Anda di halaman 1dari 59

TITIK TOLAK

PERJALANAN DAKWAH
HIZBUT TAHRIR

Hizbut Tahrir telah berhasil melalui tahapan


dakwahnya yang paling rawan dan fase awalnya yang
paling sulit dengan gemilang. Hizb tengah meniti
jalannya sebagai sebuah partai yang berkomitmen
untuk terjun sebagai subjek di tengah masyarakat,
sekaligus sebagai pembangkit revolusi pemikiran dan
perasaan secara menyeluruh. Hizb juga tengah berjalan
menuju titik tolak perjalanan dakwahnya (nuqthatul
inthilaq). Dengan demikian, Hizb harus menyeru umat
dan melakukan aktivitas di tengah-tengah masyarakat.
Meskipun titik tolak tersebut akan dijumpai Hizb secara
alami sesuai perjalanan dakwahnya, akan tetapi titik
tolak tersebut sangatlah rawan dan sulit serta
memerlukan usaha keras agar secara pasti dapat
menghantarkan tercapainya al inthilaq (bertolaknya
dakwah). Usaha ini sangat memerlukan kecermatan,
Nuqthatul Inthilaq 1
sebab usaha ini harus dilaksanakan dalam berbagai
macam kondisi yang ada di tengah masyarakat.
Keberhasilan Hizb melakukan usaha ini dengan
gemilang, merupakan faktor yang akan membawa Hizb
menuju tahapan nuqthatul inthilaq.
Pada tahapan ini (nuqthatul inthilaq), Hizb
akan berhadapan langsung dengan orang-orang yang
banyak berbuat zhalim, para penganut tsaqafah asing,
serta kelompok-kelompok yang menjadi kroni
penguasa. Hizb pada dasarnya tidak ingin berhadapan
dengan mereka, tidak bermaksud berkonfrontasi
dengan mereka, atau tidak menganggap mereka
sebagai musuh. Hizb sebenarnya hanya ingin
berhadapan dengan pihak penjajah yang kafir, sebab
dialah satu-satunya musuh umat.
Pada tahapan ini, Hizb juga akan berhadapan
dengan organisasi-organisasi lain dengan pelbagai
bentuk keorganisasiannya. Namun Hizb tidak ingin
berkonfrontasi dengan mereka, juga tidak
memfokuskan perhatiannya kepada mereka. Sebab
meskipun organisasi tersebut merupakan problem bagi
masyarakat, namun secara alami problem itu akan
bisa diselesaikan dengan adanya penetrasi dakwah di
tengah-tengah umat.

2 Nuqthatul Inthilaq
Pada tahapan ini, meskipun Hizb bersungguh-
sungguh melakukan usaha untuk mengembangkan
dirinya secara terus-menerus, membangun institusinya
dengan hati-hati, serta menjernihkan suasana
imannya dengan sejernih-jernihnya, namun Hizb harus
tetap melakukan 4 (empat) aktivitas dakwahnya. Hizb
harus tetap melanjutkan kegiatan berikut : 1)
pembinaan intensif, 2) pembinaan umum, 3)
mengadopsi kepentingan-kepentingan umat (tabanni
mashalih al ummah), dan 4) membongkar strategi
penjajah kepada masyarakat luas.
Agar Hizb mampu menghadapi masyarakat
dan melakukan tugas-tugas yang dipikulnya, Hizb
harus menyadari keadaan masyarakat dan memahami
berbagai situasi dan kondisi masyarakat secara
mendalam. Memahami masyarakat bukanlah tugas
pemimpin Hizb saja, melainkan menjadi tugas Hizb
secara keseluruhan. Sebab Hizb merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Bahkan lebih dari
itu, Hizb merupakan satu kesatuan pemikiran dan
perasaan yang telah mengalami kristalisasi pemikiran
dan perasaan, dikarenakan kedalamannya dalam
berpikir dan kepekaannya dalam merasakan sesuatu.

Nuqthatul Inthilaq 3
Ketika memasuki titik tolak perjalanan dakwah
(nuqthatul inthilaq), Hizb akan menghadapi hal-hal
berikut :

1. Meskipun umat Islam seluruhnya menyadari benar


bahwa mereka berada dalam kondisi yang buruk dan
membutuhkan kehadiran pemimpin yang ikhlas, penuh
kesadaran, dan mampu merasakan keadaan mereka,
namun kesadaran tersebut masih kabur dan perasaan
mereka pun masih mengambang, timbul-tenggelam.
Pemikiran umat masih lemah dan perasaan mereka
pun tidak peka. Mereka masih didominasi oleh
berbagai pemikiran dan pandangan yang campur
aduk, serta dicengkeram oleh berbagai perasaan yang
simpang-siur yang nyaris saling bertentangan satu
sama lain. Jadi umat berada pada taraf pemikiran dan
perasaan yang rendah.

2. Masyarakat di negeri-negeri Islam adalah


masyarakat yang tidak Islami. Masyarakat ini telah
dikendalikan oleh pemikiran Kapitalisme-Demokrasi,
dikuasai oleh peradaban Barat, diterapkan di
dalamnya sistem Kapitalisme-Demokrasi, serta
didominasi oleh perasaan patriotisme, nasionalisme,
4 Nuqthatul Inthilaq
dan perasaan spiritual pasturian (kultusisme). Manusia
yang hidup di dalamnya adalah orang-orang Islam,
yang memeluk Aqidah Islamiyah berdasarkan naluri
(wijdan). Dalam urusan sosialnya (hubungan pria-
wanita), mereka masih cenderung mengaturnya
dengan Islam.

3. Meskipun Dunia Islam kosong dari semua gerakan


politik, bahkan nyaris tidak ada sama sekali aktivitas
politik, namun penjajah telah meletakkan Dunia Islam
dalam situasi dan kondisi yang memunculkan
aktivitas-aktivitas yang menyerupai aktivitas politik
yang kemudian disebut aktivitas politik dan
memunculkan berbagai organisasi dengan beragam
bentuknya, yang kemudian sebagiannya disebut
organisasi politik. Inilah yang menyebabkan
masyarakat terkecoh sehingga mereka menduga
aktivitas tersebut merupakan aktivitas politik dan
organisasinya merupakan organisasi politik. Dugaan
inilah yang membuat masyarakat berada di bawah
penguasaan organisasi-organisasi tersebut. Dugaan itu
pula yang membuat mereka menjadi ajang aktivitas-
aktivitas organisasi tersebut.

Nuqthatul Inthilaq 5
4. Organisasi-organisasi yang berupa partai
sesungguhnya dapat dianggap sebagai bentuk
organisasi paling tinggi yang ada di masyarakat.
Meskipun demikian, organisasi-organisasi kepartaian
tersebut tidak mempunyai taraf pemikiran dan politik
yang lebih tinggi daripada taraf pemikiran dan politik
masyarakat. Sebab, organisasi-organisasi itu masih
hidup pada taraf yang lebih rendah daripada taraf
berpikir yang normal (at tafkir al‘adi), bahkan tidak
sampai ke taraf berpikir yang normal. Oleh karena itu,
organisasi-organisasi itu belum sampai ke taraf
organisasi partai politik dalam pengertian politik yang
sesungguhnya, bahkan belum sampai ke taraf
organisasi partai politik menurut istilah politik
kontemporer. Ini merupakan hal yang umum terjadi di
hampir seluruh negeri-negeri Islam.

5. Sesungguhnya umat belum memahami benar


pentingnya organisasi politik yang berbasis ideologi,
meskipun mereka sudah mampu merasakan
urgensinya. Sehingga, umat terbiasa dengan
organisasi-organisasi yang ada saat ini, meskipun
mereka menampakkan kemarahan terhadapnya,
merasa bosan terhadap cara-cara yang

6 Nuqthatul Inthilaq
dikembangkannya, serta tidak menaruh harapan untuk
meraih keberhasilan dari metode yang ditempuhnya.
Karena umat tidak memahami pentingnya organisasi
yang berbasis ideologi, tidak aneh jika umat secara
keseluruhan nampak terpengaruh dengan format-
format yang menonjol dalam organisasi-organisasi
tersebut. Bahkan mereka mengikuti format-format ini
dalam aktivitasnya sekalipun mereka tidak merasakan
kepuasan.

6. Format-format yang bercorak patriotisme,


nasionalisme, dan kerohanian merupakan format-
format yang menonjol dalam organisasi-organisasi
yang ada di Dunia Islam. Format-format tersebut
merupakan format yang dominan bagi seluruh bangsa
dalam tubuh umat Islam. Bahkan format-format itu
telah mencengkeram pemikiran umat secara
keseluruhan. Karena itu, banyak orang yang
perasaannya telah terpatri dalam kondisi seperti ini,
dan telah terwujud suatu kemantapan sehingga
mereka tidak tertarik dengan format yang lain.
Padahal mereka menyadari ketidakmampuan
organisasi-organisasi tersebut untuk berkarya serta
menyadari pula bahaya-bahayanya. Akibatnya, suatu
Nuqthatul Inthilaq 7
bangsa akan mempertahankan institusinya sebagai
bangsa, bukan sebagai umat Islam, meskipun mereka
tetap mempertahankan Islam dan berusaha
menjaganya dalam aspek kerohanian dan sosial
(hubungan pria-wanita).

