Titik Tolak Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir
Titik Tolak Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir
PERJALANAN DAKWAH
HIZBUT TAHRIR
2 Nuqthatul Inthilaq
Pada tahapan ini, meskipun Hizb bersungguh-
sungguh melakukan usaha untuk mengembangkan
dirinya secara terus-menerus, membangun institusinya
dengan hati-hati, serta menjernihkan suasana
imannya dengan sejernih-jernihnya, namun Hizb harus
tetap melakukan 4 (empat) aktivitas dakwahnya. Hizb
harus tetap melanjutkan kegiatan berikut : 1)
pembinaan intensif, 2) pembinaan umum, 3)
mengadopsi kepentingan-kepentingan umat (tabanni
mashalih al ummah), dan 4) membongkar strategi
penjajah kepada masyarakat luas.
Agar Hizb mampu menghadapi masyarakat
dan melakukan tugas-tugas yang dipikulnya, Hizb
harus menyadari keadaan masyarakat dan memahami
berbagai situasi dan kondisi masyarakat secara
mendalam. Memahami masyarakat bukanlah tugas
pemimpin Hizb saja, melainkan menjadi tugas Hizb
secara keseluruhan. Sebab Hizb merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Bahkan lebih dari
itu, Hizb merupakan satu kesatuan pemikiran dan
perasaan yang telah mengalami kristalisasi pemikiran
dan perasaan, dikarenakan kedalamannya dalam
berpikir dan kepekaannya dalam merasakan sesuatu.
Nuqthatul Inthilaq 3
Ketika memasuki titik tolak perjalanan dakwah
(nuqthatul inthilaq), Hizb akan menghadapi hal-hal
berikut :
Nuqthatul Inthilaq 5
4. Organisasi-organisasi yang berupa partai
sesungguhnya dapat dianggap sebagai bentuk
organisasi paling tinggi yang ada di masyarakat.
Meskipun demikian, organisasi-organisasi kepartaian
tersebut tidak mempunyai taraf pemikiran dan politik
yang lebih tinggi daripada taraf pemikiran dan politik
masyarakat. Sebab, organisasi-organisasi itu masih
hidup pada taraf yang lebih rendah daripada taraf
berpikir yang normal (at tafkir al‘adi), bahkan tidak
sampai ke taraf berpikir yang normal. Oleh karena itu,
organisasi-organisasi itu belum sampai ke taraf
organisasi partai politik dalam pengertian politik yang
sesungguhnya, bahkan belum sampai ke taraf
organisasi partai politik menurut istilah politik
kontemporer. Ini merupakan hal yang umum terjadi di
hampir seluruh negeri-negeri Islam.
6 Nuqthatul Inthilaq
dikembangkannya, serta tidak menaruh harapan untuk
meraih keberhasilan dari metode yang ditempuhnya.
Karena umat tidak memahami pentingnya organisasi
yang berbasis ideologi, tidak aneh jika umat secara
keseluruhan nampak terpengaruh dengan format-
format yang menonjol dalam organisasi-organisasi
tersebut. Bahkan mereka mengikuti format-format ini
dalam aktivitasnya sekalipun mereka tidak merasakan
kepuasan.
8 Nuqthatul Inthilaq
serta pidato-pidato yang emosional, meskipun umat
menyadari ketumpulannya. Karena itu, umat harus
dipersiapkan sebelum melakukan tindakan.
Nuqthatul Inthilaq 9
9. Menyiapkan umat untuk mengemban dakwah Islam
berarti menyiapkan umat untuk melakukan aktivitas
politik berasaskan Islam. Ini tidak mungkin terwujud
dengan sempurna, jika pemikiran-pemikiran Islam
belum dominan dan jika metode politik berdasarkan
persepsi Islam masih belum jelas dan belum
mendominasi semua jenis pemikiran yang lain. Tentu
saja hal ini mengharuskan Hizb untuk menjelaskan
pemikiran-pemikiran Islam dalam tsaqafahnya, serta
menjelaskan metode politiknya bukan hanya dengan
menjelaskan tsaqafahnya, namun juga dengan
menerapkan metode tersebut pada berbagai peristiwa
sehari-hari yang terjadi di dunia, baik yang
berhubungan dengan politik internasional maupun
politik di negeri-negeri Islam. Ini menuntut kecepatan
aktivitas politik yang terwujud nyata dalam kegiatan
mengadopsi kepentingan umat (tabanni mashalih al
ummah) serta membongkar strategi-strategi
penjajah.
