Maatschap PDF
Maatschap PDF
30
31
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2001), hal.18
M. Natzir Said, Op.Cit., hal.51
Jelaslah bahwa pengertian Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD)
berbeda dengan vennootschap (persekutuan) pada umumnya. Perusahaan Dagang (PD)
atau Usaha Dagang (UD) terlihat lahir dari hukum kebiasaan. 32
KUHD sendiri tidak mengatur secara khusus mengenai perusahaan perseorangan,
akan tetapi dalam praktek (hukum kebiasaan) diakui sebagai pelaku usaha. Di dalam dunia
usaha, masyarakat telah mengenal dan menerima bentuk perusahaan perseorangan yang
disebut Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD). Perusahaan Dagang (PD) atau
Usaha Dagang (UD) ini berbeda dengan vennootschap (persekutuan) yang terletak pada
jumlah pengusahanya. Jumlah pengusaha dalam perusahaan perseorangan seperti PD
hanya seorang, sedangkan jumlah pengusaha dalam persekutuan dua orang atau lebih. Pada
Perseroan Terbatas (salah satu contoh persekutuan), jumlah pengusahanya sama dengan
jumlah pemegang saham, yang berarti bahwa keseluruhan pemegang saham pada PT
adalah pengusaha.
Walaupun KUHD tidak mengatur secara khusus mengenai Perusahaan perdagangan
(PD), karena eksistensinya diakui sebagai bentuk usaha, maka pemerintah berupaya
melegalisasinya dengan cara yang berbeda. Hal ini dapat di lihat dengan dikeluarkannya
keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998, tentang
Lembaga-lembega Usaha Perdagangan. Pasal 1 butir 3 KEP MPP ini disebutkan :
Lembaga perdagangan adalah suatu instansi/badan yang dapat berbentuk
perorangan atau badan usaha
Tidak ada persyaratan khusus atau standar yang harus dipenuhi guna mendirikan
Perusahaan Dagang. Hanya dalam praktek pada umumnya pendirian PD ini dibuat dengan
akta notaris . kemudian diikuti dengan permohonan izin usaha kepada kepala Kantor
Perdagangan dan permohonan izin tempat usaha kapada Pemerintah Daerah setempat.
Perlu diketahui bahwa ada atau tidak ada akta notaris, PD (usaha dagang) ini tetap bisa
didirikan. Keberadaan akta hanya sebagai alat bukti semata, bukan sebagai syarat bahwa ia
adalah badan hukum. Sudah tentu akta pendirian itu sangat sederhana sebab tidak
32
Ibid.
memerlukan anggaran dasar. Dengan adanya akta pendirian yang notariil ini, orang
berpendapat bahwa kedudukan hukum perusahaannya lebih kuat. Tetapi sebenarnya akta
pendirian yang notariil ini tidak diharuskan. Akta ini juga tidak perlu didaftarkann kepada
kepaniteraan Pengadilan Negeri dan pula tidak perlu diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara RI.
Di Inggris, bentuk perusahaan yang berwujud PD ini dikenal sebagai Sole Traders.
Di Amerika dikenal sebagai Proprietorships. Perusahaan demikian merupakan tipe
organisasi bisnis atau perusahaan yang paling sederhana.
Perusahaan berbentuk PD atau UD ini memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu:
Kelebihan :
a) Aktivitas relatif lebih sedikit dan sederhana sehingga organisasinya mudah
b) Biaya organisasi rendah
c) Pemilik bebas mengambil keputusan
d) Seluruh keuntungan perusahaan menjadi hak pemilik perusahaan
e) Rahasia perusahaan terjamin
f) Pemilik lebih giat berusaha
g) Pendirian dan pembubarannya mudah karena tidak memerlukan formalitas
Kelemahan :
a) Tanggungjawab pemilik tidak terbatas
b) Sumber keuangan perusahaan terbatas sehingga kemampuan investasi pun terbatas
c) Status hukum perusahaan bukan badan badan hukum
d) Kelangsungan hidup perusahaan kurang terjamin
e) Seluruh aktivitas manajemen dilakukan sendiri, sehingga pengelolaan manajemen
menjadi kompleks
f) Kemampuan manajerial biasanya terbatas
g) Bila pemilik perusahaan meninggal dunia atau sakit dalam waktu yang lama maka
aktivitas perusahaan juga ikut terhenti
digunakan
untuk
menerjemahkan
istilah
bahasa
Belanda
maatschap;
vennootschap. Maat maupun vennoot dalam bahasa aslinya (Belanda) berarti kawan atau
sekutu.
H.Van der Tas, dalam Kamus Hukum menerjemahkan Maatschap sebagai
perseroan, perserikatan, persekutuan. Fockema Andreae, menerjemahkannya sebagai
perseroan, perseroan perdata. R. Subekti dalam terjemahan BW menyebut istilah
Maatschap sebagai persekutuan. Penulis lain menerjemahkannya sebagai persekutuan
perdata atau perserikatan perdata (burgelijke maatschap).
