ISBN :
ABSTRAK
Matematika di sekolah memegang peran penting bagi siswa dalam mencapai keberhasilan
di UN. Bagi sekolah-sekolah favorit, mencari siswa berkualitas bukan urusan sulit. Tetapi, untuk
sekolah-sekolah non favorit, mencari siswa saja memerlukan perjuangan keras yang belum tentu
berhasil. Di lain pihak, guru matematika juga harus berjuang keras agar para siswa sekolah non
favorit tersebut berhasil lulus dalam ujiannya. Permasalahannya, bagaimana upaya guru agar
mampu meningkatkan aktivitas belajar dan daya serap siswa dalam pelajaran matematika? Penulis
menyodorkan ide untuk menggabungkan model pembelajaran Problem Posing dan Mind Mapping
yang dikemas dalam bentuk kegiatan Lesson Study.
Problem Posing, adalah jenis model pembelajaran yang mengharuskan kepada siswa
untuk mengajukan soal beserta penyelesaiannya. Dalam Mind Mapping, guru membentuk
kelompok-kelompok kecil siswa. Tiap kelompok diminta untuk menyelesaikan tugas/soal
menantang terkait dengan materi yang sedang dibahas. Setelah dikerjakan, perwakilan kelompok
diminta untuk memaparkan secara serentak hasil dari tugas guru. Sedangkan sintaks dalam
Lesson Study, pembelajaran dilaksanankan secara kolaboratif adalah melalui tahapan Plan, Do, dan
See. Jadi, kegiatan pembelajaran harus dirancang dahulu, dilaksanakan, dan kemudian direfleksi.
Saat diujicobakan di perkuliahan yang ditinjau juga oleh Tim Monev dari Dirjen Dikti, hasilnya
adalah: (1) aktivitas belajar mahasiswa dapat meningkat, dan (2) hasil belajarnya juga meningkat.
Diharapkan, hasil yang relevan juga akan diperoleh jika gabungan model pembelajaran Problem
Posing dan Mind Mapping yang dikemas dalam bentuk kegiatan Lesson Study ini dilaksanakan di
sekolah-sekolah.
Oleh karena itu, maka disarankan agar gabungan model pembelajaran Problem Posing
dan Mind Mapping yang dikemas dalam bentuk kegiatan Lesson Study ini dapat dilaksanakan di
sekolah-sekolah. Diharapkan, aktivitas dan daya serap siswa dalam belajar matematika dapat
ditingkatkan.
Kata Kunci: Problem Posing, Mind Mapping, Lesson Study, Matematika Sekolah.
A. Pendahuluan
Matematika di sekolah memegang peran penting bagi siswa dalam
mencapai keberhasilan di UN. Bagi sekolah-sekolah favorit, mencari siswa
berkualitas bukan urusan sulit. Tetapi, untuk sekolah-sekolah kurang favorit,
25
ISBN :
Penulis
menyodorkan
ide
untuk
menggabungkan
model
pembelajaran Problem Posing dan Mind Mapping yang dikemas dalam bentuk
kegiatan Lesson Study.
Diharapkan, melalui kegiatan pembelajaran yang menggabungkan model
pembelajaran problem posing dan mind mapping yang dikemas dalam kegiatan
lesson study ini, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan daya serap siswa, baik
siswadi Pendidikan Dasar maupun di Pendidikan Menengah.
dapat
dirumuskan
sebagai
berikut.
Bagaimana
dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan daya serap siswa, baik siswa di Pendidikan Dasar
maupun di Pendidikan Menengah? Untuk memecahkan masalah ini, penulis memilih
model pembelajaran yang menggabungkan model pembelajaran problem posing dan
mind mapping yang dikemas dalam kegiatan lesson study.
26
ISBN :
sendiri
soal
dan
penyelesaiannya
(problem
posing),
serta
Problem Posing dan Mind Mapping yang dikemas dalam kegiatan Lesson Study ini
dititikberatkan kepada:
1) Meningkatnya daya serap siswa dalam mempelajari/mengikuti pelajaran
matematika.
2) Meningkatnya
aktivitas
siswa
dalam
mempelajari/mengikuti
pelajaran
matematika.
3) Meningkatnya kerja sama antar mahasiswa dalam mempelajari/mengikuti
pelajaran matematika.