10 Nuqthatul Inthilaq
politik sebagai satu-satunya metode untuk
mengemban dakwah, maka ada 3 (tiga) kelompok
yang secara pasti akan menghadang jalan dakwahnya,
yaitu kelompok-kelompok yang menjadi kroni
penguasa, orang-orang zhalim, serta para penganut
tsaqafah asing. Adalah merupakan strategi penjajah,
memposisikan mereka terhadap dakwah sebagai
tembok yang menghalangi jalan, dengan tujuan
memalingkan dakwah dari tujuan yang ingin dicapai,
hingga penjajah masih mempunyai waktu untuk
menjajah. Penjajah mengetahui bahwa tembok itu
tidak akan dapat menghalangi tercapainya tujuan
dakwah, namun penjajah tetap meletakkannya
semata-mata agar dapat memalingkan dakwah.
Karena itu, wajib dihindari sejauh mungkin benturan
dengan tembok penghalang ini dan juga dengan
semua tembok yang ada. Sebab, tembok-tembok
tersebut wajib digunakan untuk membangun benteng,
bukan untuk menjadi penghalang jalan. Dengan kata
lain, ketiga kelompok tersebut wajib dimanfaatkan
untuk kepentingan dakwah, atau setidaknya perlu
dipahami dan menjadi jelas bagi mereka maupun
semua pihak, bahwa ketiga kelompok itu adalah alat
penjajah kafir, sehingga dengan demikian Hizb dapat
Nuqthatul Inthilaq 11
melenyapkan pengaruhnya, jika tidak mampu
mengubah posisinya.
14 Nuqthatul Inthilaq
13. Memberikan perhatian yang tinggi pada
pemantapan persepsi Hizb tentang Islam dan politik
merupakan perkara yang sangat penting. Karena itu,
pembinaan intensif dalam halaqah wajib disertai
dengan pembinaan umum dalam rangka untuk
mencabut dominasi pemikiran yang berkembang di
tengah masyarakat, untuk kemudian dihancurkan
sampai ke akar-akarnya, dan selanjutnya digantikan
dengan pemikiran Islam. Ini mengharuskan Hizb untuk
memfokuskan kegiatannya selain aspek politik
dalam mendorong syabab Hizb yang mempunyai
pemahaman dan kesadaran untuk memasuki seluruh
kalangan masyarakat di segala aspek kehidupan, serta
selalu mengadakan kontak dengan masyarakat dan
konsisten menjaga kontak ini.
16 Nuqthatul Inthilaq
dan perbuatan harus mempunyai tujuan, merupakan
ungkapan lain dari pernyataan bahwa setiap aktivitas
wajib mempunyai maksud. Pemahaman ini wajib
dimiliki oleh Hizb sebagai satu kesatuan, dan wajib
dimiliki oleh setiap anggota Hizb. Hizb harus
memelihara aspek ini dan mewujudkannya pada
semua pihak.
20 Nuqthatul Inthilaq
mengalirkan panas dan mengubah masyarakat. Hizb
harus mengetahui semua itu agar mampu
mengangkat derajat umat mencapai taraf dimana
mereka memahami secara sadar dan mempunyai
perasaan secara benar, bahwa keberadaannya di
dunia adalah demi Islam semata dan demi
mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia, dan
bahwa Hizbut Tahrir adalah partai yang sedang
melaksanakan tugas ini.
22 Nuqthatul Inthilaq
seharusnya seorang muslim tidak boleh bergembira,
menjadi gembira terhadap sesuatu yang memang
sudah semestinya dia bergembira, atau perasaan
marah terhadap sesuatu yang semestinya seorang
muslim tidak boleh marah, menjadi marah terhadap
sesuatu yang sudah semestinya dia marah. Karena itu,
Hizb harus benar-benar mengetahui reaksi yang
ditimbulkan oleh pelbagai peristiwa dan pemikiran,
yaitu mengetahui tanggapan positif masyarakat akibat
adanya peristiwa dan pemikiran : apakah
menimbulkan tanggapan positif ataukah tidak? Jika
menimbulkan tanggapan positif, berarti masyarakat
membenarkan atau menerima peristiwa dan pemikiran
yang terjadi, karena itu yang harus dilakukan adalah
menjelaskan kekeliruan pemikiran dan mengubah
perasaan yang ada. Jika tidak menimbulkan
tanggapan positif, berarti tidak perlu bersibuk diri
dalam masalah tersebut, sebab itu sama artinya
dengan melakukan perbuatan yang sia-sia.
24 Nuqthatul Inthilaq
menyintai Hizb dan juga tidak membencinya, tetapi
menyikapi Hizb dengan sikap masabodoh atau tidak
peduli?