33
Rudhi Prasetya, Maatschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2002), hal.2
34
2. Jenis-jenis Maatschap
1) Maatschap Umum (Pasal 1622 KUHPerdata)
Maatschap umum meliputi apa saja yang akan diperoleh para sekutu sebagai hasil
usaha mereka selama maatchap berdiri.
umum
maupun
maatschap
khusus
harus
ditentukan
secara
35
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2005), hal.36-37
konsensual
(concensuelle
overeenkomst)
dan
perjanjian
riil
(reele
maatschap terikat pada kapasitas kepribadian dari masing-masing anggota, dan cara
masuk-keluarnya ke dalam maatschap ditentukan secara statutair (tidak bebas). Adapun
sifat kapasitas kepribadian dimaksud diutamakan, seperti: sama-sama seprofesi, ada
hubungan keluarga, atau teman karib.
KUHPerdata (Bab VIII) sendiri juga tidak melarang adanya maatschap antara
suami-istri. Meskipun tidak dilarang, maatschap yang didirikan antara suami-istri, dimana
ada kebersamaan harta kekayaan (huwelijk gemeenschap van goederen), maka maatschap
demikian tidak berarti apa-apa, sebab kalau ada kebersamaan harta kekayaan (harta
perkawinan), maka pada saat ada keuntungan untuk suami-istri itu tidak ada bedanya,
kecuali pada saat perkawinan diadakan perjanjian pemisahan kekayaan.
5. Hubungan Intern Para Peserta
Perjanjian maatschap tidak mempunyai pengaruh ke luar (terhadap pihak ketiga),
dan pesertalah yang semata-mata mengatur bagaimana caranya kerjasama itu berlangsung,
demikian juga pembagian keuntungan yang diperoleh bersama diserahkan sepenuhnya
kepada mereka sendiri untuk mengaturnya dalam perjanjian maatschapnya.
Hanya undang-undang mengadakan pembatasan terhadap kebebasan mengatur
pembagian keuntungan itu, berupa dua ketentuan:
a. para sekutu tidak boleh memperjanjikan bahwa mereka akan menyerahkan
pengaturan tentang besarnya bagian masing-masing kepada salah seorang dari
mereka atau kepada seorang pihak ketiga (Pasal 1634 ayat 1 KUHPerdata).
b. para sekutu tidak boleh memperjanjikan bahwa kepada salah seorang akan
diberikan semua keuntungan (Pasal 1635 ayat 1 KUHPerdata)
6. Pengurusan Maatschap
Pengangkatan pengurus Maatschap dapat dilakukan dengan dua cara (Pasal 1636),
yaitu:
a. Diatur sekaligus bersama-sama dalam akta pendirian maatschap. Sekutu maatschap ini
disebut sekutu statuter (gerant statutaire);
b. Diatur sesudah persekutuan perdata berdiri dengan akta khusus. Sekutu pengurus ini
dinamakan sekutu mandater (gerant mandataire).
Perbedaan kedudukan hukum antara sekutu statuter dan sekutu mandater:
a) Menurut Pasal 1636 (2) KUHPerdata, selama berjalannya maatschap, sekutu statuter
tidak boleh diberhentikan, kecuali atas dasar alasan-alasan menurut hukum, misalnya
tidak cakap, kurang seksama (ceroboh), menderita sakit dalam waktu lama, atau
keadaan-keadaan/peristiwa-peristiwa yang tidak memungkinkan seorang sekutu
pengurus itu melaksanakan tugasnya secara baik.
b) Yang memberhentikan sekutu statuter ialah maatschap itu sendiri. Atas pemberhentian
itu sekutu statuter dapat minta putusan hakim tentang soal apakah pemberhentian itu
benar-benar sesuai dengan kaidah hukum. Sekutu statuter bisa minta ganti kerugian
bila pemberhentian itu dipandang tidak beralasan.
c) Sekutu mandater kedudukannya sama dengan pemegang kuasa, jadi kekuasaannya
dapat dicabut sewaktu-waktu atau atas permintaan sendiri.
Kalau diantara para sekutu tidak ada yang dianggap cakap atau mereka tidak
merasa cakap untuk menjadi pengurus, maka para sekutu dapat menetapkan orang luar
yang cakap sebagai pengurus. Jadi, ada kemungkinan pengurus maatschap adalah bukan
sekutu. Hal ini dapat ditetapkan dalam akta pendirian maatschap atau dalam perjanjian
khusus.
7. Pembagian Keuntungan dan Kerugian
Para mitra bebas untuk menentukan bagaimana keuntungan maatschap akan
dibagikan diantara mereka. Menurut Pasal 1633 KUHPerdata cara membagi keuntungan
dan kerugian itu sebaiknya diatur dalam perjanjian pendirian maatschap. Bila dalam
perjanjian pendirian tidak diatur maka bagian tiap sekutu dihitung menurut perbandingan
besarnya sumbangan modal yang dimasukkan oleh masing-masing sekutu. Sekutu yang
inbreng-nya hanya berupa tenaga, maka bagian keuntungan/rugi yang diperolehnya sama
dengan bagian sekutu yang memasukkan inbreng berupa uang atau barang yang paling
sedikit. Menurut pasal 1634 KUHPerdata, para sekutu tidak boleh berjanji bahwa jumlah
bagian mereka masing-masing dalam maatschap ditetapkan oleh salah seorang sekutu dari
mereka atau orang lain. Perjanjian yang demikian harus dianggap tidak ada/tidak tertulis.
