TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Coating (pelapisan)
Coating (pelapisan) adalah proses untuk melapisi suatu bahan dasar
(substrate) dengan maksud dan tujuan tertentu. Tujuan pelapisan (coating) adalah
memberi perlindungan pada material. Tingkat proteksi dari pelapisan tergantung
pada sistem keseluruhan dari pelapisan yang terdiri dari jenis pelapisan, substrat
logam dan preparasi permukaan. Walaupun demikian terdapat juga beberapa
fungsi yang lebih khusus dari coating (pelapisan) ini misalkan untuk memberikan
gaya apung negatif (negative buoyancy force), memberikan fungsi anti slip pada
permukaan substrat dan beberapa fungsi lainnya.
berfungsi
dalam
hal
estetika,
Zat
pewarna
(pigmen)
juga
mempengaruhi ketahanan korosi dan sifat fisika dari coating (pelapisan) itu
sendiri.
Densitas, berat solid dan volume solid serta persentase pengikat (binder)
dan persentase zat pewarna (pigmen) seringkali disebut sebagai konstanta
fisik dari pelapisan. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan pound per
gallon. Berat solid pelapisan biasanya dalam bentuk persentase non
volatile, merupakan berat solid dibagi dengan berat total pelapisan
(coating). Volume solid adalah persentase volume material non-volatil.
Kemudian persentase pengikat (binder) dan persentase zat pewarna
(pigmen) merupakan persentase pengikat dan zat pewarna dalam pelapisan
(coating).
c. Rasio zat pewarna (pigmen)/pengikat (binder)
Merupakan perbandingan berat pigmen terhadap berat pengikat. Lapisan
atas (Topcoat) biasanya memiliki pigmen/binder 1,0 atau kurang
sedangkan primer coating mempunyai pigmen/binder 2-4. Coating gloss
biasanya mempunyai pigmen/binder yang lebih rendah daripada coating
flat.
b.
c.
Daya ikat mekanik (mechanical adhesion), yaitu daya ikat yang terjadi
karena ikatan secara mekanik (mechanical interlocking). Contohnya
yaitu dengan penggunaan pelapisan (coating) pada permukaan substrat
yang kasar, seperti penggunaan sand blast ataupun bahan abrasif sebelum
proses pelapisan. Selain itu bisa juga penggunaan pelapisan yang akan
mengkerut ketika curing sehingga akan membungkus material substrat
dengan baik, seperti epoxy, polyester, dan lain-lain.
10
b.
Daya ikat kimia (chemical bonding adhesion), yaitu daya ikat yang
terjadi antara pelapisan (coating) dengan material substrat berupa ikatan
atom. Contohnya yaitu pada pelapisan (coating) zinc (seng) untuk
melapisi baja, atau yang biasa disebut galvanized steel. Zinc berikatan
dengan baja membentuk paduan intermetalik FeZn. Jenis ikatan ini
adalah ikatan yang paling kuat.
c.
Daya ikat polar (polar adhesion) , yaitu daya ikat yang terjadi karena
gaya tarik menarik material polar. Contohnya yaitu pelapisan (coating)
organik, yang banyak mengandung senyawa polar. Jenis ikatan ini tidak
akan bekerja dengan baik apabila terdapat zat pengotor di permukaan
substrat seperti kotoran, minyak, air, dan lain-lain.
digunakan
untuk
pelapisan,
lebih
cepat
memberikan
lebih tebal).
tipis. Pada proses dip coating ini, kecepatan alat sangat berpengaruh pada tiap
langkah yang dilalui. Untuk itu, perlu diperhatikan dalam pengontrolan kecepatan
gerak alat agar hasil pelapisan bahan semikonduktor mencapai hasil yang sesuai
dengan kebutuhan.
2.1.5.2 Powder Coating
Powder coating adalah jenis lapisan yang diterapkan sebagai serbuk kering.
