Anda di halaman 1dari 38

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS

No Berkas

: 01

Berkas Pembinaan Keluarga

No RM

: 11380

Puskesmas Balongbendo - Sidoarjo

Nama KK

: Ny.T

Tanggal kunjungan pertama kali 01 November 2013


Nama pembina keluarga: Yulis Hanifah Putri S. Ked
Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu
periode pembinaan )
Tanggal

Tingkat

Paraf

Paraf

Pemahaman

Pembimbing

Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga

: Tn. B

Alamat lengkap

: Dusun Plumpang, RT 18 / RW 4 Desa


Penambangan, Sidoarjo.

Bentuk Keluarga

: Extended Family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No

Nama

Keduduk

L/ Umur

an dalam P

(Tahu

keluarga

n)

Pendidika

Pekerjaan

Pasi

Ket

en
Klin
ik
(Y/T

1
2
3

Tn. B
Ny. T
Sdr. R

KK
Istri
Anak

L
P
L

46
38
20

SMA
Tamat SD
Tamat

SMA
4
An. R Anak
P 14
SMP
5
An. R Anak
L 9
SD
Sumber : Data Primer, November 2013

Pabrik
Ibu RT
Mengangg

)
T
T
T

ur
Buruh
Pelajar

T
T

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA


BAB I
STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN
Laporan ini berdasarkan kasus yang diambil dari seorang warga
dengan keluhan rasa tidak nyaman di perut yang berada di wilayah Puskesmas
Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo. Mengingat kasus ini masih cukup sering
ditemukan di masyarakat beserta permasalahannya seperti masih kurangnya
pengetahuan ibu tentang pentingnya menjaga pola makan dan stress psikis. Oleh
karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya
untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ny.T

Umur

: 38 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: -

Pendidikan

: -

Agama

: Islam

Alamat

: Dusun Plumpang, RT 18 / RW 4 Desa


Sidoarjo.

Suku

: Jawa

Tanggal periksa

: 01 November 2013

C. ANAMNESIS (Heteroanamnesis dari Ibu Pasien)


1. Keluhan Utama: Nyeri perut

Penambangan,

2.

Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri perut di sekitar ulu hati disertai mual dan nyeri di daerah sekitar
dada, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan rasa terbakar di dada. Keluhan
ini dirasakan sejak 1 tahun ini, bersifat hilang timbul, satu minggu bisa timbul
gejala tiga kali. Keluhan ini timbul terutama saat stress dan telat makan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Penderita tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Penderita tidak pernah mengonsumsi obat-obatan sebelumnya.
4.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga penderita tidak pernah mengalami keluhan seperti ini.

5. Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama
suami dan ketiga anaknya, Sdr. R, An. R, dan An. R. Suami penderita yaitu
Tn. A. bekerja sebagai buruh pabrik di Pabrik dengan jam kerja yang
diatur sesuai shift yang ditentukan oleh pabrik. Sedangkan penderita
sendiri tidak bekerja karena mengurusi ketiga anaknya di rumah dan
sehari-harinya hanya mengerjakan pekerjaan rumah dan sesekali
membantu orang di sawah. Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari
suami dengan penghasilan per bulan sebesar Rp. 1.800.000,-. Anak lakilaki penderita belum mendapatkan pekerjaan sejak 2 tahun yang lalu, hal
ini menjadi beban pikiran bagi penderita.
6. Riwayat Kebiasaan.
Sehari-hari penderita mengonsumi nasi dengan lauk ikan dan daging
serta sayuran. Sejak 2 tahun ini penderita sering telat makan karena tidak
nafsu makan. Penderita tidak pernah mengonsumsi kopi dan jamu-jamuan.
Penderita sering makan makanan pedas.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital
Tanda Vital
Nadi

:89x/menit, regular kuat

Pernafasan : 18x/menit
Suhu

:36,5 oC

Tensi

: 120/80 mmHg

3. Kulit
Warna

: Sawo matang tipis, sianosis (-)

Kepala

: Bentuk dalam batas normal, deformitas (-), tidak ada luka,


rambut (+) tipis tidak mudah dicabut

4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), warna
kelopak (coklat kehitaman), secret (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), palatoschizis (-), lidah kotor (-), labioschizis (-)
7. Telinga
Bentuk dalam batas normal, MAE +/+, sekret (-)
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

9. Leher
Pembesaran KGB (-), deformitas trakhea (-), pembesaran JVP (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor : I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis teraba SIC V lateral LMCS
P : batas kiri atas

:SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas

:SIC II LPSD

batas kiri bawah

:SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah :SIC IV LPSD


batas jantung kesan tidak melebar
A: S1,S2 tunggal, murmur (-)
- Pulmo:
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : gerak nafas simetris
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
11. Abdomen
I :Soepel
P :nyeri tekan ulu hati (+), hepar dan lien tak teraba
P :timpani seluruh lapang perut, hipersonor daerah hipokondium sinistra
A :peristaltik (+) normal
12. Ektremitas:
Deformitas (-), palmar eritema (-/-)
13. Sistem genetalia:
Dalam batas normal