Disamping itu, menurut Pasal 1635 KUHPerdata, para sekutu dilarang memperjanjian akan
memberikan keuntungan saja kepada salah seorang sekutu, tetapi harus mencakup duaduanya, yakni keuntungan (laba) dan kerugian. Bila hal itu diperjanjikan juga maka hal itu
dianggap batal. Namun sebaliknya, para sekutu diperbolehkan memperjanjikan bahwa
semua kerugian akan ditanggung oleh salah seorang sekutu saja.
8. Tanggungjawab Intern antara Sekutu
Para sekutu Maatschap bisa membuat perjanjian khusus dalam rangka menunjuk
salah seorang diantara mereka atau orang ketiga sebagai pengurus Maatschap (gerant
mandataire). Menurut Pasal 1637 KUHPerdata, pengurus yang ditunjuk itu berhak
melakukan semua tindakan kepengurusan yang ia anggap perlu, walaupun tidak disetujui
oleh beberapa sekutu, asalkan dilakukan dengan itikad baik. Jadi pengurus dapat bertindak
atas nama persekutuan dan mengikat para sekutu terhadap pihak ketiga dan sebaliknya
pihak ketiga terhadap para mitra selama masa penunjukkan (kuasa) itu berlaku. Para sekutu
tentu saja masih bebas untuk menggeser atau mengganti pengurus dengan mandat tersebut.
Selama pengurus yang ditunjuk itu ada, maka maka sekutu yang bukan pengurus tidak
mempunyai kewenangan untuk bertindak atas nama Maaschap dan tidak bisa mengikat
para sekutu lainnya dengan pihak ketiga.
Bila tidak ada penunjukan secara khusus mengenai pengurus, Pasal 1639
KUHPerdata menetapkan bahwa setiap sekutu dianggap secara timbal balik telah memberi
kuasa, supaya yang satu melakukan pengurusan terhadap yang lain, bertindak atas nama
Maatschap dan atas nama mereka. Jadi, berkenaan dengan tanggungjawab intern antara
sekutu, kecuali dibatasi secara tegas dalam perjanjian pendirian Maatschap, setiap sekutu
berhak bertindak atas nama Maatschap dan mengikat para sekutu terhadap pihak ketiga dan
pihak ketiga terhadap sekutu.
c. Bila beberapa orang sekutu maatschap mengadakan hubungan hukum dengan pihak
ketiga, maka para sekutu itu dapat dipertanggungjawabkan sama rata, meskipun
inbreng mereka tidak sama, kecuali bila dalam perjanjian yang dibuatnya dengan
pihak ketiga itu dengan tegas ditetapkan imbangan pertanggungjawaban masingmasing sekutu yang turut mengadakan perjanjian itu.
d. Bila seorang sekutu mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga atas nama
persekutuan (Pasal 1645 KUHPerdata), maka persekutuan dapat langsung
menggugat pihak ketiga itu. Disini tidak diperlukan adanya pemberian kuasa dari
sekutu-sekutu lain.
10. Maatschap Bukan Badan Hukum
Setiap kerjasama selalu menimbulkan hasil yang dualistis, oleh karena tiap
kerjasama itu: a). mesti menimbukan kesatuan (rechtspersoonlijkheid), yakni yang
berwujud suatu badan atau corporatie; b). disamping itu juga menimbulkan akibat yang
bersifat verbintenisrechtelijk yang individual.
Kalau suatu kerjasama itu dimana unsur corporatienya merupakan hal yang lebih
menonjol, misalnya pada suatu PT, maka orang tidak akan ragu lagi untuk mengatakan
bahwa PT itu sudah rechtspersoon, (artinya badan hukum itu bisa bertindak sebagai subyek
hukum seperti halnya natuurlijke persoon). Sebaliknya, manakala dalam kerjasama itu
unsur corporatienya lebih sedikit, maka disitu akan timbul keraguan, baik pada peradilan
maupun para sarjana, yakni tentang apakah kerjasama itu dilakukan oleh badan hukum
atau bukan.
Ajaran yang umum (de heersen de leer) yang dianut tidak mengakui bahwa
maatschap itu merupakan badan hukum, karena maatschap tidak mempunyai harta
kekayaan yang terpisah dengan kekayaan para sekutunya. Tapi karena hukum itu
berkembang, muncul pendirian baru yang mengatakan bahwa pada maatschap itu dalam
praktik sudah ada kekayaannya yang terpisah, akan tetapi belum dianggap sebagai badan
hukum.
Pada firma terlihat bahwa undang-undang mengakui adanya harta kekayaan yang
terpisah (Pasal 32 KUHD), tetapi oleh undang-undang, firma juga belum diakui sebagai
badan hukum.
