Anda di halaman 1dari 14

RESUME PENETAPAN TARIF SEWA LAHAN/BMN

PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA


NOMOR : PER-06/MBU/2011
TENTANG
PEDOMAN PENDAYAGUNAAN AKTIVA TETAP BADAN USAHA MILIK
NEGARA
Pasal 1
2. Pendayagunaan Aktiva Tetap adalah optimalisasi pemanfaatan Aktiva Tetap
BUMN melalui kerjasama dengan Mitra.
Pasal 6
(1) Pendayagunaan Aktiva Tetap dilakukan dengan cara antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Bangun Guna Serah;


Bangun Serah Guna;
KSO;
KSU;
Sewa; atau
Pinjam Pakai

Pasal 24
Pendayagunaan Aktiva Tetap dengan cara Sewa, dilakukan terhadap Aktiva Tetap
BUMN berupa tanah, bangunan dan/atau Aktiva Tetap lainnya.
Pasal 36
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan
Menteri ini, diatur oleh Direksi masing-masing BUMN.
Pasal 40
Sepanjang belum diatur dalam anggaran dasar, Aktiva Tetap yang telah
ditetapkan menjadi aktiva sewaan, baik sebelum berlakunya Peraturan
Menteri ini maupun yang penetapannya dilakukan berdasarkan Peraturan
Menteri ini, pelaksanaan sewanya, temasuk penetapan tarif Sewa
sepenuhnya menjadi kewenangan Direksi, dengan tetap mengupayakan
hasil yang optimal bagi perusahaan.

Kesimpulan :
Penetapan tarif sewa lahan / aktiva tetap BUMN belum diatur secara terperinci
dalam Peraturan Menteri ini, akan tetapi di kewenangan penetapannya
diserahkan sepenuhnya kepada Direksi masing-masing BUMN.

PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA


NOMOR : PER-13/MBU/09/2014
TENTANG
PEDOMAN PENDAYAGUNAAN ASET TETAP BADAN USAHA MILIK NEGARA

Pasal 1
Direksi harus menyusun daftar Aset Tetap yang kurang dan/atau tidak optimal
pemanfaatannya
disertai dengan penjelasan mengenai lokasi, kondisi, status kepemilikan, rencana
awal
pemanfaatan oleh perusahaan dan khusus terhadap Aset Tetap berupa tanah
dan/atau bangunan
disertai dengan penjelasan mengenai Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dimana
Aset Tetap
tersebut berada.
Pasal 2
(1) Dalam rangka optimalisasi nilai perusahaan, BUMN melakukan
pendayagunaan Aset Tetap
yang dimiliki dan/atau dikuasai.
(2) Pendayagunaan Aset Tetap dapat dilakukan sendiri oleh BUMN atau melalui
kerjasama
dengan pihak lain.
(3) Pendayagunaan Aset Tetap yang dilakukan sendiri oleh BUMN,
pelaksanaannya sepenuhnya
menjadi kewenangan Direksi sesuai dengan mekanisme internal perusahaan.
(4) Pendayagunaan Aset Tetap melalui kerjasama dengan pihak lain, dilakukan
berdasarkan
ketentuan yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(5) Direksi dapat menyusun peraturan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka
pelaksanaan
Peraturan Menteri ini.

LAMPIRAN
BAB III
PENDAYAGUNAAN ASET TETAP
I. CARA PENDAYAGUNAAN ASET TETAP
1. Pendayagunaan Aset Tetap dilakukan dengan cara, antara lain:
a. Bangun Guna Serah /BGS;
b. Bangun Serah Guna /BSG;
c. Kerjasama Operasi /KSO;
d. Kerjasama Usaha /KSU;
e. Sewa; atau
f. Pinjam Pakai.

IV. SEWA
4. UANG SEWA
4.1 BUMN berhak mendapatkan uang Sewa tahunan atau periode tertentu dari
Mitra
yang dibayarkan sekaligus di muka yang dituangkan dal am perjanjian.
4.2 Uang Sewa tersebut harus memperhitungkan:
a. Pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundanganundangan.
b. Asuransi objek Sewa.
c. Biaya pemeliharaan objek Sewa termasuk sarana dan prasarana yang melekat
pada objek Sewa.
d. Pajak Bumi dan Bangunan.
e. Biaya atau kewajiban lainnya yang terkait dengan objek Sewa.
4.3 Tarif uang Sewa tersebut ditetapkan oleh Direksi dengan memperhatikan
rencana
penggunaan oleh Mitra, nilai pasar setempat, estimasi kenaikan nilai Aset Tetap,
dan faktor lain yang relevan.