Jika dalam pelajaran matematika diterapkan gabungan model pembelajaran
Problem Posing dan Mind Mapping yang dikemas dalam kegiatan Lesson Study maka
dalam pembelajaran matematika perlu dan harus disiapkan seperangkat tugas
pembelajaran yang disiapkan agar siswa dapat menemukan sendiri (dengan
bimbingan proporsional dari guru) istilah-istilah, konsep-konsep dasar, prinsipprinsip, atau pencarian soal-soal menantang dalam matematika. Sebagai tambahan
kegiatan, dalam pembelajaran, guru juga dapat memakai pembelajaran system
bilingual (penyampaian materi kuliah dalam bahasa Inggris). Dalam Mind Mapping,
siswa perlu memaparkan temuannya di depan kelas untuk dikaji bersama-sama.
Dalam pembelajaran berbasis model pembelajaran Problem Posing dan Mind
Mapping yang dikemas dalam kegiatan Lesson Study ini, sebelum pembelajaran
dimulai, guru secara kolaboratif merancang bersama (Plan), melaksanakan (Do), dan
selanjutnya merefleksi (See). Dalam Plan, tim guru juga telah menyiapkan Bahan
27
ISBN :
Ajar, RPP, dan Media. Tim guru matematika mengadakan studi pendahuluan di kelas
untuk melihat permasalahan nyata di kelas yang bersangkutan. Pemberian tugas yang
terkait dengan implementasi Problem Posing, para siswa diminta untuk mengajukan
soal matematika (materi pokoknya, sesuai dengan yang sedang diajarkan) yang juga
terkait dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat
ahli pendidikan matematika dari Belanda, yakni Freudenthal (1991) yang menyatakan
Mathematics as human activity.
Selanjutnya, Cathleen V. Sanders (1998:554) dalam sebuah jurnal menulis
bahwa Mathematics constructions can enrich students visualization and
comprehension of mathematics, lay a foundation for analysis and deductive proof.
Hal ini bisa terlaksana jika model pembelajaran matematika di sekolah diarahkan
pada model pembelajaran mind mapping yang memaparkan hasil pemikiran para
siswa di depan kelas secara serentak. Inge Schwank (1993) dalam tulisannya di jurnal
mengatakan bahwa basis esensi pembelajaran matematika adalah aspek kognitif
(mind) dan kemampuan memaparkannya (mapping).
Dalam pembelajaran ini, siswa belajar sambil menemukan pengetahuannya
sendiri. Untuk siswa, kemampuan menemukan pengetahuannya sendiri melalui
kegiatan Lesson Study berbasis model pembelajaran Problem Posing dan Mind
Mapping ini juga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.
Karena mereka juga bekerja dalam kelompok, maka diharapkan terjadi pula
peningkatan kerja sama di antara para siswa. Philip Clarkson (1984) dalam suatu
jurnal menulis When will they get down to do real work? All they seem to do in
mathematics lesson these days is inquiry by them self.
Dengan
demikian,
kecenderungan
pola
pendekatan
ilmiah
dalam
28
ISBN :
siswa dalam belajarnya. Berlyne juga menganjurkan agar guru dalam setiap
langkahnya, menawarkan hal-hal yang baru kepada siswanya. Terobosan cara
memberi pelajaran melalui gabungan penerapan model pembelajaran Problem Posing
dan Mind Mapping yang dikemas dalam kegiatan Lesson Study adalah bentuk
kegiatan pembelajaran yang baru dan inovatif.
Selain itu, Atkinson (1992) dalam penelitiannya menyatakan bahwa siswa
yang memiliki tingkat kognitif dan minat yang tinggi cenderung memiliki tingkat
keberhasilan belajar yang tinggi pula.
Diharapkan, gabungan kedua model pembelajaran ini mampu meningkatkan
minat siswa dalam belajar matematika sehingga kemampuannya dalam matematika
dapat meningkat. Juga, sukses dalam menempuh UN. Bahkan dengan menggunakan
bahasa Inggris sekalipun. Hal ini sesuai dengan pendapat Stanley P. Izen (1998:719)
yang dalam sebuah jurnal menulis bahwa Students have a much greater appreciation
for, and interest in, if they understand.. Selain itu, McKeachie (1998) menegaskan
bahwa pembelajaran berhasil jika memperhatikan 2 aspek penting yaitu keberanian
untuk menemukan, memikirkan solusinya (mind) dan kegiatan yang memaparkan
hasil (mapping). Keberanian untuk memaparkan dan menjelaskan hasil pekerjaan di
papan tulis jelas akan menunjang keberhasilan siswa dalam meneruskan sekolah dan
bekerja di kelak kemudian hari.
29
ISBN :
Ada tiga tipe model pembelajaran Problem Posing yang dapat dipilih guru.
Pemilihan tipe ini dapat disesuaikan dengan tingkat kecerdasan para siswanya.
