Anda di halaman 1dari 37

BAB II

PERUSAHAAN BUKAN BADAN HUKUM

A. PERUSAHAAN DAGANG (PD)


Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD) merupakan perusahaan
perseorangan yang biasanya dilakukan atau dijalankan oleh satu orang pengusaha. 30
Perusahaan perseorangan ini modalnya dimiliki oleh satu orang. Pengusahanya langsung
bertindak sebagai pengelola yang kadangkala dibantu oleh beberapa orang pekerja. Pekerja
tersebut bukan termasuk pemilik tetapi berstatus sebagai pembantu pengusaha dalam
mengelola perusahaannya berdasarkan perjanjian kerja atau pemberian kuasa. Perusahaan
perseorangan ini biasa disebut dengan one man corporation atau een manszaak.
Dalam perusahaan perseorangan kadang-kadang tampak banyak orang yang
bekerja, tetapi mereka itu adalah pembantu pengusaha dalam perusahaan, yang hubungan
hukumnya dengan pengusaha bersifat perburuhan dan pemberian kuasa.
Modal dalam perusahaan perseorangan milik satu orang, yaitu milik si pengusaha.
Karena modal ini milik satu orang, maka biasanya modal itu tidak besar. Sebagian besar
perusahaan perseorangan ini modalnya termasuk modal kecil atau modal lemah.
Kedudukan hukum dari Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD)
tidaklah tegas karena tidak dapat dikategorikan dengan Maatschap, Firma, dan CV yang
diatur dalam KUHD. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seakan-akan cendrung
mempersamakan bentuk perusahaan perseorangan ini dengan Handelsvennootschap
yang dapat mendekati pengertian vennootschap pada umumnya seperti Maatschap,
Firma, dan CV. Padahal pengertian vennootschap (menurut BW baru Belanda) adalah
suatu perjanjian yang diadakan oleh dua orang atau lebih yang mana mengikatkan diri
untuk bersama-sama membiayai, mengerjakan atau menjalankan suatu perusahaan. 31

30
31

Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2001), hal.18
M. Natzir Said, Op.Cit., hal.51

Universitas Sumatera Utara

Jelaslah bahwa pengertian Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD)
berbeda dengan vennootschap (persekutuan) pada umumnya. Perusahaan Dagang (PD)
atau Usaha Dagang (UD) terlihat lahir dari hukum kebiasaan. 32
KUHD sendiri tidak mengatur secara khusus mengenai perusahaan perseorangan,
akan tetapi dalam praktek (hukum kebiasaan) diakui sebagai pelaku usaha. Di dalam dunia
usaha, masyarakat telah mengenal dan menerima bentuk perusahaan perseorangan yang
disebut Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD). Perusahaan Dagang (PD) atau
Usaha Dagang (UD) ini berbeda dengan vennootschap (persekutuan) yang terletak pada
jumlah pengusahanya. Jumlah pengusaha dalam perusahaan perseorangan seperti PD
hanya seorang, sedangkan jumlah pengusaha dalam persekutuan dua orang atau lebih. Pada
Perseroan Terbatas (salah satu contoh persekutuan), jumlah pengusahanya sama dengan
jumlah pemegang saham, yang berarti bahwa keseluruhan pemegang saham pada PT
adalah pengusaha.
Walaupun KUHD tidak mengatur secara khusus mengenai Perusahaan perdagangan
(PD), karena eksistensinya diakui sebagai bentuk usaha, maka pemerintah berupaya
melegalisasinya dengan cara yang berbeda. Hal ini dapat di lihat dengan dikeluarkannya
keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998, tentang
Lembaga-lembega Usaha Perdagangan. Pasal 1 butir 3 KEP MPP ini disebutkan :
Lembaga perdagangan adalah suatu instansi/badan yang dapat berbentuk
perorangan atau badan usaha
Tidak ada persyaratan khusus atau standar yang harus dipenuhi guna mendirikan
Perusahaan Dagang. Hanya dalam praktek pada umumnya pendirian PD ini dibuat dengan
akta notaris . kemudian diikuti dengan permohonan izin usaha kepada kepala Kantor
Perdagangan dan permohonan izin tempat usaha kapada Pemerintah Daerah setempat.
Perlu diketahui bahwa ada atau tidak ada akta notaris, PD (usaha dagang) ini tetap bisa
didirikan. Keberadaan akta hanya sebagai alat bukti semata, bukan sebagai syarat bahwa ia
adalah badan hukum. Sudah tentu akta pendirian itu sangat sederhana sebab tidak

32

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

memerlukan anggaran dasar. Dengan adanya akta pendirian yang notariil ini, orang
berpendapat bahwa kedudukan hukum perusahaannya lebih kuat. Tetapi sebenarnya akta
pendirian yang notariil ini tidak diharuskan. Akta ini juga tidak perlu didaftarkann kepada
kepaniteraan Pengadilan Negeri dan pula tidak perlu diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara RI.
Di Inggris, bentuk perusahaan yang berwujud PD ini dikenal sebagai Sole Traders.
Di Amerika dikenal sebagai Proprietorships. Perusahaan demikian merupakan tipe
organisasi bisnis atau perusahaan yang paling sederhana.
Perusahaan berbentuk PD atau UD ini memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu:
Kelebihan :
a) Aktivitas relatif lebih sedikit dan sederhana sehingga organisasinya mudah
b) Biaya organisasi rendah
c) Pemilik bebas mengambil keputusan
d) Seluruh keuntungan perusahaan menjadi hak pemilik perusahaan
e) Rahasia perusahaan terjamin
f) Pemilik lebih giat berusaha
g) Pendirian dan pembubarannya mudah karena tidak memerlukan formalitas
Kelemahan :
a) Tanggungjawab pemilik tidak terbatas
b) Sumber keuangan perusahaan terbatas sehingga kemampuan investasi pun terbatas
c) Status hukum perusahaan bukan badan badan hukum
d) Kelangsungan hidup perusahaan kurang terjamin
e) Seluruh aktivitas manajemen dilakukan sendiri, sehingga pengelolaan manajemen
menjadi kompleks
f) Kemampuan manajerial biasanya terbatas
g) Bila pemilik perusahaan meninggal dunia atau sakit dalam waktu yang lama maka
aktivitas perusahaan juga ikut terhenti

Universitas Sumatera Utara

B. PERSEKUTUAN PERDATA (BURGELIJKE MAATSCHAP)


1. Pengertian
Menurut pandangan klasik, Burgelijke Maatschap atau lebih popular disebut
Maatschap merupakan bentuk genus (umum) dari Persekutuan Firma (VoF) dan
Persekutuan Komanditer (CV). Bahkan menurut pandangan klasik, tadinya Maatschap
tersebut merupakan bentuk genus pula dari Perseroan Terbatas (PT). Hanya saja, karena
saat ini tentang PT sudah jauh berkembang, maka ada pendapat yang mengatakan PT
bukan lagi termasuk bentuk species (khusus) dari Maatschap. 33 Bila Firma dan CV sebagai
bentuk Maatschap, maka ia akan mengandung pula kharakteristik-kharakteristik dari
Maatschap, sepanjang tidak diatur secara khusus dan menyimpang dalam KUHD. Jelasnya,
apa yang diatur dalam KUHPerdata mengenai Maatschap berlaku pula terhadap Firma dan
CV. Keadaan ini terbaca dalam Pasal 15 KUHD, yang menyatakan bahwa persekutuanpersekutuan yang disebut dalam Buku I, Bab III, Bagian I KUHD, diatur oleh perjanjianperjanjian antara para pihak dan oleh KUHPerdata. Sebenarnya, apa yang diatur dalam
Pasal 15 KUHD sejalan dengan apa yang diatur dalam Pasal 1 KUHD. Sebab KUHD itu
sendiri merupakan species dari KUHPerdata yang merupakan genusnya.
Dalam kepustakaan dan ilmu hukum, istilah persekutuan bukanlah istilah tunggal,
karena ada istilah pendampingnya yaitu perseroan dan perserikatan. Ketiga istilah ini
sering

digunakan

untuk

menerjemahkan

istilah

bahasa

Belanda

maatschap;

vennootschap. Maat maupun vennoot dalam bahasa aslinya (Belanda) berarti kawan atau
sekutu.
H.Van der Tas, dalam Kamus Hukum menerjemahkan Maatschap sebagai
perseroan, perserikatan, persekutuan. Fockema Andreae, menerjemahkannya sebagai
perseroan, perseroan perdata. R. Subekti dalam terjemahan BW menyebut istilah
Maatschap sebagai persekutuan. Penulis lain menerjemahkannya sebagai persekutuan
perdata atau perserikatan perdata (burgelijke maatschap).

33

Rudhi Prasetya, Maatschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2002), hal.2

Universitas Sumatera Utara

Persekutuan artinya persatuan orang-orang yang sama kepentingannya terhadap


suatu perusahaan tertentu. Sedangkan sekutu artinya peserta dalam persekutuan.Jadi,
persekutuan berarti perkumpulan orang-orang yang menjadi peserta pada perusahaan
tertentu. Jika badan usaha tersebut tidak menjalankan perusahaan, maka badan itu
bukanlah persekutuan perdata, tetapi disebut perserikatan perdata. Sedangkan orangorang yang mengurus badan itu disebut sebagai anggota, bukan sekutu. Dengan
demikian, terdapat dua istilah yang pengertiannya hampir sama, yaitu perserikatan
perdata dan persekutuan perdata. Perbedaannya, perserikatan perdata tidak menjalankan
perusahaan, sedangkan persekutuan perdata menjalankan perusahaan. Dengan begitu maka
perserikatan perdata adalah suatu badan usaha yang termasuk hukum perdata umum, sebab
tidak menjalankan perusahaan. Sedangkan persekutuan perdata adalah suatu badan usaha
yang termasuk dalam hukum perdata khusus (hokum dagang), sebab menjalankan
perusahaan.
Menurut Purwosutjipto, persekutuan perdata (burgelijke maatschap) sebagaimana
diatur dalam Buku III, Bab VIII KUHPerdata adalah persekutuan yang termasuk dalam
bidang hukum perdata umum, sebab apa yang disebut burgelijke maatschap itu pada
umumnya tidak menjalankan perusahaan. Tetapi dalam praktek, persekutuan perdata juga
sering menjalankan perusahaan. Namun persekutuan yang dimaksud adalah persekutuan
perdata khusus. Hal ini dapat diketahui dari Pasal 1623 KUHPerdata jo Pasal 16 KUHD.
Pasal 1623 KUHPerdata berbunyi:Persekutuan perdata khusus ialah persekutuan perdata
yang hanya mengenai barang-barang tertentu saja, pemakaian atau hasil yang didapat dari
barang-barang itu atau mengenai suatu usaha tertentu, melakukan perusahaan ataupun
melakukan pekerjaan. Sedangkan Pasal 16 KUHD berbunyi: Yang dinamakan
persekutuan firma ialah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan
dengan nama bersama (firma).
Batasan yuridis Maatschap dimuat di dalam Pasal 1618 KUHPerdata yang
dirumuskan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Persekutuan perdata (Maatschap) adalah suatu persetujuan dengan mana dua


orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu (inbreng) dalam
persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.
Menurut Soenawar Soekowati, Maatschap adalah suatu organisasi kerjasama dalam
bentuk taraf permulaan dalam suatu usaha. Yang dimaksudkan dalam taraf permulaan
disini adalah bahwa Maatschap merupakan suatu badan yang pra atau sebelum menjadi
perkumpulan berbadan hukum. Ia merupakan bentuk badan yang paling sederhana, sebagai
dasar dari bentuk-bentuk badan usaha yang telah mencapai taraf yang sempurna (berbelitbelit) pengaturannya. Jadi, maatschap bentuknya belum sempurna, artinya belum memiliki
pengaturan yang rumit atau belum memenuhi unsur-unsur sebagai badan hukum.
Menurut kepustakaan, Maatschap itu bersifat 2 (dua) muka, yaitu bisa untuk
kegiatan yang bersifat komersial atau bisa pula untuk kegiatan non komersial termasuk
dalam hal ini untuk persekutuan-persekutuan menjalankan profesi. Dalam praktek dewasa
ini, yang paling banyak dipakai justru untuk non profit kegiatan profesi itu, misalnya
persekutuan diantara para lawyer yang biasa dikenal sebagai associated atau partner
(rekan) atau compagnon yang disingkat Co. 34
Dalam Pasal 1618 dikatakan bahwa tiap peserta harus memasukkan sesuatu ke
dalam persekutuan. Hal yang dimaksudkan disini adalah pemasukan (inbreng). Yang
dimaksud dengan pemasukan (inbreng) bisa berwujud barang, uang atau tenaga, baik
tenaga badaniah maupun tenaga kejiwaan (pikiran). Adapun hasil dari adanya pemasukan
itu tidak hanya keuntungan saja, tetapi mungkin pula kemanfaatan, misalnya: Empat
orang bersahabat (A,B, C dan D) masing-masing memasukkan uang sebesar Rp. 200.000,untuk melakukan sebuah perjalanan wisata ke Sibolangit dengan mencarter sebuah taksi
mulai pagi hingga sore dengan membawa makanan dan minuman, maka pada sore hari
ketika mereka sampai dirumah, sedikitpun tidak mendapat keuntungan, tetapi hanya
kemanfaatan yang berwujud kepuasan hati. Kenyataan hukum ini disebut perserikatan
perdata.

34

Rudhi Prasetya, Ibid., hal. 4-5

Universitas Sumatera Utara

2. Jenis-jenis Maatschap
1) Maatschap Umum (Pasal 1622 KUHPerdata)
Maatschap umum meliputi apa saja yang akan diperoleh para sekutu sebagai hasil
usaha mereka selama maatchap berdiri.

Maatschap jenis ini usahanya bisa

bermacam-macam (tidak terbatas) yang penting inbrengnya ditentukan secara


jelas/terperinci.
2) Maatschap Khusus (Pasal 1623 KUHPerdata)
Maatschap khusus (bijzondere maatschap) adalah maatschap yang gerak usahanya
ditentukan secara khusus, bisa hanya mengenai barang-barang tertentu saja, atau
pemakaiannya, atau hasil yang akan didapat dari barang-barang itu, atau mengenai
suatu usaha tertentu atau penyelenggaraan suatu perusahaan atau pekerjaan tetap.
Jadi, penentuannya ditekankan pada jenis usaha yang dikelola oleh maatshap
(umum atau khusus), bukan pada inbrengnya. Mengenai inbreng, baik pada
maatschap

umum

maupun

maatschap

khusus

harus

ditentukan

secara

jelas/terperinci. Kedua maatschap ini dibolehkan. Yang tidak dibolehkan adalah


maatschap yang sangat umum yang inbrengnya tidak diatur secara terperinci seperti
yang disinggung oleh Pasal 1621 KUHPerdata.
Maatschap termasuk salah satu jenis permitraan (partnership) yang dikenal dalam
hukum Perusahaan di Indonesia disamping bentuk lainnya seperti Vennootschap Onder
Firma (Fa) dan Commanditaire Vennooschap (CV). Maatschap merupakan bentuk usaha
yang biasa dipergunakan oleh para Konsultan, Ahli Hukum, Notaris, Dokter, Arsitek dan
profesi-profesi sejenis lainnya.
Maatschap merupakan bentuk permitraan yang paling sederhana karena: 35
a. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang besarnya modal, seperti yang berlaku
dalam Perseroan Terbatas (PT) yang menetapkan besar modal minimal, saat ini
adalah minimal Rp. 50.000.000,00- (lima puluh juta rupiah);

35

I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2005), hal.36-37

Universitas Sumatera Utara

b. Dalam rangka memasukkan sesuatu dalam persekutuan atau maatschap, selain


berbentuk uang atau brang, boleh menyumbangkan tenaga saja;
c. Lapangan kerjanya tidak dibatasi, juga bisa dalam bidang perdagangan;
d. Tidak ada pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang dilakukan dalam Firma

3. Sifat Pendirian Maatschap


Menurut Pasal 1618 KUHPerdata, maatschap adalah persekutuan yang didirikan
atas dasar perjanjian. Menurut sifatnya, perjanjian itu ada dua macam golongan, yaitu
perjanjian

konsensual

(concensuelle

overeenkomst)

dan

perjanjian

riil

(reele

overeenkomst). Perjanjian mendirikan maatschap adalah perjanjian konsensual, yaitu


perjanjian yang terjadi karena ada persetujuan kehendak dari para pihak atau ada
kesepakatan sebelum ada tindakan-tindakan (penyerahan barang). Pada maatschap, jika
sudah ada kata sepakat dari para sekutu untuk mendirikannya, meskipun belum ada
inbreng, maka maatschap sudah dianggap ada.
Undang-undang tidak menentukan mengenai cara pendirian maatschap, sehingga
perjanjian maatschap bentuknya bebas. Tetapi dalam praktek, hal ini dilakukan dengan
akta otentik ataupun akta dibawah tangan. Juga tidak ada ketentuan yang mengharuskan
pendaftaran dan pengumuman bagi maatschap, hal ini sesuai dengan sifat maatschap yang
tidak menghendaki adanya publikasi (terang-terangkan).
Perjanjian untuk mendirikan maatschap,disamping harus memenuhi ketentuan
dalam Pasal 1320 KUHPerdata, juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. tidak dilarang oleh hukum;
b. tidak bertentangan dengan tatasusila dan ketertiban umum; dan
c. harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu keuntungan.
4. Keanggotaan Maatschap
Keanggotaan suatu maatschap penekanannya diletakkan pada sifat kapasitas
kepribadian (persoonlijke capaciteit) dari orang (sekutu) yang bersangkutan. Pada asasnya

Universitas Sumatera Utara

maatschap terikat pada kapasitas kepribadian dari masing-masing anggota, dan cara
masuk-keluarnya ke dalam maatschap ditentukan secara statutair (tidak bebas). Adapun
sifat kapasitas kepribadian dimaksud diutamakan, seperti: sama-sama seprofesi, ada
hubungan keluarga, atau teman karib.
KUHPerdata (Bab VIII) sendiri juga tidak melarang adanya maatschap antara
suami-istri. Meskipun tidak dilarang, maatschap yang didirikan antara suami-istri, dimana
ada kebersamaan harta kekayaan (huwelijk gemeenschap van goederen), maka maatschap
demikian tidak berarti apa-apa, sebab kalau ada kebersamaan harta kekayaan (harta
perkawinan), maka pada saat ada keuntungan untuk suami-istri itu tidak ada bedanya,
kecuali pada saat perkawinan diadakan perjanjian pemisahan kekayaan.
5. Hubungan Intern Para Peserta
Perjanjian maatschap tidak mempunyai pengaruh ke luar (terhadap pihak ketiga),
dan pesertalah yang semata-mata mengatur bagaimana caranya kerjasama itu berlangsung,
demikian juga pembagian keuntungan yang diperoleh bersama diserahkan sepenuhnya
kepada mereka sendiri untuk mengaturnya dalam perjanjian maatschapnya.
Hanya undang-undang mengadakan pembatasan terhadap kebebasan mengatur
pembagian keuntungan itu, berupa dua ketentuan:
a. para sekutu tidak boleh memperjanjikan bahwa mereka akan menyerahkan
pengaturan tentang besarnya bagian masing-masing kepada salah seorang dari
mereka atau kepada seorang pihak ketiga (Pasal 1634 ayat 1 KUHPerdata).
b. para sekutu tidak boleh memperjanjikan bahwa kepada salah seorang akan
diberikan semua keuntungan (Pasal 1635 ayat 1 KUHPerdata)

6. Pengurusan Maatschap
Pengangkatan pengurus Maatschap dapat dilakukan dengan dua cara (Pasal 1636),
yaitu:
a. Diatur sekaligus bersama-sama dalam akta pendirian maatschap. Sekutu maatschap ini
disebut sekutu statuter (gerant statutaire);