6. ASET TETAP SEWAAN


6. 1. Direksi dapat menetapkan Aset Tetap tertentu sebagai Aset Tetap untuk
sewaan

berdasarkan persetujuan RUPS/Menteri. Persetujuan RUPS/Menteri tersebut


dapat
diberikan sekaligus terhadap beberapa Aset Tetap.
6. 2. Penetapan Aset Tetap sewaan tersebut tidak boleh mengganggu kegiatan
operasional perusahaan.
6. 3. Pendayagunaaan Aset Tetap sewaan dengan cara Sewa kepada Mitra
dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan Sewa tersebut di atas.
6. 4. Sepanjang belum diatur dalam anggaran dasar, Aset Tetap yang telah
ditetapkan
menjadi aset sewaan, baik sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini maupun
yang
penetapannya dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri ini, pelaksanaan
Sewanya,
termasuk penetapan tarif Sewa, sepenuhnya menjadi kewenangan Direksi,
dengan
tetap mengupayakan hasil yang optimal bagi perusahaan.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN


NOMOR 96/PMK.06/2007
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN,
PENGHAPUSAN, DAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK NEGARA

Pasal 5
(4) Pemanfaatan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilakukan dalam bentuk:
a.
b.
c.
d.

sewa;
pinjam pakai;
kerjasama pemanfaatan;
bangun guna serah dan bangun serah guna.

Pasal 8
Ketentuan mengenai formula tarif sewa, ditetapkan dalam Lampiran II.A
Peraturan Menteri Keuangan ini.

LAMPIRAN II.A
FORMULA TARIF SEWA ATAS PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK
KEKAYAAN NEGARA
Besarnya biaya sewa Barang Milik Negara dihitung dengan formula sebagai
berikut:
1. Formula Sewa Tanah Kosong
St = 3,33 % x (Lt x Nilai tanah)
Keterangan:
a. St = Sewa tanah
Lt = Luas tanah (M2)
Nilai Tanah = Nilai tanah berdasarkan hasil penilaian dengan estimasi
terendah menggunakan NJOP (per M2)
b. Luas tanah dihitung berdasarkan pada gambar situasi/peta tanah atau
sertifikat tanah dalam meter persegi.
2. Sewa Tanah dan Bangunan
Stb = (3,33% x Lt x Nilai tanah) + ( 6,64% x Lb x Hs x Nsb)
Keterangan:
a. Lb = Luas lantai Bangunan (M2)
Hs = Harga satuan bangunan standar dalam keadaan baru (Rp/M2)

Nsb = Nilai sisa bangunan (%)


- Penyusutan untuk bangunan permanen = 2 % / tahun
- Penyusutan untuk bangunan semi permanen = 4 % / tahun
- Penyusutan untuk bangunan darurat = 10 % / tahun
- penyusutan maksimal 80 %
b. Luas bangunan dihitung berdasarkan luas lantai bangunan sesuai gambar
dalam meter persegi.
c. Harga satuan bangunan
Harga Satuan bangunan per M2 sesuai klasifikasi/tipe dalam keadaan
baru berdasarkan keputusan pemerintah daerah kabupaten/kota
setempat pada tahun yang bersangkutan.
Harga satuan tertinggi rata-rata per M2 bangunan bertingkat untuk
Bangunan Gedung Negara.

Jumlah lantai bangunan

d.

Harga satuan per M2 tertinggi

Bangunan 1 lantai

1,000 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 2 lantai

1,090 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 3 lantai

1,120 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 4 lantai

1,135 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 5 lantai

1,162 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 6 lantai

1,197 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 7 lantai

1,236 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 8 lantai

1,265 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 9 lantai

1,299 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 10 lantai

1,333 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 11 lantai

1,364 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 12 lantai

1,393 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 13 lantai

1,420standar harga gedung bertingkat

Bangunan 14 lantai

1,445 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 15 lantai

1,468 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 16 lantai

1,489 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 17 lantai

1,508 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 18 lantai

1,525 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 19 lantai

1,541 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 20 lantai

1,556 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 21 lantai

1,570 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 22 lantai

1,584 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 23 lantai

1,597 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 24 lantai

1,610 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 25 lantai

1,622 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 26 lantai

1,634 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 27 lantai

1,645 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 28 lantai

1,656 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 29 lantai

1,666 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 30 lantai

1,676 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 31 lantai

1,686 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 32 lantai

1,695 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 33 lantai

1,704 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 34 lantai

1,713 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 35 lantai

1,722 standar harga gedung bertingkat

D
al
a
m

hal sisa bangunan menurut umur tidak sesuai dengan kondisi nyata,
maka Nsb ditetapkan berdasarkan kondisi bangunan sebagai berikut:
- baik = 85% s.d. 100 % siap pakai/perlu pemeliharaan awal
- rusak ringan = 70% s.d. < 85% rusak sebagian non struktur
- rusak berat =
struktur/struktur

55%

s.d.

