No. Berkas :
No. RM
Puskesmas Sekardangan
Nama KK
: Tn. Rohmat
Tanggal
Tingkat
Pemahaman
Paraf Pembimbing
Paraf
Keterangan
: Tn. Hatim
: Jl. Sumatra No. 1, RT 06/01, Bulusidokare,
Sekardangan, Sidoarjo
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
Kedudukan
No
Nama
dalam
L/ P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
keluarga
1
Hatim
KK
80
SMA
Yasiti
Istri
73
SMP
n
IRT
Y/T
Purnawirawa
BAB I
Pasien
Ket.
Diare akut
STATUS PENDERTTA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita diare
akut, berjenis kelamin perempuan dan berusia 73 tahun, dimana pendenta merupakan salah
satu pasien diare akut yang berada di wilayah Puskesmas Sekardangan, Kabupaten
Sidoarjo, dengan berbagai pemasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak
ditemukan di masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Sekardangan beserta
permasalahannya seperti masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola
hidup bersih dan sehat .Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan
dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. Y
Umur
: 73 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Alamat
Suku
: Jawa
Tanggal periksa
: 13 September 2013
: berak cair
Kanker Rahim
Hemoroid
: disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
-
: disangkal
: disangkal
D. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit
2. Kepala
: sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, rambut
tidak berwarna kemerahan,
4
4. Hidung
5. Telinga
6. Mulut
7. Tenggorokan
8. Pernafasan
9. Kadiovaskuler
10. Gastrointestinal
11. Genitourinaria
12. Neuropsikiatri
: Neurologik
Psikiatrik
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas
: Atas
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu
: 36,30 C
Tensi
: 130/90 mmHg
Status gizi :
BB : 45 kg
TB : 155 cm
Status Gizi
Perhitungan status gizi :
IMT : BB/TB2 : 45/2,25 = 20kg
Nilai :
3. Kulit
Warna
Kepala
4. Mata
Mata cowong (-/-), Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak
(-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistakils (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah
hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga
dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-),
lesi pada kulit (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor : I : ictus cordis tak tampak
P: ictus cordis kuat angkat
P: batas kiri atas
: SIC II LPSD
: SIC IV LPSD
oedem
Fungsi Vegetatif
Fungsi Sensorik
Fungsi motorik
Afek
: appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : tidak dievaluasi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
: tidak dilakukan
G. RESUME
Seorang perempuan 73 tahun dengan keluhan utama berak cair. Berak cair sudah
dialami sejak 2 hari yang lalu, berak cair dalam jumlah banyak, ada ampas. Tidak
didapatkan darah/lendir. Mual muntah tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, compos
mentis, status gizi kesan normal. Tanda vital T: 130/96 mmHg, N: 68 x/menit, Rr: 20
x/menit, S:36,3C, BB: 45 kilogram, TB: 155 cm, status gizi Gizi normal.
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.
H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
Diagnosis Biologis
Diare akut
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Status ekonomi cukup.
I. PENATALAKSANAAN
Secara
umum
penanganan
diare
akut
ditujukan
untuk
mencegah
10
4. Obat antimikroba
Dalam praktek sehari-hari acap kali dokter langsung memberikan antibiotic atau
antimikroba secara empiris. Pedoman sederhana pemberian antibiotic pada diare akut
dewasa seperti terlihat pada tabel berikut
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah
oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi
(Kemenkes RI, 2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
11
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan
dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011)
Tabel 2.2. Kebutuhan Jumlah
oralit
yang Jumlah
oralit
yang
disediakan di rumah
Umur Umur
< 12 bulan
1-4 tahun
50-100 ml
100-200 ml
> 5 tahun
200-300 ml
bungkus)
800-1000 ml/hari (4-5
Dewasa
300-400 ml
bungkus)
1200-2800 ml/hari
2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga
12
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi
selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,
mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare
harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet
zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan
pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan
diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,
2011).
4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare
dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena
terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obatobatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian
besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).
13
5. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat
dengan balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
J. FOLLOW UP
Tanggal 13 September 2013
S : Penderita sudah tidak berak cair. Panas -, mual -, muntah -, nafsu makan baik.
BAK normal.
O : KU : baik , compos mentis.
Tanda vital :
T : 130/80
R :20x/menit
N :84x/menit
S :36,7C
Status Generalis : Mata
14
T:-
R :18x/menit
N : 66x/menit S : 36,5C
Status Generalis : Mata : mata cowong (-/-)
Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Mentalis : dalam batas normal
A : Diare akut membaik
P : Menjaga kebersihan anak serta peralatan makan anak.