7. Umat merupakan bahan mentah (dasar) yang akan


terformat mengikuti pemikiran yang menguasainya,
selama peraturannya tidak diterapkan atas mereka.
Umat Islam sekarang ini sedang ditarik oleh berbagai
organisasi dan pemikiran yang beragam. Padahal,
kekuatan pemikiran yang dominan mempunyai
pengaruh yang besar pada diri umat, yang bahkan
lebih kuat dibanding kekuatan apa pun. Karena itu,
umat akan tertarik pada organisasi yang mengemban
pemikiran yang sedang dominan di tengah umat.
Secara pasti, pemikiran-pemikiran ini akan
mendominasi segalanya. Akibatnya, metode organisasi
partai atau organisasi masyarakat yang dominan itulah
yang menjadi tradisi umat. Dan wajar pula, jika
aktivitas yang menjadi kebiasaan kelompok-kelompok
tersebut menjadi sesuatu yang biasa pula bagi umat.
Karena itu, umat akan selalu memenuhi ajakan yang
muncul dalam demonstrasi, protes massal, intimidasi,

8 Nuqthatul Inthilaq
serta pidato-pidato yang emosional, meskipun umat
menyadari ketumpulannya. Karena itu, umat harus
dipersiapkan sebelum melakukan tindakan.

8. Menyiapkan umat berarti menyiapkan pemikiran


dan perasaannya. Ini berarti mempengaruhi umat
untuk berpikir secara mendalam dan memerangi cara
berpikirnya yang dangkal. Juga berarti mempengaruhi
perasaannya dan menajamkan kepekaannya,
menjadikan kerinduannya untuk mengemban dakwah
Islam melebihi kerinduannya kepada yang lain, serta
menjadikan Islam sebagai satu-satunya pusat
kewaspadaannya yang alami. Ini sama halnya dengan
memerangi ketidakpedulian yang merajalela di tengah
umat, dan menggerakkan berbagai peristiwa yang
dapat menyadarkan umat dari tidurnya serta
membuang jauh-jauh ketidakpedulian dari dalam
dirinya. Semua ini mengharuskan agar tsaqafah Hizbut
Tahrir menjadi acuan serta mendominasi di tengah-
tengah masyarakat, dan mengharuskan pula agar
tsaqafah Islam secara umum menjadi satu-satunya
tsaqafah yang menguasai semua orang.

Nuqthatul Inthilaq 9
9. Menyiapkan umat untuk mengemban dakwah Islam
berarti menyiapkan umat untuk melakukan aktivitas
politik berasaskan Islam. Ini tidak mungkin terwujud
dengan sempurna, jika pemikiran-pemikiran Islam
belum dominan dan jika metode politik berdasarkan
persepsi Islam masih belum jelas dan belum
mendominasi semua jenis pemikiran yang lain. Tentu
saja hal ini mengharuskan Hizb untuk menjelaskan
pemikiran-pemikiran Islam dalam tsaqafahnya, serta
menjelaskan metode politiknya bukan hanya dengan
menjelaskan tsaqafahnya, namun juga dengan
menerapkan metode tersebut pada berbagai peristiwa
sehari-hari yang terjadi di dunia, baik yang
berhubungan dengan politik internasional maupun
politik di negeri-negeri Islam. Ini menuntut kecepatan
aktivitas politik yang terwujud nyata dalam kegiatan
mengadopsi kepentingan umat (tabanni mashalih al
ummah) serta membongkar strategi-strategi
penjajah.

10. Karena Hizb mengemban dakwah Islam sebagai


qiyadah fikriyah (aqidah/pemikiran dasar yang
memandu pandangan hidup penganutnya) yang
melahirkan peraturan kehidupan, dan menjadikan

10 Nuqthatul Inthilaq
politik sebagai satu-satunya metode untuk
mengemban dakwah, maka ada 3 (tiga) kelompok
yang secara pasti akan menghadang jalan dakwahnya,
yaitu kelompok-kelompok yang menjadi kroni
penguasa, orang-orang zhalim, serta para penganut
tsaqafah asing. Adalah merupakan strategi penjajah,
memposisikan mereka terhadap dakwah sebagai
tembok yang menghalangi jalan, dengan tujuan
memalingkan dakwah dari tujuan yang ingin dicapai,
hingga penjajah masih mempunyai waktu untuk
menjajah. Penjajah mengetahui bahwa tembok itu
tidak akan dapat menghalangi tercapainya tujuan
dakwah, namun penjajah tetap meletakkannya
semata-mata agar dapat memalingkan dakwah.
Karena itu, wajib dihindari sejauh mungkin benturan
dengan tembok penghalang ini dan juga dengan
semua tembok yang ada. Sebab, tembok-tembok
tersebut wajib digunakan untuk membangun benteng,
bukan untuk menjadi penghalang jalan. Dengan kata
lain, ketiga kelompok tersebut wajib dimanfaatkan
untuk kepentingan dakwah, atau setidaknya perlu
dipahami dan menjadi jelas bagi mereka maupun
semua pihak, bahwa ketiga kelompok itu adalah alat
penjajah kafir, sehingga dengan demikian Hizb dapat
Nuqthatul Inthilaq 11
melenyapkan pengaruhnya, jika tidak mampu
mengubah posisinya.

11. Menjauhi benturan dengan tembok atau ketiga


kelompok di atas bukan berarti tidak terjun
menghadapi mereka dalam pertempuran pemikiran.
Prinsip ini maksudnya adalah tidak terlibat dalam
benturan secara lisan maupun fisik dengan ketiga
kelompok tersebut dalam kondisi apa pun. Sedangkan
pertempuran pemikiran antara dakwah dengan
seluruh pemikiran yang lain, sudah pasti akan terjadi,
yang tidak mungkin tiada meskipun hanya sekejap.
Sebab pertempuran pemikiran itulah yang akan
menentukan nasib sekaligus menghancurkan seluruh
pemikiran yang ada.

12. Senjata satu-satunya yang dimiliki Hizb adalah


Islam. Tidak dibenarkan menggunakan senjata yang
lain. Aspek pemikiran inilah yang oleh Hizb sebagai
satu kesatuan wajib dijadikan sebagai senjata.
Sebab jika Hizb dapat membebaskan dirinya dari
realitas buruk yang ada dan mengubah berbagai
pemikiran, Hizb akan dapat mempengaruhi
masyarakat serta menarik mereka untuk memeluk
12 Nuqthatul Inthilaq
ideologi Hizb dan mendukung Hizb pada waktu yang
sama. Demikian pula, jika Hizb menghubungkan
pemikiran-pemikirannya untuk memecahkan
problem yang ada dengan peristiwa-peristiwa
keseharian yang terjadi, Hizb akan dapat
menciptakan pengaruh dalam benak masyarakat.

Sebagai contoh, tidak boleh menyamakan


Majelis Ummat dengan Parlemen, atau menyamakan
Khalifah dengan Presiden. Sebab, ini akan
menjauhkan gambaran tentang pemerintahan Islam.
Sebaliknya Hizb wajib membebaskan dirinya dari
realitas yang ada dengan menjelaskan Majelis Ummat
dan menerangkan Khilafah sebagaimana adanya
dalam hukum-hukum syara’ agar dalam benak
masyarakat muncul gambaran pemerintahan Islam.
Begitu juga tidak boleh mengadopsi ide Keadilan
Sosial maupun ide Perdamaian Dunia, atau pemikiran-
pemikiran non-Islam yang lainnya.
Contoh lain, ketika seorang muslim melihat ada
seseorang yang mengunggulkan Blok Barat ketimbang
Blok Timur dengan alasan Blok Barat adalah Ahli
Kitab, maka pandangannya harus segera diarahkan
bahwa ideologi Kapitalisme tidak identik dengan
Nuqthatul Inthilaq 13
agama Nasrani, dan bahwa Blok Barat secara
keseluruhan kehidupannya diatur oleh ideologi
Kapitalisme, bukan oleh agama Nasrani. Jadi dalam
hal ini tidak ada hubungannya dengan pembahasan
Ahli Kitab. Apabila seorang muslim melihat seseorang
berpendapat bahwa tersebarnya praktik dosa besar,
seperti minuman keras, berzina, atau mencuri adalah
akibat hilangnya akhlak, maka pandangannya harus
segera diarahkan bahwa itu semua adalah akibat tidak
diterapkannya had syar’i (sanksi yang ditetapkan
syara’), di mana keharaman-keharaman yang
ditetapkan oleh Allah tidak akan dapat dijaga kecuali
dengan adanya penerapan had syar’i yang ditetapkan
Allah.
Meskipun mengemban ideologi Islam tidak
akan terwujud kecuali jika dilaksanakan secara
sempurna, yaitu mengemban fikrah dan thariqahnya,
akan tetapi, secara khusus thariqah wajib diemban
dengan tujuan untuk diterapkan, serta wajib
dijelaskan kepada semua orang. Sebab kebanyakan
kesalahan dan kekaburan yang menimpa gerakan-
gerakan terdahulu dan juga menimpa kebanyakan
orang, adalah pada aspek thariqahnya.

14 Nuqthatul Inthilaq
13. Memberikan perhatian yang tinggi pada
pemantapan persepsi Hizb tentang Islam dan politik
merupakan perkara yang sangat penting. Karena itu,
pembinaan intensif dalam halaqah wajib disertai
dengan pembinaan umum dalam rangka untuk
mencabut dominasi pemikiran yang berkembang di
tengah masyarakat, untuk kemudian dihancurkan
sampai ke akar-akarnya, dan selanjutnya digantikan
dengan pemikiran Islam. Ini mengharuskan Hizb untuk
memfokuskan kegiatannya selain aspek politik
dalam mendorong syabab Hizb yang mempunyai
pemahaman dan kesadaran untuk memasuki seluruh
kalangan masyarakat di segala aspek kehidupan, serta
selalu mengadakan kontak dengan masyarakat dan
konsisten menjaga kontak ini.

