Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi ekonomi dunia saat ini membuat manajemen perusahaan saling
bersaing dan berkompetisi dalam berbisnis. Kompetisi yang semakin ketat ini secara
langsung memberikan tekanan kepada perusahaan untuk senantiasa meningkatkan
kualitas produknya baik itu barang maupun jasa dalam upaya meningkatkan kepuasaan
pelanggan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak dapat dicapai begitu saja tanpa adanya
usaha yang maksimal dari usaha perusahaan yang bersangkutan. Usaha yang dapat
ditempuh oleh perusahaan antara lain dengan jalan menentukan tujuan yang pasti yang
harus ditentukan dengan tepat dan metode pencapiannya harus direncanakan serta
dilakukan semestinya.
Perusahaan agar dapat mempertahankan aktivitas operasi dan manajemen yang
baik, maka harus melakukan perbaikan dari periode ke periode. Perbaikan itu
diantaranya adalah kulitas produk, inovasi, ketepatan waktu saat produksi, dan
memangkas biaya yang tidak perlu terjadi. Perusahaan harus memperluas pangsa
pasarnya agar bisa mencapai penjualan produk hingga ke luar negeri, dengan mengikuti
standar kualitas internasional. Semakin meningkatnya persaingan dalam dunia usaha
maka semakin banyak perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk yang
berkualitas. Bagi perusahaan yang profit oriented, laba merupakan hal penting yang
ingin dicapai perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya. Dengan meningkatkan
kualitas dapat menjadi kunci perjuangan hidup perusahaan. Karena, dengan
meningkatnya kualitas dapat memperbaiki keuangan perusahaan dan posisi persaingan.
Hal ini membuat perusahaan untuk tidak dapat memilih alternatif lain selain
memperbaiki kembali produk untuk menghasilkan produk yang baik dan tetap
mempertahankan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan.

Semakin meningkatnya kualitas produk maka akan semakin memperluas daerah


pemasaran dan perusahaan dapat menjadi lebih bersaing dengan perusahaan-perusahaan
lain dengan cara meningkatkan produktifitas dan memperbaiki kualitas. Memperbaiki
kualitas secara terus menerus merupakan sesuatu yang penting dalam membangun masa
depan bisnis yang berkelanjutan. Pertanyaannya adalah bagaimana kualitas ini dapat
diukur sehingga dapat digunakan sebagai alat perencanaan, pengendalian, atau bahkan
pengambilan keputusan atas kualitas dari suatu produk yang dihasilkan. Pengukuran
kualitas melalui biaya kualitas dapat dilakukan karena kualitas tidak hanya dapat
ditentukan oleh gambaran visual bentuk fisik saja, tetapi juga dapat dilihat dari biayabiaya yang dilkeluarkan untuk memperoleh produk yang berkualitas tersebut.
Biaya kualitas adalah biaya yang mengacu pada biaya-biaya yang terjadi untuk
mencegah atau biaya-biaya yang timbul sebagai hasil dari memproduksi suatu produk
yang berkualitas. Perbaikan kualitas produk sangat penting, sehingga produk dapat
dijual dengan harga yang lebih tinggi, akan tetapi konsumen lebih menginginkan
produk yang murah tetapi berkualitas. Hal ini dapat membuat konsumen mencari
perusahaan lain yang menjual produk dengan harga yang murah dengan kualitas yang
baik. Biaya kualitas akan semakin meningkat jumlahnya jika pihak manajemen tidak
memberikan perhatian yang khusus dalam masalah kualitas. Peningkatan kualitas secara
berkesinambungan diharapkan dapat mengurangi biaya karena terjadi pemborosan
akibat rendahnya kualitas, pengerjaan ulang suatu produk karena ketidaksesuain dengan
standar dan biaya lain-lain, sehingga akan dapat meningkatkan keuntungan dari
penjualan dan mengurangi biaya.
Produk dengan kualitas yang sesuai dengan yang distandarkan perusahaan
diperoleh dengan mengadakan pengawasan bahkan sebelum proses produksi dimulai.
Pemrosesan dilanjutkan dengan menghasilkan produk jadi sebagai hasil produksinya
yang diharapkan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi dari pada sebelum diproses.