26 Nuqthatul Inthilaq
kondisi lain. Masyarakat harus melihat pemikiran Islam
tersebut sebagai pemikiran yang mempunyai makna-
makna yang dapat diindera, dan mereka harus
terdorong dengan kuat oleh perasaan mereka bahwa
pemikiran-pemikiran itu harus diwujudkan dalam
realitas kehidupan. Dengan demikian, pemikiran telah
berubah menjadi persepsi yang akan mendorong
manusia untuk melakukan tindakan. Pemikiran Islam
ini harus betul-betul mantap tertanam dalam diri
individu maupun masyarakat, sehingga membuat
pemikiran itu mengakar dan menancap kuat, serta
mampu menghasilkan kekuatan dan pengaruh
sehingga akhirnya dapat menimbulkan perubahan
yang menyeluruh. Pada saat itulah perubahan dan
transformasi umat akan terjadi.
28 Nuqthatul Inthilaq
berlangsung penanaman pemikiran-pemikiran
mendasar.
30 Nuqthatul Inthilaq
fakta-fakta ilmiah. Contohnya atom. Sebelumnya
dikatakan bahwa atom adalah unit terkecil dari materi
dan tidak dapat dipecah lagi. Di kemudian hari
tampaklah kesalahannya dan terbukti dengan metode
ilmiah itu sendiri, bahwa atom masih dapat dipecah
lagi. Begitu juga sebelumnya dikatakan, bahwa materi
itu kekal. Kemudian tampaklah kesalahannya, dan
terbukti dengan metode ilmiah itu sendiri bahwa
materi itu dapat lenyap. Karena itu, metode ilmiah
tidak boleh dijadikan sebagai asas berpikir. Sebab
metode ilmiah menghasilkan kesimpulan yang zhanni
(bersifat dugaan) tentang keberadaan sesuatu dan
sifat-sifatnya. Sementara metode akliah memberikan
kesimpulan yang qath’i (bersifat pasti) tentang
keberadaan sesuatu dan keberadaan sifat-sifat
tertentu pada sesuatu itu. Namun metode akliah
memberikan kesimpulan yang zhanni tentang hakikat
yang sebenarnya dari sesuatu. Dalam hal memutuskan
keberadaan sesuatu, atau keberadaan sifat tertentu
pada sesuatu, metode akliah memberikan kesimpulan
yang pasti dan meyakinkan. Karena itu, metode akliah
wajib dijadikan sebagai asas kajian, karena ia
memberikan kesimpulan yang pasti.
Nuqthatul Inthilaq 31
Oleh karena itu, jika terjadi kontradiksi antara
kesimpulan metode ilmiah dengan kesimpulan metode
akliah (mengenai keberadaan sesuatu atau
keberadaan sifat tertentu pada sesuatu itu) maka
yang harus diambil adalah kesimpulan metode akliah.
Kesimpulan metode ilmiah tidak diambil karena ia
bertentangan kesimpulan metode akliah. Sebab yang
harus diambil adalah yang qath’i, bukan yang zhanni.
32 Nuqthatul Inthilaq
berpikir, termasuk Dunia Islam, berpikir secara
dangkal karena metode berpikirnya dangkal dan
lemah. Maka metode berpikirnya harus diubah
menjadi metode berpikir yang mendalam. Misalnya,
penentangan terhadap penjajahan dengan pelbagai
demonstrasi dan protes, digantikan dengan upaya
mencabut akar-akar penjajahan melalui mengemban
qiyadah fikriyah Islam dan mendirikan Daulah Islam.
Pemikiran tentang peningkatan produk nasional
digantikan dengan pemikiran tentang mekanisme
pendistribusiannya. Sebab masalah ekonomi di dunia
timbul dari buruknya distribusi kekayaan (barang dan
jasa), bukan karena minimnya produk nasional. Ini
untuk dunia yang mengalami kemunduran taraf
berpikir.
Sedangkan dunia yang taraf berpikirnya maju,
mereka telah mengalami penyimpangan berpikir dan
tersesat dari jalan yang lurus. Sebab metode
berpikirnya adalah metode berpikir ilmiah. Metode ini
mereka jadikan satu-satunya asas berpikir dan mereka
gunakan untuk menilai semua permasalahan. Dengan
demikian, metode akliah harus dijadikan asas berpikir
mereka, sebagaimana metode ilmiah harus
ditempatkan sebagai salah satu hasil atau cabang dari
Nuqthatul Inthilaq 33
metode akliah yang meliputi aspek pengetahuan
ilmiah dan aspek pengetahuan lainnya.
Ini karena metode ilmiah menuntut adanya
penghapusan atau ketiadaan semua informasi
terdahulu mengenai objek yang akan dikaji. Setelah
itu barulah dimulai pengamatan terhadap objek dan
dilangsungkan eksperimen terhadapnya. Yaitu dengan
meletakkan objek tersebut dalam kondisi-kondisi dan
faktor-faktor yang bukan kondisi-kondisi dan faktor-
faktor aslinya, kemudian dilakukan pengamatan
terhadapnya, dan selanjutnya dari proses tersebut
ditarik kesimpulan mengenai objek tadi sebagai
sebuah realitas materi yang dapat diindera,
sebagaimana yang terjadi di dalam laboratorium.