FLOW SHEET
Nama
: An. I
1
2
Tensi
TGL
BB
TB
mm
Hg
Kg
Cm
11/09/2013
19
123
12/09/2013
19
123
19
123
3 13/09/2013
Status
Mata
Gizi
cowong
Gizi
Cukup
Gizi
Cukup
Gizi
Cukup
BAB II
15
(-/-)
(-/-)
(-/-)
KET
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari penderita, ayah (Tn. Rohmat, 42 tahun), Ibu (Ny. Mia, 43
tahun). Penderita tinggal serumah ayah ,ibu, serta ketiga kakak perempuannya.
2. Fungsi Psikologis.
An. I tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Hubungan keluarga
mereka terjalin cukup akrab. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu
dengan yang lain. Ayah penderita bekerja setiap hari sebagai perawat dan penjual
burung. Sehingga sehari-hari penderita lebih banyak menghabiskan waktunya
dengan ibu dan kakak-kakak penderita.
Penghasilan ayah penderita kurang karena harus membiayai kehidupan
seluruh anggota keluarga, namun mereka tetap hidup cukup bahagia dan mengaku
tidak pernah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
3. Fungsi Sosial
Dalam masyarakat kedua orang tua penderita hanya sebagai anggota
masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat.
Kedua orang tua penderita kurang aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat karena
jam kerja yang menyita waktu. Dalam kesehariannya keluarga penderita bergaul
akrab dengan masyarakat di sekitarya seperti halnya anggota masyarakat yang lain.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari ayah yang bekerja
wiraswasta dengan penghasilan sebesar Rp 2.000.000 per bulannya.
Penghasilan tersebut juga digunakan untuk membiayai seluruh anggota
keluarga. Untuk biaya bidup sehari-hari seperti makan, minum, biaya sekolah atau
iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan tidak pemah
menyisihkannya untuk menabung ataupun biaya-biaya mendadak (seperti biaya
pengobatan dan lain-lain). Untuk memasak memakai kompor gas. Makan seharihari Iauk pauk, sayur, kadang daging, buah dan frekuensi makan 3 kali sehari.
Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
16
17
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/tidak
mendukung
A
saya
untuk
melakukan
keinginan
sayangnya
18
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/tidak
PATHOLOGY
Sosial
KET
_
kesopanan
Pemahaman agama cukup. Namun penerapan _
19
Edukasi
terpenuhi,
meski
belum
mampu
kebutuhan
sekunder
rencana
memadai,
diperlukan
skala
mencukupi
ekonomi
tidak
prioritas
untuk
Medical
koran terbatas.
Pelayanan kesehatan
puskesmas
memberikan _
lebih
balk
Dalam
mencari
pelayanan
20
Alamat lengkap
Ny. Mia
43 tahun
perempua
n
Tn. Rohmat
43 tahun
Laki-laki
: Ayah Penderita
Ny. Mia
: Ibu Penderita
Tn. Rohmat,
42tahun
Ayah penderita
Ny. Mia,
43 tahun
Ibu penderita
21
An. Elang
7 Tahun
Laki-laki
An.Elang,
7 tahun
penderita
Fanny,
17 tahun
Kakak Penderita
Elly,
14 tahun
Kakak penderita
Keterangan :
Lia,
11 tahun
Kakak Penderita
= hubungan baik
= hubungan tidak baik
Hubungan antara An. Elang, ayah, ibu, serta kakak-kakaknya baik dan dekat.
Antara ayah dan ibunya baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau
hubungan buruk antar anggota keluarga.
F. PERTANYAAN SIRKULER
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu ?
Jawab :
Ibu merawat penderita serta membawa penderita berobat ke Puskesmas.
2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah ?
Jawab :
Ayah mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Karena ia mempercayai urusan
anak sehari-hari kepada ibu.
3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain ?
22
Jawab :
Ikut mendukung dan membantu apa yang diputuskan ayah.
4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan ?
Jawab :
Dibutuhkan ijin ayah, karena ia sebagai kepala keluarga. Namun sebelumya melalui
musyawarah dengan anggota keluarga lainya atau mungkin juga melibatkan
keluarga besarnya.
5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita ?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibu.
6.
Selanjutnya siapa ?
Jawab :
Selanjutnya adalah nenek penderita. Karena nenek penderita cukup sering
berkunjung dan merawat penderita di rumah bersama ibu penderita.
7.
23
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
An. E adalah seorang anak dari pasangan Tn. R dan Ny. M. Saat ini penderita
berumur 7 tahun dan tinggal bersama orang tua dan kakak-kakak perempuan penderita
yang berusia 11, 14,dan 17 tahun.
