OUTLINE
I.
BRUNEI
DARUSSALAM
CAMBODIA
INDONESIA
LAO PDR
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPINNES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
3
A. LATAR BELAKANG
Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asia
PERLUASAN
1984: BRU
1995: VN
1997: LAO, MYM
1977: PTA
PENDALAMAN
2004: ASN-China
2006: ASN-KOR
1999: CAM
2008: ASN-JAP
EAFTA Study
CEPEA Study
2009: ASN-ANZ;
ASN-India;
ASN-China Investment;
ASN Korea Investment
1995: AFAS
1997: ASEAN Vision 2020
1998: AIA
ASEAN Economic
Community 2015
5
b. 4 Pillar MEA
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
Strategic
SINGLE MARKET AND
PRODUCTION BASE
COMPETITIVE
ECONOMIC
REGION
Schedule
EQUITABLE
ECONOMIC
DEVELOPMENT
Competition policy
SME development
Free flow of
services
Free flow of
investment
Consumer
Protection
Intellectual
Property Rights
Freer flow of
capital
Initiative for
ASEAN Integration
(IAI)
Coherent
Approach towards
External Economic
Relations
Enhanced
participation in
global supply
networks
Infrastructure
development
Taxation
Priority Integration
Sectors
e-Commerce
Food, Agriculture and
Forestry
Dasar Pembentukan:
Framework Agreement on Enhancing ASEAN
Economic Cooperation
KTT ke-9 ASEAN di Bali, 2003
KTT ke-10 ASEAN di Vientiene, 2004
Blue Print:
ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur, 2006
KTT ke-12 ASEAN - Declaration on the Acceleration of the Establishment of an
ASEAN Community by 2015
6
KTT ASEAN Ke-13 - Blueprint for the ASEAN Economic Community (AEC Blueprint)
Penghapusan Tarif: Sejak 1 Januari 2010, Untuk ASEAN-6 (Brunei, Indonesia, Filipina,
Malaysia, Singapura, Thailand) hampir seluruh tarif Bea Masuk Barang sudah 0%. Untuk
Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam tarif 0% pada tahun 2015;
Alternative ROO: menerapkan beberapa pilihan ROO untuk mempermudah pelaku bisnis;
Self Certification: Brunei, Malaysia, Singapura dan Thailand telah bergabung pada Self
Certification Pilot Project (SCPP) I Implementasi 1 November 2010. Indonesia, Laos,
1.
2.
3.
Karet: Singapura
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
12
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Jasa-Jasa
-9.874
A. Jasa Transportasi
-11.841
-12.998
-9.741
-9.324
-10.663
-10.331
-6.079
-7.294
-11.094
-4.083
-6.007
-8.693
-8.679
418
442
1.823
282
563
1.742
1.553
C. Jasa Komunikasi
531
702
320
578
579
644
374
D. Jasa Konstruksi
-529
-282
-83
-213
-72
54
231
E. Jasa Asuransi
-352
-645
-663
-1.298
1.131
-1.267
-1.072
F. Jasa Keuangan
-163
-84
-37
-227
-118
-174
-297
-477
538
-536
-516
-471
-508
-523
-859
-1.055
-1.300
-1.492
-1.557
-1.709
-1.742
-2.522
-3.195
-1.645
-2.998
-1.147
-704
-109
-50
52
-49
-51
-29
-53
-71
K. Jasa Pemerintah
208
160
264
277
65
37
2012
15
perjanjian perdagangan jasa di ASEAN diberikan pada saat Pertemuan AEM ke43 bulan Agustus 2011.
Tujuannya adalah: 1) Memperkuat hubungan ekonomi dan menyediakan
kesempatan yang lebih luas; 2) Meningkatkan perdagangan dan investasi, serta
menciptakan pasar dan skala ekonomi yang lebih luas; 3) Menghapus
hambatan-hambatan dalam perdagangan jasa dan menciptakan iklim yang
kondusif 4) Membangun kerangka kerjasama untuk memperkuat hubungan
ekonomi lebih lanjut diantara negara-negara anggota.
Draft text ATISA telah disusun Indonesia dengan merujuk pada AFAS, ASEAN+1,
dan perjanjian perdagangan internasional lainnya di bidang jasa baik regional
maupun bilateral.
Perundingan ATISA dimulai November 2013, dan rencana ditandatangani bulan
Agustus 2015.
Perundingan ATISA melibatkan delegasi Working Group yang membahas Sektor
Jasa Perhubungan Udara dan Keuangan yaitu: Air Transport Services Negotiation
(ATSN), dan Working Committee on ASEAN Financial Services Liberalisation
(WCFSL).
