Anda di halaman 1dari 23

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Obesitas
1.1.1 Definisi Obesitas
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi,
sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita
memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang
normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita
dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria
dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang
yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat
badannya yang normal dianggap mengalami obesitas (Anonim b, 2009).
Menurut Gan 1995, obesitas adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh
terjadinya penumpukan lemak berlebihan di jaringan, yang umumnya disertai
kecenderungan peningkatan kolesterol dan trigliserida serta merupakan salah satu
faktor penyebab penyakit jantung koroner (Lanawati, dkk.,2006).
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
-

Obesitas ringan

: kelebihan berat badan 20-40%

Obesitas sedang

: kelebihan berat badan 41-100%

Obesitas berat

: kelebihan berat badan >100%.

Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% pada orang-orang yang gemuk.


Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga
kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria
dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul
dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada
pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran
seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak;
kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak
seperti buah apel, terutama setelah masa menopause (Anonim b,2009).
Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih
mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan
obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik

dibandingkan dengan gambaran buah apel. Untuk membedakan kedua gambaran


tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang
berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio
pinggang dengan pinggul. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan
pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan
ukuran pinggul. Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran
pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan
rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul
lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel (Anonim b, 2009).
1.1.2 Faktor epidemiologi
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari
yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara
asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor, diantaranya:
a.

Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan
pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Tetapi faktor genetik
bukan merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan obesitas, faktor
genetik berhubungan erat dengan gaya hidup (Anonim b ,2009).

b.

Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.
Lingkungan ini termasuk perilaku atau pola gaya hidup (misalnya apa yang
dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).
Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat
mengubah pola makan dan aktivitasnya (Anonim b ,2009).

c.

Faktor psikis
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.

Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda
yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan
tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Ada
dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan
dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma
makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres
dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang
makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti
dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya
kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam
hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan
yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari (Anonim b ,2009).
d.

Faktor kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
Hipotiroidisme
Hipotiroid merupakan suatu keadaan klinik yang ditandai dengan
menurunnya sekresi dari salah satu atau kedua hormontiroid yang terjadi
akibat berbagai kelainan struktur dan fungsional. Keadaan ini merupakan
suatu gangguan kelenjar endokrin yang biasanya terjadi sejak janin
maupun pada masa kanak-kanak (Anonim a, 2009).
Salah satu akibat dari kurangnya hormon tiroid dalam tubuh dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat dengan perawakan pendek
(cebol) atau disebut kretinisme, dimana keadaan klinik ditandai dengan
gangguan perkembangan fisik dan mental, sukar berkonsentrasi, letargi,
anoreksia, kulit kasar, kering dan pucat, rambut kepala kasar dan rapuh,
konstipasi, suara serak atau parau, wajah lembam, sensitif

terhadap

dingin, kelainan di rongga mulut erupsi gigi desidui, gigi permanen


terlambat, cenderung mengalami karies dan penyakit periodontal yang
lebih cepat ( Anonim a, 2009).
Sindroma Cushing

Sindrom Cushing adalah penyakit yang disebabkan kelebihan hormon


kortisol. Nama penyakit ini diambil dari Harvey Cushing, ahli bedah yang
pertama kali mengidentifikasikan penyakit ini pada tahun 1912. Penyakit
ini ditimbulkan ketika kelenjar adrenal pada tubuh terlalu banyak
memproduksi hormon kortisol. Penyakit ini juga dapat muncul akibat
seseorang terlalu banyak mengkonsumsi obat yang yang mengandung
kortikosteroid, yang biasanya digunakan untuk berbagai pengobatan
penyakit yang akut ( Anonim c, 2009).
Gejala sindrom Cushing antara lain berat badan naik, terutama di
sekitar perut dan punggung bagian atas, kelelahan yang berlebihan, otot
terasa lemah, muka membundar (moon face), edema (pembengkakan)
kaki, tanda merah/pink pada kulit bagian paha, pantat, dan perut, depresi,
periode menstruasi pada wanita yang tidak teratur (Anonim c, 2009).
Sindroma Prader-Willi
Sindrom Prader-Willi merupakan retardasi mental yaitu gangguan yang
secara klinik dan etiologi sangat heterogen. Retardasi mental adalah
keterbatasan yang substansial dari fungsi yang ada, misalnya kesulitan
pada saat mengikuti proses belajar dan gangguan dalam bersosialisasi
dengan lingkungan dan masyarakat (Faradz, 2009).
Karakteristiknya adalah fungsi intelektual dibawah rata-rata (IQ<7075) yang disertai 2 atau lebih keterbatasan dalam ketrampilan penyesuaian
seperti komunikasi, merawat diri, kehidupan di rumah, kecakapan sosial,
kecakapan memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat, mengatur diri,
kecakapan akademik, bekerja, berekreasi, kesehatan badan keselamatan.
Retardasi mental disebabkan akibat kejadian sebelum kehamilan, selama
kehamilan, saat melahirkan atau masa perinatal antara lain karena kelainan
biokimiawi, kelainan genetik, gangguan psikiatrik, dan pengaruh dari
lingkungan (Faradz, 2009).
Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

e. Obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa
menyebabkan penambahan berat badan (Anonim b ,2009).
f. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas,
terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel
lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat
badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu
penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
lemak di dalam setiap sel (Anonim b ,2009).
g.

Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama
dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang
makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.
Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas
(Anonim b ,2009).

1.1.3 Kategori Pengobatan


Pada dasarnya semua cara untuk melangsingkan badan berdasarkan diet,
pemakaian obat-obatan dan olahraga, yakni pengurangan asupan kalori (lazimnya
1000-1500 kcal sehari) serta peningkatan penggunaan energi. Pengobatan dapat
dilakukan sebagai ikthiar tambahan untuk menunjang penanganan pada penderita
dengan BMI ( Body Mass Index ) >30 atau BMI ( Body Mass Index ) >27 bila
terdapat faktor resiko lain (DM2, hipertensi, hiperlipidemia). Dengan menurunnya
berat badan 5-10% sudah tercapai penurunan resiko kesehatan (Tjay dan
Rahardja, 2008).
a. Diet

Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme
tertentu. Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang asal individu atau
keyakinan yang dianut masyarakat tertentu. Walaupun manusia pada dasarnya
adalah omnivora, suatu kelompok masyarakat biasanya memiliki preferensi
atau pantangan terhadap beberapa jenis makanan. Berbeda dalam penyebutan
di beberapa negara, dalam Bahasa Indonesia, kata diet lebih sering ditujukan
untuk menyebut suatu upaya menurunkan berat badan atau mengatur asupan
nutrisi tertentu (Tjay dan Rahardja, 2008)
Diet yang sehat adalah diet yang dapat mencukupi kebutuhan akan semua
zat gizi yang diperlukan tubuh karena, memegang peranan penting dalam
mencegah berbagai penyakit. Dewasa ini sudah terbukti bahwa insidensi yang
semakin meningkat dari banyak penyakit berhubungan dengan diet yang tidak
sempurna.
lemak

Misalnya,

hewan

makanan

diperkirakan

yang

turut

mengandung

bertanggung

terlampau

jawab atas

banyak

terjadinya

overweight, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe II dan bermacam-macam


kanker

seperti kanker usus besar, kanker payudara dan kanker prostat)

(Tjay dan Rahardja, 2008).


Anjuran untuk diet untuk menjamin kesehatan adalah makan makanan
yang bervariasi, mencukupi asupan protein dalam tubuh, memakan minimal 2
kali seminggu ikan berlemak, membatasi asupan lemak dalam tubuh, asupan
karbohidrat sebaiknya yang berbentuk polisakarida (seperti nasi, singkong),
pembatasan pemasukan kolesterol, memperbanyak konsumsi buah-buahan dan
sayuran, memakan makanan dengan kandungan vitamin dan mineral yang
cukup, pembatasan pemasukan garam kedalam tubuh, serta meminum air
sekurang-kurangnya 2 liter dalam sehari (Tjay dan Rahardja, 2008).

b. Pemakaian Obat
Teorinya hanya mengacu kepada tiga hal, deuretika, laksansia, dan
menekan nafsu makan (Anonim, 2009). Penggunaan diuretika umumnya
dimulai dengan menurunnya berat badan dengan pesat, tetapi ini terutama

dikarenakan hilangnya cairan, bukannya lemak. Baru sesudah rata-rata


seminggu, lemak akan dibakar sebagai sumber energi dan susutnya bobot
berlangsung lebih lambat. Tiroid menyesuaikan diri dan bekerja semakin
lambat, sehingga metabolisme basal (konsumsi energi dari tubuh dalam
keadaan istirahat) menurun.
Laksansia bekerja dengan mengurangi resorpsi bahan-bahan makanan
dalam usus serta dapat menstimulasi gerakan peristaltic usus sebagai reflex dari
rangsangan

langsung

terhadap

dinding

usus

dan

dengan

demikian

menyebabkan atau mempermudah buang air besar (defekasi) dan meredakan


sembelit (Tjay dan Rahardja, 2008).
Penggunaan laksansia terlalu sering pada hakekatnya akan merugikan
kesehatan

karena

laksansia

menimbulkan

masalah-masalah

seperti,

mengganggu absorpsi normal dari bahan-bahan gizi di usus kecil dan


menimbulkan berbagai gangguan saluran cerna.

