Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)


Di ajukan untuk salah satu Tugas Mata Pelajaran Sejarah

Di susun oleh

: Resti Nurmala Dewi

Kelas

: XII IPA 2

SMA Negeri 1 Pandeglang


Jl. Raya Serang Km.03 Pandeglang Tlp.(0253) 201773
2010/2011

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahiim
Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas hasil karya wisata dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi besar kita Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya dan kita semua sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari makalah ini masih sangat sederhana, karena penulis masih dalam
tahap belajar, maka hadirnya saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan guna
memperbaiki karya tulis yang akan datang.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan saran dari berbagai pihak, maka
layaknya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
terutama kepada:
1. Bpk Drs. Evi Saefudin,M, pd selaku kepala SMAN I PANDEGLANG
2.Ibu Nina Selaku Wali kelas XI IPA 2
3.Ibu Mamah Selaku Guru Mata Pelajaran PKN (Pendidikan Kewarganegaraan), dan
4.Rekan-rekan siswa X1 IPA 2
Penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.

Pandeglang, 10 Oktober 2011

Penulis

Daftar Isi

Kata pengantar.................................i
Pendahuluan...........................4

1.

Latar Belakang.........................4

2.

Maksud dan tujuan.........................5


Pembahasan....6
Penutup......31
1. Kesimpulan....................31
2. Saran.....................32
Daftar Pustaka.......35

MAKALAH

ASEAN
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dengan disepakatinya Piagam ASEAN pada 15 Desember 2008, ASEAN menjadi suatu
organisasi kawasan yang sama sekali baru, dengan aturan hukum yang jelas dan memiliki
legal
personality.
Dilengkapi moto one vision, one identity, one community, ASEAN terus melangkah menuju
terbentuknya
suatu
Komunitas
ASEAN
2015.
Pembukaan Piagam ASEAN secara tegas menyebutkan komitmen masyarakat (We, the
Peoples) negara anggota ASEAN untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN yang
didasarkan pada tiga pilar, yaitu kerja sama politik dan keamanan, kerja sama ekonomi, dan
kerja sama sosial budaya.
Komitmen tersebut sekaligus mempertegas kembali Deklarasi ASEAN Concord II (Bali
Concord II) yang dihasilkan saat KTT ASEAN ke-9 di Bali, Oktober 2003, saat Indonesia
menjadi
Ketua
ASEAN.
Penyebutan kata We, the Peoples dalam Piagam ASEAN memperlihatkan bahwa
pembentukan komunitas ASEAN bukanlah keinginan pemerintah negara anggota ASEAN
semata, tetapi justru menjadi keinginan seluruh lapisan anggota masyarakat dan pemangku
kepentingan di negara anggota ASEAN.
Melalui tiga pilar kerja sama yang disebutkan dalam Bali Concord II dan ditegaskan kembali
dalam Pembukaan Piagam ASEAN, jelaslah bahwa komunitas ASEAN mendatang akan
terdiri dari tiga komunitas, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security
Community/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC), dan
Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio Cultural Community/ASCC).
Untuk mewujudkan suatu Komunitas ASEAN 2015, banyak hal yang perlu dilakukan secara
intensif guna mengintegrasikan ASEAN, terutama pada masa awal pengimplementasian
Piagam ASEAN yang terkait dengan rules dan regulations yang masih harus dirumuskan
bersama.
Di sinilah kemudian berlangsung battle of ideas dari kesepakatan-kesepakatan pokok yang
nantinya dituangkan dalam aturan-aturan dan kebijakan-kebijakan pelaksanaannya.
Bagaimanapun, harus disadari bahwa ketentuan dalam Piagam bukan seperti yang tertulis
dalam Piagam, tetapi konsep-konsep besar yang berada di baliknya. Itulah sebabnya pula
Piagam ASEAN hanya terdiri dari 13 bab dan 55 pasal, berbeda dengan Konstitusi Uni
Eropa yang terdiri dari ratusan pasal.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah Sebagai bahan kajian mengenai
Organisasi ASEAN.

PEMBAHASAN
ORGANISASI ASEAN
Sejarah ASEAN
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mencatat sejarah baru dengan
ditandatanganinya ASEAN Charter (Piagam ASEAN) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Ke-13 ASEAN di Singapura, Selasa (20/11). Piagam ASEAN tersebut diteken oleh 10
pemimpin negara anggota ASEAN, termasuk Myanmar. Kesepuluh kepala negara atau kepala
pemerintahan ASEAN yang membubuhkan tanda tangan pada Piagam ASEAN itu adalah
Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei Darussalam), PM Hun Sen (Kamboja), Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (Indonesia), PM Bouasone Bouphavanh (Laos), Abdullah Ahmad Badawi
(Malaysia). Selanjutnya, PM Thein Sein (Myanmar), Gloria Maccapagal Arroyo (Filipina), PM
Surayud Chulanont (Thailand), PM Nguyen Tan Dung (Vietnam), dan PM Lee Hsien Loong
(Singapura).

Padahal sebelumnya sejumlah pihak mengkhawatirkan PM Myanmar tidak akan ikut


menandatangani dokumen tersebut dikaitkan dengan kondisi politik yang memanas di dalam
negeri

negara

itu.

Selain Piagam ASEAN, juga ditandatangani tiga deklarasi yaitu cetak biru ASEAN Economic
Community (AEC), ASEAN Declaration on the 13th Session of the Conference on Climate
Change (UNFCCC), dan Conference of Parties Serving as the Meeting of the Parties (CMP)
to

the

Protocol

Kyoto

Protocol

Upacara penandatanganan disaksikan sejumlah menteri dari masing-masing negara dan liput
sekitar 100 orang media cetak dan elektronik. Usai penandatanganan, para kepala negara
melakukan acara bersulang (toast), yang disambut tepuk tangan para hadirin. Selanjutnya
para kepala negara melakukan sesi foto bersama, dilanjutkan dengan foto bersama dengan
para menteri luar negeri, dan anggota The Eminent Persons Group (EPG) and Members of
High

Level

Taskforce

(HTLF).