No
MRA
Tempat dan
Penandatanganan
MRA on
Engineering
Services
MRA on Nursing
Services
MRA on
Architectural
Services
Framework
Arrangement for
Mutual Recognition
on Surveying
Qualification
MRA on Tourism
Professional
MRA on
Accountancy
Services
MRA on Medical
Practitioners
MRA on Dental
Practitioners
INVESTASI ASEAN
Integrasi Investasi mencakup 4 pilar: liberalisasi, fasilitasi, proteksi
dan promosi
Integrasi investasi yang diatur dalam ACIA meliputi sektor
manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan dan
penggalian, dan jasa-jasa yang terkait dengan kelima sektor
tersebut.
Pada tahun 2015, hanya sektor2 sensitif yang terdapat dalam
Reservation List (R/L) yang tetap dikecualikan dari komitmen
integrasi. Referensi utama penyusunan R/L Indonesia adalah
Daftar Negatif Investasi (DNI).
20
III
Integrasi
ASEAN
dengan
Ekonomi
Global
21
KOREA
FTA ke-2
Penandatanganan
Persetujuan Kerangka Kerja
oleh Kepala Negara pada
tahun 2004
Diperkenalkannya konsep
Product Specific Rules
dalam ROO ASEAN
TIG
diimplementasikan
pada 2007, kecuali Thailand
TIS ditandatangani 2007,
juga kecuali Thailand
Thailand masuk sebagai
Pihak dalam TIG dan TIS
pada 2009
TII ditandatangani pada
2009; negosiasi komitmen
spesifik menjadi bagian dari
work program
Implementasi penuh AKFTA
pada 1 Januari 2010
Terbentuknya pasar dengan
632.1 juta penduduk dan
GDP gabungan sebesar US$
2.9 triliun (2011)
JAPAN
FTA ke-3
Ditandatangani
secara
ad-referendum
MaretApril
2008
(Single
Undertaking), dan mulai
berlaku Desember 2008
FTA
pertama
yang
memiliki
bagian
kerjasama
fasilitasi
perdagangan,
SPS,
STRACAP dan kerjasama
ekonomi diantara FTAs
lainnya.
Terbentuknya
pasar
dengan jumlah 711.2 juta
penduduk,
dengan
jumlah GDP gabungan
sebesar US$ 7.8 trilliun
(2011)
FTA
akan
terimplementasi penuh
setelah 10 tahun sejak
entry into force
Indonesia satu-satunya
pihak yang belum dapat
mengimplementasikan
TIG
AJCEP
karena
permasalahan transposisi
HS
ANZ
FTA ke-4
single undertaking
Persetujuan
Pembentukan
AANZFTA
ditandatangani
pada Februari 2009 dan mulai
berlaku pada 1 Januari 2010
FTA
yang
sangat
komprehensif dan liberal
Mencakup bab (chapter) yang
tidak terdapat dalam ASEAN
FTAs:
HAKI,
MNP,
perdagangan
elektronik,
persaingan usaha
Kerjasama
ekonomi
merupakan inti Persetujuan
Terbentuknya pasar dengan
jumlah 609.4 juta penduduk
dengan
GDP
gabungan
sebesar US$ 3.3 trilliun
(2011)
FTA akan terimplementasi
penuh pada awal 2015
INA EIF TIG 10 JAN 2012
INDIA
FTA ke-5
Negosiasi dilakukan bertahap
berdasarkan penandatanganan
Persetujuan Kerangka Kerja 2003
oleh Kepala Negara
Persetujuan Perdagangan Barang
ditandatangani pada Agustus
2009 dan mulai berlaku 1 Januari
2010
General Rule ROO berbeda
dengan FTAs lain: 35% + CTSH,
PSR (Product Specific Rules)
masih dalam negosiasi
FTA pertama yang memiliki
Kategori
Produk
Spesial
(CPO/RPO, lada, teh)
Terbentuknya pasar dengan
jumlah 1.77 miliar penduduk
dengan GDP Gabungan US$ 2.8
trilliun (2011)
FTA akan terimplementasi penuh
2016
INA EIF TIG 1 OKT 2010
22
15%
36%
18%
6%
26%
Japan
China
Australia
Korea
New Zealand
India
Sumber:
Trademap
Ekspor
2008
2009
2010
2011
2012
AFTA
Total 27,1M
Skim 9,4M
(35%)
Total 24,6M
Skim 6,4M (26%)
Total 33,3M
Skim 9,5M (29%)
Total 42M
Skim 11,4M (27%)
Total 41,8M
Skim 16,2M (39%)
ACFTA
Total 11,6M
Skim 1,8M
(15%)
Total 11,5M
Skim 2,6M (22%)
Total 15,7M
Skim 5,7M (37%)
Total 23M
Skim 9,9M (43%)
Total 21,6M
Skim 15,5M (72%)
AKFTA
Total 9,1M
Skim 2,9M
(32%)
Total 8,1M
Skim 1,6M (19%)
Total 12,5M
Skim 2,9M (23%)
Total 14M
Skim 4,4M (31%)
Total 15M
Skim 9,7%M (65%)
Total 9,9M
Skim 0,4M (4,6%)
Total 13,3M
Skim 6,5M (48%)
Total 12,5M
Skim 8,6M (69%)
AIFTA
AANZFTA
Total 5,3M
Skim 1,3M (25%)
24
N E G A R A / Country
2010
2011
2012
2013
44
8,9
58
41,9
58
78,1
96
59
355
328,5
113
173,6
160
128,2
190
141,0
309
233
94
214,2
123
89,7
137
743,6
211
182
0,9
321
712,6
INDIA
KOREA SELATAN
1.635
R. R. CHINA
AUSTRALIA
SELANDIA BARU
JEPANG
P = Jumlah Proyek
I = Nilai Investasi dalam US$ Jutaan
Jumlah proyek dan nilai investasi dari Negara ASEAN+1 FTAs ke Indonesia secara umum mengalami
peningkatan yang signifikan pasca implementasi (kecuali New Zealand).