Universitas Sumatera Utara

b. Diatur sesudah persekutuan perdata berdiri dengan akta khusus. Sekutu pengurus ini
dinamakan sekutu mandater (gerant mandataire).
Perbedaan kedudukan hukum antara sekutu statuter dan sekutu mandater:
a) Menurut Pasal 1636 (2) KUHPerdata, selama berjalannya maatschap, sekutu statuter
tidak boleh diberhentikan, kecuali atas dasar alasan-alasan menurut hukum, misalnya
tidak cakap, kurang seksama (ceroboh), menderita sakit dalam waktu lama, atau
keadaan-keadaan/peristiwa-peristiwa yang tidak memungkinkan seorang sekutu
pengurus itu melaksanakan tugasnya secara baik.
b) Yang memberhentikan sekutu statuter ialah maatschap itu sendiri. Atas pemberhentian
itu sekutu statuter dapat minta putusan hakim tentang soal apakah pemberhentian itu
benar-benar sesuai dengan kaidah hukum. Sekutu statuter bisa minta ganti kerugian
bila pemberhentian itu dipandang tidak beralasan.
c) Sekutu mandater kedudukannya sama dengan pemegang kuasa, jadi kekuasaannya
dapat dicabut sewaktu-waktu atau atas permintaan sendiri.
Kalau diantara para sekutu tidak ada yang dianggap cakap atau mereka tidak
merasa cakap untuk menjadi pengurus, maka para sekutu dapat menetapkan orang luar
yang cakap sebagai pengurus. Jadi, ada kemungkinan pengurus maatschap adalah bukan
sekutu. Hal ini dapat ditetapkan dalam akta pendirian maatschap atau dalam perjanjian
khusus.
7. Pembagian Keuntungan dan Kerugian
Para mitra bebas untuk menentukan bagaimana keuntungan maatschap akan
dibagikan diantara mereka. Menurut Pasal 1633 KUHPerdata cara membagi keuntungan
dan kerugian itu sebaiknya diatur dalam perjanjian pendirian maatschap. Bila dalam
perjanjian pendirian tidak diatur maka bagian tiap sekutu dihitung menurut perbandingan
besarnya sumbangan modal yang dimasukkan oleh masing-masing sekutu. Sekutu yang
inbreng-nya hanya berupa tenaga, maka bagian keuntungan/rugi yang diperolehnya sama
dengan bagian sekutu yang memasukkan inbreng berupa uang atau barang yang paling

Universitas Sumatera Utara

sedikit. Menurut pasal 1634 KUHPerdata, para sekutu tidak boleh berjanji bahwa jumlah
bagian mereka masing-masing dalam maatschap ditetapkan oleh salah seorang sekutu dari
mereka atau orang lain. Perjanjian yang demikian harus dianggap tidak ada/tidak tertulis.
Disamping itu, menurut Pasal 1635 KUHPerdata, para sekutu dilarang memperjanjian akan
memberikan keuntungan saja kepada salah seorang sekutu, tetapi harus mencakup duaduanya, yakni keuntungan (laba) dan kerugian. Bila hal itu diperjanjikan juga maka hal itu
dianggap batal. Namun sebaliknya, para sekutu diperbolehkan memperjanjikan bahwa
semua kerugian akan ditanggung oleh salah seorang sekutu saja.
8. Tanggungjawab Intern antara Sekutu
Para sekutu Maatschap bisa membuat perjanjian khusus dalam rangka menunjuk
salah seorang diantara mereka atau orang ketiga sebagai pengurus Maatschap (gerant
mandataire). Menurut Pasal 1637 KUHPerdata, pengurus yang ditunjuk itu berhak
melakukan semua tindakan kepengurusan yang ia anggap perlu, walaupun tidak disetujui
oleh beberapa sekutu, asalkan dilakukan dengan itikad baik. Jadi pengurus dapat bertindak
atas nama persekutuan dan mengikat para sekutu terhadap pihak ketiga dan sebaliknya
pihak ketiga terhadap para mitra selama masa penunjukkan (kuasa) itu berlaku. Para sekutu
tentu saja masih bebas untuk menggeser atau mengganti pengurus dengan mandat tersebut.
Selama pengurus yang ditunjuk itu ada, maka maka sekutu yang bukan pengurus tidak
mempunyai kewenangan untuk bertindak atas nama Maaschap dan tidak bisa mengikat
para sekutu lainnya dengan pihak ketiga.
Bila tidak ada penunjukan secara khusus mengenai pengurus, Pasal 1639
KUHPerdata menetapkan bahwa setiap sekutu dianggap secara timbal balik telah memberi
kuasa, supaya yang satu melakukan pengurusan terhadap yang lain, bertindak atas nama
Maatschap dan atas nama mereka. Jadi, berkenaan dengan tanggungjawab intern antara
sekutu, kecuali dibatasi secara tegas dalam perjanjian pendirian Maatschap, setiap sekutu
berhak bertindak atas nama Maatschap dan mengikat para sekutu terhadap pihak ketiga dan
pihak ketiga terhadap sekutu.

Universitas Sumatera Utara

9. Tanggungjawab Sekutu Maatschap dengan Pihak Ketiga


Menurut Pasal 1642 s/d 1645 KUHPerdata, pertanggungjawaban sekutu maatschap
adalah sebagai berikut:
a. Pada asasnya, bila seorang sekutu maatschap mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga, maka sekutu yang bersangkutan sajalah yang bertanggung
jawab atas perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan dengan pihak ketiga itu,
walaupun dia mengatakan bahwa dia berbuat untuk kepentingan persekutuan.
b. Perbuatan sekutu baru mengikat sekutu-sekutu lainnya apabila :
-

sekutu tersebut diangkat sebagai pengurus secara gerant statutaire

nyata-nyata ada surat kuasa dari sekutu-sekutu lain;

hasil perbuatannya atau keuntungannya telah nyata-nyata dinikmati oleh


persekutuan

c. Bila beberapa orang sekutu maatschap mengadakan hubungan hukum dengan pihak
ketiga, maka para sekutu itu dapat dipertanggungjawabkan sama rata, meskipun
inbreng mereka tidak sama, kecuali bila dalam perjanjian yang dibuatnya dengan
pihak ketiga itu dengan tegas ditetapkan imbangan pertanggungjawaban masingmasing sekutu yang turut mengadakan perjanjian itu.
d. Bila seorang sekutu mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga atas nama
persekutuan (Pasal 1645 KUHPerdata), maka persekutuan dapat langsung
menggugat pihak ketiga itu. Disini tidak diperlukan adanya pemberian kuasa dari
sekutu-sekutu lain.
10. Maatschap Bukan Badan Hukum
Setiap kerjasama selalu menimbulkan hasil yang dualistis, oleh karena tiap
kerjasama itu: a). mesti menimbukan kesatuan (rechtspersoonlijkheid), yakni yang
berwujud suatu badan atau corporatie; b). disamping itu juga menimbulkan akibat yang
bersifat verbintenisrechtelijk yang individual.
Kalau suatu kerjasama itu dimana unsur corporatienya merupakan hal yang lebih
menonjol, misalnya pada suatu PT, maka orang tidak akan ragu lagi untuk mengatakan

Universitas Sumatera Utara

bahwa PT itu sudah rechtspersoon, (artinya badan hukum itu bisa bertindak sebagai subyek
hukum seperti halnya natuurlijke persoon). Sebaliknya, manakala dalam kerjasama itu
unsur corporatienya lebih sedikit, maka disitu akan timbul keraguan, baik pada peradilan
maupun para sarjana, yakni tentang apakah kerjasama itu dilakukan oleh badan hukum
atau bukan.
Ajaran yang umum (de heersen de leer) yang dianut tidak mengakui bahwa
maatschap itu merupakan badan hukum, karena maatschap tidak mempunyai harta
kekayaan yang terpisah dengan kekayaan para sekutunya. Tapi karena hukum itu
berkembang, muncul pendirian baru yang mengatakan bahwa pada maatschap itu dalam
praktik sudah ada kekayaannya yang terpisah, akan tetapi belum dianggap sebagai badan
hukum.
Pada firma terlihat bahwa undang-undang mengakui adanya harta kekayaan yang
terpisah (Pasal 32 KUHD), tetapi oleh undang-undang, firma juga belum diakui sebagai
badan hukum.
Diisamping itu, walaupun maatschap dapat mengguggat langsung kepada pihak
ketiga berdasarkan Pasal 1645 KUHPerdata, namun bukan berarti maatschap adalah badan
hukum. Perbuatan maatschap (persekutuan perdata) untuk menggugat langsung kepada
pihak ketiga adalah perbuatan bersama semua para sekutu, karena mereka masing-masing
mempunyai bagiannya sendiri dalam harta kekayaan persekutuan, sehingga tiap-tiap sekutu
berhak menagih sesuai dengan bagiannya itu.
Dari sudut pertanggung jawaban, bisa juga disimpulkan bahwa Persekutuan Perdata
(maatschap) bukanlah badan hukum, karena bila ia disebut badan hukum maka seorang
sekutu yang melakukan perbuatan atas nama persekutuan, persekutuanlah yang terikat
dengan pihak ketiga dan bukan sekutu yang berbuat sebagaimana ditentukan dalam Pasal
1644 KUHPerdata. Bila maatschap ingin dipaksakan menjadi badan hukum, maka tentu
ada keharusan bagi maatschap untuk memenuhi syarat-syarat sebagai badan hukum, seperti
a). Pengesahan dari Mentri Kehakiman, sekarang Mentri Hukum dan HAM; b).Pendaftaran
dalam Daftar Perusahaan; dan c). Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara RI.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan maatschap tidak memerlukan prosedur pendirian sebagaimana disebut di atas,


tetapi cukup dilakukan secara konsensuil atau dengan akta (otentik/dibawah tangan).
11. Bubarnya Maatschap
Mengenai bubarnya Maatschap, diatur dalam Buku III Pasal 1646 s/d 1652
KUHPerdata. Adapun beberapa sebab sebuah maatschap bisa dinyatakan bubar (Pasal
1646 KUHPerdata) adalah :
a. Lampaunya waktu untuk mana maatschap itu didirikan;
b. Musnahnya barang atau telah diselesaikannya usaha yang menjadi tugas pokok
maatschap itu;
c. Kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu; dan
d. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau dibawah pengampuan atau dinyatakan
pailit.
Berkenaan dengan huruf a), bila Maatschap sejak semula didirikan untuk waktu
tertentu namun diteruskan oleh para mitra melewati waktu tersebut, maka kemudian
secara hokum Maatschap itu didirikan untuk waktu yang tidak tertentu. Berkenaan dengan
huruf c), terdapat perbedaan antara Maatschap yang didirikan untuk waktu tertentu dan
yang didirikan untuk waktu yang tidak tertentu. Dalam kasus pengunduran diri tidak dapat
terjadi sebelum waktu yang ditunjuk kecuali semua mitra setuju atau ada perintah
pengadilan (yang diberikan untuk alasan demikian, seperti misalnya tidak berprestasi atau
sakit berat). Manurut Pasal 1649 KUHPerdata pengunduran diri harus pada waktunya dan
dengan itikad baik. 36