Diisamping itu, walaupun maatschap dapat mengguggat langsung kepada pihak
ketiga berdasarkan Pasal 1645 KUHPerdata, namun bukan berarti maatschap adalah badan
hukum. Perbuatan maatschap (persekutuan perdata) untuk menggugat langsung kepada
pihak ketiga adalah perbuatan bersama semua para sekutu, karena mereka masing-masing
mempunyai bagiannya sendiri dalam harta kekayaan persekutuan, sehingga tiap-tiap sekutu
berhak menagih sesuai dengan bagiannya itu.
Dari sudut pertanggung jawaban, bisa juga disimpulkan bahwa Persekutuan Perdata
(maatschap) bukanlah badan hukum, karena bila ia disebut badan hukum maka seorang
sekutu yang melakukan perbuatan atas nama persekutuan, persekutuanlah yang terikat
dengan pihak ketiga dan bukan sekutu yang berbuat sebagaimana ditentukan dalam Pasal
1644 KUHPerdata. Bila maatschap ingin dipaksakan menjadi badan hukum, maka tentu
ada keharusan bagi maatschap untuk memenuhi syarat-syarat sebagai badan hukum, seperti
a). Pengesahan dari Mentri Kehakiman, sekarang Mentri Hukum dan HAM; b).Pendaftaran
dalam Daftar Perusahaan; dan c). Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara RI.
36
37
38
tujuan pihak-pihak di antara mereka mengikatkan diri untuk memasukkan uang, barang,
kerja, nama baik atau kombinasi dari padanya ke dalam perusahaan. 39
Firma artinya nama bersama, yaitu nama orang (sekutu) yang dipergunakan
menjadi nama perusahaan. Misalnya: salah seorang sekutu bernama Hermawan, lalu
Persekutuan Firma yang mereka dirikan diberi nama Persekutuan Firma Hermawan, atau
Firma Hermawan Bersaudara. Disini kelihatan bahwa nama salah seorang sekutu
dijadikan sebagai nama Firma.
Mengacu pada Pasal 16 KUHD dan yursprudensi, ditentukan bahwa nama bersama
atau Firma dapat diambil dari:
a. Nama dari salah seorang sekutu. Misalnya: Firma Hermawan.
b. Nama dari salah seorang sekutu dengan tambahan. Misalnya: Firma Hermawan
Bersaudara, Sutanto & Brothers, Marriot & Sons, dan lain-lain.
c. Kumpulan nama dari semua atau sebagian sekutu. Misalnya: Firma Hukum
ANEK. ANEK merupakan singkatan nama beberapa sekutu yakni Andika,
Nelson, Elias dan Kurniawan.
d. Nama lain yang bukan nama keluarga, yang menyebutkan tujuan perusahaannya.
Misalnya: Firma Perdagangan Cengkeh
Menurut Polak, para sekutu bebas untuk menetapkan nama dari persekutuan Firma.
Tetapi kebebasan itu tidak sedemikian rupa sehingga nama yang ditetapkan itu menyamai
atau hampir menyamai nama Firma lain yang sudah ada, sehingga menimbulkan
kebingungan di pihak ketiga.
2. Sifat Kepribadian
Sebagaimana yang berlaku dan menjadi ciri sebuah Maatschap, maka
kapasitas/sifat kepribadian yang tebal juga menjadi ciri sebuah Firma, hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 16 KUHD yang menyebutkan Firma sebagai persekutuan perdata yang
didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama.
39
Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan para sekutu menyepakati dalam akta
pendirian mengenai sekutu tertentu yang menjadi pengurus dan menetapkan sekutu tertentu
yang menjadi pemegang kuasa untuk melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga
termasuk mewakili Firma di forum pengadilan.
Pengaturan mengenai hubungan antar sekutu Firma (khususnya mengenai
pembagian laba dan rugi) tidak ditemukan dalam KUHD, oleh karenanya hal ini kembali
merujuk pada ketentuan Maatschap Pasal 1624 s/d 1641 KUHPerdata. Ketentuan tersebut
merupakan ketentuan pelengkap, dan diantara pasal-pasal itu terdapat Pasal 1634 dan 1635
yang merupakan ketentuan memaksa menyangkut pembagian laba rugi. Mengenai laba
rugi merupakan hal penting untuk diatur dalam perjanjian pendirian Firma. Bila hal itu
tidak diatur maka berlakulah asas keseimbangan dari pemasukan (inbreng) sebagaimana
diatur dalam Pasal 1633 KUHPerdata.
Sesuai dengan asas kebersamaan dalam Pasal 1618 KUHPerdata, pada hakekatnya
antara para sekutu tidak boleh saling menyaingi. Namun bila hal itu terjadi berlakulah
pasal 1630 KUHPerdata, yakni kewajiban memberikan ganti kerugian.
5. Pengurusan Firma
Pengurus Persekutuan Firma harus ditentukan dalam perjanjian pendirian Firma
(gerant statutaire). Bila hal itu tidak diatur, maka harus diatur secara tersendiri dalam suatu
akta (gerant mandataire), yang juga harus didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan
Negeri setempat, dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Pendaftran dan
pengumuman penting agar pihak ketiga dapat mengetahui siapa-siapa yang menjadi
pengurus Firma, dengan siapa pihak ketiga itu akan mengadakan hubungan hukum.