<

70%

rusak

sebagian

non

- rusak berat = 35% s.d. < 55% rusak sebagian besar non
struktur/struktur
Sewa Prasarana Bangunan
Sp = 6,64% x Hp x Nsp
a. Keterangan:
Sp = sewa prasarana bangunan (Rp/tahun)
Hp = harga prasarana bangunan dalam keadaan baru (Rp)
Nsp = nilai sisa prasarana bangunan (%)
b. Besar penyusutan / tahun dihitung dengan ketentuan:
- pekerjaan halaman = 5 %
- mesin/instalasi = 10 %
- furniture/elektronik = 25 %
- penyusutan maksimal = 80 %
3. Sewa Selain Tanah dan/atau Bangunan
Formula tarif sewa ditetapkan oleh masing-masing pengguna barang
berkoordinasi dengan instansi teknis terkait.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 33/PMK.06/2012
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK NEGARA

Formula Tarif Sewa BMN (Pasal 19)

(Tarif Sewa BMN = Tarif Pokok Sewa x Faktor Penyesuai


Sewa)
Tarif Pokok Sewa
Tarif pokok sewa dibedakan menjadi :
1. BMN berupa tanah; (Pasal 21-24)
Tarif Pokok Sewa Tanah = 3,33% x Lt x Nt
Keterangan :
3,33%
: Faktor variabel sewa tanah
Lt
: Luas tanah dihitung berdasarkan gambar situasi/peta tanah
atau sertifikat tanah yang dihitung dalam m 2.
Nt
: Nilai tanah (Rp/m2)

Nilai tanah tersebut merupakan nilai wajar atas tanah.


Dikecualikan apabila nilai wajar atas tanah tidak ada, sepanjang nilai
buku BMN berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang akan
disewakan dengan nilai buku sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah), penggunaan nilai dalam pengajuan usulan Sewa yang
dilakukan oleh Pengguna Barang :
a. Apabila nilai wajar atas tanah tidak ada, dapat digunakan nilai buku
yang tercatat dalam Daftar Barang Pengguna/Kuasa Pengguna atau
Laporan Barang Pengguna/Kuasa Pengguna, atau;
b. Apabila nilai wajar dan nilai buku tidak ada dapat digunakan indikasi
nilai yang mencerminkan perkiraan nilai tanah.

2. BMN berupa bangunan (Pasal 25-31)


Tarif Pokok Sewa Bangunan = 6,64% x Lb x Nb
Keterangan :
6,64%
: Faktor variabel sewa bangunan
Lb
: Luas bangunan merupakan luas lantai bangunan sesuai
gambar dalam m2
Nb
: Nilai bangunan (Rp/m2)

Nilai bangunan tersebut merupakan nilai wajar atas bangunan.

Dikecualikan apabila nilai wajar atas bangunan tidak ada, sepanjang


nilai buku BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang akan disewakan
sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), penggunaan
nilai dalam pengajuan usulan Sewa yang dilakukan oleh Pengguna
Barang:
a. Apabila nilai wajar atas bangunan tidak ada dapat digunakan harga
satuan bangunan.
b. Apabila nilai wajar dan harga satuan bangunan tidak ada dapat
digunakan nilai buku yang tercatat dalam Daftar Barang
Pengguna/Kuasa Pengguna atau Laporan Barang Pengguna/ Kuasa
Pengguna atau;
c. Apabila nilai wajar, harga standar bangunan untuk menghitung
harga satuan bangunan dan nilai buku tidak ada.dapat digunakan
indikasi nilai yang mencerminkan perkiraan nilai bangunan.
Harga satuan bangunan = Hs x Nsb
Keterangan :
Hs : Harga satuan bangunan standar dalam keadaan baru (Rp/m 2)
Nsb

: Nilai sisa bangunan (%)