14. Perhatian yang tinggi pada pemantapan persepsi-


persepsi yang diadopsi oleh Hizb tentang Islam dan
politik, mengharuskan para pengemban dakwahnya
berstatus sebagai hizbiyin (anggota Hizb). Karena itu,
setiap orang yang sedang belajar (daaris), meskipun
ide Hizb telah berinteraksi dengannya, tetap
diasumsikan belum mengetahui makna organisasi
politik dan belum memahami makna hubungan
Nuqthatul Inthilaq 15
kepartaian (‘alaqah hizbiyah). Maka dari itu, wajib
dicurahkan perhatian yang cukup untuk menjelaskan
hubungan kepartaian tersebut dalam proses
pembinaan dan dalam setiap kesempatan hingga
daaris tersebut menjadi bagian dari Hizb. Ini hanya
mungkin terwujud setelah dia meleburkan diri dengan
Hizb, baik dari segi fikriyah (pemikiran) maupun
nafsiyah (perasaan). Hubungan pemikiran wajib
dijelaskan, kemudian hubungan kepartaian, sehingga
hubungan aktivitas dalam dakwah nampak dengan
jelas dan alami, dan penyampaian pemikiran serta
kegiatan mengemban dakwah dapat berjalan dengan
sempurna. Dengan cara itulah, pengaruh secara total
akan berhasil diwujudkan, demikian pula aktivitas
kepartaian akan berjalan secara istimewa.

15. Setiap aktivitas harus mempunyai maksud (target)


yang tergambar jelas sebelum dilaksanakan. Maksud
tersebut merupakan bagian dari suasana keimanan.
Sebab, suasana keimanan ini terbentuk dari keimanan
kepada ideologi, yaitu Islam, serta terbentuk dari
pedoman perbuatan, yaitu dibarenginya pemikiran
dengan perbuatan, yang kedua-duanya diwujudkan
untuk mencapai tujuan tertentu. Bahwa pemikiran

16 Nuqthatul Inthilaq
dan perbuatan harus mempunyai tujuan, merupakan
ungkapan lain dari pernyataan bahwa setiap aktivitas
wajib mempunyai maksud. Pemahaman ini wajib
dimiliki oleh Hizb sebagai satu kesatuan, dan wajib
dimiliki oleh setiap anggota Hizb. Hizb harus
memelihara aspek ini dan mewujudkannya pada
semua pihak.

16. Menyerah pada nasib dan situasi yang ada, atau


dengan kata lain menerima situasi yang ada secara
kebetulan, oleh Hizb atau anggota-anggotanya, berarti
suatu stagnasi yang akan menyebabkan terjadinya
kemunduran. Karena itu, harus selalu ada upaya untuk
berpikir mengkaji apa yang telah dilakukan,
memikirkan jalan yang telah ditempuh untuk
mewujudkannya, serta memikirkan apa yang
seharusnya dilakukan. Tidak dibenarkan hanya
menunggu kedatangan situasi dan akibat-akibat yang
dibawanya, sebaliknya Hizb harus menciptakan serta
memanfaatkan situasi yang terjadi.
Yang dapat menghindarkan diri dari sikap
menyerah pada nasib dan bergantung pada situasi
adalah adanya penetapan maksud dari suatu aktivitas,
kontinuitas berpikir dalam dakwah serta ketekunan
Nuqthatul Inthilaq 17
dalam menjalankan dakwah, dan tidak adanya
kecenderungan pada situasi yang terjadi secara
kebetulan tanpa mengerahkan usaha apa pun.
Hubungan sebab-akibat juga wajib mendominasi
pemikiran, di samping meniadakan kecenderungan
pada apa yang dirasakan manusia secara internal,
sekalipun perasaan tersebut adalah benar.

17. Hizb wajib menyadari kesulitan-kesulitan yang


ditemuinya dan yang akan dihadapinya. Hizb wajib
memahami situasi dari aktivitas yang sedang
dilakukannya, maupun situasi yang melingkupinya
ketika hendak melakukan salah satu aktivitas. Hizb
juga wajib memahami taktik gerak secara mendalam,
termasuk aktivitas-aktivitas yang layak atau tidak
layak bagi taktik tersebut. Memang, taktik merupakan
cara (uslub) yang ditentukan oleh jenis aktivitas. Akan
tetapi taktik dapat berbeda-beda dan berubah-ubah
sesuai situasi-kondisi yang ada yang kadang belum
pernah diprediksi. Karena itu, taktik harus selalu
dinamis dan berubah.

18. Hizb wajib memahami kekuatan yang dimilikinya


dengan tepat, serta memahami sejauh mana
18 Nuqthatul Inthilaq
pengaruhnya terhadap keadaan yang diciptakannya
dan terhadap kesadaran yang diwujudkannya sebelum
Hizb melaksanakan aktivitas, baik pengaruh terhadap
anggota-anggota Hizb maupun terhadap masyarakat.
Sebab dengan memahami semua itu, Hizb akan dapat
mengetahui bagaimana menentukan kadar
tanggungjawab yang harus dipikulnya dengan tepat.
Karena jika tanggungjawab yang harus dipikulnya
diukur lebih besar daripada kadar yang sesungguhnya,
Hizb akan terancam bahaya kelemahan. Sebaliknya
jika diukur lebih kecil daripada kadar yang
sebenarnya, Hizb akan terancam bahaya kehancuran.
Oleh karena itu, mengukur kadar tanggungjawab
secara tepat merupakan suatu keharusan.

19. Hizb harus menyadari bahwa tahap yang sedang


dilalui oleh umat Islam adalah tahap revolusi
pemikiran dan perasaan, yang akan dapat mendorong
kaum muslimin mengemban qiyadah fikriyah mereka
secara internasional ke seluruh dunia untuk
mengalahkan seluruh qiyadah fikriyah lain dalam
segala aspek kehidupan. Hizbut Tahrir harus
menyadari bahwa dia wajib memikul tugas tersebut.
Karena itu, aspek pemikiran tetap menjadi asas
Nuqthatul Inthilaq 19
kegiatan Hizb. Aspek pemikiran ini (yang harus selalu
dibarengi dengan aktivitas politik) adalah tumpuan
utama kegiatan Hizb. Maka dari itu, Hizb harus selalu
mencermati kondisi politik internasional dan kondisi
politik di negeri-negeri Islam, terutama kondisi politik
di tempat dia berkiprah. Hizb juga harus berusaha
untuk menjadikan pemikiran Islam sebagai satu-
satunya bahan diskusi dan bahan kajian di seluruh
negeri-negeri Islam. Di samping itu Hizb juga harus
selalu mencermati pemikiran yang berkembang di
tengah masyarakat di negeri-negeri Islam.

20. Hizb harus selalu sadar dan memiliki kepekaan


yang tinggi terhadap masyarakat, dan selalu mencatat
apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh masyarakat,
sehingga Hizb dapat mengetahui sejauh mana
pengaruh tsaqafahnya, penetrasi pemikiran yang
disebarluaskannya, perasaan yang dibangkitkannya,
serta perubahan masyarakat dari dingin menjadi
panas dan dari panas menjadi mendidih. Hizb harus
mengetahui semua itu agar Hizb dapat menancapkan
tsaqafahnya ke dalam jiwa masyarakat. Sebab
tsaqafah tersebut bak kayu bakar yang dibakar di
tengah masyarakat yang selanjutnya akan

20 Nuqthatul Inthilaq
mengalirkan panas dan mengubah masyarakat. Hizb
harus mengetahui semua itu agar mampu
mengangkat derajat umat mencapai taraf dimana
mereka memahami secara sadar dan mempunyai
perasaan secara benar, bahwa keberadaannya di
dunia adalah demi Islam semata dan demi
mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia, dan
bahwa Hizbut Tahrir adalah partai yang sedang
melaksanakan tugas ini.

21. Metode menilai pemikiran dan perasaan


masyarakat sesungguhnya sangat mudah, yaitu
dengan mencermati pengaruh yang ditimbulkan oleh
peristiwa-peristiwa politik terhadap berbagai
pemikiran,yaitu apakah suatu peristiwa politik dapat
melahirkan pemikiran baru atau hanya sekadar
mengukuhkan pemikiran lama? Selain itu, juga dengan
cara mencermati pengaruh yang ditimbulkan oleh
peristiwa politik terhadap perasaan, yaitu apakah
suatu peristiwa politik dapat melahirkan perasaan baru
atau hanya mengukuhkan perasaan lama semata?
Yang dimaksud dengan perasaan di sini adalah reaksi
naluriah yang muncul seperti gembira, sedih, rela, dan
marah. Ini metode untuk pemikiran dan perasaan
Nuqthatul Inthilaq 21
yang muncul, serta pemikiran dan perasaan yang
dikukuhkannya. Sedangkan metode untuk pemikiran
dan perasaan yang telah ada, caranya dengan
mencermati topik-topik yang menjadi bahan
perbincangan masyarakat, serta mencermati perasaan
yang muncul pada masyarakat. Misalnya,
perbincangan kaum muslimin dewasa ini tentang
koperasi dan perseroan terbatas (PT), padahal
seharusnya mereka membicarakan tentang Syirkah
Inan atau Syirkah Mudharabah. Seperti pula
kemarahan mereka yang bangkit karena nasionalisme,
padahal seharusnya mereka marah karena
kehormatan Islam dilanggar. Dengan standar ini,
pemikiran dan perasaan masyarakat akan dicatat dan
direkam. Hizb juga harus memperhatikan semua
lapisan masyarakat, baik kalangan intelektual maupun
yang lainnya, sebab pemikiran suatu komunitas
(jamaah) adalah sama, begitu juga perasaannya.