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
F. RESUME
Seorang penderita perempuan berusia 38 dengan keluhan nyeri perut di
sekitar ulu hati disertaimual dan nyeri di daerah dada, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dan rasa terbakar di dada. Keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun ini,
bersifat hilang timbul, satu minggu bisa timbul gejala tiga kali. Keluhan ini
timbul terutama saat stress dan telat makan.
Sejak 2 tahun ini penderita sering telat makan karena tidak nafsu makan.
Penderita tidak pernah mengonsumsi kopi dan jamu-jamuan. Penderita sering
makan makanan pedas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis,
status gizi kesan cukup. Tanda vital N: 89 x/menit, RR: 18 x/menit, S:36,5 0C,
Tensi: 120/80 mmHg. Dari pemeriksaan fisik dalam didapatkan nyeri tekan ulu hati
dan hipersonor daerah hipokondrium sinistra.
G. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
Diagnosis Biologis
Gastritis Kronis
Diagnosis Psikologis
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Tingkat pengetahuan ibu yang rendah
2. Status ekonomi yang tergolong rendah
3.Adanya stressor psikis
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan nyeri ulu hati adalah:
o Menjaga intake nutrisi

Hal ini dilakukan agar penderita tidak mengalami defisiensi nutrisi


akibat berkurangnya metabolisme akibat rusaknya mukosa lambung.
Hal ini dilakukan dengan cara makan sedikit-sedikit tapi sering agar
tidak terjadi refluks.
o Menetralisir asam lambung
Gastritis disebabkan karena produksi asam lambung yang berlebih.
asam lambung yang semula membantu lambung malah merugikan
lambung sehingga menyebabkan kerusakan mukosa lambung. Hal ini
bisa

diatasi

dengan

pemberian

kombinasi

antasida

dengan

antihistamin H2 blocker (ranitidine).


o Memperbaiki pola makan
Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari
penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif
dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis
membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki
kondisi pencernaan. Frekuensi makan di berikan sedikit tapi sering.
o Menjaga stress psikis
Penyakit maag (gastritis) dapat ditimbulkan oleh berbagai keadaan
yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan/iritasi mukosa lambung
semakin meningkat pengeluarannya, terutama pada saat keadaan
emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam makan.

FLOW SHEET
Nama

: Ny. T

Diagnosis : Gastritis Kronis


NO T

Nad

x/m

Tensi

Status

Keadaan

Gizi

Penyulit

Penanganan

mmH
g

x/

1/1 89

m
120/8 2 Gizi

- Stress psikis

- Menjaga intake nutrisi

0/2

Kuran

- Kebiasaan

- Menetralisir asam

makan sambal

lambung

- Makan tidak

teratur

makan

01
3

Memperbaiki

pola

- Menjaga stress psikis

BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A.

FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari penderita, suami (Tn. B), dan ketiga
anaknya Sdr.R , An. R, dan An. R. Penderita adalah ibu dari 3anak.
Menurut penderita hubungan dengan anggota keluarga yang lain baikbaik saja.
2. Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis yang dinilai dalam laporan home visit ini adalah
penderita. Ny. T tinggal serumah dengan suami, beserta ketiga anaknya.
Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab, permasalahanpermasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam keluarga ini.
Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan yang lain.
Sehari-hari ibu penderita lebih banyak menghabiskan waktunya dengan
pekerjaan rumah dan mengasuh ketiga anak lainnya.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga yang sering dipikirkan
oleh penderita adalah anak laki-lakinya belum mendapatkan pekerjaan
sejak 2 tahun ini.
3. Fungsi Sosial
Ibu penderita mempunyai sifat terbuka namun jarang bergaul
dengan tetangga dan masyarakat lainnya. Hal ini dikarenakan ibu
penderita mempunyai kesibukan sebagai ibu rumah Tangga dan harus
mengasuh ketiga anaknya.
Dalam masyarakat penderita dan keluarganya hanya sebagai
anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu
dalam masyarakat. Dalam kesehariannya penderita jarang bergaul akrab

10

dengan masyarakat di sekitarnya dikarenakan kesibukan sebagai ibu


Rumah Tangga.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari suami yang
bekerja sebagai buruh pabrik dengan total penghasilan sebesar Rp 1.800.000
per bulannya.
Penghasilan tersebut juga digunakan untuk membiayai kebutuhan
keluarga termasuk biaya berobat penderita dan bila ada anggota keluarga lain
yang sakit. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, biaya
sekolah atau iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada.
Untuk memasak memakai kompor gas. Makan sehari-hari biasanya nasi,
tempe-tahu, dan telur dengan frekuensi makan 2-3 kali. Sangat jarang makan
daging karena dirasa harganya terlalu mahal. Kalau ada keluarga yang sakit
biasa berobat ke puskesmas terdekat.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Penderita termasuk orang yang terbuka sehingga bila mengalami
kesulitan atau masalah penderita sering bercerita kepada suaminya.
B.

APGAR SCORE
ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, ibu pasien selalu pertama kali
membicarakannya kepada suaminya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya
dan menjadi keluhannya. Termasuk ketika anak laki-lakinya masih belum
mendapatkan pekerjaan sejak 2 tahun ini.
PARTNERSHIP
Suami penderita beserta anak-anaknya selalu meyakinkan bahwa penyakit yang
diderita penderita dapat sembuh bila mendapatkan perawatan yang rutin dan adekuat.
Oleh karena itu suami dan anak-anak penderita selalu mengajak penderita untuk
berobat.