Nilai sisa bangunan (Nsb) merupakan nilai sisa bangunan dalam


persentase setelah diperhitungkan penyusutan.
a. Penyusutan untuk bangunan permanen = 2 % / tahun
b. Penyusutan untuk bangunan semi permanen = 4 % / tahun
c. Penyusutan untuk bangunan darurat = 10 % / tahun
d. penyusutan maksimal 80 %
Dalam hal sisa bangunan menurut umur tidak sesuai dengan kondisi
nyata, maka nilai sisa bangunan (Nsb) ditetapkan berdasarkan
kondisi bangunan dengan perhitungan:
a. untuk kondisi baik, siap pakai/perlu pemeliharaan awal, sebesar
85% - 100%
b. untuk kondisi rusak ringan, rusak sebagian non struktur, sebesar
70% - 85%
c. untuk kondisi rusak berat:
pada sebagian bangunan non struktur/struktur
, sebesar 55% - 70%
pada sebagian besar bangunan non struktur/struktur,
sebesar 35% - 55%
Dalam hal bangunan yang akan disewakan lebih dari 1 (satu)
lantai, maka harga satuan bangunan standar dikalikan dengan
faktor jumlah lantai bangunan sesuai ketentuan yang diatur dalam
Lampiran PMK ini.
Jadi Tarif Pokok Sewa Bangunan = (6,64% x Lb x Hs x Nsb)
3. BMN berupa tanah dan bangunan (Pasal 32)
Tarif Pokok Sewa Tanah dan Bangunan
= Tarif Pokok Sewa Tanah + Tarif Pokok Sewa Bangunan
= (3,33% x Lt x Nt) + (6,64% x Lb xNb)

Atau
= (3,33% x Lt x Nt) + (6,64% x Lb x Hs x Nsb)

4. BMN selain tanah dan/atau bangunan. (Pasal 33-37)


Tarif Pokok Sewa Prasarana Bangunan = 6,64% x Hp
Keterangan :
6,64%
: Faktor variabel sewa prasarana bangunan
Hp
: Nilai prasarana bangunan dalam keadaan baru (Rp/M2)

Nilai prasarana bangunan merupakan nilai wajar atas prasarana


bangunan.
Dikecualikan apabila nilai wajar atas prasarana bangunan tidak ada,
penggunaan nilai dalam pengajuan usulan Sewa yang dilakukan oleh
Pengguna Barang:
a. Apabila nilai wajar atas prasarana bangunan tidak ada, dapat
digunakan nilai buku prasarana bangunan yang tercatat dalam
Daftar Barang Pengguna/Kuasa Pengguna atau Laporan Barang
Pengguna/Kuasa Pengguna, atau;
b. Apabila nilai wajar dan nilai buku tidak ada dapat digunakan indikasi
nilai yang mencerminkan perkiraan nilai prasarana bangunan.
Nilai buku merupakan nilai setelah diperhitungkan penyusutan
yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai penyusutan BMN.
Apabila nilai buku prasarana bangunan yang tercatat dalam
Daftar Barang Pengguna/Kuasa Pengguna atau Laporan Barang
Pengguna/Kuasa Pengguna belum memperhitungkan penyusutan,
maka nilai buku prasarana bangunan dihitung:
Nilai Buku Prasarana Bangunan = Hp x Nsp
Keterangan :
Hp

: Harga prasarana bangunan dalam keadaan baru (Rp/m 2)

Nsp : Nilai sisa prasarana bangunan (%)

Nilai sisa prasarana bangunan merupakan nilai sisa prasarana


bangunan dalam persentase setelah diperhitungkan penyusutan
yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai penyusutan BMN.
Apabila belum terdapat pengaturan mengenai penyusutan, maka
perhitungan penyusutan dihitung:
a. untuk prasarana berupa pekerjaan halaman sebesar 5% / tahun
b. untuk prasarana berupa mesin atau instalasi sebesar 10% / tahun
c. untuk prasarana berupa alat perabot dan elektronik sebesar 25% /
tahun
d. Penyusutan maksimal sebesar 80% / tahun

Jadi Tarif Pokok Sewa Prasarana Bangunan = 6,64% x Hp x Nsp

Faktor Penyesuai Sewa

(Pasal 38-44)

Faktor penyesuai Sewa dihitung dalam persentase meliputi:


1. Jenis kegiatan usaha penyewa yang dikelompokkan menjadi:
a. kegiatan bisnis;
b. kegiatan non bisnis;
c. kegiatan sosial.
2. Bentuk kelembagaan penyewa yang dikelompokkan menjadi :
a. Kategori I
b. Kategori II
c. Kategori III
3. Periodesitas Sewa yang dikelompokkan menjadi :
a. Per Tahun
b. Per Bulan
c. Per Hari
d. Per Jam
Besarnya Faktor Penyesuai Sewa dapat dilihat pada tabel berikut :
I.