Anoreksia berdaya

mengurangi nafsu makan dengan mekanisme kerja menekan nafsu makan dan
rasa lapar, menghambat penyerapan lemak serta meningkatkan pengeluaran
energi (Tjay dan Rahardja, 2008).
c. Olahraga
Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumbersumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran
karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui
pemecahan protein. Dengan mekanisme ini, kemungkinan terjadinya obesitas
dapat dihindari (Irawan ,2009).
1.2 Lemak dan Enzim Lipase
1.2.1 Lemak
Koolman dan Rohm (1994) menyatakan, lipid adalah komponen besar
substansi biologik yang dapat larut dengan baik dalam zat pelarut organik seperti
metanol, aseton, klorofom, benzen. Sebaliknya lipid tidak larut dalam air, hal ini
disebabkan karena kurangnya atom-atom berpolarisasi (O, N, S, P). Lipid dapat
digolongkan mejadi dua, yaitu lipid yang dapat terhidrolisis artinya didalam air

mudah dipecah dan lipid yang tidak terhidrolisis. Lipid yang dapat terhidrolisis
antara lain : lemak (gliserol dan tiga asam lemak), lilin, ester sterol, fosfolipid
yang merupakan gabungan ester-ester yang kompleks (Hayati, 2009).
Lemak adalah ester yang tersusun dari tiga asam lemak dengan tiga gugus
alkohol dari asam gliserol. Lemak tidak mempunyai muatan listrik, sehingga
sering disebut sebagai lemak netral. Fungsi biologik, lemak sebagai bahan
makanan adalah pembawa energi yang terpenting, lemak dapat berfungsi sebagi
pengantar bagi vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Lemak dalam tubuh
membentuk cadangan energi terbesar (Hayati, 2009).
Lipid atau lemak terdapat dalam makanan kita sehari-hari. Lemak tidak
pernah

larut

dalam

plasma

darah.

Kecuali

bila

berikatan

dengan

protein tertentu, lemak bisa menyatu dan mengambang dalam darah. Lemak
sangat dibutuhkan oleh tubuh, selain sebagai cadangan makanan dan pelarut
vitamin A, D, E, dan K (Hayati, 2009).
Lipid juga berfungsi untuk memelihara jaringan saraf dalam tubuh. Tetapi,
kadar lemak berlebihan akan memberikan efek yang serius berupa kerusakan
pembuluh koroner. Unsur lemak dalam plasma adalah kolesterol, trigliserida,
fosfolipid, dan asam lemak bebas. Tiga unsur yang pertama berikatan dengan
protein tertentu membentuk lipo protein. Sedangkan unsur lemak yang terakhir
berikatan dengan albumin (Hayati, 2009).
Lemak yang berasal dari makanan mengalami pemecahan menjadi asam
lemak bebas, trigliserida, fosfolipid dan kolesterol selama proses pencernaan
dalam usus karena di-assembling dan diserap ke dalam darah dalam pembentukan
kilomikron. Di dalam organisme (in vivo) pemecahan lemak dikatalisis oleh
enzim lipase. Penghancuran lemak bahan makanan di dalam usus akan dibantu
oleh enzim lipase pankreas (Hayati, 2009).

1.2.2 Enzim Lipase


Menurut Lehninger 1982, hampir semua reaksi kimia yang terjadi pada
sistem biologi dikatalisis oleh protein khusus yang disebut enzim. Seperti
katalisator lainnya, enzim berfungsi mempercepat laju reaksi tanpa mengubah