Piagam ASEAN disebut tonggak sejarah baru karena baru dimiliki ASEAN setelah 40 tahun
berdiri. Piagam ASEAN merupakan dokumen yang diharapkan akan mentransformasikan

ASEAN dari sebuah asosiasi menjadi suatu organisasi regional yang memiliki leader
personality, dan mekanisme dan struktur organisasi yang lebih jelas. Salah satu organ
ASEAN yang akan dibentuk sesuai piagam ini adalah Badan HAM ASEAN
Piagam itu terdiri dari pembukaan, 13 bab, dan 55 pasal. Pasal-pasalnya menegaskan kembali
prinsip-prinsip yang tertuang dalam seluruh perjanjian, deklarasi, dan kesepakatan ASEAN

Dalam penyusunan piagam itu, Indonesia telah menunjukkan kepemimpinannya dalam


mendorong disepakatinya hal-hal penting seperti prinsip demokrasi, good governance, dan
perlindungan HAM.
Organisasi ASEAN
ASEAN adalah kepanjangan dari Association of South East Asia Nations. ASEAN disebut
juga sebagai Perbara yang merupakan singkatan dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara. Gedung sekretarian ASEAN berada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
Indonesia. ASEAN didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. ASEAN diprakarsai oleh 5
menteri luar negeri dari wilayah Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina
dan Singapura :

1. Perwakilan Indonesia : Adam Malik


2. Perwakilan Malaysia : Tun Abdul Razak
3. Perwakilan Thailand : Thanat Koman
4. Perwakilan Filipina : Narcisco Ramos
5. Perwakilan Singapura : S. Rajaratnam

Sedangkan terdapat negara-negara lain yang bergabung kemudian ke dalam ASEAN sehingga
total menjadi 11 negara, yaitu :

1. Brunei Darussalam tangal 7 Januari 1984


2. Vietnam tangal 28 Juli 1995
3. Myanmar tangal 23 Juli 1997
4. Laos tangal 23 Juli 1997
5. Kamboja tangal 16 Desember 1998

Prinsip Utama ASEAN


Prinsip-prinsip utama ASEAN digariskan seperti berikut:
Prinsip-prinsip utama ASEAN adalah sebagai berikut:

Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah nasional, dan


identitas nasional setiap negara
Hak untuk setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional bebas daripada campur tangan,
subversif atau koersi pihak luar

Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota

Penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan damai

Menolak penggunaan kekuatan yang mematikan

Kerjasama efektif antara anggota


ASEAN dikukuhkan oleh lima negara pengasas; Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan
Thailand di Bangkok Proses pembentukan ASEAN dibuat dalam sebuah penandatanganan
perjanjian yang dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Adapun yang bertanda tangan pada
Deklarasi Bangkok tersebut adalah para menteri luar negeri saat itu, yaitu Bapak Adam
Malik (Indonesia), Narciso R. Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam
(Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand). Pada tanggal 8 Januari 1984, seminggu setelah
mencapai kemerdekaannya, negara Brunei masuk menjadi anggota ASEAN. 11 tahun
kemudian, tepatnya tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar menjadi anggota dua tahun
kemudianya, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja sudah menjadi anggota
ASEAN bersama sama Myanmar dan Laos, Kamboja terpaksa menarik diri disebabkan
masalah politik dalam negara tersebut. Namun, dua tahun kemudian Kamboja kembali masuk
menjadi anggota ASEAN pada 30 April 1999.

LOGO ASEAN

Logo ASEAN membawa arti ASEAN yang stabil, aman, bersatu dan dinamik. Warna logo ada
4 yaitu biru, merah, putih dan kuning. Warna tersebut merupakan warna utama lambang
negara-negara ASEAN. Warna biru melambangkan keamanan dan kestabilan. Merah
bermaksud semangat dan dinamisme sedangkan putih menunjukkan ketulenan dan kuning
melambangkan kemakmuran. Sepuluh tangkai padi melambangkan cita-cita pelopor pembentuk
ASEAN di Asia Tenggara, yaitu bersatu dan bersahabat. Bulatan melambangkan kesatuan
ASEAN.

c) Tujuan dibentuknya Piagam ASEAN (Asean Chartered)


Tahun 2007 bisa dikatakan bersejarah bagi ASEAN. Kawasan ini memiliki tampilan baru. Ada
harapan ASEAN akan terstruktur dan tersistematis.
Semua itu ditandai dengan ditandatanginya Piagam ASEAN (ASEAN Charter) sebagai
kerangka konstitusi bersama ASEAN.
Keberadaan sebuah piagam agar bisa lebih mengikat negara-negara anggota sebenarnya
sudah cukup lama dikumandangkan di kalangan pemikir ASEAN. Akan tetapi, baru pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN tahun 2003 di Bali, keinginan ASEAN untuk
memiliki sebuah piagam bersama itu mulai dikonkretkan.
Ibarat sebuah perusahaan yang harus memiliki status hukum yang jelas, apakah itu
perseroan terbatas (PT) atau perusahaan dagang (PD), ASEAN sebagai organisasi regional
yang sudah berusia 40 tahun ini memang sudah seharusnya punya status hukum. Idealnya,
dengan adanya status hukum itu, ASEAN lebih punya keleluasaan untuk bekerja sama dengan
berbagai pihak, khususnya kalangan pebisnis. Dia (ASEAN) juga bisa memiliki aset, visi, dan
misi, serta alat/perangkat untuk mewujudkan visi dan misinya tersebut.