11

GROWTH
Penderita sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi sakitnya tersebut.
AFFECTION
Penderita merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan keluarga
cukup. Bahkan perhatian yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya,
begitu pula sebaliknya.
RESOLVE
Penderita merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan
dari keluarganya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak.
APGAR Ny. T Terhadap Keluarga

Seri

Kadan

Jaran

ng/s g-

g/tida

elal

u
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya


Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

kadan
g

dan mendukung keinginan saya untuk melakukan


A

kegiatan baru atau arah hidup yang baru


Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon


R

emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll


Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik


Setiap

permasalahan

yang

dihadapi

oleh

keluarga

hanya

dipecahkan bersama-sama karena ketiga anaknya mulai beranjak remaja


dan dewasa.
Waktu bersama-sama untuk berkumpul sekeluarga hanya pada
waktu malam hari setelah ayah pulang dari kerja. Menunjukkan bahwa

12

fungsi fisiologis yang dimiliki Ny. T dan anggota keluarganya dalam


keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin
baik.
C.

SCREEM

SUMBER

PATHOLOGY

Sosial

KET

Interaksi sosial yang baik antar anggota

keluarga juga dengan saudara partisipasi


mereka dalam masyarakat cukup.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya

Cultural

baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan


sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang
masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan
Pemahaman agama cukup. Ibu penderita

Religius
Agama

menawarkan

cukup rutin sholat di rumah.

pengalaman spiritual yang baik


untuk ketenangan individu
yang tidak didapatkan dari
yang lain
Ekonomi

Ekonomi keluarga ini tergolong menengah

ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah


Edukasi

bisa terpenuhi.
Pendidikan anggota

keluarga

kurang

memadai. Penderita lulusan SD, ayah dan


anak pertama lulusan SMA. Kemampuan
untuk memperoleh dan memiliki fasilitas
pendidikan seperti buku dan Koran juga
terbatas

13

Medical

Penderita dan keluarganya termasuk jarang

Pelayanan

kesehatan

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

puskesmas

memberikan

di tempatnya dengan alasan jarak puskesmas

perhatian

khusus

terhadap

terdekat dengan rumahnya yang cukup jauh

kasus penderita
Keterangan :
Ekonomi (+) artinya keluarga Ny. T mengalami permasalahan
dalam bidang ekonomi. Penghasilan Tn. A sebesar Rp 1.800.000,sebagai buruh pabrik dirasa belum cukup untuk menghidupi semua
anggota keluarga. Belum lagi jika ada salah satu anggota keluarga
yang sakit tentunya perlu adanya dana tambahan.
Edukasi (+) artinya keluarga Ny. T juga menghadapi permasalahan
dalam bidang pendidikan. Penderita hanya bersekolah sampai tamat
SD saja. Hal ini akan mempengaruhi pengetahuan dan pola berpikir
dari anggota keluarga Ny. T termasuk dalam hal pengaturan pola
makan
Medical

(+)

Penderita

dan

keluarganya

termasuk

jarang

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di tempatnya dengan


alasan jarak puskesmas terdekat dengan rumahnya yang cukup jauh
D.

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Alamat lengkap

: Dusun Plumpang, RT 18 / RW 4 Desa


Sidoarjo.

Bentuk Keluarga : Extended Family


Diagram 1. Genogram Keluarga Ny. T
Dibuat tanggal 1 November 2013
Tn. B

Ny. T
14

Penambangan,

Penderita

Sdr.R

Sdr.R

An.R

Sumber : Data Primer, 1 November 2013


E.

INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Tn. B

Sdr.R

Keterangan :

Ny.
T

Sdr.
R

An.R

: hubungan baik
: hubungan tidak baik

Hubungan antar anggota keluarga Tn A baik dan dekat. Dalam keluarga ini tidak
sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.

F. PERTANYAAN SIRKULER
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh suami
penderita?
Jawab :

15

Tn.B membawa penderita ke puskesmas terdekat, merawat penderita dan


menyiapkan kebutuhan selama penderita sakit.
2. Ketika ibu dan ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang
lain?
Jawab :
Ikut mendukung dan membantu apa yang telah diputuskan. Bila perlu ikut
ke puskesmas menemani penderita.
3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :
Dibutuhkan ijin Tn. B sebagai kepala keluarga. jika tidak ada Ny. T dapat
memutuskan sendiri.
4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah Tn.B. Karena
sebagai suami yang mendampingi penderita
5. Selanjutnya siapa?
Jawab :
Selanjutnya adalah anaknya.
6. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab :
Tidak ada, semua anggota keluarga dekat dengan penderita.

BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

16

A.

Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga


1. Faktor Perilaku Keluarga
Ny. T sehari-hari tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga.
Suami dari penderita belum banyak memiliki pengetahuan tentang
pentingnya mengatur pola makan dan menjaga stress psikis yang berhungan
dengan kondisi penderita saat ini.
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas seharihari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka
sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan
keluarga akan berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya.
Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kebiasaan makan
makanan pedas, bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul.
Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah
penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada
mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun keluarga ini
berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan
menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.
Fasilitas kamar mandi keluarga tersedia di rumah. Keluarga
mengatakan jika kamar mandi juga ada jamban untuk buang air kecil dan
besar. Kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air yang
mengalir di rumah.