Keberadaan pengurus dalam Firma semata-mata untuk memudahkan pihak ketiga
berhubungan dengan Firma. Penunjukan/penetapan pengurus tidak membawa konsekuensi
pada tanggung jawab seperti yang berlaku dalam CV. Tanggung jawab diantara sekutu
Firma adalah sama, baik secara internal maupun eksternal dengan pihak ketiga.
Dalam Firma, kemungkinan ada pemisahan antara pihak pengurus dan pihak yang
mewakili Firma untuk bertindak keluar (pemegang kuasa). Seorang sekutu Firma (Pasal 17
KUHD) dapat dilarang bertindak keluar. Kalau larangan itu tidak ada, maka tiap sekutu
dapat mewakili Firma, yang mengikat sekutu-sekutu lainnya (Pasal 18 KUHD) asal
tindakan sekutu yang bersangkutan ditujukan untuk kepentingan Firma. Sedangkan
tindakan yang bersifat penguasaan harus ada kata sepakat dari semua sekutu.
Menurut beberapa yurisprudensi, tindakan pengurusan sebenarnya juga mencakup
didalamnya tindakan dimuka Hakim bagi kepentingan Firma sepanjang hal itu ada
kaitannya dengan pekerjaan pengurus sehari-hari. Kecuali bila ada pembatasan dalam
perjanjian pendirian Firma bahwa tindakan dimuka Hakim termasuk tindakan yang patut
dikuasakan.
6. Tanggungjawab Sekutu Baru
Persekutuan Firma dimungkinkan menambah sekutu baru. Tetapi semua itu harus
berdasarkan persetujuan bulat semua sekutu lama (Pasal 1641 KUHPerdata). Sedapat
mungkin, ketentuan mengenai keluar-masuknya sekutu diatur dalam perjanjian pendirian
(akta otentik) Firma.
Lain lagi halnya dengan sekutu pengganti, penggantian kedudukan sekutu selama
sekutu tersebut masih hidup, pada dasarnya tidak diperbolehkan, kecuali hal itu diatur lain
dalam perjanjian pendirian Firma. UU hanya membolehkan sekutu Firma untuk menarik
orang lain (teman) untuk menerima bagian yang menjadi haknya dari Firma itu walaupun
tanpa izin sekutu-sekutu lainnya (Pasal 1641 KUHPerdata).
Pertanyaannya, apakah sekutu baru dalam Firma juga tunduk pada Pasal 18
KUHD? Dengan kata lain, apakah sekutu baru juga ikut bertanggung jawab secara pribadi
terhadap utang-utang Firma yang sudah ada? Mengenai hal ini ada beberapa pendapat:
a. Polak: sekutu baru tidak boleh diminta untuk membayar utang-utang Firma yang
telah ada pada saat dia diterima menjadi sekutu, sebab dia tidak pernah memberi
kuasa kepada sekutu-sekutu lama untuk mewakilinya dalam hubungan hukum yang
telah dibuat tersebut, kecuali apabila sekutu baru itu (sebagai syarat
penerimaannya) telah menyetujui sendiri tentang tanggung jawab terhadap utangutang Firma yang telah ada sebelum dia bergabung.
b. Eggens: pertanggungjawaban sekutu baru terhadap perikatan-perikatan atau utangutang Firma yang telah ada pada saat dia bergabung adalah sudah selayaknya atau
sudah pada tempatnya.
c. Soekardono: pertanggungjawaban itu sudah semestinya karena keuntungankeuntungan yang dapat diharapkan oleh sekutu baru.
Selanjutnya, bagaimana pula halnya dengan tanggung jawab sekutu yang keluar
terhadap utang-utang Firma yang belum sempurna dilunasi pada saat dia keluar? Ada
beberapa pendapat mengenai hal ini:
a. Van Ophuijsen: sekutu yang sudah keluar tetap bertanggung jawab terhadap utangutang Firma yang belum sempurna dilunasi saat dia keluar sebagai sekutu, karena
tanggung jawab itu tidak dapat ditiadakan dengan perbuatan sepihak dari sekutu
bersangkutan dengan cara keluar dari Firma.
b. Polak: sependapat dengan Van Ophuijsen
Secara umum ada dua macam tanggung jawab sekutu-sekutu Firma, yaitu: 41
1. Tanggung jawab tidak terbatas, artinya apabila Firma bangkrut dan harta bendanya
tidak memadai untuk membayar utang-utang Firma, maka harta benda pribadi para
sekutu bisa disita untuk dilelang, dipakai untuk membayar utang-utang Firma. Jadi,
selain kehilangan modal dalam Firma, anggota Firma bisa juga kehilangan harta benda
pribadi. Dengan kata lain, bila Firma jatuh pailit, ada kemungkinan anggotanya ada
yang terseret pailit. Sebaliknya, bila sekutunya ada yang pailit, belum tentu Firma
harus terseret pailit. Mungkin hanya harus dikeluarkan dari Firma dan kekayaannya
yang di Firma (modal dan keuntungan) harus dibayarkan.
