e1
{nsutu 3uef, roleredo
3uenr uup ue8ursrqel .ru8e 'epuu8 uoBI Iepou uu8uep tBnqJet u8nl e,(ulreqes rur rse{runuo{Jaq
Inlun ?JE{ elopuel 'olpnls 3uun"r uulep Ip sB}I^Il>lB uu{rlueq8uer-u {ntun nBlB e,(u>Irpqes uep r88url
3uern1 otpnls Suenr uped n>1e1ad ue>lirsuqrp 3uu,( erens qulede ue{rserrrroJur8uaur
1n1un (ereni eduel)
uelure8 edrueq u.(uuq rrc13uuas Suns8uel.req 3ue,( rsu{runtuo) .roluredo Buenr rp setr^E{B n1u1ed
ts uu8uep orpnls Suun-r rp sulr^rl{l? n1u1ed rs BrBluE rse{nrnuo{req Burles
{nlun ueleun8redrp Bue,(
wnuoluaqel Llenqas eped rcqweqc orcLloauV ./ !.9 Jequeg
e)riserpol

ert

)oo

olpnts Bqeg

114

ffi

Akustika Bangunan

Latihan
,.,,.,i.,P',1"J

1.
2.
3.
4.

Sebutkan dua hal yang menjadi kunci keberhasilan rancangan sebuah studio?
Prinsip akustik semacam apa yang dapat diterapkan untuk mengendalikan masalah kebisingan dalam
studio?
Mengapa studio umumnya tidak membutuhkan terjadinya pemantulan bunyi dalam ruangan?
Bagaimanakah sebaiknya penyelesaian pintu suatu studio?

'3ue4e1eq .re1e1 uu8utsrqe>l uu{uperueru ru1snl uSSurqes


r33un fiue.( ue8ueuelel uu{lnqurueu uulu qnrnye,(ueru BJeJes t,(unq dere.(ueru 8uu,( IeIrelBLu ue8uep
Suucuurrp fiue,( uu8uun6 'ludrua udereqeq upud r,(unq uuynlued rpefra1 uSSqqes 'L(unq dure.{ueur 3uu,(
puoletu uu8uep qrun1e,(ueu EJuJes uu{reselasp {epn 8ueru lnluequred ueueye epq efuutpues ue8uep
eldlc;q ledep ufinl 3ue1u1eq ru1e1 ueSursrqe;1 'uu8uenJ qrunles e1 ru8uepr4 3ue,( 4sntu Jelnluatu
ue3uep eFulusrru '8uu>1eyeq.re1u1 ue8ursrqe>1 uuleldtcueu {ruun uulderelrp ledep umc udureqeg
nup 'u,(uquleqes
Irsrqreq BJuces uu{n>Iulrp nlred 4upu tmerecrqrued rlseru'u^(uuuersequrel u8efueu 1n1un

rp aptqnr n33ue33ueu lupq .re8e uu.ne,(rn1 mlue ueeJectqured nulu uodelel uednlecred dnlnueur

ndureu Suuf Suapleq Jelel uu8ursrqel uu{lnqurueu 1n1un dnlnc unluuu 'roluu IuEIep sBlI^Il>Ie
n33ue33ueu ug)Ie {spp 'tlp 0, rudues lunlurs{elu ntre,( luda 8uu,( uusere>1e>1 tu13u4 upud epereq
3ue,( 3ue1e1eq JeIBI uu8ulsrqe; 'uu>lnpedrp ru1snl 3ue1e1eq JE1I uu8utsrqel rrele aslou punodtlcoq
uugpeJeqe{ 'aptqn) duu uped uuerecrqured uBBrsBrIBre{ e8efueru >l$un 'n1l BUoJB{ qelo 'olpns er"ces
Iepq unruuu '1ensr,r. eJeces seleqruad rpelueru ndrueu u,(ueq selequred Sulputp 'aptqno Iepour epBd
.uogeld e{ >lolueru
lupn u,(ur33ur1 8ue,( ueueuuednues uel{eq uep Surpup qolo UDIIIESIdTp uutrufrul
eleru rulue uep JESeq 8ueru nlus urelup upeJeq uerrru,(re1 u.red eueur tp'aptqn) e.reces SuecueJlp ludEp
e3n[ ro1uu1 Suenr qenqe5 'ure1 Suenr e>l nlBS 8ue,( Suuu IJBp n18 JBSEIos uup ue8utslqel e,(ulnseur
ug>llerurur1lIeru {ruun uB>lpn$lBtulp Iul IeH 'uule>lepJaq 8ur1es nule uedupeqreq Suqus 1upr1 re8e
rnlurp nped 8ueru rutue nlurd uu>pleled 'qesrd:4 8ue( 3ueru-8uuru ue8uep uerolunpad upe4
'uup[ uup ue8urstqel u,(ulnsuur ue{Islulultuoru u{B Suuf 1lqnd
Buuru qelo dnlnlel 'tuelp qrqel 8uu,( uer8eq eped ue4rlulellp uenueued 3ueru uup uhel Suem 'nlt
Breluerues 'uuun8ueq uudep rp uepl uu8uep uulolepJaq uuTIelollp >1n1un urX8unu leBuBS uup 4lqnd
uere epud nlref 'ne>13uuftp qepnur 8uu,( rsrsod uped ue4lelellp 'ulluu>l uep Uotl Iuados 'uu8utslqel
uulpsuq8uaru 8uu,( 8uuru 4oduroley 'tedet 8ue,{ (auoz) ue4rourued eeru uelodurole8ued qeppu Btuuuod
duqel upud qndurelrp ludup 8uu.{ {psDIB uercse1e,(ued 'rotual tu8eqes rs8un;req 8ue,( ueun8ueq r8zg

uBrotuEFed uuun8uug BpBd u{Fsn{v 'I'6

'ueqr;gd rpelueur

ledep e6nl r66up

tseutquJol-6ulpu1p uereleued e1er.u '0uern1 Llrseu eseJrp rur uEOueeuel eltg

dn>1nc tselnsut

1e16u[ ue6uep

'ue6usqel uelequleJed lseiequsu

ts6unpaq 6ue,( uauele le$eqes 6ueleq6ued ql;tuer.u ledep e1r1 'uelnpedrp e;tq e,iulnlue;eg ueunOueq ten;
rp ue6u1s;qe1 Joqulns uep url6unu qnelas eperaq rebe ue6ueuelel uelqninquJor! 6ue,( 6uenl uelleloloul
6ue,i 6uen: uep ueOueuaiel uelqnlnqulau 6uP,( 6ueru uqqesluau.l
sn611e1es 'ue6ursrqey uelllseq0uaLu

6ueI ueun6ueq fiotlet eped

1e1epe1 e,iuue6uecueJad

drsup6 11eq 6ue,{ 1usnle uetese;e,{ued

ueOuap

6ueouerlp nped 'sete1 leue 6ueI utel ue6utsrqol.lequns nele efer uele[ tdel tp epe:eq nele plsnpul ue6uep
upl$loptaq )ietopa] ellq 'undrlelas ;e66un qeuru uelqeg elurs6un; ueOuep tensas lepeuloui 6uer( 1[sn1e
uetesolg^uod uelledepuaur e,{ue,{60,{os ue6ulsrqal raqr.uns ue6uep uelelopJoq 6ue,( ueunOueq deues'epeq
-epeqJaq $ile,( rs0unl tltll.,JouJ qsaur 'qeqos '1eda1 lepu qepeOues se,isnooe uloo.r po6ele>1 uelep lnseu 6ue,{
ueun0uBq-ueunDueq eped ue)iqnlnqtp e,{ueq yusnle eJe3os uresep emqeq uellndutr(ueu 6ue,{ ledepua6

mlnrun twNncr{vs

6 qug
r M#;tffi

ffifi*"$i,$l##,ii

116

Akustika Bangunan

(a)

(b)

Gambar 9.1. Pada bangunan publik, seperti kantor, hotel, dan lain sebagainya, peletakan pintu ruang yang
menghadap koridor perlu mendapat perhatian agar dapat meminimalkan perambatan kebisingan dari satu ruang ke
ruang lain. Peletakan pintu yang saling berdekatan dan berhadapan menyebabkan sebuah pintu siap menerima
kebisingan dari tiga pintu lainnya (a). Sedangkan pada peletakan menyilang, jarak tempuh kebisingan semakin jauh
dan sebuah pintu hanya menderita kebisingan dari dua pintu lainnya (b).

Dok. Mediastika

Gambar 9.2. Layout kantor dalam model cubicle menyebabkan seseorang memiliki keterbatasan visual tetapi tidak mendapatkan
pembatasan kebisingan dari cubicle lain di sekelilingnya

LIL

'@gAL 'ffp welg) 4tsnw edrueq elueserq 'ue46ueue,luaw dn>1nc 6uei astou puno$4ceq
yybueqwed ue44e1e1tp e[ebues Tedep e4ew 'uebwstqetl .teqwns-Jeqwns ncunw ptsue1od
p6ues ueduent nlens wepp elAqeq uepesq eluetqes eilg 'ostou punofi\ceq ptrel qeneq
lp eperoq srueLl ewueilp 6uel uebwslqe4 'uenbbueb uoilnqwruow \ep4 rc6y.9.6 Jeqrreg
(q)

qepuer
osrou
punor6yceq

:e6uepued
uede)ecred lel6uu

r-l
r
)

osrou punor6>1ceq

]r)6uequjed

(e)

'U qeq leq!il eyetyC esloN Lleppe CN :uebuuatoy


'bgAt ffp'u1e7g 'qepue.t ryepe1 eiu-esrcu punofi>1ceq euerc>1 p) elaqnc 6eq
n66ue66uew lebues eseral ny $unq eiu4tleqes 'nbbue66uew rye4et \epn @) elclqnc uep ncunw
6uel uebwsrqey e66wqas (rysnw ue4tebuepuaw eiulestw) pbu11 dn>1nc 6uel eaou punotb>1ceq
D1lwow uenefue4 @) elaqnc eped 'epoqraq >l1sule Bpuo\ uebuep aptqnc qenq e6!t.t,6lequpg
(q)

(c)

(e)

t-punor6lceg

gg-311

@gAt rytp'we1g) n66ue66uew Tebues


estq Llepqas alclqnc lp uodelq uebuuap'exou punot6>1ceq eiuepe eduel .9.6 requree

/ t
rtjr
-\\ rr
/ i cNlu

((

\\

o$"I lml

trl

wnwp ueunbueg 6 qeg

t-

118

Akustika Bangunan

ffir;+irarq,r

?:?.

k"tika

pada Bangunan Hotel dan Sejenisnya

pada bangunan hotel dan sejenisnya, ruang-ruang yang menghasilkan kebisingan seperti h.all, bat,
caf6 atau restoran seyogyanya diletakkan pada posisi yang berdekatan dengan sumber ketrisingan di
luar trangunan" Sementara itu, kamar-kamar hunian diletakkan pada letak yang lebih dalanr/jauh.
Namun tlemikian, lokasi pada bagian dalam biasanyaJuga difungsikan untuk peletakan ruang servis,
seperii launclry-, dapuq dan ruang mesin. Oleh karenanya, perlu diusahakan agar meskipun merempati
u..o yurg sama, kebisingan pada ruang servis tidak masuk ke kamar-kamar hunian. Pada hotel yang
dibangun dalam wuiud bangunan berlantai banyeLk, kamar hunian biasanya diletakkan pada lantai
setelah lantai pertama yallg dipakai sebagai ruang servis'
Hotel clengan sistem koridor di tengah-tengah kamar hunian, perlu diatur rancallgannya agar
koridor tidak menjacli sumber kebisingan. Lebar koridor yang sempit dengan dinding kiri-kanan yang
paralel akan memungkinkan terjadinya pemantulan. Oleh karena itu. sebaiknya koridor diselesaikan

d"ngun material yang menlierap atau dirancang tidak paralel satu dengan lainnya. Rancangan ini
dapat berupa dilding yang secara landai condong ke atas atau ke bawah, atau dinding yang secara
landai membentuk ruang koridor yang rneluas atatl menyempit. Cara lain yang dapat ditempuh adalah
meiapisi dincling yang sejajar tersebut dengan material yang bersifat dffis untuk menghilangkan
standing, Ir.il,e.s atatl .flutte r- e c ho e s.

peietlkan pintu-pintu kamar hunian juga perlu diatur agar tidak saling berhadapan sehingga
kebisingan yang ditimbulkan oleh pintu suatu kamar hunian tidak masuk ke kamar hunian lainnya.

9.8. Akustika pada Bangunan Sekolah dan Sejenisnya


perancangan akustik pada bangunan sekolah yang banyak dijumpai di Indonesia sudah cukup baik.
Hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa ruang-ruang kelas yang membutuhkan tingkat ketenangan
cukup tinggi umumnya tidak berdekatan langsung dengan sumber kebisingan dari jalan. Area yang
berdekatan dengan jalan umumnya digunakan sebagai lapangan upacara./lapangan olahraga. Namun
demikian, permasalahan kebisingan pada bangunan sekolah seringkali justru datang dari dalam sekolah
sendiri, yaitu ketika umumnya siswa tengah menempuh pelajaran di dalam ruang, sementara ada
kelas lain yang tengah berolah raga atau ada kelas yang kosong pelajaran. Keadaan ini dapat
mengganggu konsentrasi siswa di dalam kelas.
Fenyelesaian akustik yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat
perbedaan ketinggian yang cukup signifikan antara ruang kelas dengan area lapangan, misalnya
membuat ruang kelas lebih rendah atau lebih tinggi dari lapangan. Reduksi kebisingan akan lebih
berhasil ketika ruang kelas lebih rendah dari lapangan, sebab perambatan gelombang bunyi kebisingan
akan terputus oleh dinding yang terbentuk dari perbedaan ketinggian tersebut. Pada keadaan ini,

Gambar 9.6. posisi ruang kelas yang lebih rendah dari lapangan atau arena olah raga akan meminimalkan
menerusnya kebisingan ke dalam kelas

'(q) rcpewew 6uei sryos ue4edntew elutlebuel p utnqrol buent ueeldtcuad


uebuep qewru wepp p paud 6uent uebunpu1ad ueslul4bunwaw de1e1 6uel 6ue4e1aq
-uedep euetltapas 1nole1 '@) uebwsrqe4 roqwns depeqbuew 6uns6ue1 4epq ue4ledweyp
BeilJueA 6ueqn1 uep rywd ue4e1a1ed elnd

1, 1nole1 'uebulqqe4 uep


D7ryuuaw

6unpu1pe1 4erud

ueqwep'uebwstqe4 uepqweted uoilewuwaw

6uent srsod ue4urybunwew buei 6uent ueeJeued


p66u11 qewnt ueun1ueg .L.1Jequee

elueldoles elet uepl Pq p )telepol 6uel

uelef rJep ueDursrqey Joquns

'I
UB

qI(

ef
1B

le
up
qEt

un
3u
uB

'vt
'1:

