Anda di halaman 1dari 3

Peranan xerostomia sebagai pemicu terjadinya penyakit di rongga mulut

Saliva memiliki peranaan penting untuk mempertahankan kesehatan rongga mulut, dan
mempunyai fungsi sebagai bahan pelarut, pembasahan, artikulasi, bahan peljumas, dan
peluncur, pengatur buffer, pelindung elemen gigi, self cleansing, sifat bakteriostatik dan
bakterisid, aktivitas anti jamur, retensi dan stabilisasi gigi tiruan, pengecapan, pelindung
mukosa mulut membantu pencernaan makanan. Fungsi saliva yang berhubungan dengan
terjadinya penyakit di rongga mulut adalah:
1. Sebagai pengatur buffer
Buffer adalah pengatur keseimbangan asam dan basa (ph) saliva. Ph normal saliva
adalah 6,4-6,9 namun dapat berubah karena pengaruh makanan dan minuman. Oleh
sebab itu diperlukan suatu sistembuffer untuk menjaga keseimbangan pH di rongga
mulut. konsentrasi bikarbonat adalah sistem buffer yang terpenting di dalam saliva.

Peningkatan konsentrasi asam bikarbonat menyebabkan ph saliva menjadi rendah


(asam) sehingga mudah terjadi demineralisasi yang akan menyebabkan karies gigi.
Sebaliknya penurunan konsentrasi asam bikarbonat menyebabkan peningkatan ph
saliva (alkalis) yang dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan plak dan kalkulus
pada gigi
2. Aksi self cleansing
Saliva memiliki kemampuan untuk membersihkan rongga mulut, karena mengandung
enzim amilase yang dapat membantu mencegah penumpukan sisa makanan dengan
cara menguraikan rantai glukosa panjang menjadi rantai atau potongan lebih kecil.
Bila makanan banyak menumpuk di gigi maka akan terjadi pembentukan plak pada
gigi, hal ini dapat menyebabkan bau mulut (halitosis). Selain itu dapat terjadi karies
gigi terutama bila banyak mengonsumsi makanan manis yang mengandung banyak
glukosa. Bila sekresi saliva menurun maka kadar enzim amilase akan berkurang
sehingga gigi menjadi rentan terhadap penumpukan plak yang dapat menyebabkan
terjadinya karies gigi akibat bakteri, terjadinya gingivitis yaitu peradangan pada gusi
akibat plak di subgingivalyang tidak dibersihkan serta timbul halitosis (bau mulut)
akibat produk bakteri.
3. Saliva bakterisid dan bakteriostatik
Saliva mengandung laktoferin (memiliki

aksi

bakterisidal

terhadap

strain

streptococcus mutans), laktoperoksidase (mencegah metabolisme dan pertumbuhan


bakteri), immunoglobulin (mencegah kolonisasi bakteri), faktor agregasi (musin

bertindak membentuk lapisan lendir yang sukar ditembus dan dirusak oleh bakteri).
Dengan adanya kandungan protein immunoglobulin (IgA) dan nonimmunoglobulin
(laktoferin dan laktoperosidase) di saliva tersebut, maka saliva memiliki peranan
penting dalam membunuh bakteri (sifat bakterisid) dan menghambat pertumbuhan
bakteri (sifat bakteriostatik). Bila terjadi penurunan produksi kelenjar saliva maka
kemampuan saliva untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan membunuh bakteri
menjadi berkurang, sehingga mudah terjadi karies gigi, gingivitas yang dapat
meyebabkan terjadinya penyakit pada jaringan periodontal (periodontitis).
4. Pelindung elemen gigi
Saliva mengandung protein yang melekat ke permukaan gigi untuk pembentukan
pelikel dan melindungi gigi dari asam. Protein tersebut dapt mengurangi kecepatan
demineralisasi gigi dan mengandung ion Ca (Kalsium) dan F (fosfat) yang berguna
untuk proses remineralisasi gigi. Selain itu protein tersebut juga berfungsi sebagai
pelicin ungtuk mencegah gigi menjadi aus. Dengan berkurangnya sekresi saliva,
protein juga akan berkurang sehingga gigi menjadi mudah aus.
5. Pelindung mukosa mulut
Saliva mengandung musin yang berfungsi membuat ludah menjadi pekat sehingga
tidak mudah mengalir,sehingga dapat membasahi permukaan gigi dan mukosa serta
melindungi mukosa terhadap infeksi bakteri dengan pembentukan lapisan lendir yang
sukar ditembus dan dirusak oleh bakteri. Musin bertanggungjawab terhadap sebagian
besar aktivitas agregasi didalam saliva sehingga dapat membantu jumlah
mikroorganisme di dalam rongga mulut dan melindungi mukosa terhadap infeksi
jamur. Dengan berkurangnya sekresi saliva, musin juga berkurang sehingga pasien
menjadi rentan terhadap terjadinya ulser, infeksi bakteri gingivitis dan periodontitis,
dan infeksi jamur seperti kandidiasir dan angular cheilitis.
6. Pelumas dan peluncur makanan
Saliva berfungsi untuk memudahkan penelanan makanan karena saliva membuat
bolus makanan menjadi licin dan berlendir sehingga mudah untuk ditelan. Bila aliran
saliva berkurang maka akan lebih sulit menelan makanan. Adanya kesulitan
mengkonsumsi makanan tersebut maka dapat menyebabkan terjadinya kekurangan
nutrisi dimana kebutuhan nutrisi tidak seimbang dengan kebutuhan yang diperlukan
oleh tubuh untuk metabolisme maupun beraktivitas. Banyak manifestasi di rongga
mulut akibat kekurangan nutrisi seperti angular cheilitis, terjadi akibat kekurangan
vitamin B kompleks, peradangan pada gusi (gingivitis) dan bibir pacah-pecah akibat
kekurangan vitamin C, glossitis pada lidah akibat kekurangan folat,niacin, seng,

vitamin B6 dan votamin B12, lidah menjadi pucat karena terjadi atrofi papila
filiformis akibat kekurangan folat dan zat besi
(Loren,2007)
Loren, silvia. 2007. Xerostomia akibat Efek Samping Obat Amlodipine esylate
Sebagai Pemicu Terjadinya Penyakit Di Rongga Mulut Skripsi. MEDAN : USU.

Anda mungkin juga menyukai