22. Menilai pemikiran dan perasaan masyarakat tak


lain adalah untuk memecahkan masalah yang ada,
dengan cara menyerang pemikiran yang salah dan
menjelaskan kekeliruannya. Juga dengan cara
mengubah perasaan gembira terhadap sesuatu yang

22 Nuqthatul Inthilaq
seharusnya seorang muslim tidak boleh bergembira,
menjadi gembira terhadap sesuatu yang memang
sudah semestinya dia bergembira, atau perasaan
marah terhadap sesuatu yang semestinya seorang
muslim tidak boleh marah, menjadi marah terhadap
sesuatu yang sudah semestinya dia marah. Karena itu,
Hizb harus benar-benar mengetahui reaksi yang
ditimbulkan oleh pelbagai peristiwa dan pemikiran,
yaitu mengetahui tanggapan positif masyarakat akibat
adanya peristiwa dan pemikiran : apakah
menimbulkan tanggapan positif ataukah tidak? Jika
menimbulkan tanggapan positif, berarti masyarakat
membenarkan atau menerima peristiwa dan pemikiran
yang terjadi, karena itu yang harus dilakukan adalah
menjelaskan kekeliruan pemikiran dan mengubah
perasaan yang ada. Jika tidak menimbulkan
tanggapan positif, berarti tidak perlu bersibuk diri
dalam masalah tersebut, sebab itu sama artinya
dengan melakukan perbuatan yang sia-sia.

23. Karena tumpuan utama untuk mengatasi masalah


pemikiran dan perasaan adalah perubahan persepsi
(mafahim), maka yang harus diketahui adalah sejauh
mana reaksi yang muncul ketika terjadi upaya
Nuqthatul Inthilaq 23
perubahan persepsi itu. Yaitu, apakah upaya Hizb
mengubah persepsi masyarakat yang keliru
menimbulkan tanggapan positif (berpengaruh) pada
mereka ataukah tidak? Jika menimbulkan tanggapan
atau pengaruh positif, berarti pemikiran yang
diberikan oleh Hizb telah berhasil membentuk persepsi
pada diri mereka. Hal itu juga menunjukkan bahwa
tindakan mereka mengambil pemikiran Hizb adalah
benar-benar untuk mengubah persepsi mereka. Lain
masalahnya jika tidak muncul tanggapan positif pada
mereka, sedang mereka memahami pemikiran Hizb.
Dalam keadaan demikian, mereka mengambil
pemikiran Hizb hanya sebagai informasi belaka, tidak
digunakan untuk mengubah persepsi.

24. Karena Hizb adalah kelompok yang berusaha


mengatasi masalah pemikiran dan perasaan
masyarakat dengan pemikiran-pemikiran yang
diadopsinya, maka dia harus memahami
kecenderungan (muyul) masyarakat terhadap
pemikiran Hizb dan terhadap Hizb itu sendiri. Yaitu,
apakah masyarakat tertarik dengan pemikiran Hizb
atau malah menjauhinya? Apakah mereka menyintai
Hizb atau malah membencinya? Ataukah mereka tidak

24 Nuqthatul Inthilaq
menyintai Hizb dan juga tidak membencinya, tetapi
menyikapi Hizb dengan sikap masabodoh atau tidak
peduli?

25. Pengetahuan yang dimiliki Hizb tentang pemikiran


dan perasaan masyarakat sangat diperlukan ketika
Hizb menyeru masyarakat, sehingga Hizb harus
memberikan perhatian yang besar dalam aspek
pemikiran dan mengetahui pemikiran yang harus
disampaikannya pada waktu yang tepat. Tetapi harus
dipahami bahwa perhatian dalam aspek pemikiran
hanya merupakan bagian aktivitas Hizb yang berkaitan
dengan pemikiran, karena yang pertama kali harus
dilakukan Hizb adalah mengubah metode berpikir
masyarakat, kemudian yang kedua mengubah dasar
pemikiran (qa`idah fikriyah) yang dijadikan
masyarakat sebagai asas pemikiran mereka, lalu yang
ketiga mengubah pemikiran yang ada pada mereka,
dan yang keempat menghubungkan seluruh pemikiran
yang ada dalam kehidupan mereka dengan dasar
pemikiran (qa`idah fikriyah) mereka. Dengan langkah
ini, Hizb akan dengan mudah mengubah pemikiran
masyarakat dan dapat menjamin bahwa masyarakat
akan mengubah sendiri pemikiran-pemikiran mereka
Nuqthatul Inthilaq 25
serta menghubung-kannya dengan dasar pemikiran
mereka. Dengan demikian, Hizb akan dapat menjamin
berlangsungnya transformasi umat Islam dan
terwujudnya tahap revolusi pemikiran dan perasaan.

26. Transformasi umat Islam dari kondisi buruk yang


mereka alami menuju kondisi yang lebih baik
ditentukan oleh keberhasilan tahap revolusi (pemikiran
dan perasaan) tersebut. Yaitu tergantung pada
adanya pemikiran Islam dalam benak masyarakat luas,
sebab persepsi masyarakat tentang kehidupan, lahir
dari pemikiran-pemikiran mendasar yang ada
padanya, yang masih dipengaruhi oleh pemikiran
aksidental (spontan/reaktif). Karena itu, harus
dikerahkan segala daya upaya untuk mewujudkan
pemikiran-pemikiran mendasar dan melenyapkan
pemikiran-pemikiran aksidental tersebut, serta
menjadikan pemikiran Islam semata sebagai satu-
satunya pemikiran mendasar bagi masyarakat.
Hanyasaja perlu dipahami sejelas-jelasnya bahwa
keberadaan pemikiran Islam dalam masyarakat
tidaklah cukup untuk menjamin keberhasilan tahap
revolusi pemikiran, dan tidak cukup pula untuk
mentransformasikan umat dari satu kondisi menuju

26 Nuqthatul Inthilaq
kondisi lain. Masyarakat harus melihat pemikiran Islam
tersebut sebagai pemikiran yang mempunyai makna-
makna yang dapat diindera, dan mereka harus
terdorong dengan kuat oleh perasaan mereka bahwa
pemikiran-pemikiran itu harus diwujudkan dalam
realitas kehidupan. Dengan demikian, pemikiran telah
berubah menjadi persepsi yang akan mendorong
manusia untuk melakukan tindakan. Pemikiran Islam
ini harus betul-betul mantap tertanam dalam diri
individu maupun masyarakat, sehingga membuat
pemikiran itu mengakar dan menancap kuat, serta
mampu menghasilkan kekuatan dan pengaruh
sehingga akhirnya dapat menimbulkan perubahan
yang menyeluruh. Pada saat itulah perubahan dan
transformasi umat akan terjadi.

27. Harus diperhatikan bahwa pemikiran-pemikiran


mendasar tentang kehidupan di negeri-negeri Islam
adalah pemikiran Kapitalisme-Demokrasi. Namun
pemikiran tersebut masih labil dan tidak tertancap
dengan kuat, karena masyarakat tidak menjadikannya
sebagai pemikiran mendasar bagi mereka. Ini karena
aqidah mereka masih Aqidah Islamiyah. Ketika mereka
mengadopsi pemikiran Kapitalisme-Demokrasi, mereka
Nuqthatul Inthilaq 27
mengambilnya begitu saja tanpa disertai keyakinan,
atau mereka ditipu oleh orang yang memberikan
pemikiran itu kepada mereka, yang menyatakan
bahwa pemikiran tersebut tidak bertentangan dengan
aqidah mereka, bahkan sesuai dengan aqidah mereka.
Karena itulah, pemikiran tersebut tidak kukuh
tertanam dalam benak mereka, meskipun mereka
bertindak sesuai dengan pemikiran itu. Jika mereka
yakin bahwa pemikiran tersebut bertentangan dengan
aqidah mereka, mereka akan segera meninggalkannya
dan kembali kepada pemikiran Islam. Dengan
kembalinya mereka kepada pemikiran Islam, akan
terjadi perubahan dalam masyarakat.