'nll EJuluoruos 'JBqelelllnldurafuetu 8uu,(.topt.to1 reqel >lnluoqruetu n?lu 'qE.4aBq o{ nule sBlu e{ rcpuBI
Suopuoc tdulet tuleles >lepll tenqlp uudupeqreq 3ue,( Surpurp rsrsod u{uleepr uSSurqes 'saoq)a-railn4[
efurpuhq ualquqefueru uu{e IuI Isryuo) '{nuuJo>l rJup reluul dnlnued IerJeluru uu8uep rsrdepp lnlus
quunJ JopIJo{ Surpurp rcdrunftp BInd Suues uu{qug 'sBJe>l uBp urcrl IEuetB(u ue8uep ue{rBselesrp
tdutel 'tedre>l Iuedas r,(unq dure.(ueu SuBf >leunl IerJeteur uu8uep uelruselesrp 1epr1 u,{uuserq
]IIBS qeruru Jopuo{ Surpurp uep rBluBI 'uelu,reJod uer{Bpnue{ uep ueqrsJeqe>1 uenln1 {$un
'uu8ursrqel ueluquered ue>lluurrurtueu] ue>lu wlolepJeq nulu uedupuqreq Suqes >lepr] 8uu.,( nturd
ue1e1e1ed $l 'eueJE>l qelg 'e,(uuru1 uersed JuruE>l nturd uBp roprro{ rJBp IBSBJoq u,(urumun uu8ursrqel
'ulpues deur 1ur'rur BoJB epud 'tl{es I{Bruru qungos eped ryuq 3uu,( y1sm1u 1u13uq uellrsuq8ueur
ue>Ie 'uBAuISIqe>l ue{llseq8ueur 8uu,( uu8uep (deut le.lter Suenr rtredes) uu8uuuele{ ue>lqntnq
-ueru 8uB,( Suenr ueqestured

uleru 'u.(uuru1 {llqnd ueun8ueq

{11sn>le ueresele,(ued uueure8eqe5

u,tuquefas u*p rpl,s rl*..,nu u*unEu*g BpBd *,l11smry';:'

"***

'e.
eB
uE

qel
BJ1

lul
3ur
reB

I1?l

'du1e uup uo;e1d rp pereq


nutu r33ur1 qrqal rpefueru u,(utsrsod qeqnlp ue8uedul uelnleproq rsrs uped rselrluo^ 4n1un elepuel ulrq
snlnfuel ue{B ueteqtuere4 'qne[ qrqel ]pppes 3uu,( lerel qndrueueru e,(uuq umueu 'sn]ndret >1epl1 3ue,{
riunq Suuqruolo8 ue]qure;ed qelo w{qsqesp 1ul IBH'ue>p;ru8rs nlulre1 {upp 1ul IBq untueu.rpufte1
iue.( uu8ursrqel lSuurn8ueur ludup e8n[ ue8uudey uep r33ur1 qrqel 8ue,( sule>1 Suen-r rsrso4
rrcq 8uu,( (tto uo?uonqwad uotn1os) aszutntp Dlrlruotu >lepp uep rrluuq ueme; 3ue,( qereup p epJoq
Ulloles e{rlo] qBlEpB uu}Ilrlnfuetu ledup Suuf u,(uurBl ue,$eJ uuepea; .du1u uep uo;u1d epud 8uuqn1
'iiEpEJaqo)i InlBlelu ueTlue8lp ludep umueu 'lEIrIIS{B(u
ludep rypp elepuel rnlBletu uJEpn uBJrle

Ott

3u
ilE
's I,
'1111

Ip
'lnL

wnwJlueunbueg 6qeg

120

Akustika Bangunan

untuk mengurangi kemungkinan munculnya kebisingan dari percakapan pengunjung, dapat ditempuh
siasat dengan menciptakan koridor dengan luasan yang cukup namun tidak memungkinkan orang
dengan nyaman berkumpul atau duduk-duduk di koridor.

3".?.,

e"tika

pada Ruang Perpustakaan

Ruang perpustakaan dikenal sebagai ruang yang membutuhkan ketenangan sangat tinggi. Ketika
kebisingan dari luar ruangan dapat diatasi dengan sangat baik, sumber kebisingan lain kemungkinan
justru muncul dari dalam ruang perpustakaan sendiri, seperti langkah kaki atau percakapan antar
pengunjung. Untuk meredam kebisingan semacam ini, bagian dalam dinding, Iantai dan plafon ruang
perpustakaan perlu dilapis dengan bahan lunak yang mampu menyerap bunyi. Keberadaan kebisingan
latar belakang tidak dibutuhkan dalam ruang perpustakaan.

3,.6.,Akustika

pada Rumah Tinggal

Pada rumah tinggal yang umumnya memiliki lahan terbatas, penataan layout yang memungkinkan
ruang privat, seperti kamar tidur atau ruang belajar, agar cukup jauh dari sumber kebisingan di jalan,
seringkali sulit diterapkan. Pada bangunan berbentuk persegi, siasat akustik dapat dilakukan dengan
meletakkan kamar tidur pada bagian belakang. Penataan bangunan dengan bentuk 'L sangat dianjurkan,
karena selain memudahkan pembagian area, penataan ini juga meningkatkan kelancaran pertukaran
udara. Hal ini dapat terjadi berkat keberadaan alea terbuka di bagian tengah, yang memungkinkan
semua ruangan memiliki lubang ventilasi ke arah luar.

Soal Latihan
1.

Sebutkan prinsip utama pengendalian permasalahan akustik pada bangunan publik!

2.

Pemantulan berulang (flutter echoes atalu standing waves) pada koridor atau lorong dapat dikurangi
dengan tiga prinsip desain. Sebutkan!

J.

Bagaimanakah rancangan ideal bangunan sekolah untuk mengendalikan permasalahan kebisingan?

4.

Layout bangunan seperti apa yang cocok untuk pengendalian kebisingan rumah tinggal sekaligus
memperlancar terjadinya pertukaran udara?

'(Zg6I 're>llel11 uup e1rq1g qepuar


ilrJnla{
eped ue8utstqe>I uB>llrseq8ueur qrqel nele ledrue eporeq uEBJBpue{ uelSuepes
lodtuole>1
'li.;-ur1 dnlnc Isuen{eq Suef
1odtuo1e1 epud ue8ursrqel uailsuq8ueu enp epor Jolouueq ugeJupue>l
iuale{ un1qeqeslp 1ul IBH 'Juseq ulsetu (cc) selrsudul uu8uep ludure uep qrqel EpoJeq uBBJBpue{
uEp IESBJoq suluo.{uru epq uulSurpueqrp euer{Jopes qrqel 3uu,t ueun8uuQ {rlsn{u ueresele,(ued
:ped rseryldurl u,^Auqrueu Bnp epoJ JolouJeq uzuJpue>l rrp IusuJaq sulrro,(eru 8ue,( uepl ue8ursrqey
ipeqpd ledrua epo: uurupue{ qelo nulrrp 'enp epor Jotoureq ueerupue>l qBIBpu Brseuopul rp
Eio\-Blo{ tp ue8ursrqel uu{lnqtuluelu upulruop ereces 3ue,( Jolor.uJeq uBErcpue{ srual undepy
'ueqeurnred ruedes Sueuel 8ue,( eere luupp rp BpBJeq ledup uelqeq 8uu,{ rurouole BJ}ues-ulues
ueqnqunued uep Jotouueq uEBrEpue>I ueeunSSued uuqnqunued Suures rpefte1 IuI IeH 'Brseuopul rp
8ue,{ IS?nlIS qBIBpu rur uelel uErEruEJaI lq8up wquqrued 'reurer lu8ues 3uu.{ uupl
iedunirp

dere>1

rpefueu n11um u,(unlepeq Suuras elufurel '3uuue] dn>1nc e,(uelnur Suuf ueun8uuq uedep rp uupl
Euere{ ueun8ueq rsulouoJ edrueq elnd ledug 'Sulsrq 8ue,( uepl }det Ip epereq 3ue.( un8ueqlp >lepueq
nete IuBq uuun8ueq eped ue8uucuer udn-req
uo4ca\o.rd toa re8uqes ueun8ueq uu8uucuu6
ledep
'e(utunq8ued t8unputleur SueK uoucato.td .toa rpvluaw ndrueu e.(uu,(3ofes uulel rd4
Ip {ulelJo}
8ue ( ueun8uuq 'lq ruecerues rsrpuo>l epu6 'u,(e; uelel uu8ursrqe{ tBqDIe etuulruel 'qu.lud dnlnc 3ue,(
utSursrqel Blrropueu ueelolred rp BoJE enrues rrdureq uqtuqnp8ueu r{EIq 'ue8ueuele{ uolrlnlnqueu
Sue.i eues uu8urstqel uu>llrseq8uetu 8ue,( eeru erelue se8el 8uern1 8ue,( ueelolred uere uer8eque6
'Suuque>peq eJe8eu rp ue8ursrqal
{rlsueDleru>l 1e13urs BJBJes rleqrue4 unplesrp uu>le rur uer8eq upe4

tuuqua4reg

BTBEeN rp

uuEulslqey {11slrepluruy .r.or

'ueOursrqal upqBueuJ ue6unuedey snDr;e1es tsppluon ue6u[uede1

tsepouole6ueur 6ue,i tuotdutoy ualsls eped ueun6ueq ueouecue.r uelledurouou.r eluirqle rur ueouriuedel
lrpuoy ueun6ueq urelep e1 ue;e[ uep ue6ursrqel uelequered uelleruruuuou] drsuud ueOuep uebueluepeq
le6ues elelurel rsepluen 0ueqn; uerpeqo) ruJele rselrtuan )inlun rselrluan Dueqnl yelueq uelqnlnqu.lau
6ueri qequel-srdo4 urrpp qelepe ue0uecuer rqnre6uedueu uele 6ue,i urel JolIeJ 'nleu ere6au qp ueun6ueq
ue0uep epeqeq 6ue,i ueun6ueq rsnlos uelrqelour B,{ue{6oIas rur ue6ursrqey )irlsuayeJel ueepeqe; 'ue1e[
seirlenl uep 'ueleunbtp oue/( tolouteq ueeJepual stuel seluo,ieur Jo]or.uJaq ueeJepual uep uelel uereleuled
rnleDueu 1n1un se0e1 rslues uep uernlerad e,iuepe un;eq qolo uelqeqaslp elueJelue lp lut ueepoqJad
'nfeu: ereOau rp ue6ursrqe>1
IusuoUBJeI ue6uap epeqreq ]e0ues 6uel'erseuopu; rpedes 6ueqtueryeq

"':':,:.:::_:::m::::,::x ::

u
UE

'u
UB

'u
IIE

_:::,

StN[fflS WVCflN I{V(I


YISINOANI XNINITT I{VNNCI{Vfl

RrrJsmfvuvsflfl sruvo

iru
3ut
Jul
ueu
E{I

oI qBfl

3ue
Qnd

122

Akustika Bangunan

Kembali pada uraian bagian sebelumnya, bahwa bunyi dengan frekuensi tinggi tidak sekuat
bunyi berfrekuensi rendah, maka getaran yang menyertai bunyi berfrekuensi tinggi juga tidak terlalu
hebat. Oleh karenanya, rancangan bangunan-pun tidak perlu terlalu hebat merespons kebutuhan
peredaman getaran. Hal ini berlainan dengan kondisi bangunan di tepi jalan yang mayoritasnya
dilatui kendaraan berat, seperti misalnya di tepi jalan lingkar luar (di negara maju bisa berupa
highway). Bangunan yang berdiri di sepanjang jalan yang banyak dilalui kendaraan berat, selain
perlu didesain untuk menahan masuknya kebisingan, seyogyanya juga didesain untuk menahan
berimbasnya getaran yang terjadi di jalan ke dalam bangunan. Berdasarkan kenyataan bahwa bangunan
yang menderita kebisingan di Indonesia umumnya berdiri di tepi jalan yang tidak dilalui kendaraan
berat, maka solusi akustik bangunan dapat disederhanakan hanya untuk mengatasi kebisingan yang
tidak disertai dengan getaran.

lo.2. Penyelesaian Kebisingan secara Outdoor


Idealnya, kebisingan diatasi dengan jalan meminimalkan sumbernya, namun dalam prakteknya hal
ini tidak mudah untuk dilaksanakan, maka, usaha berikutnya yang dapat kita lakukan adalah mengatur
agar perambatannya dibatasi.
Usaha untuk meminimalkan kebisingan dapat dilakukan dengan memperpanjang medium yang
dilalui gelombang bunyi agar intensitas bunyi semakin menurun. Hal ini sesuai dengan persamaan
(2). Dalam hal desain bangunan, ini dilakukan dengan cara menjauhkan bangunan dari jalan. Pada
bangunan yang akan dibangun dengan lahan yang cukup luas, hal ini dapat diterapkan dengan
menempatkan bangunan jauh menjorok pada bagian belakang lahan, sehingga terbentuk area terbuka
pada bagian depan. Namun pada bangunan yang memiliki luasan lahan terbatas, prinsip ini tidak
dapat diterapkan.
Pada bangunan dengan luas lahan terbatas, prinsip desain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kebisingan adalah dengan memilih layout bangunan yang tepat serta memisahkan area ruang-ruang
yang memerlukan ketenangan dari ruang-ruang yang masih mungkin terkena kebisingan dari jalan.
Untuk bangunan publik, dapat memillh layout U (Gambar 10.1), sedangkan untuk bangunan privat
dengan luasan tidak terlampau besar, kita dapat memilih layout "L" (Gambar 10.1). Dengan layout
ini, posisi terlindung (bagian dalam) dapat digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan
ketenangan sehingga tidak secara langsung berhubungan dengan kebisingan di jalan raya. Pada
bangunan yang berfungsi sebagai rumah sakit, area terlindung dapat difungsikan sebagai bangsal

"ll"l,=,.,fu,
outlet

ffiffir
inlet

sumber bisins

sumberbisins

Gambar 10.1. Peletakan lubang inlet dan outlet yang sengaja tidak dihadapkan langsung pada
sumber kebisingan

-----.....