36

I.G. Rai Widjaya, Ibid., hal. 43

Universitas Sumatera Utara

C. PERSEKUTUAN FIRMA (VENNOOTSCHAP ONDER FIRMA)


1. Pengertian
Apa yang dimaksud dengan Firma dijelaskan dalam pasal 16 KUHD, Persekutuan
Firma ialah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan
dengan nama bersama. Dari ketentuan pasal diatas dapat disimpulkan bahwa Persekutuan
Firma merupakan persekutuan khusus. Kekhususan itu terletak pada tiga unsur mutlak
sebagai tambahan pada Persekutuan Perdata (Maatschap), yaitu:
a. Menjalankan perusahaan (Pasal 16 KUHD)
b. Dengan nama bersama atau Firma (Pasal 16 KUHD); dan
c. Pertanggungjawaban sekutu yang bersifat pribadi untuk keseluruhan (Pasal 18
KUHD)
Dengan demikian, Persekutuan Perdata yang unsur tambahannya kurang dari apa
yang disebutkan diatas, maka Persekutuan Perdata itu belum menjadi Persekutuan Firma.
Molengraaff memberikan pengertian Firma dengan menggabungkan Pasal 16 dan
Pasal 18 WvK, yaitu suatu perkumpulan (vereniging) yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan di bawah nama bersama dan yang mana anggota-anggotanya tidak terbatas
tanggung jawabnya terhadap perikatan Firma dengan pihak ketiga.37
Schilfgaarde mengatakan Persekutuan Firma sebagai persekutuan terbuka terangterangan (openbare vennootschap) yang menjalankan perusahaan dan tidak mempunyai
pesero komanditer. 38
Menurut Slagter, Firma adalah suatu perjanjian (een overeenkomst) yang ditujukan
kearah kerja sama di antara dua orang atau lebih secara terus menerus untuk menjalankan
suatu perusahaan di bawah suatu nama bersama, agar supaya memperoleh keuntungan atas
hak kebendaan bersama (gemeenschappleijk vermogensrechtelijk voordeel) guna mencapai

37
38

M. Natzir Said, Op.Cit., hal. 117


Ibid.

Universitas Sumatera Utara

tujuan pihak-pihak di antara mereka mengikatkan diri untuk memasukkan uang, barang,
kerja, nama baik atau kombinasi dari padanya ke dalam perusahaan. 39
Firma artinya nama bersama, yaitu nama orang (sekutu) yang dipergunakan
menjadi nama perusahaan. Misalnya: salah seorang sekutu bernama Hermawan, lalu
Persekutuan Firma yang mereka dirikan diberi nama Persekutuan Firma Hermawan, atau
Firma Hermawan Bersaudara. Disini kelihatan bahwa nama salah seorang sekutu
dijadikan sebagai nama Firma.
Mengacu pada Pasal 16 KUHD dan yursprudensi, ditentukan bahwa nama bersama
atau Firma dapat diambil dari:
a. Nama dari salah seorang sekutu. Misalnya: Firma Hermawan.
b. Nama dari salah seorang sekutu dengan tambahan. Misalnya: Firma Hermawan
Bersaudara, Sutanto & Brothers, Marriot & Sons, dan lain-lain.
c. Kumpulan nama dari semua atau sebagian sekutu. Misalnya: Firma Hukum
ANEK. ANEK merupakan singkatan nama beberapa sekutu yakni Andika,
Nelson, Elias dan Kurniawan.
d. Nama lain yang bukan nama keluarga, yang menyebutkan tujuan perusahaannya.
Misalnya: Firma Perdagangan Cengkeh
Menurut Polak, para sekutu bebas untuk menetapkan nama dari persekutuan Firma.
Tetapi kebebasan itu tidak sedemikian rupa sehingga nama yang ditetapkan itu menyamai
atau hampir menyamai nama Firma lain yang sudah ada, sehingga menimbulkan
kebingungan di pihak ketiga.
2. Sifat Kepribadian
Sebagaimana yang berlaku dan menjadi ciri sebuah Maatschap, maka
kapasitas/sifat kepribadian yang tebal juga menjadi ciri sebuah Firma, hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 16 KUHD yang menyebutkan Firma sebagai persekutuan perdata yang
didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama.
39

Ibid., hal 119

Universitas Sumatera Utara

Persekutuan Perdata (Maatschap) dan Persekutuan Firma sifat kepribadian para


sekutu masih sangat diutamakan. Lingkungan sekutu-sekutu tidak luas, hanya terbatas
pada keluarga, teman dan sahabat karib yang bekerja sama untuk mencari laba, oleh kita
untuk kita. Berbeda halnya dengan Perseroan Terbatas (PT), yang bertujuan mencari
keuntungan sebesar-besarnya, maka sifat kepribadian tidak kelihatan lagi bahkan tidak
dipedulikan. Bagi PT yang paling penting adalah bagaimana meraup modal sebanyak
mungkin dari pemegang saham, tidak peduli siapa orangnya. Banyaknya jumlah pemegang
saham menyebabkan mereka tidak saling mengenal satu sama lain.
3. Pendirian Firma
Menurut Pasal 16 KUHD jo 1618 KUHPerdata, pendirian Firma tidak disyaratkan
adanya akta, tetapi pasal 22 KUHD mengharuskan pendirian Firma itu dengan akta otentik.
Namun demikian, ketentuan Pasal 22 KUHD tidak diikuti dengan sanksi bila pendirian
Firma itu dibuat tanpa akta otentik. Bahkan menurut pasal ini, dibolehkan juga Firma
didirikan tanpa akta otentik. Ketiadaan akta otentik tidak bisa dijadikan argumen untuk
merugikan pihak ketiga. Ini menunjukkan bahwa akta otentik tidak menjadi syarat mutlak
bagi pendirian Firma, sehingga menurut hukum suatu Firma tanpa akta juga dapat berdiri.
Akta hanya diperlukan apabila terjadi suatu proses. Di sini kedudukan akta itu lain dari
pada akta dalam pendirian suatu PT. Pada PT, akta otentik merupakan salah satu syarat
pengesahan berdirinya PT, karena tanpa akta otentik PT dianggap tidak pernah ada. 40
Setelah akta pendirian diabuat, akta tersebut kemudian didaftarkan ke Kepaniteraan
Pengadilan Negeri setempat. Baru setelah itu diumumkan dalam Berita Negara RI.
Disamping itu, untuk memulai berusaha sekutu pendiri harus mengantongi Surat Izin
Usaha, Surat Izin Tempat Berusaha dan Surat Izin berhubungan dengan UU Gangguan
(Hinder Ordonatie, S.1926/226) bila diperlukan.
Kewajiban untuk mendaftarkan dan mengumumkan itu suatu keharusan yang
bersanksi, karena selama pendaftaran dan pengumuman belum dilaksanakan, pihak ketiga
dapat menganggap Firma tersebut sebagai Persekutuan umum, yakni Firma yang:
40

Achmad Ichsan, Hukum Dagang: Lambaga Perserikatan, Surat-surat Berharga, Aturan-aturan


Pengangkutan,(Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1993), hal. 124

Universitas Sumatera Utara

a. menjalankan segala macam urusan;


b. didirikan untuk waktu tidak terbatas; dan
c. tidak ada seorang sekutu pun yang dikecualikan dari kewenangan bertindak dan
menandatngani surat bagi persekutuan Firma (Pasal 29 KUHD).
Sebenarnya, berdasarkan Pasal 26 dan Pasal 29 KUHD, dikenal dua jenis Firma,
yaitu:
a. Firma umum, yakni Firma yang didirikan tetapi tidak didaftarkan serta tidak
diumumkan. Firma ini menjalankan segala urusan, didirikan untuk jangka waktu
tidak terbatas, dan masing-masing pihak (sekutu) tanpa dikecualikan berhak
bertindak untuk dan atas nama Firma.
b. Firma khusus, yakni Firma yang didirikan, didaftarkan serta diumumkan, dan
memiliki sifat-sifat yang bertolak belakang dengan Firma umum seperti disebutkan
di atas.
Kedudukan akta pendirian (akta notaris) Firma merupakan alat pembuktian utama
terhadap pihak ketiga mengenai adanya persekutuan Firma itu. Namun demikian, ketiadaan
akta sebagaimana dimaksud di atas tidak dapat dijadikan alasan untuk lepas dari tanggung
jawab atau dengan maksud merugikan pihak ketiga. Dalam keadaan ini, pihak ketiga dapat
membuktikan adanya persekutuan Firma dengan segala macam alat pembuktian biasa,
seperti surat-surat, saksi dan lain-lain.
4. Hubungan Antara Sekutu
Pada prinsipnya, para sekutu Firma memiliki hubungan yang setara (sederajat) satu
sama lain. Masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang sama atas Firma. Dengan
kata lain, semua sekutu Firma merupakan pengurus Firma dan bisa melakukan hubungan
hukum keluar untuk dan atas nama Firma. Hal ini disebabkan Firma memiliki sifat
kebersamaan (nama bersama). Perbuatan hukum salah seorang sekutu Firma dengan pihak
ketiga akan mengikat sekutu-sekutu lainnya. Oleh sebab itulah tanggung jawab para sekutu
dalam Firma bersifat pribadi untuk keseluruhan (tanggung renteng; solider; tidak terbatas).