Kemampuan dalam mengendalikan operasi dipakai perusahaan secara efektif dan


efisien terutama yang menyangkut dengan peningkatan laba yang dijadikan sebagai
evaluasi manajemen perusahaan dan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh
pemimpin.
Berapa besar biaya sebenarnya yang dikeluarkan perusahaan dalam pengendalian
kualitasnya dan kegiatan apa saja yang menefesienkan biaya yang terjadi tanpa
menurunkan kualitas produk yang dihasilkan dapat diketahui dengan menganalisis
biaya kualitas. Pencegahan terhadap timbulnya produk cacat membuat biaya produksi
akan menjadi efisien karena perusahaan tidak perlu menurunkan harga jual produknya
karena cacat dan tidak perlu mengerjakan ulang produk cacat, sehingga bahan baku dan
tenaga kerja yang ada dapat digunakan seefisien mungkin.
Membahas mengenai pengukuran terhadap kualitas, tidak akan terlepas dengan
aspek kuantitatif yang melekat padanya, yaitu mengenai biaya kualitas (cost of quality).
Biaya kualitas ini merupakan salah satu cara menerjemahkan bahasa kualitas kedalam
bahasa yang dapat di kuantitatifkan sehingga memudahkan dalam pengukurannya.
Biaya kualitas merupakan indikator finansial kinerja kualitas perusahaan. Biaya kualitas
dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan perusahaan untuk meningkatkan
dan mempertahankan kualitas suatu produk. Sementara itu biaya sendiri dapat
dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu pengendalian yang terdiri dari biaya pencegahan
(prevention cost) dan biaya penilaian (apprasial cost) serta biaya kegagalan yang terdiri
dari biaya kegagalan internal (internal failure cost) dan biaya kegagalan eksternal
(eksternal failure cost).
Paparan sebelumnya bahwa biaya kualitas sebagai ukuran kuantitatif yang
dipergunakan untuk mengukur kualitas dan pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas
perusahaan , maka penulis tertarik untuk membahas dan meneliti lebih lanjut mengenai
seberapa besar pengaruh biaya kualitas terhadap tingkat profitabilitas perusahaan serta

untuk mengetahui apakah dengan adanya biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan
akan memberikan andil terhadap peningkatan profitabilitas atau tidak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menjelaskan konsep tentang biaya kualitas?
2. Bagaimana menjelaskan konsep tentang produktifitas?
3. Bagaimana menjelaskan pengukuran, pelaporan, dan pengendalian biaya kualitas
dan produktifitas?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk menjelaskan konsep tentang biaya kualitas
2. Untuk menjelaskan konsep tentang produktifitas
3. Untuk menjelaskan pengukuran, pelaporan, dan pengendalian biaya kualitas dan
produktifitas

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Rochma Dwi Mutiari (2010) Analisa Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Jumlah
Produk Rusak Pada PT. Gunung Subur Karanganyar dengan hasil penelitian
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan analisa regresi , uji F, koefisien
determinasi menunjukan bahwa secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah
produk rusak. Hal ini ditunjukan dengan diperoleh angka dari SPSS bahwa uji F
hitung sebesar 12,446 dan F tabel sebesar 2,62. Serta hasil uji R 2 didapat hasil nilai R
Square 0,713. Hal ini berarti variasi dari variable biaya kulitas dapat mempengaruhi
variable jumlah produk rusak sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variable lain yang
tidak termasuk dalam penelitian ini.