3ue,( udu rue3ulues tauroq ue1u1e1ed ue>lnlueuetu {nlun 'uuun8ueq 3ue1eleg nule qu8uel uur8uq
eped ua11ulellP ledup uuqel epud sISJal Suef elnqret BeJe 'rur rueJetues ue>pleled upe4 'uu8ursrqel
rrep Sunputpel ueun8ueq Surpurp ru8u r83url dru1nc Suef rautDq ue{r.lrunqrp u,(ursuen4esuo4
11seu'ueun8ueq eped uq8unur le{opes qgdlp e,(uu,(3o,(es Duil)q ueledrueued e{Bru'seluqJe1 8uu,(
ueun8uuq uuqel senl uep r?qel nlBIJet {upq u,(uurnurn 8ue,( erseuopul rp uepl-uupf rsenlrs ue8ueq

'lnrunlu

tauroq

UB>IB

>lepp

ueJrpgr{e{ gplsod 4e;e '1ude1 3ue,( pueteur ugp rsueurp uuleunSSueur qulel etpl Dlseru .rur
m{np uu8ursrqe4 requrns) ueun8uuq uedep Surpurp

IueJBIues uBeduauad epe6 '(ueyeiqe8uel sue3 IJep

uu8uep ueButstqe>1 Jeqluns e.reluu 'qe8uel-qu8uel rp srsred DurDq uu>plelelotu IJppulH 'uu8ursrqel
uep 3unpu11re1 eSSuqes uu8uufeq euoz r;rralep BpeJeq ueun8uuq ;u8e 'ueun8ueq Surpup 8ue.{
qlqeleur uer88uqe1 ue8uep uep JBSeq dnlnc 3ue,( rsueurp uu8uep rauruq uulnpadrp 'rur ruuozures ue
-ledueued epe4 'uuun8uuq uu8uep urlSunur le>lepes qBIupB e,(u1n1ueq uequleled e utu 'ue{urx8unueur
{Bpp Iq rueoeruos uetudueued u41 'ueun8ueq urBIEp e{ >lnsutu >lep\ Dtrnq selu Sunln uped
I$le{IpJel 8ue.( r^(unq ru8e ue8urstqe>l Jeqluns ue8uep u113unru talopes uu4edruelp raun)q'e,(quep1
'raurDq uu{u1e1ed nele rsrsod qBlupu uurleqred ledupueur nyred 8ue,( urBI JoDIuJ 'tauntq IerJelEru
uup ISueuIp vteles 'DtrrDq punos ruue8ueru uesuqequred epud uullernlp qule1 uuuunu8eqeg
'qerluEI
IsBIIluaA >l$un BJupn UBJIIB JucuelJedureur uu>p eSSurqes 'r33u4 nlelrel >lepq Suet nutoq uu{r{nlnqrp
ufueq euerel 'uu8unlunel ue>lueqrueru 1ul IUH 'r33u4 rsuenleJpeq erpns uu8uquedel rsepourole8ueru
>lnlun lenqlp dn4nc nu.tDq ISueuIp B>luu 'r33ur1 rsuen{e4 lodurole>1 uupp uu8ursrqel urnrpleds
ueryunle8ueur urseuopul rp uupf-uepl rnplotu 3uu,( uuurepuel se1uo,(eru BueJe>l qelo .(g qug uped
s?qeqlp qe1el) nutoq punos \enqes pepr uele.re,{sred pnlr8ueu uq8umu Ieurs>lBrues Suuf pueleur
uep 'rsuaurrp 'uap1e1ed ue4quqredureru ueSuep 'f,autDq punos ednseq ru {elqo .ueun8ueq ueqel
n[nueru uepl uep r.(unq Suuqruole8 uelequered r8uepq8ueur ludep 8ue,( qelqo ue4u1e1ed qBIBpB

u,(ulnfuelas r8elerls eleru 'rdnlncueu tunlaq esu;rp Sunpuqrel uer8uq rp Sueuq eeru ueledueued uup
ruueget 7no{o7 ueqryured eSSurqes 'u,(ur33ur1 ueplruepes qu1e1 uelel p ue8urslqel 1e13uq upg
'r8unpuq.rel Suef eere uped ue8ueuelel
UB)ll{runqtuaru 3ue( 8ueru-3ueru ue>pleleleru qelspe uunce ue>lrpeln ledep 3uu,( dlsuud 'nluegel
7no[o7 ueqqrured uapllSuntueru {epll ue{qeq uBr{BI ueseleqJe}e>l BIrg 'ue8uuuelel ue>lqn}nqruotu
u,(uqnuedes 1epr1 8ue,t urel Suunr-8ueru uup 'urluu>l 'n83unt Suuu'ryry re8eqes ueleun8rp uu8ursrqel
uu8uep Suns8uel ue8unqnqreq SueK eeru Suupes 'se1e>1 Suunr nule Jolue{ 8uuru re8eqes uulls8un;rp

Sunpuqr4 ?uv,t eem'qelo{es nBlE uuJoluu{red ru8eqes rs8ungreq 8uu,( uuun8ueq Bped 'uu8ursrqel
'{pode '4u11111od Euuru reSuqes ue>leun8red
-lP ludep uupl uu8uep ueBunqnq;eq Suns8uel 8ue,( uare uu4Suepes (deul 1e,ro.er lrun) uele,trered

BIUUouelu BSIq qISBru 8ue( ulel Suunr-8uenr u?p 'urluB{

dele eped uee>1nq ppow uebuep eluue44ueb6uew pdep ey4'uedepeqteq buel


bulpulp 1s1s eped epercq w46unw 4ep4 pfino uulelepd e417ey'Z'0, requeg

ezt

syuaBg

etebe111

uep esouopul

>1n1un

ueunbueg olqsDlv resa!

slee

OL

qe7

124

Akustika Bangunan

akan digunakan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengukur lebarjalan di depan bangunan,

sehingga kita dapat menentukan letak sumber kebisingan darijalan. Selanjutnya perhatikanlah luasan
lahan dan luas lantai dasar bangunan yang akan dibangun. Usahakan agar ada sisa area terbuka yang
cukup untuk meletakkan banier lebih dekat ke sumber daripada ke dinding bangunan, bila diperkirakan
hal ini tidak memungkinkan, maka tata letak bangunan mesti segera diubah agar barrier berada lebih
dekat ke bangunan.
Prinsip selanjutnya yang dapat diterapkan untuk menahan masuknya kebisingan namun tetap
memungkinkan terjadinya aliran udara, adalah meletakkan lubang ventilasi pada sisi bangunan agar
tidak langsung menghadap ke arah jalan. Pada sisi yang langsung menghadap jalan dapat diletakkan
elemen transparan untuk kepentingan pandangan, tetapi tidak untuk lubang ventilasi. Namun demikian,
kita tetap harus memperhatikan arah angin datang, agar posisi lubang ventilasi yang akan berfungsi
sebagai inlet (lubang yang memasukkan udara) menghadap ke arah angin datang, sedangkan yang
berfungsi sebagai outlet (mengeluarkan udara) diletakkan pada sisi yang berseberangan. Bila hal ini
tidak dapat diterapkan, outlet dapat diletakkan pada atap (melalui plafon).

,ll.S.

Penyelesaian Kebisingan pada Selubung Bangunan

di mana solusi akustik secara outdoor tidak dapat diterapkan secara maksimal,
langkah selanjutnya yang dapat kita tempuh adalah mengolah selubung bangunan itu sendiri. Hal ini
dilakukan dengan meletakkan lubang ventilasi pada posisi yang tidak menghadap langsung pada
sumber kebisingan, serta memilih model jendela yang mampu meminimalkan masuknya kebisingan
ke dalam bangunan. Adapun model jendela yang meminimalkan masuknya kebisingan adalah jendela
yang mampu memantulkan gelombang bunyi yang jatuh padanya, misalnya model gantung atas (tophung) (Gambar 10.3), juga model jendela yang sengaja dibuat dari bahan yang mampu menyerap
bunyi yang jatuh pada permukaannya, misalnya model jalusi Qalousie atau louvre') yang dilapisi
bahan lunak pada sirip bagian dalam (Gambar 10.4). Secara persentase aliran udara, jendela jalusi
ternyata cukup baik dalam mengalirkan udara, yaitu berkemamptan 75Vo.
Namun demikian, selain persentase aliran udara, peletakan jendela inlet dan outlet }uga merupakan
faktor yang penting dalam menciptakan sistem ventilasi silang (cross-ventilation). Ventilasi silang
Pada keadaan tertentu

geser atas
tunggal 45%

geser atas
ganda 45o/o

gantung samping 90%

geser samping 45%

jalusi 75%

gantung alas

75o/o

gantung bawah 45%

Gambar 10.3. Beberapa model jendela dengan persentase udara yang mampu dialirkan
menggunakan jendela tersebut (Moore, 1993)

'laluJd Juoq
-Juueq {upr] reBe '8uoro1 Sulpurp uped nluelrel uu8uuruel ue>leldrcueur ue8uep rplepe e.,tuure1 rsn1o5
'3uoro1 uuulnurred eped sn{rp lBJrsreq Suui
uu4srdularu uu8uap
lurreleru nele dure,(ualu
lerroletu
ISEIBIp lEdep IuI uuEpea) '(sa,wt-Surpuots rtete saoqca-ta17n1[13uu1nreq uulnluuued rpuftel
4epr1 ru8e
reseles nule SuoJol uped ue4n1:edrp u,(ueq .toopul {psn{e ue8uecuer e,{uunur3 'ue1n1.redrp Susrel
tooput EJBces {Ilsn{e uB8uecu?J 'snsnq{ ftres {rlsn>le ue8uucuer u?)lr{nlnql,ualu 4eprl 8uu,( unrun
ueun8uzq epud n1t Bffluatuos '(taxtru eleur) 1o.r1uo1 e[eLU ruedes >lruorDlelo uelupred uuluunSSueru

'rfunq

ue8uep qndurelrp orynls IUEIBp rp r,{unq setrlBn>l uurnlu8ue4


dure(ueru 8uu.( Iurroturu ue8uep
rsrdulp e,(u8uuru uoruole eSSurqas 'uulnluetued unlqnlnqrp {Epr1 e,(urunurn .rurnru detel uellseqrp
8ue,{ r,(unq re8e 'orpnls Suenr epud 'nlr uJelueureg 'rfunq u>lln}uuueru 3uu.( lerreluru uu8uep rsrdelp
nlred Suenr uetuelo uer8eq udureqeq eSSurqes uolwraqta^ar pnlnm uepp uelnlueued uu>lq$nqrp
e,(uurnun 'runrrolrpne Suenr upu4 'e,(uunpe>1 sn8qeles nule 'du.te,(uetu Inlun 'r,(unq uullnlueuou
1n1un ts8un;req tudup re8u uu8uunr uetuole urepp uer8uq uusrdeled ednreq ludep uelnpedrp 8uu,(
uulnluel ue8uecueg '8uenr ruepp rp r,(unq sulrFn>I uuqtulSurueu {ntun uelnluul uu8ueJuer uelnyredrp
ISEleIp ledup ue8utslqe{ uelleleserurad qeleles 'orpnls uep unrJotrpnu qredes 'r33un 8ue,( ry1su1e
ue8uecuer uelure,(s-red uu8uep ueun8ueq epu4 '3uenr tuepp rp r.(unq s4r1un1 ueltolSurueu {ntun
uelninltp qlqel Joopul ereces ue8uecueJ E{B{u 'ueun8ueq ruulep e>l JBnl rrup uu8ursrqa>1 e.(ulnseru ue>1
-leluluruolu 1n1un uelnlnlp Wqol uuun8ueq Sunq.nyes eped uep tooplno EreJos {rlsn{u uu8uecuu.r uIIg

r.o opul Bruaa s

uutuucuull uurcsela,{ ued . ;;;;

iirsr**ffi

', qutr eped uelrcrnp I{elol 8uu.( epoleu uapunSSueu uu8uep tnqesJel Surpurp lsuurquo{
ISPInSUI te18un ueelryed 3un1rq e1q u,(uurq nlred 'ueqnlnqel ue3uep runses r33ur1 3ue,( rselnsur
1e13uq PIIIrueu du1el tseplue,t 3ueqn1 uu8uep u{rsuurquo4rp 3uu,( Surpurp reSu 'e,{u1nlue1e5
'pce1 qrqey 3ue.{
JlIe oseluesJed n{rltrueru untueu 'JESeq BIuES .ttdureq 3ue,( elapuel rsuorurp rB>ler.uetu ue8uep ue{n>lelrp
ledup e8nl '.IIco l qtqel u,{utsuerutp 8ue,( ulepual ueluun3Sueru ue8uap qnduelp urules n1r 'lrceI
qrqel 8ue,( plul uurc>leTrrod'(S'0I requug) (1661 'rauqcel) uuun8uuq qnsurueru lues eped erepn
ueledecel uelle4Sutueu rytlvn pqrlo epuduep pca{ qrqel ?uu[. npt ueleunSSueur 8ue( rseplue,t ruelsrs
Ie>luiueiu ludup 'rur Iuq ITBSBL(uerrr {ruun 'ueun8uuq rlnserueru leus EJBpn uuledaJo{ uuunrnued efu
e>1 dupeq8uaru Suns8uul rypq 8ue,( iarut ue>larclod ue8uanlel undepy
-1pefre1 qelep 'ue1el qeru

'tqnuedrq ledep 1r1sn1e undneru ISBIIIuoA BrBJes uulure,(sred uSSurqas 'uu8ursrqe{ Joquns
uped depuq8ueru Suns8uel {upp 8ue,( qeru eped 1u]epe1 pqno uu:11qeqe,{ueur uelu u8nl ue8ursrqel
Joqluns epud Suns8uul dupuq8ueru >1upq 8uu,( tarut ue\etaled '{IEq le8ues rpelueu uuun8ueq tuelup ry
erepn ueJrlu eSSurqes 'uudupeq-req 8ur1es lapno uep tapl ue>1eun33ueu Suuf rselrtue^ tuelsrs qlepe
eiuueeynwted eped

t1ryet

6uel ilunq deteluew \nqn nlueqeJ

uetleq srde1p neJe Jenqrq 6uel snpf elepuaf ppo1t1 '?'0 ] Jequeg
loJeI uPsrdPl

gzl

sluefeg eebeltl uep esouopul 4n1un ueunbueg e\qsDlv resag

syee

AL qe7

126

Akustika Bangunan

Gambar 10.5. lnlet yang lebih kecil daripada outlet akan meningkatkan kecepatan udara saat
memasuki ruangan sampai 1 30% dari kecepatan udara luar. Sedangkan inlet yang lebih besar
daripada outlet justru akan menurunkan kecepatan udara menjadi 70% saja dari kecepatan udara
luar (Lechner, 1991)

,1*.|':5'

Hasil Akhir

Ketika tingkat kebisingan di jalan raya telah diukur dengan menggunakan metode pengukuran yang
benar, selanjutnya dapat kita perkiraan rancangan akustik yang diperlukan untuk memenuhi baku
kebisingan di dalam bangunan sesuai fungsinya. Sebagai contoh, saat kebisingan dijalan raya terukur
sampai tingkat 80 dBA, dan di tepinya berdiri rumah tinggal dengan baku kebisin gan 45 dBA (Tabel
2.4), maka rancangan akustik bangunan harus mampu menurunkan kebisingan sampai 35 dBA.
Ketika keseluruhan dinding bangunan terbuat dari batu-bata berplester tanpa lubang ventilasi, maka
dengan sendirinya tingkat kebisingan di dalam bangunan sudah memenuhi standar, sebab material ini
memiliki tingkat insulasi sampai 45 dB (sekitar 40 dBA) (Tabel 5.6). Ketika pada dinding ditambahkan
lubang ventilasi, maka tingkat insulasinya akan turun, sesuai luasan lubang ventilasi tersebut. Jika
tingkat insulasi kombinasi masih bernilai 35 dBA, permasalahan kebisingan telah teratasi. Namun
bila masih di bawah 35 dBA, ambil contoh 20 dBA sedangkan jarak antara bangunan dengan jalan
begitu dekat, sehingga hampir tidak terjadi reduksi kebisingan karena pengaruhjarak, maka peletakan
barrier adalah alternatif yang baik. Umumnya sebuah barrier yang tidak terlalu tinggi hanya mampu
mengurangi kebisingan sekitar 10 dBA. Secara teoritis, barrier yang terbaik sekalipun hanya mampu
mengurangi kebisingan maksimal 23 dBA (menurut bagan pada Gambar 5.14). Pada contoh kasus
ini, reduksi kebisingan bangunan baru mencapai 20 dBA (endela) + 10 dBA (barrier) = 30 dBA,
sehingga masih dibutuhkan insulasi sebanyak 5 dBA. Kekurangan ini dapat diatasi misalnya dengan
menaikkan ketinggian barrier atau memperkecil dimensi jendela, sehingga nilai total reduksi menjadi
35 dBA.

euBSursrqe{ uerlsuelu
uJelep Dt.ttDq punos rpnqos lrurslelu uBndIuBue>l qE{-YSp EdBJeg 'ueBuISIqe{ uqBIBSeuJad
rsutu8uatrr IE33un1 EJBJas ndIuBIU {uPp W{SulJes undqales {leqJel Euef, nunq punos t4efiqes 'V
(uelsls ue8uep BISeuopuI Ip
iuEAuBru tuslup uep uu8u?ru BpBd e>IIlsn{B
'E
ueun8ueq epud ue8ursrqe>l uBqEIesBIIxed unlllepusSuetu >lruun qnduellp ldp 8uu[ qe{ede

pq-luH

luB8ueru JBnl e)Insn>Ie tuelsls uB8uep elseuopuJ Ip


wun8ueqpud ue8utstqe>luequpseuuod uDIIIBpueAuou {ruun qndrue]lP ledep 3ue,( qopde IBq-lBH 'Z
6nlBtu uJeSou rp BpBdIJBp eueqJopes qlqel BIS

-ouopq ruedas Suuqure4req ere8eu upud uululrdet tp ueun8ueq uBBuIsIqe{ uequpue8ued EdeBueN
,,

:r a

'I

lratilt?i!.Pt&strffi

uBr[I]BT luos
LZI

syua/eg etebeltl uep esauopul 4ryun ueunbueg ulusryV Jesog

slree

0L qeg

Bab

Ewir:tnl;:r::

11

SISTE,M PERKUATAI{ DAI\


PERBAII(AIV KUALITA,S BTII\IYI
SECARA BUATADI
Sistem perkuatan (sound reinforcing sysfem) dan perbaikan kualitas bunyi secara buatan (aftifisiat)
adalah pengolahan gelombang bunyi dengan bantuan peralatan elektronik untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam percakapan sehari-hari, peralatan elektronik yang digunakan disebut sound sysfem. Berdasarkan
tujuannya, pengEunaan sound syslem dapat dibedakan menjadi:

1.