2. Faktor Non Perilaku


Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
ekonomi ke bawah. Keluarga ini memiliki satu sumber penghasilan yaitu
dari ayah sebagai kepala keluarga. Dari total semua penghasilan tersebut

17

keluarga belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga untuk


pemeriksaan kesehatan ke pelayanan kesehatan terdekat dianggap masih
belum perlu.
Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada
kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Pencahayaan ruangan
kurang dan ventilasi kurang. Tempat memasak yang ada di bagian halaman
belakang yang tentu saja dapat tercemar udara kotor.. Pembuangan limbah
keluarga belum memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga tidak
dialirkan melainkan hanya dibiarkan keluar dari rumah ke belakang rumah.
Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di sekitar
rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit
adalah Puskesmas BalongBendo.
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 16x6 m 2. Tidak
memiliki pagar pembatas rumah depan. Terdiri dari ruang tamu yang sekaligus
digunakan sebagai ruang keluarga, menonton TV, dan 3 tempat tidur keluarga,
dapur, kamar mandi dan halaman untuk menjemur pakaian. Terdiri dari 4
pintu, yaitu 1 pintu di depan, 3 pintu untuk masuk ke kamar, dan 1 pintu yang
menghubungkan dengan halaman belakang. Jendela ada 5 buah, 2 di ruang
keluarga, disetiap kamar tidurnya, dan 1 jendela di dekat pintu yang
menghubungkan dengan halaman belakang.. Lantai rumah terbuat dari bahan
semen dengan keramik dan halaman belakang dipakai untuk menjemur
pakaian. Kamar mandi hanya berdinding dan berlantai semen. Atap rumah
tersusun dari genteng dan ditutup langit-langit namun ada beberapa langilangit yang rusak. Bagian dapur hanya berupa bagian yang sempit. Perabotan
rumah tangga sudah cukup. Hanya tidak tertata rapi. Sumber air untuk
kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air yang mengalir ke
rumah. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari

18

keluarga memasak menggunakan kompor gas elpiji yang dilakukan di dekat


dengan halaman belakang.

Gambar 3.1 Denah Rumah penderita


Sumber: Data Primer November 2013
Keterangan:
: Tembok bata
: Jendela
: Pintu
BAB IV
DAFTAR MASALAH
A. Masalah aktif :
1. Gastritis Kronis
19

2. Stress psikis
3. Tingkat ekonomi keluarga yang tergolong menengah ke bawah
B. Faktor resiko :
1. Kebiasaan makan makanan pedas
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan
faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Gastritis Kronis

Stress Psikis

Ny. T
(Penderita)

Kebiasaan
makan
makanan pedas

BAB V
PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

20

Tingkat
ekonomi
keluarga yang
rendah

1. Support Psikologis
Penderita memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau
kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter atau tenaga
kesehatan.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan YME.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk penderita dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit
turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk
kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan dan
perawatan sesuai petunjuk dokter atau tenaga kesehatan lain. Diharapkan
penderita bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap
penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa
mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

21

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien


Memberikan penjelasan tentang pentingnya menjaga pola makan dan
menjaga stress psikis. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali
pasien kontrol ke puskesmas atau posyandu terdekat dan melalui kunjungan
rumah baik oleh dokter maupun oleh petugas Yankes.
4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada penderita
bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga
ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan
dalam mengatur pola makan, memeriksakan kesehatannya di puskesmas
terdekat, menghindari hal-hal yang harus dihindarkan.
5. Pengobatan
Adapun penatalaksanaan dengan gastritis kronis adalah seperti yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu: menjaga intake nutrisi,
menetralisir asam lambung, memperbaiki pola makan, menjaga stress
psikis.
6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan yaitu setiap anggota keluarga hendaknya mengatur pola
makannya dan sebisa mungkin terhindar dari stress psikis. Selain itu
penderita dan anggota keluarga lainnya perlu mengetahui makanan dan
kebiasaan apa saja yang dapat meningkatkan asam lambung sehingga
mencegah terjadinya gastritis.
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

22

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung. Secara histopologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel
radang pada daerah tersebut. Gastritis adalah salah satu penyakit yang paling
banyak dijumpai di klinik penyakit dalam pada umumnya (Herlan, 2002).
Disebut gastritis apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada
lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel kolor
rubur(radang), yaitu limfosit dan neutrofil pada daerah tersebut menandakan
adanya aktifitas yang membuat kerja lambung (Herlan, 2002)
Tipe gastritis sering tidak memperlihatkan tanda atau gejala. Namun,
gastritis merupakan faktor risiko ulkus peptikum, polip lambung, serta kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding
lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung. Menurut data WHO
(2005), kanker lambung merupakan jenis kanker penyebab kematian
terbanyak kedua setelah kanker paru yaitu mencapai lebih dari 1 juta
kematian pertahun. Selain itu, gastritis juga merupakan penyakit yang sangat
mengganggu aktivitas dan bila tidak ditangani dengan baik dapat juga
berakibat fatal.
B. Penyebab Gastritis
Terjadinya gastritis disebabkan karena produksi asam lambung yang
berlebih. asam lambung yang semula membantu lambung malah merugikan
lambung. Dalam keadaaan normal lambung akan memproduksi asam sesuai
dengan jumlah makanan yang masuk. Tetapi bila pola makan kita tidak
teratur, lambung sulit beradaptasi dan lama kelamaan mengakibatkan
produksi asam lambung yang berlebih (Uripi, 2002).
Penyebab asam lambung tinggi adalah aktivitas padat sehingga telat
makan, Stress yang tinggi, yang berimbas pada produksi asam lambung
berlebih, Makanan dan minuman yang memicu tingginya sekresi asam
lambung, seperti makanan dan minuman dengan rasa asam, pedas, kecut,
berkafein tinggi, mengandung vitamin C dosis tinggi, termasuk buah-buahan
(Hipni Rohman, 2011).