28. Di masyarakat terdapat pemikiran-pemikiran


aksidental (spontan/reaktif), yaitu pemikiran yang lahir
dari pengaruh-pengaruh yang bersifat temporal,
seperti pemikiran-pemikiran yang menyebabkan
bangkitnya sentimen nasionalisme atau patriotisme,
atau pemikiran-pemikiran tentang kemerdekaan dan
sebagainya. Pemikiran-pemikiran ini dihasilkan oleh
keadaan yang ada dan tengah kacau, bukan lahir dari
pemikiran tentang kehidupan. Karenanya pemikiran-
pemikiran aksidental ini akan cepat lenyap ketika

28 Nuqthatul Inthilaq
berlangsung penanaman pemikiran-pemikiran
mendasar.

29. Di masyarakat terdapat kerancuan antara


pemikiran yang lahir dari metode akliah (thariqah
aqliyah) dengan pemikiran ilmiah yang lahir dari
metode ilmiah (thariqah ilmiah). Dengan kerancuan
tersebut, mereka menganggap psikologi sebagai sains
(ilmu pengetahuan) dan pemikiran-pemikirannya
mereka anggap sebagai pemikiran-pemikiran ilmiah,
karena diperoleh dari pengamatan yang terus
menerus terhadap anak-anak dalam situasi dan
kondisi yang berbeda pada tingkat usia yang tidak
sama. Mereka menganggap pengamatan yang
berulang-ulang ini adalah eksperimen. Padahal
berbagai pemikiran dalam psikologi sebenarnya bukan
pemikiran ilmiah, melainkan pemikiran akliah. Sebab
eksperimen ilmiah adalah meletakkan materi pada
kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berbeda dengan
kondisi-kondisi dan faktor-faktornya yang asli di alam,
lalu melakukan pengamatan terhadapnya. Dengan
kata lain, yang disebut dengan eksperimen adalah
eksperimen terhadap materi sebagaimana eksperimen
dalam ilmu alam dan ilmu kimia. Adapun pengamatan
Nuqthatul Inthilaq 29
terhadap sesuatu pada waktu dan kondisi yang
berbeda, bukanlah eksperimen ilmiah. Karena itu,
pengamatan terhadap anak-anak dalam situasi dan
kondisi serta tingkat usia yang berbeda-beda tidak
termasuk dalam pembahasan eksperimen ilmiah
sehingga prosesnya tidak dapat dianggap metode
ilmiah, melainkan hanyalah pengamatan dan
pengulangan pengamatan serta pengambilan
kesimpulan. Metodenya adalah metode akliah, bukan
metode ilmiah. Karena itulah, pemikiran-pemikiran
psikologi sebenarnya merupakan pemikiran-pemikiran
akliah dan termasuk kategori tsaqafah (kebudayaan),
bukan sains. Yang sejenis dengan psikologi adalah
ilmu pendidikan dan sosiologi.

30. Di masyarakat terdapat pensakralan terhadap


pemikiran ilmiah dan metode ilmiah. Karena itu harus
diterangkan bahwa peluang salah pada metode ilmiah
merupakan salah satu asas yang harus diperhatikan
sesuai dengan asumsi yang lazim dalam penelitian
ilmiah. Kesalahan dapat terjadi dalam kesimpulan-
kesimpulannya. Hal ini terjadi dalam banyak
pengetahuan ilmiah yang kemudian terbukti
kekeliruannya setelah sebelumnya disebut sebagai

30 Nuqthatul Inthilaq
fakta-fakta ilmiah. Contohnya atom. Sebelumnya
dikatakan bahwa atom adalah unit terkecil dari materi
dan tidak dapat dipecah lagi. Di kemudian hari
tampaklah kesalahannya dan terbukti dengan metode
ilmiah itu sendiri, bahwa atom masih dapat dipecah
lagi. Begitu juga sebelumnya dikatakan, bahwa materi
itu kekal. Kemudian tampaklah kesalahannya, dan
terbukti dengan metode ilmiah itu sendiri bahwa
materi itu dapat lenyap. Karena itu, metode ilmiah
tidak boleh dijadikan sebagai asas berpikir. Sebab
metode ilmiah menghasilkan kesimpulan yang zhanni
(bersifat dugaan) tentang keberadaan sesuatu dan
sifat-sifatnya. Sementara metode akliah memberikan
kesimpulan yang qath’i (bersifat pasti) tentang
keberadaan sesuatu dan keberadaan sifat-sifat
tertentu pada sesuatu itu. Namun metode akliah
memberikan kesimpulan yang zhanni tentang hakikat
yang sebenarnya dari sesuatu. Dalam hal memutuskan
keberadaan sesuatu, atau keberadaan sifat tertentu
pada sesuatu, metode akliah memberikan kesimpulan
yang pasti dan meyakinkan. Karena itu, metode akliah
wajib dijadikan sebagai asas kajian, karena ia
memberikan kesimpulan yang pasti.

Nuqthatul Inthilaq 31
Oleh karena itu, jika terjadi kontradiksi antara
kesimpulan metode ilmiah dengan kesimpulan metode
akliah (mengenai keberadaan sesuatu atau
keberadaan sifat tertentu pada sesuatu itu) maka
yang harus diambil adalah kesimpulan metode akliah.
Kesimpulan metode ilmiah tidak diambil karena ia
bertentangan kesimpulan metode akliah. Sebab yang
harus diambil adalah yang qath’i, bukan yang zhanni.

31. Tugas pokok Hizb adalah mengemban dakwah


Islam. Dengan demikian, aktivitas terpenting Hizb
adalah sebagai berikut :
1) Mengubah metode berpikir yang sedang
berlaku di dunia dengan metode berpikir Islam.
2) Mengubah dasar pemikiran (qa`idah fikriyah)
yang digunakan masyarakat sebagai dasar
pemikiran-pemikiran mereka dengan dasar
pemikiran Islam.
3) Mengubah pemikiran-pemikiran yang mereka
emban dengan pemikiran-pemikiran Islam.
4) Menghubungkan seluruh pemikiran yang ada
dengan dasar pemikiran Islam.
Mengubah metode berpikir harus dilakukan,
karena dunia yang mengalami kemunduran taraf

32 Nuqthatul Inthilaq
berpikir, termasuk Dunia Islam, berpikir secara
dangkal karena metode berpikirnya dangkal dan
lemah. Maka metode berpikirnya harus diubah
menjadi metode berpikir yang mendalam. Misalnya,
penentangan terhadap penjajahan dengan pelbagai
demonstrasi dan protes, digantikan dengan upaya
mencabut akar-akar penjajahan melalui mengemban
qiyadah fikriyah Islam dan mendirikan Daulah Islam.
Pemikiran tentang peningkatan produk nasional
digantikan dengan pemikiran tentang mekanisme
pendistribusiannya. Sebab masalah ekonomi di dunia
timbul dari buruknya distribusi kekayaan (barang dan
jasa), bukan karena minimnya produk nasional. Ini
untuk dunia yang mengalami kemunduran taraf
berpikir.
Sedangkan dunia yang taraf berpikirnya maju,
mereka telah mengalami penyimpangan berpikir dan
tersesat dari jalan yang lurus. Sebab metode
berpikirnya adalah metode berpikir ilmiah. Metode ini
mereka jadikan satu-satunya asas berpikir dan mereka
gunakan untuk menilai semua permasalahan. Dengan
demikian, metode akliah harus dijadikan asas berpikir
mereka, sebagaimana metode ilmiah harus
ditempatkan sebagai salah satu hasil atau cabang dari
Nuqthatul Inthilaq 33
metode akliah yang meliputi aspek pengetahuan
ilmiah dan aspek pengetahuan lainnya.
Ini karena metode ilmiah menuntut adanya
penghapusan atau ketiadaan semua informasi
terdahulu mengenai objek yang akan dikaji. Setelah
itu barulah dimulai pengamatan terhadap objek dan
dilangsungkan eksperimen terhadapnya. Yaitu dengan
meletakkan objek tersebut dalam kondisi-kondisi dan
faktor-faktor yang bukan kondisi-kondisi dan faktor-
faktor aslinya, kemudian dilakukan pengamatan
terhadapnya, dan selanjutnya dari proses tersebut
ditarik kesimpulan mengenai objek tadi sebagai
sebuah realitas materi yang dapat diindera,
sebagaimana yang terjadi di dalam laboratorium.
Berdasarkan proses ini, semua jenis objek yang tidak
dapat diindera secara material, dianggap tidak ada
dalam pandangan metode ilmiah. Dengan demikian,
logika dan sejarah dianggap tidak ada, sebab
keduanya tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, yaitu
tidak dapat dibuktikan dengan cara mengamati objek,
melakukan eksperimen padanya, dan menarik
kesimpulan material terhadap objek-objek yang dapat
diindera.

34 Nuqthatul Inthilaq
Ini jelas merupakan kesalahan yang fatal.
Sebab, ilmu-ilmu eksperimental hanyalah salah satu
cabang dari pengetahuan serta hanya salah satu
bentuk pemikiran dari sekian pemikiran. Pengetahuan-
pengetahuan lainnya tentang kehidupan masih banyak
dan memang tidak dapat dibuktikan dengan metode
ilmiah, tetapi dibuktikan dengan metode akliah.
Karena itu, metode ilmiah tidak boleh dijadikan asas
berpikir.
Yang harus dijadikan asas berpikir adalah
metode akliah. Metode ini menyatakan bahwa
pemikiran atau pengetahuan akliah, lahir dari proses
pemindahan penginderaan terhadap objek (realitas
terindera) melalui pancaindera ke dalam otak, lalu
dengan informasi-informasi terdahulu yang ada,
ditafsirkanlah objek tersebut, sehingga otak kemudian
memberikan keputusan tentang objek tersebut.
Keputusan ini adalah pemikiran atau pengetahuan
akliah. Inilah yang menjadi asas berpikir. Melalui
metode akliah ini, diperoleh pengetahuan tentang
fakta-fakta ilmiah, dengan mengadakan pengamatan,
eksperimen, dan penarikan kesimpulan (inferensi).
Melalui metode akliah ini pula, diperoleh pengetahuan
tentang masalah-masalah dalam ilmu logika dan ilmu
Nuqthatul Inthilaq 35
yang semisalnya, tentang fakta-fakta sejarah dan
penilaian benar-salah dalam sejarah, serta tentang
pemikiran menyeluruh mengenai alam semesta,
manusia, dan kehidupan, serta mengenai Pencipta
alam semesta, manusia, dan kehidupan, berikut
hubungan kehidupan dunia dengan kehidupan
sebelum dan sesudahnya.
Inilah metode akliah yang wajib dijadikan
metode berpikir yang berlaku di dunia. Dunia harus
menjadikannya sebagai asas berpikir.
Sedangkan mengubah dasar pemikiran
(qa`idah fikriyah) masyarakat, caranya adalah dengan
mengemban qiyadah fikriyah ke seluruh dunia.
Dengan kata lain, caranya adalah mengemban Aqidah
Islamiyah secara akliah (harus dipahami melalui
proses berpikir), sehingga dasar pemikiran yang ada
pada diri masyarakat dapat berubah. Dasar pemikiran
masyarakat kemungkinan berupa iman yang bersifat
wijdani (melalui naluri, bukan akal) akan adanya Allah
disertai pemisahan iman ini dari kehidupan, atau
berupa pengingkaran terhadap eksistensi Allah.
Semuanya merupakan dasar pemikiran yang tidak
benar yang wajib dilenyapkan, kemudian diganti
dengan dasar pemikiran Islam (Aqidah Islamiyah).