tetapan keseimbangannya (Hayati, 2009). Sebelum mengkatalisis, enzim harus


bergabung terlebih dahulu dengan substratnya sehingga membentuk kompleks
enzim-substrat. Setiap enzim memiliki bentuk yang khas sehingga hanya substrat
tertentu yang dapat menempel pada enzim itu. Oleh karena itu dikatakan bahwa
suatu enzim tertentu akan mengkatalisis reaksi tertentu pula. Seperti yang pernah
dinyatakaan oleh Stauuffer 1989, lipase adalah suatu enzim yang dapat
mengkatalisis reaksi hidrolisis ester berantai panjang dari gliserol (trigliserida).
Substrat dari enzim ini adalah trigliserida berantai panjang yang tidak larut dalam
air, seperti minyak dan lemak. Substrat yang paling murni adalah trigliserida cair
buatan seperti trioleat atau trilinoleat. Trigliserida padat seperti tripalmitin
bereaksi lambat dengan enzim. Ini disebabkan oleh faktor sterik dari substrat
sehingga tidak mampu mengikat enzim (Hayati, 2009).
1.3 Jamu
Menurunkan berat tubuh bisa dilakukan secara alami, yaitu menggunakan
obat-obatan alami atau ramuan tanaman. Cara ini lebih aman dan terhindar dari
efek samping. Jamu merupakan sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia.
Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut,
yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman (data empirik) (Shandy E.D, 2008).
Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti
rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga
menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau
tangkur buaya. Jamu pada umumnya digunakan untuk maksud menjaga kesehatan
(Shandy E.D, 2008).
1.3 Tinjauan Umum Tanaman
1.3.1 Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)

Gambar 1. Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)


Klasifikasi Tanaman
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dycotyledoneae
Bangsa
: Malvales
Suku
: Stercuiiaceae
Marga
: Guazuma
Jenis
: Guazuma ulmifolia Lamk.
Nama umum/dagang : Jati Belanda
Nama daerah.

Sumatera

: Jati belanda (Melayu)

Jawa

: Jati londo (Jawa Tengah)

Deskripsi Tanaman
Habitus
: Pohon, tinggi 10 m
Batang : Keras,bulat permukaan kasar,banyak alur, berkayu,
Daun

bercabang, hijau keputihan


: Tunggal, bulat telur, permukaan kasar, tepi bergerigi,
ujung

runcing,pangkal

berlekuk,

pertulangan

menyirip, berseling, panjang 10-16 cm, lebar 3-6


Bunga

cm, hijau .
: Tunggal,bulat, di ketiak daun, tangkai 1-1,5 cm,

Biji
Akar

hijau muda
: Kecil, keras, diameter 2mm, coklat muda
: Tunggang, putih kecoklatan

Khasiat Tanaman
Daun Guazuma ulmitolia berkhasiat sebagai obat pelangsing tubuh,
bijinya sebagai obat mencret. Sebagai obat pelangsing tubuh
dipakai 20 gram serbuk daun Guazuma ulmifolia, diseduh dengan

10

I gelas air matang panas, setelah dingin disaring, Hasil saringan


diminum sehari dua kali sama banyak yaitu pada pagi dan sore hari.
Kandungan Kimia
Daun dan kulit batang Guazuma ulmifolia mengandung alkaloida
dan flavonoida, disamping itu daunnya juga mengandung saponin
dan tannin ( Hutapea, 2000 ).
1.3.2 Bangle (Zingiber purpureum Roxb)

Gambar 2. Bangle (Zingiber purpureum Roxb)

Klasifikasi Tanaman
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Zingiberales
Suku
: Zingiberaceae
Marga
: Zingiber
Jenis
: Zingiber purpureum Roxb. (Hutapea, dkk.,

Sumatera

1993)
Nama umum/dagang : Bengle
Nama daerah
: Mungle (Aceh) Bengle (Gayo) Bungle (Batak)

Jawa

Banlai (Minangkabau) Kunyit Bolai (Meiayu)


: Panglai (Sunda) Bengle (Jawa Tengah} Pandiang

Bali
Kalimantan
Sulawesi

(Madura)
: Banggele
: Banglas (Dayak)
: Kekundiren (Minahasa) Bale (Makasar) Panini

(Bugis)
Nusa Tenggara :Bangulai (Bima) Bangalai (Roti)

11

Maluku
: Unin makei (Ambon) Bangle (Ternate)
Deskripsi Tanaman
Habitus
: Herba, semusim, tegak, tinggi 1-1,5 cm
Bantang
: Semu, hijau
Daun
: Tunggal, lonjong, tipis, pangkal tumpul, ujung
runcing, lepi rata, berbulu, panjang 23-35 cm,
Bunga

lebar 20-25 cm, pertulangan menyirip, hijau.