Perbedaan utama antara cat cair konvensional dan powder coating adalah bahwa
powder coating tidak memerlukan pelarut untuk menjaga bagian binder dan filler
11
dalam bentuk suspensi cair. Lapisan ini biasanya diterapkan elektrostatik dan
kemudian dipanaskan untuk memungkinkan agar serbuk mengalir dan membentuk
lapisan. Serbuk bisa thermoplastik atau polimer termoset. Hal ini biasanya
digunakan untuk membuat hard finish yang lebih keras dari cat konvensional.
Powder coating terutama digunakan untuk pelapisan logam, seperti whiteware,
ekstrusi aluminium, dan mobil dan bagian-bagian sepeda. Teknologi baru
memungkinkan bahan lain, seperti MDF (medium-density papan serat), menjadi
serbuk dilapisi dengan menggunakan metode yang berbeda.
2.1.5.3. Spin Coating
Spin coating dapat diartikan sebagai pembentukan lapisan melalui proses
pemutaran (spin). Bahan yang akan dibentuk lapisan dibuat dalam bentuk larutan
(gel) kemudian diteteskan di atas suatu substrat yang disimpan di atas piringan
yang dapat berputar, karena adanya gaya sentripetal ketika piringan berputar,
maka bahan tersebut dapat tertarik ke pinggir substrat dan tersebar merata.
Selain untuk penumbuhan bahan semikonduktor, teknik spin coating ini juga
dapat digunakan untuk mendeposisi lapisan tipis bahan lainnya seperti bahan
polimer maupun bahan keramik oksida.
2.2
Kaca
Kaca adalah amorf (non kristalin) material padat yang bening dan tembus
pandang (transparan), biasanya rapuh. Jenis yang paling banyak digunakan selama
berabad-abad adalah gelas minum dan jendela. Kaca dibuat dari campuran 75%
silicon dioksida (SiO2) plus CaO, Na2O dan beberapa zat tambahan. Suhu
lelehnya adalah 2000oC.
12
tahan
terhadap
serangan
kimia,
kecuali
hidrogen
13
14
Na2O.aSiO2 + CO2
(2.1)
CaCO3 + bSiO2
CaO.bSiO2 + CO2
(2.2)
Na2SO4 + cSiO2 + C
(2.3)
Walaupun saat ini terdapat ribuan macam formulasi kaca yang dikembangkan
dalam 30 tahun terakhir ini, namun silika dan soda masih merupakan bahan baku
dari 90 persen kaca yang diproduksi di dunia.
15
yang
diinginkan.
c) Alkali silikat. Alkali silikat adalah satu-satunya kaca dua komponen.
Untuk membuatnya, pasir dan soda dilebur bersama-sama, dan hasilnya
disebut Natrium silikat. Larutan silikat soda juga dikenal sebagai kaca
larut air (water soluble glass) banyak dipakai sebagai adhesif dalam
pembuatan kotak-kotak karton gelombang serta memberi sifat tahan api.
d) Kaca timbal. Dengan menggunakan oksida timbal sebagai pengganti
kalsium dalam campuran kaca cair, didapatlah kaca timbal (lead glass).
Kaca ini sangat penting dalam bidang optik, karena mempunyai indeks
refraksi dan dispersi yang tinggi. Kandungan timbalnya bisa mencapai
82% (densitas 8,0, indeks bias 2,2). Kandungan timbal inilah yang
memberikan kecemerlangan pada kaca potong (cut glass). Kaca ini juga
digunakan dalam jumlah besar untuk membuat bola lampu, lampu reklame
neon, radiotron, terutama karena kaca ini mempunyai tahanan (resistance)
listrik tinggi. Kaca ini juga cocok dipakai sebagai perisai radiasi nuklir.
e) Silika lebur. Silika lebur atau silika vitreo dibuat melalui pirolisis silikon
tetraklorida pada suhu tinggi, atau dari peleburan kuarsa atau pasir murni.
