KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas
perkenan-Nya, buku Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini dapat diterbitkan. Buku
Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini merupakan hasil revisi Standar Keperawatan
Kesehatan Jiwa dan Penerapan Standar Asuhan Keperawatan pada Kasus di Rumah
Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Ketergantungan Obat tahun 1998.
Pelayanan Keperawatan Jiwa sebagai salah satu bentuk pelayanan professional,
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan
secara keseluruhan. Di sisi lain yakni sebagai salah satu factor penetu baik buruknya
mutu dan citra rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan jiwa perlu
dipertahankan serta ditingkatkan seoptimal mungkin.
Bertolak dari kerangka pikir inilah, maka keberadaan Standar Pelayanan Jiwa sangat
diperlukan dan Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini berfungsi sebagai pedoman
kerja bagi tenaga keperawatan serta sebagai tolok ukur mutu pelayanan dan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Oleh karena itu, Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa harus dilaksanakan oleh seluruh
tenaga keperawatan sehingga pelayanan keperawatan jiwa dapat dipertanggung
jawabkan secara professional. Terutama dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan
persiapan program akreditasi RS, maka dalam pemberian asuhan keperawatan, seluruh
tenaga keperawatan mutlak menerapkan Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa.
Kepada semua pihak yang telah berperan serta dan memberikan bantuan pemikiran serta
sumbang saran demi terwujudnya buku ini, kami sampaikan terima kasih.
Disamping itu, buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya masukan dan kritik
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Jakarta,
Desember 2006
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
Sekretaris,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pengertian
C. Lingkup Pelayanan Keperawatan Jiwa
D. Sistematika Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa
1
1
2
2
2
BAB II
3
4
4
5
6
BAB III
BAB V
7
8
8
9
9
10
11
11
PENUTUP
13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dalam bidang informasi dan komunikasi serta teknologi memberi
dampak adanya pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat hingga menimbulkan
berbagai konflik dalam kehidupan. Kecenderungan meningkatnya masalah
psikososial dan gangguan kesehatan jiwa dalam masyarakat akhir-akhir ini terlihat
dengan jelas.
Proyeksi WHO (tahun 2005) tentang pengaruh bencana tsunami terhadap korban
adalah 12 bulan setelah peristiwa bencana sebanyak 30-50% korban akan
mengalami distress psikososial sedang ke berat, 20-40% mengalami distress
psikososial sedang, 15-20% mengalami gangguan jiwa sedang ke berat dan 3-4%
gangguan jiwa berat. (angka gangguan akibat bom bali, gempa Yogya disertakan)
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI tahun 2004, menunjukkan bahwa dari
4576 sampel yang mengalami gangguan jiwa, sebanyak 0,7% terjadi pada kelompok
usia 20-24 tahun, 35-39 tahun dan 40-44 tahun.
Masalah kesehatan jiwa saat ini merupakan ancaman, meskipun tidak menyebabkan
kematian, secara langsung namun dapat menyebabkan kerugian karena pasien/klien
tidak menjadi produktif bahkan seringkali tergantung pada keluarga atau masyarakat
sekitar.
Untuk menanggulangi kasus tersebut perlu pelayanan yang komprehensif dan
optimal. Pelayanan keperawatan jiwa merupakan bagian pelayanan yang penting
untuk mengurangi angka kejadian dan angka kesakitan kesehatan jiwa. Menyikapi
hal tersebut, Direktorat Keperawatan Depkes RI pada tahun 1997 telah menyusun
Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa yang dipergunakan sebagai pedoman bagi
perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan jiwa agar masyarakat dapat
menerima pelayanan keperawatan jiwa yang aman.
Standar pelayanan keperawatan jiwa merupakan salah satu komponen mutu
pelayanan kesehatan yang merupakan indikator dari kondisi, perilaku dan elemen
kunci sebagai tolok ukur pengukuran mutu pelayanan keperawatan.
Perubahan akibat berkembangnya IPTEK kedokteran dan keperawatan serta
perubahan kondisi rumah sakit jiwa, menuntut dilakukannya revisi terhadap Standar
Pelayanan Keperawatan Jiwa yang telah disusun tersebut.
B. PENGERTIAN
Standar pelayanan keperawatan jiwa merupakan salah satu perangkat yang
diperlukan oleh setiap tenaga perawat khususnya perawat di rumah sakit jiwa dan
rumah sakit ketergantungan obat dalam memberikan pelayanan keperawatan jiwa.