Universitas Sumatera Utara

Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan para sekutu menyepakati dalam akta
pendirian mengenai sekutu tertentu yang menjadi pengurus dan menetapkan sekutu tertentu
yang menjadi pemegang kuasa untuk melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga
termasuk mewakili Firma di forum pengadilan.
Pengaturan mengenai hubungan antar sekutu Firma (khususnya mengenai
pembagian laba dan rugi) tidak ditemukan dalam KUHD, oleh karenanya hal ini kembali
merujuk pada ketentuan Maatschap Pasal 1624 s/d 1641 KUHPerdata. Ketentuan tersebut
merupakan ketentuan pelengkap, dan diantara pasal-pasal itu terdapat Pasal 1634 dan 1635
yang merupakan ketentuan memaksa menyangkut pembagian laba rugi. Mengenai laba
rugi merupakan hal penting untuk diatur dalam perjanjian pendirian Firma. Bila hal itu
tidak diatur maka berlakulah asas keseimbangan dari pemasukan (inbreng) sebagaimana
diatur dalam Pasal 1633 KUHPerdata.
Sesuai dengan asas kebersamaan dalam Pasal 1618 KUHPerdata, pada hakekatnya
antara para sekutu tidak boleh saling menyaingi. Namun bila hal itu terjadi berlakulah
pasal 1630 KUHPerdata, yakni kewajiban memberikan ganti kerugian.
5. Pengurusan Firma
Pengurus Persekutuan Firma harus ditentukan dalam perjanjian pendirian Firma
(gerant statutaire). Bila hal itu tidak diatur, maka harus diatur secara tersendiri dalam suatu
akta (gerant mandataire), yang juga harus didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan
Negeri setempat, dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Pendaftran dan
pengumuman penting agar pihak ketiga dapat mengetahui siapa-siapa yang menjadi
pengurus Firma, dengan siapa pihak ketiga itu akan mengadakan hubungan hukum.
Keberadaan pengurus dalam Firma semata-mata untuk memudahkan pihak ketiga
berhubungan dengan Firma. Penunjukan/penetapan pengurus tidak membawa konsekuensi
pada tanggung jawab seperti yang berlaku dalam CV. Tanggung jawab diantara sekutu
Firma adalah sama, baik secara internal maupun eksternal dengan pihak ketiga.
Dalam Firma, kemungkinan ada pemisahan antara pihak pengurus dan pihak yang
mewakili Firma untuk bertindak keluar (pemegang kuasa). Seorang sekutu Firma (Pasal 17

Universitas Sumatera Utara

KUHD) dapat dilarang bertindak keluar. Kalau larangan itu tidak ada, maka tiap sekutu
dapat mewakili Firma, yang mengikat sekutu-sekutu lainnya (Pasal 18 KUHD) asal
tindakan sekutu yang bersangkutan ditujukan untuk kepentingan Firma. Sedangkan
tindakan yang bersifat penguasaan harus ada kata sepakat dari semua sekutu.
Menurut beberapa yurisprudensi, tindakan pengurusan sebenarnya juga mencakup
didalamnya tindakan dimuka Hakim bagi kepentingan Firma sepanjang hal itu ada
kaitannya dengan pekerjaan pengurus sehari-hari. Kecuali bila ada pembatasan dalam
perjanjian pendirian Firma bahwa tindakan dimuka Hakim termasuk tindakan yang patut
dikuasakan.
6. Tanggungjawab Sekutu Baru
Persekutuan Firma dimungkinkan menambah sekutu baru. Tetapi semua itu harus
berdasarkan persetujuan bulat semua sekutu lama (Pasal 1641 KUHPerdata). Sedapat
mungkin, ketentuan mengenai keluar-masuknya sekutu diatur dalam perjanjian pendirian
(akta otentik) Firma.
Lain lagi halnya dengan sekutu pengganti, penggantian kedudukan sekutu selama
sekutu tersebut masih hidup, pada dasarnya tidak diperbolehkan, kecuali hal itu diatur lain
dalam perjanjian pendirian Firma. UU hanya membolehkan sekutu Firma untuk menarik
orang lain (teman) untuk menerima bagian yang menjadi haknya dari Firma itu walaupun
tanpa izin sekutu-sekutu lainnya (Pasal 1641 KUHPerdata).
Pertanyaannya, apakah sekutu baru dalam Firma juga tunduk pada Pasal 18
KUHD? Dengan kata lain, apakah sekutu baru juga ikut bertanggung jawab secara pribadi
terhadap utang-utang Firma yang sudah ada? Mengenai hal ini ada beberapa pendapat:
a. Polak: sekutu baru tidak boleh diminta untuk membayar utang-utang Firma yang
telah ada pada saat dia diterima menjadi sekutu, sebab dia tidak pernah memberi
kuasa kepada sekutu-sekutu lama untuk mewakilinya dalam hubungan hukum yang
telah dibuat tersebut, kecuali apabila sekutu baru itu (sebagai syarat
penerimaannya) telah menyetujui sendiri tentang tanggung jawab terhadap utangutang Firma yang telah ada sebelum dia bergabung.

Universitas Sumatera Utara

b. Eggens: pertanggungjawaban sekutu baru terhadap perikatan-perikatan atau utangutang Firma yang telah ada pada saat dia bergabung adalah sudah selayaknya atau
sudah pada tempatnya.
c. Soekardono: pertanggungjawaban itu sudah semestinya karena keuntungankeuntungan yang dapat diharapkan oleh sekutu baru.
Selanjutnya, bagaimana pula halnya dengan tanggung jawab sekutu yang keluar
terhadap utang-utang Firma yang belum sempurna dilunasi pada saat dia keluar? Ada
beberapa pendapat mengenai hal ini:
a. Van Ophuijsen: sekutu yang sudah keluar tetap bertanggung jawab terhadap utangutang Firma yang belum sempurna dilunasi saat dia keluar sebagai sekutu, karena
tanggung jawab itu tidak dapat ditiadakan dengan perbuatan sepihak dari sekutu
bersangkutan dengan cara keluar dari Firma.
b. Polak: sependapat dengan Van Ophuijsen
Secara umum ada dua macam tanggung jawab sekutu-sekutu Firma, yaitu: 41
1. Tanggung jawab tidak terbatas, artinya apabila Firma bangkrut dan harta bendanya
tidak memadai untuk membayar utang-utang Firma, maka harta benda pribadi para
sekutu bisa disita untuk dilelang, dipakai untuk membayar utang-utang Firma. Jadi,
selain kehilangan modal dalam Firma, anggota Firma bisa juga kehilangan harta benda
pribadi. Dengan kata lain, bila Firma jatuh pailit, ada kemungkinan anggotanya ada
yang terseret pailit. Sebaliknya, bila sekutunya ada yang pailit, belum tentu Firma
harus terseret pailit. Mungkin hanya harus dikeluarkan dari Firma dan kekayaannya
yang di Firma (modal dan keuntungan) harus dibayarkan.
2. Tanggung jawab solider. Tanggung jawab ini khususnya terletak dalam hubungan
keuangan dengan pihak luar. Sekutu Firma bertanggung jawab penuh atas perjanjianperjanjian yang ditutup oleh rekannya untuk dan atas nama Firma. Orang luar yang
mengadakan perjanjian dengan sekutu itu boleh menuntut salah seorang sekutu, boleh
pula menuntut semua anggota sekaligus sampai kepada harta benda pribadinya.
41

Iting Partadireja, Pengetahuan dan Hukum Dagang, (Jakarta: Erlangga,1978), hal. 48

Universitas Sumatera Utara

7. Kewenangan Mewakili dan Bertindak Keluar


Dalam menjalankan perusahaan, tiap-tiap sekutu mempunyai wewenang untuk
mengadakan perikatan dengan pihak ketiga untuk kepentingan persekutuan, kecuali bila
sekutu itu dikeluarkan dari kewenangan tersebut (Pasal 17 KUHD). Bila tidak ada sekutu
yang dikeluarkan dari kewenangan untuk mengadakan perbuatan hukum, maka dapat
dianggap bahwa tiap-tiap sekutu saling memberikan kuasa umum bagi dan atas nama
semua sekutu untuk melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga. Hal ini mencakup
semua perbuatan hukum, termasuk tindakan-tindakan di muka hakim.
Dengan demikian, asas kewenangan mewakili berarti bahwa sekutu-sekutu lain
turut terikat oleh perbuatan seorang sekutu terhadap pihak ketiga, sekedar perbuatan itu
dilakukan atas nama dan bagi kepentingan Firma. Dengan ini timbul asas
pertanggungjawaban sekutu adalah pribadi untuk keseluruhan (solider/renteng). Tanggung
jawab pribadi untuk keseluruhan termasuk perikatan-perikatan yang timbul karena
perbuatan melawan hukum. Kepada sekutu yang melakukan perbuatan melawan hukum
dapat dituntut mengganti kerugian oleh Firma berdasarkan berdasarkan Pasal 1365
KUHPerdata.
Mengenai pertanggungjawaban anggota/sekutu/pemegang saham terhadap pihak
ketiga dapat diurutkan sebagai berikut:
a. bagi sekutu Persekutuan Perdata (Maatschap), tanggung jawab secara pribadi
terbatas pada perikatan-perikatan yang telah dibuatnya sendiri, kecuali bila sekutu
bersangkutan telah mendapat kuasa dari sekutu-sekutu lain atau keuntungan dari
adanya perikatan itu telah dinikmati oleh persekutuan (Pasal 1642 dan

1644

KUHPerdata)
b. bagi sekutu Persekutuan Firma (Fa.) bertanggung jawab secara pribadi untuk
keseluruhan, artinya untuk seluruh perikatan yang telah dibuat oleh dia sendiri dan
para sekutu lainnya bagi kepentingan persekutuan (Pasal 18 KUHD)

Universitas Sumatera Utara

c. bagi seorang persero atau pemegang saham pada Perseroan Terbatas (PT),
tanggung jawabnya terbatas pada jumlah penuh dari saham-sahamnya (Pasal 10
ayat 2 KUHD).
8. Firma Bukan Badan Hukum
Pendapat umum di Indonesia, bahwa Persekutuan Firma belum/bukan badan
hukum. Ada beberapa syarat/unsur materil agar suatu badan dapat dinamakan badan
hukum, ialah:
(1)

Adanya harta kekayaan (hak-hak) dengan tujuan tertentu, terpisah dari kekayaan
para sekutu badan itu;

(2)

Ada kepentingan yang menjadi tujuan adalah kepentingan bersama yang bersifat
stabil,yakni dalam rangka mencari laba/keuntungan.

(3)

Adanya beberapa orang sebagai pengurus dari badan itu.


