,MT
VI.1 Pendahuluan
Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan
besar, yaitu berupa suatu Rangka Batang. Rangka batang merupakan suatu
konstruksi yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung satu
dengan yang lain pada kedua ujungnya, sehingga membentuk satu kesatuan
struktur yang kokoh. Bentuk rangka batang dapat bermacam-macam sesuai
dengan fungsi dan konstruksi, seperti konstruksi untuk jembatan, rangka
untuk atap, serta menara, dan sesuai pula dengan bahan yang digunakan,
seperti baja atau kayu.
Pada konstruksi berat, batang konstruksi dibuat dari bahan baja,
yakni batang baja yang disebut baja profil, seperti baja siku, baja kanal,
baja C, baja I, dan baja profil lainnya.
Rangka konstruksi berat yang dimaksud di atas adalah jembatan,
rangka bangunan pabrik, menara yang tinggi dan sebagainya. Banyak pula
dijumpai konstruksi rangka batang yang dibuat dari bahan kayu, baik
berupa balok maupun papan.
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
Bentuk rangka batang sederhana yang paling stabil adalah segi tiga.
Satu atau dua batang tidak dapat membentuk rangka. Sebaliknya bentuk
segi empat atau lebih tidak dapat membentuk rangka batang yang stabil dan
kaku. Rangka batang yang labil itu akan menjadi kaku bila ditambahkan
diagonal, seperti diperlihatkan pada Gambar 6.1.
( a)
(b)
(c)
VI2
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
Partt
Howe
Warren
Rangka K
Baltimore
Gambar 6.2d Rangka Batang Untuk Jembatan
Fink
Warren
VI3
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
VI4
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
12
13
E
2
14
15 16
11
10
H
17
I
18
19
20 21
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
seimbang dan gaya-gaya juga menangkap pada simpul, maka gaya luar dan
gaya dalam pada simpul merupakan gaya-gaya yang seimbang. Hal ini
hanya mungkin bila gaya dalam berupa gaya aksial yang bekerja sepanjang
sumbu batang yang disebut gaya batang.
Untuk menghitung gaya batang suatu rangka dapat ditinjau dari dua
pendekatan, yakni :
1. Keseimbangan titik, memperlihatkan bahwa bila konstruksi dalam
keadaan seimbang, maka seluruh simpul harus dalam keadaan seimbang
yang harus memenuhi syarat keseimbangan V = 0 dan H = 0.
2. Keseimbangan bagian, memperlihatkan bahwa bila konstruksi dalam
keadaan seimbang, maka seluruh atau sebagian konstruksi harus dalam
keadaan seimbang yang memenuhi syarat keseimbangan V = 0, H =
0, dan M = 0.
Selanjutnya kedua pendekatan tersebut, gaya batang dapat dihitung dengan
cara analitis dan grafis.
VI6
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
1
L/2
VA
D
3
5
C
30o
2
L/2
VB
2P
Gambar 6.5 Rangka Batang Kuda-Kuda
Terlebih
dahulu
tentukan
kestabilan
konstruksi,
dengan
. 6.1a)
M A = 0 V B .L + 2 P.L / 2 = 0 V B = P
. 6.1b)
b1
V = 0
V A + b 4 sin = 0 .......... .......... ....... 6 . 2 c )
VA
P
=
= 2 P
sin
sin 30 o
H = 0
b1 + b 4 cos = 0 .......... .......... ....... 6 . 2 d )
b4 =
b1 = b 4 cos = ( 2 P ) cos 30 o = 1, 7 P
VI7
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
Tanda b4 adalah negatif, berarti batang tekan (menuju simpul), dan tanda
b1 adalah positif, berarti batang tarik (meninggalkan simpul).
Setelah itu tinjau simpul C, ada gaya 2P dan gaya batang b1 sudah
diketahui, keduanya mempunyai arah meninggalkan simpul, dan ada dua
batang yang gaya batangnya belum diketahui, yaitu gaya batang 5 dan 2
yang dimisalkan b5 dan b2, maka kedua batangnya dianggap tarik dengan
arah meninggalkan simpul C.