: Majemuk, bentuk tandan, di u|ung batang,
panjang 6-10 cm, lebar 4-5 cm, ujung bersegi,

hijau
Akar
: Serabut,putih kotor
Khasiat Tanaman
Rimpang Zingiber purpureum berkhasiat sebagai obat demam,
obat perut nyeri, obat sembelit, obat masuk angin, obat cacing
dan obat encok. Untuk obat demam dipakai 15 gram rimpang
segar Zingiber purpureum, dicuci, diparut, diperas, ditambah 1/2
gelas air panas dan 2 sendok makan maduk, diaduk, diminum
sehari dua kali sama banyak pagi dan sore.

Kandungan Kimia
Rimpang Zingiber purpureurn mengandung saponin dan
flavonoida, tannin, disamping minyak atsiri.

1.3.3 Cabai Jawa (Piper retrofractum Vahl.)

Gambar 3. Cabai Jawa (Piper retrofractum Vahl.)

Klasifikasi Tanaman
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas
: Dycotyledoneae

12

Bangsa
: Piperales
Suku
: Piperaceae
Marga
: Piper
Jenis
: Piper retrofractum Vahl.
Nama umum/dagang : Cabe Jawa
Nama daerah
Sumatera
: Lada panjang (Melayu) Cabe jawa
Jawa
Deskripsi Tanaman

(Melayu)
: Cabe jawa (Jawa) Cabi solah (Madura)

Habitus
Bantang

:
:

Semak, menjalar, panjang 12m


Bulat,bekayu, membelit, beralur,

Daun

beruas, hijau
Tunggal, lonjong, pangkal tumpul,
ujung uncing, tepi rata, pertulangan
menyirip, permukaan atas licin,
permukaan bawah berbintik-bintik,
panjang 8,5-20 cm, lebar 3-7 cm,

Bunga

hijau
Majemuk, bentuk bulir tangkai

panjang 0,5-2 cm, benang sari dua


kadang

tiga,

penndek,

kuning,

Buah

putik
Lonjong, masih muda hijau setelah

Biji
Akar
Khasiat Tanaman

:
:

tua merah
Bulat pipih, coklat keputihan
Tunggang, putih pucat

Buah Piper retrofractum berkhasiat sebagai obat demam, mulas,


lemah syaraf dan akarnya berguna untuk obat gigi nyeri. Untuk
obat demam dipakai + 3 gram buah Piper retrofractum, dicuci,
dikeringkan, diserbuk, kemudian diseduh dengan 1/2 gelas air
matang panas, diminum hangat-hangat kuku bersama ampasnya.

Kandungan Kimia

13

Buah, daun dan batang Piper retrofractum mengandung alkaloida,


saponin dan polifenol, di samping itu buahnya juga mengandung
minyak atsiri.

1.3.4 Sirih (Piper betle L.)

Gambar 4. Sirih (Piper betle L.)

Klasifikasi Tanaman
Divisi
:
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas
:
Dycotyledoneae
Bangsa
:
Piperales
Suku
:
Piperaceae
Marga
:
Piper
Jenis
:
Piper betle L. (Hutapea, 2000)
Nama umum/dagang : Sirih
Nama daerah.
Sumatera

Ranub (Aceh) sereh (Gayo) Belo (Batak)


Burangir

(Mandailing) Afo

(Nias)

Cabai

(Mentawai) Siho (Kerinci) Sirih (Palembang)


Sirieh

(Minangkabau)

Cambai

(Lampung)

Furukuwe (Enggano)
Jawa

Seurueh (Sunda) Suruh (jawa Tengah)

Bali

Base

14

NusaTenggara :

Leko (Sasak) Nahi (Bima) Kowak (Sumba)


mengi (Ende) Malu (Solor) Malo(Alor)

Sulawesi

Dentile (Gorontalo) Parigi (Toli-toli) Gamnjeng


(Makasar)

Maluku

Deskripsi
Habitus
Batang
Daun

:
:
:

Gies (Halmahera) Bido (Ternate)

Perdu, merambat
Berkayu, bulat, berbuku-buku, beralur, hijau.
Tunggal, bulat memanjang, pangkal bentuk
jantung, ujung meruncing, tepi rata, panjang 58cm, lebar 2-5 cm, bertangkai, permukaan

Bunga

halus, pertulangan menyirip, hijau, hijau tua


Majemuk, berbentuk bulir, daun pelindung 1
mm, bentuk bulat panjang, bulir jantan
panjang 1 -3 cm, benang sari dua, pendek,
bulir betina panjang 1 -6 cm kepala putik

Buah
Akar

:
:

tiga sampai lima, utih, hijau kekuningan.