Untuk memperkuat bunyi agar dapat didistribusikan kepada lebih banyak khalayak dalam tingkat kekerasan

(kejelasan) yang mencukupi, Keadaan ini biasanya diterapkan dalam ruang auditorium yang besar.

2.

Untuk memperbaiki kualitas bunyi. Keadaan ini diterapkan dalam studio untuk memperoleh hasil rekaman
yang berkualitas terbaik, seperti bunyi yang jernih dan mantap.

3, Untuk memperkuat bunyi sekaligus memperbaiki kualitas bunyi. Selain bertujuan untuk mendistribusikan
bunyi pada lebih banyak khalayak, diharapkan bunyi yang didistribusikan juga memiliki kualitas yang
lebih baik. Keadaan ini biasanya diterapkan dalam model penyajian langsung (bukan rekaman), meskipun
pada akhirnya kualitas bunyi yang dihasilkan tetap tidak sebaik pada saat dikerjakan di studio.
Pedoman umum yang dapat Cigunakan sebagai acuan untuk menentukan apakah suatu ruangan
dengan banyak pemakai membutuhkan sistem perkuatan bunyi buatan adalah sebagai berikut:

Keadaan akustik alamiah ruangan suciah sangat baik, yaitu ruangan telah memiliki tingkat reverberation
yang cukup untuk menyebarkan bunyi pada pemakai dalam jumlah tertentu, dalam hal ini penggunaan
perkuatan bunyi buatan tidak diperlukan. Penggunaan perkuatan bunyi buatan pada ruang semacam ini

justru akan menurunkan kualitas akustik ruang tersebui, sebab sangat dimungkinkan bunyi hasil
reverberation tumpang tindih dengan bunyi perkerasan buatan.

.
.
.

Auditorium dengan tempat duduk di bawah 500 kursi dengan penyelesaian akustik alamiah yang baik
umumnya tidak memerlukan perkuatan bunyi buatan
Auditorium dengan tempat duduk 500-1000 kursi mungkin saja memerlukan perkuatan bunyi buatan,
tergantung pada kualitas akustik alamiah pada ruangan tersebut.
Auditorium dengan tempat duduk di atas 1000 kursi umumnya memerlukan perkuatan bunyi buatan,
sebab akustik alamiah tidak dapat memberikan kualitas bunyi yang baik pada jumlah penonton lebih dari
1000 kursi.

leda] 6ueI le^el eped re6uopuad

'punos
lulsrl rorauo qeqnouoru

a)i erEns uelrsnqulsrpuau

JAXeAdSpnO"l

'uaisfs 5utctolweg punog


ledel 6ue^ JpieJel upp la^al

eped releedspnol J-l uep lH

al

auoqle,,

rpefuau,r

ehe>1

rpefue1

dlsulrd'l'tl JpquBg
,,IcBqpoaJ,,

Iep!t le6e roleods

-pnol uenel6uel renl rp

)r.llsrl r6Jouo uP)irsnqulsrpuaL!

)r4srl lelurs lo^al uelle)i6uruou.r


e^uuauodruol uep lullela loiluoy

elulreqos

r1r.r1sr;

r6teua

tpeluetr e:ens r6reue qeqnOueu .


uojo./)irlA

'l'II JBqureD uped uerysertsnprp rzlaTs(s punos uvlelered ufte>1 drsurrd'runrun BJscaS
'r,{unq uesulel>1upne>1 uu4uqlle8ueur ledup 8ue,{ 'qse r(unq undurnueru 3uu,( 'lnluuruetu
3ue.( seluqured ueruele up uelntuud r,(unq e,(ulnsuru ueurlSunruel uulrleqredrp ufue,(8o,(es
'srxo fio l,(unq depuq.rel eled 8ue,( uogoqrtu ueru{Btuad epe6 'sryo !{o r,(unq lnqesrp uoJoDlrju
lnp "OLZ - o96 e.(uqere 8ue.( rfunq Suupes 'stxD uo erens lnqasrp ("9) uo;orryur uudep rp Suns8uel
{BtelJel 8ue.( r.(ung '(sure1 nlelJe1 >1epp 3uu,( r,l,unq roqurns lJBp lesuJeq undqsew 'se1el uep qrurel
teSuus >lnsuur 8ue,( r.{unq) r33un u,(uuualedel te>l3un unruuu 'elus nlueuel qprp nles r.rep r,(unq
BrurJeueru esrq ufuuq 8uu,{ uo;or1ru e8nl epy '(qtu:ef SuemlTseiel Suurnl {nsetu 8ue,( r,{unq) quruel
u{uueulede>1 1e13ur1 rde1e1 'qe-re up8es uep r.(unq delSueueur BSrq 8ue,( uo;or1ru upv'ntueuet qBJB
uup 3uu1ep 3ue( r,(unq delSueueru uoJoDlrru uundrueruel qelo ue{ntuollp uoJoDlrru uee>1ede;
'auoqdonnu auoz alnssald uep
auoqdonrw ctu)ap'auoqdo-rcnu aApL :qulvpe rur auoqdo-rltw iasuapuo) uo3e1a1 uelep >lnsuru 8uu,(
uoJoDlnu sruef edereqeg 'ue8uenr ruBIEp rp ueluun3rp {oroJ qrqel eSSurqes {BSnr qupnu te8ues
rur sruel uoJoJ{lW 'uru8zr;erp ru8eqes rs8ungreq uep lure3req r3u1 u.(un1us uup 'srlels rsrsod eped
lnlueq,req rolrsudul enp uuleun3Sueu ue8uep uhe>1eq 3ue,( uo;o.npu qEIBpV
uuSur-rrd n1u5 'uuSuurd

auoqdo.rctut nsuapuo)
'srdq le8ues

eiquleur etrd rs>lnrlsuo{

BuaJe>l

{estu qupnu qrqal rdetel 'sauotldotctw ctwou{p uulSurpueqrp

uyrq

{lBq r{lqel Suef ueulede{ D{llruetu rur uoJoDIrI J '(ruti Z) retouuoDlrru Z Julp{es uBIBqe}e{ uern>ln
ue8uep 'srdr] le8ues 3uu,( plau 4rd uelureleu uurudtunl uu>1nq e,(u.rol{npuo>l eles u,(uuq 'leu8eur
uupetrt uuleunSSueru n1rc,| 'sauoqdo"tcttu ctuonip ue8uep erues e,(uulral urec 3ue.( uoJoDlrru qelupv
auoqdotcltu uoqqy
'JBpn ueuu>lel Bues nqns uuguqruad uep ueJnluoq depeqrel uuqel 8uu,(
u,(ulugrs eueJu{ 'uulure8 1e(uuq ueluunSSueru BuuK ,a,u1, ue>Inlunued {nlun nulu ue8ueru runl rp
reledrp {oooJ rur sruel uogoqryrtr 'ue.redunl r{BIBpB reledrp 3ue.( rotlnpuo; 'leu8uur uupetu nlens
urelep Jol{npuo1 uulereBred qelo rslnpordrp 8uu.,( ry41e1e p,(urs ue8uep uoJor{ru rlBIBpV

auoqdonna clurouf,q

:ntrcf 'e8rl rpefueru uu{Bpeqrp e,(ueq uo;orryu


sruel Tuseq srre8 uruces 'ueplrruep unrueN '>leJeru rcSeqreq uu8uep lepour m8eqreq ruelep uoJoDlnu
rudurnlueru ledep etrt rur leES 'ue1e1a1ed erec nele {ru{et uup 'ueu1ede1 lruuoq/lopotu e,(uu.ru1uu rp 'pq
r:dereqeq epud Sunlue8req rJrpuas uoJoDlrru sullpn>l undepy 'uoJoDlrru sBulBn>I uep requrns rfunq
selrpn{ uped Sunlue8roq uoJoqrru qolo eturrelrp uap 3ue,( r,(unq selqen;4 'r,(unq r.uu{eJeru {nlun
ue1e1e:ed uutelSue.r uep eureped uellerad ue>1edn-reru eSnl uo;orTur 'r,(unq uulenryed uenlnl 1n1un
uruleg 'r.(unq uelenryed uulupred uerelSuur wqnJnlose>l rrup uruelred uu1u1e:ed r{Blepe UoJoDIII I

UoJoDITIAI'r'rr
6Zl

ueleng ereces ilung seyleny uoleqred uep ueleulrod

wolsls

l,

L qeg

130

Akustika Bangunan

Alat-alat kelengkapan mikrofon:


Agar dapat berfungsi secara baik, mikrofon seyogyanya dilengkapi dengan:

Windscreen, yaitu objek seperti membran (dari bahan tipis lunak) yang dipasang langsung di
depan mikrofon, berada antara sumber bunyi dengan mikrofon. Alat ini bermanfaat untuk
mengurangi tekanan nafas manusia yang akan diterima mikrofon. Windscreen juga bermanfaat
mengurangi poping (bunyi "bek-bek") pada saat pengucapan konsonan p, b, dan k. Alat ini
iuga melindungi mikrofon dari kelembaban (misalnya ludah manusia) terutama pada condenser
microphones yang sangat rentan terhadap kelembaban, dan dari debu. Windscreen umumnya
terbuat dan foam dengan pori-pori besar atau kawat melingkar yang bagian tengahnya diisi
kain nylon.

Efek proxintity adalah kemampuan mikrofon untuk meningkatkan kualitas suara manusia
menjadi lebih berat/mantap, yaitu berupa alat yang dipasang pada mikrofon untuk meningkatkan
respons bass. Dengan peralatan ini, jenis suara yang terlalu kurus/kering (Jawa: cempreng)
dapat diperbaiki. Efek proximity akan menguat saat suara mendekati mikrofon dan melemah
saat suara menjauhi mikrofon.
Peredam getaran adalah objek dari bahan lunak (karet atau spons) yang dipasangpada stand

atau penyangga tempat mikrofon diletakkan. Penambahan objek ini bermanfaat untuk
mengurangi imbas getaran dan kebisingan yang tidak dikehendaki. Peredam ini perlu
ditempatkan terutama pada mikrofon-mikrofon yang sangat peka.

diafragma

%ffi\N

kumparan
bergerak

konduktor
elektrik

Gambar 11.2. Bagian-bagian penting pada mikrofon: (1) diafragma,


(2) lempeng logam, (3) isolator (biasanya dari bahan mika), dan (4)
lubang ventilasi pengatur tekanan.

Gambar 11.3. Skema dari dynamic microphone

konduktor elektrik
lempengan

celah udara

Gambar 11.4. Skema dari condenser microphone

'e[ew sele p uopte]o1p


\nlun LlepuoJnepued puep
uebuep uolor\try'z' r! requreg

elrlserpor! loc

uetlilseLle 6uei etens seypntl ue>17e>16wuew


>1n1un sbunyaq iluelued uep uoJoqu erelue
uoltleplp 6uel ueatcspur11,4 'g'll JequpC
elrlserpen 'loo
'Use eJens

ueryneqwaw bueA

plued ercns ue1fiqwuow Jedep s\el uoDlelapw

\nqn Jeqwu e[ew uee4ewe4 'g']l Jpqureg

----- I
-@_x
_.\\
:ln{lreq rc3uqes rnlerp u,(uue1e1e1ed 'oara$ pseq uapudepueu
1n1un uelSuepes 'r,(unq Jequns dupeq8ueru Suns8uul rsrsod epud uoJoDIIIu ruus ue>plutoleur nped
e,(ueq u1r>1 'ouou lrserf uu>lludepuetu {nlufl 'olprus ruelep tp uelel8e1 epud uolderelp ry,(ueq u8n[
(8uns8uu1 uellus) Suns8uel uu1u1e1ed {ntun umles 'rur uu{Btelod {U{oJ 'oara$ nele ouolu sulqenl n1rc,{
'uollrseqrp ur8ur 3ue,( r.{unq selrlenl ueBuep rcnses uu>lepeqrp ludup u8nl uogor4lu ue{Bleled
'uu{lerurunurp ledup W11dlp 8ue( uu1u1a1ed lepou uu8uernlel uSSuqes 'uu{n{BIIp 3ue,( selntDle
ue8uep uu{runsesrp >lntun uu8uurn{o>l usp upqrqelal DIIIruou lnqesJq ue>pleyed Surseru-8urse141

'(auoqdotctlu aa$spuoq) nluq ;eqey eped uu>ltldeltp 3uu.( Ilce>l uoJoDIIu nBlB (ssalan*t) 1eqe4
edu4 uogor4rr.u sruol 1e>lsdp '1urel tsedrsrlue8ueur 4nlun e,(uurmull 'ueqnlnqe{ }runuetu
?.Auqlp nule qupurdrp usrq 8ue.( uoJoDIIru ue1u1e1ed ruelsls t{EIBpB stutDutp otDcas unpppd .