36 Nuqthatul Inthilaq
Adapun mengubah pemikiran-pemikiran yang
diemban masyarakat, ditempuh dengan menjelaskan
kesalahan dalam pemikiran mereka dan menerangkan
pemikiran yang sahih untuk menggantikan posisi
pemikiran yang salah tersebut. Metode praktis untuk
menjalankannya adalah dengan cara menghubungkan
pemikiran-pemikiran yang sahih tersebut dengan
tindakan (tasharruf) yang dilakukan masyarakat.
Sebagai contoh, ketika orang menggembar-
gemborkan bahwa kemuliaan itu adalah milik bangsa
Arab, maka mereka diingatkan bahwa pandangan
tersebut bertentangan dengan Islam. Sebab,
kemuliaan itu hanya milik Allah, Rasul-Nya, serta
orang-orang mukmin. Ketika mereka mempro-
pagandakan nasionalisme Arab, mereka diingatkan
akan wajibnya menyerukan Islam, di mana Islam telah
menyerang fanatisme kesukuan, asal-usul, dan
kebangsaan, yang semuanya merupakan fenomena
nasionalisme. Dengan cara seperti itu, mereka akan
mengetahui kesalahan yang mereka perbuat, karena
tindakan-tindakan mereka bertentangan dengan
syara’. Akhirnya mereka akan mengetahui kesalahan
pemikiran-pemikirannya.

Nuqthatul Inthilaq 37
Sedangkan menghubungkan pemikiran-
pemikiran dengan dasar pemikiran Islam, dilakukan
melalui dua aktivitas :
Pertama, anggota-anggota Hizb harus
menjadi teladan dalam tindakan-tindakannya dan
mengaitkan segala tindakannya dengan Aqidah
Islamiyah, meskipun itu menyalahi adat-istiadat dan
tradisi yang berlaku, atau menyalahi bangsa dan umat
lain yang telah maju secara material.
Kedua, melibatkan diri dalam semua problem
baru untuk menjelaskan pemecahannya dan
opini-opini yang dominan untuk menerangkan
kekeliruannya serta segera mengoreksi persepsi-
persepsi yang rancu, mengubah pemikiran-pemikiran
yang salah, serta membasmi reaksi emosional yang
rendah, lalu mengubahnya menjadi perasaan Islam.

32. Tugas yang dilaksanakan oleh Hizb ini


memerlukan adanya para pemikir. Dan kaum
terpelajar adalah orang yang paling mampu memikul
tugas untuk menjadi para pemikir. Mereka merupakan
orang yang paling mampu untuk melakukan tugas ini.
Mungkin segera terlintas dalam benak, bahwa Hizb
hanya terdiri dari kalangan kaum terpelajar. Namun
38 Nuqthatul Inthilaq
sebenarnya Hizb terdiri dari segala lapisan
masyarakat, baik terpelajar maupun bukan. Hanya
saja setelah mereka meleburkan diri dengan Hizb,
mereka akan menjadi para pemikir. Sebab mereka
telah dibina baik dengan tsaqafah Hizb sebagai
tsaqafah Islamiyah yang diadopsi oleh Hizb maupun
dengan tsaqafah Islamiyah secara umum. Secara
alami tsaqafah ini bersifat mendalam serta
mengajarkan kedalaman berpikir.
Sedangkan kaum terpelajar, bagaimana pun
juga macam pengetahuan mereka, dalam pandangan
Hizb mereka tetap seperti orang kebanyakan. Karena
itu, mereka harus dibina lagi dengan tsaqafah Hizb,
dengan pembinaan intensif dan pembinaan umum.
Dalam hal ini Hizb mengasumsikan bahwa setiap
orang dianggap tidak mempunyai tsaqafah apa pun,
berapa pun tingkat pengetahuannya, baik
pengetahuan yang diterima sebelumnya berupa
pengetahuan Islam atau pengetahuan yang lain. Hizb
tetap wajib membinanya lagi dari awal.
Asumsi terhadap setiap orang ini harus
dilakukan, karena dua alasan :
Pertama, bahwa pemikiran dan potensi akal
terdapat pada semua orang, baik kaum terpelajar
Nuqthatul Inthilaq 39
maupun bukan. Mereka berbeda-beda tingkat
pemikirannya, karena adanya perbedaan potensi
alamiahnya, bukan karena bertambahnya informasi.
Sebab tsaqafah Islam kadang-kadang dapat tercetus
dari seorang jenius yang mempunyai pengetahuan
minim. Kejeniusannya dapat mencapai tsaqafah
Islamiyah itu sehingga menjadi nampak sangat jelas
baginya. Pemikirannya maju beberapa langkah
mendahului orang-orang yang mempunyai
pengetahuan lebih banyak dan ilmu yang lebih kaya
darinya. Karena itu, yang menjadi tolok ukur adalah
adanya potensi akal yang harus dijadikan
pertimbangan utama. Sebab potensi akal itulah yang
akan membuat seseorang lebih mampu mengemban
qiyadah fikriyah serta menciptakan revolusi pemikiran
dan perasaan di tengah-tengah masyarakat.
Kedua, metode berpikir yang dimiliki oleh
kaum terpelajar meskipun mereka mempunyai
berbagai pengetahuan adakanya dangkal atau
terpengaruh dengan metode ilmiah. Keduanya jauh
dari metode berpikir akliah. Selama metode berpikir
itu tidak diubah dan diganti dengan metode berpikir
akliah, dan selama dasar pemikiran dan pemikiran-
pemikiran yang mereka emban juga tidak diubah,

40 Nuqthatul Inthilaq
maka mereka tidak dapat dianggap sebagai para
pemikir. Karena itu mereka harus diubah menjadi para
pemikir dengan cara memberikan metode berpikir
akliah kepada mereka sehingga mereka menjadi para
pemikir. Atas dasar itu, Hizb wajib melahirkan para
pemikir yang unggul di tengah-tengah umat.

33. Dalam melaksanakan tugasnya yaitu


mengemban dakwah Islam Hizb harus berjalan
sesuai dengan metode Islam. Metode Islam dalam
mengemban dakwah ke seluruh dunia adalah jihad,
sedangkan metode Islam dalam mengemban dakwah
Islam kepada masyarakat adalah dengan mengajak
mereka kepada Islam dengan metode hikmah,
mau’idhah hasanah, serta jidal billati hiya ahsan. Allah
SWT berfirman :

“Serulah (mereka) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah


dan peringatan yang baik dan bantahlah mereka
Nuqthatul Inthilaq 41
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS An Nahl : 125).

Yang dimaksud dengan hikmah adalah bukti


atau argumentasi yang logis (al burhan al aqli).
Sedangkan mau’idhah hasanah adalah memberi
peringatan yang baik (at tadzkir al jamil), yaitu
mempengaruhi perasaan masyarakat ketika kita
menyeru akal mereka, atau mempengaruhi akal
mereka ketika kita menyeru perasaan mereka, sampai
perasaan dan pemikiran mereka bersatu padu
sehingga mampu membuahkan amal perbuatan
secara sempurna. Adapun jidal billati hiya ahsan
adalah diskusi yang fokusnya terbatas pada pemikiran
dan tidak melewati batas pemikiran, yakni menyerang
pribadi. Ketiga metode dakwah ini wajib diperhatikan,
sebab kebanyakan orang yang dihadapi dalam dakwah
di tengah-tengah masyarakat adalah tiga kelompok
berikut :
Pertama, kelompok yang ingin memahami
Islam dan mengemban dakwah Islam. Namun mereka