Berdasarkan beberapa syarat/unsur materil diatas, sebenarnya Persekutuan Firma

sudah mencukupi untuk menjadi badan hukum.Tetapi bila menilik dari syarat/unsur formil,
jelas Persekutuan Firma belum bisa dikatakan sebagai badan hukum. Unsur formil yang
dimaksud adalah pengakuan undang-undang dan pengesahan dari Pemerintah (Mentri
Kehakiman, sekarang Mentri Hukum dan HAM). Kalau syarat/unsur formil ini dipenuhi
maka Firma sudah bisa disebut badan hukum.
Walaupun Firma mempunyai modal yang terpisah dengan harta para sekutunya,
namun karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka Firma tidak dapat mengambil
bagian dalam lalu lintas hukum; Firma an sich tidak dapat mengadakan tidakan hukum dan
tidak memiliki hak dan kewajiban seperti badan hukum padaumumnya. Karena bukan
badan hukum, maka Firma tidak mempunyai alat-alat seperti pengurus yang dapat
melakukan tindakan hukum. 42

42

Achmad Ichsan, Op.Cit., hal. 122

Universitas Sumatera Utara

Berbeda dengan pandangan umum yang dianut di Indonesia, di Belgia, dianut


ketentuan bahwa Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer adalah badan hukum. Di
Perancis, juga menganggap Persekutuan Firma sebagai badan hukum.
9. Bubarnya Persekutuan Firma
Mengenai bubarnya Persekutuan Firma berlaku ketentuan yang sama dengan
Persekutuan Perdata (Maatschap). Ini disebabkan karena Firma sesungguhnya juga
merupakan Persekutuan Perdata (Pasal 16 KUHD). Ketentuan tersebut adalah Pasal 1646
s/d 1652, Buku III KUHPerdata, ditambah dengan Pasal 31 s/d 35 KUHD.
Menurut Pasal 1646 KUHPerdata, beberapa sebab bubarnya Persekutuan Firma
adalah :
a. Lampaunya waktu untuk mana maatschap itu didirikan;
b. Musnahnya barang atau telah diselesaikannya usaha yang menjadi tugas pokok
maatschap itu;
c. Kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu; dan
d. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau dibawah pengampuan atau dinyatakan
pailit.
Pasal 31 KUHD mengatur syarat pembubaran Firma khusus untuk kepentingan
pihak ketiga, dengan bunyi sebagai berikut:
Ayat (1): Membubarkan Firma sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian
pendirian atau sebagai akibat pengunduran diri atau pemberhentian, begitu juga
memperpanjang waktu sehabis waktu yang telah ditentukan, dan mengadakan
perubahan-perubahan dalam perjanjian semula yang penting bagi pihak ketiga,
semua itu harus dilakukan dengan akta otentik, didaftarkan seperti tersebut di
atas dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.
Ayat (2): Kelalaian dalam pendaftaran dan pengumuman tersebut, berakibat tidak
berlakunya pembubaran, pengunduran diri, pemberhentian atau perubahan tadi
terhadap pihak ketiga
Ayat (3): Bila kelalaian itu mengenai perpanjangan waktu, maka berlakulah ketentuanketentuan Pasal 29 KUHD, yakni pihak ketiga dapat menganggap bahwa
persekutuan itu:

Universitas Sumatera Utara

a) berlaku untuk jangka waktu yang tidak ditentukan;


b) mengenai semua jenis usaha perniagaan;
c) tidak ada sekutu yang dikeluarkan dari kewenangan untuk bertindak keluar
Menurut hukum, sebuah Firma dapat berakhir karena: 43
a.
b.
c.
d.
e.

Waktunya sudah habis.


Diputuskan oleh para anggotanya untuk dibubarkan.
Firma dan anggotanya jatuh pailit.
Salah seorang anggota meninggal dunia, keluar atau berada di bawah pengampuan.
Tujuan dari Firma telah tercapai.
Dalam praktek hukum seringkali terjadi bahwa penggantian anggota dengan

penerusan Firma itu dimungkinkan. Untuk ini para sekutu pengadakan perjanjian bahwa
Firma itu dapat terus berjalan apabila salah seorang sekutu meninggal dunia yang dapat
diganti oleh ahliwarisnya atau apabila seorang sekutu mengundurkan diri dan diganti
dengan orang lain atau dapat diteruskan tanpa penggantian sama sekali setelah terlebih
dahulu diadakan perhitungan dengan ahliwaris atau anggota yang keluar itu. Dengan
adanya perjanjian ini yang dalam hukum disebut verblijvensgeding menjamin tetap
berlangsungnya persekutuan itu. Namun untuk ini perlu dipenuhi syarat pokok ialah
adanya pengumuman mengenai perubahan itu bagi pihak ketiga. 44
Perusahaan dengan bentuk Firma ini memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagai
berikut:
Kelebihan:
a) Kemampuan manajemen lebih besar, karena ada pembagian kerja diantara para
anggota
b) Pendiriannya relatif mudah, baik dengan Akta atau tidak memerlukan Akta
Pendirian
c) Kebutuhan modal lebih mudah terpenuhi

43
44

Ibid., hal. 127


Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Kekurangan:
a) Tanggungjawab pemilik tidak terbatas
b) Kerugian yang disebabkan oleh seorang anggota, harus ditangung bersama anggota
lainnya
c) Kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu
PERBEDAAN BURGELIJKE MAATSCHAP DAN VENNOOTSCHAP ONDER FIRMA
NO.
MAATSCHAP
NO.
FIRMA
1.

Bertanggung jawab sendiri-sendiri

1.

Bertanggung jawan secara pribadi untuk


keseluruhan (tanggung renteng atau
seolider)

2.

Masing-masing sekutu tidak bisa


mengikat sekutu lain,kecuali ada
pemberian kuasa dari sekutu lain
tersebut.

2.

Tiap sekutu bisa melakukan perbuatan


hukum dengan pihak ketiga dan
mengikat sekutu lainnya.

3.

Tidak mempunyai kekayaan terpisah

3.

Mempunyai kekayaan terpisah

4.

Didirikan dengan perjanjian, baik


dengan akta otentik ataupun akta
dibawah tangan. Tetapi undangundang tidak ada menegaskan dengan
akta otentik. Akta otentik sifatnya
sebagai alat bukti semata.

4.

Didirikan dengan perjanjian, yang harus


dilakukan dengan akta otentik. Namun,
ketiadaan akta otentik ditak menjadi
alasan
untuk
merugikan
pihak
ketiga.Akta otentik menjadi salah satu
alat bukti yang sempurna

5.

Tidak ada kewajiban pendaftaran dan


pengumuman

5.

Ada kewajiban
pengumuman.

pendaftaran

dan

D. PERSEKUTUAN KOMANDITER (COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP)


1. Pengertian
Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap) selanjutnya disingkat CV
adalah persekutuan firma yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu komanditer.
Yang dimaksud sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang atau
barang sebagai pemasukan pada persekutuan, sedangkan dia tidak turut campur dalam
pengurusan atau penguasaan dalam persekutuan. Status seorang sekutu komanditer dapat

Universitas Sumatera Utara

disamakan dengan seorang yang menitipkan modal pada suatu perusahaan, yang hanya
menantikan hasil keuntungan dari modal tersebut.
Bila Persekutuan Firma diatur dalam Pasal 16 s/d 35 KUHD, maka tiga pasal
diantaranya yakni Pasal 19, 20 dan 21 merupakan aturan mengenai CV. Hal itulah
sebabnya dalam Pasal 19 KUHD disebutkan bahwa Persekutuan Komanditer (persekutuan
pelepas uang) sebagai bentuk lain dari Firma, yakni firma yang lebih sempurna dan
memiliki satu atau beberapa orang sekutu pelepas uang/komanditer. Dalam Firma biasa,
sekutu komanditer ini tidak dikenal, tetapi masing-masing sekutu wajib memberikan
pemasukan (inbreng) dalam jumlah yang sama, sehingga kedudukan mereka dari segi
modal dan tanggung jawab juga sama. Dalam CV ada pembedaan antara sekutu
komanditer (sekutu diam; mitra pasif; sleeping patners) dan sekutu komplementer (sekutu
kerja; mitra aktif; mitra biasa; pengurus). Adanya pembedaan sekutu-sekutu itu membawa
konsekuensi pada pembedaan tanggung jawab yang dimiliki oleh masing-masing sekutu
yang berbeda itu.
Dengan kata lain, terdapat dua macam sekutu dalam CV. Pertama, sekutu
komanditer yakni sekutu yang tidak bertanggung jawab pada pengurusan persekutuan,
sekutu ini hanya mempunyai hak mengambil bagian dalam aset persekutuan bila ada
untung sebesar nilai kontribusinya. Demikian juga, dia akan menanggung kerugian sebesar
nilai kontribusinya. Sedangkan kedua, sekutu komplementer yakni sekutu yang menjadi
pengurus yang bertanggung jawab atas jalannya persekutuan, bahkan pertanggung
jawabannya sampai kepada harta pribadinya.
Molengraaff melihat CV sebagai suatu perkumpulan (vereeniging) perjanjian kerja
sama, dimana satu atau lebih sekutu mengikatkan diri untuk memasukkan modal tertentu
untuk perkiraan bersama oleh satu atau lebih sekutu lain menjalankan perusahaan niaga
(handelsbedrijf). 45
Perumusan ini terlalu sederhana sehingga masih kurang mencakup unsur-unsur
yang diperlukan oleh suatu CV seperti pencerminan adanya sekutu yang secara tanggung

45

M. Natzir Said, Op.Cit., hal. 188

Universitas Sumatera Utara

menanggung sepenuhnya bertanggung jawab bersama, disamping adanya sekutu yang


bertanggung jawab terbatas, sekutu pengurus dan sekutu komanditer serta unsur
menjalankan perusahaan. 46
Rancangan BW Nederland Pasal 7.13.3.1 ayat (1) menetapkan bahwa CV adalah
persekutuan terbuka terang-terangan yang menjalankan suatu perusahaan, dimana
disamping satu orang atau lebih sekutu biasa (gewone vennoten), juga mempunyai satu
orang atau lebih sekutu diam (commanditaire vennoten).47
Dalam KUHD sekutu komanditer disebut juga dengan sekutu pelepas uang
(geldschieter). Diantara penulis ada yang tidak setuju dengan penggunaan istilah pelepas
uang yang dipersamakan dengan istilah sekutu komanditer. Menurut Purwosujipto,
pada pelepas uang (geldschieter), uang atau benda yang telah diserahkan kepada orang
lain dapat dituntut kembali bila si debitur jatuh pailit. Tetapi uang atau modal yang
diserahkan oleh sekutu komanditer kepada sebuah persekutuan, tidak dapat dituntut
kembali bila persekutuan itu jatuh pailit.
2. Komanditer Bukanlah Meminjamkan Uang (Geldschieter)
Istilah geldschieter dan commanditaire dalam Pasal 19 ayat (1) KUHD dapat
menimbulkan salah paham. Pada dasarnya kedua istilah itu tidak bisa disamakan, seperti
apa yang dilakukan dalam bunyi undang-undang.
Geldschieter memiliki maksud meminjamkan uang, dan pada saat tertentu ia bisa
berkedudukan sebagai penagih (schuldeiser). Padahal sekutu komanditer bukanlah
peminjam uang atau penagih, mereka adalah para peserta dalam persekutuan yang
memikul hak dan kewajiban untuk mendapatkan keuntungan/laba dan saldo dalam hal
persekutuan dilikuider serta memikul kerugian menurut jumlah inbreng (saham) yang
dimasukkan . Bila hal itu dimaksudkan sebagai kreditur penagih (schuldeiser), maka
pembayaran tagihan dapat dilakukan selama masih ada uang di kas persekutuan,