Peningkatan jumlah proyek tertinggi berasal dari Jepang yaitu sejumlah 646 proyek dan nilai investasi
mencapai US$ 3.637 juta pada tahun 2013, diikuti oleh Korea, China, Australia, dan India.
25
Upaya
meningkatkan
perekonomian
kawasan
melalui
Global/Regional Supply Chain (jaringan suplai global/regional);
26
RTA
Pangsa Pasar
(milyar)
GDP Nominal
(trilyun US$)
GDP PPP
(trilyun USD)
Total
Perdagangan
(trilyun USD)
ASEAN
0.6 (8.7%)
2.1 (3.1%)
3.4 (4.2%)
2.4 (6.5%)
RCEP
3.2 (45.4%)
20.5 (28.6%)
26.7 (32.1)
10.1 (27.9%)
TPP 12
0.79 (11,2%)
28.1 (39.2%)
26.9 (32.4%)
9.5 (26,3%)
NAFTA
0.46 (6.6%)
17.9 (26%)
18.1 (23%)
5.4 (15%)
EU
0.5 (7.2%)
17.6 (25%)
15.8 (20%)
12.3 (33%)
CJK
1.5 (22 %)
14.3 (20%)
17.3 (22%)
6.4 (17%)
27
Perdagangan Barang
Perdagangan jasa
Bisnis
Pengamanan Perdagangan
Kerjasama Ekonomi
Perlakuan Khusus dan
Berbeda
Tinjauan secara Periodik
Aksesi
Investasi
Kerjasama Ekonomi dan
Teknis
Hak Kekayaan Intelektual
Persaingan Usaha
Mekanisme Penyelesaian
Sengketa
Isu-isu Lainnya
28
pada khususnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak bergabung dengan ASEAN telah meningkat dari
1,1% menjadi 6,2% di tahun 2012. Setelah penerapan AFTA (2003), rata-rata share ekspor Indonesia ke
Negara Anggota ASEAN (AMS) lainnya meningkat terutama ke Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam.
Share impor Indonesia setelah AFTA mengalami penurunan khususnya dari Thailand, Vietnam, Filipina dan
Myanmar;
Integrasi ASEAN akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat seluruh Negara Aggota ASEAN. Pendapatan
per Kapita Indonesia sebelum tergabung dengan ASEAN sebesar US$ 57 dan meningkat sebanyak 63 kali
pada tahun 2012 sebesar US$ 3,557;
MEA akan membuka peluang kerja yang lebih luas bagi tenaga kerja terampil Indonesia. Penyerapan
tenaga kerja baru di Indonesia meningkat menjadi 5.409 pada rentang waktu 2004-2012 (setelah
implementasi AFTA) dari 1.347 di rentang waktu 2001-2003 (sebelum implementasi AFTA);
Meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Nilai Tambah Bruto (NTB) Indonesia meningkat dari Rp
160.201 milyar di tahun 2001-2003 menjadi Rp 575.415 milyar tahun 2004-2012;
Sektor Jasa memberikan kontribusi sekitar 47% terhadap GDP ASEAN dan 47,2% terhadap GDP Indonesia
tahun 2012. Dengan semakin terbukanya kesepakatan di sektor jasa, ditargetkan peningkatan kontribusi
sebesar 70% pada tahun 2025. Penyerapan Tenaga Kerja Nasional sebesar 15% (2012). Total ekspor jasa
ASEAN sebesar US$ 319,7 Milyar dan total impor jasa ASEAN sebesar US$ 306,5 Milyar tahun 2012; Total
investasi Jasa ASEAN sebesar USD$108, 21 Milyar (2012);
Aliran investasi intra ASEAN mencapai US$ 26.27 milyar pada tahun 2011 dan sebesar US$ 5.8 milyar atau
22,23% masuk ke Indonesia.