Buni, bulat, hijau keabu-abuan
Tunggang, bulat, coklat kekuningan

Khasiat Tanaman
Daun Piper betle berkhasiat sebagai obat hidung berdarah, obat
bisul, obat batuk, obat sariawan dan obat sakit mata.

Kandungan Kimia
Daun Piper betle mengandung saponin, flavonoida, polifenol, dan
minyak atsiri ( Hutapea. 2000 )

I.3.5 Delima putih (Punica granatum L.)

15

Gambar 5. Delima putih (Punica granatum L.)

Klasifikasi Tanaman
Divisi
:
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas
:
Dycotyledoneae
Bangsa
:
Myrtales
Suku
:
Punicaceae
Marga
:
Punica
Jenis
:
Punica granatum L.
Nama umum/dagang : Delima
Nama daerah
Sumatra

Glima (Aceh) Glimau mekah (Gayo)


Dalimo (Batak) Delima (Melayu)

Jawa

Dlima (Jawa Tengah) Dhalima


(Madura)

Nusa Tenggara

Jeliman (Sasak) Talima (Bima) Dila


daelak (Roti) Lekokase (Timor)

Deskripsi Tanaman
Habitus
:
Batang
:

Perdu, tinggi 2-5 m


Berkayu, bulat bercabang,

berduri,

masih muda, coklat setelah tua hijau


Daun

kotor
Tunggal, bentuk lanset, tepi rata, ujung
runcing, pangkal tumpul, panjang 1-8
cm,

Bunga

lebar

5-15

mm,

pertulangan

menyirip, permukaan mengkilat, hijau


Tunggal, di ujung cabang, tangkai
pendek, kelopak berlekatan, merah atau
kuning

16

pucat,

mahkota

membulat,

tangkai sari melengkung, kuning, putik


Buah
Biji
Akar

putih, merah atau kuning


Buni, bulat, diameter 5-12 cm, hijau

:
:

kekuningan
Bulat, keras, kecil, merah
Tunggang, kuning kecoklatn

Khasiat Tanaman
Akar Punica granatum berkhasiat sebagai obat cacing, obat batuk
dan obar mencret. Untuk obat cacing dipakai 10 gram akar segar
Punica granatum, direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit,
setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.
Kandungan Kimia
Akar, buah, bunga, kulit batang dan kulit buah Punica granatum
mengandung saponin dan flavonoida, di samping itu akarnya juga
mengandung polifenol, sedangkan kulit batang, bunga dan buahnya
juga mengandung tannin ( Hutapea, 2000 ).

BAB II
FORMULASI OBAT TRADISIONAL
2.1 Resep Jamu Pelangsing
100 gram gula merah,
2 ruas bangle yang telah dicuci dan dikupas,
8 lembar daun jati belanda,
3 lembar daun sirih,
2 buah cabai jawa,
6 cm kulit delima putih, dan
5 gelas air.
2.1.1 Mekanisme Kerja

17

a.