Bentuk Kelembagaan Penyewa


a. Kategori I
i. Swasta, kecuali yayasan dan
koperasi
ii. Badan Usaha Milik Negara
iii. Badan Usaha Milik Daerah
iv. Badan hukum yang dimiliki
negara
v. Lembaga pendidikan asing
b. Kategori II
i. Yayasan
ii. Koperasi
iii. Lembaga Pendidikan Formal
iv. Lembaga Pendidikan Non Formal
c. Kategori III
i. Lembaga sosial
ii. Lembaga kemanusiaan
iii. Lembaga keagamaan
iv. Unit penunjang kegiatan
penyelenggaraan
pemerintahan/negara

II
.

Periodesitas Sewa
a
.

per Tahun

Jenis Kegiatan Usaha


a. Bisnis
b. Non
Bisnis
100%
50%

Penyewa
c.
Sosial
10%

100%

40%

5%

100%

30%

5%

Persent
ase
100%

b
.
c
.
d
.

per Bulan

130%

per Hari

160%

per Jam

190%

Pasal 77
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, ketentuan mengenai
pemanfaatan BMN dalam bentuk Sewa sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan Dan Pemindahtanganan Barang Milik
Negara dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Lampiran PMK No.33/PMK.06/2012


FAKTOR JUMLAH LANTAI BANGUNAN
DALAM PERHITUNGAN HARGA SATUAN BANGUNAN STANDAR
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Jumlah Lantai Bangunan


Bangunan 1 lantai
Bangunan 2 lantai
Bangunan 3 lantai
Bangunan 4 lantai
Bangunan 5 lantai
Bangunan 6 lantai
Bangunan 7 lantai
Bangunan 8 lantai
Bangunan 9 lantai
Bangunan 10 lantai
Bangunan 11 lantai
Bangunan 12 lantai
Bangunan 13 lantai
Bangunan 14 lantai
Bangunan 15 lantai
Bangunan 16 lantai
Bangunan 17 lantai
Bangunan 18 lantai
Bangunan 19 lantai
Bangunan 20 lantai
Bangunan 21 lantai
Bangunan 22 lantai
Bangunan 23 lantai
Bangunan 24 lantai
Bangunan 25 lantai
Bangunan 26 lantai
Bangunan 27 lantai
Bangunan 28 lantai

Harga Satuan Per m2 Tertinggi


1,000 standar harga gedung bertingkat
1,090 standar harga gedung bertingkat
1,120 standar harga gedung bertingkat
1,135 standar harga gedung bertingkat
1,162 standar harga gedung bertingkat
1,197 standar harga gedung bertingkat
1,236 standar harga gedung bertingkat
1,265 standar harga gedung bertingkat
1,299 standar harga gedung bertingkat
1,333 standar harga gedung bertingkat
1,364 standar harga gedung bertingkat
1,393 standar harga gedung bertingkat
1,420 standar harga gedung bertingkat
1,445 standar harga gedung bertingkat
1,468 standar harga gedung bertingkat
1,489 standar harga gedung bertingkat
1,508 standar harga gedung bertingkat
1,525 standar harga gedung bertingkat
1,541 standar harga gedung bertingkat
1,556 standar harga gedung bertingkat
1,570 standar harga gedung bertingkat
1,584 standar harga gedung bertingkat
1,597 standar harga gedung bertingkat
1,610 standar harga gedung bertingkat
1,622 standar harga gedung bertingkat
1,634 standar harga gedung bertingkat
1,645 standar harga gedung bertingkat
1,656 standar harga gedung bertingkat

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Bangunan
Bangunan
Bangunan
Bangunan
Bangunan
Bangunan
Bangunan
Bangunan
Bangunan
Bangunan
Bangunan
Bangunan

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

lantai
lantai
lantai
lantai
lantai
lantai
lantai
lantai
lantai
lantai
lantai
lantai

1,666
1,676
1,686
1,695
1,704
1,713
1,722
1,730
1,738
1,746
1,754
1,761

standar
standar
standar
standar
standar
standar
standar
standar
standar
standar
standar
standar

harga
harga
harga
harga
harga
harga
harga
harga
harga
harga
harga
harga

gedung
gedung
gedung
gedung
gedung
gedung
gedung
gedung
gedung
gedung
gedung
gedung

bertingkat
bertingkat
bertingkat
bertingkat
bertingkat
bertingkat
bertingkat
bertingkat
bertingkat
bertingkat
bertingkat
bertingkat

Anda mungkin juga menyukai