29
Peluang:
Sektor Barang
Pasar ASEAN mewakili + 25% pasar ekspor Indonesia; tetap menjadi pasar potensial
seiring berkembangnya populasi ASEAN khususnya kelas menengah;
Secara rata-rata ASEAN-5 (Brunei D, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand),
sebanyak 99,1% tarif bea masuknya sudah 0%. Hal ini merupakan peluang bagi
produk Indonesia untuk masuk ke pasar sebesar lebih dari 200 juta jiwa;
Lebih dari 99% tarif bea masuk CLMV (Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam) akan
menjadi 0% di tahun 2015. Hal ini membuka peluang produk Indonesia di pasar seluas
lebih dari 180 juta jiwa;
Disederhanakannya SKA Form D memberikan peluang eksportir Indonesia untuk
meningkatkan ekspor ke ASEAN;
Sektor Jasa
Tenaga kerja terampil Indonesia (dokter, akuntan, perawat, praktisi pariwisata, dokter
gigi, teknisi dan arsitek) akan memiliki kesempatan untuk bekerja di perusahaanperusahaan bertaraf internasional yang ada di seluruh AMS.
Sektor-sektor jasa potensial Indonesia seperti Jasa Konstruksi, Jasa Kesehatan,
Komunikasi dan Pariwisata (jasa perjalanan/travel) dapat meluaskan usahanya ke
seluruh AMS
Investasi
Rezim investasi yang lebih terbuka menjadikan ASEAN tempat yang lebih menarik
bagi aliran modal asing.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi dan stabil serta didukung oleh
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah menjadikan Indonesia
sebagai daya tarik tersendiri bagi Investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
30
Tantangan:
Rendahnya pemahaman para pemangku kepentingan (Pemerintah
V. Kesiapan Indonesia
Menghadapi MEA
32
Langkah Pemerintah
Menyambut MEA 2015
Inpres No. 5/2008 tentang Fokus Program
Ekonomi
Inpres No. 11 Thn 2011 tentang Pelaksanaan
Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi
ASEAN
Keppres No. 23 Thn 2012 tentang Susunan
Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN
Program pembangunan seperti MP3EI
Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas)
Penyusunan Inpres dan Roadmap Daya Saing
Policy Paper mengnai kesiapan Indonesia
menghadapi AEC
Pembentukan Komite Nasional AEC 2015
UKP4 Monitoring Langkah Pemerintah
33
Lanjut..
Pengembangan sektor energi yang akan mendukung produksi
nasional;
Penciptaan national social safety net melalui kerangka kebijakan
pengamanan;
Mengintergrasikan komitmen AEC dengan MP3EI 6 (enam) koridor
keunggulan ekonomi mencakup, sumber daya alam, industri dan jasa,
pariwisata dan pangan, proses produksi tambang dan energi nasional,
proses dan produksi perikanan, pertanian, perkebunan, minyak, gas
dan tambang, pusat pertumbuhan pangan, perikanan, energi dan
tambang nasional.
Peningkatan awareness dan readyness pemangku kepentingan
nasional termasuk masyarakat;
Sosialisasi MEA melalui berbagai media secara comprehensif dan
masif
Pembentukan Pusat Studi ASEAN di 11 Universitas Negeri (inisiatif
pemerintah) dan 1 Universitas Swasta (inisiatif sendiri)
35
Pemerintah Daerah
Memanfaatkan otonomi untuk mengembangkan kebijakan yang
inovatif, kreatif, dan harmonisasi aturan hukum yang membuka
ruang bagi tumbuhnya perekonomian daerah
Memberdayakan daerahnya sesuai potensi yang dimilikinyadan fokus
pada core business. Misal Maluku pada perikanan, NTT pada
peternakan sapi, Sumbar pada pariwisata, Sumsel pada energi, dll
Meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM Daerah
Berinovasi dalam mengembangkan program yang implementatif
dalam mendukung investasi.
Membudayakan cinta produk dalam negeri
Memperkuat produk lokal melalui inovasi dan konsistensi kualitas
produk
36
Dunia Usaha:
Proaktif tingkatkan efisiensi usaha, inovasi, dan kualitas produk
Mengembangkan network di kawasan
Tenaga Kerja:
Menguasai bahasa asing baik bahasa inggris maupun bahasa asing lainnya
Meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan dan sertifikasi bertaraf ASEAN dan
internasional
Memperluas networking, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di ASEAN
Memahami MRA dan ASEAN MNP Agreement beserta komitmennya dari seluruh AMS
Publik:
Proaktif meningkatkan pemahaman akan AEC agar dapat mengidentifikasi peluang yang
dapat diambil;
Proaktif meningkatkan potensi SDM
Menggunakan produk-produk asli Indonesia
38
www.kemendag.go.id
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/
39