Daun Jati Belanda


Daun Jati Belanda dapat mendegradasi lemak dan menurunkan kadar

kolesterol dalam darah dengan kandungan kimia alkaloid, flavonoid, saponin,


tanin, karotenoid, asam fenol dan damar. Senyawa tanin dan musilago yang
terkandung dalam daun Jati Belanda dapat mengendapkan mukosa protein yang
ada di dalam permukaan usus halus sehingga dapat mengurangi penyerapan
makanan. Dengan demikian proses obesitas (kegemukan) dapat dihambat
(Hayati,2009). Selain itu kandungan polisakarida pada daun jati belanda berfungsi
untuk melancarkan defekasi dengan mekanisme menstimulasi gerakan peristaltic
usus sebagai reflex dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan
demikian menyebabkan atau mempermudah buang air besar (defekasi) dan
meredakan sembelit (Tjay dan Rahardja, 2008).
Menurut Raharjo et al. (2005) ekstrak etanol daun Jati Belanda menghambat
aktivitas enzim lipase serum Rattus norvegicus secara bermakna. Efek
penghambatan meningkat sesuai pertambahan dosis. Adanya hambatan terhadap
aktivitas enzim lipase (orlistat) dapat menurunkan absorpsi lemak dengan
menghambat aktifitas enzim lipase pankreas yang mengkatalisasi hidrolisasi
trigliserid makanan dalam usus menjadi 2 monogliserid dan 2 asam lemak rantai
panjang, sehingga absorpsi lemak dihambat dan meningkatkan ekskresi lemak
melalui feses (Hayati, 2009).
Mekanismenya sebagai berikut, kolesterol yang terbentuk menjadi asam
empedu berikatan dengan damar yang terkandung dalam Jati Belanda dan segera
diekskresi melalui feses. Cepatnya asam empedu diekskresikan oleh tubuh akan
disertai oleh cepatnya pembentukan asam empedu sehingga kolesterol dalam
tubuh segera diubah menjadi asam empedu. Dengan demikian, proses ini akan
mengurangi kadar kolesterol (Hayati,2009). Sementara itu, bahan simplisia yang
digunakan berkhasiat meningkatkan metabolisme tubuh sehingga pembakaran
timbunan lemak dalam tubuh akan meningkat. Dengan demikian akan mengurangi
kadar lemak tubuh. Ini berarti akan mengurangi terbentuknya kolesterol karena
lemak merupakan faktor risiko tinggi terhadap kolesterol. Efek itu disebabkan
senyawa alkaloid pada Jati Belanda yang berstruktur kimia mirip Orlistat
penghambat aktivitas enzim lipase. Akibatnya, penyerapan lemak oleh hati

18

terhambat sehingga mustahil diubah menjadi kolesterol dan kadarnya dalam darah
tidak berlebih (Hayati, 2009).
b.

Ruas Bangle
Menurut Darusman et al. (2001), degradasi lemak dapat didekati dengan

hidrolisis lemak melalui aktivitas lipase, sehingga ekstrak yang bersifat aktivator
enzim dapat dikategorikan sebagai peluruh lemak. Sebagai obat pelangsing. Tanin
yang terkandung dalam bangle memiliki potensi mengendapkan mukosa protein
yang ada di dalam permukaan usus halus sehingga dapat mengurangi penyerapan
makanan (Hayati, 2009).
c.

Daun Sirih dan Buah cabai Jawa


Penggunaan daun sirih dan buah cabai jawa pada ramuan jamu pelangsing

berfungsi untuk mengurangi efek samping iritasi pada usus yang dapat
ditimbulkan oleh daun jati belanda. Daun sirih dan buah cabai jawa berfungsi
sebagai antiseptik dengan membentuk lapisan pelindung dari jaringan baru yang
berregenerasi sehingga efek samping yang mungkin ditimbulkan dapat dihindari
(Tim Penyusun, 2007).
d.

Kulit Buah Delima Putih


Kandungan senyawa aktif yang terdapat pada buah delima putih berfungsi

sebagai adstringent saluran cerna dan abrasi kulit sehingga dapat memberikan
efek menyegarkan (Tim Penyusun, 2007).

19

BAB III
MET ODE PERACIKAN JAMU
3.1

Alat Dan Bahan


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

No
1.
2.

Alat
Pisau
Timbangan
Kompor
Gelas
Panci
Saringan

Bahan Aktif
Utama
Bangle
Daun Jati
Belanda

No
1.
2.

Bahan
Pendukung
Gula Merah
Kulit buah

No
1.

Bahan
Penghantar
Air

Bahan
No
1.
2.

Pengurang
Efek Samping
Daun Sirih
Buah cabai Jawa

Delima Putih

3.2 Penyiapan Bahan Baku


Kadar senyawa aktif dalam suatu tanaman dapat bervariasi tidak hanya
bergantung dari organ tanaman yang digunakan, tetapi juga bergantung dari umur
tanaman, waktu pengumpulan bahan serta teknik pengumpulan yang digunakan.
a. Daun jati Belanda
: daun dipetik secara manual langsung dan
dilakukan saat proses fotosintesis maksimal,
yaitu saat mulai

20

berbunga atau saat buah

menjadi masak. Pada saat ini proses fotosintesis


b. Daun sirih

berhenti sementara.
: daun dikumpulkan secara manual langsung pada
bagian pucuk daun, dilakukan pada saat warna
pucuk daun belum berubah menjadi seperti warna

c. Buah cabai jawa

daun tua.
: Buah dipanen saat menjelang masak secara
manual

langsung,

hal

ini

bertujuan

agar

pemanfaatan kandungan senyawa bioaktifnya


dapat maksimal dan apabila dipanen saat masak
buah
d. Ruas Bangle

berpotensi

busuk

hal

ini

berisiko

menimbulkan efek samping hipertensi.