Standar praktik keperawatan adalah ekspektasi atau harapan-harapan minimal dalam
memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis.
BAB II
STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN JIWA
A. STANDAR I : PENGKAJIAN
Pernyataan
Perawat mengumpulkan data spesifik tentang kesehatan jiwa pasien yang diperoleh dari
berbagai sumber data dengan menggunakan berbagai metode pengkajian.
Rasional
Pengkajian yang terfokus memudahkan perawat membuat keputusan klinik (diagnosa
keperawatan) dan membuat perencanaan intervensi keperawatan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Kriteria struktur
1. Ada kebijakan pemberlakuan/ SAK dan SOP
2. Adanya petunjuk teknis
3. Tersedianya format pengkajian
Kriteria proses
1. Melakukan kontrak dengan pasien/keluarga/masyarakat
2. Mengkaji keluhan utama pasien dan data penunjang lain dengan berbagai
metode pengkajian dan dari berbagai sumber
3. Mengelompokkan data yang diperoleh secara sistimatis
4. Memvalidasi data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai metode
validasi
5. Mendokumentasi seluruh data yang diperoleh dalam format pengkajian
Kriteria hasil
1. Diperolehnya keluhan utama dan data dasar pasien; yang dikelompokkan dan
didokumentasikan pada format pengkajian yang telah ditetapkan
2. Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengumpulan data
Kriteria proses
1. Memprioritaskan masalah keperawatan
2. Merumuskan tujuan keperawatan
3. Menetapkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
masalah pasien
4. Memvalidasi kesesuaian rencana keperawatan dengan kondisi pasien terkini
5. Mendokumentasikan rencana keperawatan
Kriteria hasil
Adanya dokumentasi rencana keperawatan yang berfokus pada kemampuan
kognitif, afektif, psikomotor pasien dan keluarga
E. STANDAR V : EVALUASI
Pernyataan :
Perawat melakukan evaluasi perkembangan kondisi kesehatan pasien untuk menilai
pencapaian tujuan
Rasional
Evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan.
Kriteria struktur
Adanya SOP dan instrumen
Kriteria proses
1. Menilai kesesuaian respons pasien dan kriteria hasil
2. Memodifikasi rencana keperawatan sesuai kebutuhan
3. Melibatkan pasien dan keluarga
Kriteria hasil
1. Hasil evaluasi tindakan terdokumentasikan
2. Perubahan data pasien terdokumentasikan
3. Perubahan pada masalah keperawatan pasien terdokumentasikan
4. Modifikasi pada rencana keperawatan terdokumentasikan
BAB III
STANDAR PENAMPILAN PROFESIONAL PERAWAT
A. STANDAR I : KUALITAS ASUHAN
Pernyataan
Perawat mengevaluasi kualitas asuhan dan efektifitas praktek keperawatan kesehatan
jiwa secara sistematis.
Rasional
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tingkat kesejahteraan masyarakat
menimbulkan dampak terhadap pelayanan kesehatan jiwa termasuk pelayanan
keperawatan jiwa semakin meningkat. Perawat senantiasa meningkatkan kompetensi
diri mengembangkan profesionalisme dan memperbaiki kualitas asuhan keperawatan.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan penerapan standar asuhan keperawatan jiwa.
2. Adanya SOP sebagai pedoman kerja pelayanan dan asuhan keperawatan
3. Pendidikan minimum DIII Keperawatan
4. Adanya program pengembangan pendidikan keperawatan sesuai standar
pengembangan tenaga keperawatan (formal dan non formal)
5. Adanya standar tenaga yang telah ditetapkan
6. Adanya sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai standar
7. Adanya tim pengendali mutu pelayanan.
Kriteria Proses
1. Mengidentifikasi peluang untuk perubahan perbaikan
2. Mengumpulkan dan menganalisa data yang relevan
3. Membuat perencanaan
4. melaksanakan perubahan untuk meningkatkan kualitas asuhan
Kriteria Hasil
1. Tersedia hasil pengendalian mutu pelayanan kesehatan umum :
BOR meningkat
ALOS menurun
TOI meningkat
2. Tersedia data tentang : Pasien lari, pengikatan atau pengekangan fisik, scabies,
kategori tingkat ketergantungan pasien : mandiri, bantuan, tergantung
3. Tersedia hasil penilaian kepuasan : (Pasien, Keluarga, Perawat, Tenaga
kesehatan lain).