Piagam ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di ASEAN. Malah, piagam
itu sesungguhnya makin mengekalkan banyak kebiasaan lama. Misalnya, pengambilan
keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus dan KTT ASEAN menjadi tempat
tertinggi untuk pengambilan keputusan jika konsensus tidak tercapai atau jika sengketa di
antara anggota terjadi.

Meski demikian, piagam tersebut hadir di saat yang pas, yaitu ketika kawasan Asia Tenggara
ini terus berubah dan negara-negara ASEAN semakin memperluas cakupan kerja sama yang
lebih kukuh ke Asia Timur (Jepang, Korea Selatan, dan China), Asia Tengah (India), serta ke
selatan (Australia dan Selandia Baru). Juga, KTT Asia Timur yang diselenggarakan beriringan
dengan KTT ASEAN.
d) Maksud Dan Tujuan Perhimpunan ASEAN
Dalam deklarasi ASEAN, di cantumkan bahwa maksud dan tujuan perhimpunan adalah sebagai
berikut :

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi , kemajuan sosial , serta pengembangan kebudayaan di


kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk
memperkukuh landasan sebuah masyarakat bangsa - bangsa Asia Tenggara yang sejahtera
dan damai

2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan
tertib hukum di dalam hubungan antara negara - negara di kawasan ini serta mematuhi
prinsip - prinsip Piagam Perserikatan Bangsa - bangsa

3. Meningkatkan kerja sama yang aktif serta saling membantu antara satu dan yang lain di
dalam memecahkan masalah - masalah kepentingan bersama dalam bidang ekonomi , sosial ,
budaya , teknik , ilmu pengetahuan dan administrasi

4. Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana - sarana latihan dan penelitian dalam
bidang - bidang pendidikan , profesional , teknik dan administrasi

5. Bekerja sama dengan lebih efektif dalam meningkatkan penggunaan pertanian serta
industri , perluasan perdagangan komoditi internasional, perbaikan sarana - sarana

pengangkut dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat - rakyat mereka

6. Meningkatkan studi - studi tentang Asia Tenggara


7. Memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi - organisasi internasional
dan regional yang ada bertujuan serupa dan untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling
bekerja sama secara lebih erat satu dengan yang lain

e) Struktur Asean Yang Terdiri Dari

1. Sebelum KTT pertama di Bali 1976


Untuk memperlancar hubungan antar negara Asia Tenggara dalam Deklarasi Bangkok 1967
menteri luar negeri dari kelima negara Asia Tenggara tersebut sepakat untuk membentuk
suatu wadah kerja sama regional yang di sebut ASEAN ( Association of South East Asian

Nations) dengan struktur sebagai berikut :

a) Sidang Tahunan Para Menteri


Sidang ini merupakan sidang tertinggi yang di hadiri oleh para Menteri Luar Negeri negara negara ASEAN yang di adakan di setiap negara ASEAN menurut giliran abjad.

b) Standing Committee
Komite ini merupakan sebuah badan yang bersidang di antara dua menteri - menteri luar
negeri ASEAN untuk menangani persoalan - persoalan yang memerlukan keputusan para
menteri.

c) Komite - Komite Tetap dan Komite - Komite Khusus

d) Sekertariat Nasional ASEAN pada setiap ibu kota negara - negara anggota ASEAN

2. Sesudah KTT Bali 1976

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama yang di hadiri kelima kepala negara anggota
ASEAN pada tahun 1976 di Bali, di hasilkan tiga deklarasi . Salah satu di antaranya ialah

Declaration of ASEAN Concord yang memberikan kesempatan untuk meninjau struktur


organisasi ASEAN demi kelancaran tata kerjanya.
Dalam KTT kedua di Kuala Lumpur pada bulan Agustus 1977 di sepakati dan di sahkan
struktur organisasi ASEAN sebagai berikut :

a) Pertemuan Para Kepala Pemerintahan (Summit Meeting) yang merupakan otoritas atau
kekuasaan tertinggi di dalam ASEAN. Pertemuan ini di adakan apabila di anggap perlu dalam
memberikan pengarahan - pengarahan

b) Sidang Tahunan Para Menteri Luar Negeri ASEAN ( ASEAN Ministerial Meeting) Peranan
dan tanggung jawab kegiatan sidang ini ialah perumusan garis kebijakan dan koordinasi
kegiatan - kegiatan ASEAN

c) Sidang Para Menteri - Menteri Ekonomi Sidang ini di selenggarakan setahundua kali.
Tugasnya , selain merumuskan kebijaksanaan - kebijaksanaan yang khusus menyangkut maslah
kerja sama ASEAN bidang ekonomi juga mengevaluasi hasil - hasil yang di lakukan komite komite yang ada di bawahnya

d) Sidang Para Menteri lainnya (Non-Ekonomi0 sidang ini merumuskan kebijakan - kebijakan
yang menyangkut bidangnya masing - masing seperti penerangan , kesehatan , kebudayaan ,
ilmu pengetahuan dan teknologi

e) Standing Committee. Badan ini bertugas seperti sebelum KTT I di Bali yang membuat
keputusan - keputusan dan menjalankan tugas - tugas perhimpunan di antara dua buah Sidang
Tahunan Para Menteri Luar Negeri ASEAN

f) Komite - komite. Dalama komite ini ada dua bidang yaitu bidang ekonomi dan bidang non
ekonomi

f) Sekertariat Asean
Pembentukan Sekertariat ASEAN memiliki latar belakang. Kebutuhan akan suatu
Sekertariat Tetap ASEAN yang akan mengoordinasi segala kegiatan ASEAN mulai di rasakan

setelah Perhimpunan ASEAN berusia enam tahun yakni ketika para Menteri Luar Negeri
ASEAN bertemu di Pattaya , Thailand bulan April 1973
Dalam sidang ke VII para Menlu ASEAN di Kuala Lumpur tahun 1975, rumusan struktur
Sekertariat ASEAN yang telah di ubah dan di sederhanakan di setujui oleh sidang dengan
membubuhkan paraf di atas rumusan konsep tersebut
Rumusan konsep tersebut kemudian di bawa ke Bali untuk secara resmi di tanda tangani para
menlu negara - negara ASEAN dengan di saksikan para kepala pemerintahan ASEAN yang
sedang mengadakan KTT Pertama ASEAN di Bali 1976
Dokumen persetujuan ini kemudian di kenal dengan sebutan Agreement on the Establishment

of the ASEAN Secretariate yang antara lain menyatakan bahwa tempat kependudukan
Sekertariat ASEAN berada di Jakarta ibi kota negara Republik Indonesia.

2. PERANAN ASEAN SECARA REGIONAL DAN TERHADAP NEGARA INDONESIA

a) Peran ASEAN sebagai Organisasi Regional


Penandatanganan piagam pada Konferensi Tingkat Tinggi Ke-13 Perhimpunan Bangsa-Bangsa
Asia Tenggara atau ASEAN di Singapura, 20 November 2007, menjadi tonggak sejarah bagi
terwujudnya tujuan awal pembentukan organisasi ini tahun 1967. Namun, publik cenderung
menyangsikan kemampuan ASEAN merealisasikan semua poin yang disepakati dalam piagam
tersebut.
Piagam ASEAN melandasi lembaga tersebut dalam melaksanakan semua kegiatan yang
berorientasi terhadap kepentingan rakyat di setiap negara ASEAN. Penandatanganan piagam
ini pun sekaligus menjadi pintu terwujudnya Komunitas ASEAN tahun 2015 yang meliputi
bidang keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya sesuai dengan kesepakatan negara-negara
anggota ASEAN di Bali tahun 2003.
Beberapa poin penting dari piagam yang terhitung berlaku setelah ada ratifikasi dari
parlemen semua negara anggota ASEAN tersebut adalah menjaga serta meningkatkan
perdamaian dan keamanan kawasan, membentuk pasar tunggal berbasis produksi yang
kompetitif dan terintegrasi secara ekonomi, memperkuat demokrasi dan tata kelola
pemerintahan yang baik, menegakkan hukum, serta mengedepankan hak asasi manusia (HAM).
Untuk poin yang disebut terakhir ini, ASEAN sepakat membentuk Badan HAM yang
mekanismenya ditetapkan oleh para menteri luar negeri.

Publik cenderung melihat beberapa hal dalam Piagam ASEAN ini sulit untuk direalisasikan
meskipun beberapa poin penting diakui akan mampu diwujudkan oleh negara-negara
anggotanya.
Sikap pesimistis ditunjukkan responden terhadap kemampuan ASEAN mendorong penciptaan
pemerintahan yang bersih dan menjamin kepastian hukum. Keraguan mereka mencapai 69,4
persen dan 53,6 persen.
Sebaliknya, dari semua poin yang termaktub dalam piagam tersebut, mayoritas publik
(sebanyak 78,3 persen) beranggapan bidang sosial-budayalah yang paling mungkin untuk
direalisasikan. Apresiasi positif juga dilontarkan 76,2 persen responden terhadap
kemampuan mewujudkan keamanan di kawasan Asia Tenggara.
Sementara itu, kebijakan ekonomi ASEAN yang berniat membangun Komunitas Ekonomi
ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) pada tahun 2015 diyakini oleh 69,6 persen
responden akan mampu direalisasikan. Dengan AEC, akan terbuka pasar besar regional yang
menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan satu basis produksi seperti yang sudah
dilakukan oleh Uni Eropa.

Kegagalan ASEAN menyusun rancangan berbasis regional dalam penyelesaian krisis ekonomi
pada tahun 1998 seolah mengangkat kembali pertanyaan soal relevansi dan peranan ASEAN
sebagai organisasi regional.
Padahal, setahun sebelumnya (1997) dalam pertemuan informal di Kuala Lumpur, disepakati
proyek ambisius yang terangkum dalam ASEAN Vision 2020, seperti memelihara,
mempromosikan, mempelajari, dan memperkuat hal-hal yang secara esensial merupakan kerja
sama antarnegara, bukan struktur integrasi regional.
Apa yang ditetapkan melalui visi ASEAN 2020 tersebut ternyata gaungnya tertutup oleh
krisis ekonomi dan politik yang menerpa hampir semua negara anggota dua tahun menjelang
abad ke-21.
Organisasi yang beranggotakan 11 negara ini pun tak berkutik menghadapi gelombang krisis.
ASEAN sebagai organisasi regional dinilai tidak mampu menjalankan fungsi ekonominya

secara konkret pada saat-saat kritis. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai kontribusi
ASEAN bagi pertumbuhan dan stabilitas di kawasan ini.
Kegamangan atas peran ASEAN di bidang ekonomi pun tercermin dari suara publik yang
terpecah dua antara optimistis dan pesimistis. Sebanyak 47,2 persen responden menganggap
ASEAN saat ini belum berhasil menunjukkan perannya dalam usaha mewujudkan kawasan ini
sebagai kekuatan ekonomi baru. Adapun 48,5 persen responden lain menganggap sebaliknya.
Peran ASEAN dalam mendorong proses demokratisasi juga diragukan, terbukti dalam kasus
Myanmar. Hanya 38,5 persen responden yang menilai ASEAN telah berperan dalam
menangani problem politik di negeri pagoda itu.
Sementara itu, peran lembaga ini dalam menengahi konflik-konflik perbatasan yang dihadapi
negara-negara anggotanya dinilai minim oleh 58,3 persen responden. Pendapat publik ini
boleh jadi dilatarbelakangi oleh tidak adanya tindakan-tindakan riil dari ASEAN dalam
menengahi konflik antara Indonesia dan Malaysia terkait dengan kasus Sipadan-Ligitan dan
Ambalat, atau konflik Malaysia dan Singapura soal kepemilikan Pulau Batu Putih.
Pesimisme tampaknya mendominasi pendapat publik saat ditanyakan soal peran ASEAN
selama ini bagi negara-negara anggotanya. Sebanyak 62,7 persen responden menilai bahwa
organisasi ASEAN belum banyak berperan dalam memberantas perdagangan perempuan dan
anak-anak di kawasan ini.
Peranan Asean Terhadap Indonesia
Peranan ASEAN untuk Indonesia, sejak awal berdirinya ASEAN, Indonesia telah
mempromosikan suatu bentuk kehidupan masyarakat regional di Asia Tenggara yang
menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri
negara lain, penolakan penggunaan kekerasan serta konsultasi dan mengutamakan konsensus
dalam proses pengambilan keputusan. Indonesia juga memiliki peran penting dalam
pembentukan beberapa perjanjian dan modalitas di ASEAN antara lain Declaration on Zone
of Peace, Freedom, and Neutrality (ZOPFAN, 1971), ASEAN Concord (1976), ASEAN
Declaration on South China Sea (1992), ASEAN Regional Forum (ARF, 1995) dan ASEAN
Community

(2003)

Walaupun terdapat perbedaan budaya, kondisi geografis, sistem politik dan tingkat

kesejahteraan, negara-negara anggota ASEAN telah menunjukan kesamaan etikad dalam


mengutamakan

kerja

sama

untuk

mencapai

keuntungan

dan

kemakmuran

bersama.

Berdasarkan hal ini, diplomasi luar negeri Indonesia di era globalisasi harus dapat
membangun dan memelihara kerja sama yang lebih luas dan efektif untuk memperoleh
kemajuan yang subtantif dalam penyelesaian konflik dan integrasi ekonomi di kawasan Asia
Tenggara.

Berdasarkan kondisi alamnya, kemampuan ekonomi dan kemauan politiknya untuk bergabung
dalam proses regional, Indonesia akan terus memainkan peran strategis demi kemajuan dan
terciptanya integrasi ASEAN. Peranan Indonesia di Asia Tenggara diperkuat dengan
partisipasinya untuk menyelesaikan konflik di Kamboja dan Filipina Selatan serta ikut
menjadi anggota dalam pasukan perdamaian PBB. Indonesia juga memiliki inisiatif untuk
melaksanakan diplomasi kemanusiaan dan turut serta dalam proses pembentukan Masyarakat
Asia Timur.

Memang banyak hal yang harus diluruskan, kita memang perlu lebih memasyarakatkan
ASEAN, karena faktanya banyak juga pengamat yang belum mengetahui ASEAN secara
mendalam, yang mereka ketahui baru sebatas kulitnya saja. Sebetulnya banyak sekali
manfaat yang diperoleh Indonesia dari ASEAN, misalnya dalam bidang perdagangan. Pada
1990-an, perdagangan ekspor Indonesia ke Negara-negara ASEAN cuma sebesar 13%, tapi
sekarang

sudah

mencapai

18,5%.

Dari 5 juta wisatawan yang melancong ke Indonesia, 40% nya adalah wisman yang berasal
dari ASEAN. Seandainya kita tidak bekerjasama dengan ASEAN, maka belum tentu jumlah
wisman yang masuk ke Indonesia itu mencapai komposisi seperti itu. Jadi secara ekonomi
manfaat yang kita dapatkan sangat jelas. Pada waktu turis asing takut datang ke Indonesia
karena teror bom, turis-turis asal ASEAN tetap datang. Dalam bidang investasi, hampir 38%
dari

total

investasi

yang

masuk

ke

Indonesia

adalah

berasal

dari

ASEAN.

Jadi jika ada pernyataan-pernyataan yang mengatakan bahwasanya kita kurang mendapat
manfaat dari ASEAN, saya tidak setuju sepenuhnya. Lihat saja sudah berapa banyak
perjanjian-perjanjian yang dihasilkan oleh ASEAN. Sekarang ini ASEAN sudah menyepakati
suatu deklarasi mengenai pekerja migran, yang akan sangat membantu begitu banyak pekerja
migran Indonesia di negaranegara ASEAN. Sekarang ini ASEAN juga sudah menyepakati

perjanjian mengenai pembebasan visa untuk kunjungan selama 14 hari, dimana dengan itu kita
bisa

berkunjung

ke

negara-negara

ASEAN

tanpa

visa.

Di bidang ekonomi, ASEAN memiliki program National Single Windows, yaitu progam satu
pintu bagi pengurusan arus barang dan jasa yang masuk ke ASEAN. Dengan begitu kita tidak
perlu lagi melalui beberapa meja, dalam pengurusan surat-menyurat atau dokumendokumen
pengiriman barang dan jasa, karena semua itu bisa dilakukan di salah satu negara ASEAN
saja. Itu adalah salah satu manfaat yang jelas di bidang bisnis dan perdagangan.

ASEAN juga telah menetapkan penyamaan standar untuk berbagai produk dan jasa dalam
bentuk Mutual Recognition Arrangement. Misalnya adalah standarisasi perawat, dengan
adanya standar tersebut, para perawat dari Indonesia bisa bekerja di negaranegara ASEAN
dengan standar yang sama. Banyak kalangan bisnis, media dan pengamat yang tidak
mengetahui hal-hal tersebut. Pernah dalam sebuah seminar ada pengusaha yang komplain,
bahwa pasar bebas ASEAN tidak menguntungkan bagi Indonesia, karena kita akan kalah
bersaing dengan negaranegara ASEAN lainnya. Lantas saya bertanya, apakah selama ini ada
masalah dengan produknya? pengusaha tersebut menjawab bahwa usahanya tidak mengalami
masalah,

bahkan

terus

meningkat

dalam

tahun

terakhir

ini.

Hal itu menunjukkan bahwa ternyata pengusaha tersebut tidak tahu kalau ASEAN sudah
menurunkan tarif barang sejak 2002 melalui ASEAN Free Trade Arangement, dimana semua
barang yang masuk ke negara ASEAN hanya dikenai tarif 0-5 %. Jadi sang Pe-ngusaha
tersebut mengkomplain sesuatu yang sudah terjadi, ia tidak tahu kalau dia sudah menikmati
hasil dari kebijakan yang dibuat oleh ASEAN. Selama ini kita memang lebih sering
dikritiknya daripada dipelajari secara mendalam, padahal kita bisa melihat manfaat ASEAN
dari

data-data

yang

ada.

Kemajuan lain di bidang ekonomi, adalah adanya perundingan ASEAN Free Trade Area
dengan Cina, dimana semua negara ASEAN membuka pasar Cina, dan Korea. Jadi secara
pemerintahan kita sudah samasama menurunkan tarif berbagai macam produk yang menjadi
kepentingan kita, masalahnya sekarang adalah apakah hal itu mau digunakan atau
dimanfaatkan atau tidak, kembali kepada kita. Dalam bidang investasi perkembanganya juga
sudah sedemikian baik, ketika ke Filipina saya baru tahu kalau ternyata hotel yang kita
singgahi, sebagian investasinya adalah dipegang oleh investor Indonesia, tapi banyak orang

tidak

tahu.

Memang ada yang menyatakan bahwa perdagangan diantara ASEAN baru mencapai 28%, jadi
belum memberikan hasil yang memuaskan. Tapi jika dibandingkan dengan Uni Eropa, hasil
tersebut sudah menunjukkan perkembangan yang baik. Uni Eropa yang saat ini dianggap
paling maju dalam inter tradenya, juga baru mencapai 50-60%, padahal sudah lebih lama
berdiri dibanding ASEAN, aturan mereka juga sudah lebih jelas, dan sudah memiliki Euro
sebagai

mata

uang

tunggal.

Jadi sebenarnya kita sudah jauh berkembang, namun sering kali kita tidak tahu. Hal ini
tercermin dari adanya kekhawatiran bahwa Indonesia akan kebanjiran produk Soluna dari
Thailand, mereka tidak tahu bahwa accu dan joknya serta beberapa komponen lain soluna
berasal dari Indonesia. Soluna sebenarnya bisa dikatakan sebagai mobil ASEAN, karena
seluruh

komponen

mobil

tersebut

dipasok

oleh

negara-negara

ASEAN.

Mereka lupa kalau Kijang Innova produksi Indonesia telah membanjiri pasar Brunei dan
Malaysia. Mereka juga tidak menyadari bahwa dengan adanya penurunan tarif telah
menjadikan produk obatobatan tradisional Indonesia merajai pasar obat di Vietnam dan
Kamboja, serta meningkatnya ekspansi pasar Indofood dengan mengekspor produkproduknya
ke seluruh negara ASEAN. Banyak juga yang tidak tahu bahwa saat ini ASEAN telah menjadi
Regional Production Base, yaitu suatu kawasan dimana kita bisa memproduksi suatu barang
secara bersama-sama, dengan menggunakan keunggulan komparatif masing-masing negara.
PERANAN INDONESIA TERHADAP ASEAN
Dengan disepakatinya Piagam ASEAN pada 15 Desember 2008, ASEAN menjadi suatu
organisasi kawasan yang sama sekali baru, dengan aturan hukum yang jelas dan memiliki legal
personality. Dilengkapi moto one vision, one identity, one community, ASEAN terus
melangkah

menuju

terbentuknya

suatu

Komunitas

ASEAN

2015.

Pembukaan Piagam ASEAN secara tegas menyebutkan komitmen masyarakat (We, the
Peoples) negara anggota ASEAN untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN yang
didasarkan pada tiga pilar, yaitu kerja sama politik dan keamanan, kerja sama ekonomi, dan
kerja

sama

sosial

budaya.

Komitmen tersebut sekaligus mempertegas kembali Deklarasi ASEAN Concord II (Bali


Concord II) yang dihasilkan saat KTT ASEAN ke-9 di Bali, Oktober 2003, saat Indonesia
menjadi Ketua ASEAN.

Penyebutan kata We, the Peoples dalam Piagam ASEAN

memperlihatkan bahwa pembentukan komunitas ASEAN bukanlah keinginan pemerintah


negara anggota ASEAN semata, tetapi justru menjadi keinginan seluruh lapisan anggota
masyarakat

dan

pemangku

kepentingan

di

negara

anggota

ASEAN.