2. Nefriani Ester Sandag, Jantje Tinangon, Stanley Kho Walandouw (2014) Analisis
Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Pada CV. Ake Abadi
Manado. Hasil penelitian menunjukkan dari tahun 2011 sampai 2013 total realisasi
biaya kualitas khsusnya biaya pengendalian terus meningkat, untuk biaya kegagalan
dari tahun 2011 sampai 2013 selalu menurun. Nilai EBIT sendiri cukup banyak
dipengaruhi oleh besarnya biaya kualitas secara keseluruhan, dan perusahaan harus
memberikan perhatian yang cukup besar terhadap alokasi biaya-biaya tersebut, karena
hasil penelitian ini membuktikan bahwa biaya kualitas yang dikeluarkan untuk
menghasilkan produk yang berkualitas, memiliki efek yang cukup besar terhadap
peningkatan profit dimasa yang akan datang. Manajemen sebaiknya lebih memperluas
perbaikan mutu tidak hanya pada proses produksi, malainkan juga kepada aktivitasaktivitas pemasaran, misalnya pada proses pengepakan, iklan, metode penjualan,
distribusi dan pengiriman produk, harus dievaluasi dengan tujuan memperbaiki
kualitas total dan layanan bagi para pelanggan.
3. Kiki Adelina Wahyuningtias (2013) Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Produk Rusak
Pada CV. Ake Abadi. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor penyebab produk
rusak yang disebabkan oleh hama dan kesalahan karyawan dalam pengangkutan
barang dari pabrik kegudang sampai ke konsumen dan biaya kualitas tidak
berpengaruh terhadap produk rusak hal ini dapat dilihat dari hasil uji t variable biaya
produksi yang signifikan. Hal ini berarti bahwa biaya kualitas, tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap produk rusak, koefisien korelasi yang rendah yang berarti
terdapat hubungan yang lemah antara veriabel indepeden sedangkan hasil uji
koefisien determinasi (Kd) menunjukkan berbanding lurus.
4. Irianto Winarjo, Studi pengaruh biaya produksi dan biaya kualitas terhadap
profitabilitas PT S.S. Utama di Surabaya. Hasil penelitian, terdapat pengaruh antara

biaya produksi dan biaya kualitas terhadap laba, yaitu sebesar 70,93% dan sisanya
sebesar 29,07% dipengarahi oleh faktor-faktor yang lain.

B. Kajian Pustaka
1. Biaya Kualitas
a. Definisi kualitas
Kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan. Mendefinisikan kualitas sebagai
kebaikan merupakan makna sangat umum yang tidak memiliki makna operasional.
Secara operasional, produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan. Dengan kata lain, kualitas adalah kepuasan pelanggan.
Produk atau jasa yang berkualitas memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam
8 dimensi:
1) Kinerja (performance), mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi
sebuah produk. Dimensi kinerja untuk jasa dapat di definisikan lebih jauh
sebagai atribut daya tanggap, kepastian dan empati.
2) Estetika (aesthetics), berhubungan dengan penampilan wujud produk serta
penampilan fasilitas, peralatan, pegawai, dan materi komunikasi yang berkaitan
dengan jasa.
3) Kemudahan Perawatan dan Perbaikan (serviceability), berkaitan dengan
tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk.

4) Fitur (features), karakteristik produk yang berbeda dari produk-produk


sejenis yang fungsinya sama.
5) Keandalan (reliability), probabilitas produk dan jasa menjalankan fungsi
seperti yang dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu.
6) Tahan Lama (durability), jangka waktu produk dapat berfungsi.
7) Kualitas Kesesuaian (quality of conformance), ukuran mengenai apakah sebuah
produk telah memenuhi spesifikasinya atau tidak.
8) Kecocokan Penggunaan (fitness for use), kecocokan dari sebuah produk
menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang diiklankan. Jika sebuah produk
mengandung cacat desain yang parah, maka produk tersebut dianggap gagal
meskipun tingkat kesesuaiannya sesuai dengan spesifikasinya.
Perbaikan kualitas berarti perbaikan pada satu atau lebih dari dimensi tersebut
diatas namun tetap mempertahankan kinerja dimensi lainnya. Meskipun kedelapan
dimensi tersebut penting dan mampu mempengaruhi kepuasan pelanggan, tetapi
atribut kualitas yang dapat diukur cenderung lebih mendapat perhatian. Terutama
tingkat kesesuaian merupakan dimensi yang mendapat perhatian paling besar.
Kesesuaian adalah dasar mendefinisikan apa yang disebut produk yang tidak sesuai
(nonconformance) atau produk cacat (defective).
b. Definisi Biaya Kualitas
Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah
terdapat produk yang kualitasnya buruk. Biaya kualitas ini berhubungan dengan dua
jenis aktivitas:
1) Aktivitas pengendalian (control activities), yaitu aktivitas yang dilakukan untuk
mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk (kualitas yang buruk mungkin
muncul). Aktivitas pengendalian terdiri dari aktivitas pencegahan dan aktivitas
penilaian. Biaya pengendalian adalah biaya yang digunakan untuk melakukan
aktivitas pengendalian.