1)
2)
ISBN :
Siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang
relevan dengan pertanyaan guru.
Contoh:
Misalnya, guru membuat soal sebagai berikut.
D
APD.
Siswa harus bisa mengubah soal tersebut di atas, misalnya menjadi seperti
berikut ini.
31
ISBN :
Jadi, sintaks model pembelajaran Problem Posing, secara garis besar adalah sebagai
berikut.
1. Guru mengajarkan materi dan memberikan contoh-contoh soal serta latihan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil siswa (4 5 siswa). Sebaiknya,
kelompok ini bersifat heterogen kemampuan akademiknya.
3. Setiap kelompok diminta untuk membuat atau mencari soal yang berkaitan dengan
materi yang diberikan guru (cukup satu soal), dan kelompok yang bersangkutan
diminta untuk menemukan sendiri penyelesaian soal itu.
4. Tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan soal dan penyelesaiannya.
5. Guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber jika diperlukan.
Untuk pelajaran matematika, maka soal dan penyelesaian yang dibuat oleh kelompok
siswa haruslah sesuai dengan materi pokok yang sedang diajarkan oleh guru saat itu.
Mapping
ini
merupakan
salah
satu
model
pembelajaran
yang
32
ISBN :
33
ISBN :
34
ISBN :
Kelemahan:
-
Karena para mahasiswa masih dalam tataran semester awal, maka dosen perlu
memberikan model mengajar yang baik di depan para mahasiswa. Dosen sangat perlu
membahas, dan membetulkan kesalahan-kesalahan yang terjadi saat presentasi selesai
dilaksanakan.
2. dapat
meningkatkan
aktivitas
mahasiswa
ISBN :
dalam
mempelajari/mengikuti
Jika di perguruan tinggi juga berhasil, maka diharapkan keberhasilan yang serupa
akan dicapai jika penggabungan model pembelajaran Problem Posing dan Mind
Mapping yang dikemas dalam kegiatan Lesson Study ini diterapkan di sekolah, baik
pada jenjang Pendidikan Dasar maupun di jenjang Pendidikan Menengah.
Saran
1. Penggabungan model pembelajaran Problem Posing dan Mind Mapping yang
dikemas dalam kegiatan Lesson Study ini tampaknya layak untuk diterapkan di
sekolah, baik pada jenjang Pendidikan Dasar maupun di jenjang Pendidikan
Menengah (jika perlu, dengan penyampaiannya secara
bilingual). Dengan
demikian, aktivitas, kerja sama, dan daya serap siswa dalam belajar matematika
dapat ditingkatkan.
2. Perlu diadakan lomba intern bagi kelompok mahasiswa Prodi Pendidikan
Matematika dalam mengajarkan matematika berbasis Lesson Study.
3. Jurusan Matematika perlu mengembangkan Laboratorium Bahasa Inggris
Pendidikan Matematika melalui praktik Micro Teaching berbahasa Inggris
berbasis pada penerapan model-model pembelajaran yang inovatif. Dengan
demikian, kemampuan mahasiswa sebagai calon guru matematika akan lebih
berkembang.
36
ISBN :
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Berlyne, D.E. 1990. Conflict, Arousal, and Curiosity. New York : McGraw-Hill.
Freudenthal. 1991. Revisiting Mathematics Education. China Lectures. Dordrecht
Kluwer: Academic Publishers.
Yoshio Kimura. 1993. Computer Graphics and Mathematics Education. Surabaya :
FMIPA IKIP Surabaya.
2. Jurnal
Atkinson, R.C. 1992. Ingredients for a Theory of Instruction. Journal of American
Psychology, 27, p. 921931.
Cathleen V. Sanders. 1998. Geometric Constructions : Visualizing and Understanding
Geometry. Journal of Teachers Mathematics. Vol. 91 Number 7. October. p. 554.
Inge Schwank. 1993. On the Analysis of Cognitive Structures in Algorithmic Thinking.
The Journal of Mathematical Behavior. June 1993. Volume 12, Number 2. New
Jersey : Ablex Publishing Corporation.
McKeachie, W.J. 1998. Teaching Tips, 9-th Ed. Journal of Teachers Mathematics.
Volume 91, Number 8, November, p 512.
Philip Clarkson. 1984. A game of Strategy?. The Journal of The Australian Mathematics
Teacher. Volume 40, Number 3, October. Quensland : Kenmore Hill.
Stanley P. Izen. 1998. Proof in Modern Geometry. Journal of Teachers Mathematics.
Volume 91, Number 8, November, p 719.
37