46
47

Ibid.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

sebaliknya bagi pemasukan uang yang dilakukan oleh sekutu komanditer tidaklah dapat
dilakukan penagihan selama persekutuan berlangsung. 48
Dalam ketentuan pinjam meminjam uang (Pasal 1759 dan 1760 KUHPerdata)
ditetapkan bahwa orang yang meminjamkan uang tidak dapat meminta uangnya kembali
sebelum lewat waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian, dan hakim dapat memberikan
kelonggaran kepada si peminjam dalam pengembalian uang bila keadaan tidak
memungkinkan. Perbedaan yang paling jelas adalah bahwa sekutu komanditer dapat
memikul resiko untung atau rugi, sedangkan peminjam uang atau penagih tidaklah
dibebani dengan kerugian.
Modal yang dimasukkan oleh sekutu komanditer dapat merupakan modal tambahan
terhadap modal yang telah ada atau dijanjikan dimasukkan oleh para sekutu komplementer.
Pada dasarnya mempunyai kedudukan yang sama dengan Persekutuan Firma yang
bertanggung jawab secara tanggung menanggung bersama. Sehingga dengan demikian
maka sekutu sekutu komanditer hanya bertanggung jawab secara intern kepada sekutu
pengurus, untuk secara penuh memasukkan modal yang telah dijanjikan, dan uang yang
dimasukkan itu dikuasai dan dipergunakan sepenuhnya oleh pengurus dalam rangka
pengurusan persekutuan guna mencapai tujuan. 49
Saat ini, dalam BW baru Belanda sudah tidak ditemukan/dikenal istilah
geldschieter tetapi hanya menggunakan istilah commanditaire vennoten disatu pihak
dan gewone vennoten di pihak lain.
3. Jenis-jenis CV
Ada tiga jenis persekutuan komanditer (CV) yang dikenal:
a. CV diam-diam, yaitu CV yang belum menyatakan dirinya terang-terangan kepada
pihak ketiga sebagai CV. Keluar, persekutuan ini masih menyatakan dirinya
sebagai Firma, tetapi kedalam persekutuan ini sudah menjadi CV, karena salah
seorang atau beberapa orang sekutu sudah menjadi sekutu komanditer

48
49

Ibid., hal. 195


Ibid., hal. 196

Universitas Sumatera Utara

b. CV terang-terangan (terbuka), yaitu CV yang terang-terangan menyatakan dirinya


kepada pihak ketiga sebagai CV. Hal itu terlihat dari tindakannya dalam bentuk
publikasi berupa papan nama yang bertuliskan CV (misalnya CV. Sejahtera).
Bisa juga dalam punulisan kepala surat yang menerangkan nama CV tersebut
dalam berhubungan dengan pihak ketiga.
c. CV dengan saham, yaitu CV terang-terangan, yang modalnya terdiri dari kumpulan
saham-saham. Jenis terakhir ini sama sekali tidak diatur dalam KUHD, ia hanya
muncul dari praktek dikalangan pengusaha/dunia perniagaan. Pada hakekatnya CV
dengan saham sama saja dengan jenis CV terang-terangan, bedanya hanya pada
pembentukan modalnya saja yang sudah terdiri dari saham-saham. Pembentukan
modal CV dengan saham ini dimungkinkan oleh Pasal 1337 ayat (1), 1338 ayat (1)
KUHPerdata jo Pasal 1 KUHD. Karenanya, CV jenis terakhir ini juga semacam CV
terang-terangan (CV biasa).
Ada beberapa hal yang bisa diperhatikan sebagai persamaan dan perbedaan antara
CV dengan Saham dan PT, yaitu:
1. Persamaannya:
a. Modalnya sama-sama terdiri dari saham-saham, meskipun bagi CV dengan saham
berbentuk saham atas nama (op naam); sedangkan pada PT bisa berbentuk saham
atas nama (op naam) ataupun saham atas pembawa (aan toonder)
b. Ada pengawasan dari komisaris. Pada CV dengan saham dapat ditetapkan salah
seorang dari sekutunya sebagai komisaris, yang bertugas mengawasi pekerjaan
sekutu kerja. Meskipun dia komisaris, tetapi karena dia adalah sekutu komanditer,
tetap saja dia tidak diperbolehkan mencampuri urusan pengurusan.Dalam PT
komisaris merupakan salah satu organ perseroan yang harus ada disamping RUPS
dan Direksi.
2. Perbedaannya:
a. Dalam CV dengan Saham dikenal adanya sekutu kerja (sekutu komplementer) yang
bertanggung jawab penuh secara pribadi untuk keseluruhan (tidak terbatas).
Pertanggung jawaban seperti ini pada PT mirip dengan direksi (pengurus), tetapi
direksi tidak bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan (terbatas).
b. Sekutu kerja pada CV dengan Saham boleh diangkat untuk selamanya, sedangkan
direksi pada PT tidak dapat diangkat buat selamanya, ia bisa diberhentikan sekatuwaktu.
c. Dalam CV dengan Saham tidak dikenal adanya Dewan Pengawas Syariah, tetapi
dalam PT (UUPT 2007) mengenal adanya Dewan Pengawas Syariah.

Universitas Sumatera Utara

4. Hubungan Intern antar Para Sekutu CV


Hubungan intern diantara sekutu biasa/pengurus (gewone vennoot) dengan sekutu
komanditer terdapat perbedaan, dimana sekutu biasa/pengurus (gewone vennoot) selain
memasukkan uang atau benda ke dalam persekutuan juga memasukkan tenaga dalam
rangka mengurus/menjalankan persekutuan. Disamping itu, sekutu biasa/pengurus juga
memikul tangggung jawab tidak terbatas atas kerugian yang diderita persekutuan dalam
usahanya, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian persekutuan. Sedangkan sekutu
komanditer, tidaklah dibebani kerugian yang lebih dari jumlah modal yang
dimasukkannya. 50
Dasar hubungan hukum diantara para sesama sekutu CV pada dasarnya adalah
hubungan kerjasama untuk mencari/membagi keuntungan. Hal itu ditetapkan dalam
ketentuan Pasal 1618 KUHPerdata yang menetapkan bahwa persekutuan adalah suatu
perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu
dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang diperoleh karenanya.
Seorang sekutu komanditer yang memasukkan uangnya dalam persekutuan
bermaksud untuk mendapatkan keuntungan. Sebaliknya jika perseroan menderita kerugian,
maka sekutu komanditer juga ikut memikulnya, akan tetapi tidak boleh melebihi
pemasukannya.
Oleh undang-undang dan akta pendirian CV dalam hal-hal tertentu dapat
mengadakan ketentuan-ketentuan yang mengatur hak-hak intern daripada sekutu
komanditer, seperti halnya sejauhmana para sekutu komanditer dapat ikut serta dalam
memberikan persetujuan,dan kemungkinan para sekutu komanditer dapat melihat
pembukuan berkaitan dengan kepentingannya.Demikian pula halnya dengan pemberian
kewenangan kepada satu atau lebih sekutu komanditer untuk diangkat menjadi komisaris.
Rancangan BW Nederland mengatur hak-hak dan kewenangan para sekutu tersebut
seperti kewenangaan melihat pembukuan dan surat-surat persekutuan/perusahaan,
pengesahan neraca tahunan dan sebagainya yang diatur dalam Pasal 7.13.1.9.
50

Ibid., hal.198

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas maka kedudukan sekutu


komanditer sama dengan pesero dari suatu perseroan terbatas (PT), dimana tidak boleh
dibebani kerugian yang melebihi jumlah modal atau saham yang dimasukkannya dalam
persekutuan.Demikian juga halnya bila ternyata sekutu komanditer telah menerima
keuntungan dari persekutuan, maka tidak boleh diminta kembali jumlah keuntungan yang
telah ia terima sebagaimana diatur dalam Pasal 1625 KUHPerdata dan Pasal 20 ayat (3)
KUHD.
Sekutu komanditer tidak diperkenankan menjadi sekutu pengurus atau bekerja
dalam perusahaan termasuk dengan surat kuasa (Pasal 20 ayat 2 KUHD), dan bahkan
penggunaan namanya pun dilarang menurut undang-undang.Hal ini dapat dimengerti
karena para sekutu komanditer tidak bertanggung jawab dalam pengurusan CV dan mereka
hanya bertanggung jawab terbatas sesuai dengan jumlah uang yang dimasukkan. Keadaan
ini sama sekali tidak diketahui oleh pihak ketiga, dan pihak ketiga hanya tahu bahwa yang
melakukan pengurusan CV adalah sekutu komplementer yang bertanggung jawab tidak
terbatas.
Sekutu komanditer dapat melakukan pengawasan atas pengurusan CV apabila hal
itu ditetapkan dalam perjanjian pendirian CV, akan tetapi pengawasan tersebut hanya
bersifat intern dan tidak boleh dilakukan sedemikian rupa sehingga memberikan suatu
kesan keluar seakan-akan ia sebagai sekutu pengurus.Dalam perjanjian pendirian CV dapat
ditetapkan bahwa terhadap hal-hal tertentu yang sangat penting dalam pengurusan
persekutuan maka diharuskan adanya persetujuan dari para sekutu komanditer.
Rancangan BW Nederland (Pasal 7.13.3.2 ayat 3) menetapkan seorang sekutu
komanditer yang berbuat atas nama persekutuan sebagai sekutu pengurus, maka terhadap
pihak ketiga bertanggung jawab sepenuhnya untuk perikatan yang sudah dilakukan seperti
yang diberlakukan dan menjadi sifat utama pada sekutu pengurus (komplementer).
Menurut Pasal 21 KUHD, sanksi terhadap pelanggaran Pasal 20 ayat 1 dan 2,
terikat oleh semua utang dan perikatan dari persekutuan secara perorangan untuk
semuanya. Ketentuan ini mempunyai makna yang sama dengan Pasal 7.13.3.2 ayat 3