23

Kejadian Gastritis, terutama Gastritis antrium meningkat sesuai dengan


peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya pada dekade ke-6
hampir 80% menderita Gastritis dan menjadi 100% pada saat usia mencapai
dekade ke-7. Selain mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga
berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks kronis cairan
penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Hirlan, 2002).
Gastritis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : Gastritis Tipe A dan
Gastritis Tipe B. Tipe A sering disebut sebagai Gastritis auto imun
diakibatkan dari perubahan dari sel parietal, yang menimbulkan atropi dan
infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit auto imun seperti
anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B
kadang disebut sebagai Helicobacter Pylory mempengaruhi antrium dan
pilorus (ujung bawah dekat dedenum).Ini dihubungkan dengan bakteri
Helicobacter Pylory (H. Pylory). Faktor lain seperti diet makanan bergas,
penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refleks isi usus ke dalam
lambung (Brunner dan Suddarth, 2002). Tipe A biasanya meliputi
asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi B 12 dan pada Gastritis Tipe B
pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa
pahit atau mual dan muntah (Rizqi, 2001).
Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri hati, anoreksia, nusea dan pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan (Mansjoer, 2001).

C. Patofisiologi
Proses terjadinya gastritis yaitu aawalnya karena obat-obatan, alkohol,
empedu, atau enzim-enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung
(gastritis

erosif),

mengganggu

pertahanan

mukosa

lambung

dan

memungkinkan difusi kembali asam lambung dan pepsin ke dalam jaringan


lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung

24

terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi


mukosa, karena ini gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang
dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat
terjadi

perdarahan.

Masuknya

zat-zat

seperti

asam

dan

basa

kuatyangbersifat korosif dapat mengakibatkan peradangan dan nekrosis


pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan
perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan
peritonitis (Priyanto, 2008).
D. Gejala gejala Gastritis
Menurut (Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB,2011) gastritis pada
umumnya merupakan hal yang banyak dijumpai pada masyarakat dari
berbagai usia, jenis klamin, maupun profesi. Sebagian besar masyarakat
pernah mendengar dan mengetahui pencetus terjadinya sakit gastritis seperti
terlambat makan, makan tidak teratur, makanan atau minuman yang
merangsang produksi asam lambung, serta stress. Meski demikian, mungkin
banyak dari masyarakat yang belum sepenuhnya memahami gejala-gejala
sakit gastritis. Rasa Perih pada lambung/pada ulu hati merupakan hal yang
sering disebut sebagai sakit gastritis/mag. Faktanya, gejala sakit gastritis/mag
tersebut tidak harus terasa perih, akan tetapi rasa tidak nyaman pada
lambung/ulu hati yang dibarengi dengan mual atau kembung dan sering
sendawa atau cepat merasa kenyang juga merupakan gejala sakit
gastritis/mag. Serta Gejala lainya adalah rasa pahit yang dirasakan di mulut.
Rasa pahit ini timbul karena asam lambung yang berlebihan mendorong naik
ke kerongkongan sehingga kadang kala timbul rasa asam ataupun pahit pada
kerongkongan dan mulut. Berikut penjelasan lebih dalam tentang gejala2
tersebut :
a.

Sendawa

25

Sendawa (burping/belching) adalah keluarnya gas dari saluran cerna


(kerongkongan dan lambung) ke mulut yang disertai adanya suara dan
kadang-kadang bau.
b. Kembung
Untuk memahami kembung ada 2 hal yang harus diketahui:
1) Gejala/bloating: merupakan perasaan (subyektif) perut seperti lebih
besar dari normal, jadi merupakan suatu tanda atau gejala
ketidaknyamanan, merupakan hal yang lebih ringan dari distention.
2) Tanda/distention: merupakan hasil pemeriksaan fisik (obyektif)
dimana didapatkan bahwa perut lebih besar dari normal, bisa
didapatkan dari observasi saat menggunakan baju jadi kesempitan dan
lambung jelas lebih besar dari biasanya.
c. Flatus/Kentut
menurut (Dr Helmin Agustina Silalahi) Flatus merupakan keluarnya gas
dalam saluran cerna melalui anus yang bersumber dari udara yang tertelan
atau hasil produksi dari bakteri. Namun terjadinya flatus lebih sering
diakibatkan oleh produksi dari bakteri di saluran cerna atau usus besar
berupa hydrogen atau methan pada keadaan banyak mengkonsumsi
kandungan gula dan polisakarida. Contoh gula adalah seperti laktosa (gula
susu) , sorbitol sebagai pemanis rendah kalori, dan fruktosa pemanis yang
biasanya digunakan pada permen.
E. Faktor Pemicu kekambuhan Gastritits
a. Faktor makan (pola makan)
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai jumlah, frekuensi dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi
tiap hari (Persagi, 2006). Ada beberapa definisi mengenai pola makan
menurut beberapa pakar, yaitu Yayuk Farida Baliwati, dkk (2004:69)
mengatakan pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
Sedangkan Soegeng Santosa dan Anne LiesRanti (2004 : 89)