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah
keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini
menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, akan dibutuhkan biaya
tambahan yang dikeluarkan untuk berobat. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya
disebabkan oleh kuman penyakit, bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/
takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah
penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan,
atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
Lingkungan rumah mereka tidak sehat karena air sumur yang digunakan untuk
mandi berwarna keruh dan berbau, namun mereka berusaha menjaga kebersihan badan
dengan menggunakan air PDAM lalu menggunakan sabun mandi serta selalu mandi 2x
sehari, yaitu pagi dan sore hari. Mereka juga menata perabot rumah dengan baik dan
menyapu rumah setiap hari .
Keluarga ini sudah memiliki fasilitas jamban keluarga. Namun untuk
melakukan kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari pompa air
yang ada di rumah. Untuk kebutuhan air minum dan memasak, mereka menggunakan
air PDAM.
24
25
Denah Rumah :
26
BAB IV
DAFTAR MASALAH
1. Masalah Aktif :
a. Diare akut
b. Kondisi ekonomi lemah
c. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang penyakit pendenta
2. Faktor resiko:
a. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan
faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Diare akut
PHBS
An. Elang,
7 tahun
Kondisi
ekonomi
lemah
Pengetahuan
orang tua kurang
27
BAB V
PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Suport Psikologis
Keluarga pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada dokternya. Antara
lain dengan cara:
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau kondisi
fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
YME, misalnya dengan lebih lagi rajin ibadah, berdoa dan memohon hanya kepada
Tuhan.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang
hams dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial,
dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Dalam kasus ini menentramkan hati diperlukan untuk keluarga pasien dengan
problem psikologis antara lain kecemasan tentang penyakit yang diderita anaknya,
kekhawatiran apabila anaknya sering mengalami masalah yang sama sehingga
pertumbuhan dan perkembangan sang anak terganggu. Menentramkan hati penderita
dengan memberikan edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan
penyakit turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk
kesembuhannya adalah kepatuhan menjalankan anjuran dokter seperti menjaga pola
makan anak dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat baik untuk diri sendiri dan
lingkungan sekitar. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang bergizi
tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup.
28
29
raga yang teratur. Dengan demikian diare dapat dicegah sehingga pertumbuhan anak
berjalan dengan baik.
B. PENCEGAHAN DIARE AKUT TERHADAP ANGGOTA KELUARGA YANG
LAIN
Pada prinsipnya secara pencegahan diare adalah mengenai pola hidup sehat
baik terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari berbagai penyakit
infeksi.
1. Bagi keluarga biasakan menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Biasakan
membersihkan rumah setidaknya 2 kali setiap hari, serta mencui perabotan rumah
dan pakaian menggunakan air bersih. Selalu mengkonsumsi air bersih yang sudah
dimasak serta menggunakan sumber air yang baik.
2. Istirahat yang cukup 6-8 jam sehari semalam.
4. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan daya tahan
tubuh bagi anggota keluarga dan tentunya untuk pasien sendiri.
30
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
A. LATAR BELAKANG
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian
besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus,
bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare
akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban
ekonomi yang tinggi di sector kesehatan oleh karena rata-rata 30% dari jumlah tempat
tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare, selain
itu juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam
urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi (Santoso & Subagyo, 2010).
B. DEFINISI
Diare atau penyakit diare ( diarrheal disease) berasal dari kata diarrola
(bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari
pengeluaran tinja yang frekuen. Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/sehari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah dan lendir (Suraatmaja, 2007).
C. EPIDEMIOLOGI
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak
meninggal setiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjkadi di
negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh
diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih
merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia
24%,untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding
pneumonia 15,5% (Santoso & Subagyo, 2010).
31
D. ETIOLOGI
Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab
infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri, dan parasit.
Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan
inflammatory. Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare
biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin (Santoso & Subagyo, 2010).
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
adalah sebagai berikut :
Golongan Bakteri :
1. Aeromonas
2. Bacillus cereus
3. Campylobacter jejuni
4. Clostridium perfringens
5. Clostridium defficile
6. Escherichia coli
7. Plesiomonas shigeloides
8. Salmonella
9. Shigella
10. Staphylococcus aureus
11. Vibrio cholera
12. Vibrio parahaemolyticus
13. Yersinia enterocolitica
Golongan Virus :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Astrovirus
Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)
Enteric adenovirus
Coronavirus
Rotavirus
Norwalk virus
Herpes simplex virus*
Cytomegalovirus*
Golongan Parasit
32
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Balantidium coli
Blastocystis homonis
Cryptosporidium parvum
Entamoeba histolytica
Giardia lamblia
Isospora belli
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichiura
umumnya
berhubungan
dengan
diare
hanya
pada
penderita
imunocompromised
E. PATOGENESIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah (Alatas, 2007)
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diar2. Sebaliknya bila peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Patogenesis Diare Akut (Alatas, 2007)
1. Masuknya jasad renik ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung
2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare
33
Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi (Alatas, 2007) :
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolic, hipokalemia, dan sebagainya)
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah
F. GEJALA KLINIS
GejaIa Klinis
Frekuensi buang air besar bertambah dengan bentuk dan konsistensi yang
lain dari biasanya dapat cair, berlendir, atau berdarah, dapat juga disertai gejala lain,
anoreksia panas, muntah atau kembung. Dapat disertai gejala komplikasi, gangguan
elektrolit, dehidrasi, gangguan gas darah/asidosis (Putra, 2008).
G. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN
Anamnesis perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit kepada keluarga
atau penderita, seperti lamanya diare, frekuensinya, volumenya, warnanya, berat badan
sebelum lahir, ada atau tidaknya batuk, pilek dan demam sebelum, selama, sesudah diare
( Suraatmaja, 2007).
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang ditemukan sangat berguna dalam
menentukan beratnya diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan
ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh, dan tanda toksisitas. Pada
pemeriksaan abdomen adanya kualitas bunyi usus dan ada tidaknya distensi abdomen
dan nyeri tekan merupakan tanda bagi penentuan etiologi ( Simadibrata, 2006).
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan seperti pemeriksaan tinja, pemeriksaan
darah berupa darah lengkap, pemeriksaan elektrolit dan pH serta intubasi duodenal pada
diare kronik untuk mencari kuman penyebab (Suraatmaja, 2007).
H. TERAPI
34
1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah
oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi
(Kemenkes RI, 2011).
35
36
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan
dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011)
Tabel 2.2. Kebutuhan Jumlah
oralit
yang Jumlah
oralit
yang
disediakan di rumah
Umur Umur
< 12 bulan
1-4 tahun
50-100 ml
100-200 ml
> 5 tahun
200-300 ml
bungkus)
800-1000 ml/hari (4-5
Dewasa
300-400 ml
bungkus)
1200-2800 ml/hari
2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga
37
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi
selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,
mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare
harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet
zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan
pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan
diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,
2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan
diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,
2011).
38
39
I.
saling berkaitan dengan masalah masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak
factor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat. Menurut model segitiga epidimiologi, suatu penyakit timbul akibat interaksi
satu sama lain yaitu antara factor lingkungan, agent dan host (Umiati, 2010).
Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penentu
pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan factor yang paling penting
sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan sanitasi lingkungan
(Zubir, 2006).
Faktor factor yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare antara lain :
1. Faktor sanitasi lingkungan
A. Sumber air minum
Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia
akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi, dan
sebagainya. Di antara kegunaan kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah
kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk
memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan
penyakit bagi manusia termasuk diare (Umiati, 2010).
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah
(Umiati, 2010) :
1) Mengambil air dari sumber air yang bersih
2) Mengambil dan menyiumpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup,
serta menggunakan gayung khusus untuk mengambiul air.
3) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang,
anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum
dengan sumber pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan sampah
dan air limbah harus lebih dari 10 meter
4) Menggunakan air yang direbus
5) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air bersih dan cukup.
B. Kualitas fisik air bersih
C. Kepemilikan jamban
40
5)
6)
7)
8)
9)
2. Faktor perilaku
Faktor perilaku yang dapat menyebabkan kuman enteric dan meningkatkan
resiko terjadinya diare. Perilaku perilaku tersebut antara lain (Umiati,
2010) :
1) Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4 6 bulan.
2) Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman
karena botol susu susah dibersihkan.
3) Menggunakan air minum yang tercemar.
4) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah
membuang tinja anak.
5) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
41
1. Segi Biologis:
-
2. Segi Psikologis:
-
Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang terjalin cukup
akrab, harmonis, dan hangat
3. Segi Sosial:
-
Problem ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini yang berpengaruh
pada ketidakmampuan
kesehatan keluarga juga untuk dapat mempunyai fasilitas sanitasi, rumah yang
sesuai dengan standart kesehatan.
4. Segi fisik:
-
B. SARAN
1. Untuk masalah diare akut yang diderita hendaknya dilakukan upaya :
-
sesudah
makan,
pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak anak dan bayi yang benar,
memberikan imunisasi rotavirus.
2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat dilakukan
langkah-langkah:
Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka jendela tiap
pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
rumah.
3. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :
Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian kesempatan memperoleh
pendapatan yang layak, dan membantu memperkuat kemampuan wanita untuk
membina keluarganya, sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat
42
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, 2007, Diare pada Bayi dan Anak, Edisi Kesebelas, Infomedika Jakarta, Jakarta.
43
LAMPIRAN
RUMAH PASIEN
44
TAMPAK DEPAN
.
RUANG TAMU/RUANG TV
45
KAMAR TIDUR 1
KAMAR TIDUR 2
46
DAPUR
WC
47
TEMPAT MENCUCI
48