2) Aktivitas kegagalan (failure activities), yaitu aktivitas yang dilakukan oleh


organisasi atau pelanggannya dalam menanggapi kualitas yang buruk (kualitas
yang buruk sudah terjadi). Aktivitas kegagalan terdiri dari aktivitas kegagalan
internal dan aktivitas kegagalan eksternal. Biaya kegagalan adalah biaya yang
harus ditanggung oleh perusahaan akibat terjadinya aktivitas kegagalan.
Pembahasan tentang aktivitas yang terkait dengan kualitas menyebabkan
munculnya kelompok biaya kualitas, yaitu:
1) Biaya Pencegahan (prevention cost)
Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk mencegah timbulnya
kualitas yang buruk dalam barang atau jasa yang yang dihasilkan. Dengan
meningkatnya biaya pencegahan diharapkan biaya kegagalan akan semakin
kecil. Contoh: perekayasaan kualitas, program pelatihan kualitas, perencanaan
kualitas, pelaporan kualitas, pemilihan dan evaluasi pemasok, audit kualitas.
2) Biaya Penilaian (appraisal cost)
Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah
produk dan jasa sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan atau sesuai dengan
kebutuhan pelanggan. Tujuan utama penilaian ini adalah untuk mencegah
produk

yang

tidak

inspeksi

dan

aktivitas

penilaian,

sesuai

pengujian

spesifikasi

bahan,

penerimaan

dikirimkan

inspeksi
produk,

ke

pelanggan.

Contoh:

pengemasan,

supervise

terhadap

penerimaan

proses,

inspeksi

dan

pengujian peralatan.
3) Biaya Kegagalan Internal (internal failure cost)
Biaya kegagalan internal dalah biaya yang terjadi jika produk dan jasa
tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan dan hal ini diketahui
sebelum produk dikirimkan kepada pihak di luar perusahaan. Biaya ini tidak
akan muncul jika tidak ada kerusakan/cacat pada produk. Contoh: bahan sisa,
pengerjaan ulang, inspeksi ulang, pengujian ulang, dan perubahan desain.
4) Biaya Kegagalan Eksternal (external failure cost)

Biaya yang terjadi jika barang dan jasa gagal/ tidak sesuai dengan
spesifikasi atau memuaskan pelanggan setelah produk dan jasa tersebut sampai di
tangan pelanggan. Contoh: biaya penarikan produk, kerugian penjualan, return,
garansi, ketidakpuasan pelanggan, hilangnya pangsa pasar.
c. Pengukuran Biaya Kualitas
Biaya kualitas bisa juga diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati dan
tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality cost) adalah
biaya- biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan.
Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden cost) adalah biaya kesempatan atau
oportunitis yang tersedia karena kualitas yang buruk (biaya oportunitas biasanya tidak
disediakan dalam catatan akuntansi). Biaya kualitas yang tersembunyi bisa sangat
signifikan sehingga seharusnya di estimasi. Meskipun mengestimasi biaya kualitas
yang tersembunyi sangat sulit, akan tetapi dapat dihitung dengan beberapa metode.
Metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi biaya kualitas yang tersembunyi
diantaranya yaitu:
1) Metode Multiplier (Multiplier Method)/ Metode Pengali
Metode Multiplier ini digunakan untuk mengukur besarnya biaya kualitas
tersembunyi dengan cara mengalikan biaya kegagalan eksternal yang dialami oleh
perusahaan dengan suatu konstanta efek pengganda (multiplier). Adapun besarnya
konstanta, yang dilambangkan dengan k, tersebut adalah berlainan untuk setiap
perusahaan karena besarnya k tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu
masing-masing perusahaan. Apabila dituliskan adalah sebagai berikut :
Total Biaya Kegagalan = k (Biaya kegagalan eksternal yang terukur)
k = efek pengganda , yang didasarkan pada pengalaman
Sebagai contoh, Westinghouse Electric melaporkan nilai k antara 3 dan 4.
Dengan demikian, jika biaya kegagalan eksternal yang terukur adalah $2 juta dolar,
maka biaya kegagalan eksternal aktual adalah $6 juta sampai $8 juta. Dengan
9