26

mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang


memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang
dimakan tiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu
kelompok masyarakat tertentu. Pendapat dua pakar yang berbeda-beda
dapat diartikan secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku
yang ditempuh seseorang dalam memilih dan menggunakan bahan
makanan dalam konsumsi makan setiap hari yang meliputi jenis makanan,
jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor
sosial, budaya dalam kehidupan, dan Kebiasaan makan sangat dipengaruhi
oleh gaya hidup seseorang. Faktor-faktor yang merupakan input bagi
terbentuknya gaya hidup keluarga adalah penghasilan, pendidikan,
lingkungan hidup kota atau desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku
bangsa, kepercayaan dan agama, pendapat tentang kesehatan, pendidikan
gizi, produksi pangan dan ditribusi, serta sosial politik (Almatsier, 2003).
Pada kasus gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur
sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat.
Produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan
pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri pada
epigastrum. Gesekan akan lebih parah bila lambung dalam keadaan kosong
akibat makan yang tidak teratur, pada akhirnya akan menyebabkan
perdarahan pada lambung.
Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari
penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam
mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan
pengaturan

makanan

sebagai

upaya

untuk

memperbaiki

kondisi

pencernaan (Uripi, 2002).


Menurut Lanywati (2001), gastritis juga dapat timbul setelah minum
alkohol atau kopi serta makanan yang pedas dan sulit dicerna. Penyakit ini
timbul karena makan-makanan yang mengandung serat kasar dalam jangka
waktu yang cukup lama. Keadaan bertambah parah bila penderita

27

menggunakan minuman keras, asam-asaman, bumbu yang merangsang


lambung.
Kekambuhan gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yaitu frekuensi
makan, jenis, dan jumlah makanan. Sedangkan Frekuensi makan di
berikan sedikit tapi sering. Makan dalam porsi besar dapat menyebabkan
refluks isi lambung. Konsumsi jenis makanan yang berserat dan bergas
dapat menyebabkan gastritis, dan juga stres dapat menyebabkan luka pada
saluran pencernaan dan pada akhirnya kekuatan dinding lambung
menurun, tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada lambung
(Uripi, 2002).
a) Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari-hari baik
kualitatif dan kuantitatif (Persagi, 2006). Secara alamiah makanan
diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut
sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan
jenis makanan.
b) Jumlah makanan adalah berapa banyak makanan yang dikonsumsi oleh
individu setiap harinya (Persagi, 2006).
c) enis makana adalah macam bahan makanan yang di konsumsi oleh
individu setiap hari.
b. Faktor obat-obatan
Setelah 45 tahun dipakainya asam salisilat di klinik pertama kalinya oleh
Dreser (1893), dilaporkan timbulnya perdarahan karena asam silsilat.
Lintott (1963), melakukan pemeriksaan gastrokopi secara berturut-turut
pada 16 penderita yang minum tabel aspirin, asam salisilat atau kalsium
asetil salisilat yang dihancurkan. 13 dari 16 penderita yang minum 15
gram aspirin, terlihat mukosa yang sudah hiperemik sampai perdarahan
submukosa. Pada salah seorang dari 5 penderita yang diberi kalsium asetil
salisilat, terlihat reaksi lokal pada daerah mukosa yang terdapat serbuk
salisilat. Ternyata bahwa aspirin yang tidak larut (insolugle aspirin) dapat
menyebabkan timbulnya iritasi lambung secara langsung (Hadi, 2000).
Obat-obatan yang mengandung salisilat (sering digunakan sebagai obat
pereda nyeri) dalam tingkat konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan
28

gastritis (Uripi, 2002). Efek salisilat terhadap saluran cerna adalah


perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada pemakaian dalam dosis
besar. Salisilat merupakan agen-agen yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat yang kurang mengerti tentang penggunaan obat (Prince, 2002).
Penyebab paling umum dari gastritis erosive akut adalah pemakaian obat
yang mengandung asam silisilat.
c. Faktor psikologis
Stres baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan
produksi asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan
mendorong gesekan antar makanan dan dinding lambung menjadi
bertambah kuat (Coleman,1995). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
luka dalam lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat ditimbulkan oleh
berbagai keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan/iritasi
mukosa lambung semakin meningkat pengeluarannya, terutama pada saat
keadaan emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam makan.
d. Infeksi bakteri
Gastritis akibat infeksi dari luar tubuh jarang terjadi, sebab bakteri tersebut
akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit/infeksi bakteri
gastritis

umumnya

berasal

dari

dalam

tubuh

penderita

yang

bersangkutan.Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah


diderita sebelumnya (Uripi, 2002).
F. Diet Makan Pada Penderita Gastritis
Diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada penyakit
lambung bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet lambung
dilaksanakan berdasarkan kehendak pasien dan pasien dianjurkan untuk
makan secara teratur, tidak terlalu berlebihan dan juga tidak boleh
kekurangan makan. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung cukup
kalori dan protein (TKTP) namun kandungan lemak/minyak, khususnya yang
jenuh harus dikurangi. Makanan pada diet lambung harus mudah dicerna dan
rendah serat, terutama serat tidak larut dalam air yang ditingkatkan secara