42 Nuqthatul Inthilaq
ingin memahami Islam melalui proses berpikir sampai
akalnya puas dan hatinya tenang. Kelompok ini harus
didakwahi dengan argumentasi logis dan kajian yang
mendalam. Ini dilakukan melalui pembinaan intensif
yang tidak dapat diperoleh orang kecuali di dalam
halaqah-halaqah. Di dalamnya dia pertama-tama akan
menerima tsaqafah. Setelah itu dia akan membina
halaqah lain. Jadi orang yang dibina dalam halaqah
diseru dengan hikmah, dan orang yang membina
halaqah menyeru dengan hikmah. Inilah proses
pembinaan yang menyadarkan (tsaqafah wa’iyah)
yang akan melahirkan revolusi pemikiran dalam diri
seseorang serta menjadikan dirinya mampu
melahirkan revolusi pemikiran dalam diri orang lain di
masyarakat.
Kedua, kelompok khalayak ramai, yaitu orang-
orang yang tidak mempunyai cukup waktu, kesiapan,
serta situasi dan kondisi yang memungkinkan mereka
untuk mengikuti pembinaan intensif secara terus
menerus. Termasuk dalam golongan ini adalah
mereka yang pernah mengikuti halaqah kemudian
berhenti, atau mereka yang sama sekali belum pernah
mengikuti halaqah. Kepada mereka ini disampaikan
dakwah melalui pembinaan umum (tsaqafah
Nuqthatul Inthilaq 43
jama’iyah). Proses pembinaan ini dapat dilakukan
dengan ceramah, tulisan, radio, koran, dan semua
sarana publikasi. Tetapi harus dipahami dengan jelas
bahwa pembinaan yang diberikan secara umum ini
wajib memperhatikan aspek pemberian pengaruh
terhadap perasaan ketika kita melakukan pembahasan
yang bersifat akliah atau memberikan pemikiran yang
mendalam. Juga harus tetap diperhatikan aspek
pemberian pengaruh yang mendalam terhadap akal
ketika kita melakukan pembahasan yang menyentuh
perasaan. Dengan demikian, tsaqafah yang
disampaikan tidak melulu bersifat akliah sehingga
menjadi beku dan tidak disambut dengan baik oleh
khalayak ramai. Juga tidak melulu bersifat emosional
sehingga terkesan murahan dan tidak diterima oleh
kalangan intelektual. Perlu diperhatikan, bahwa
pembinaan umum inilah yang dapat menggerakkan
masyarakat dan memberikan pemahaman kepada
mereka. Pembinaan inilah yang menyebabkan dakwah
di tengah masyarakat menjadi angin topan dan arus
gelombang yang menghanyutkan. Artinya, pembinaan
umum itulah yang yang akan benar-benar
mengendalikan masyarakat dalam langkah perjuangan
dakwah untuk merealisasikan target-target dakwah.

44 Nuqthatul Inthilaq
Karena itu, proses pembinaan umum ini harus diberi
perhatian khusus.
Ketiga, orang-orang yang terpesona dengan
pemikiran-pemikiran lain dan organisasi-organisasi
lain, atau orang-orang yang sedang kebingungan.
Mereka ini adalah penganut pemikiran-pemikiran lain
dan orang-orang yang bingung. Terhadap mereka,
harus dilakukan diskusi mengenai pemikiran Islam.
Mereka harus diajak untuk memahami Islam dan
mengemban dakwah Islam, meskipun sudah pasti
mereka akan menentang dakwah dengan cara
menebarkan keraguan terhadap pemikiran Islam dan
memberikan persepsi-persepsi yang rancu tentangnya
serta menyerang pemikiran Islam. Oleh karena itu,
seorang pengemban dakwah harus berlapang dada
terhadap mereka. Dia harus mengambil posisi sebagai
pihak yang menyerang pemikiran-pemikiran mereka
yang rusak, pemahaman-pemahaman mereka yang
rancu, serta metode-metode berpikir mereka yang
bengkok. Dia harus menjauhi posisi sebagai pihak
yang diserang dan jangan sampai mau menerima
Islam sebagai pihak yang tertuduh. Dia harus menolak
mentah-mentah semua itu dan segera menjelaskan
pemikiran-pemikiran Islam dengan cara memberikan
Nuqthatul Inthilaq 45
penjelasan (bayan) dan uraian (syarah), bukan
dengan cara membela diri secara defensif. Bantahan
yang diberikannya wajib berupa jidal billati hiya ahsan
(perdebatan dengan cara yang baik), yaitu harus
berupa diskusi, bukan debat kusir. Dalam diskusi
tersebut, hendaknya pengemban dakwah waspada
terhadap dua trik di mana penganut pemikiran yang
rusak akan berusaha mengalihkan pembicaraan
dengan dua trik tersebut ketika mereka menyadari
kekalahannya. Trik pertama, yaitu pengalihan
pembicaraan ketika pengemban dakwah hampir
sampai pada kebenaran yang meyakinkan kepada
pembicaraan lain sebelum selesainya pembicaraan
pertama. Pengalihan ini mengakibatkan diskusi hanya
berputar-putar dalam lingkaran kosong, yakni hanya
berpindah-pindah dari satu pembahasan ke
pembahasan lain, sehingga membuang-buang waktu
yang tidak sedikit tanpa pernah sampai kepada
tujuan diskusi. Trik kedua, ketika para penganut
pemikiran rusak itu menyadari kekalahannya, mereka
akan segera mencela dan menyerang pribadi lawan
diskusinya atau orang-orang yang mendakwahinya. Ini
dapat membuat pengemban dakwah tersebut balas
mencela atau melakukan pembelaan terhadap dirinya

46 Nuqthatul Inthilaq
ataupun terhadap pengemban dakwah lainnya. Karena
itu, hendaknya kita waspada terhadap hal ini. Tidak
dibolehkan terlibat dalam pembelaan terhadap diri
pribadi atau terhadap pengemban dakwah yang lain.
Kita harus pula menghindarkan diri membalas celaan,
sebab semua ini merupakan usaha mengalihkan
perhatian dari pemikiran dan proses berpikir yang
mendalam. Padahal justru inilah yang diinginkan oleh
penganut pemikiran yang rusak tersebut. Karena itu,
pembicaraan harus dibatasi pada aspek pemikiran
semata dan aspek dakwah saja. Dalam hal ini wajib
ada pemikiran yang diterima oleh kedua belah pihak
yang dapat dijadikan rujukan dalam pembicaraan.
Selama tidak ada pemikiran dasar yang diterima oleh
kedua belah pihak, tidak mungkin melakukan diskusi
sebab dalam keadaan demikian diskusi sebenarnya
tidak pernah ada.
34. Pendapat, pemikiran, dan hukum Islam yang
diadopsi oleh Hizb wajib dijadikan materi pembicaraan
dan diskusi, serta dijadikan bahan pembinaan. Karena
itu, dakwah yang dilakukan wajib melalui Hizb dan
dengan mengatasnamakan Hizb. Artinya, dakwah
tersebut adalah dakwah kepada Islam, dan
aktivitasnya adalah untuk melanjutkan kembali
Nuqthatul Inthilaq 47
kehidupan Islam. Tetapi yang mengemban dakwah
Islam dan beraktivitas untuk melanjutkan kehidupan
Islam adalah Hizbut Tahrir. Yang demikian itu karena
masyarakat harus yakin seratus persen dan tidak ragu
sedikit pun, bahwa tidak ada jalan keluar baginya
kecuali dengan Islam, dan tidak ada kehidupan
baginya kecuali dengan mengemban dakwah Islam.
Keyakinan ini setiap saat harus terus ditingkatkan.
Begitu pula, kepercayaan masyarakat kepada Hizb
harus ditanamkan, bahwa Hizb telah dengan baik
mengemban dakwah serta memimpin umat. Oleh
karena itu, Hizb harus tetap menjalin hubungan
dengan masyarakat, dan anggota-anggota Hizb harus
tetap melakukan hubungan dengan masyarakat,
sebagaimana anggota-anggota Hizb itu menjalin
hubungan dengan Hizb.
Hizb juga wajib memahami dan merasakan
bahwa umat secara keseluruhan adalah Hizb,
sebagaimana umat harus menyadari dan merasakan
bahwa Hizb adalah partai mereka dan diri mereka
secara keseluruhan adalah Hizb. Dengan demikian,
umat akan menjadi satu partai secara alami, dan
berjuang dalam satu barisan.

48 Nuqthatul Inthilaq
35. Sebagaimana Hizb wajib memahami keadaan
umat, Hizb juga wajib memahami kesadaran penjajah
terhadap dakwah dan terhadap Hizb itu sendiri.
Sebab, penjajah itulah yang mengumumkan
peperangan terhadap Islam dan negara Islam.
Penjajahlah yang telah menghancurkan negara Islam
serta berusaha dengan segala cara untuk
menghalang-halangi lahirnya kembali negara tersebut.
Penjajah juga yang telah mengemban qiyadah fikriyah
yang bertentangan dengan qiyadah fikriyah Islam
serta berusaha untuk mengokohkannya di negeri-
negeri Islam.
Karena Hizb mengemban dakwah Islam
sebagai qiyadah fikriyah yang melahirkan peraturan
kehidupan serta berusaha untuk mendirikan negara
Islam di Dunia Islam dalam rangka mengemban
dakwah Islam ke seluruh dunia, maka wajar dan
sudah pasti penjajah akan menghalang-halangi Hizb,
sekaligus memerangi Hizb dan memerangi Islam.
Karena itu, harus ada kewaspadaan terhadap penjajah
untuk mengetahui metode-metode dan teknik-teknik
kegiatannya.
Kewaspadaan terhadap penjajah telah mampu
menunjukkan, bahwa penjajah akan selalu mengawasi
Nuqthatul Inthilaq 49
kaum muslimin, Islam dan gerakan-gerakan Islam.
Pengawasan yang dilakukan penjajah itu sebelumnya
telah memberikan banyak manfaat. Dengan
mengawasi kaum muslimin, kaum penjajah dapat
menundukkan mereka dan menjauhkan mereka dari
pemikiran Islam. Dengan mengawasi Islam, kaum
penjajah dapat memanfaatkanya untuk bisa
memasukkan dan memberikan persepsi-persepsi
Kapitalisme dan Demokrasi kepada kaum muslimin
seraya menyifatinya sebagai persepsi-persepsi Islam.
Dengan mengawasi gerakan-gerakan Islam, penjajah
dapat memanfaatkanya untuk bisa mengubah
gerakan-gerakan itu menjadi gerakan-gerakan
keagamaan dengan persepsi Barat atau gerakan-
gerakan yang berasas patriotisme. Sedang gerakan-
gerakan yang tidak dapat diubah, akan dihancurkan
oleh penjajah. Mereka mengawasi semua itu dari jarak
dekat dengan menggunakan kaca pembesar sehingga
dapat melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh
kebanyakan kaum muslimin.