meningkatnya biaya kegagalan, manajemen diharapkan akan meningkatkan


investasinya dalam biaya pengendalian. Metode ini memiliki kelemahan karena
penentuan besarnya k hanya didasarkan atas pengalaman masa lalu, sehingga
besarnya hidden cost yang timbul dari kegagalan eksternal tidak dapat mencerminkan
kondisi yang sebenarnya.
2) Metode Penelitian Pasar (Market Research Method)
Dengan menggunakan metode market research, pengukuran biaya kualitas
yang timbul dilakukan atas dasar penyelidikan terhadap pasar (konsumen) yang
mengkonsumsi produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Metode ini biasanya
digunakan untuk menilai pengaruh kualitas jelek terhadap penjualan dan pangsa pasar.
Metode market research ini dilakukan dengan cara melakukan survey konsumen dan
wawancara dengan bagian penjualan. Biasanya perusahaan yang melakukan metode
ini menggunakannya sebagai proyeksi terhadap laba/rugi yang berkaitan dengan
kualitas produk jelek.
Metode ini sulit untuk diterapkan karena dalam penyelidikan terhadap pasar,
sistem sampling yang dilakukan terkadang tidak bisa mewakili seluruh lapisan
konsumen yang menggunakan produk tersebut. Selain itu kelemahan dari metode ini
adalah kurang bisa mencerminkan kondisi kerugian perusahaan yang sebenarnya
akibat adanya produk rusak/kualitas jelek.
d. Penggunaan Informasi Biaya Kualitas
Tujuan utama dari pelaporan biaya kualitas adalah untuk meningkatkan dan
membantu perencanaan manajerial, pengendalian dan pembuatan keputusan.
Informasi biaya kualitas dapat digunakan antara lain untuk:
1) Penentuan harga stratejik. Penggunaan informasi
pengimplementasian

total

quality

management

biaya

membantu

kualitas

dan

meningkatkan

10

kualitas produk, pengurangan harga dan membantu kelangsungan lini produk


dalam jangka panjang.
2) Melakukan analisis produk baru. Dengan mengidentifikasi dan menganalisa
perilaku biaya kualitas secara terpisah, kita dapat membuat keputusan yang
tepat terkait dengan pengurangan biaya kualitas, siklus/ perencanaan laba, dan
pengambilan keputusan penting lainnya.
2. Produktivitas
a. Definisi
Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan
tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas
untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya kualitas
yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber
daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi,
energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan
standar hidup untuk seluruh masyarakat, melalui konsep produktivitas semesta total.
Produktivitas berhubungan dengan memproduksi output secara efisien, secara
khusus berkaitan dengan output dan input yang digunakan untuk menghasilkan output
tersebut.
1) Efisiensi produksi total terjadi pada titik dimana satu dua kondisi terpenuhi:
Paduan input yang akan menghasilkan output tertentu; tidak ada satupun input
yang digunakan lebih dari yang diperlukan untuk menghasilkan output
tersebut (efisiensi teknis). Peningkatan efisiensi teknis terjadi jika digunakan
input yang lebih sedikit untuk menghasilkan output tertentu atau dengan
menggunakan input yang sama dihasilkan output yang lebih banyak.
2) Dari paduan yang memenuhi kondisi pertama, paduan yang memiliki biaya
yang paling rendahlah yang dipilih (efisiensi trade off input). Harga input
menentukan proporsi relatif masing-masing input yang harus digunakan
sehingga pemilihan kombinasi input menjadi penting.
11

b. Pengukuran Produktivitas
1) Pengukuran Produktivitas Parsial
Pengukuran produktivitas adalah penilaian kuantitatif atas perubahan
produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah menilai apakah efisiensi produktif
telah meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas untuk satu input pada
suatu waktu disebut pengukuran produktivitas parsial.

Rasio Produktivitas = Output/ Input


Karena hanya produktivitas dari satu input yang sedang diukur, ukuran itu
disebut pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur dalam
kuantitas fisik, maka kita memperoleh ukuran produktivitas operasional. Jika
output dan input dinyatakan dalam dolar, maka kita memperoleh ukuran
produktivitas keuangan. Sebagai contoh, tahun 2007 pabrik Ladd memproduksi
120.000 lampu hias dan menggunakan 40.000 jam tenaga kerja. Rasio
produktivitas tenaga kerja adalah 3 lampu hias/jam (120.000/40.000). hal tersebut
adalah ukuran operasional karena unit-unit dinyatakan dalam bentuk fisik. Jika
harga jual untuk setiap lampu hias adalah $50 dan biaya tenaga kerja adalah
$12 per jam, maka output dan input dapat dinyatakan dalam dolar. Rasio
produktivitas tenaga kerja yang dinyatakan dalam keuangan adalah $12,50 dari
pendapatan per dolar biaya tenaga kerja ($6.000.000/$480.000).
Penggunaan

ukuran

parsial memiliki

keunggulan

yaitu mudah

diintepretasikan oleh semua pihak di dalam perusahaan sehingga ukuran tersebut


mudah digunakan untuk menilai kinerja produktivitas dari karyawan operasional.
Akan tetapi, ukuran parsial yang digunakan secara terpisah dapat menyesatkan.
Pertama, kemungkinan

terjadi

trade-off menyebabkan perlu adanya ukuran

produktivitas total untuk menilai kelebihan berbagai keputusan produktivitas.

12

Kedua, karena ada kemungkinan trade-off, ukuran produktivitas total harus


mempertimbangkan konsekuensi keuangan agregat sehingga harus dalam bentuk
sebuah ukuran keuangan.
2) Pengukuran Produktivitas Total
Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut pengukuran
produktivitas total. Dalam praktiknya, mengatur pengaruh dari seluruh
input mungkin tidak diperlukan. Perusahaan hanya mengukur produktivitas
dari faktor-faktor yang dianggap sebagai indikator relevan bagi keberhasilan
dan kinerja perusahaan. Jadi, pengukuran produktivitas total didefinisikan
sebagai pemfokusan perhatian pada beberapa input yang menunjukkan
keberhasilan perusahaan secara total.
Pengukuran produktivitas dengan menggunakan profil input (profil
measurement). Ukuran operasional seperti bahan baku dan tenaga kerja
disajikan secara terpisah dan dapat dibandingkan dari waktu ke waktu
untuk menunjukkan perubahan produktifitas.
Pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba (profit linked
productivity

measurement).

dipengaruhi

oleh

Perubahan

perubahan

laba

produktivitas.

dari

waktu

Untuk

ke

waktu

menghubungkan

perubahan produktifitas dengan perubahan laba: (1) hitung biaya input


yang seharusnya digunakan jika tidak ada perubahan produktivitas, (2)
bandingkan biaya tersebut dengan biaya input aktual, dan (3) perbedaan
biaya yang muncul merupakan perubahan laba sebagai akibat dari
perubahan produktivitas.
3. Kualitas dan Produktivitas

13

Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya.


Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sedangkan pengurangan
jumlah input yang digunakan meningkatkan produktivitas. Sebuah perusahaan
mungkin saja memproduksi barang dengan sedikit atau tanpa cacat, tetapi masih
menjalankan proses yang tidak efisien. Untuk meningkatkan efisiensi, proses
manufaktur hendaknya didesain ulang. Dengan proses yang efisien, akan dihasilkan
lebih banyak output dengan input yang lebih sedikit.
Sebagai contoh, ada barang yang melewati dua proses yang masing-masing
membutuhkan waktu lima menit (anggaplah barang tersebut diproduksi tanpa cacat).
Jadi, untuk memproduksi satu unit dibutuhkan waktu 10 menit untuk melalui kedua
proses tersebut. Saat ini, jumlah yang diproduksi dalam tiap batch produksi adalah
1.200 unit. Proses 1 memproduksi 1.200 unit. Selanjutnya, batch produksi tersebut
dipindahkan ke lokasi lain untuk menjalani proses kedua. Jadi, untuk setiap proses
dibutuhkan waktu 6.000 menit (5 menit x 1.200 unit) atau 100 jam. Total waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan 1.200 unit adalah 200 jam (100 jam untuk setiap
proses) ditambah waktu pengiriman dari proses 1 ke proses 2, anggaplah 15 menit.
Berarti, waktu produksinya 200 jam 15 menit.
Dengan mendesain ulang proses manufaktur, efisiensi dapat

diperbaiki.

Misalkan lokasi proses 2 berada cukup dekat dengan lokasi proses 1 sehingga segera
setelah satu unit diselesaikan pada proses 1, unit tersebut langsung dimasukkan ke
proses 2. Dengan cara ini, proses 1 dan 2 dapat berjalan secara bersamaan. Sehingga
proses 2 tidak lagi perlu menunggu sampai selesainya produksi 1.200 unit ditambah
dengan waktu pengiriman sebelum ia mulai dapat beroperasi. Sekaramg, total waktu
untuk memproduksi 1.200 unit menjadi 6.000 menit ditambah waktu menunggu
pengiriman unit pertama (5 menit). Jadi, waktu produksi 1.200 unit telah berkurang

14

dari 200 jam 15 menit menjadi 100 jam 5 menit. Hasilnya adalah lebih banyak output
yang dapat di produksi dengan lebih sedikit input (dalam hal ini, waktu).

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Biaya kualitas merupakan biaya yang bisa lebih besar dari estimasi karena kurang

pengetahuannya seorang manager dalam menganalisis biaya kualitas. Dengan mempelajari


dan mengaplikasikan system informasi biaya kualitas, diharapkan seorang manager nantinya
mampu mengestimasi biaya kualits dengan baik. Dalam suatu perusahaan yang bergerak

15

dalam bidang produksi akan lebih efisien biaya jika seorang manager / akuntannya sudah
mampu menelusuri biaya kualitas yang tersembunyi maupun yang tidak tersembunyi.
Informasi biaya kualitas dapat berguna untuk seorang manajer dalam pengambilan
keputusan, mengevaluasi kinerja program peningkatan kualitas secara menyeluruh dan
membantu perbaikan berbagai keputusan manajerial. Karena begitu pentingnya biaya kualitas
wajib bagi sebuah perusahaan untuk menelusuri biaya kualitasnya.
Selain pentingnya biaya kualitas, perusahaan juga harus memperhatikan hubungan
output maupun input dalam sebuah kegiatan produktivitas. Karena akan mempengaruhi
harga, laba usaha, dan insentif bagi karyawan. Pengukuran produktivitas untuk satu input
pada suatu waktu disebut pengukuran produktivitas parsial.

Sedangkan, pengukuran

produktivitas dari seluruh input disebut pengukuran produktivitas total. Dengan adanya
kombinasi antara biaya kualitas dan produktifitas maka perusahaan akan mampu
mengalokasikan biaya-biaya secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Ciptani, M Kussetya. 1999. Pengukuran Biaya Kualitas : Suatu Paradigma Alternatif. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1: 68 -8.
Hansen, Don R. & Mowen, Maryanne M. 2006. Akuntansi Manajemen Edisi 7 Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat
Mutiari, R. Dwi. 2010. Analisa Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Jumlah Produk Rusak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sandag, N. Ester, dkk. 2014. Analisa Biaya Kualitas dalam Meningkatkan Profitabilitas
Perusahaan. Jurnal EMBA Vol.2 No.2, Hal. 1327-1337
16

Sutanto, S Bobby. 2012. Laporan Biaya Kualitas Sebagai Upaya Pengendalian Kualitas
Produk Dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Berkala Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi Vol. 1, No. 2 2012
Wahyuningtias, K. Adelina. 2013. Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Produk Rusak. Jurnal
EMBA Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal. 321-330
Winarjo, Irianto. 2010. Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Kualitas terhadap Profitabilitas.
repository.petra.ac.id
http://jurnalakuntansikeuangan.com

17

Anda mungkin juga menyukai