b5
b1
V = 0
b2
b5 = 2 P
H = 0
b1 + b2 = 0.......... .......... ...6.2 f )
2P
b2 = b1 = 1,7 P
V = 0
D
b3
b4
b5
VI8
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
V = 0
VB b3 sin = 0...................6.2i)
P (2 P) sin 30 o = 0
H = 0
b2 + b3 cos = 0................6.2 j )
VB
(1,7 P) + (2 P) cos 30 o = 0
VI9
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
1
o
A 45
45o
5
L/2
VA
7
4
L/2
B
VB
P
Gambar 6.6 Rangka Batang Jembatan Sederhana
Terlebih
dahulu
tentukan
kestabilan
konstruksi,
dengan
VI10
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
1
o
A 45
VA
45o
5
L/2
B
VA
L/2
r1
VB
P
VB
r2
VA
-b1
VI11
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
-b1
+b6
-b2
b) Keseimbangan Titik Simpul D
Gaya batang b6 meninggalkan simpul, bertanda positif, berarti batang
tarik, dan gaya batang b2 menuju simpul, bertanda negatif, berarti batang
tekan.
Selanjutnya tinjau simpul E, ada gaya P, batang b5 dan b6 sudah
diketahui bertanda positif, dan ada dua batang yang gaya batangnya
belum diketahui, yaitu gaya batang 4 dan 7 yang dimisalkan b4 dan b7.
Keseimbangan titik simpul E, secara grafis untuk arah putaran diagram
Cremona berlawanan arah jarum jam, digambarkan sebagai berikut :
+b5
+b6
2P
+b7
+b4
c) Keseimbangan Titik Simpul E
VI12
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
-b3
+b7
-b2
c). Keseimbangan Titik Simpul C
Gaya batang b3 menuju simpul, bertanda negatif, berarti batang tekan.
Untuk membuktikan keseimbangan pada semua titik simpul, perlu
ditinjau simpul B, ada gaya reaksi VB, gaya batang b3 bertanda negatif
dan gaya batang b4 bertanda positif sudah diketahui.
VB
-b3
+b4
d). Keseimbangan Titik Simpul B
Dari diagram Cremona tiap-tiap titik simpul, dapat dilihat adanya
komponen-komponen yang dikerjakan dua kali. Untuk menyederhanakan
diagram-diagram tersebut dapat dirangkumkan dalam satu diagram,
seperti Gambar 6.8.
VI13
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
+b5
VA
+b6
-b1
-b2
VB
-b3
+b7
+b4
Gambar 6.8 Diagram Cremona
Setelah semua titik keseimbangan ditinjau dapat diringkaskan
besarnya gaya batang seluruh rangka seperti terlihat dalam Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Daftar Gaya-Gaya Batang Contoh Rangka Batang Jembatan
No Batang
b1
b2
b3
b4
b5
b6
b7
VI14
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
I
7
E
8
A
6
11
10
12
C
5
13
1
VA
I
2P
2
L
4
L
VB
P
b7
b10
t
A
VA
b2
2P
b) Potongan I-I
Gambar 6.9 Rangka batang jembatan dengan pemotongan
Dalam menentukan gaya-gaya batang konstruksi rangka jembatan
di atas dengan menggunakan metode Ritter, maka terlebih dahulu periksa
kestabilan konstruksi, dimana diketahui s = 8, m = 13, dan r = 3, jadi
untuk 2s m r = 0 adalah 2.8 13 3 = 0, berarti konstruksi stabil.
Kemudian tentukan reaksi perletakan dengan cara analitis, dengan
menggunakan keseimbangan momen pada salah satu titik tumpuan.
VI15
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
VA =
VB =
2 PL
= 2P
L
V A .1 / 4 L
t
V A P 2P
sin
VI16
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
1
b8
A
6
b5
VA
b2
R
L/3
P I
5
P
L/3
L/3
VB
Ra
P
G
r1
r3
r2
r1
VA
P1
R
VB
r2
r2
P2
Lukisan kutub
VI17
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
terlebih
dahulu
tentukan
kestabilan
konstruksi,
dengan
8
7
45o
3
45o
6
3m
E
P = 3 kN
4
F
P = 6 kN
3m
3m
B
VB
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
Penyelesaian :
Kestabilan konstruksi :
2.6 9 3 = 0 konstruksi stabil.