'(eleu sele Ip) {npnp rlu,(ued {nlun uup Irlpreq llufuad 1.r.lurr puDts
udnreq tedup uoJoDl\ut puDls'Brsnueru ue8uqe4 uu8uep tu13ut1es speJeq EuaJe>l 'ue>geputd
-qupu1d1p ledup qISBur untueu 'yqe1s dnlnc uoJoDIItu >lulel 'IuI ue4e1e1ed epe1 'Qtuo4s)
u88ue,(ued ue>luunSSuetu ue8uep uoJoDIIru uu1ule1ed ruelsls qulupu sltDisruuas uupppd .
'1urdo1e>1 nBlB Joo>l
Iuodos rlu,(ued 4u.(ueq ue8uep uepdueued uped ruledtp u,(uesurq ruI Iuodos
uu8uusuue6 'uo;e1d eped Sunluu8lp uu8uep ue>pleled e,(qesrur 'u,(ursrsod I{Eqn-quqnlp qepnur
eSSurqes 'ursnueur ne>13ueftp qupnu {epll 8uu,( uuleleyed ruelsrs nlre,{ sltDts uulzpPd .

lupq

:rpelueu
uolupaqrp uoJor{ru ue1e1eled 'e,(uselrpqoru ltunuetr{ 'ta4oads rsnqusrp uenulSuul eped 1e1epe1 1epr1
uoJoJ{ru e.{u4eqes '(uoyorryru UBIBp o>l .ta4oads uep r,(unq 1uqruo>l e,(urlnseu e.urlsrred) ycoqpaa{
edupulre1 rmpurq8ueru Intun unr.ueN 'Dlupuoqo{rp 8ue,( rsrsod renses ue)p{E1epp ledep UoJoDIIW

uoJor{Fu uu4u1a1ed {1u{aI

ItL

uepng erecos dung seyleny uoileqtod uep ueleulrad wolsls

L qeg

132

Akustika Bangunan

Sound Source

Catatan: Area yang diarsir adalah posisi sumber bunyi.


Mikrofon diletakkan berjajar dengan sudut 1 80".

Catatan: Di antara mikrofon diletakkan bahan/objek penyerap.

Gambar 11.9. Peletakan mikrofon secara 'AB'

Gambar 1'1.8. Peletakan mikrofon secara near coincident


(seperti 'XY') (Misner, 1994).

(Misner, 1994).

Peletakan XY (coincident pair). Teknik peletakan XY sangat cocok untuk menangkap bunyi
yang berasal dari banyak sumber dan berasal dari berbagaijenis sumber, misalnya pada sajian
koor atau musik orkestra. Pada peletakan ini, umumnya digunakan dua buah mikrofon dengan
jenis condenser yarrg peka terhadap bunyi off-axis yang diletakkan dalam posisi membentuk
sudut 90o. Posisi penyudutan dapat dilakukan secara vertikal maupun horisontal, artinya dua
buah mikrofon dalam posisi horisontal saling membentuk sudut 90' atau dua-duanya dalam
posisi vertikal.
sama dengan peletakan

ini,

pair.

Pada peletakan ini, teknik danjenis mikrofon yang digunakan


namun sudut yang digunakan adalah 105". Pada peletakan semacam
efek stereo yang dihasilkan dari bunyi yang ditangkap mikrofon akan lebih nyata.

Peletakan nesr coincident

XY

Peletakan AB (sejajar). Pada peletakan ini juga sangat dianjurkan untuk menggunakan dua
jenis mikrofon condenser yang peka terhadap bwryi off-axis, yang diletakkan secara paralel
atau berjajar dengan sudut 180'padajarak sekitar 1,5 meter. Peletakan ini cocok untuk sajian
live pada jenis musik rock atau pop yang tidak menyajikan permainan instrumen terlalu detil.
Sebaliknya peletakan ini tidak cocok untuk sajian koor atau musik klasik yang umumnya
menyajikan permainan alat musik secara mendetil. Jarak penempatan 1,5 meter seringkali
dianggap cukup jauh sehingga terdapat area di antara dua mikrofon yang tidak tertangkap
sebagai input.Pada keadaan ini perlu diletakkan support mikrofon yang diletakkan di antara
dua mikrofon utama.

11..2.
*fiaHm

Atnplifi.er dan Equalizer


proses perkuatan bunyi, amplifier adalah perangkat yang ditempatkan setelah mikrofon. Alat

ini berfungsi untuk memperkuat masukan (input) bunyi yang telah ditangkap oleh mikrofon. Pada
prakteknya, seringkali tidak hanya diperlukan amplifier untuk memperkuat atau mengeraskan bunyi,
tetapi juga diperlukan alat untuk mendapatkan kualitas suara yang lebih baik. Proses untuk memperbaiki
kualitas bunyi disebut sistem ekualisasi (equalization). Amplifier sendiri hanya merupakan bagian
kecil dari rangkaian sistem ekualisasi.
Perangkat peralatan ekualisasi diperlukan untuk mendapatkan warna bunyi dan keseimbangan
harmoni yang tepat. Seringkali kita jumpai bahwa bunyi yang masuk ke dalam mikrofon tidak bersih,

kurang jenih, kurang kuat, terlalu 'treble', terlalu 'nge-bass', atau terdistribusi kurang merata.
Kekurangan-kekurangan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan sistem ekualisasi, dengan alat
yang disebut equalizer. Perangkat ekualisasi memungkinkan operator untuk menghilangkan frekuensi
atau kelompok frekuensi tertentu yang menurunkan kualitas bunyi dan meningkatkan frekuensi tertentu
yang dapat memantapkan kualitas bunyi. Sebuah rangkaian lengkap yang terdiri dai mixer preamplffier, equaLizer, dan power amplifier akan memisahkan bunyi dari kelompok frekuensi rendah
dan tinggi untuk masuk pada bagian yang berbeda dalam speaker (peralatan pada rangkaian terakhir

!*,-

'ue{}B>I3uI1Ip

uup r>lruqJodrp >lupueq r,{unq setrlun{ Itap udeJaqes rudruus uelSuuqtuluedueur npad et11 'tudel 3ue,(
ranl\nba uunduuuel uup sruel qrlluleu] >lnlull 'uundruuuel tnlSuD uBp 'lepoul 'sruel tu8uqraq tuePp
razqt)nba rudurnl u1q ludup 'r33ur] qrqel 8ue,( selo{ eped 'alqaQ uep ssD{ Ioquot ednreq 3ue.( orper
nvle adry epe<l yrttuoc auot rJelepv Eueqrepes taztlonba IrBp I{otuoJ '(r,{unq uelunryed tuelsls IJup

UeUenlg)l P Lunleqos

uep Jelee7Al uelep )inspu uelqestdrp ue1llseLllp 6ue,{ elens eueul lp SUS efJe} I;}ELUaIS

'l}'}}

./AJOOi14

Jeqrxpe

(relooM)

releedspnol (3-1) ,{cuanbe4 mo1


ueleun6rp untun 6ueI

)ruolllale ueleleJad

(reloal l) re)ieedspnol
uroq (3g)
r(cuanbetl qOtg

Ja[]al

------+

nzpnbe elaw uebuep yrsnw opnls qenqes eped )ole.tado 6uent eueseng '01,'r! Jequeg
!ue^o!e uedol'4oq

tt t

ueleng ercoas dung sel4eny ue4teqad uep ueleuqad wolsts L L qeg

134

Akustika Bangunan

u.g. Speaker
Speaker atau sering pula disebut loudspeaker adalah peralatan terakhir dari rangkaian sound system.
Speaker berfungsi untuk menyampaikan hasil bunyi yang telah diolah oleh amplifier dan equalizer
Sebuah kotak speaker terdiri dari dua speaker, yaitu yang mengeluarkan hasil olahan bunyi dalam
kelompok berfrekuensi tinggi (biasanya disebut tweeter) dan yang mengeluarkan hasil olahan bunyi
dalam kelompok berfrekuensi rendah (biasanya disebut woofer). Bagi penggemar audio, speaker

yang terdiri dai tweeter dan woofer saja seringkali dianggap menghasilkan bunyi yang kurang
mantap, maka kemudian ditambahkanlah speaker ekstra yang disebut sub-woofer, khusus untuk
mengeluarkan suara dari kelompok frekuensi sangat rendah.
Peletakan speaker terhadap pendengar memberikan pengaruh sangat besar terhadap kualitas
bunyi yang akan diterima pendengar. Meski telah digunakan mikrofon dan sistem ekualisasi yang
baik, namun apabila peletakan speaker tidak tepat, sangat mungkin terjadi kualitas bunyi yang
dihasilkan juga tidak terlalu baik. Adapun cara peletakan speaker dibedakan menjadi (Egan, 1976):

Peletakan terpusat
Pada peletakan ini ditempatkan satu atau beberapa speaker yang saling berdekatan (terkumpul
dalam satu titlk). Speaker atau kumpulan speaker ini diletakkan di atas sumber bunyi, namun
masih tetap dalam jarak jangkau pandangan mata pendengar. Dengan penempatan di atas sumber
bunyi dan pada posisi dapat terlihat pendengar, maka diharapkan pendengar seolah-olah
mendengarkan bunyi asli. Hal ini dimaksudkan agar kesan nyata bagi pendengar dapat terwujud
dengan baik. Pada penempatan yang terlalu tinggi, sangat mungkin speaker terpusat tidak terlihat
oleh pendengar yang duduk di bawah balkon pada sebuah auditorium. Oleh karena itu, posisinya
perlu diatur sedemikian rupa agar masih tetap terlihat oleh pendengar di bawah balkon. Peletakan
terpusat mensyaratkan tinggi plafon minimum ruangan tersebut 6,5 meter.
Peletakan menyebar
Pada peletakan ini ditempatkan beberapa speaker di atas pendengar, dengan tingkat kekuatan
yang lebih lemah dibandingkan dengan speaker yang digunakan pada peletakan terpusat. Speaker
yang terlalu kuatjustru tidak diperlukan, karena dengan posisi menyebar sudah terjadi perkuatan
bunyi antar speaker. Peletakan menyebar dipilih apabila;

Ketinggian plafon lebih rendah dari 6,5 meter.


Pendengar tidak dapat berada pada jarak pandang speaker, misalnya pendengar berada di
bawah balkon

Jendela kaca

Gambar 11.12. Peletakan speaker secara terpusat dengan tweeter untuk


High Frequency (HF) dan woofer untuk Low Frequency (LF)

9t

fu66i leuqyy)

slteq

6uel ilunq seilpilt ue>lledepuew 4ryun rcqeiuew ue4e\e1ed ,,lleweJss .?!.,! requBc

NVYONVT V-lOd NVO HVNJO


'uebe:as
6uef,
uenelOuel elod uelledepuar-l 1nlun uelda.ralrp unun 6ue,{ letel qelepe , g7f
=
(;1) ue6uen.l uer66une1 ueouep eues e,{uleepr (g) te>leedspnol lelue lElef ,r. -"l"t"C

S 'uErxrurep

unuel

fu661 'teuqyy) teqeiuew ercces rc4eeds

\____
reqasJol ue))elelrp
,:eleedspnol

uoplopd 'g!.lt

JeqlueC

.________)
lr
tt

H>

euoc, IopouJ

)erel

uepng uecos dung sel4eny usleqJed uep ueJeuqod

we$E

L qeg

136

Akustika Bangunan

Pada peletakan menyebar, harus diupayakan agar pola jangkau masing-masing speaker
tidak tumpang tindih sehingga tidak ada pendengar yang mendengar bunyi yang berasal lebih
dari satu jangkauan speaker. Namun demikian, untuk hasil yang baik jarak peletakan sebaiknya
lebih kecil atau sama dengan jarak dari plafon ke lantai. Pada auditorium dengan kapasitas
penonton yang besar, yang kemungkinan menghasilkan selisihjarak antara bunyi asli dan pantulan
lebih dari 15 meter, pada speaker perlu disertakan alat yang disebut time delay. Alat ini berfungsi
menunda keluarnya bunyi dari speaker, sehingga penonton dapat mendengar bunyi asli dan
keluaran dari speaker secara bersamaan. Hal ini akan menghindari munculnya bunyi yang
bersahut-sahutan.

Monitor speaker
Pada auditorium yang memiliki panggung, peletakan speaker secara terpusat atau menyebar,
akan didampingi dengan peletakan monitor speaker panggung yang digunakan pemain di
panggung untuk mengontrol bunyi yang dikeluarkannya. Monitor speaker biasanya diletakl<an
pada lantai bagian depan panggung, mengarah kepada pemain dengan sudut kemiringan tertentu.
Agar tidak menimbulkan feedback (bunyi 'nging' yang muncul karena bunyi yang dikeluarkan
speaker masuk kembali ke mikrofon), biasanya digunakan speaker dengan kekuatan input rendah,
yaitu antara 100 Watt sampai 200 Watt. Umumnya digunakan dua sampai tiga buah speaker
bersama-sama. Pada panggung yang sempit dan memiliki plafon cukup rendah dengan lebar
yang sempit, monitor speaker dapat diletakkan tergantung pada plafon panggung bagian depan
menghadap ke arah pemain.

Dalam situasi yang memungkinkan, peletakan speaker secara terpusat lebih dianjurkan ketimbang
peletakan menyebar, sebab peletakan ini akan membawa pendengar pada suasana yang lebih nyata.
Yang perlu diperhatikan saat menggunakan rangkaian sound system adalah memeriksa peralatan
tersebut sebelum digunakan untuk kegiatan yang sesungguhnya. Pemeriksaan meliputi memastikan
peletakan mikrofon berada diluar pola jangkau speaker, sehingga bwyi feedback yang amat
mengganggu jalannya aktivitas dapat dihindari.
Pada penggunaan sistem perkuatan bunyi buatan untuk suara manusia saja (tanpa bunyi tambahan,
misalnya: musik), seperti untuk pidato, tidak diperlukan speaker ganda yang terdiri dari tvveeter dan
woo.fer.Ini sengaia dimaksudkan untuk alasan penghematan, sebab, suara manusia umumnya tidak
berada pada kelompok frekuensi rendah (tidak berada di bawah 63 Hz).

Soa-l

1.
2.

latihan

Kapankah sebuah ruangan membutuhkan sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi buatan?

Apa saja yang menjadi rangkaian peralatan untuk sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi
secara buatan?

3.
4.

L-

Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi kualitas input melalui mikrofon!


Jenis peletakan loud speaker semacam apa yang ideal untuk ruangan dengan ketinggian plafon
mencapai 10 meter?

gp 6L

=uu{ndunt

gP69=

0l-61=
0I8ol0l-gp6l=
tol 0I -

u"lndunl
gJ =

lE88uu gJ

:ge,t\?[

",

uup qung

o, ,unr"otl'rti'rrf-t

iffijffiif

.z

gpSg=

t'0'0I +8L=
S3ol0I+gp8l=
u 3o1 91 *

Iz3Sunt

gJ =

w{ndunt

BI
:q?.4Aef

,nrnu*nrgJ
f,

gp 8t ue{J?nle8ueur

Surseru-Surseur

uelefuelrq

'g rolu;eue8 r1elurnl rnq?telrq .I

z svg

'**' ul"T;1;',?Y;=':,

:qe'r?r

iz7 ue1e.{uu1rq
ztunlB I e-}I' t'E=tI
u oz -zr
u 9 =t.r mqptalJc .V

,(6'B)tl't' t
zunlelAl=t I.n-="a

,titv

=t
;7

rrr

u3 d

UI LL,O

:qp,/y\e[

ue1e,(ue1rq

6'8 - l

l0'0

dr Inqele{lq

_\nn_{
t =v
;y
rt

'

:gu,{\?f

lnt

Qf[ =

1tt = I

zH

lep/u-t

uu1e,(uu1rq

rnrpte{rq

'{elo e{ rur lul{ele


rn,(uep;etueg urur8ueru se8ngeg uere8uepued erepur uerulSuer Sunln Suqed uur8eg epud upureq 8ue,(
'{lrDlele ln(uep rpzfueru lrue{elu ue;ute8 pnfn,r rrep q?qnrp uep e8uqel urelep rp
Jer?s-JBrBs e,(u1nluele5
upu Eue,( uerEeq-uer8eq qelo uu4lnluelrp rur uereleC 'rele8req lrulr uurpnruel Eue,{ e8uqel Euepue8 qelo
eulrelrp uep 'e8uy1e1 urulup e{ 4nseur 'etu4e1 unep reducueru leqrueJeru 3ue,( Sueqruole8 e.(u1n[ue1eg 'erupn
edrueg lnqesrel runlpetu 'rreq-ueqes upepee{ epu4 'r,(ung Suequrole8 uelequrerad rpeLrel eSSurqes 'qefqo
rBlples Ip epe 8uu,( l3z ln)lololu-ln{e1our qn1ue,{uelll rur ueftlef;| 'rule8req 8ue,( >1efqo uup requnsreq r,(ung

.Z

.I
,.

,.

I gvfl
:

,:: r i

r:

r:::sit,rir]tsi#Wffi

,rii r::ri :rii;l:,i ittliliir;.xii*r.eriiiie+iffis{$ffi

NYHIIVf ]YOS NIYflVAAVf

t_

138

Jawaban Soal Latihan

3.

7l dB *-80 dB
75 dB
'76

dR

--=80d8

--------- -

= 79

--'

--'

93 dB ----________

dB

= 90 dB

81dB-.-.- --'
4.

oJU
E

o,
=

20

lo

70

Luas area dalam histogram adalah: 5(5 + 5 + 10 + 20 + 25 + 15


Untuk menentukan Leq perlu dilakukan penghitungan L, dan Lro.
Untuk menghitung Lro, diambil 50Vo dari data, sebagai berikut:
5(5 + 5

10

+ 20) +25x = 0,5


25x = 50

Lso = 70 dBA + 2

10 + 5 + 5) = 500

(500)

x =2
dBA = 72 dBA

Untuk menghitung L,, diambil 997o dai data, sebagai berikut:


5(5 + 5

10 + 20 + 25

15

10 + 5) + 5y

0,99 (500)

5Y=50

Lr =90dBA+4dBA=94dBA
Sehingga

L"q = Lso + 0,43 (Lr - Lr6)


= 72 dBA + 0,43 . 22 dBA,

81,46 dBA

5.

830
o

Ezo
o
;

l.i

10

J=4

' autoqarnpnus
rpeluelu zuoqtlD eJEces uulBqrueJed r{eqnSueu ndr.usur
?88urqes 'luqeq JEIoB uenduruure{ Hllr-rueru 3ue,{ qepue; rsuen>le4raq r,(unq-r(unq e,(qesur rgedes 'ueun8ueq
rnl{ruls
ue1m1e83ueur
redrues
sruel
uele
r,(unq
uelurlSunurrp
lequruJelu
e,{uuu1en1e1
'dn1nc
eIg
le8ues
'autoqtm eJeces luqrxBrelu uu{? e,(uurpues ue8uep'erepn ulnrpetu tuelep rp rele8req 8ue,(
letqo {ruun nlr
eJelueures 'punos prtdutt ruSuepueu u?)p lnqesre] Brepn qelo rdnlSuqrp 8ue,( Suero eSSurqes .e,(ure1r1as
rp urEpn e{ {nseu 'JnDlruls lrep Jenle{ t,(unq uelsnreuelu lnqesrel rnl{ruls euereJ- autoqtrr rpufueu uzle
autoqarnQnus eJeces uelEqlrrered 'dn1nc 3ue,{ setrsuelul DIIIIluaIu lnqesJel r,(unq u>Il1ey '(autoqatnlcn4s)
IJIpues nll rnDlnrls eped leqururelu ue{e Qtunos podwt) uuun8ueq Jru{ruts epud yncunu 6ue,( r,(ung

,. ii

.I
g3

t svs
'gp

,t

qelepe 1e1e;e,(seur eurrrelrp ludep qrseu 3ue,( uu8ursrgel rsnlod

1e>13ur1

i:r

ti r,

rir

ig.:H;*ffi

's

urnurs{eur ruIBg

'(wnyn) uerelndred eeru n?lu ssotJ-Dtqaz


'(lr13u-c!{ot1) sutuq-npl ndtuey :rgedes setull-nlel ngurer ueledureued 1n1un uepl'eur1r1e1 uu8ue8eprad uep
uurrrlredred qredes leutrogiul sulIAIDIe 1n1un uepl uepeq uur8eqes nele uepfre1r1es rp eeJe ueeunSSuad 'uepf
ueulnuued splrlun>l 'ue1ul ue8uurura{ :qelepe ue8ursrqel uullelSurueru ludep Suef uelel ryyrseds ue?puo),I

'.I
'(

ue1n1urued

>1n1un

redecueur ledep

r uupf

ue8ursrqe>1 1e13uq

eleur

e,{uqseues 3ue,( ueeJepue{ qelo mplrp r ue1n1urued ue8uep uelel u41 ',( urntursleru
( ue1ruurued ue8uep ueleluelSuepes '.r ue8ursrqel le4Suq uellrseq8ueru

ueSursrqe>1le13ur1 uelgseq8ueur ue>p

Iunurls{Blfiue Blrlredrprue1n1urueduu8uepuepfqenqeS'rrEEJepue{uEtude:e1uepsrualueryeseprequnsnsrp
e(urunurn ue1n1urued nleq eue.rel ueplrp ue8ursrqal ue4elSurueru uelu mpq rqrqeleru 3uu,( uelelue1ruurue4
'uep[ uu8uep uelesa8req 8ue,( epor uep
}od1eu>1

,Z

'uos{Bpl'ureJ'Islursurl'urseu :qelepe ue8ursrqel uulpseq8ueur 3ue,( Joloureq ue?Jepue{ uer8ug

'ue8ursrqel Eluepueru letsuelod lu8uus uupfrdel Sueluedes rp uuun8ueq uulqeqe,(ueu rur usup?e)
'uuun8ueq nlnueru sesle re8eqes tnqesJel ueun8ueq ue8uep uetelepJeq uulel rudrunfip qelpsed ueun8uuq epz
uu?Iu IC 'uepf uep uelqusrdrp ledep 1epr1 uuun8ueq u?Epureqe{ uelSuepes 'rolouueq weJupue{ uuuunt8ued
u,(u1u13urueru sruel uuers{ ueun8ueq Dlnstueru ?ue,( ue8ursrqa4 pseq8ued Brueln Jequns rpelueru uepl

'I

i i !i!1::1:iEpf,#8ffiffiffi

SYfl
YIJP ZIIOL =

vsp ?'8t ' t'0 + vsp


(os.I

rl)

i.0

8'29

=
* or, _

0".,
eSSurqeg

VgP Z'I8 = YtlP Z'n + Y8lP LL =


C? =
>c (oos) ee'o =
:tn{rJeq ru8eqes 'ulep

t-I

z
zg

29 + (8 + SI + SZ + OZ+ 9I + 0I)9
'I1 Sunlrq8ueu lntufl

Imp ob66 Ilqtuu1p

Y&P g'ZL = VsP g'z + YtlP ZL = ot'L


\L= t

0Z= Ig
(oos) oo'o =

(8+(9t+SZ+02+9I+0I)S

:ln{rJeq re8eqes 'u1ep $ep obo6 Ilqtu"lp '011 Sunlrq8ueu {ntun

VgP 8'29 = vsp 8'0 + vgp zg =

osT

8'0 = x

0Z= x9z
(00S) 9,0

- x;Z + (OZ+gt+Ot)S

:ln{ueq reEeqes 'ulep uep o/0S Ilqur?1p ,0s1 tunlrq8ueu {n1ug


(1ede1)

009 = (9 + g +

gI + gZ+ OZ+9I + g1)g:qeppe

gp Zg = 061

ure:3o1srq ruelBpeerp sn-l

6tL ueqlp1 leos ueqe^ ef

140

Jawaban Soal Latihan

2.
3.

Untuk mengatasi flanking transmission dapat ditempuh tatacara: diskontinu struktur.


Diketahui rasio luasan 1:8 dan selisih insulasi material 45 dB - 25 dB = 20 dB
Menurut bagan:
1:250

1:125
1:M
1:32
1:16

Rasio EE
1:4
1:2
1:1

2:1
4:1
8:

o 5 @ rs zo 25 30 35 40 45

50

55

60

DB

NILAI INSULASI YANG HILANG (untuk dikurangkan pada insulasi dinding)

Nilai insulasi yang hilang adalah l0 dB, sehingga nilai insulasi kombinasi

adalah

45dB-10d8=35dB

4.

Diketahui rasio luasan


Menurut bagan:

l:2

dan insulasi kombinasi 30 dB

1:250
1:125

1:il
1:T.
1:16

Rasio

1:8
1:4

1:1

2:1
4:1
8:1

10 15@

25 30 35 40 45 50 55 60

DB

NILAI tNSULASI YANG HILANG (untuk dikurangkan pada insulasi dinding)

Bila insulasi material tebal 50 dB dan insulasi kombinasi 30 dB, maka nilai insulasi yang hilang adalah
20 dB.
Bagan menunjukkan bahwa titik pertemuan antara rasio 1:2 dan insulasi hilang 20 dB adalah pada
kurva selisih 25 dB. Oleh karena itu tingkat insulasi material tembus pandang adalah 50 dB - 25 dB =
25 dB

lu

t*r, rul
I I
:tn{rreg re8eqes uuryeqrue8rp ledep leos epud

uuupeey .t

ue8g uep eouer,t&e-I BInLuJod ue8uep ue8unlrq8ued eruluu gp 8 r{rsrlss ?p? Jeseq sr.le8 eleces uie,(u.re1
'g;p ZZ qqppe qelorsdrp 8ue,( erens rs{npar e,rqeq ue{nurele>Ilp ue8eq rn1ule6
(zp) rsuenlerS
0008

000t

000t

009
9Z'A

'.

#.-'
$

t/,

fJ
0

o
o

E
a.

rl

/_

-/

*+

-7w1

ozo
720

-zt "

(1ee; uenles ueleunSSueur

t!

9'6_
n9

uEAg) L'9 =

uuiE elnru:og JnJnueur uJeluetues

"H

zu/N

0l '

ar gp
0
=
=
=

'0[

6911 3o1

gi

E9'02 30t 0I
lll=t'--;-=^

.reiiurr{ssre'o=ffi=z

t'0
z\) (t

u'ii='
Y

:n1te,( 'eueq.Iepes

8ue( reledrp ecuoJ,{\E'I Elnlurod e{Elu 'U < O

BueJeX
:qe,^aeI

6ue8g uup eJuer,ru'I elnuiJod lnJnue[r eJuns rslnpeJ ue>p,(ue4cl

laaJ8=w9'Z=H
laaJ8t=tugl-O
leel
9'6=1lr=U
= "/
,tz - n rnq?le{rc
zH 0001

$plu)

'z

u?Jn{n/rsuerulp .
rsrsodTuelelelod .

IULToIUIU

'lielepe rautDq nele Suepg8ued uelrseqraqel Sunlnpueu 8uu(

:o11eg .t

s svs

142

Jawaban Soal Latihan

o = tr5'+(1,2)2= 5,14
,.b=r2'+(0.7)'=2.11

* 10,5f =t,oz

= 1F

Sehingga:

5 =a+b+c

= 5,14 + 2,11

7,02

= 0,23
Dengan 6 = 0,23, menurut bagan reduksi BRE/CIRIA, reduksi bunyinya adalah sekitar 12 dBA.
Reduksi

dB(A)
Zona setel ah barriel

-15

-'t0

-5
0

0 0,23 0,S

0,5

1,5

Path difference 6 (metefl

5=a+b-c

BAB 6
1.

Diketahui dimensi mangan (3 x 4 x 3) m3


Koefisien serap untuk masing-masing elemen pembentuk ruang dan luasnya masing-masing:
(a0 x 0,02) + (1,6 x 0,10) + (0,4 x 0,01) + (12x0,05) + (12 x 0,01) = 66
SPL = 70 dB

r=7m

Ditanyakan PWL?
Jawab:

=
"-

_ (40x 0.02)+(1,6x 0,10)+(0,4x

0,01)

+(l2x 0,05)+(12x

0,01)

u=W=0,026
D-66.0.026 .
r(=
l_0,026
PWL

,
t-

70

=67.71

tolog[----]- . -:--1
7o -lotog
- '"'""
67'74 =
L+ ' 3'14 'i
)

0.13

70

-(-8.9)

i8.9 dB

Ditanyakan reverberation time (r)?

0.16.5000
(5000x0,03)+(600x0,04)+ (100x0,7)+(70x0,4) +(300x0,3) +(300x0,1) + (400x0,3) +(450x0,46)

, = ffiH = r.8r7 detik

A\o'7/.

l-'Eun38ued qeJe e{ uurue,(u 8uern1 Suupued lnpns ue4edupueru Suef uoluoued geluel epud
uer8eg upe 'r8esred ludrue lnlueqraq e,(uru1ue1 upq eSSurqes 'o961 Surseur-Eurs?u Jeseqes 3un33ued ueuel
u11 8un[n u?p pepl lnpns reseg usp eledel uelSuqerueru uduel ueue{ e{ uep lrp{ e{ plol ogt Jeseqes ?rsnueu
Suepuud tnpns uuseleqrelel e.{uepu eueru{ Bpn{ Iedel ruedes rptu?l {ruueq p{llrueru e,{quepr unuoupnv 'n
'ue8uenr srdeled uuqeq rselryrseds u.(urluu8rp rgereg deres uersrJeo{ uuqeqruad 'Wqn1p snreq 3uuru srdeled
ueqeq deres uelslJeo{ 'qeqrueq {upD 8ueru ueelmured uesenl BIrq e{Bur'3ueru srdeled ueqeq dzres uersrgeol
r 8ueru lnluequred uuelnuued suny 3 uep qeloredrp y euere) 'quqrueq sruer{ y'epegreq 3ue,( I uelpsuqSueur
1ruun u8Eulqes 'qBqrueq {Bplt^ eryw 'Wqruaq rypl1 unuotrpne rsuerurp eIq'(9I) ueeuresred uueurreEeqe5 'E
'u?]nq?s

{nqusreq qelo-qeloes 8ue,( r,(ung qellnqurp ?{eur 'u{ue{as InJunur {eprl ueynluud r(unq uue.rel rpuftet rur p11
'r,{unq ueselefleppe{ ueTpqDletueru uelu qeges {Ilsrul? lec?, uu{lnquJluerr ue{p (or1ca)epunyq uelntuurrrad 'Z
uu{etdrcrp

Aue K

(awu

uotwtaqtaot)

Sun?uap

'lnqesJel ue8ueru
lnlueqrued ueruele qelo
nl{E.r qelo uelnluelrp le8ues urnuolrpnu qenqes Ttsn{p s?tqen) ' I
.,.

