Anda di halaman 1dari 15

10 Model Pembelajaran Matematika di SD

Tuesday, 13 December 2016  Add Comment

10 Model Pembelajaran Matematika di SD_ Matematika adalah mata pelajaran yang


dianggap sulit bagi sebagian orang, hal tersebut tak lepas dari bidang kajian
matematika yang dominan tentang rumus dan angka-angka sehingga bagi sebagian
orang menganggap pembelajaran metematika kelihatan rumit dan butuh teknik
khusus dalam mempelajarinya. Pembelajaran matematika memang bersifat abstrak
sehingga butuh perantara atau media khusus dalam mengajarkan matematika.

Ilmu matematika adalah ilmu dasar yang menunjang ilmu yang lain dalam
pengaplikasiannya oleh karena itu pemahaman matematika dengan benar akan
berimplikasi terhadap kemampuan dalam mengakaji beberapa ilmu yang berkaitan
dengan matematika. Sejak kapan matematika sebaiknya harus dipelajari? adalah
sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh sebagian orang. belajar matematika
sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga. namun yang paling tepat adalah
penguasaan dan pemahaman pembelajaran matematika memang sebaiknya
ditanamkan sejak anak masih duduk dibangku sekolah dasar.

Baca juga:
10 Model Pembelajaran IPA di SD
Model Pembelajaran IPS dI SD

Related

 8 Prinsip-prinsip Penilaian dalam Pembelajaran


 8 Ways to Make Use of XR Technology in Learning
 Hakikat Dan Unsur-Unsur Negara
Pembelajaran matematika di SD (sekolah dasar) menjadi bekal awal anak dalam
mengembangkan kemampuannya tentang pelajaran matematika, selain itu usia
sekolah dasar merupakan moment bagi anak untuk belajar matematika karena pada
usia sekolah dasar kemampuan anak dalam beberapa aspek sangat menonjol.

Baca juga: 8 Cara Mengajarkan Pelajaran Matematika Agar Mudah dimengerti


Siswa
Namun bagaimana cara mengajarkan anak mata pejaran matematika di SD? untuk
mengajarkan mata pelajaran matematika di SD tidak boleh asal-asalan karena sifat
matematika yang abstrak kadang justru membuat anak sulit memahaminya.
dibutuhkan model pembelajaran yang memang sesuai dengan mata pelajaran
matematika agar tujuan pembelajaran matematika bisa tercapai. Apa-apa saja 10
model pembelajaran matematika di SD (sekolah dasar)? berikut sedikit ulasan Model
Pembelajaran Matematika di SD.

10 Model Pembelajaran Matematika di SD


1. Model Pembelajaran Matematika Realistik 
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan operasionalisasi dari suatu
pendekatan pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Belanda dengan
nama Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan matematika
realistik.
Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan
lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran
matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik
dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau
kongret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan,
sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta
didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat
dipahami peserta didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah di dalam proses pembelajaran matematika dengan pendekatan
PMR, sebagai berikut.
1.Langkah pertama: memahami masalah kontekstual, yaitu guru memberikan
masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan meminta siswa untuk
memahami masalah tersebut.
2.Langkah kedua: menjelaskan masalah kontekstual, yaitu jika dalam memahami
masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari
soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya,
terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.
3.Langkah ketiga: menyelesaikan masalah kontekstual, yaitu siswa secara individual
menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan
dan jawaban masalah berbeda lebih diutamakan. Dengan menggunakan lembar
kerja, siswa mengerjakan soal. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan
masalah dengan cara mereka sendiri.
4.Langkah keempat: membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru
menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan
mendiskusikan jawaban masalah secara berkelompok. Siswa dilatih untuk
mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa
dalam proses belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran.
5.Langkah kelima: menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk menarik kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur.

2. Model Pembelajaran Open-Ended


Model pembelajaran open-ended sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu
suatu model pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah
kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Shimada (1997:1) model pembelajaran open-
ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki
metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu. model pembelajaran open-ended dapat
memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/ pengalaman
menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik
 