29

bertahap. Makanan tidak boleh mengandung bahan yang merangsang,


menimbulkan gas, bersifat asam, dan yang bersifat melekat. Selain itu,
makanan tidak boleh terlalu panas atau dingin menurut (DR.sunita Almatsier
2007)
Sedangkan pengertian dari serat makanan(diatery fiber) merupakan
bahan tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim dalam saluran
pencernaan manusia. Di dunia tanaman ditemukan berbagai macam serat
dengan berbagai tipe yang berbeda-beda dan jumlah yang berlainan terdapat
dalam segala struktur tanaman. Serat tersebut berada di dalam dinding sel dan
di dalam sel-sel akar, daun, batang, biji serta buah(Mary E.back,1993)
Pengaruh serat makanan terhadap saluran pencernaan. Makanan yang
kaya akan serat dan tidak digiling halus akan terasa kasar dan penuh sehingga
harus dikunyah lebih lama daripada makanan yang digiling halus. Sedangkan
pada umumnya makanan yang kasar dan banyak mengandung serat akan
tinggal lebih lama di dalam lambung di bandingkan bentuk halus makanan
yang sama. Perlambatan pengosongan lambung ini menyababkan seseorang
merasa kenyang setelah makan dengan demikian makan lebih sedikit. Ini juga
berarti bahwa makanan masuk lebih lambat ke dalam usus halus sehingga
proses pencernaan dan penyerapan oleh usus halus juga diperlambat (Mary
E.back,19).
Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan selain upaya
untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Perlu diketahui bahwa kedua unsure
ini mempunyai hubungan yang erat. Menurut Uripi (2002), pemberian diet
untuk penderita gastritis antara lain bertujuan untuk :
a.

Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung

b.

Menghilangkan gejala penyakit

c.

Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung

d.

Mempertahankan keseimbangan cairan

e.

Mengurangi gerakan peristaltik lambung

f.

Memperbaiki kebiasaan makan pasien


Adapun petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis antara lain :

30

a. Syarat diet penyakit gastritis


Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak merangsang, tetapi
dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, jumlah energi pun harus
disesuaikan dengan kebutuhan pasien (Hembing, 2004). Sebaliknya,
asupan protein harus cukup tinggi ( 20-25 % dari total jumlah energy
yang biasa diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi. Protein ini
berperan dalam menetralisir asam lambung. Bila dipaksa mengunakan
lemak, pilih jenis lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh.
Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan secara teliti. Lemak
berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak diulu hati dan
muntah karena tekanan dalam lambung meningkat. Mengkonsumsi jenis
makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh secara cukup
merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak jenis ini lebih mudah dicerna.
Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi sering, hindari makan
secara berlebihan.
Demikian pula jumlah vitamin dan mineral yang diberikan pun harus
dalam jumlah cukup. Akan tetapi, keterbatasan bahan makanan sumber
vitamin dan mineral, biasanya pasien diberikan vitamin, mineral dan
bentuk obat (Uripi, 2002).
b. Jenis makanan
Menurut Persagi (2006), sebaiknya penderita gastritis menghindari
makanan yang bersifat merangsang, diantaranya makanan berserat dan
penghasil gas maupun mengandung banyak bumbu dan rempah. Selain itu,
penderita juga harus menghindari alkohol, kopi dan soda. Dan perlu juga
memperhatikan teknik memasaknya, direbus, dikukus dan dipanggang
adalah teknik memasak yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan
makanan tidak dianjurkan. Jenis makanan yang tidak dianjurkan antara
lain: beras ketan, mie bihun, jagung, ubi-ubian, cake, dodol, kue-kue lain
yang terlalu manis dari sumber karbohidrat sedangkan dari sumber protein
sarden atau daging yang diawetkan, dari sumber sayaur, mineral dan
vitamian adalah makanan yang merangsang asam lambung diantaranya
adalah kol, dan sayuran yang tidak banyak serat juga tidak menimbulkan

31

gas. Dari buah yang banyak serat dan menimbulkan gas misalnya nanas,
kedondong, durian, dan nangka. (Sunita Almatsir,2008)
c. Preskripsi Diet
Hindari pemakaian cabe, sambal, saus pedas, minyak, cuka yang bersifat
merangsang. Jangan berikan makanan yang melekat seperti dodol, ketan,
makanan yang menimbulkan gas seperti nangka, durian, kembang kol dan
makanan yang banyak mengandung serat kasar seperti kankung(dr. Andry
Hartono,2006).
Pemberian suplemen vitamin C ( yang tidak asam seperti ester C atau jus
jambu) bersama protein diperlukan untuk mempercepat kesembuhan
jaringan lambung yang luka. Karena terapi antasid beresiko mengurangi
penyerapan zat besi, maka pemberian suplemen besi yang tidak
mengiritasi lambung dapat dilakukan untuk mencegah anemia. Bahkan
pada gastritis yang menggangu faktor intrinsik diperlukan suplemen
vitamin B12 untuk mencegah anemia pernisiosa (dr. Andry Hartono,2006).
G. Komplikasi
Komplikasi yang bias terjadi pada gastritis adalah :
a. Akut
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berupa hematemesis dan
melena. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga
dapat menyebabkan syok hemoragik yang bias menyebabkan
kematian.
2) Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat. Ulkus ini diperlihatkan
hamper sama dengan perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun
pada tukak peptikpenyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter
pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada
tukak lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
endoskopi.
b. Kronis
1) Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan vitamin
2) Anemia permisiosa yang mempunyai antibody terhadap faktor
intrinsic dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan
penyerapan terhadap vitamin B12
3) Gangguan penyerapan zat besi
(Mansjoer, 2001)
32

H. Penatalaksanaan
a. Akut
Penatalaksanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi dengan
menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan
sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut,
diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan

secara

parenteral.