IIA
sP
SP

I'99-

6'6I

SP gL

i:.iin;i;iiti{+gdffi

SYS

= z'fi

gP I'99 =

(tZt

flot

I9'0'0I+0S
00S 8ot)

GZttOO)

0t + 0S =
+ 0S = UN

3o1 91

:qe^luf
6211 uele(ue1rq

sP
sulqs
leaJerenbs

tzl

9t =

IlI

009 = z,

= ,ut zl = s
ap 0s = .IJ rnqele{rc

,g

gp9=

9'0'0I=
(OOt 3ot -

g6y

Eo1

(ootroot)

) 91 =

3o1 91

651

:qsldef
ig1,1 ue1e.(ue1r6
ulqes
urqes

00t = z,
00I = I,

mqele{lc

.s

Eueqnl 3ue1e1eq rp e88uor erunlo^ .


Sueqny

ueurulepel .

8ueqn1 eere

uuwnl .
ro11eg

:qelepe zlloqurleH roleuoseJ uulrs?qreqe{ rqruetuedureru 3ue,(

.n

f/aC

IIrePlt'l=ffi=t
(gt'O x OOt) + (t'O x e'gZg) + (S'O x E'gZg) + (ZO'O x q'ZOS) +
.
zw 9'9209 = g z(0O .

(eO'O

nt'|.

S'0

OZg)

_,
=i

alunlo^

:tnlrreq reEeqes quppe uu8uenr4reunEueq es1e15

wl

.t

ueqlle1 leos ueqeiler

144

Jawaban Soal Latihan

BAB 8
1

4.

Dua hal yang menjadi kunci keberhasilan studio adalah: pengendalian kebisingan dan kualitas pelapis ruangan.

Prinsip akustik yang dapat diterapkan untuk mengatasi kebisingan di studio adalah memutus perambatan bunyi
dengan struktur ganda, seperti pada lantai, dinding dan plafon.
Studio umumnya tidak membutuhkan pemantulan bunyi di dalam ruang, karena tidak adanya penonton yang
perlu mendapat sebaran bunyi. Lagipula, aktivitas di dalam studio umumnya dilakukan menggunakan peralatan
listrik. Kebutuhan akan pantulan bunyi yang dapat memberikan nuansa lebih hidup pada bunyi (seperti untuk
suara manusia) sebaiknya dihasilkan dengan peralatan bantu (meja nrxer) sehingga lebih dapat dikontrol dan
disesuaikan dengan kebutuhan orang per orang.
Pintu studio adalah titik rawan perambatan bunyi. sehingga perlu dirancang sebagai pintu ganda dengan ruang
antara yang mencukupi, agar ketika pintu pertama dibuka, pinfu yang lain masih dalam keadaan tertutup untuk
meminimalkan perambatan bunyi.

BAB 9
L

Kunci utama pengendalian permasalahan kebisingan pada bangunan publik adalah pembagian zone antara

2.

Pemantulan berulang (flutter echoes atau standing waves) pada koridor atau lorong dapat dikurangi dengan:
merancang dinding koridor/lorong agar tidak persis sejajar, melapisi elemen koridor dengan bahan berkoefisien
serap tinggi atau melapisi elemen koridor dengan bahan bersrfat dffis.

area yang menghasilkan kebisingan dan area yang membutuhkan ketenangan.

-1.

Pada bangunan sekolah, idealnya ruang-ruang kelas terletak lebih rendah dari lapangan atau area aktivitas

4.

outdoor larnr.ya.
Layout ideal rumah tinggal untuk pengendalian kebisingan sekaligus memperlancar terjadinya pertukaran udara
adalah bentuk "L".

P.*P-

1.

Pengendalian kebisingan bangunan di tepi jalan pada negara berkembang seperti Indonesia lebih sederhana
daripada di negara maju karena kendaraan bermotor yang lalu-lalang di jalan umumnya berupa sepeda motor
atau jenis kendaraan bermotor lain dengan kapasitas mesin (cc) kecil. sehingga tidak terlalu menghasilkan
getaran, berhubung spektrum bunyinya berfrekuensi tinggi. Oleh karenanya, bangunan cukup dirancang untuk
mengatasi perambatan bunyi saja, tidak perlu sampai untuk menahan getaran.

2.

3.

Hal-hal yang dapat ditempuh untuk mengendalikan permasalahan kebisingan pada bangunan di Indonesia dengan
sistem akustika luar ruangan adalah: penataan layout bangunan dan peletakan sound barier dengan posisi lebih
dekat ke jalan (ideal) atau lebih dekat ke bangunan (altematif berikutnya), serta dengan ketinggian tertentu yang
masih memungkinkan te{adinya aliran udara untuk berlangsungnya ventilasi alamiah dalam bangunan.
Hal-hal yang dapat ditempuh untuk mengendalikan permasalahan kebisingan pada bangunan di Indonesia
dengan sistem akustika pada ruangan dan dalam ruangan adalah: penggunaan material kombinasi yang
menghasilkan tingkat insulasi maksimal, peletakan lubang ventilasi yang tidak menghadap langsung kebisingan.
serta pemakaian material pelapis ruang yang menghasilkan kualitas akustik sebagaimana diperlukan (apakah
untuk memantulkan atau menyerap).

4.

Secara teoritis sound

BAB
1.

2.

h\*---

to

barrierhanya mampu menahan kebisingan maksimal sebesar 23 dBA.

11

Sebuah ruangan membutuhkan sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi buatan bila: kualitas akustik
alamiah dalam ruangan buruk (misalnya muncul banyak cacat akustik, seperti echo, penyebaran bunyi tidak
merata, dan lainJain) dan ruangan dengan kapasitas pemakai di atas 500 orang.
Rangkaian peralatan untuk sistem perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi secara buatan secara umum terdiri
dai: input (dapat berupa bunyi langsung melalui mikrofon atau bunyi tak langsung dat', player), kontrol (anplifier dan equalizer) dan output (loud speaker).
Kualitas input melaluimikrofon dipengaruhi oleh:jenis mikrofon, peletakan mikrofon, dan peralatan tambahan
yang dipasang menyertai mikrofon.
Peletakan loud speaker yang ideal untuk ruangan setinggi 10 meter adalah peletakan terpusat.

qepueJ Isuon{e{Jeq L{ung dere,(ueur


1n1un Suusedrp Sued ruseq dnlnc rsueurp tuplep uurequel {queq ruelep ueqeq
uelup;ed ue>lqepue8ueurTueluelulueur 3ue,( Suero
astou 'srt?Bul eseq?g uep Irqruelp l{epuaqe{rp {upu 3ue,( rfunq
r.{unq requrns qnqes IJBp 1e33un1 t,(unq
{eler nele q?lo, epu {uplr 'led?r uup rseq
rr(unq ueuuleued
e8u11e1 epud Sun8uepueur r.(unq edrueg e8uqel 1o1u,(ued
Suenr-8uenr nule ueun8ueq {elal slBl
snleq n{u>1 uudzd-uuded IJp tenqrel 3ue,( re1ue1
Suenr uulersp ?np eJelue Ip {queqJel 3ue,{ Euoroy
Dppueqa{rp {"pp 8ue,( l?z

Ieu3d

roleredg
SION

ouow
JISEW

auoJ

snllulJ

yota1
aganbnd w1ue1
Jopuo)

rselosl

uep Jenl e{ ur?Fp rrep qnrz8ued u,(urpefrel Irc{es sllr?s rselsqlueu Inlun sqesn
e(u{Ileqes uep tuelep e{ ftnl rrep qrue8ued u?perelu {nlun eq?sn
u313n{e{
ruueuel elnurroJ ueleun8tueu uu?uep ue8unlrqtued
sesord rnluleu qeleles 'e1Eue 1e,(ueq Irep qeloredrp 3uu,( 1e33unt e13ue
etues 8uu,( ueq?q rJ?p tenqrel
ue8ueteq {ntueq ul?lep ?1ep/uern{ntued pseq uuruqrueSSued u:ec
snsnql ureces rf,unq
uelruBuepueur nele e8u11q rtunpuyleur 1n1un re>1edrp 'e1ede1 sele uer8eq Inleleru
uEuEI uep ur1 e?ut1e1 erelue Sunqnq8uad uetuep e8u11e1 epud Suesedrp 3ue.( tep
urnululu uep runuls{Errr
ue3uedulrs uepnln,rued te8eqas qequel uup lecund rtndrleul 3ue,{ Sueqruole8
Sunei uep urcl eruuu 'lqIuBI dnlnc 8ue,( uulnlueured leqDle lnJunu 8ue,( r.(unq
lequrul dn>1nc Bue,( uulnlueured teqqe InJunIu 3ue,( r,(unq
1r1ap deltes Suequole8 nele ue:elnd qelurnf
Jn{ruel 8ue,( nlensas e,(uun:nt11teu er{Itueulp
uelqepurdrp4.luqnrp iedep
ueun8ueq ludurer

rsruluI

nlens e(u>lnseru
e,(uryIeqas

e3ur1e1 Sunpuryed

1e1e

Euntuepreq rfunq uulltsuqSuaur


1nlun ueleldrcrp ele8uas 8ue.{ reseq rsueulpJeq lue)teJ olpnls eped lnpns
rru ue8uznqured uernles
srueueru {Ppll tenqlp ele8ues
Pqal x reqel x Suelued uunln
rcqa^ueur
tedec le8ues 1p?fuel 8ue.( uelnlueured leqlle Incunur 8uu,{ l,(unq
rololuJeq uurepue{ urseru setrsedel rn4n8ueru 1n];n 'J!qn) raQruttual
r,(unq SuuquroleB e,(ulequrureru Eueleq8ued reBeqes unEueqrp 8uu.( seleg Sueprq
nles rulupl sete rp Bpereq Bue,{ urnr.roltpn urcPp uo}uoued {npnp leduel rcluel
uoluoued

rsBInsuI
s?lISUeluI
s>lepul

ueSoruog
urerSolsrg

auoqdpoag
luprosnurs Suequroleg

eIuec
Suneg
ISUen{eJC

Is?n]{nlc
Isqrs{al{
p?s?d

uolQatotd trtg

auot(I
AS?UIEIC

nurluo{sr(I
rsueturc
SNJIC

EunBueq

tf,

tautog
uo{lBg
IunrJolrpnv

{psn1y
rs?lnun{v

nllerrr e,(uuep freq Surrres Is?J]uesuo{ e,(u1e13urueur

eIrlsn)IV

uep r[e,(ued e,{uepe rlndrleur 8ue,( ereoe nlens uu1ere88ue1e,(ueur ledural Suenr
r,{unq e.(uueled uup surel
ue14nlunueur 8ue.( r,{unq Suequrole8 IJep runtulurru uep runursrytu ue8uedurrs
uendtuuu,rel suDI {ltl nulu selug
ereres I,{unq uetuep uu8unqnq.req Eue,{ pq unrues
(ryu1e17rroe1) uenrrlte>l

4eq 3uu( r.(unq sulrgenl rudecuetu Iuep ereJ?lel net IsIJa]?u 'uulelered

opnllldury
SuequrY

ISYION NIV(I ruYsofc


9Vt

i
I

146

Akustika Bangunan

Permanen
Rasio
Resonansi

=
=
=

Reduksi
Rigid
Sahih
Selimut akustik
Stereo

=
=
=
=

set

alat elektronik untuk medengarkan radio dan memutar kaset yang memiliki
kemampuan meghasilkan bunyi stereo lengkap dalam satu alat saia
bunyi yang memiliki frekuensi di bawah ambang batas kemampuan dengar manusia

Stereo

Bunyi

infrasonik

Bunyi

ultrasonik

Transmisi
Zona./zoning
A

a
a

=
=

tidak mudah diubah/dipindahkan


perbandingan
fenomena ikut bergetarnya suatu objek karena memiliki frekuensi yang sama ata
hampir sama dengan objek sumber yang bergetar
pengurangan atau penurunan
keras dan kaku

valid
bahan lunak yang dipergunakan untuk meredam bunyi
kesan/sensasi bunyi yang seolah datang dari beberapa sumber meski sebenarnya
berasal dari sebuah sumber bunyi

(< 20 Hz)
bunyi yang memiliki frekuensi di atas ambang batas kemampuan dengar manusia
(> 20.000 Hz)
menerusnya energi gelombang bunyi
pembagian area menurut peruntukan atau fungsi aktivitas tertentu

total absorpsi dari masing-masing permukaan bidang batas ruangan (m2), yaitu E (luas permukaan
x koefisien absorpsi).
luasan area lubang (m2)
rata-rata koefisien absorpsi dari semua material pembentuk ruang (rata-rata ini dihitung denganjalan
menghitung masing-masing koefisien absorpsi dikalikan luasan bahan dengan koefisien tersebut,
dijumlahkan keseluruhan dan dibagi dengan total luasan pembentuk ruang)
jarak antara baruier dan pendengar
kedalaman lubang (m)
selisih jarak tempuh bunyi asli dan pantulan (m)
frekuensi (Hz)

D
d
=
d
=
f
=
I
- panjang gelombang (m)
tr
= konstanta (3,14)
H
= ketinggian sumber terhadap ujung atas barrier
I
= intensitas bunyi pada jarak (r) dari sumber bunyi (Watt/m2)
[
= tingkat kekuatan bunyi (dB)
m
= massa panel (kg/m2)
P
= daya atau kekuatan sumber bunyi (Watt)
p
= tekanan bunyi (Pa)
r
= kerapatan material (kg/m3)
P
= tekanan dalam Pa atau bars (1 Pa = 10 mbars)
Po = tekanan acuan (20 mPa)
SPL = sound pressure level (dB)
PWL = sound power level (dB)
NR = noise reduction (dB)
R
- jarak dari sumber ke barrier
R
= konstanta ruangan (m2)
r
= jarak dari sumber ke pendengar
S
= total kemampuan serap elemen pembentuk ruang
TL = transmission loss yang dimiliki bidang batas antara dua ruangan
|
= waktu dengung (detik)
V
= volume ruangan (m3)
y
= kecepatan rambat (m/det)

(dB)

gJI 'e{lslc llu{eJ ,ylsnTy

uernln8ued rrrelBp x'I u?p b3v'I ue;n1n8ue4

puotsDN tDutwas Sutpaacot4 ,uetun18ur1 ueSursrge;E 1e1Eur;


epo1e141

uueunt8ued '966I 'o-1un11"g lFrs uep ,1g nurr.16 ,ttue,(In

'::::3;I1',#rJT jil?',:;:i:,i,:';;,;:::::::;\J,,,,,;;#i;1,J#
uopuo'I 'sserd I?rucelrqcrv aqJ 'u8rcaq )USno)V.tg6l .srepunus .G pue .q .uo1e1due1
pue (e1t16 uqol 'qnfn1 rcrpe 's?utpltng

-qsllqnd lBcrrueqJ'(uSrseq crtsnocy)

nl
I

epBueJ 'suos

Uaudmbg ptcu1ca1g puo lo)tuotpary.9g6I .ryp ,uluefueg

elunlo^

'ptruo)

asroN

{ro

''o3

.ure1g

Eur

^reN
pu? uSrsaq 2!$no)v '[16l .leeqcrhtr,reSuqleg
.t
,walqord

ruloelcols 'qcruese; 3ury1rng roJ lrcunoJ gsrpe^\S erunlo1


qjpaH )llqnd D so
asrcN uo ssat8uoS louoqDuojul qtg a4t{o s?ugpaacot4,,,ssol 3uuue11 pernpul esroN,, ,I66I .1.g4 ,uoss1r1q
uopuo'I 'sserd I?rnlcelllcry 'uou)npa[ asrcN n{ u8rsaq ,996I ,.Sl ,erootr l
uopuo.I 'sserd I?rucqrqcrv 'uoqrpe puoxes')usnocv poog to! u?tsaq ,Lgil ,.Al .eroory
VSn "cul IIrH-^\urCcIAI 'wanig pttuoJ loruawuoltAu7,e66I ,relln{ .erooI I
p)tpDt1 ,166I .tuoJ ,reus{
rrrepretsuv 'Suueeur8ug orpny Jo loor4cg 'sanbruqral oryruS