Berdasarkan proses ini, semua jenis objek yang tidak
dapat diindera secara material, dianggap tidak ada
dalam pandangan metode ilmiah. Dengan demikian,
logika dan sejarah dianggap tidak ada, sebab
keduanya tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, yaitu
tidak dapat dibuktikan dengan cara mengamati objek,
melakukan eksperimen padanya, dan menarik
kesimpulan material terhadap objek-objek yang dapat
diindera.
34 Nuqthatul Inthilaq
Ini jelas merupakan kesalahan yang fatal.
Sebab, ilmu-ilmu eksperimental hanyalah salah satu
cabang dari pengetahuan serta hanya salah satu
bentuk pemikiran dari sekian pemikiran. Pengetahuan-
pengetahuan lainnya tentang kehidupan masih banyak
dan memang tidak dapat dibuktikan dengan metode
ilmiah, tetapi dibuktikan dengan metode akliah.
Karena itu, metode ilmiah tidak boleh dijadikan asas
berpikir.
Yang harus dijadikan asas berpikir adalah
metode akliah. Metode ini menyatakan bahwa
pemikiran atau pengetahuan akliah, lahir dari proses
pemindahan penginderaan terhadap objek (realitas
terindera) melalui pancaindera ke dalam otak, lalu
dengan informasi-informasi terdahulu yang ada,
ditafsirkanlah objek tersebut, sehingga otak kemudian
memberikan keputusan tentang objek tersebut.
Keputusan ini adalah pemikiran atau pengetahuan
akliah. Inilah yang menjadi asas berpikir. Melalui
metode akliah ini, diperoleh pengetahuan tentang
fakta-fakta ilmiah, dengan mengadakan pengamatan,
eksperimen, dan penarikan kesimpulan (inferensi).
Melalui metode akliah ini pula, diperoleh pengetahuan
tentang masalah-masalah dalam ilmu logika dan ilmu
Nuqthatul Inthilaq 35
yang semisalnya, tentang fakta-fakta sejarah dan
penilaian benar-salah dalam sejarah, serta tentang
pemikiran menyeluruh mengenai alam semesta,
manusia, dan kehidupan, serta mengenai Pencipta
alam semesta, manusia, dan kehidupan, berikut
hubungan kehidupan dunia dengan kehidupan
sebelum dan sesudahnya.
Inilah metode akliah yang wajib dijadikan
metode berpikir yang berlaku di dunia. Dunia harus
menjadikannya sebagai asas berpikir.
Sedangkan mengubah dasar pemikiran
(qa`idah fikriyah) masyarakat, caranya adalah dengan
mengemban qiyadah fikriyah ke seluruh dunia.
Dengan kata lain, caranya adalah mengemban Aqidah
Islamiyah secara akliah (harus dipahami melalui
proses berpikir), sehingga dasar pemikiran yang ada
pada diri masyarakat dapat berubah. Dasar pemikiran
masyarakat kemungkinan berupa iman yang bersifat
wijdani (melalui naluri, bukan akal) akan adanya Allah
disertai pemisahan iman ini dari kehidupan, atau
berupa pengingkaran terhadap eksistensi Allah.
Semuanya merupakan dasar pemikiran yang tidak
benar yang wajib dilenyapkan, kemudian diganti
dengan dasar pemikiran Islam (Aqidah Islamiyah).
36 Nuqthatul Inthilaq
Adapun mengubah pemikiran-pemikiran yang
diemban masyarakat, ditempuh dengan menjelaskan
kesalahan dalam pemikiran mereka dan menerangkan
pemikiran yang sahih untuk menggantikan posisi
pemikiran yang salah tersebut. Metode praktis untuk
menjalankannya adalah dengan cara menghubungkan
pemikiran-pemikiran yang sahih tersebut dengan
tindakan (tasharruf) yang dilakukan masyarakat.
Sebagai contoh, ketika orang menggembar-
gemborkan bahwa kemuliaan itu adalah milik bangsa
Arab, maka mereka diingatkan bahwa pandangan
tersebut bertentangan dengan Islam. Sebab,
kemuliaan itu hanya milik Allah, Rasul-Nya, serta
orang-orang mukmin. Ketika mereka mempro-
pagandakan nasionalisme Arab, mereka diingatkan
akan wajibnya menyerukan Islam, di mana Islam telah
menyerang fanatisme kesukuan, asal-usul, dan
kebangsaan, yang semuanya merupakan fenomena
nasionalisme. Dengan cara seperti itu, mereka akan
mengetahui kesalahan yang mereka perbuat, karena
tindakan-tindakan mereka bertentangan dengan
syara’. Akhirnya mereka akan mengetahui kesalahan
pemikiran-pemikirannya.