Bila

perdarahan

terjadi,

maka

penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk


hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisiran agen penyebab. Untuk menetralisir
asam, digunakan antasida. Dan bila korosi luas atau berat dihindari
karena bahaya perforasi (Brunner dan Suddarth, 2001).
Penatalaksanaan bila terdai perdarahan, tindakan pertama adalah
tindakan konservatif berupa pembilasan air es disertai pemberian
antasida dan antagonis reseptor H2. Pemberian obat yang berlanjut
memerlukan tindakan bedah (Sjamsuhidayat, 2004).
b. Kronis
Penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronis diatasi dengan
memodifikasi diat pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress
dan memulai farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi dengan
antibiotik dan bismuth (Brunner dan Suddarth, 2001).
Penatalaksanaan yang dilakukan pertama kali adalah jika tidak
dapat dilakukan endoskopi caranya yaitu dengan mengatasi dan
menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan
pengobatan empiris berupa antasida. Tetapi jika endoskopi dapat
dilakukan diberikan terapi eradikasi (Sjamsuhidayat, 2004).

33

BAB VII
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
a. Ny. T merupakan penderita gastritis kronis.
2. Segi Psikologis :
a. Hubungan antara anggota keluarga yang terjalin cukup akrab, harmonis,
dan hangat.
b. Pengetahuan akan pentingnya mengatur pola makan masih rendah
c. Adanya stressor berupa kekhawatiran penderita terhadap anaknya.
3. Segi Sosial :

34

a. Problem ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini.


4. Segi fisik :
a. Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny.T tidak sehat.
B.

SARAN
1. Untuk masalah medis (BBLR dengan status gizi kurang) dilakukan
langkah-langkah :
a.

Preventif

menjaga

pola

makan,

menghindari

kebiasaan

mengonsumsi kopi, jamu, dan alkohol. Menjaga stress psikis


b.

Promotif

: edukasi kepada penderita tentang pentingnya mengatur

pola makan, .
c.

Kuratif

: saat ini penderita mengalami gastritis kronis, langkah-

langkah penanganan yang harus dilakukan adalah menjaga intake


nutrisi agar tidak terjadi defisiensi nutrisi dengan cara makan secara
sedikit-sedikit tapi sering, pengobatan farmakokinetik untuk
menetralisir asam lambung.
d.

Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri penderita sehingga


tetap memiliki semangat memperbaiki kesehatannya serta mencegah
hal ini terulang kembali.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat
dilakukan langkah-langkah :
a. Promotif: edukasi penderita dan anggota keluarga dan menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Edukasi untuk memisahkan
tempat memasak dan tempat menjemur pakaian menjadi satu ruangan
terpisah masing-masing.

35

3. Untuk masalah ekonomi, dilakukan langkah-langkah :


a. Promotif : Memberikan dukungan kepada Tn. B selaku kepala
keluarga untuk mencari penghasilan tambahan. Sehingga kebutuhan
sehari-hari dapat tercukupi, terutama kebutuhan akan sehat dari
penderita. Demikian pula pada Ny. T, jika semua anaknya sudah
bersekolah hendaknya diberikan dukungan untuk mencari pekerjaan
tambahan di waktu luang.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsir, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Almatsier, Sunita. 2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Brunner and Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2. Jakarta
EGC.
Budiana. 2008. Pola Hidup Pengaruhi Insiden Penyakit Gastritis
http://healthreference-ilham.blogspot.com
Coleman. 1991. Prisoner's Dilemma, Chicken, and mixed-strategy evolutionary
equilibria. Behavioral and Brain Sciences

36

Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB dan Dr Helmin Agustina Silalahi


.

2011. (Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM),

dr. Andry Hartono,2006. Diet Rumah Sakit.jakarta


Hadi, Sujono. 2000. Gastroenterologi. Penerbit Alumni. Jakarta
Hartono, Andry. 2000. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Herlan. 2002. Angka Kejadian Penyakit Gastritis Di Indonesia
http://www.mahalo.com
Hardinsyah & Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein dan Serat
Makanan. Dalam Soekirman et al. (Eds.), Ketahanan Pangan dan Gizi di
Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Prosiding Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi VIII (hlm. 317-330), 17-19 Mei. LIPI, Jakarta. Informasi
Penyakit blog spot.com/2011/12/pantangan penyakit gastritis Kronis
Lanyawati . 2001. http:// Jurnal Epidemiologi-faktor-yang mempengaruhi-diet
Maulidiyah dan Unun. (2006). Hubungan antara stres dan kebiasaan makan
dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis. Diambil dari
http://adln.lib.unair.ac.id

/go.php?Id=gdlhub-gdl-s1-2006-maulidiyah.

Diakses tanggal 27 juni 2011


Mansjoer A. 2001 Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapius;
Persagi . 2006. Kebutuhan Pangan Dan Gizi. Jakarta : EGC
Prince, Sylvia A. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
6, buku 2. Jakarta : EGC. pp:1259-1267
Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti. 2004. Kesehatan dan Gizi. Penerbit PT
Rineka Cipta, Jakarta
Supariasa, I Dewa Nyoman.2002.Penilaian status gizi. Jakarta : EGC
Uripi, V. 2002. Manajemen Produksi Makanan. Diktat yang tidak dipublikasikan.
Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi,
Direktorat Program Diploma. Institut Pertanian Bogor
Yayuk Farida Baliwati, dkk. 2004.pengantar pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar

37

SwadayaDermawan, D & Rahyuningsih, T. (2010). Keperawatan Medikal


Bedah (Sistem Pencernaan). Yogyakarta: Goysen publishing.
Sjamsuhidajat. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.

38

Anda mungkin juga menyukai