36. Pengawasan yang dilakukan penjajah terhadap


kaum muslimin, Islam, dan gerakan-gerakan Islam
telah membuat penjajah benar-benar mewaspadai

50 Nuqthatul Inthilaq
keberadaan Hizbut Tahrir. Penjajah paham benar
bahwa Hizb merupakan kelompok yang sahih dan
benar di Dunia Islam. Kewaspadaannya terhadap Hizb
ini membuat penjajah terus meningkatkan
kewaspadaannya terhadap Islam sebagai sebuah
ideologi, bukan sebagai agama yang hanya
mengandung aspek ibadah dan akhlak, sebagaimana
yang dia gambarkan kepada kaum muslimin.
Kewaspadaan itu juga menyebabkan penjajah semakin
mewaspadai kaum muslimin ketika penjajah melihat
pengaruh yang nyata dari tsaqafah Hizb dan Hizb itu
sendiri di setiap tempat di mana Hizb ada.
Kewaspadaan ini dalam pandangan banyak orang
dinilai terlalu dini, sebab Hizb belum melewati
nuqthatul ibtida` (titik permulaan dakwah) kecuali
baru beberapa langkah. Hizb juga belum nampak jelas
eksistensinya di tengah masyarakat tempat Hizb
beraktivitas, lalu bagaimana mungkin penjajah lebih
dulu mempunyai kewaspadaan seperti ini?
Akan tetapi, hal itu akan dapat dimengerti oleh
mereka yang paham benar tentang kelicikan dan
tipudaya penjajah terhadap Islam dan kaum muslimin,
tentang ketakutan mereka yang terus menerus
terhadap berdirinya Daulah Islam, dan tentang
Nuqthatul Inthilaq 51
kesadaran mereka bahwa Daulah Islam tidak hanya
akan mencabut penjajahan dari akar-akarnya, tetapi
juga akan mengambil alih posisi negara nomor satu di
dunia dan mengemban dakwah kepada setiap
manusia. Mereka yang paham benar akan semua itu
dapat memahami mengapa penjajah yang kafir itu
secara terus menerus mengawasi kaum muslimin
dengan kaca pembesar yakni dapat melihat hal-hal
yang tidak dapat dilihat oleh banyak orang sehingga
penjajah dapat mengetahuinya dan menyiapkan
segala sesuatu untuk menghadapinya.
Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa
di wilayah-wilayah yang ada di bawah
cengkeramannya, penjajah mulai mengendalikan
setiap penguasa dengan berbagai cara agar penguasa
itu melarang peredaran kitab-kitab Islam di negeri-
negeri Islam, menyitanya dari tangan khalayak ramai,
mendobrak rumah-rumah dan menggeledahnya untuk
mencari kitab-kitab itu, lalu merampas dan
membakarnya. Penjajah juga menyetir penguasa agar
melarang perpindahan kaum muslimin di negeri-negeri
mereka, menangkap mereka, membatasi domisili
mereka di tempat-tempat tertentu, serta mengawasi
dan memata-matai mereka. Itu terjadi hanya karena

52 Nuqthatul Inthilaq
mereka mengemban qiyadah fikriyah Islam dan
mengajak masyarakat kepada Islam. Dengan
demikian, tidak aneh penjajah yang kafir itu
melakukan semua itu padahal perjalanan dakwah
belum melewati tahap pembinaan dalam halaqah-
halaqah dan kajian di masjid-masjid. Dengan kata lain,
dakwah belum melampaui tahap muhawalah al
mukhathabah (usaha menyeru masyarakat). Yang
demikian itu karena penjajah mengetahui adanya
kekuatan dahsyat yang terkandung dalam Islam untuk
mempengaruhi manusia, lebih-lebih orang Islam.
Mereka menyadari adanya kekuatan dahsyat
dalam diri orang-orang yang mengimani Islam, yakni
pengaruh Islam terhadap mereka yang mengalami
perombakan total dalam pemikiran dan perasaan.
Maka dari itu, kaum penjajah berusaha dengan sekuat
tenaga untuk menghalang-halangi keberhasilan
dakwah Islam dan berdirinya Daulah Islam.

37. Oleh karena itu, Hizb wajib mewaspadai penjajah


serta berhati-hati dengan pelbagai metode dan taktik
yang mereka gunakan dalam menjalankan
aktivitasnya. Hizb harus membongkar semua itu
kepada segenap orang dan mengajak umat secara
Nuqthatul Inthilaq 53
keseluruhan untuk waspada terhadap penjajah yang
kafir berikut metode dan taktik geraknya. Hizb wajib
pula memahami ketika dia berada pada titik tolak
perjalanan dakwah (nuqthatul inthilaq)  bahwa dia
harus mulai menyerang penjajah. Sebab Hizb akan
menyeru masyarakat, mengadopsi kemaslahatan
mereka, serta membongkar strategi penjajah. Dalam
kondisi seperti ini, penjajah tidak akan berpangku
tangan, terutama ketika strategi-strateginya
dibongkar. Maka dari itu, dalam keadaan seperti itu
akan terjadi friksi secara langsung dengan penjajah
yang kafir, yang kemungkinan akan membuat
penjajah mencoba mengobarkan konflik (clash) untuk
melawan Hizb. Dalam hal ini, penjajah telah
menyiapkan diri untuk membuat kaum muslimin saling
berperang melawan sesama muslim. Penjajah telah
menetapkan hal ini sebagai strateginya, sehingga
mereka akan merekayasa kelompok-kelompok dari
rakyat negeri-negeri Islam untuk bertarung melawan
Hizb. Penjajah akan bersungguh-sungguh
menjalankan strateginya ini. Penjajah tidak akan turun
tangan langsung menghadapi Hizb kecuali dalam
kondisi mendesak, atau ketika penjajah telah terpukul
mundur sampai di parit-parit bagian belakang yang

54 Nuqthatul Inthilaq
dimilikinya dengan membawa senjata terakhir yang
dimilikinya.
Dengan demikian, Hizb wajib menghindari
konflik dengan penduduk negeri-negeri Islam dan
berupaya agar konflik yang terjadi adalah antara
penjajah melawan umat secara keseluruhan, bukan
melawan Hizb saja. Oleh sebab itu, Hizb harus
menjadikan umat secara keseluruhan sebagai Hizb.
Hizb harus meleburkan umat dengan Islam,
membuatnya percaya penuh kepada Hizb,
menanamkan ketaatan yang sadar kepada Hizb, serta
memimpin mereka kepada Hizb dan kepada ideologi
yang diemban Hizb, yaitu Islam. Dengan demikian,
umat akan berjalan dalam satu barisan yang terbentuk
dari kesadaran dan pemahaman, serta mempunyai
kekuatan dan daya dorong layaknya badai taufan yang
dapat menyapu segala sesuatu. Pertempuran yang
hakiki akan berkobar antara umat bahkan seluruh
penduduk negeri-negeri Islam melawan penjajah
yang kafir hingga semua bekas-bekas penjajahan
dapat dihapuskan.
Perubahan pihak yang bertempur, yang semula
antara Hizb melawan penjajah menjadi antara
penduduk negeri Islam melawan penjajah, akan
Nuqthatul Inthilaq 55
berlangsung secara pasti dan alami. Ini menuntut Hizb
untuk membongkar kepada umat sikap permusuhan
yang keji yang bersarang di dada musuh umat yang
telah menjajah mereka. Hizb harus membongkar pula
berbagai konspirasi jahat yang direkayasa penjajah
yang kafir untuk menentang umat serta berbagai tipu
muslihat yang licik yang diarahkan kepada umat, yang
tujuannya adalah untuk menghinakan umat,
memusnahkan mereka, dan menghancurkan ideologi
mereka.
Dengan demikian, umat secara keseluruhan
bersama-sama Hizb telah memikul tugas mengemban
dakwah Islam dan melanjutkan kehidupan Islam
dengan jalan mendirikan Daulah Islam dan
memusnahkan semua rintangan yang menghalangi
berdirinya Daulah Islam. [ ]

56 Nuqthatul Inthilaq
TITIK TOLAK
PERJALANAN DAKWAH
HIZBUT TAHRIR

Nuqthatul Inthilaq 57
Judul Asli : Nuqthatul Inthilaq
Dikeluarkan oleh : Hizbut Tahrir, 1957

Edisi Indonesia

Judul : Titik Tolak Perjalanan Dakwah


Hizbut Tahrir
Penerjemah : Muhammad Maghfur
Penyunting : Muhammad Shiddiq Al Jawi
Penata Letak : Ahmad Hanafi
Desain Sampul : Abdullah Fanani
Penerbit : Pustaka Thariqul ‘Izzah

Jl. Prof. Lafran Pane (RTM) No. 39 Depok16951


Telp. (021) 8703442

58 Nuqthatul Inthilaq
arab

Nuqthatul Inthilaq 59

Anda mungkin juga menyukai