Nuqthatul Inthilaq 37
Sedangkan menghubungkan pemikiran-
pemikiran dengan dasar pemikiran Islam, dilakukan
melalui dua aktivitas :
Pertama, anggota-anggota Hizb harus
menjadi teladan dalam tindakan-tindakannya dan
mengaitkan segala tindakannya dengan Aqidah
Islamiyah, meskipun itu menyalahi adat-istiadat dan
tradisi yang berlaku, atau menyalahi bangsa dan umat
lain yang telah maju secara material.
Kedua, melibatkan diri dalam semua problem
baru untuk menjelaskan pemecahannya dan
opini-opini yang dominan untuk menerangkan
kekeliruannya serta segera mengoreksi persepsi-
persepsi yang rancu, mengubah pemikiran-pemikiran
yang salah, serta membasmi reaksi emosional yang
rendah, lalu mengubahnya menjadi perasaan Islam.
40 Nuqthatul Inthilaq
maka mereka tidak dapat dianggap sebagai para
pemikir. Karena itu mereka harus diubah menjadi para
pemikir dengan cara memberikan metode berpikir
akliah kepada mereka sehingga mereka menjadi para
pemikir. Atas dasar itu, Hizb wajib melahirkan para
pemikir yang unggul di tengah-tengah umat.
42 Nuqthatul Inthilaq
ingin memahami Islam melalui proses berpikir sampai
akalnya puas dan hatinya tenang. Kelompok ini harus
didakwahi dengan argumentasi logis dan kajian yang
mendalam. Ini dilakukan melalui pembinaan intensif
yang tidak dapat diperoleh orang kecuali di dalam
halaqah-halaqah. Di dalamnya dia pertama-tama akan
menerima tsaqafah. Setelah itu dia akan membina
halaqah lain. Jadi orang yang dibina dalam halaqah
diseru dengan hikmah, dan orang yang membina
halaqah menyeru dengan hikmah. Inilah proses
pembinaan yang menyadarkan (tsaqafah wa’iyah)
yang akan melahirkan revolusi pemikiran dalam diri
seseorang serta menjadikan dirinya mampu
melahirkan revolusi pemikiran dalam diri orang lain di
masyarakat.
Kedua, kelompok khalayak ramai, yaitu orang-
orang yang tidak mempunyai cukup waktu, kesiapan,
serta situasi dan kondisi yang memungkinkan mereka
untuk mengikuti pembinaan intensif secara terus
menerus. Termasuk dalam golongan ini adalah
mereka yang pernah mengikuti halaqah kemudian
berhenti, atau mereka yang sama sekali belum pernah
mengikuti halaqah. Kepada mereka ini disampaikan
dakwah melalui pembinaan umum (tsaqafah
Nuqthatul Inthilaq 43
jama’iyah). Proses pembinaan ini dapat dilakukan
dengan ceramah, tulisan, radio, koran, dan semua
sarana publikasi. Tetapi harus dipahami dengan jelas
bahwa pembinaan yang diberikan secara umum ini
wajib memperhatikan aspek pemberian pengaruh
terhadap perasaan ketika kita melakukan pembahasan
yang bersifat akliah atau memberikan pemikiran yang
mendalam. Juga harus tetap diperhatikan aspek
pemberian pengaruh yang mendalam terhadap akal
ketika kita melakukan pembahasan yang menyentuh
perasaan. Dengan demikian, tsaqafah yang
disampaikan tidak melulu bersifat akliah sehingga
menjadi beku dan tidak disambut dengan baik oleh
khalayak ramai. Juga tidak melulu bersifat emosional
sehingga terkesan murahan dan tidak diterima oleh
kalangan intelektual. Perlu diperhatikan, bahwa
pembinaan umum inilah yang dapat menggerakkan
masyarakat dan memberikan pemahaman kepada
mereka. Pembinaan inilah yang menyebabkan dakwah
di tengah masyarakat menjadi angin topan dan arus
gelombang yang menghanyutkan. Artinya, pembinaan
umum itulah yang yang akan benar-benar
mengendalikan masyarakat dalam langkah perjuangan
dakwah untuk merealisasikan target-target dakwah.
44 Nuqthatul Inthilaq
Karena itu, proses pembinaan umum ini harus diberi
perhatian khusus.
Ketiga, orang-orang yang terpesona dengan
pemikiran-pemikiran lain dan organisasi-organisasi
lain, atau orang-orang yang sedang kebingungan.
Mereka ini adalah penganut pemikiran-pemikiran lain
dan orang-orang yang bingung. Terhadap mereka,
harus dilakukan diskusi mengenai pemikiran Islam.