4. Tersedia hasil kinerja (Kepala ruangan, Ketua tim, Perawat pelaksana)
Kriteria Hasil
1. Adanya dokumentasi program pengembangan staf formal dan non formal
termasuk system seleksi
2. Adanya perawat yang telah mengikuti pendidikan formal dan non formal
E. STANDAR V : ETIKA
Pernyataan
Keputusan dan tindakan perawat atas nama pasen ditentukan berdasarkan kode etik
yang berlaku
Rasional
Kepercayaan dan hak publik harus dilindungi melalui praktek keperawatan profesional
yang didasari oleh pengembangan hubungan yang terapeutik dengan pasen.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan pemberlakuan pedoman etik profesi perawat yang menyatu
dengan dokumen kode etik Rumah Sakit
2. Adanya dokumentasi kode etik keperawatan
3. Adanya SOP penyelesaian masalah etik
Kriteria Proses
1. Adanya penyelesaian masalah etik
2. Adanya pelaksanaan peer review untuk membicarakan masalah etik
3. Adanya penyelesaian masalah etik keperawatan
Kriteria Hasil
1. Adanya dokumentasi penyelesaian masalah etik.
2. Adanya dokumentasi pelanggaran etik
Kriteria Hasil
1. Adanya dokumen hasil konferensi
2. Adanya dokumen program terapi dokter melalui telepon dan visite
3. Tidak adannya overlap pemberian obat.
Rasional
Pasien dijamin mendapat pelayanan kesehatan jiwa yang aman, berkualitas, efektif, dan
terjangkau.
Kriteria Struktur
1. Adanya dokumen anggaran keperawatan
2. Adanya dokumen standar manajemen sumber daya keperawatan
3. Adanya dokumen standar tenaga keperawatan
4. Adanya dokumen profil tenaga perawat
5. Adanya dokumen standar alat-alat kebutuhan pasien
6. Adanya dokumen SOP penggunaan dan pemeliharaan peralatan
7. Adanya dokumen program K3
Kriteria Proses
1. Melakukan pertemuan, perencanaan, penggunaan anggaran keperawatan
perencanaan sumber daya keperawatan
2. Melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan sumber daya dan alat alat
kebutuhan pasien
3. Melakukan pertemuan membahas hasil monitoring evaluasi sumber daya
keperawatan, serta rencana tindak lanjut
4. Melaksanaan program K3,monitoring evaluasi dan rencana tindak lanjut
Kriteria Hasil
1. Adanya dokumen hasil pertemuan, perencanaan penggunaan anggaran dan
sumber daya keperawatan
2. Adanya dokumen hasi monitoring evaluasi penggunaan sumber daya
keperawatan, alat kebutuhan pasien, pelaksanaan program K3 dan rencana
tindak lanjut.
BAB IV
PENUTUP
Masalah kesehatan jiwa saat ini cenderung meningkat dimana Indonesia mengalami
krisis dibidang ekonomi serta krisis sosial yang sangat dominan dalam kehidupan di
masyarakat sehingga bertambah beratnya tekanan hidup, meskipun tidak secara
langsung menyebabkan kematian, tetapi angka gangguan jiwa cenderung meningkat
terus.
Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukan dari sample 4576, sebanyak
0,7% mengalami gangguan mental dan terjadi pada kelompok usia 20-24 tahun
sampai dengan 40- 44 tahun.
Pelayanan keperawatan jiwa merupakan bagian dari pelayanan yang penting dalam
rangka mengurangi masalah kesehatan jiwa. Oleh karena itu, Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan RI telah menyusun Standar
Pelayanan Keperawatan Jiwa.
Standar ini diharapkan dapat dipergunakan di tatanan pelayanan keperawatan
khususnya rumah sakit jiwa baik pemerintah maupun swasta. Tujuan akhir dari
standar ini adalah agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang professional serta
menerima pelayanan keperawatan jiwa yang aman.
Buku Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini merupakan penyempurnaan dari buku
Keperawatan Jiwa yang disusun pada tahun 1998, sehingga standar ini dapat
dijadikan panduan dalam memberikan asuhan keperawatan di tatanan pelayanan.