2. Tanggung jawab solider. Tanggung jawab ini khususnya terletak dalam hubungan
keuangan dengan pihak luar. Sekutu Firma bertanggung jawab penuh atas perjanjianperjanjian yang ditutup oleh rekannya untuk dan atas nama Firma. Orang luar yang
mengadakan perjanjian dengan sekutu itu boleh menuntut salah seorang sekutu, boleh
pula menuntut semua anggota sekaligus sampai kepada harta benda pribadinya.
41
1644
KUHPerdata)
b. bagi sekutu Persekutuan Firma (Fa.) bertanggung jawab secara pribadi untuk
keseluruhan, artinya untuk seluruh perikatan yang telah dibuat oleh dia sendiri dan
para sekutu lainnya bagi kepentingan persekutuan (Pasal 18 KUHD)
c. bagi seorang persero atau pemegang saham pada Perseroan Terbatas (PT),
tanggung jawabnya terbatas pada jumlah penuh dari saham-sahamnya (Pasal 10
ayat 2 KUHD).
8. Firma Bukan Badan Hukum
Pendapat umum di Indonesia, bahwa Persekutuan Firma belum/bukan badan
hukum. Ada beberapa syarat/unsur materil agar suatu badan dapat dinamakan badan
hukum, ialah:
(1)
Adanya harta kekayaan (hak-hak) dengan tujuan tertentu, terpisah dari kekayaan
para sekutu badan itu;
(2)
Ada kepentingan yang menjadi tujuan adalah kepentingan bersama yang bersifat
stabil,yakni dalam rangka mencari laba/keuntungan.
(3)
sudah mencukupi untuk menjadi badan hukum.Tetapi bila menilik dari syarat/unsur formil,
jelas Persekutuan Firma belum bisa dikatakan sebagai badan hukum. Unsur formil yang
dimaksud adalah pengakuan undang-undang dan pengesahan dari Pemerintah (Mentri
Kehakiman, sekarang Mentri Hukum dan HAM). Kalau syarat/unsur formil ini dipenuhi
maka Firma sudah bisa disebut badan hukum.
Walaupun Firma mempunyai modal yang terpisah dengan harta para sekutunya,
namun karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka Firma tidak dapat mengambil
bagian dalam lalu lintas hukum; Firma an sich tidak dapat mengadakan tidakan hukum dan
tidak memiliki hak dan kewajiban seperti badan hukum padaumumnya. Karena bukan
badan hukum, maka Firma tidak mempunyai alat-alat seperti pengurus yang dapat
melakukan tindakan hukum. 42
42
penerusan Firma itu dimungkinkan. Untuk ini para sekutu pengadakan perjanjian bahwa
Firma itu dapat terus berjalan apabila salah seorang sekutu meninggal dunia yang dapat
diganti oleh ahliwarisnya atau apabila seorang sekutu mengundurkan diri dan diganti
dengan orang lain atau dapat diteruskan tanpa penggantian sama sekali setelah terlebih
dahulu diadakan perhitungan dengan ahliwaris atau anggota yang keluar itu. Dengan
adanya perjanjian ini yang dalam hukum disebut verblijvensgeding menjamin tetap
berlangsungnya persekutuan itu. Namun untuk ini perlu dipenuhi syarat pokok ialah
adanya pengumuman mengenai perubahan itu bagi pihak ketiga. 44
Perusahaan dengan bentuk Firma ini memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagai
berikut:
Kelebihan:
a) Kemampuan manajemen lebih besar, karena ada pembagian kerja diantara para
anggota
b) Pendiriannya relatif mudah, baik dengan Akta atau tidak memerlukan Akta
Pendirian
c) Kebutuhan modal lebih mudah terpenuhi
43
44
Kekurangan:
a) Tanggungjawab pemilik tidak terbatas
b) Kerugian yang disebabkan oleh seorang anggota, harus ditangung bersama anggota
lainnya
c) Kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu
PERBEDAAN BURGELIJKE MAATSCHAP DAN VENNOOTSCHAP ONDER FIRMA
NO.
MAATSCHAP
NO.
FIRMA
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
5.
5.
Ada kewajiban
pengumuman.
pendaftaran
dan
disamakan dengan seorang yang menitipkan modal pada suatu perusahaan, yang hanya
menantikan hasil keuntungan dari modal tersebut.
Bila Persekutuan Firma diatur dalam Pasal 16 s/d 35 KUHD, maka tiga pasal
diantaranya yakni Pasal 19, 20 dan 21 merupakan aturan mengenai CV. Hal itulah
sebabnya dalam Pasal 19 KUHD disebutkan bahwa Persekutuan Komanditer (persekutuan
pelepas uang) sebagai bentuk lain dari Firma, yakni firma yang lebih sempurna dan
memiliki satu atau beberapa orang sekutu pelepas uang/komanditer. Dalam Firma biasa,
sekutu komanditer ini tidak dikenal, tetapi masing-masing sekutu wajib memberikan
pemasukan (inbreng) dalam jumlah yang sama, sehingga kedudukan mereka dari segi
modal dan tanggung jawab juga sama. Dalam CV ada pembedaan antara sekutu
komanditer (sekutu diam; mitra pasif; sleeping patners) dan sekutu komplementer (sekutu
kerja; mitra aktif; mitra biasa; pengurus). Adanya pembedaan sekutu-sekutu itu membawa
konsekuensi pada pembedaan tanggung jawab yang dimiliki oleh masing-masing sekutu
yang berbeda itu.