Problem Open-Ended tidak mudah dikembangkan oleh siswa dengan beragam
kemampuan. Melalui penelitian di Jepang ditemukan beberapa hal yang menjadi
acuan dalam mengkreasi problem tersebut diantaranya: 1) Sajikan permasalahan
melalui situasi fisik yang nyata 2) Soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian
rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat- sifat dari variabel
dalam persoalan itu. 3) Sajikan bentuk- bentuk atau bangun- bangun geometri. 4)
Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan
matematika. 5) Berikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori 6) Berikan
beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat mengeneralisasi dari pekerjaanya 
 Mengembangkan Rencana Pembelajaran Setelah guru mengknstruksi dengan baik,
tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran sebelum problem itu
ditampilkan di kelas adalah : · Apakah problem itu kaya dengan konsep- konsep
matematika dan berharga? Problem harus mendorong siswa untuk berpikir dari
berbagai sudut pandang.
Apakah level matematika dari problem itu cocok untuk siswa? Pada saat siswa
menyelesaikan problem Open- ended, mereka harus menggunakan pengetahuan
dan keterampilan yang telah mereka punyai · Apakah problem itu mengundang
perkembangan konsep matematika lebih lanjut ? Problem harus memiliki keterkaitan
atau dihubungkan dengan konsep- konsep matematika yang lebih tinggi sehingga
dapat memacu siswa untuk berpikir tingkat tinggi Setelah kita memformulasi problem
mengikuti kriteria yang dikemukakan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan
rencana pembelajaran yang baik. Tahapnya adalah sebagai berikut:  Tuliskan
respon siswa yang diharapkan Siswa diharapkan merespon problem open- ended
dengan berbagai cara. Oleh karena itu guru harus menulis daftar antisipasi respon
siswa terhadap problem.  Tujuan dari problem itu harus jelas 
langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran OpenEnded Problems adalah
sebagai berikut : 
1. Persiapan 
Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru harus membuat Program Satuan
Pelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat pertanyaan Open-
Ended Problems.
2. Pelaksanaan, terdiri : 
a. Pendahuluan, yaitu Siswa menyimak guru yang memberikan motivasi bahwa yang
akan dipelajari berkaitan atau bermanfaat bagi kehidupan sehari hari sehingga siswa
semangat dalam belajar. Kemudian siswa menanggapi apersepsi yang dilakukan
guru supaya guru dapat mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai konsep
konsep yang akan dipelajari.
b. Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah langkah sebagai
berikut : 
1. siswa membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang tiap kelompok;  
2. siswa mendapatkan pertanyaan Openended Problems mengenai perhitungan
statistik dan perhitugan matematis;
3. siswa berdiskusi bersama kelompoknya masingmasing mengenai penyelesaian
dari pertanyaan OpenEnded Problems yang telah diberikan oleh guru; 
4. setiap kelompok siswa melalui perwakilannya, mengemukakan pendapat atau
solusi yang ditawarkan kelompoknya secara bergantian;  
5. siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawabanjawaban yang telah
dikemukakan, mana yang benar dan mana yang lebih efektif.
c. Kegiatan Akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari, dan
kemudian kesimpulan tersebut disempurnakan oleh guru; 
3. Evaluasi  
Setelah berakhirnya KBM, siswa mendapatkan tugas perorangan atau ulangan
harian yang berisi pertanyaan Open Ended Problems yang merupakan evaluasi
yang diberikan oleh guru. Dalam jurnal internasional J.Nikos, mourtos ,dkk

3. Model pembelajaran Example non example


Model Example non Example adalah strategi pembelajaran yang menggunakan media
gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk
belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang
terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. 
Example non example 
a. Materi: Bangun Datar (mengidentifikasi sifat bangun datar)  
b. Alasan: Di dalam materi bangun datar, materi yang disajikan terutama  adalah
gambar-gambar 
dari bangun datar, sehingga cocok menggunakan model Examples Non
Examples yang langkah 
langkah di dalamnya menyajikan gambar.  
c. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 
-Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 
-Guru menempelkan gambar di papan. 
-Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar 
-Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas 
-Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 
-Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai 
-Kesimpulan

4. Model pembelajaran Picture n picture


Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model
Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses
pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan
gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta
dalam ukuran besar