LAMPIRAN
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HARGA DIRI RENDAH
I. Deskripsi
Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu memberi penilaian negatif
terhadap diri dan kemampuannya dalam waktu lama secara terus menerus.
II. Tanda dan gejala
1.
b. Tindakan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan; sesuai perencanaan adalah:
1). Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
a). Mendiskusikan adanya sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien; baik fisik maupun psikososial
b). Memberi pujian secara nyata dan hindarkan penilaian yang negatif.
2). Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
a). Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
b). Membantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c). Memperlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif
3). Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4). Melatih kemampuan yang dipilih pasien
a). Mendiskusikan dengan pasien langkah-langkah untuk melakukan
kegiatan
b). Memperagakan kegiatan yang dipilih
c). Membantu dan mendukung pasien untuk melakukan kegiatan
d). Memberikan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
5). Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
a). Menganjurkan pasien melakukan kegiatan yang telah dilatih
b). Bersama pasien memasukkan kegiatan yang telah dilatih dalam
jadwal kegiatan harian
c). Memberi pujian atas kegiatan yang dilakukan setiap hari sesuai
jadwal
d). Meningkatkan kegiatan sesuai dengan kegiatan yang telah dipilih
6). Memberikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan
V.
d. Alam perasaan
[ ] Sedih
[ ] Putus asa
[ ] Ketakutan
[ ] Gembira berlebihan
Jelaskan :.
Masalah keperawatan :.
d. Interaksi selama wawancara
[ ] Bermusuhan
[ ] Tidak kooperatif
[ ] Mudah tersinggung
[ ] Kontak mata kurang
[ ] Defensif
[ ] Curiga
Jelaskan :.
Masalah keperawatan :
e. Tingkat konsentrasi dan berhitung
[ ] Mudah beralih
[ ] Tidak mampu berkonsentrasi
[ ] Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :..
Masalah keperawatan :
f. Istirahat dan tidur
[ ] Tidur siang : lama .s/d
[ ] Tidur malam : lamas/d.
[ ] Kegiatan sebelum/sesudah tidur
Jelaskan :
Masalah keperawatan :..
Deskripsi
Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami seseorang secara individual
akibat persepsi individu terhadap lingkungan yang dirasakan mengancam
keamanan dirinya secara fisik dan psikologis. Terjadi penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
II.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Tidak berkomunikasi
Memperlihatkan perilaku yang tidak diterima orang kebanyakan
Melakukan tindakan yang tidak berguna berulang kali
Melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya
Sedih, afek tumpul
Merasa bosan dan waktu berjalan lambat
Merasa tidak dimengerti oleh orang lain/tidak aman di lingkungan
Apabila ditemukan minimal satu dari tanda dan gejala nomor 1 8, maka
dapat ditegakkan diagnosa keperawatan aktual, sedangkan tanda dan gejala
berikutnya berisiko terjadinya masalah keperawatan
III. Masalah keperawatan
Masalah utama yang dapat ditegakkan adalah isolasi sosial
IV. Tindakan keperawatan pada pasien
a. Tujuan
Tujuan tindakan keperawatan adalah pasien mampu
1). Membina hubungan saling percaya
2). Menyadari penyebab isolasi social
3). Berinteraksi dengan orang lain
b. Tindakan
1). Membina Hubungan Saling Percaya
a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan,
serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
c) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d) Membuat kontrak : apa yang akan lakukan, berapa lama dan
tempatnya di mana
e) Menjelaskan bahwa informasi yang diperoleh akan dirahasiakan
untuk kepentingan terapi
f) Setiap saat menunjukkan sikap empati/peduli terhadap pasien
g) Memenuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2) Mengenal penyebab isolasi sosial
b). Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain
c). Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
3). Mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain
a) Mendiskusikan keuntungan memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka
4). Mengenal kerugian tidak berhubungan
a) Mendiskusikan kerugian mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain
b) Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
5). Membantu pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
a). Memberi kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain
Tujuan
Keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
Tindakan
1. Melatih keluarga merawat pasien isolasi sosial
1)
VIII. Evaluasi
1. Pasien
a. Menunjukkan rasa percaya
b. Mengungkapkan penyebab tidak bergaul, kerugian tidak bergaul dan
keuntungan bergaul
c. Memperlihatkan kemauan berinteraksi dengan orang lain
2. Keluarga
a. Memotivasi pasien unruk bergaul
b. Memuji keberhasilan pasien
c. Melibatkan pasien dalam pergaulan/kegiatan dilingkungan
IX. Dokumentasi
a. Keluhan utama
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
Data spesifik yang perlu diidentifikasi dai setiap jenis adalah waktu dan
frekuensi halusinasi serta situasi yang mendukung munculnya halusinasi.