Dengan kata lain, terdapat dua macam sekutu dalam CV. Pertama, sekutu
komanditer yakni sekutu yang tidak bertanggung jawab pada pengurusan persekutuan,
sekutu ini hanya mempunyai hak mengambil bagian dalam aset persekutuan bila ada
untung sebesar nilai kontribusinya. Demikian juga, dia akan menanggung kerugian sebesar
nilai kontribusinya. Sedangkan kedua, sekutu komplementer yakni sekutu yang menjadi
pengurus yang bertanggung jawab atas jalannya persekutuan, bahkan pertanggung
jawabannya sampai kepada harta pribadinya.
Molengraaff melihat CV sebagai suatu perkumpulan (vereeniging) perjanjian kerja
sama, dimana satu atau lebih sekutu mengikatkan diri untuk memasukkan modal tertentu
untuk perkiraan bersama oleh satu atau lebih sekutu lain menjalankan perusahaan niaga
(handelsbedrijf). 45
Perumusan ini terlalu sederhana sehingga masih kurang mencakup unsur-unsur
yang diperlukan oleh suatu CV seperti pencerminan adanya sekutu yang secara tanggung
45
46
47
Ibid.
Ibid.
sebaliknya bagi pemasukan uang yang dilakukan oleh sekutu komanditer tidaklah dapat
dilakukan penagihan selama persekutuan berlangsung. 48
Dalam ketentuan pinjam meminjam uang (Pasal 1759 dan 1760 KUHPerdata)
ditetapkan bahwa orang yang meminjamkan uang tidak dapat meminta uangnya kembali
sebelum lewat waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian, dan hakim dapat memberikan
kelonggaran kepada si peminjam dalam pengembalian uang bila keadaan tidak
memungkinkan. Perbedaan yang paling jelas adalah bahwa sekutu komanditer dapat
memikul resiko untung atau rugi, sedangkan peminjam uang atau penagih tidaklah
dibebani dengan kerugian.
Modal yang dimasukkan oleh sekutu komanditer dapat merupakan modal tambahan
terhadap modal yang telah ada atau dijanjikan dimasukkan oleh para sekutu komplementer.
Pada dasarnya mempunyai kedudukan yang sama dengan Persekutuan Firma yang
bertanggung jawab secara tanggung menanggung bersama. Sehingga dengan demikian
maka sekutu sekutu komanditer hanya bertanggung jawab secara intern kepada sekutu
pengurus, untuk secara penuh memasukkan modal yang telah dijanjikan, dan uang yang
dimasukkan itu dikuasai dan dipergunakan sepenuhnya oleh pengurus dalam rangka
pengurusan persekutuan guna mencapai tujuan. 49
Saat ini, dalam BW baru Belanda sudah tidak ditemukan/dikenal istilah
geldschieter tetapi hanya menggunakan istilah commanditaire vennoten disatu pihak
dan gewone vennoten di pihak lain.
3. Jenis-jenis CV
Ada tiga jenis persekutuan komanditer (CV) yang dikenal:
a. CV diam-diam, yaitu CV yang belum menyatakan dirinya terang-terangan kepada
pihak ketiga sebagai CV. Keluar, persekutuan ini masih menyatakan dirinya
sebagai Firma, tetapi kedalam persekutuan ini sudah menjadi CV, karena salah
seorang atau beberapa orang sekutu sudah menjadi sekutu komanditer
48
49
Ibid., hal.198
Molengraaff,
sekutu
pengurus
yang
satu-satunya
menjalankan
berarti bahwa para sekutu pengurus secara bersama-sama bertanggung jawab sepenuhnya
secara tanggung menanggung kepada pihak ketiga.
Molengraaff melihat bahwa tindakan mewakili persekutuan keluar kepada pihak
ketiga dalam kenyataannya tidaklah benar-benar terjadi. Bila seorang sekutu pengurus
menjalankan persekutuan maka dia sendirilah yang bertanggungjawab sepenuhnya kepada
pihak ketiga. Demikian juga, bila beberapa sekutu pengurus bersama-sama bertindak
mewakili
persekutuan
keluar
maka
mereka
secara
tanggung
menanggung
persekutuan yang terpisah menjadi jaminan bagi pihak ketiga. Dengan kata lain, siapa yang
berbuat maka dialah yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga.
6. Kedudukan Hukum CV
Persekutuan Komanditer (CV) tidak diatur secara khusus oleh undang-undang, baik
di dalam KUHPerdata maupun KUHD, akan tetapi pengaturannya mengacu pada
ketentuan-ketentuan Maatschap dalam KUHPerdata dan Persekutuan Firma, antara lain
Pasal 19, 20, 21, 30 ayat (2) dan 32 KUHD. Ketentuan-ketentuan Maatschap diberlakukan
tentu saja sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan khusus dalam KUHD seperti
disebutkan di atas.