: ruas bangle dipanen saat awal musim kemarau
secara manual langsung karena diakhir musim
kemarau

e. Kulit Delima Putih

kandungan

cenderung rendah.
: pengambilan kulit

senyawa
hanya

bioaktifnya

dilakukan

pada

tanaman yang sudah cukup umur, pengambilan


dilakukan dengan teknik manual memakai pisau.
Saat panen yang paling baik adalah awal musim
kemarau.
Semua bahan yang telah dikumpulkan kemudian dicuci pada air mengalir
hingga bersih, untuk komponen daun jati belanda, kulit buah delima putih, buah
cabai jawa dan daun sirih cukup dicuci sebentar untuk menghilangkan pengotor
yang melekat pada daun.
Ruas bangle dicuci hingga kotoran yang melekat seperti debu dan tanah
tercuci bersih. Ruas bangle kemudian dikeringkan (Tim Penyusun, 2007).
3.3 Cara Pengolahan
Semua bahan jamu disiapkan, kemudian bangle diiris dan direbus bersama
cabai jawa dan kulit delima putih dalam lima gelas air menggunakan api kecil.
Setelah aromanya keluar, dimasukkan gula merah, daun jati belanda, dan daun
sirih, diaduk dan direbus semua bahan hingga mendidih dan air tersisa empat
gelas (Anonim d, 2009).
3.4 Cara Penggunaan

21

Diminum dua kali sehari masing-masing satu gelas (Anonim d, 2009).


BAB IV
KESIMPULAN
1.

Tanaman berkhasiat yang dapat digunakan sebagai bahan jamu pelangsing


adalah Daun Jati Belanda (Guazuma tomentosa Kunth) dan Bangle
(Zingiber purpureum Roxb).

2.

Kandungan senyawa aktif pada Daun Jati Belanda yang berfungsi sebagai
jamu pelangsing adalah senyawa tannin dengan mekanisme menghambat
absorbs lemak dan kolesterol serta kandungan senyawa polisakarida dengan
mekanisme kerja menekan nafsu makan dan melancarkan defekasi.

3.

Kandungan senyawa aktif pada ruas Bangle yang berfungsi sebagai jamu
pelangsing adalah senyawa tannin dengan mekanisme mengendapkan
mukosa protein yang ada di dalam permukaan usus halus sehingga dapat
mengurangi penyerapan makanan.

4.

Sediaan yang dibuat adalah jamu tradisional yang berkhasiat sebagai jamu
pelangsing, dimana cara pemakaiannya adalah diminum dua kali sehari.

22

DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2009. Kretinisme. (serial online), (cited 2009 Sep, 2).
Available from : http://chapurple.wordpress.com/tag/info-penyakit
Anonim b. 2009. Obesitas. (serial online), (cited 2009 Sep, 7).
Available from : http://medicastore.com/penyakit/42/Obesitas.html
Anonim c. 2009. Sindrom Cushing. (serial online), (cited 2009 Sep, 2). Available
from : http://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Cushing
Anonim d. 2009. Sehat Dan Langsing Dengan Ramuan Obat. (serial online),
(cited 2009 Sep, 3). Available from : http://distributor.agromedia.net
Faradz, M.H. Sultana. 2009. Retardasi Mental Pendekatan Seluler Dan
Molekuler. Pidato Pengukuhan Guru Besar. UNDIP. (serial online), (cited
2009 Sep, 3) Available from : http://digilib.undip.ac.id/ebooks
Hayati Elok. K. 2009. Potensi dan Peluang Tanaman Obat Sebagai Obat
Pelangsing Alami. (serial online), (cited 2009 Sep, 3). Available from :
http://elokkamilah.wordpress.com/kimia-farmasi-dan-medisinal-2
Hutapea. 2000. InventarisasiTanaman Obat Indonesia (I). Jilid 1. Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia: Jakarta
Irawan Anwari. M. 2007. Nutrisi, Energi dan Performa Olahraga .
(serial online), (cited 2009 Sep, 3). Available from :
http://www.pssplab.com/journal/04.pdf
Shandy, E.D. 2008. Jamu dan Keamanannya. (serial online), (cited 2009 Sep, 3).
Available from :www.pom.go.id
Tjay H.T., Rahardja K. 2008. Obat-Obat Penting. Edisi Keenam. PT. Gramedia:
Jakarta
Tim Penyusun. 2007. Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi. Jurusan Farmasi
:FMIPA

23

Anda mungkin juga menyukai