Apabila ditemukan tanda dan gejala dari salah satu jenis halusinasi diatas, maka
dapat ditegakkan masalah keperawatan aktual
b Tindakan
1. Membantu pasien mengenali halusinasi : mendiskusikan dengan pasien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat/diraba/dihidu/dirasa),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi
muncul
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi.
a). Menghardik halusinasi
1). Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2). Memperagakan cara menghardik
3). Meminta pasien memperagakan ulang
4). Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
b). Bercakap-cakap dengan orang lain
c). Melakukan aktivitas yang terjadwal
1). Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi.
2). Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
3). Melatih pasien melakukan aktivitas
4). Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari
bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
5). Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan
penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.
d). Menggunakan obat secara teratur
1). Menjelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan
jiwa
2). Menjelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
3). Menjelaskan akibat bila putus obat
4). Menjelaskan cara mendapatkan obat/berobat
5). Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
(benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar
dosis)
V. Tindakan Keperawatan Keluarga
a. Tujuan, keluarga dapat:
1. Memahami masalah yang dihadapi oleh pasien halusinasi
2. Memahami tindakan yang dapat dilakukan keluarga dalam merawat
pasien halusinasi
3. Melakukan tindakan yang dapat dilakukan keluarga dalam merawat
pasien halusinasi
4. Memantau perkembangan kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi
5. Memfasilitasi kebutuhan pasien akan psikofarmaka.
b. Tindakan
1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4. Melibatkan keluarga dalam membuat perencanaan pasien pulang
:
:
:
:
Masalah keperawatan: .
1.
2.
3.
4.
Rambut acak-acakan,
Penampilan tidak rapi (pakaian kotor)
Tidak mau/tidak mampu menyisir rambut
Tidak mampu/tidak mau berpakaian secara benar (pakaian tidak sesuai),
tidak mampu memilih/mengambil/mengenakan/melepas pakaian,
termasuk mengancingkan dan menutup/membuka resleting
5. Tidak mampu/tidak mau memakai alas kaki
6. Tidak ada minat mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan atau harus dimotivasi untuk melakukan perawatan diri
7. Laki-laki tidak bercukur atau perempuan tidak berdandan
d Kurang perawatan diri : Toileting (BAB/BAK)
1. BAB/BAK tidak pada tempatnya/sembarang tempat
2. Tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
3. Tidak mampu menggunakan kloset/pispot
4. Tidak mampu menyiram/menjaga kebersihan toilet
5. Tidak mampu/tidak mau mengenakan pakaian setelah BAK/BAB
Diagnosa keperawatan kurang perawatan diri dapat ditegakkan apabila
ditemukan minimal 1 tanda/gejala masing-masing kurang perawatan diri diatas.
III. Masalah keperawatan
Masalah utama yang dapat ditegakkan adalah Kurang perawatan diri
mandi/berhias/makan/ BAB/BAK
IV. Tindakan keperawatan untuk pasien
a
Tujuan
1. Pasien mampu menjaga dan melakukan tindakan kebersihan diri
secara mandiri
2. Pasien mampu berhias sesuai dengan kondisi
3. Pasien mampu makan secara mandiri
4. Pasien mampu melakukan toileting (BAB/BAK) secara mandiri
b Tindakan
1. Melatih pasien cara menjaga kebersihan diri
a). Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
b). Menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk kebersihan diri
c). Menjelaskan cara melakukan kebersihan diri: mandi, cuci rambut,
memotong kuku
d). Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2. Melatih pasien berhias
Untuk laki-laki
a). Berpakaian
b). Menyisir rambut
c). Bercukur
Untuk perempuan
a). Berpakaian
b). Menyisir rambut
c). Berdandan
1. Status mental
Penampilan :
[ ] Tidak rapi
[ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : ..........................................................................................
..........................................................................................................
Masalah keperawatan : .....................................................................
2. Kebutuhan sehari hari
a. Makan
[ ] bantuan minimal
[ ] bantuan total
b. BAB/BAK
[ ] bantuan minimal
[ ] bantuan total
c. Membersihkan diri (mandi, keramas)
[ ] bantuan minimal
[ ] bantuan total
d. Berpakaian/berhias
[ ] bantuan minimal
[ ] bantuan total
Jelaskan : .........................................................................................