Universitas Sumatera Utara

Rancangan BW Nederland yang pada dasarnya cukup memberikan perlindungan kepada


pihak ketiga.
5. Hubungan Hukum Ektern dengan Pihak Ketiga
Hanya sekutu pengurus (komplementer) yang dapat melakukan tindakan, tidak
sekedar melakukan pengurusan terhadap jalannya CV tetapi juga melakukan
perbuatan/hubungan hukum atas nama CV dengan pihak ketiga. Sedangkan sekutu
komanditer hanya memiliki hubungan intern saja dengan sekutu komplementer, tidak
diperkenankan melakukan tindakan hukum atas nama persekutuan dengan pihak ketiga.
Hal ini disebabkan kedudukan sekutu komanditer yang hanya bertanggung jawab terbatas
pada persekutuan sebesar jumlah pemasukannya dan berkewajiban melunasi pemasukan
(modal) tersebut sebagaimana telah dijanjikan untuk dimasukkan dalam persekutuan.
Perihal kewenangan meweakili CV haruslah dilihat lebih dahulu apakah CV
tersebut berstatus diam-diam atau terang-terangan (terbuka).
CV diam-diam, hubungan keluar dengan pihak ketiga tidak dilakukan secara
terbuka/terang-terangan.sehingga yang menjalankan persekutuan itulah yang dipandang
sebagai satu-satunya sekutu pengurus dan yang menggunakan namanya sendiri untuk dan
atas nama persekutuan atau seorang sekutu pengurus (dari beberapa sekutu pengurus)
menjalankan persekutuan dengan menggunakan namanya.
Menurut

Molengraaff,

sekutu

pengurus

yang

satu-satunya

menjalankan

persekutuan itulah yang menaggung sepenuhnya dan bertanggungjawab, baik kedalam


(internal) dengan para sekutu lainnya maupun dengan pihak ketiga.
Dalam hal terdapat beberapa sekutu pengurus yang menjalankan persekutuan (CV
diam-diam), biasanya dalam perjanjian persekutuan sudah ditetapkan tentang pemisahan
kekayaan persekutuan dengan kekayaan para pengurusnya.
CV terang-terangan (terbuka), biasanya dijalankan oleh beberapa sekutu pengurus
dan melakukan hubungan hukum dengan pihak ketiga atas nama persekutuan.Hal ini

Universitas Sumatera Utara

berarti bahwa para sekutu pengurus secara bersama-sama bertanggung jawab sepenuhnya
secara tanggung menanggung kepada pihak ketiga.
Molengraaff melihat bahwa tindakan mewakili persekutuan keluar kepada pihak
ketiga dalam kenyataannya tidaklah benar-benar terjadi. Bila seorang sekutu pengurus
menjalankan persekutuan maka dia sendirilah yang bertanggungjawab sepenuhnya kepada
pihak ketiga. Demikian juga, bila beberapa sekutu pengurus bersama-sama bertindak
mewakili

persekutuan

keluar

maka

bertanggungjawab kepada pihak ketiga

mereka

secara

tanggung

menanggung

seperti dalam Firma,dan harta bersama

persekutuan yang terpisah menjadi jaminan bagi pihak ketiga. Dengan kata lain, siapa yang
berbuat maka dialah yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga.
6. Kedudukan Hukum CV
Persekutuan Komanditer (CV) tidak diatur secara khusus oleh undang-undang, baik
di dalam KUHPerdata maupun KUHD, akan tetapi pengaturannya mengacu pada
ketentuan-ketentuan Maatschap dalam KUHPerdata dan Persekutuan Firma, antara lain
Pasal 19, 20, 21, 30 ayat (2) dan 32 KUHD. Ketentuan-ketentuan Maatschap diberlakukan
tentu saja sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan khusus dalam KUHD seperti
disebutkan di atas.
Kedudukan hukum CV dikenal dalam keadaan statis tunduk sepenuhnya pada
hukum Perdata (KUHPerdata dan KUHD). Demikian juga dalam keadaan bergerak
tunduk sepenuhnya pada hukum Perdata (KUHPerdata dan KUHD).
Kedudukan hukum CV dalam keadaan statis dimaksudkan semua perbuatan dan
perhubungan hukum intern CV, seperti perbuatan hukum pendirian yang dilakukan
dihadapan Notaris (Pasal 22 ayat 1 KUHD). Demikian juga dengan perhubungan hukum
intern CV dengan para sekutu pengurus maupun sekutu komanditer, dan sebagainya.
Kedudukan hukum CV dalam keadaan bergeraknya dimaksudkan setiap perbuatan dan
perhubungan hukum keluar (extern) dengan pihak ketiga.

Universitas Sumatera Utara

Khusus terhadap CV Atas Saham, maka ketentuan tentang pengaturan kedudukan


saham-saham dan pemegang saham mirip dengan ketentuan yang mengatur saham pada
Perseroan Terbatas (PT). Sedangkan perbedaannyaterletak antara lain

dalam hal-hal

sebagai berikut: 51
a. Anggota pesero dalam CV atas saham yang melakukan tindak pengurusan
pengelolaan (daden van beheer) ialah para komplementaris yang mempunyai
tanggung jawab yang tidak terbatas sampai dengan semua harta milik pribadinya.
Sebaliknya anggota pengurus PT hanya bertanggung jawab terbatas terhadap tugas
yang dibebankan kepadanya; mereka tidak terikat pada pihak ketiga dengan adanya
perjanjian yang diadakan untuk kepentingan PT.
b. Para komplementaris tersebut mempunyai kedudukan yang sangat berbeda dengan
para pengurus PT.
Di Belanda, dalam rancangan BW barunya, kedudukan CV telah diatur tersendiri
dalam Buku ke 7, titel 13, afdeling 3. Dalam Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2), CV
telah dinyatakan sebagai badan hukum. Di Indonesia, ada kecendrungan para sarjana
melihat Firma dan CV sebagai badan hukum, tetapi undang-undang belum mengakuinya
demikian,
Sistem BW baru Belanda, memperlakukan CV Terang-terangan (Terbuka) dan CV
Atas Saham sebagai badan hukum, akan tetapi CV Diam-diam tidak dianggap sebagai
badan hukum.
Pada abad ke 17, dikenal Persekutuan Komanditer sebagai suatu perusahaan yang
memiliki kekayaan yang terpisah. Pada abad ke 18, kemudian meningkat statusnya
sehingga dipandang sebagai perusahaan berbadan hukum.
Dalam ketentuan hukum lama Belanda, sudah lama diketahui bahwa harta
kekayaan CV terpisah dari kekayaan para sekutu pengurusnya. Dalam sebuah undangundang di Belgia, terhadap CV diam-diam maupun CV atas saham secara tegas dinyatakan
sebagai badan hukum.Sedangkan di Perancis, baik Firma maupun CV dipandang sebagai
badan hukum. Para ahli hukum dan jurisprudensi cendrung menganggap Firma dan CV

51

Achmad Ichsan, Dunia Usaha Indonesia, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1986), hal. 311

Universitas Sumatera Utara

sebagai badan hukum dan hal ini diperlakukan agar pihak ketiga lebih terjamin
kepentingannya.
7. Bubarnya CV
Persekutuan Komanditer pada hakikatnya adalah Firma, sehingga cara pembubaran
Firma berlaku juga pada CV, yaitu dengan cara sebagai berikut (Pasal 31 KUHD):
a. Berakhirnya jangka waktu CV yang ditetapkan dalam anggaran dasar
b. Akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu
c. Akibat perubahan anggaran dasar
Pembubaran CV sama dengan Firma, yaitu harus dilakukan dengan akta otentik
yang dibuat di muka notaries, didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri, dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara. Kelalaian pendaftaran dan pengumuman ini
mengakibatkan tidak berlakunya pembubaran, pengunduran diri, pemberhentian, dan
perubahan anggaran dasar terhadap pihak ketiga. 52
Setiap pembubaran CV memerlukan pemberesan, baik mengenai keuntungan
maupun kerugian. Pemberesan keuntungan dan kerugian dilakukan menurut ketentuan
dalam anggaran dasar. Apabila dalam anggaran dasar tidak ditentukan, berlakulah
ketentuan Pasal 1633 s/d 1635 KUHPerdata. Apabila pemberesan selesai dilakukan masih
ada sisa sejumlah uang, sisa uang tersebut dibagikan kepada semua sekutu menurut
perbandingan pemasukan (inbreng) masing-masing. Jika setelah pemberesan terdapat
kekurangan (kerugian), maka penyelesaian atas kerugian tersebut juga dilakukan menurut
perbandingan pemasukan masing-masing. 53
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki oleh badan usaha berbentuk CV ini bila dijalankan, sebagai berikut:

52
53

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 98


Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Kelebihan:
a) Kemampuan manajemen lebih besar
b) Proses pendirianya relatif mudah
c) Modal yang dikumpulkan bisa lebih besar
d) Mudah memperoleh kredit
Kekurangan :
a) Sebagian sekutu yang menjadi Persero Aktif memiliki tanggung tidak terbatas
b) Sulit menarik kembali modal
c) Kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu

NO.

PERBEDAAN ANTARA VENNOOTSCHAP ONDER FIRMA


DAN COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP
FIRMA
NO.
CV

1.

Tidak ada pembedaan kedudukan


diantara para sekutu. Semua sekutu
memiliki hak dan tanggung jawab yang
sama.

1.

Ada pembedaan kedudukan, hak &


tanggung jawab diantara para sekutu.

2.

Jumlah inbreng diantara sekutu sama

2.

Disebabkan adanya sekutu komanditer


& sekutu komplementer jumlah inbreng
diantara sekutu tidak sama

3.

Pada dasarnya semua sekutu Firma boleh


menjadi pengurus Firma, tetapi boleh
ditunjuk satu/lebih sekutu tertentu dalam
akta pendirian.

3.

Pengurus CV
komplementer.

4.

Walaupun pada dasarnya sekutu pengurus


bisa mewakili Firma keluar, tetapi boleh
ditetapkan secara tegas satu atau lebih
sekutu yang boleh melakukan perbuatan
hukum dengan pihak ketiga (pemegang
kuasa)

4.

Pengurus CV (sekutu komplementer)


juga berwenang melakukan perbuatan
hukum keluar dengan pihak ketiga,
tanpa surat kuasa.

5.

Tidak mengenal adanya komisaris

5.

Mengenal adanya komisaris.

mutlak

dari

sekutu

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai