Anda di halaman 1dari 37

INSTRUMENTASI RIG PEMBORAN

HAND OUT

Disusun Oleh: MOE


ARDIYANTO
738148

1 - 37

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN. .

II. IDICATOR (ALAT UKUR)

II.1. DRILLOMETER........

II.2. WEIGHT INDICATOR.

II.3. ROTARY SPEED TACHOMETER..

II.4. ROTARY TORQUE GAUGE..

10

II.5. TONG TORQUE GAUGE

12

II.6. PUMP SPEED INDICATOR...

14

II.7. MUD PUMP PRESSURE GAUGE.

15

II.8. RETURN MUD FLOW SENSOR...

17

II.9. MUD VOLUME TOTALIZER...

19

II.10. MUD DENSITY SENSOR

21

II.11. INCLINATION & DIRECTION HOLE SURVEY

23

II.12. GAS SENSOR....

25

III. ALAT REKAM GEOLOGRAF..

27

III.1. HYDRAULIC PNEUMATIC GEOLOGRAF

28

III.2. DIGITAL GEOLOGRAF

29

IV. SISTEM PENGENDALIAN JARAK JAUH (REMOTE CONTROL)..

30

IV.1. CROWN-O-MATIC BRAKE

30

IV.2. SUPER CHOKE REMOTE CONTROL

31

IV.3. BOP REMOTE CONTROL

35

DAFTAR PUSTAKA

37

2 - 37

I PENDAHULUAN
Yang dimaksud dengan INSTRUMENTASI RIG PEMBORAN adalah alat-alat ukur
yang dipakai dalam kegiatan pemboran sumur. Dalam kegiatan pemboran, alat-alat ukur
tersebut sangat penting fungsinya karena untuk mengetahui besaran-besaran tenaga atau
tekanan kerja dari peralatan rig, parameter bor, sistim pengendalian jarak jauh serta untuk
mengetahui kondisi lubang bor ketika pemboran sumur sedang berlangsung.
Beberapa jenis Instrumen yang sering dipakai dalam kegiatan pemboran antara lain;
a. Indicator (Alat Ukur)
a.1. Drillometer
a.2. Weight Indicator
a.3. Rotary Speed Tachometer
a.4. Rotary Torque Gauge
a.5. Tong Torque Gauge
a.6. Pump Speed Indicator
a.7. Mud Pump Presure Gauge
a.8. Return Mud Flow Sensor
a.9. Mud Volume Totalizer
a.10. Inclination & Direction Hole Survey
a.11. Gas Sensor
b. Alat Rekam Geolograf
c. Sistem Pengendalian Jarak Jauh (Remote Control)
c.1. Crown-o-Matic Brake
c.2. Super Choke Remote Control
c.3. BOP Remote Control
Pada bab berikutnya akan dijelaskan fungsi, cara kerja alat, posisi penempatan alat ukur
dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ppengoperasian dan perawatan alat agar selalu
dapat bekerja dengan baik dan benar.

3 - 37

II. INDICATOR (ALAT UKUR)


Beberapa alat ukur dapat dipasang menjadi satu kesatuan pada Driller Console agar
Driller mudah mengetahui dan mengontrol peralatan atau kegiatan pemboran yang sedang
berlangsung .

Namun ada juga rig yang menggunakan atau menempatkan instrumennya secara terpisah
menjadi beberapa bagian kelompok . Fungsi dan cara kerja alat-alat ukur tersebut:
II.1. Drillometer
Fungsi Drillometer untuk mengukur besaran atau tekanan kerja dari peralatan untuk
melakukan kegiatan pemboran baik rig dengan tenaga gerak mekanik maupun dengan
tenaga gerak elektrik. Instrumen Drillometer yang terpasang pada rig yang
menggunakan tenaga mekanik dapat dilihat pada gambar dibawah ini
WATER

AIR SUPPLY

LO - DRUM - HI

4 - 37

Fungsi dari instrumen tersebut;


a. Water
Berfungsi untuk mengetahui berapa
Psi tekanan air yang mengalir untuk
Mendinginkan drum drawwork dan
Tekanan air untuk Hydromatik
b. Air
Untuk mengetahui berapa tekanan
udara

yang

disuplay

untuk

menggerakkan sistem
c. LO Drum
Untuk mengetahui tekana udara pada
Low Speed
d. HI Drum
Untuk mengetahui tekanan udara pada High Speed
II.2 Weight Indicator
Fungsi Weight Indicator untuk mengukur:
a. Berat (rangkaian pipa bor, pipa selubung, pipa produksi, pipa uji)yang digantung
pada Travelling Block, Hook dan Swivel.
b. Beban pada pahat bor.
Weight Indicator ini dapat dibedakan dari penempatan sensor untuk mengukur
perubahan beban yaitu:
a. Anchor Type
Diafragma sensor beban dipasang pada deadline anchor. Umumnya jenis sensor ini
dipakai pada rig berkapasitas besar (diatas 500 HP).
Macam-macam type Anchor antara lain :

5 - 37

1. Type E/Series Awe dengan Dead Line Loads 75.000 lbs untuk 6, 8, 10, dan
12 Lines Strung.
2. Type EB/Series Awe dengan Dead Line Loads 100.000 lbs untuk 8, 10, 12,
dan 14 Lines Strung.
3. Type 125/Series Awe dengan Dead Line Loads 125.000 lbs untuk 10, 12, 14,
dan 16 Lines Strung.
4. Type 150/Series Awe dengan Dead Line Loads 150.000 lbs untuk 10, 12, 14,
dan 16 Lines Strung.
5. Type 200/Series Awe dengan Dead Line Loads 200.000 lbs untuk 10, 12, 14,
dan 16 Lines Strung.
Anchor untuk E, EB, 125, dan 150 Weight Indicator System :

The National Type EB, untuk type E atau type EB Weight


Indicators, dengan E80 Tesion Load Sensor.
Type E System di rencanakan untuk ukuran 1 1/4, 1 3/8, dan 1 1/2 Wireline.
Type EB System di rencanakan untuk ukuran 1 1/2 dan 1 5/8 Wireline.
Diameter Drum 28.

The Herculer model HA 130T untuk type 125 Weight Indicator,


dengan E551 Compression Loadsensor.
Type ini di rencanakan untuk ukuran 1 1/2, 1 5/8, dan 1 3/4 Wireline.
Juga bisa dipakai untuk PFV Wire Rope.
Diameter Drum 31.

The Hercules Model HA 150T untuk type 150 Weight Indicator,


dengan E551 Compression Load Sensor.
Type ini di rencanakan untuk ukuran 1 5/8, 1 7/8 dan 2 Wireline.
Juga bisa dipakai untuk PFV Wire Line.
Diameter Drum 36.

6 - 37

7 - 37

b. Deflection Type
Diafragma sensor beban dipasang pada deadline. Umumnya jenis sensor ini dipakai
pada Rig berkapasitas kecil (dibawah 500 HP). Bentuk dan posisi penempatan
sensor dapat dilihat pada gambar.

c. Deadend Type
Diafragma sensor beban dipasang pada ujung deadline. Umumnya jenis sensor ini
dipakai pada Rig berkapasitas kecil (dibawah 500 HP). Bentuk dan posisi
penempatan sensor ini dapat dilihat pada gambar.

Cara kerja alat-alat ukur ini dapat diuraikan sebagai berikut:


Perubahan

beban

yang

terjadi

pada

string

pemboran

akan

direkam

oleh

membran/diafragma/piston yang berada didalam sensor beban, kemudian perubahan beban


ini ditruskan oleh fluida non compressible ke weight indicator. Dengan demikian, setiap
terjadi perubahan beban pada string pemboran akan selalu direkam oleh weight indicator.
Pada weight indicator terdapat 2 buah jarum penunjuk dan 2 buah skala ukur. Skala ukur
yang berada dilingkaran sebelah luar untuk merekam perubahan beban pada pahat bor
(Weight on Bit/WOB), sedangkan skala ukur yang berada dilingkaran sebelah dalam untuk
8 - 37

merekam perubahan beban rangkaian pipa yang digantung pada Hook dan trvelling Block
(Weight on String/WOS).
Skala Weight Indicator ini bervariasi sesuai dengan jumlah lilitan kabel bor yang dipakai
antara Crown Block dan Travelling Block serta kapasitas beban deadline yang diizinkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat-alat ukur ini antara lain:
1. Gunakan skala rentang batas ukur Weight Indicator ini sesuai dengan jumlah lilitan
kabel yang dipakai dan kapasitas beban deadline yang diizinkan.
2. Buang akumulasi udara yang terperangkap didalam selang/pipa minyak non
compressible, agar Weight Indicator selalu sensitive merekam perubahan beban.
3. Lakukan koreksi/kalibrasi Weight Indicator sesuai dengan beban nyata.
4. Periksa dan bersihkan membrane/diafragma/piston pada sensor beban

II.3. Rotary Speed Tachometer


Fungsi Rotary Speed Tachometer untuk mengukur kecepatan putaran rangkaian pipa
bor/pahat bor setiap menit ketika pemboran sumur berlangsung. Dengan demikian Driller
dapat mengatur putaran pada pahat bor yang tepat agar dapat menghasilkan kecepatan
pemboran sumur yang optimum.
Menurut penempatan sensor perekam untuk mengukur perubahan putaran rangkaian pipa
bor dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Dihubungkan langsung dengan rotary drive shaft pada drawworks
b. Dihubungkan langsung dengan V-belt pulley rotary drive pada drwwoks
c. Dihungkan pada poros pemutar rotary table
Posisi penempatan sensor-sensor ini dapat dilihat pada gambar .

9 - 37

Cara kerja alat-alat ukur ini dapat diuaraikan sebagai berikut :


Setiap perubahan putaran poros rotary drive akan direkam oleh sensor putaran, kemudian
perubahan putaran ini diteruskan oleh transmitter (magnetically actuated device operating)
ke Rotary Speed Tachometer. Dengan demikian, setiap terjadi perubahan putaran pada
rangkaian pipa bor akan selalu direkam oleh Rotary Speed Tachometer. Skala ukur pada
Rotary Speed Tachometer bervariasi mulai dari 0 150 RPM dan 0 300 RPM.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat ukur ini antara lain :
a. Periksa penempatan sensor putaran pada posisi yang benar
b. Lakukan kalibrasi pada Rotary Speed Tachometer sesuai dengan putaran
rangkaian pipa bor yang benar
c. Gunakan skala rentang batas ukur Rotary Speed Tachometer sesuai dengan
putaran rangkaian pipa bor yang nyata terjadi

II.4. Rotary Torque Gauge


Fungsi Rotary Torque Gauge untuk mengukur perubahan torsi yang terjadi pada
rangkaian pipa bor, ketika kegiatan pemboran sumur sedang berlangsung. Torsi yang terjadi
ini dapat disebabkan oleh perubahan karakteristik lapisan batuan yang ditembus, terjadi
kerusakan di cone pada pahat bor, dan terjadi kerusakan pada rangkaian pipa bor.

10 - 37

Ditinjau dari cara perekaman torsi yang terjadi dapat dibedakan system perekamannya
yaitu secara listrik dan hidro mekanik,
a. Cara Listrik
Setiap terjadi perubahan torsi pada rotary table / rangkaian pipa bor akan direkam
langsung oleh torque meter yang digerakkan dengan tenaga listrik. Skala ukur pada
cara ini telah disetarakan dari satuan ampere ke dalam satuan torsi (ft. lbs.). Bentuk
alat ini dapat dilihat pada gambar.

b. Cara Hidro Mekanik


Pada cara ini menggunakan suatu alat yang bekerja secara mekanik dan hidrolik.
Alat sensornya dipasang pada rantai rotary table, sehingga setiap terjadi perubahan
torsi pada rangkaian pipa bor akan diteruskan oleh perubahan tegangan pada rantai
rotary table, kemudian setiap perubahan tegangan ini akan direkam oleh piston dan
diteruskan oleh fluida non compressible ke Rotary Torque Gauge. Bentuk alat ini
dapat dilihat pada gambar .

11 - 37

Torsi yang terjadi diukur dalam satuan titik (erlative torque indicator) dengan rentang batas
sampai 500 points dan 1000 points. Pada umumnya torsi yang terjadi selama pemboran
dibatasi tidak boleh lebih dari 200 points.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat ukur ini antara lain :
a. Periksa penempatan sensor puntir pada posisi yang benar.
b. Lakukan kalibrasi pada Rotary Torque Gauge sesuai dengan beban puntir
rangkaian pipa bor yang benar.
c. Gunakan skala rentang batas ukur Rotary Torque Gauge sesuai dengan beban
puntir yang terjadi pada rangkaian pipa bor.
d. Buang akumulasi udara yang terperangkap di dalam slang / pipa minyak non
compressible, agar Rotary Torque Gauge selalu sensitive merekam perubahan
beban puntir (khusus untuk jenis Hidro-Mekanik).

II.5. Tong Torque Gauge


Fungsi Tong Torque Gauge untuk mengukur perubahan beban puntir yang terjadi pada
waktu mengikat/menyambung dan membuka/melepas sambungan rangkaian pipa bor, pipa
selubung, dan pipa produksi. Hal ini perlu dilakukan secara tepat pengukurannya,
agarbeban puntir pengikatan pada rangkaian pipa tersebut sesuai dengan beban puntir yang

12 - 37

direkomendasikan pada setiap jenis pipa, sehingga tidak terjadi kerusakan pada ulir
sambungan pipa tersebut.
Cara kerja alat ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Sebuah membrane/piston dipasang pada lengan kunci pengikat pipa bor, pipa selubung,
atau pipa produksi, kemudian pada sisi lainnya dihubungkan dengan rantai ke make up
cathead / break out cathead. Dengan demikian, setiap perubahan tarikan pada saat
mengikat/menyambung atau membuka/melepas sambungan pipa akan menggerakkan
membran/piston yang diteruskan dengan fluida non compressible ke Tong Torque Gauge,
sehingga dapat diketahui torsi pengikatan sambungan pipa tersebut.
Kapasitas Tong Torque Gauge mencapai 25.000 lbs atau 120.000 ft. lbs. untuk
panjang lengan kunci pengikat sepanjang 4,8 feet. Bentuk alat ini dapat dilihat pada gambar
.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat ukur ini antara lain :
a.

Periksa penempatan sensor beban puntir pada posisi yang benar.

b.

Lakukan kalibrasi pada Tong Torque Gauge sesuai dengan beban puntir
penyambungan/pembukaan sambungan rangkaian pipa bor, pipa selubung, pipa
produksi yang benar.

13 - 37

c.

Gunakan skala rentang batas ukur Tong Torque Gauge sesuai dengan beban
puntir yang terjadi ketika menyambung/membuka sambungan rangkaian pipa bor,
pipa selubung, dan pipa produksi.

d.

Buang akumulasi udara yang terperangkap di dalam slang / pipa minyak non
compressible, agar Tong Torque Gauge selalu sensitive merekam perubahan beban
puntir yang terjadi.

II.6. Pump Speed Indicator


Fungsi Pump Speed Indicator untuk mengukur perubahan kecepatan langkah piston
pompa setiap menit, ketika pompa memompakan Lumpur bor / fluida pemboran lainnya ke
dalam Lumpur. Dengan demikian, Driller dapat mengatur laju aliran Lumpur bor agar bor
dapat menghasilkan tenaga hidrolika Lumpur bor yang tepat untuk mencapai kecepatan
pemboran sumur yang optimum.
Menurut penempatan sensor untuk merekam langkah piston pompa dapat dibedakan 2
macam yaitu :
a. Rotary device
Sensor dipasang pada pinion shaft pompa / piston rod oiler / idler whell,
sehingga setiap perubahan putaran yang terjadi akan direkam oleh sensor berupa
banyak putaran per menit, kemudian transmitter merubahnya ke dalam banyak
langkah piston pompa per menit secara electro magnet. Selanjutnya rekaman ini
dapat dilihat pada Stroke Per Minute (SPM) Indicator.
b. Stroke device
Sensor dipasang pada setiap piston rod pompa. Sensor ini dilengkapi dengan
lengan yang selalu menyentuh rubber ring pada piston rod pompa, sehingga
setiap pompa bekerja sensor ini langsung merekam perubahan banyak langkah
pompa tiap menit.
Skala ukur pada Pump Speed Indicator bervariasi mulai dari 0 100 SMP dan 0 500
SPM. Bentuk alat ini dapat dilihat pada gambar .

14 - 37

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat ukur ini antara lain :
a. Periksa penempatan sensor putaran / banyak langkah piston pompa pada posisi yang
benar.
b. Lakukan kalibrasi pada Pump Speed Indicator sesuai dengan banyak langkah
piston pompa yang benar.
c. Gunakan skala rentang batas ukur Pump Speed Indicator sesuai dengan banyak
langkah piston pompa yang nyata terjadi.

II.7. Mud Pump Pressure Gauge


Fungsi Mud Pump Pressure Gauge untuk mengukur perubahan tekanan pompa ketika
memompakan lumpur bor / fluida pemboran lainnya ke dalam sumur. Tekanan pompa yang
diukur merupakan total kehilangan tekanan untuk melawan friksi yang timbul selama
pompa bekerja.
Perubahan tekanan pompa dapat disebabkan oleh :
a. Perubahan laju aliran lumpur bor / fluida pemboran lainnya.
b. Perubahan sifat fisik lumpur bor / fluida pemboran lainnya.
c. Perubahan dimensi ruang yang dilalui oleh lumpur bor / fluida pemboran lainnya.
d. Penyumbatan / penyempitan nozzle pada paha bor.

15 - 37

e. Kebocoran pada rangkaian pipa bor, pipa selubung, pipa produksi yang dilalui oleh
lumpur bor / fluida pemboran lainnya.
f. Kerusakan pada pompa Lumpur terutama pada valve, seat, liner, piston, gland
packing yang berhubungan langsung dengan lumpur bor /fluida pemboran lainnya.
g. Udara terperangkap dalam sistem pemompaan.
h. Membran karet rusak.
Dengan demikian, Driller harus cepat tanggap terhadap setiap terjadi perubahan tekanan
pompa lumpur, karena sangat erat kaitannya dengan pencapaian kecepatan pemboran
sumur yang optimum. Cara kerja alat ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Sebuah membrane karet dipasang pada pipa saluran tekan pompa, sehingga setiap
perubahan tekanan pompa akan direkam oleh membrane karet tersebut, kemudian
diteruskan oleh fluida non compressible ke Mud Pump Pressure Gauge. Dengan
demikian, Mud Pump Pressure Gauge selalu merekam perubahan tekanan pompa lumpur.
Rentang batas kapasitas Mud Pump Pressure Gauge ini bervariasi mulai dari 0 3.000 psi sampai 0 15.000 psi atau mulai dari 0 210 ksc sampai 0 1.000 ksc. Bentuk
alat ini dapat dilihat pada gambar .

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat ini antara lain :

16 - 37

a. Periksa posisi membran karet pada posisi benar dan berkondisi baik (tidak robek)
agar selalu sensitive merekam setiap perubahan tekanan pompa.
b. Bersihkan membran karet dari endapan partikel padat lumpur bor / fluida pemboran
lainnya.
c. Buang akumulasi udara yang terperangkap di dalam slang / pipa minyak non
compressible agar Mud Pump Pressure Gauge selalu sensitif merekam setiap
perubahan tekanan pompa.
d. Lakukan kalibrasi pada Mud Pump Pressure Gauge sesuai dengan tekanan pompa
lumpur yang benar.
e. Gunakan skala rentang batas ukur Mud Pump Pressure Gauge sesuai dengan
tekanan pompa yang terjadi.

II.8. Return Mud Flow Sensor


Fungsi Return Mud Flow Sensor untuk mengukur perubahan aliran lumpur bor / fluida
pemboran lainnya keluar dari dalam sumur. Dengan demikian, Driller dapat mengetahui
ulah sumur ketika mengebor sumur maupun mencabut / memasukkan rangkaian pipa dari /
ke dalam sumur (round trip) sebagai berikut :
a. Ketika mengebor sumur.
Tanda-tanda akan terjadi semburan liar sumur (blowout) dapat

ditunjukkan dari :

Kecepatan aliran lumpur bor meningkat untuk kecepatan pompa yang


tetap (parameter bor tetap)

Berat jenis lumpur bor menurun.

Viskositas lumpur bor (detik Marsh Funnel) meningkat.

Volume lumpur bor di dalam mud tank bertambah.

17 - 37

Tanda-tanda akan terjadi hilang lumpur (mud loss) dapat ditunjukkan

dari:

Kecepatan aliran lumpur bor menurun atao tidak ada aliran


lumpur bor kembali dari dalam sumur untuk kecepatan pompa yang
tetap (parameter bor tetap).

Volume lumpur bor di dalam mud tank berkurang.

b. Ketika round trip.

Jika aliran lumpur bor kembali ke permukaan bertambah


naik, walaupun tidak memasukkan rangkaian pipa ke dalam sumur. Hal ini
dapat menimbulkan semburan liar.

Jika aliran lumpur bor tidak kembali ke permukaan,


walaupun sedang memasukkan rangkaian pipa ke dalam sumur.
Hal ini dapat menimbulkan hilang lumpur.

Cara kerja alat ukur ini dapat diuraikan sebagai berikut :


Setiap perubahan aliran lumpur bor / fluida pemboran lainnya yang melalui saluran pipa
keluar dari sumur akan menggerakkan lempeng sensor. Perubahan posisi lempeng sensor
ini akan diteruskan ke Return Mud Flow Sensor. Dengan denikian, Return Mud Flow
Sensor selalu merekam aliran lumpur bor / fluida pemboran lainnya yang keluar dari dalam
sumur. Bentuk dan posisi alat ukur ini dapat dilihat pada gambar .

18 - 37

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat ukur ini antara lain :
a. Pasang lempeng sensor pada pipa saluran lumpur bor / fluida pemboran yang
keluar dari sumur dengan posisi benar, agar setiap terjadi perubahan aliran
lumpur bor / fluida pemboran lainnya yang melalui pipa saluran tersebut dapat
langsung direkam dengan baik.
b. Bersihkan pipa saluran dari endapan-endapan partikel padat lumpur bor dan
serbuk bor (cuttings) agar tidak menggangu aliran bor / fluida pemboran lainnya
yang melalui pipa saluran tersebut.

II.9. Mud Pump Totalizer


Fungsi Mud Pump Totalizer untuk mengukur perubahan total volume yang disimpan di
mud tank. Dengan demikian, Driller dapat mengetahui gejala kesulitan pemboran yang
ditunjukkan dari perubahan jumlah volume lumpur bor yaitu :
a. Jika jumlah volume lumpur bor mendadak bertambah tidak sesuai dengan
pembuatan/pertambahan lumpur bor normal, maka hal ini memberikan tanda terjadi
pertambahan volume fluida dari dalam sumur (berarti tanda-tanda sumur akan
menyembur).
b. Jika jumlah volume lumpur bor mendadak berkurang tidak sesuai dengan jumlah
volume lumpur bor yang dipindahkan, maka hal ini memberikan tanda terjadi
pengurangan volume fluida pemboran didalam sumur (berarti terjadi fluida
pemboran masuk ke dalam formasi/batuan).
Cara kerja alat ukur ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Sensor-sensor berupa pelampung (mud level transducer) yang dipasang pada mud
tank, digunakan untuk merekam setiap perubahan permukaan lumpur bor / fluida pemboran
lainnya yang berada di dalam mud tank. Signal-signal perubahan ini dikirimkan ke Mud
Pump Totalizer. Dengan demikian, Mud Pump Totalizer selalu mengukur total volume

19 - 37

lumpur bor / fluida pemboran lainnya yang disimpan di dalam mud tank. Bentuk dan posisi
penempatan alat ukur ini dapat dilihat pada gambar .

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat ukur ini antara lain :
a. Pasang sensor-sensor pelampung (mud level transducer) pada mud tank dengan
posisi yang benar, aga setiap terjadi perubahan permukaan lumpur bor / fluida
pemboran lainnya dapat direkam dengan baik.
b. Sensor-sensor pelampung harus dibersihkan dari kerak-kerak lumpur bor, agar
dapat merekam setiap perubahan volume lumpur bor dengan benar.
c. Lakukan kalibrasi pada Mud Pump Totalizer sesuai dengan volume lumpur
bor / fluida pemboran lainnya yang disimpan di dalam mud tank.

20 - 37

II.10. Mud Density Sensor


Fungsi Mud Density Sensor untuk mengukur perubahan berat jenis lumpur bor baik yang
masuk ke dalam sumur maupun yang keluar dari sumur. Dengan demikian, Driller dapat
mengetahui gejala-gejala kesulitan pemboran yang ditunjukkan dari perubahan berat jenis
lumpur bor terutama yang keluar dari dalam sumur, yaitu :
a. Jika berat jenis lumpur yang keluar dari sumur mendadak berkurang jauh sekali
tidak setara dengan berat jenis lumpur bos yang masuk ke dalam sumur, maka
hal ini memberikan tanda-tanda sumur akan menyembur.
b. Jika berat jenis lumpur yang keluar dari sumur mendadak bertambah jauh sekali
tidak seara dengan berat jenis lumpur bor yang masuk ke dalam sumur, maka
hal ini memberikan tanda-tanda terjadi pertambahan partikel padat (misalnya
pasir) di dalam sistem lumpur bor, sehingga hilang lumpur mungkin dapat
terjadi pada zone-zone lemah.
Cara kerja alat ukur ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Sebuah pelampung diapungkan pada lumpur bor, sehingga setiap perubahan aka direkam
dengan tenaga listrik oleh Mud Density Sensor. Dengan demikian, setiap perubahan berat
jenis lumpur dapat dibaca dalam bentuk digital yang sangat peka.
Sebuah Mud Density Sensor dipasang pada suction tank untuk merekam berat jenis
lumpur yang masuk ke dalam sumur, dan sebuah lagi dipasang di shale shaker tank untuk
merekam berat jenis lumpur yang keluar dari sumur. Pada kondisi normal hasil pengukuran
berat jenis lumpur di kedua tempat tersebut harus sama. Rentang batas kapasitas Mud
Density Sensor sekitar -025 Lbs/gal atau 0-3 Gr/cc. Bentuk alat ini dapat dilihat pada
gambar .

21 - 37

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat ukur ini antara lain :
a. Pasang sensor-sensor pelampung pada suction tank dan
shale shaker tank dengan posisi yang benar, agar setiap
terjadi perubahan berat jenis lumpur bor / fluida
pemboran lainnya baik yang masuk ke dalam sumur
maupun yang keluar dari sumur dapat direkam dengan
baik.
b. Sensor-sensor pelampung harus dibersihkan dari kerakkerak lumpur bor, agar dapat merekam setiap perubahan
berat jenis lumpur bor dengan benar.
c. Lakukan kalibrasi pada Mud Density Sensor sesuai
dengan berat jenis lumpur bor / fluida pemboran lainnya
yang disimpan di dalam mud tank.

II.11. Inclination & Direction Hole Survey


22 - 37

Fungsi Inclination & Direction Hole Survey untuk merekam kemiringan dan arah
lubang sumur. Dengan demikian, Driller mengetahui perubahan keadaan lubang sumur,
agar dapat mencapai target pemboran yang telah direncanakan dengan baik.
Beberapa pabrik pembuat alat ukur ini ada yang hanya untuk mengukur kemiringan
lubang saja (TOTCO survey tool), pada alat ukur ini hanya menggunakan bandul
pendulum saja. Sedangkan yang mengukur kemiringan dan arah lubang sumur
(EASTMAN, SPERRY SUN survey tool), pada alat ukur ini dilengkapi dengan magnit
untuk menunjukkan arah lubang sumur saat itu.
Menurut cara perekamannya dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Single shot.
Pada alat ukur ini hanya merekam satu kali rekaman saja pada sekali
pengukuran alat ukur didalam sumur.
b. Multiple shot.
Pada alat ukur ini dapat merekam lebih dari satu rekaman pada sekali
pengukuran alat ukur di dalam sumur.
Bentuk alat ini dapat dilihat pada gambar .

Cara kerja alat ukur ini dapat diuraikan sebagai berikut :


a. Inclination Survey

23 - 37

Pada alat ukur ini terdapat jarum penunjuk kemiringan lubang sumur, bandul
penunjuk, chart skala kemiringan lubang sumur, dan piring penahan chart
penunjuk kemiringan lubang sumur.
Pada saat pengukuran kemiringan lubang sumur dilakukan, maka posisi bandul
akan berada sesuai dengan kemiringan lubang sumur saat itu. Setelah waktu
pengukuran berakhir sebiah jarum penunjuk kemiringan lubang akan menusuk /
memberi tanda pada chart skala kemiringan lubang sumur saat itu. Jadi, hasil
rekaman alat ukur ini hanya berupa tanda titik didaerah lingkaran-lingkaran
kemiringan lubang sumur saat itu.
b. Inclination & Direction Survey.
Pada alat ukur ini terdapat batu battery, bola lampu, film, magnit jarum, bandul
penunjuk kemiringan lubang, dan alat pencuci film.
Pada saat alat ukur ini berada di kedalaman tertentu, maka jarum kompas akan
menunjukkan posisi arah kutub-kutub magnit bumi, sehingga dapat diketahui
arah lubang sumur saat itu, bersamaan itu pula bandul penunjuk akan berada
pada posisi kemiringan lubang sumur saat itu. Pada posisi ini battery
memberikan arus listrik ke pada bola lampu dan bola lampu hidup meninari film
yang menunjukkan posisi lubang sumur. Saat itu pula posisi tool face dari
directional survey juga terekam pada film tersebut. Setelah film berada
dipermukaan dicuci untuk mengetahui arah, kemiringan lubang sumur, dan
posisi tool face pada kedalaman pengukuran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat ukur ini antara lain :
a. Periksa alat ukur tersebut dengan teliti, agar yakin dapat berfungsi/bekerja baik
sebelum alat ukur dimasukkan ke dalam sumur.
b. Lakukan kalibrasi secara periodik agar hasil perekamannya benar.
c. Pada saat melakukan pengukuran, posisi rangkaian pipa bor harus dalam
keadaan diam.
d. Gunakan jumlah Non Magnetic Drill Collar yang cukup untuk melindungi
penunjukan arah magnit kompas pada posisi yang benar.

24 - 37

II.12. Gas Sensor


Fungsi Gas Sensor untuk mendeteksi, mencatat, dan menganalisa baik secara kuantitatif
maupun kualitatif serta komposisi gas yang terikut kedalam sistem lumpur bor.
Menurut fungsinya, Gas Sensor ini dapat dibedakan dengan beberapa jenis alat ukur antara
lain :
a. Gas detector.
b. Gas Chromatograph.
c. Gas Cromatologger.
d. Hydrogen Sulphide Sensor.
12 a. Gas Detector
Fungsi Gas Detector untuk mengukur kadar gas hidro karbon ringan yang terikut ke dalam
sistem lumpur bor yang dapat dipisahkan secara terus-menerus oleh Degasser. Gas yang
masuk ke dalam sistem lumpur dapat menurunkan berat jenis lumpur, sehingga Driller
dapat segera mengantisipasi kesulitan pemboran yang akan terjadi.
Pengukuran kandungan gas di dalam sistem lumpur dapat dibedakan dalam 3 kondisi
yaitu :
a. Background Gas (BG).
Kandungan gas yang masuk ke dalam sistem lumpur ketika pemboran sedang
berlangsung.
b. Trip Gas (TG).
Kandungan gas yang masuk ke dalam sistem lumpur ketika melakukan round
trip (misal cabut/masuk ganti pahat bor).
c. Connection Gas (CG).
Kandungan gas yang masuk ke dalam sistem lumpur ketika menyambung
rangkaian pipa bor.
Cara kerja alat ukur ini dapat diuraikan sebagai berikut :

25 - 37

Sensor penangkap gas dipasang pada saluran lumpur yang keluar dari sumur. Gas yang
terperangkap akan mengalir ke Gas Sensor. Konsentrasi gas tersebut diukur dalam satuan
persen (maksimum 100%).
12 b. Gas Chromatograph
Fungsi Gas Chromatograph untuk mengukur kuantitas dan kualitas ekstrak gas yang
terikut ke dalam sistem lumpur bor.
12 c. Gas Chromatologger
Fungsi Gas Chromatologger untuk mengidentifikasi persen komponen gas yang terikut ke
dalam sistem lumpur bor, sehingga dapat diketahui persentasi gas Methane (C 1), Gas
Ethane (C2), Gas Propane (C3), Gas Iso Butane (i-C4), dan Gas Normal Butane (n-C4).
Hasil pengukuran ini dapat direkam pada Chromatografik.
12 d. Hydrogen Sulphide Sensor
Fungsi Hydrogen Sulphide Sensor untuk mengukur kadar ekstrak gas H2 S yang terikut ke
dalam sistem lumpur bor. Dengan demikian, Driller dapat segera mengambil tindakan
pengamanan, karena gas H2 S yang berkonsentrasi tinggi ( > 100 ppm ) sangat
membahayakan terhadap manusia, binatang, dan peralatan bor & sumur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat-alat ukur gas ini antara lain :
a. Periksa dan bersihkan alat penangkap ekstrak gas di saluran lumpur yang keluar
dari sumur, agar gas yang keluar dari sistem lumpur dapat langsung ditangkap
oleh sensor penangkap gas.
b. Periksa pipa saluran gas ke Gas Sensor, jangan sampai bocor atau terjepit, agar
semua gas yang ditangkap dapat diukur dengan baik pada setiap saat.
c. Lakukan kalibrasi secara periodik, agar hasil pengukurannya sesuai dengan
kondisi yang benar.
III. ALAT REKAM GEOLOGRAF
Fungsi Geolograf untuk mengukur perubahan beberapa parameter bor selama pemboran
sedang berlangsung. Beberapa parameter bor yang direkamnya antara lain :

26 - 37

a. Beban pada pahat bor.


b. Berat rangkaian pemboran.
c. Kedalaman sumur.
d. Waktu mengebor.
e. Waktu masuk rangkaian pipa selubung.
f. Kecepatan pemboran.
g. Kecepatan masuk rangkaian pipa selubung.
h. Kecepatan cabut / masuk rangkaian pipa bor (round trip).
i. Tekanan pompa.
j. Putaran rangkaian pipa bor per menit.
k. Torsi pada rangkaian pipa bor.
Geolograf merupakan kumpulan dari beberapa hasil rekaman alat-alat ukur yang telah
dijelaskan sebelumnya, sehingga hal ini merupakan suatu rangkuman data parameter
pemboran yang direkam dalam bentuk grafik / chart.
Keunggulan dari alat ukur ini terhadap alat ukur lainnya adalah data parameter bo terekam
berupa grafik selama 24 jam terus menerus, sehingga grafik ini dapat membantu untuk
menganalisa beberapa kejadian selama pemboran berlangsung antara lain :
a. Perubahan sifat batuan yang ditembus.
b. Beban lebih (over load) ketika mengebor.
c. Tarikan lebih (over pull) ketika mencabut rangkaian pipa bor.
d. Torsi lebih ketika mengebor.
e. Kerusakan pada pompa dan rangkaian pipa bor.
f. Pahat bor buntu.
Ada dua macam sistem kerja dari Geolograf yaitu:

III.1. Hydraulic Pneumatic Geolograf


Cara kerja alat ukur ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Semua sensor yang merekam perubahan parameter bor diteruskan oleh fluida non
compressible atau secara pneumatic kepada lengan-lengan pena yang dipasang pada

27 - 37

Record-O-Graph Rig Floor Recorder. Perubahan tekanan-tekanan non compressible ini


telah disetarakan dengan gerakan pena pada skala grafik tertentu, sehingga pena-pena
tersebut akan membuat grafik di atas kertas berskala sesuai dengan jenis parameter bor
yang diukur.
Record-O-Graph Rig Floor Recorder umumnya dipasang di Dog Hous (ruang tempat para
pengawas rig, driller) agar mudah mengontrol kemajuan pemboran. Bentuk alat ini dan
hasil rekaman grafiknya dapat dilihat pada gambar .

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat ukur ini antara lain :
a. Pasang semua sensor pada posisi yang benar.
b. Lakukan kalibrasi secara periodik agar hasil perekaman parameter bor dapat
direkam dengan benar.

28 - 37

c. Ganti chart setiap 12 jam secara terus menerus, agar kejadian pemboran dapat
direkam setiap saat.
d. Ganti tinta pena jika sudah habis.
III.2. Digital Geolograf
Geolograph jenis ini lebih lengkap dan tampilannya lebih baik dibandingkan geolograph
sebelumnya. Serta dapat dihubungkan dengan komputer, sehingga datanya dapat disimpan
dalam hard disk dan sewaktu-waktu dapat dicetak kembali. Sensor-sensor yang digunakan
biasanya berupa Proximity, limit switch dan Pressure tranducer, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumya

IV. SISTEM PENGENDALIAN JARAK JAUH (REMOTE CONTROL)


IV.1. Crown-O-Matic Brake

29 - 37

Crown-O-Matic Brake adalah sebuah peralatan safety yang berfungsi untuk membatasi
gerak Travelling Block keatas agar tidak menumbur Crown Block.
1
3

9
11
5
7
10
4
12

Sistem kerja Crown-o-matic dengan cara mekanikal pneumatic. Posisi short tougel valve
harus diposisikan pada posisi yang benar pada traveling block lebih kurang 2 meter
dibawah crown block (sesuai kebutuhan) dan pada posisi tougel valve menyentuh lilitan

30 - 37

drilling line. Pada saat tougel valve tersentuh lilitan drilling line, valve angina akan
membuka dan menyalurkan angina ke air cylinder dan menggerakkan tuas clutch brake
sehingga menghentikan putaran drum drawwork.
Yang perlu diperhatikan dalam memelihara dan pengoperasiannya:
-

Perhatiakn letak tougel valve apakah sudah pada posisi yang benar

Angin/udara yang masuk harus benar-benar bersih (untuk menghindari korosi)

IV. 2. Super Choke Swaco


Super Choke adalah suatu Valve yang terpasang pada BPM dan pengoprasiannya dapat
dilakukan dari rig floor. Valve ini digunakan untuk mengatasi kick atau tekanan gas dari
dalam formasi sumur bor. Super Choke terdiri dari dua bagian, yaitu :
1.

Super Choke Valve


Disk Valve yang bukaannya dapat diatur sesuai dengan keinginan.

Valve ini

dioprasikan menggunakan Hyraulic Rotary Actuators yang dilengkapi dengan Position


Indicator System yang berfungsi untuk mengetahui posisi bukaan Super Choke Valve.

2.

Super Choke Remote Control


Secara garis besar Super Choke Remote Control berkerja secara hydraulic (Oil Press /
Tekanan minyak) dan Pneumatic (Air Press / Tekanan udara).
Dapat dilihat darigambar di bawah tampak depan dan belakang sebuah Super Choke
Remote Control. Remote Control ini mempunyai komponen-komponen alat, yaitu :

31 - 37

2.a. Air Supply Valve


Air Supply Valve adalah sebuah valve 2 arah yang berfungsi untuk membuka dan
menutup supply angin ke sistem remote control ini.
2.b. Control Lever
Valve 4 arah yang berfungsi untuk membuka jalur minyak saat menggerakan Disk
Valve Super Choke posisi open dan close.
2.c.Hydraulic Regulator
Hydraulick regulator berfungsi untuk mengatur kecepatan minyak yang melewati
control lever, atau dengan kata lain untuk mengatur kecepatan saat menmbuka dan
menutup disk valve super choke.
2.d. Choke Position Indicator
Choke position Indicator adalah pressure gauge yang berfungsi untuk mengetahui
posisi disk valve super choke, apakah close, open, open, open, dll.
2.e.Casing Pressure gauge
Sebuah Press gauge dengan sistem kerja bourdon tube yang berfungsi untuk
mengetahui tekanan dalam casing.
2.f. Drillpipe Pressure Gauge
Sebuah Press gauge dengan sistem kerja bourdon tube yang berfungsi untuk
mengetahui tekanan dalam drill pipe.
2.g. Pump Stroke / Rate Meter

32 - 37

Pump Stroke adalah sebuah counter digital bertenaga battery yang berfungsi
untuk mengetahui banyaknya stoke pompa lumpur, cara kerjanya sama dengan
SPM digital dengan menggunkan sensor limit switch.
2.h. Air Regulator
Sebuah regulator angin yang berfungsi untuk mengatur besarnya supply angin
yang masuk dalam sistem super choke remote control. Supply angin yang
dibutuhkan 120 Psi.
2.i. Hydraulic Pump / Air Motor
Adalah pompa hidrolik yang digerakan oleh tenaga angin, berfungsi untuk
memompakan minyak dari reservoir ke dalam sistem super choke remote control
dan hydraulic rotary actuator.
2.j. Hand Pump
Adalah pompa tangan yang digerakan oleh tenaga manusia, berfungsi untuk
memompakan minyak dari reservoir ke dalam sistem super choke remote control
dan hydraulic rotary actuator, apabila terjadi gagal supply angin.
2.k. Hydraulic Fluid Reservoir
Sebuah tangki kecil untuk menampung minyak hidrolik
2.l. Choke Close Line
Koneksi close line ke close line hydraulic rotary actuator pada super choke valve
dengan menggunakan hose hydraulic.
2.m. Choke Open Line
Koneksi open line ke open line hydraulic rotary actuator pada super choke valve
dengan menggunakan hose hydraulic.
2.n. Position Indicator air Return
Koneksi input Choke Position Indicator ke output position indicator pada super
choke valve.
2.o. Air To Trans
Koneksi untuk memberikan supply udara ke input position indicator pada super
choke valve.
2.p. DrillPipe Signal Line

33 - 37

Koneksi untuk Drillpipe Press Gauge ke Drillpipe Gauge Protector dengan


menggunakan hose hydraulic.
2.q. Casing Signal Line
Koneksi untuk Casing Press Gauge ke Casing Gauge Protector dengan
menggunakan hose hydraulic.
2.r. Drillpipe Gauge Protector
Berupa sensator yang dipasang di Stand Pipe. Cara kerjanya seperti dilihat pada
gambar di bawah, apabila ada tekanan (press) fluida atau udara maka tekanan
tersebut akan menekan minyak yang ada di dalam sensator melalui piston
sehingga tekanan fluida sama dengan tekanan yang diterima pada minyak
tersebut.
2.s. Casing Gauge Protector
Berupa sensator yang dipasang di BPM. Carakerjanya sama dengan Drillpipe
gauge Protector.
Cara kerja dari Super Choke Remote Control dapat dijelaskan dengan melihat gambar
skema di bawah ini.
Posisi Air Supply ON, udara bertekanan mengalir ke Regulator, dengan membaca pada
gauge diatur regulator hingga pembacaan gauge 120 Psi. Dari regulator menuju Lubricator,
pada lubricator udara tadi diberi embun oli untuk memberikan pelumasan pada Air Motor /
hydraulic Pump. Saat udara bertekanan masuk ke Air Motor / hydraulic Pump maka pompa
akan berkerja memompakan minyak dari Tank ke dalam sistem. Karena posisi valve 4 arah
masih dalam keadaan hold maka minyak akan kembali ke tank melalui relief valve (garis
kuning).
Saat valve 4 arah pada posisi open minyak akan dipompakan melalui Hydraulic Regulator
(garis merah) menuju valve 4 arah ke jalur open menuju hydraulic Actuator open. Minyak
dari hydraulic actuator close akan kembali ke Tank melalui jalur close dan valve 4 arah.
Saat valve 4 arah pada posisi close minyak akan dipompakan melalui Hydaulic regulator
(garis biru) menuju valve 4 arah ke jalur close menuju hydraulic actuator close. Minyak
dari hydraulic actuator open akan kembali ke Tank melalui jalur open dan valve 4 arah.

34 - 37

IV.3. BOP REMOTE CONTROL


BOP Remte Control adalah peralatan Intrumen untuk mengoprasikan Accumulator Unit
yang diletakkan di Floor Rig Pemboran. Panel-panel intrumen pada BOP Remote Control
akan menggerakkan Valve-valve yang ada di Accumulator untuk membuka/menutup BOP.
Skema penempatan BOP remote Control dapat dilihat dalam gambar,

BOP Remote Control

Accumulator Unit

BOP Group

1. Instrumen Indicator
Pada BOP Remote Control Type 80 terdapat 4 pcs
pressure gauge yang masing-masing berfungsi untuk
mengukur:

35 - 37

a. Tekanan Hydrulic Accumulator Unit


b. Tekanan Hydralic Annular BOP
c. Tekanan Hydraulic Ram BOP
d. Tekanan Suplay Angin
2. Instrumen Swicts Panel
Swicts yang terdapat pada BOP Remote Control terdiri
dari handel-handel yang berfungsi:
a. Membuka/menutup Annular BOP
b. Membuka/menutp Blind Ram
c. Membuka/menutup Pipe Ram
d. Membuka/menutup Kill Line
e. Membuka/menutup Choke Line
f. Membuka/menutup Suplay Angin
g. Membuka/menutup HCR
Prinsip kerja dari BOP Remote Control adalh dengan pneumatic, dimana suplay angina dari
compressor diteruskan ke regulator Accumulato Unit untuk membuka/menutup BOP
tergantung dengan swicht/handle yang dinginkan .
Yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian BOP Remote Control yaitu :
a. Pastikan Koneksi Pada Air Jungsion Box benar-benar rapat (tidak ada yang
bocor)
b. Pastikan suplay angina yang terbaca pada pressure gauge mencapai pada
tekanan kerja (120 psi)
c. Pastikan Hydraulic Pressure masing-masing komponen berada pada tekanan
kerja
DAFTAR PUSTAKA

1. Drilling Practice Manual 1988.

36 - 37

2. Martin Decker Composite Catalog 1984-1985.


3. Martin Decker Composite Catalog 1990-1991.
4. Eastman Whipstock Composite Catalog 1984-1985.
5. Eastman Whipstock Composite Catalog 1990-1991.
6. Geolograph Pioneer Composite Catalog 1985-1985.
7. Geolograph Pioneer Composite Catalog 1990-1991.
8. NL Sperry Sun Composite Catalog 1984-1985.
9. NL Sperry Sun Composite Catalog 1990-1991.
10. Geoservices Composite Catalog 1984-1985.
11. Geoservices Composite Catalog 1990-1991.

37 - 37

Anda mungkin juga menyukai