Kedudukan hukum CV dikenal dalam keadaan statis tunduk sepenuhnya pada
hukum Perdata (KUHPerdata dan KUHD). Demikian juga dalam keadaan bergerak
tunduk sepenuhnya pada hukum Perdata (KUHPerdata dan KUHD).
Kedudukan hukum CV dalam keadaan statis dimaksudkan semua perbuatan dan
perhubungan hukum intern CV, seperti perbuatan hukum pendirian yang dilakukan
dihadapan Notaris (Pasal 22 ayat 1 KUHD). Demikian juga dengan perhubungan hukum
intern CV dengan para sekutu pengurus maupun sekutu komanditer, dan sebagainya.
Kedudukan hukum CV dalam keadaan bergeraknya dimaksudkan setiap perbuatan dan
perhubungan hukum keluar (extern) dengan pihak ketiga.
dalam hal-hal
sebagai berikut: 51
a. Anggota pesero dalam CV atas saham yang melakukan tindak pengurusan
pengelolaan (daden van beheer) ialah para komplementaris yang mempunyai
tanggung jawab yang tidak terbatas sampai dengan semua harta milik pribadinya.
Sebaliknya anggota pengurus PT hanya bertanggung jawab terbatas terhadap tugas
yang dibebankan kepadanya; mereka tidak terikat pada pihak ketiga dengan adanya
perjanjian yang diadakan untuk kepentingan PT.
b. Para komplementaris tersebut mempunyai kedudukan yang sangat berbeda dengan
para pengurus PT.
Di Belanda, dalam rancangan BW barunya, kedudukan CV telah diatur tersendiri
dalam Buku ke 7, titel 13, afdeling 3. Dalam Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2), CV
telah dinyatakan sebagai badan hukum. Di Indonesia, ada kecendrungan para sarjana
melihat Firma dan CV sebagai badan hukum, tetapi undang-undang belum mengakuinya
demikian,
Sistem BW baru Belanda, memperlakukan CV Terang-terangan (Terbuka) dan CV
Atas Saham sebagai badan hukum, akan tetapi CV Diam-diam tidak dianggap sebagai
badan hukum.
Pada abad ke 17, dikenal Persekutuan Komanditer sebagai suatu perusahaan yang
memiliki kekayaan yang terpisah. Pada abad ke 18, kemudian meningkat statusnya
sehingga dipandang sebagai perusahaan berbadan hukum.
Dalam ketentuan hukum lama Belanda, sudah lama diketahui bahwa harta
kekayaan CV terpisah dari kekayaan para sekutu pengurusnya. Dalam sebuah undangundang di Belgia, terhadap CV diam-diam maupun CV atas saham secara tegas dinyatakan
sebagai badan hukum.Sedangkan di Perancis, baik Firma maupun CV dipandang sebagai
badan hukum. Para ahli hukum dan jurisprudensi cendrung menganggap Firma dan CV
51
Achmad Ichsan, Dunia Usaha Indonesia, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1986), hal. 311
sebagai badan hukum dan hal ini diperlakukan agar pihak ketiga lebih terjamin
kepentingannya.
7. Bubarnya CV
Persekutuan Komanditer pada hakikatnya adalah Firma, sehingga cara pembubaran
Firma berlaku juga pada CV, yaitu dengan cara sebagai berikut (Pasal 31 KUHD):
a. Berakhirnya jangka waktu CV yang ditetapkan dalam anggaran dasar
b. Akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu
c. Akibat perubahan anggaran dasar
Pembubaran CV sama dengan Firma, yaitu harus dilakukan dengan akta otentik
yang dibuat di muka notaries, didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri, dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara. Kelalaian pendaftaran dan pengumuman ini
mengakibatkan tidak berlakunya pembubaran, pengunduran diri, pemberhentian, dan
perubahan anggaran dasar terhadap pihak ketiga. 52
Setiap pembubaran CV memerlukan pemberesan, baik mengenai keuntungan
maupun kerugian. Pemberesan keuntungan dan kerugian dilakukan menurut ketentuan
dalam anggaran dasar. Apabila dalam anggaran dasar tidak ditentukan, berlakulah
ketentuan Pasal 1633 s/d 1635 KUHPerdata. Apabila pemberesan selesai dilakukan masih
ada sisa sejumlah uang, sisa uang tersebut dibagikan kepada semua sekutu menurut
perbandingan pemasukan (inbreng) masing-masing. Jika setelah pemberesan terdapat
kekurangan (kerugian), maka penyelesaian atas kerugian tersebut juga dilakukan menurut
perbandingan pemasukan masing-masing. 53
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki oleh badan usaha berbentuk CV ini bila dijalankan, sebagai berikut:
52
53
Kelebihan:
a) Kemampuan manajemen lebih besar
b) Proses pendirianya relatif mudah
c) Modal yang dikumpulkan bisa lebih besar
d) Mudah memperoleh kredit
Kekurangan :
a) Sebagian sekutu yang menjadi Persero Aktif memiliki tanggung tidak terbatas
b) Sulit menarik kembali modal
c) Kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu
NO.
1.
1.
2.
2.
3.
3.
Pengurus CV
komplementer.
4.
4.
5.
5.
mutlak
dari
sekutu