Secara umum, kaca ini sering disebut kaca kuarsa (quartz glass). Kaca ini
mempunyai ciri-ciri nilai ekspansi rendah dan titik pelunakan tinggi.
Karena itu, kaca ini mempunyai ketahanan termal lebih tinggi daripada
kaca lain. Kaca ini juga sangat transparan terhadap radiasi ultraviolet.
Kaca jenis inilah yang sering digunakan sebagai kuvet untuk spektrometer
UV-Visible yang harganya sekitar dua jutaan per kuvet.
f) Serat kaca (fiber glass). Serat kaca dibuat dari komposisi kaca khusus,
yang tahan terhadap kondisi cuaca. Kaca ini biasanya mempunyai
kandungan silika sekitar 55%, dan alkali lebih rendah.
g) Kaca borosilikat. Kaca borosilikat biasanya mengandung 10 sampai 20%
B2O3, 80% sampai 87% silika, dan kurang dari 10% Na2O. Kaca jenis ini
16
2.3
Sudut Kontak
Sudut kontak ( ) merupakan sudut yang dibentuk antara permukaan bahan
uji dengan air yang diteteskan ke permukaan bahan uji yang bersangkutan, atau
sudut yang terjadi antara permukaan padat dan garis singgung cairan. Sudut
kontak berkaitan dengan karakteristik isolator yaitu sifat menyerap air
(hydrophilic) atau sifat tolak air (hydrophobic). Sudut kontak memberikan
informasi mengenai energi permukaan, kekerasan dan keheterogenan permukaan.
Selain itu sudut kontak juga merupakan ukuran dari suatu permukaan
terkontaminasi.
17
sempurna dari permukaan sangat anti air (superhydrofobic) dari alam adalah daun
teratai (lotus), dimana air yang jatuh berbentuk bola dan menggelinding.
Ahli botani yang mempelajari fenomena ini menemukan bahwa daun teratai
memiliki mekanisme pembersihan diri secara alami. Struktur mikroskopik dan
kimia permukannya menyebabkan dedaunan teratai tidak pernah dapat basah.
Malah, butir-butiran air akan menggumpal pada permukaan daun seperti air raksa,
mengambil lumpur, serangga dan bahan-bahan pengotor bersamanya. Fenomena
ini dikenal sebagai efek lotus. Pada daun teratai (lotus), struktur permukaannya
dipenuhi tonjolan-tonjolan kecil dan berlapis lilin sehingga menahan air agar tidak
merembes masuk ke dalam daun. Daun teratai (lotus) memiliki permukaan yang
dipenuhi dengan duri bulu-bulu halus tak beraturan. Ketika butiran air jatuh pada
permukaan ini, hanya mengenai bulu-bulu halus. Butiran-butiran ini ditahan oleh
kantong udara di bawahnya dan akhirnya dihalau dari daun. Berdasarkan hal
tersebut para peneliti mengatakan bahwa tekstur permukaan dari daun teratai
(lotus) adalah anti air (hydrofobic).
18
2.4
Metode Sol-Gel
Sol adalah suspensi koloid yang fasa terdispersinya berbentuk solid (padat)
dan fasa pendispersinya berbentuk liquid (cairan). Suspensi dari partikel padat
atau molekul-molekul koloid dalam larutan, dibuat dengan metal alkoksi dan
dihidrolisis dengan air, menghasilkan partikel padatan metal hidroksida dalam
larutan. Reaksinya adalah reaksi hidrolisis.
Gel (gelation) adalah jaringan partikel atau molekul, baik padatan dan
cairan, dimana polimer yang terjadi di dalam larutan digunakan sebagai tempat
pertumbuhan zat anorganik. Pertumbuhan anorganik terjadi di gel point, dimana
energi ikat lebih rendah. Reaksinya adalah reaksi kondensasi, baik alkohol atau
air, yang menghasilkan oxygen bridge untuk mendapatkan metal oksida.