Langkah–langkah Model Pembelajaran Picture and Picture


Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut Jamal
Ma’mur Asmani terdapat tujuh langkah yaitu:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi Kompetensi
Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat
mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga
harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana
KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru
memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang
menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik
yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih
jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau
oleh temannya. Dengan gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan
lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya
sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video
atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara
langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah
dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang
harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk
diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut.
Siswa dilatih untuk mengemukan alasan pemikiran atau pendapat tentang urutan
gambar tersebut. Dalam langkah ini peran guru sangatlah penting sebagai fasilitator
dan motivator agar siswa berani mengemukakan pendapatnya.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau materi,
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ingin
dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain
dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD
dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator
yang telah ditetapkan.
7. Siswa diajak untuk menyimpulkan/merangkum materi yang baru saja diterimanya.
Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu
dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Apabila siswa belum
mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pengamatan gambar
tersebut guru memberikan penguatan kembali tentang gambar tersebut 
Picture n picture 
a. Materi     : Operasi Hitung (Mengurutkan bilangan)
b. Alasan    : Guru dapat menggunakan gambar-gambar yang berjumlah tertentu dan tidak
berurutan agar dapat disusun oleh siswa menjadi urutan yang logis. 
c. Langkah-langkah :  
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 
Menyajikan materi sebagai pengantar 
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi 
Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis 
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai 
Kesimpulan/rangkuman
 
5 Model Pembelajaran NHT (Numbered head together)
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan
informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas
(Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993).
Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling
bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut
dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti
mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk
menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan
kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). 

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam
langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di
dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau
tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga
setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah
siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai
dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam
LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang
bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan. 

Numbered head together 


a.   Materi     : Keliling dan Luas Bangun Datar 
b.   Alasan    : Pada dasarnya model ini memang dapat digunakan. 
c.   Langkah-langkah : 
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor 
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya 
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya 
Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerjasama mereka 
Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain 
Kesimpulan 

6. Model Pembelajaran Jigsaw


Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang
menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang
diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan
model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas
empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. 
menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan
langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw  sebagai berikut: 
>Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa. 
>Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda 
>Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
>Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab
mereka.
>Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok
asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka
kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
>Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
>Guru memberi evaluasi.
>Penutup  
Jigsaw 
a. Materi     : Mengubah Pecahan ke Bentuk Persen dan Desimal serta Sebaliknya 
b. Alasan    : Model ini meningkatkan kerjasama antar siswa, melibatkan semua
siswa, dan bisa digunakan untuk soal hitungan pada matematika. 
c. Langkah-langkah : 
-Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim 
-Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, ada yang persen,
pecahan, dan decimal. 
-Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 
-Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab
mereka 
-Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai
dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh 
-Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 
-Guru memberi evaluasi
-Penutup 

7. Model pembelajaran role playing


Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada
tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role
playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran
terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk
aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).

Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran


melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa
yang diperankan.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut : 
-Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 
-Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari
sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar. 
-Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
-Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
-Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan.
-Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang
sedang diperagakan.
-Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
-Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
-Guru memberikan kesimpulan secara umum.
-Evaluasi.
-Penutup. 
Role Playing  
a.   Materi: Mata Uang / Jual Beli 
b.   Alasan: Praktik jual bel dapat diperagakan oleh siswa agar lebih mudah
memahami.  
c.   Langkah-langkah :  
-Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan 
-Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm 
-Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang 
-Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai 
-Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan 
-Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil
memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan 
-Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar
kerja untuk membahas 
-Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya 
-Guru memberikan kesimpulan secara umum 
-Evaluasi 
-Penutup  

8. Model pembelajaran berdasarkan masalah 


Menurut Suherman (2003: 7) Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola
interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di kelas. Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan
bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta
antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran. Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses
dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Berikut langkah-langkah PBM.
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa
membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong
mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan
mencari untuk penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu
mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
 
Pembelajaran Berdasarkan Masalah 
a. Materi     : Mengenal satuan waktu 
b. Alasan    : Menghitung waktu merupakan hal yang mudah. Dalam soal cerita, hal
tersebut dapat menjadi masalah yang harus dipecahkan. Makanya dapat
menggunakan model ini. 
c.   Langkah-langkah : 
-Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih. 
-Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
-Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data,
hipotesis, pemecahan masalah. 
-Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya 
-Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. 
d. Contoh soal yang dapat diberikan : 
Bagas dan Soni berencana untuk makan di warung Pak Bimo dan pergi latihan
softball bersama. Latihan softball dimulai pukul 10.00. Bagas memerlukan waktu ¾
jam untuk menjemput Soni dan pergi ke warung Pak Bimo dekat lokasi latihan
softball. Untuk makan dan berjalan ke lokasi latihan diperlukan waktu 1 ¼ jam.
Mereka ingin tiba di lokasi latihan 15 menit sebelum di mulai. Pukul berapa Bagas
seharusnya meninggalkan rumahnya?