Melalui tiga pilar kerja sama yang disebutkan dalam Bali Concord II dan ditegaskan kembali
dalam Pembukaan Piagam ASEAN, jelaslah bahwa komunitas ASEAN mendatang akan terdiri
dari tiga komunitas, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community/ASC),
Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC), dan Komunitas Sosial
Budaya

ASEAN

(ASEAN

Socio

Cultural

Community/ASCC).

Untuk mewujudkan suatu Komunitas ASEAN 2015, banyak hal yang perlu dilakukan secara
intensif guna mengintegrasikan ASEAN, terutama pada masa awal pengimplementasian
Piagam ASEAN yang terkait dengan rules dan regulations yang masih harus dirumuskan
bersama.
pokok

Di sinilah kemudian berlangsung battle of ideas dari kesepakatan-kesepakatan

yang

nantinya

dituangkan

dalam

aturan-aturan

dan

kebijakan-kebijakan

pelaksanaannya.

Bagaimanapun, harus disadari bahwa ketentuan dalam Piagam bukan seperti yang tertulis
dalam Piagam, tetapi konsep-konsep besar yang berada di baliknya. Itulah sebabnya pula
Piagam ASEAN hanya terdiri dari 13 bab dan 55 pasal, berbeda dengan Konstitusi Uni Eropa
yang

terdiri

dari

ratusan

pasal.

Peran Indonesia, keberhasilan ASEAN menandatangani suatu piagam bersama merupakan


dasar yang kuat bagi terbentuknya suatu komunitas ASEAN dan memperkuat peran ASEAN
dalam

menghadapi

berbagai

perubahan

arsitektur

kerja

sama

global.

Di tengah perubahan arsitektur kerja sama global dan battle of ideas inilah peran dan daya
tawar Indonesia dapat dilihat dalam menerjemahkan konsep-konsep besar ke dalam
ketentuan-ketentuan

yang

harus

disepakati

bersama.

Pandangan bahwa dengan terwujudnya Komunitas ASEAN maka Indonesia akan dirugikan

karena lemahnya daya tawar politik dan ekonomi yang disebabkan lemahnya posisi ekonomi
nasional

di

mata

negara

tetangganya

adalah

tidak

kuat.

Memang harus diakui sejak ambruknya Orde Baru dan krisis ekonomi 1997 yang
berkepanjangan, Indonesia terlihat sebagai negeri yang tak berdaya di tengah beberapa
negara

anggota

ASEAN.

Namun di balik itu semua, secara perlahan namun pasti, Indonesia mulai memperlihatkan
taringnya

kembali

dengan

berbagai

pencapaian

yang

diraihnya.

Di bidang politik dan keamanan, pascareformasi, Indonesia menjadi negara terdepan yang
menerapkan

demokrasi

dalam

kehidupan

bernegara.

Indonesia pulalah yang berada di garda terdepan dalam penghormatan serta penegakan hakhak asasi manusia (HAM). Keberhasilan Indonesia melaksanakan pemerintahan yang
demokratis menjadikan Indonesia sebagai negara demokratis ke-4 di dunia. Di bidang HAM,
Indonesia adalah salah negara pertama di ASEAN yang memiliki Komisi HAM.

Di bidang

ekonomi, secara pasti Indonesia mulai memperlihatkan kestabilan dalam pertumbuhan


ekonomi.

Hal ini dapat terlihat dari kemampuan Indonesia untuk bertahan dari krisis ekonomi yang
lebih besar di tahun 2008. Jika krisis ekonomi 1997 hanya berdampak ke negara-negara
Asia, krisis ekonomi 2008 menerjang hampir seluruh negara di dunia.

Bukti bahwa

keberhasilan Indonesia di bidang ekonomi diakui oleh negara-negara lain tampak dari
diikutsertakannya Indonesia sebagai salah satu negara anggota G-20. Semua keberhasilan
ini tentu saja merupakan aset berharga untuk memperjuangkan kepentingan nasional
Indonesia,

bukan

hanya

di

ASEAN,

tetapi

juga

di

forum

internasional.

Di ASEAN, Indonesialah yang berinisiatif mengusulkan pembentukan suatu komunitas


ASEAN yang tidak hanya menyandarkan pada kerja sama ekonomi (seperti yang diusulkan
Singapura), tetapi juga ada aspek lain yang harus diperhatikan, yaitu kerja sama politik dan
keamanan, serta kemudian disusul kerja sama sosial budaya. Adalah Indonesia yang
memperjuangkan

dimasukkannya

elemen-elemen

penting

seperti

demokratisasi

dan

penghormatan serta penegakan HAM dalam kerja sama politik dan keamanan yang kemudian
dituangkan dalam Piagam ASEAN dan cetak biru kerja sama politik dan keamanan.

Untuk memperlihatkan tingginya daya tawar Indonesia dalam ASEAN, dapat disampaikan
bahwa pada awal perundingan, usulan Indonesia untuk memasukkan elemen-elemen
demokratisasi

dan

HAM

ditentang

oleh

semua

negara

anggota

ASEAN.

Namun dengan argumen yang kuat yang didasarkan pada pengalaman berdemokrasi dan
melakukan penegakan dan penghormatan HAM, akhirnya elemen-elemen tersebut dapat
masuk

Piagam.

Peran

Indonesia

ke

Depan

Tampilnya wajah baru ASEAN memperlihatkan kemampuan negara anggota ASEAN untuk
melakukan benah diri dalam menghadapi perubahan arsitektur global serta melakukan
pendalaman dan perluasan dengan para mitra wicaranya (AS, Uni Eropa, Australia, Selandia
Baru,

India,

China,

Jepang,

Korea

Selatan,

dan

Rusia).

Selain itu, memberikan harapan bahwa ASEAN mampu menciptakan peluang dan mengubah
tantangan

menjadi

peluang.