Mereka harus diajak untuk memahami Islam dan
mengemban dakwah Islam, meskipun sudah pasti
mereka akan menentang dakwah dengan cara
menebarkan keraguan terhadap pemikiran Islam dan
memberikan persepsi-persepsi yang rancu tentangnya
serta menyerang pemikiran Islam. Oleh karena itu,
seorang pengemban dakwah harus berlapang dada
terhadap mereka. Dia harus mengambil posisi sebagai
pihak yang menyerang pemikiran-pemikiran mereka
yang rusak, pemahaman-pemahaman mereka yang
rancu, serta metode-metode berpikir mereka yang
bengkok. Dia harus menjauhi posisi sebagai pihak
yang diserang dan jangan sampai mau menerima
Islam sebagai pihak yang tertuduh. Dia harus menolak
mentah-mentah semua itu dan segera menjelaskan
pemikiran-pemikiran Islam dengan cara memberikan
Nuqthatul Inthilaq 45
penjelasan (bayan) dan uraian (syarah), bukan
dengan cara membela diri secara defensif. Bantahan
yang diberikannya wajib berupa jidal billati hiya ahsan
(perdebatan dengan cara yang baik), yaitu harus
berupa diskusi, bukan debat kusir. Dalam diskusi
tersebut, hendaknya pengemban dakwah waspada
terhadap dua trik di mana penganut pemikiran yang
rusak akan berusaha mengalihkan pembicaraan
dengan dua trik tersebut ketika mereka menyadari
kekalahannya. Trik pertama, yaitu pengalihan
pembicaraan ketika pengemban dakwah hampir
sampai pada kebenaran yang meyakinkan kepada
pembicaraan lain sebelum selesainya pembicaraan
pertama. Pengalihan ini mengakibatkan diskusi hanya
berputar-putar dalam lingkaran kosong, yakni hanya
berpindah-pindah dari satu pembahasan ke
pembahasan lain, sehingga membuang-buang waktu
yang tidak sedikit tanpa pernah sampai kepada
tujuan diskusi. Trik kedua, ketika para penganut
pemikiran rusak itu menyadari kekalahannya, mereka
akan segera mencela dan menyerang pribadi lawan
diskusinya atau orang-orang yang mendakwahinya. Ini
dapat membuat pengemban dakwah tersebut balas
mencela atau melakukan pembelaan terhadap dirinya
46 Nuqthatul Inthilaq
ataupun terhadap pengemban dakwah lainnya. Karena
itu, hendaknya kita waspada terhadap hal ini. Tidak
dibolehkan terlibat dalam pembelaan terhadap diri
pribadi atau terhadap pengemban dakwah yang lain.
Kita harus pula menghindarkan diri membalas celaan,
sebab semua ini merupakan usaha mengalihkan
perhatian dari pemikiran dan proses berpikir yang
mendalam. Padahal justru inilah yang diinginkan oleh
penganut pemikiran yang rusak tersebut. Karena itu,
pembicaraan harus dibatasi pada aspek pemikiran
semata dan aspek dakwah saja. Dalam hal ini wajib
ada pemikiran yang diterima oleh kedua belah pihak
yang dapat dijadikan rujukan dalam pembicaraan.
Selama tidak ada pemikiran dasar yang diterima oleh
kedua belah pihak, tidak mungkin melakukan diskusi
sebab dalam keadaan demikian diskusi sebenarnya
tidak pernah ada.
34. Pendapat, pemikiran, dan hukum Islam yang
diadopsi oleh Hizb wajib dijadikan materi pembicaraan
dan diskusi, serta dijadikan bahan pembinaan. Karena
itu, dakwah yang dilakukan wajib melalui Hizb dan
dengan mengatasnamakan Hizb. Artinya, dakwah
tersebut adalah dakwah kepada Islam, dan
aktivitasnya adalah untuk melanjutkan kembali
Nuqthatul Inthilaq 47
kehidupan Islam. Tetapi yang mengemban dakwah
Islam dan beraktivitas untuk melanjutkan kehidupan
Islam adalah Hizbut Tahrir. Yang demikian itu karena
masyarakat harus yakin seratus persen dan tidak ragu
sedikit pun, bahwa tidak ada jalan keluar baginya
kecuali dengan Islam, dan tidak ada kehidupan
baginya kecuali dengan mengemban dakwah Islam.
Keyakinan ini setiap saat harus terus ditingkatkan.
Begitu pula, kepercayaan masyarakat kepada Hizb
harus ditanamkan, bahwa Hizb telah dengan baik
mengemban dakwah serta memimpin umat. Oleh
karena itu, Hizb harus tetap menjalin hubungan
dengan masyarakat, dan anggota-anggota Hizb harus
tetap melakukan hubungan dengan masyarakat,
sebagaimana anggota-anggota Hizb itu menjalin
hubungan dengan Hizb.