Prekursor (senyawa awal) dalam proses sol-gel tersusun atas unsur logam
atau metaloid yang dikelilingi oleh ligan. Pada umumnya prekursor yang
digunakan yaitu logam alkoksida atau garam anorganik. Dari larutan prekursor
tersebut akan terbentuk sol. Perubahan bentuk sol menjadi bentuk gel terjadi
melalui reaksi hidrolisis dan reaksi kondensasi. Pada reaksi hidrolisis terjadi
penempelan ion hidroksil pada atom logam dengan pemutusan pada salah satu
ikatan logam alkoksida atau garam anorganik. Kemudian molekul yang telah
terhidrolisis dapat bergabung membentuk hasil reaksi kondensasi, dimana dua
logam digabungkan melalui rantai oksigen. Polimer-polimer besar terbentuk saat
19
20
Kombinasi yang khas antara sifat dari film dengan sifat dari
substrat.
Dari semua kelebihan/keunggulan yang tersebut di atas, satu hal yang amat
penting adalah bahwa semua sifat-sifat (kimia, komposisi, dan sebagainya) yang
terdapat pada awal proses akan tetap terjaga sampai dengan akhir proses.
2.5
diminati karena memiliki banyak sifat unggul, keunggulannya antara lain; massa
jenis yang rendah, tahan temperatur tinggi, tahan karat dan memiliki sifat
biokompatibilitas yang tinggi dengan tubuh sehingga biasa juga digunakan
sebagai produk implan di tubuh. Titanium merupakan unsur kesembilan terbanyak
yang ada di permukaan bumi setelah aluminium, besi dan magnesium.
Logam titanium tidak pernah ditemukan sendirian, keberadaannya selalu
berkaitan dengan mineral lainnya seperti rutile, ilmenite, leucoxence, anatase,
brookite, perovskite, dan sphene yang ditemukan dalam titanat dan beberapa besi.
Material yang mengandung titanium dan paling banyak ada dibumi dan paling
sering dimanfaatkan oleh manusia adalah rutile dan anatase. Rutile adalah bentuk
paling stabil dari titania dan paling banyak ditemukan pada sumber titanium.
21
Rutile
Antase
Bentuk kristal
Tetragonal
Tetragonal
4,58
3,78
2,5
9,49
4,27
3,90
Indeks Bias
2,71
2,52
Kekerasan (VHN)
6,0-7,0
5,5-6,0
1858
agar tidak
22
Penggunaan sebagai bahan baku raket, perlengkapan golf, dan sepeda gunung
dalam industri alat-alat olahraga. Pipa dalam industri kimia dan petrokimia, serta
berbagai aplikasi pada industri otomotif, titanium bahkan digunakan dalam
industri perkapalan dan penerbangan luar angkasa.
Memproses titanium menjadi barang siap pakai juga merupakan hal yang
sangat sulit. Keunggulan titanium juga merupakan kelemahannya. Sifat titanium
yang tahan panas dan konduktivitasnya yang rendah menyulitkan untuk perlakuan
termal dalam memproses titanium. Kekuatannya menyulitkan untuk perlakuan
mekanik. Hal inilah yang menyebabkan untuk memproses titanium membutuhkan
biaya yang lebih besar daripada logam pada umumnya.
2.6
23
24
atau
hidrofobiknya.
Pertama
yang
harus
dilakukan
25
26
Ultraviolet-Visible
(UV-Vis)
digunakan
untuk
menentukan lebar celah pita energi dalam semikonduktor. Lebar celah pita energi
semikonduktor menentukan sejumlah sifat fisis semikonduktor tersebut. Beberapa
besaran yang bergantung pada lebar celah pita energi adalah mobilitas pembawa
muatan dalam semikonduktor, kerapatan pembawa muatan, spektrum absorpsi,
dan
spektrum
luminisensi.
Ketika
digunakan
untuk
membuat
divais
27