Sebagai salah satu pendiri ASEAN, terjadinya perubahan di ASEAN menjadikan tantangan
bagi Indonesia untuk lebih memperlihatkan kepimpinannya dalam ASEAN baru guna
menyambut terbentuknya komunitas ASEAN 2015. Tidak ada gading yang tak retak, begitu
pun peran dan kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN. Untuk itu, terus meningkatkan
kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN menjadi kepentingan dan tugas bersama kita semua
untuk menaikkan daya tawar Indonesia.
Bagaimanapun, keberadaan ASEAN bagi Indonesia tetap dianggap penting. Mayoritas
responden (95,7 persen) yang melihat organisasi negara-negara di Asia Tenggara ini
memberikan nilai positif bagi kepentingan Indonesia.
Pentingnya ASEAN bagi Indonesia juga disebut dalam survei CSIS tentang sikap generasi
muda Indonesia dalam memandang ASEAN. Survei ini menyebutkan, ASEAN dinilai positif
bagi kepentingan nasional Indonesia yang sekaligus menjadi prioritas yang lebih tinggi
dibandingkan kepentingan bersama dalam tatanan regional (Sutopo, 1988).

Selain faktor sejarah Indonesia yang menjadi salah satu negara pendiri ASEAN,
kepemimpinan Indonesia di ASEAN juga menjadi indikator penting kiprah Indonesia di
tingkat Asia Tenggara.
Secara umum responden menilai pengaruh Indonesia di Asia Tenggara masih lemah.
Mayoritas responden menganggap pengaruh Indonesia di bidang politik, ekonomi, militer,
teknologi, diplomasi, dan sosial-budaya di tingkat Asia Tenggara belum cukup kuat
menandingi Singapura, yang menurut sebagian besar responden (51,7 persen) dianggap
sebagai negara paling unggul di Asia Tenggara.
Eksistensi ASEAN sendiri selama 40 tahun terakhir menunjukkan pengaruh yang cukup baik
di dunia internasional.
Lebih dari separuh responden (56,5 persen) melihat posisi ASEAN di dunia internasional
semakin besar. Namun, di sisi yang lain, sebagian besar responden melihat ASEAN masih
belum mampu mengimbangi kekuatan negara-negara Barat atau organisasi kawasan lain di
dunia, baik di bidang politik, ekonomi, maupun militer.
Masih minimnya posisi tawar ASEAN di dunia internasional tidak lepas dari kondisi internal
negara-negara anggota ASEAN, termasuk di dalamnya adalah soal kekompakan dan soliditas
antarnegara anggota ASEAN, yang menurut separuh lebih responden (59,2 persen) masih
belum kuat.
Tak pelak, publik menanti realisasi dari Piagam ASEAN yang mulai berlaku sejak parlemen di
setiap negara penanda tangan meratifikasinya.
NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN
Filipina (negara pendiri)
Indonesia (negara pendiri)
Malaysia (negara pendiri)
Singapura (negara pendiri)
Thailand (negara pendiri)
Brunei Darussalam (7 Januari 1984)
Vietnam (28 Juli 1995)

Laos (23 Juli 1997)


Myanmar (23 Juli 1997)
Kamboja (16 Desember 1998)

KOMITE-KOMITE ASEAN
Komite Bahan Makanan, petanian, dan Kehutanan ( Committe on FoodAgricultural and Forest :
CFAF) di Indonesia.
Komite Perdagangan dan Pariwisata (Committee on Trade and Tourism :COTT) di Singapura.
Komite Keuangan dan Perbankan ( Committee on Finance and Banking :COFB) di Thailand.
Komite Industri, perdagangan dan Energi ( Committee on Industry, Miningand Energy :
COIME), di Philiphina.
Komite Transportasi dan Komunikasi (Committee on Transportasion andComunication :
COTAC), di Malaysia.
Komite Kebudayaaan dan Informasi ( Committee on Cultural andInformation)
KTT ASEAN
Sejak berdiri pada 8 Desember 1967 di Bangkok, Thailand, Asosiasi Negara-negara
AsiaTenggara (ASEAN) sudah menyelenggarakan 14 kali konferensi tingkat tinggi
resmi,termasuk yang kini digelar di Hua Hin, Thailand pada 27 Februari hingga 1 Maret 2009.
Sejak KTT ke-7 pada 2001, perhelatan puncak antara para pemimpin negara ASEAN tersebut
resmi diadakan setahun sekali.Berikut ini daftar penyelenggaraan KTT resmi ASEAN:
KTT ke-1 di Bali-Indonesia, pada 23-24 Februari 1976
KTT ke-2 di Kuala Lumpur-Malaysia, pada 4-5 Agustus 1977
KTT ke-3 di Manila-Filipina, pada 14-15 Desember 1987
KTT ke-4 di Singapura, pada 27-29 Januari 1992
KTT ke-5 di Bangkok-Thailand, pada 14-15 Desember 1995
KTT ke-6 di Hanoi-Vietnam, pada 15-16 Desember 1998
KTT ke-8 di Phnom Penh-Kamboja, pada 4-5 November 2002
KTT ke-9 di Bali-Indonesia, pada 7-8 Oktober 2003
KTT ke-10 di Vientiane-Laos, pada 29-30 November 2004
KTT ke-11 di Kuala Lumpur-Malaysia, pada 12-14 Desember 2005
KTT ke-12 di Cebu-Filipina, pada 11-14 Januari 2007
KTT ke-13 di Singapura, pada 18-22 November 2007
KTT ke-14 di Cha Am,Hua Hin-Thailand, pada 27 Februari-1 Maret 20O9

Anda mungkin juga menyukai