',*o8selg 'ep,(lcqte',tg
,(tlsre^lufl
asloN puv rat,W aeq)lttod o, ,riT
'uoltDuasslp
(Jt4d,uownpa|
Jo
,e{rlsgrpehi
Q7otn1o11 to{ suotln1og uBrsaq,ggg7..A.J

-lay qtlu uo18ay plunH rcH V uI sasnoH papruuaA

uopuoT 'upllrucel 'uorlrpe pnq'siutp1mg m aouatrs lDuawuortlug,2661 .lppue1 ,uellnl/{rl4l

gII

'u{lslJ Iru){al

'?rrsnryv puolsDN

-tDutwas Surpaacot4'uuuDlnued ue8unlSurl 1nlun ue8ursrqe) Jppupts uep uptntuJed .S66I .ue,r\zrg .rJln-I

{ro

rreN 'suos puu .(e1r16 u\ol'(patryuy n{ spoqta|tl u7tsaq) ?utry7ry '3ut1oo2 'SuuoaH'166I 'ueqroN .rauqcel
uopuol "p]'I sreqsllqnd esuelrs peqddy'rllsnorv ptnpatnptv' Lg6l'elJuy'ecuer,r?.I
te'H.o,reEreqs8rueoy

erpul',{equrog'ueru8uol lueug'3utp1mg puo Sursnog TDcrdotl{o

pnuoyg'tLil'p

eue1e,(3o1 'refeled e{Elsnd 'rntlnrtsu{ul ese,(e>1e5 uep ueualeuehl ,002 ,.I ueqo5 .equopo)
Sn 'lucruqceJ re.&oC 'lleqrrel euerc pw sgeqod uqol ,(q petrpe

'tuaauott^ug lryng ary ut

prjuo) asloN'*vorterqr^

esroN ptueuruorr^u3.. .6961/gg6l

teurn;169

pue uoqeerd

)fl 'retsecu?.I 'uorlrnitsuo3 dLW 'spuafiW Surpltng lo sautadot4 ,nL6I ,.tH,eBpIrpIA


urloq>lcols 'qcreese; Eurpgng roJ Irruno3 qsrpar S .g eurnlo1 .uaqord q1paH
rtlqnd
o
sD
asloN
uo
ssat?uoS
aqt{o
s?urpaacot4,,,000Z
ree1 eql te esroN,, ,066I ,.>I .perplg
lDuottDuraruI
qtg
,{esre1-me51 ''cul
ptryrajlq)tv ur sldacuo3 ,9L61 ,V^eq.yq ,ue8g
IleH-errtuetd')usnocv
)n 'sserd uoueS:e4 'a1doa4 puo s?utppng .aspN .LL6l <.I.(l .eruoorJ
{.ro1,,tleN'suos pue,(e116 uqol 'uounilod asoN pruawuort^ug.LL6I

.{

{cr4ed ?ruunqJ

uopuo'I 'uod5
'ailDotd puo fuoaq1 :lottuoJ asrol1 Suuaau!?ug ,966I ,uesusH .H .l pue .V.( .selg
51gryg
'errqsueq8uqcng 'sse;4 .ftrsrelru61 uedg et4l'ruauawqv asloN ,ZL6l ,rlt."S1 ,q8noroqueuy

)fI

gJI 'e>IIslC {ru{eJ '14s,?{V lDuotsoN nutwag 8ur


-paasotd'uereBuepue4 uunSSuug eped ueuslrelrred uep rSolorslg ruoleuv '9661 'ruee-I8Euv uuleu ,ueqsn8y
1n'uoday VIAIJ puo AUg'.,seuroH roJ lortuoJ punos,,
ruepretsuv'Suyaau8ug olpny {o poWS .qe\n>l teqlq,S661
uopuo.J'acrgg .&euortu1s s.{tsefe14l

reH 'ecrIIO qsledl tueuruorr^ug eql

;o

lueurlredeq .asrc71 cyffot1 pooy

Z'oN Islpg 'auDoBDW

to uotruU)fD
no[y puo pnq.1OOZ

. : ii :i

"' t'it

i : i :tt:;:; aii.i

i;a!, ri

ii; ii*1]FE?;;#ffi
Ce$.tfft:rti*XrS+tfeH.ffi]ffi

YXYISOd
LVL

INDEKS
tt r" r r

ffi&tr;qtr.

absorpsi
acoustic

frekuensi 6
gelombang 6

50

tile

108

perambatan 3. 4.

histogram kebisingan 31

noise 24,30
amplifier 132
anechoic chamber 113

spektrum

arah perambatan

bunyi

tekanan

warna

live

Hertz, Hz 6,7
hotel 118
difus 118

24

10

ruang kebisingan 118


ruang servis 118

coincident pair.

dead

10'7

107

XY

132

condensermicrophone 129

impact sound 46

cubicle

infrasonik
insulasi 50

115

asal kebisingan bangunan 45


daya sumber bunyi 9
desk analyser 14

auditorium 9l
akustika dalam ruangan 93
akustika luar ruangan 92

difraksi

difusi

bias

dinamis 131
dinding 96,99

dinding 92,96,99
echo

kemampuan

86, 118,

melihat

panggung
rumah

baris

98

ketidakjelasanbunyi

99

raya 35, 36
faktor 38

kebisingan 45,126
jarak

sakit
50

area

107

maksimal

119

drainase 119
dynamic microphone

129

studio
protection 19,33,49,

pantul

ekuivalen

plafon 96, 98, 108


ruang 93

equal loudness level contour 12


equalizer 132
equivalent index 30

bunyi

proximity

121

130

sumber

30

noise 24, 115

balkon 97.

101

asal kebisingan 45
penerima kebisingan 45
rancangan akustik 126

selubung

124

haris

jumlah ideal kursi 98


barrier 66,123,126

kantor

11

toleransikebisingan 27
flanking transmission 47, 50

Fletcher-Munson 12
flutter echoes 50,'79,86, 96, 118, 125
frekuensi 6,'7, 24, 66
rendah, sedang.

spektrum

tinggi

gangguan kebisingan 27

bunyi

gelombang
12

98

115

latar belakang

akustikal, non-akustikal 27
kebisingan jalan 39

bals 10
bias 96
bobot

bunyi 30
baris

ideal kursi per

background noise. kebisingan

100

tingkat kebisingan

bangunan

110

jenis perambatan kebisingan 46


iumlah

faktor
background

97

selisih tempuh bunyi 100


jarak sumber bunyi 9
terhadap barrier 66
jendela 124

ear

efek

98

barrier terhadap pendengar 66

lantai 92, 95, 97, 98, 107


panggung arerla 93,94

selisih jarak tempuh

baris

antar

92

ketidaknyamananvisual 95

96
perbedaan ketinggian 95, 98

91

jalan

125

96

diskontinu
dead

96

kenyamananaudio-visual 96

fleksibel

interior

wall

99

jarak antar baris 98


jarak maksimal 97
jumlah ideal kursi per

bunyi 9, 10, 11

intensitas

area penonton 96
ganda, doubled

reverberation 99

85

balkon 97, 101


96

19

Helmholtz resonator 84

selisih jarak tempuh 100

area

14

headphone

kecepatan

ambient

analyser

hand held

rambat 'l
kekuatan 6,8

airbome sound 46
alat ukur kekuatan bunyi 14
aliran udara 124
ambang batas pendengaran 10

3,4,6,48

glass-wool 50, 107,

109

cubicle

115

115

pintu 115
zone 115
kebisingan 23,2'7
akustikal. non-akustikal
asal bangunan 45
bangunan penerima 45

industri/pabrik 33
raya 35.45. 126
mengatasi 28, 122
mengukur 28,126

jalan

pengendalian 104
perambatan 46

ruarg

118

2'7

/
9'

eruoqriu
punos

il
il

6n

pftoquos

r.(unq uelen{a{

IE

ruurSolsrq

res.(lEu" pleq pueq


res.(luuP lsep

nl

tv'rt'82'vt

hrrs

e8urlel selr^rlrsues

srlelsrues
II
VZI ueun8rleq Sunqnles
qndtuel luref qrsrlas
lpsn)Ie lmurlos

661 t[unq

98

66

LZ

elepua{

erseuopul

unrperu

qer

r(unq uuluqrue;ad

0g I ,ftrutxord 1e;e
ItI '6Zl crueufp
6ZI resuopuos
6Zl uoJoDlrru

LZ
ga

;nlnEueul

tl
lU

'9

1,rtr15 ue>1eun83ueru

zz1

tr

uo1orlrru ueWtalad
g; :noq lead

iurqLuolai Suelued

r,(unq ueleqruured

gV

L6

fltrurxord

tZ
LZ,'nZ

tU
ZtI

epueS

looplno

ueun8ueq Sunqnles
gzl roopur

ial'BZ

ue8ursrqel rsele8ueur
sesord
ru8uepueru

uelntucruad

uiurlar iunpurlrd
tr':snfuat
lr)1ruoru

ue8ursrqel
unrpour

reqa.iuau

raleads uulmaled

99 'L

Is{e{er

Suu8rsepe:

ZZI

{psnl"

0l

Ju8uepueur sasoJd
srsnce,{qserd

8I

g0I
96

roluel

uee{elsndred

0I uoJoDlrrr uedu13ue1.red
0l uureleS uupe;ed
t xepur elqueo;ed
8II '86'S6
uer88uge1
r,(unq
ueepeqrad

r,(unq uulrerue,(ueru
ue8ursrqel 1e13uri
uuBursrqol

97,1 rrqle

rc1ue1 uereseleiuad

6I I Suenr ueqestuad
66 erua8'oqca'epunl
uouereqJe^er'3uniuap

L0l

6n'$'61

tt I
I
gt

t1

3uuru

rsuEuoser

t33up'Suepes 'qepuel

Lg

87,

LZ ue8ursrqel uernle:ad
gV uu8ursrqa>1 ueleqruu:ed
,,
g
I6

ue8ursrqel rsnlod lnfunuad


0l I uulenq ueerepn3uad
ue8ursrqel ueqepue3uad

nU

L01

OZI F38uB qeurru


6II 8ueru uequsrurad
6II Surpurp u?p rctul
zzl '6Il lplss qEIUnr
g0I rolsredo
t6 rrnrrotrpnB

BV'6

16 Plnqrel
L6 untuarso:d
s6 rEluEl
16 papuatYe
96 Surpurp
16 u3rE

rsfuosgu uersrJeo{ eteJ-eleJ


uuunSuuq ue8uuouul
u?Suecuer

uuun8ueq

Ig ueelnuued sunl
0l t rsulque,r 8ueqn1
7 purpnlSuol
l0l uere e^rl
EZ ue8unq8uq
ZA 1no.tu1
0 3ue1e1eq reluy
L}I orpnts
6l I lrlEs q?rxru
I6 uulesele,(ued
96 3un33ued
86 Suurur
L1I'26 upuuS

(IiEls
It I
sltPlsruras
It I
M srruPurp
Ztl _\y 'rIEd ruaprfuro.-.
at I :rlelas 'gy

6Zl suoqdo:crur uoqqrr


9Zl'66 uorlEraqre^el
lI uelnlueured
3ueru lequeqs lueJeqJa^eJ
Lg Jrlsnor? ruooJ
zllor{ruloHJolsuoser

,g
1
BL
gzl

99

g6 durlreq
uotuoued eere
rslu?l

L}l '16'96

iunfiupd

LZ

La't7. JN
,Z punorSlcuq
LZ'fa Euelur
,z luelqulE
fa't(, osrou

eUOIUC asrou peua;erd


uu8ursrqel rsnlod

It

86

orpnls
3un33uud
uotuoued eere
uo;e1d
orpnts

0I I
sll
tII
001

illnuotrpnE
nlurd

Zl

uoqd
eseluesred

0
OZL

BL

unrrolBtoqel

ue8uenr tuulsuo{

LOI

gf

lBsrulu

desuo>1

rsd:osqe uersr-Ieo{

-reureq depeqrel

lequns

uer33ur1e1

s6 [?nsr^
nZ ueueure,{u1ep4e1
tZ uz3ue33ue1er1
[t rde uio;a1
0l 'L puelslu uelederel
ueueure,(ua1
96 Iensrl-orpn
tzl ,st uuErupue{
96 teqlletu uunduuuel
I uu.rruln8ued r?pupts

su1r,tr11alqns
3ue1u1eq ruley

t7. uarquu
LZ'na.tz srou
Sueqruelraq e;e8au
tryd luaplrulor reeu

9I releeds lolruor-rr
0gl ueetJspur,r
II ue14e1ed ryu1e1
IEI oerels
Ig t srtPls
srlelsrues
II
0l uedelSueped
0I uerele8 urupered
6ZI srxe uo 'srxe JJo
ZtI :rcd lueprcuroc reeu

'9

6 'g

Ol

'L

iI hi-IS
6 wrnln
rn{n teF

tI

r,(unq

luquur

uulenlll

ueledeca:1

LZ
LZ

JOIT,FT

rsrmrejol
uenSSue8 1u13urt

LZ

i
{

6VL qepul

&

150

lndeks

impact .16
intensitl' 9
level 9. l4
sound system

konsep

128
129

ventilasi
operator 109
lubang

speaker 134
menyebar 134

monitor

136

pengudaraan

terpusat

pintu

134

bunyi

10, 78

deviasi 4l

waves 50,79, 86,96, 118,

ketenggangan 24

faktor

structurebome

sound

46

suhu

studio

sumber

104
acoustic tile 108
akustika dalam ruangan 104
akustika luar ruangan 106
dead area 107

glass-wool 107, 109

jendela 110
karpet 108
karton tempat buah,/telur 108

30

toleransikebisingan 27
faktor akustikal 27
faktor non-akustikal 27

transmisi

2'7

86

treshold of

pantul

48,

78

hearing 10, 11

pain

10,

18

tumpukan kebisingan 29

getaran

kebisingan 33,45
kebisingankendaraan 36
sumber bunyi

titik

2'7

mengukur 28
tunggal, tumpukan

23

sudut datang, sudut

struktur diskontinu 50

11

gangguan

subjektivitas

nois

131

17

18

tingkat kebisingan 24

110

110

kebisingan

125

statis

buatan

tingkat
gangguan kebisingan 27

ganda 113
plafon 108
ruang 106
ruang operator 108
selimut akustik 107

24

frekuensi

standing

gangguan
ketulian

110

pintu

spektrum

standar

telinga 12, 16

pemantulan 107
pengendalian kebisingan 104

peletakan 134

SPL

tekanan bunyi 10
teknik peletakan mikrofon

107

113

lantai lO7
live area l0'7

kerja

prinsip

akustik

laboratorium

ukuran kekuatan

waktu dengung
wama

garis 5
jarak 9
jumlah

bunyi

windscreen
30

M
Badan
ProPi;Lli

zone

115

130

bunyi
81

131

Anda mungkin juga menyukai