9. Model pembelajaran Course review horay


Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay yaitu model pembelajaran
yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena
setiap kelompok yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan
berteriak "HOREY" atau yel-yel lainnya yang disukai. Course Review Horay adalah
salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk ikut aktif dalam
belajar. Dengan model pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat
melatih kerja sama dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukan kelompok,
pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk terjun kedalamnya, tidak
monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan
serta siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung
menyenangkan sehingga mampu membantu siswa dalam meraih nilai yang tinggi. 
Menurut Widodo (2009: 1) langkah-langkah penerapan metode Course Review
Horay dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : 
-Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, kompetensi ini disampaikan
agar pembelajaran lebih terarah tujuannya.  
-Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi sesuai topik bahasan yang
sedang diajarkan.
-Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat tempat jawaban. Tempat
jawaban disini berbentuk tabel (kotak) yang berisi sembilan tempat, enam belas
kotak ataupun dua puluh lima kotak. Banyaknya kotak tempat jawaban disesuaikan
dengan kebutuhan dan tiap kotak jawaban diisi angka sesuai dengan selera masing-
masing siswa.
-Guru membaca soal secara acak sesuai dengan nomor yang telah disiapkan
sebelumnya. Siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan
guru. Soal yang telah dibacakan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda
benar (v) dan salah diisi tanda silang (x). disini dibutuhkan kejujuran dari siswa yang
telah menjawab salah ataupun benar.
-Siswa yang sudah mendapat tanda (v) secara vertikal atau horizontal, atau diagonal
harus segera berteriak horay atau yel-yel lainnya.
-Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah horay yang diperoleh.
-Penutup pembahasan. Penutup dari pembahasan ini dapat berupa penyimpulan
dari guru ataupun disimpulkan sendiri oleh siswa,  
Course review horay 
a.       Materi        :  Operasi hitung penjumlahan 
b.      Alasan       : Model ini bisa digunakan untuk soal hitungan pada matematika. 
c.       Langkah-langkah :  
Þ  Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Þ  Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi 
Þ  Memberikan kesempatan siswa tanya jawab 
Þ  Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan
kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa 
Þ  Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang
nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar
(Ö) dan salan diisi tanda silang (x) 
Þ  Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus
berteriak horay … atau yel-yel lainnya 
Þ  Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh 
Þ  Penutup  
d.   Contoh: Guru memberikan soal perkalian pada 9 kotak yang tertutup, diacak dari
tingkat mudah hingga ke tingkat sulit, kemudian bagi siswa yang memilih soal nomor
tertentu akan mendapat soal, bila benar diberi ceklis, bila salah diberi silag, pabila
membentuk garis maka semua bersorak horee!! 

10. Model pembelajaran Take anda Give 


Take and give secara bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi, maksud
take and give dalam model pembelajaran ini adalah dimana siswa mengambil dan
memberi pelajaran pada siswa yang lainnya. “beberapa ahli percaya bahwa suatu
mata pelajaran benar-benar dikuasai banyak apabila peserta didik mampu
mengajarkan pada peserta lain.
Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi narasumber
bagi yang lain. Strategi berikut juga memberikan kepada pengajar tambahan-
tambahan apabila mengajar dilakukan oleh peserta didik” (Melvin silberman, active
learning 101 strategi pembelajaran aktif).

Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model
pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi
pelajaran yang diberikan  guru dan teman sebayanya (siswa lain)
Langkah-langkah model pembelajaran take and give
Dalam melakukan metode take and give ini ada beberapa yang langkah yang harus
dilakukan oleh pendidik  yaitu :
-Siapkan kelas sebagaimana mestinya.
-Jelaskan materi sesuai topik menit.
-Untuk memantapkan penguasaan peserta, tiap siswa diberi masing-masing satu
kartu untuk dipelajari (dihapal) kurang lebih 5 menit.
-Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasikan
materi sesuai kartu masing-masing. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya
pada kartu control.
-Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima
materi masing-masing.
-Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang sesuai dengan
kartunya (kartu orang lain).
-Strategi ini dapat dimodifikasikan sesuai keadaan.
-Kesimpulan. 
Take n give  
a. Materi        :  Operasi hitung perkalian 
b. Alasan       :  Model ini bisa digunakan untuk soal hitungan pada matematika. 
c. Langkah-langkah :
-Siapkan kelas sebagaimana mestinya 
-Jelaskan materi sesuai TPK 
-Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu
kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit 
-Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling
menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh 
-Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima
materi masing-masing (take and give) 
-Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai
dengan kartunya (kartu orang lain) 
-Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan 
-Kesimpulan 

Anda mungkin juga menyukai