Hizb juga wajib memahami dan merasakan
bahwa umat secara keseluruhan adalah Hizb,
sebagaimana umat harus menyadari dan merasakan
bahwa Hizb adalah partai mereka dan diri mereka
secara keseluruhan adalah Hizb. Dengan demikian,
umat akan menjadi satu partai secara alami, dan
berjuang dalam satu barisan.
48 Nuqthatul Inthilaq
35. Sebagaimana Hizb wajib memahami keadaan
umat, Hizb juga wajib memahami kesadaran penjajah
terhadap dakwah dan terhadap Hizb itu sendiri.
Sebab, penjajah itulah yang mengumumkan
peperangan terhadap Islam dan negara Islam.
Penjajahlah yang telah menghancurkan negara Islam
serta berusaha dengan segala cara untuk
menghalang-halangi lahirnya kembali negara tersebut.
Penjajah juga yang telah mengemban qiyadah fikriyah
yang bertentangan dengan qiyadah fikriyah Islam
serta berusaha untuk mengokohkannya di negeri-
negeri Islam.
Karena Hizb mengemban dakwah Islam
sebagai qiyadah fikriyah yang melahirkan peraturan
kehidupan serta berusaha untuk mendirikan negara
Islam di Dunia Islam dalam rangka mengemban
dakwah Islam ke seluruh dunia, maka wajar dan
sudah pasti penjajah akan menghalang-halangi Hizb,
sekaligus memerangi Hizb dan memerangi Islam.
Karena itu, harus ada kewaspadaan terhadap penjajah
untuk mengetahui metode-metode dan teknik-teknik
kegiatannya.
Kewaspadaan terhadap penjajah telah mampu
menunjukkan, bahwa penjajah akan selalu mengawasi
Nuqthatul Inthilaq 49
kaum muslimin, Islam dan gerakan-gerakan Islam.
Pengawasan yang dilakukan penjajah itu sebelumnya
telah memberikan banyak manfaat. Dengan
mengawasi kaum muslimin, kaum penjajah dapat
menundukkan mereka dan menjauhkan mereka dari
pemikiran Islam. Dengan mengawasi Islam, kaum
penjajah dapat memanfaatkanya untuk bisa
memasukkan dan memberikan persepsi-persepsi
Kapitalisme dan Demokrasi kepada kaum muslimin
seraya menyifatinya sebagai persepsi-persepsi Islam.
Dengan mengawasi gerakan-gerakan Islam, penjajah
dapat memanfaatkanya untuk bisa mengubah
gerakan-gerakan itu menjadi gerakan-gerakan
keagamaan dengan persepsi Barat atau gerakan-
gerakan yang berasas patriotisme. Sedang gerakan-
gerakan yang tidak dapat diubah, akan dihancurkan
oleh penjajah. Mereka mengawasi semua itu dari jarak
dekat dengan menggunakan kaca pembesar sehingga
dapat melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh
kebanyakan kaum muslimin.
50 Nuqthatul Inthilaq
keberadaan Hizbut Tahrir. Penjajah paham benar
bahwa Hizb merupakan kelompok yang sahih dan
benar di Dunia Islam. Kewaspadaannya terhadap Hizb
ini membuat penjajah terus meningkatkan
kewaspadaannya terhadap Islam sebagai sebuah
ideologi, bukan sebagai agama yang hanya
mengandung aspek ibadah dan akhlak, sebagaimana
yang dia gambarkan kepada kaum muslimin.
Kewaspadaan itu juga menyebabkan penjajah semakin
mewaspadai kaum muslimin ketika penjajah melihat
pengaruh yang nyata dari tsaqafah Hizb dan Hizb itu
sendiri di setiap tempat di mana Hizb ada.
Kewaspadaan ini dalam pandangan banyak orang
dinilai terlalu dini, sebab Hizb belum melewati
nuqthatul ibtida` (titik permulaan dakwah) kecuali
baru beberapa langkah. Hizb juga belum nampak jelas
eksistensinya di tengah masyarakat tempat Hizb
beraktivitas, lalu bagaimana mungkin penjajah lebih
dulu mempunyai kewaspadaan seperti ini?
Akan tetapi, hal itu akan dapat dimengerti oleh
mereka yang paham benar tentang kelicikan dan
tipudaya penjajah terhadap Islam dan kaum muslimin,
tentang ketakutan mereka yang terus menerus
terhadap berdirinya Daulah Islam, dan tentang
Nuqthatul Inthilaq 51
kesadaran mereka bahwa Daulah Islam tidak hanya
akan mencabut penjajahan dari akar-akarnya, tetapi
juga akan mengambil alih posisi negara nomor satu di
dunia dan mengemban dakwah kepada setiap
manusia. Mereka yang paham benar akan semua itu
dapat memahami mengapa penjajah yang kafir itu
secara terus menerus mengawasi kaum muslimin
dengan kaca pembesar yakni dapat melihat hal-hal
yang tidak dapat dilihat oleh banyak orang sehingga
penjajah dapat mengetahuinya dan menyiapkan
segala sesuatu untuk menghadapinya.
Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa
di wilayah-wilayah yang ada di bawah
cengkeramannya, penjajah mulai mengendalikan
setiap penguasa dengan berbagai cara agar penguasa
itu melarang peredaran kitab-kitab Islam di negeri-
negeri Islam, menyitanya dari tangan khalayak ramai,
mendobrak rumah-rumah dan menggeledahnya untuk
mencari kitab-kitab itu, lalu merampas dan
membakarnya. Penjajah juga menyetir penguasa agar
melarang perpindahan kaum muslimin di negeri-negeri
mereka, menangkap mereka, membatasi domisili
mereka di tempat-tempat tertentu, serta mengawasi
dan memata-matai mereka. Itu terjadi hanya karena
52 Nuqthatul Inthilaq
mereka mengemban qiyadah fikriyah Islam dan
mengajak masyarakat kepada Islam. Dengan
demikian, tidak aneh penjajah yang kafir itu
melakukan semua itu padahal perjalanan dakwah
belum melewati tahap pembinaan dalam halaqah-
halaqah dan kajian di masjid-masjid. Dengan kata lain,
dakwah belum melampaui tahap muhawalah al
mukhathabah (usaha menyeru masyarakat). Yang
demikian itu karena penjajah mengetahui adanya
kekuatan dahsyat yang terkandung dalam Islam untuk
mempengaruhi manusia, lebih-lebih orang Islam.
Mereka menyadari adanya kekuatan dahsyat
dalam diri orang-orang yang mengimani Islam, yakni
pengaruh Islam terhadap mereka yang mengalami
perombakan total dalam pemikiran dan perasaan.
Maka dari itu, kaum penjajah berusaha dengan sekuat
tenaga untuk menghalang-halangi keberhasilan
dakwah Islam dan berdirinya Daulah Islam.
54 Nuqthatul Inthilaq
dimilikinya dengan membawa senjata terakhir yang
dimilikinya.
Dengan demikian, Hizb wajib menghindari
konflik dengan penduduk negeri-negeri Islam dan
berupaya agar konflik yang terjadi adalah antara
penjajah melawan umat secara keseluruhan, bukan
melawan Hizb saja. Oleh sebab itu, Hizb harus
menjadikan umat secara keseluruhan sebagai Hizb.
Hizb harus meleburkan umat dengan Islam,
membuatnya percaya penuh kepada Hizb,
menanamkan ketaatan yang sadar kepada Hizb, serta
memimpin mereka kepada Hizb dan kepada ideologi
yang diemban Hizb, yaitu Islam. Dengan demikian,
umat akan berjalan dalam satu barisan yang terbentuk
dari kesadaran dan pemahaman, serta mempunyai
kekuatan dan daya dorong layaknya badai taufan yang
dapat menyapu segala sesuatu. Pertempuran yang
hakiki akan berkobar antara umat bahkan seluruh
penduduk negeri-negeri Islam melawan penjajah
yang kafir hingga semua bekas-bekas penjajahan
dapat dihapuskan.
Perubahan pihak yang bertempur, yang semula
antara Hizb melawan penjajah menjadi antara
penduduk negeri Islam melawan penjajah, akan
Nuqthatul Inthilaq 55
berlangsung secara pasti dan alami. Ini menuntut Hizb
untuk membongkar kepada umat sikap permusuhan
yang keji yang bersarang di dada musuh umat yang
telah menjajah mereka. Hizb harus membongkar pula
berbagai konspirasi jahat yang direkayasa penjajah
yang kafir untuk menentang umat serta berbagai tipu
muslihat yang licik yang diarahkan kepada umat, yang
tujuannya adalah untuk menghinakan umat,
memusnahkan mereka, dan menghancurkan ideologi
mereka.
Dengan demikian, umat secara keseluruhan
bersama-sama Hizb telah memikul tugas mengemban
dakwah Islam dan melanjutkan kehidupan Islam
dengan jalan mendirikan Daulah Islam dan
memusnahkan semua rintangan yang menghalangi
berdirinya Daulah Islam. [ ]
56 Nuqthatul Inthilaq
TITIK TOLAK
PERJALANAN DAKWAH
HIZBUT TAHRIR
Nuqthatul Inthilaq 57
Judul Asli : Nuqthatul Inthilaq
Dikeluarkan oleh : Hizbut Tahrir, 1957
Edisi Indonesia
58 Nuqthatul Inthilaq
arab
Nuqthatul Inthilaq 59