Lalu Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam bersabda, Walladz nafs biyadihi, inn
tadmna 'al m takmna 'ind wafidz dzikri, la shfahatkumul mal'ikatu 'al
furusyikum wafi thuruqikum, walkin y Hanzhalah s'atan s'atan....., Demi Dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya kalian senantiasa berada dalam
kondisi ketika berada di sisiku, dan ketika dalam dzikir, maka malaikat pasti akan
menyalami kalian, di atas tempat tempat tidur kalian, dan jalan jalan kalian.
Tetapi wahai Hanzhalah, sesaat sesaat. Beliau mengucapkan itu tiga kali.
Kisah di atas ingin menjelaskan bahwa Al-mnu yazdu wa yanqush, iman itu
bertambah dan berkurang, naik dan turun, bertambah dan naik dengan sebab taat,
berkurang dan turun karena maksiat. Kalau sahabat Hanzhalah dan Abu Bakar -lelaki
surgawi- saja mengalami itu, apalagi kita ?
Maka, mari kita bergandengan tangan untuk senantiasa menjaga iman kita, agar tidak
layu, sebagaimana perkataan para sahabat kepada rekannya, Hayya bin nu'minu
s'atan. Mari kita menambah iman barang sejenak. Agar hati kita hidup. Agar hati
kita tenang. Agar hati kita tentram. Agar hati kita bahagia. Karena bukankah
kebahagiaan hakiki letaknya ada di hati?