Reaksi perletakan :
18 + 18
= 4.kN ( )
9
9 + 36
M A = 0 V B .9 + 3.3 + 6.6 = 0 V B =
= 5.kN ( )
9
M B = 0 V A .9 3 .6 6 .3 = 0 V A =
Gaya-gaya batang :
Keseimbangan titik A
V = 0 V A + b 1 sin = 0
b1
A
b1 =
45o
b6
4
= 5 , 66 . kN ....( tekan )
sin 45
H = 0 b 6 + b 1 cos = 0
VA = 4 kN
Keseimbangan titik D
b2
V = 0 b 1 sin b 7 = 0
b 7 = 5 , 66 sin 45 = 4 . kN ...( tarik )
H = 0 b 1 cos + b 2 = 0
b1 = 5,66 kN b
7
Keseimbangan titik E
b7 = 4 kN
V = 0 P + b 7 + b 8 sin = 0
b8
b6 = 4 kN
45o
b8 =
b5
3 4
= 1 , 414 . kN ...( tekan )
sin 45
H = 0 b 6 + b 8 cos + b 5 = 0
b 5 = 4 + (1 , 414 cos 45 ) = 5 . kN ...( tarik )
P = 3 kN
VI19
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
Keseimbangan titik F
b9
V = 0 P + b9 = 0
b 9 = 6 . kN ...( tarik )
b5 = 5 kN
b4
H = 0 b5 + b4 = 0
b 4 = 5 . kN ...( tarik )
P = 6 kN
Keseimbangan titik C
b2 = 4 kN
V = 0 b 9 + b 8 sin b 3 sin = 0
45
b3
b8 = 1,414 kN
b9 = 6 kN
b3 =
6 + 1 , 414 sin 45
= 7 , 07 . kN ...( tekan )
sin 45
H = 0
b 8 cos + b 2 + b 3 cos = 0
1 , 414 cos 45 + 4 + ( 5 ) cos 45 = 0
Keseimbangan titik B
b3 = 7 kN
V = 0 V B b 3 sin = 0
5 7 sin 45 = 0 ... oke
45
b4 = 5 kN
H = 0 b 4 + b 3 cos = 0
5 + 7 cos 45 = 0 ... oke
VB = 5 kN
VI20
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
Soal 2. Tentukan gaya-gaya batang dari rangka batang di bawah ini dengan
metode keseimbangan titik simpul cara grafis (metode Cremona).
D
1
o
A 45
VA
8
7
3
45o
5
4
E
F
P = 3 kN
P = 6 kN
3m
3m
3m
6
VA
VB
r1
r2
VB
r3
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
-b1
+b7
+b5
P1
VB
-b2
-b8
-b3
+b9
P2
+b4
Gambar 6.13 Diagram Cremona
Soal 3. Tentukan gaya-gaya batang dari rangka batang di bawah ini dengan
metode keseimbangan bagian cara analitis (metode Ritter).
VI22
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
I
2
45o
I
VA
3m
II
E
II
P = 3 kN
5
3m
F
P = 6 kN
45o
4
3m
3m
B
VB
= 0 V A .3 + b 2 .3 = 0
b2 =
M
b7 =
= 0 V A .3 b 6 .3 = 0
4 .3
= 4 . kN ...( tarik )
3
b6 =
M
4 .3
= 4 . kN ...( tekan )
3
= 0 V A .6 b 6 .3 b 7 .3 = 0
4 .6 4 .3
= 4 . kN ...( tarik )
3
atau
V = 0 V A b7 = 0
b 7 = 4 . kN
VI23
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
= 0 V B . 3 + b 3 .d = 0
d =
(1 , 5 2 + 1 , 5 2 = 2 ,12 m
5 .3
= 7 , 075 . kN ...( tekan )
2 ,12
b3 =
M
4 .6 3 .3
= 5 . kN ...( tarik )
3
b5 =
M
b9 =
-
= 0 V A . 6 P1 . 3 b 5 . 3 = 0
= 0 V A . 9 P1 . 6 b 9 . 3 = 0
4 .9 3 .6
= 6 . kN ...( tarik )
3
4 + 3
= 1 , 414 . kN ...( tekan )
sin 45
45o
8
7
3
45o
6
3m
5
4
E
F
P = 3 kN
P = 6 kN
3m
3m
B
VB
VI24
BahanAjarStatikaMulyati,ST.,MT
Penyelesaian :
Gaya-gaya batang
2
1
b8
b2
R
6
VA
3m
3
9
b5
3t
5
3m
6 t 3m
Ra
r1
r3
r2
r1
VA
P1
R
VB
r2
r2
P2
Gambar 6.16 Metode Keseimbangan Bagian Cara Grafis
Cara Culmann ini hanya digunakan untuk mencari gaya batang pada
potongan tertentu saja. Besarnya gaya batang 2, 5, dan 8, dari cara grafis
di atas, untuk skala gaya : 1 kN = 1 cm, dan skala panjang: 1 m = 1 cm
adalah b1 = -4 kN (tekan), b5 = 5 kN (tarik), dan b8 = -1,4 kN (tekan).
VI25
B
VB