.........................................................................................................
Masalah keperawatan : ...................................................................
b
c
d
e
Apabila ditemukan data no 1 (minimal 1 data tentang keyakinan yang salah) dan
no 2 maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan, sedangkan tanda dan gejala
lainnya menunjukkan risiko terjadinya masalah keperawatan.
III.
Masalah Keperawatan
Masalah utama yang dapat ditegakkan adalah gangguan proses pikir :
waham
Tujuan
1. Keluarga mampu mengidentifikasi jenis dan penyebab waham yang
dialami pasien
2. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien waham
3. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara merawat pasien
1). Memfasilitasi/memenuhi kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi
2). Melaksanakan program pengobatan pasien secara optimal
3). Mengatur lingkungan yang terapeutik untuk pasien
4. Keluarga mampu melakukan perawatan pada pasien
5. Keluarga mampu membawa ke RS jika kondisi pasien memburuk
Tindakan :
1. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
2. Diskusikan dengan keluarga tentang
a). Cara merawat pasien waham dirumah
b). Follow up dan keteraturan pengobatan
c). Lingkungan yang tepat untuk pasien.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
4. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi
segera
5. Latih cara merawat pasien waham
6. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga
[ ] Fobia
[ ] Ide terkait
[ ] Pikiran magis
C. Jenis Waham
[ ] Agama [ ] Somatic
[ ] Nihilistik [ ] Sisip piker
[ ] Kebesaran
[ ] Siar pikir
[ ] Curiga
[ ] Kontrol pikir
Agresif
Sikap bermusuhan/marah
Mengepalkan tangan / postur tubuh kaku
Muka merah/tegang, mata melotot/pandangan tajam
Mengatupkan rahang dengan kuat
Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan PK adalah: TAK
stimulasi persepsi
a Sesi I: mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b Sesi II: mencegah perilaku kekerasan fisik
c Sesi III: mencegah perilaku kekerasan sosial
d Sesi IV: mencegah perilaku kekerasan spiritual
e Sesi V: mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat
VIII. Evaluasi
a. Pasien
Mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,
social/verbal, spiritual, terapi psikofarmaka secara teratur sesuai jadual
b. Keluarga :
1. Mampu memotivasi klien dalam melakukan cara mengontrol perilaku
kekerasan
2. Mampu mengidentifikasi perilaku klien yang harus dilaporkan pada
perawat
IX. Dokumentasi proses keperawatan
Riwayat Trauma
1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga
5. Tindakan criminal
Pelaku/Usia
[
[
[
[
[
6. Aktivitas motorik
[ ] Lesu
[ ] Tegang
[ ] Tik
[ ] Grimasen
][
][
][
][
][
]
]
]
]
]
Korban/Usia
[
[
[
[
[
][
][
][
][
][
[ ] Gelisah
[ ] Tremor
]
]
]
]
]
Saksi/Usia
[
[
[
[
[
][
][
][
][
][
]
]
]
]
]
[ ] Agitasi
[ ] Kompulsif
[ ] Mudah tersinggung
[ ] Curiga
VIII. Evaluasi
a. Pasien
1. Menunjukkan rasa percaya
2. Mengungkapkan perasaan yang membebani
3. Memperlihatkan koping yang efektif
b. Keluarga
d. Melindungi keamanan pasien
e. Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan harian
f. Membantu pasien mengekspresikan perasaannya
g. Memuji keberhasilan pasien
h. Melibatkan pasien dalam pergaulan/kegiatan dilingkungan
VII. Dokumentasi
1.
Heroin/putaw/morfin
eforia
mengantuk
bicara cadel
b.
Ganja
eforia
mata merah
mulut kering
c.
mengantuk
memperpanjang tidur
hilang kesadaran
Alkohol
mata merah
bicara cadel
perubahan persepsi
e.
Benzodiazepin
pengendalian diri
berkurang
jalan sempoyongan
d.
konstipasi
penurunan kesadaran
jalan sempoyongan
penurunan
kemampuan menilai
Ekstasi/shabu
selalu terdorong untuk bergerak
berkeringat
gemetar
cemas
depresi
paranoid
[ ] 1 hari 1 minggu
[ ] lainnya ..