Demensia
Oleh : Kelompok 6
Fasilitator : dr. Sugiono Suwandi
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TARUMANAGARA
ANGGOTA KELOMPOK
Ketua
:
Hosana Tridho Yuwono
Sekretaris
:
Regina Effenmeita
Anggota :
Arianto Leonardi
Liliana Kencana
Iman teguh
Titi Nurhayati
Susanti Lingga Hutama
Cynthia A. Loway
Nico Lie
Melissa Santoso
Rayhan Nugraha
Megawati Lohannatha
SKENARIO
Ny. Onto, 68 tahun, mantan dosen Akademi Bahasa
Asing, diantar berobat ke dokter oleh anaknya karena
pergelangan kaki kanan bengkak dan nyeri akibat jatuh
tersandung mainan cucunya 1 hari yang lalu.
Sejak jatuh pasien harus dipapah bila berjalan.
Pasien juga mengeluh mudah lupa yang semakin berat
sejak 1 tahun terakhir. Sebelum jatuh, aktivitas hidup
sehari-hari masih mandiri, namun pasien kesulitan untuk
berbelanja dan memasak karena sering lupa. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit lain. Namun, sewaktu masih
hidup, ibu pasien juga mempunyai gangguan yang sama
seperti pasien yaitu sering lupa.
Dari pemeriksaan jasmani pergelangan kaki tampak
bengkak, kemerahan, disertai nyeri gerak, namun tidak
didapatkan patah tulang, dilokasi sendi atau luka.
Learning Objectives
Mengetahui dan menjelaskan definisi,
epidemiologi, etiologi, akibat dan terapi dari jatuh
Mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang
berpengaruh pada kontrol postural
Mengetahui dan menjelaskan definisi dan jenisjenis keseimbangan
Mengetahui dan menjelaskan definisi,
epidemiologi, etiologi, akibat, diagnosis dan terapi
dari demensia
Mengetahui dan menjelaskan tipe-tipe dan
instrumen ukur gangguan status fungsional
INSTABILITAS
JATUH
Pergelangan kaki
bengkak, merah, nyeri
Gangguan Status
(DEMENSIA)
Riwayat Keluarga
Fungsional
Imobilisasi
Tidak Mandiri
Keseimbangan
Keseimbangan merupakan proses kompleks
yang melibatkan penerimaan dan integrasi input
sensorik serta perencanaan dan pelaksanaan
gerakan
untuk
mencapai
tujuan
yang
membutuhkan postur tegak; suatu kemampuan
untuk mengontrol pusat gravitasi tetap berada di
atas landasan penopang
Letak pusat gravitasi pada orang dewasa
terdapat di kurang lebih 1 inchi di depan tulang
belakang setinggi sakrum yang kedua.
Keseimbangan
Diatur oleh serebelum :
Vestilbuloserebelum pertahankan
keseimbangan & kontrol gerakan mata
Serebroserebelum perencanaan dan
inisiasi aktivitas volunter dengan memberikan
masukan ke daerah-daerah motorik korteks
serta ingatan prosedural
Keseimbangan
Spinoserebelum
Atur tonus otot & gerakan volunter yang terampil &
terkoordinasi.
Terima masukan dari reseptor2 perifer yang beritahu
mengenai apa yang sebenarnya terjadi dengan
gerakan dan posisi tubuh
Sebagai manajemen menengah, membandingkan
keinginan & perintah dari pusat-pusat yang lebih
tinggi dengan kinerja otot-otot & kemudian
mengoreksi tiap kesalahan atau penyimpangan dari
gerakan yang diinginkan
Perkirakan posisi bagian tubuh dalam sepersekian
detik penyesuaian
Jenis Keseimbangan
Ada dua jenis keseimbangan :
Keseimbangan statis
untuk mempertahankan suatu posisi pada
suatu periode tertentu.
Keseimbangan dinamis
untuk mempertahankan keseimbangan pada
waktu bergerak
Strategi Mempertahankan
Keseimbangan
Strategi Pergelangan Kaki
Strategi Panggul
Strategi Suspensori
Strategi Melangkah
Strategi Panggul
u/ gangguan yg lebih besar,cepat &
mendekati batas stabilitas
Landasan pijakan tidak stabil
Kepala dan panggul bergerak pada arah
yang berlawanan
Sering digunakan lansia
Strategi Suspensori
Kombinasi stabilitas dan mobilitas
Sedikit berjongkok
Memperpendek jarak pusat gravitasi
dengan landasan penopang
Contoh: berselancar angin
Strategi Melangkah
Digunakan jika 3 strategi diatas tidak
memadai untuk memulihkan
keseimbangan
Pusat gravitasi sudah melewati landasan
penopang awal
Kaki akan melangkah untuk membuat
landasan penopang baru
Batas Stabilitas
Derajat Stabilitas
Faktor yang yang mempengaruhi derajad
stabilitas tubuh :
1.Tingginya pusat gravitasi di atas landasan
penopang
2.Lokasi garis gravitasi pada landasan
penopang
3.Berat badan
4.Besarnya ukuran landasan
Kontrol Postural
Mekanisme
keseimbangan
postural
membutuhkan kerjasama dan interaksi
dari tiga komponen, yaitu: Sistem Sensori
dan sistem motorik dan keseimbangan
postural yang meliputi sistem visual,
vestibular dan proprioseptif
Kontrol Postural
1.
Sistem Sensorik
Yang berperan di dalamnya adalah visus (tajam
penglihatan), pendengaran, fungsi vestibuler
dan propioseptif. Semua gangguan atau
perubahan pada mata akan menimbulkan
gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga
akan menimbulkan gangguan pendengaran.
Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia
yang diduga karena adanya perubahan fungsi
vestibuler akibat proses menua. Neuropati
perifer dan penyakit degeneratif leher akan
mengganggu fungsi propioseptif (Tinetti, 1992).
Kontrol Postural
2. Sistem Saraf Pusat
SSP akan memberikan respon motorik untuk
mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti
stroke, Parkinson, normotensif hidrocephalus sering
diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi
SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input
sensorik (Tinetti, 1992).
3. Sistem Muskuloskeletal
Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan
faktor yang benar-benar murni milik lansia yang
berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan
sistem muskuloskeletal menyebabkan gangguan
berjalan dan ini berhubungan dengan proses menua
yang fisiologis maupun penyakit tertentu.
Siklus Berjalan
Gait
pola berjalan
Cadence kecepatan &jumlah langkah
per menit
Swing phase & stance phase
Single limb support & double limb support
Siklus Berjalan
JATUH
Definisi jatuh
Sistem kontrol postural gagal mendeteksi
pergeseran dan tidak mereposisi pusat
gravitasi terhadap landasan penopang
pada waktu yang tepat
Etiologi jatuh
Bahaya
lingkungan
Gangguan cara
berjalan/kesimbangan
Obat-obatan
Tersandung
/terpleset
kelemahan
sinkop
Defisit sensorik
instabilitas
jatuh
Drop
attack
Gangguan
efektivitas
kehidupan seharihari
dizziness
Penyakit medis
ortostasis
penyebab
Kerapuhan/keren
tahan terkait
usia
vertigo
Faktor resiko
Faktor Ekstrinsik
Faktor Lingkungan
Obat-obatan
somnolen (obat hipnotik)
postural hypotension (diuretik, nitrat, obat antihipertensi dan
antidepresan trisiklik)
kebingungan (simetidine dan digitalis)
Komplikasi Jatuh
Perlukaan (injury)
Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau
tertariknya jaringan otot.
Patah tulang (fraktur) seperti fraktur pelvis, collum femoris, humerus,
lengan bawah, tungkai bawah dan lain-lain.
Hematom subdural.
Disabilitas
Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik.
Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri dan
pembatasan gerak.
PENATALAKSANAAN JATUH
Faktor Resiko dan Penilaian
Lingkungan saat jatuh sebelumnya
Konsumis obat-obatan
Pengelihatan
Keseimbangan dan gaya berjalan
Pemeriksaan neurologis
Tatalaksana
Perubahan lingkungan dan aktivitas
untuk mengurangi kemungkinan jatuh
berulang.
Review dan kurangi konsumsi obat-obatan
Penerangan yang tidak menyilaukan; rujuk
ke dokter spesialis mata.
Diagnosis dan tata laksana penyebab
dasar; kurangi obat-obatan yang
mengganggu keseimbangan; intervensi
lingkungan; rujuk ke rehabilitasi medik
untuk alat bantu dan latihan
keseimbangan dan gaya berjalan.
Diagnosis dan tata laksana penyebab
dasar; tingkatkan input proprioseptif;
kurangi obat-obatan yang mengganggu
fungsi kognitif; kurangi faktor resiko
lingkungan; rujuk ke rehabilitasi medik.
PENATALAKSANAAN JATUH
Penilaian dan Faktor Resiko
Tata Laksana
Pemeriksaan kardiovaskular
Evaluasi terhadap bahaya di rumah
setelah dipulangkan dari rumah sakit
Uji Fungsional
o The timed up-and-go test (TUG)
o Uji menggapai fungsional
o Uji keseimbangan Berg
Pencegahan Jatuh
Identifikasi dan edukasi faktor penyebab
Penilaian keseimbangan dan gaya
berjalan
Olahraga teratur
Intervensi medis dan proteksi khusus
Pemeriksaan neurologis
DEMENSIA
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual
dan memori didapat yang disebabkan oleh
gangguan otak, yang tidak berhubungan
dengan gangguan tingkat kesadaran.
Pasien demensia harus mempunyai gangguan
memori selain kemampuan mental lain seperti
berpikir abstrak, penilaian, kepribadian, bahasa,
praksis, dan visuospasial sehingga hal-hal
tersebut mempengaruhi aktivitas kerja dan
sosialnya secara bermakna.
EPIDEMIOLOGI
Setelah usia 65 tahun, prevalensi
meningkat 2x lipat setiap pertambahan
usia 5 tahun.
Prevalensi demensia pada populasi
berusia >60 tahun adalah 5,6 %.
Penyebab tersering demensia :
- Di AS dan Eropa Penyakit Alzheimer
- Di Asia Demensia vaskular
KLASIFIKASI
Menurut umur :
- Demensia senilis
- Demensia prasenilis
Menurut perjalanan penyakit :
- Reversible
- Irreversible (Hematoma subdural, Defisiensi vitamin B,
toksisitas obat)
Menurut kerusakan struktur otak :
- Demensia Alzheimer
- Demensia vaskular
- Lewy Body dementia
- Demensia fronto temporal
- Demensia pada penyakit parkinson
PATOLOGI
Alzheimer Plak senilis dan neuritik,
neurofibrillary tangle, hilangnya neuron/sinaps,
degenerasi granulovakuolar dan Hirano bodies.
Vaskular Adanya infark multipel dan
abnormalitas substansi alba
Fronto temporal Atrofi pada lobus temporan
dan/atau frontal
Lewy body Adanya lewy body di seluruh
korteks, amigdala, cingulated cortex dan
substansia nigra
DIAGNOSIS
Menetapkan seorang pasien :
- Mengalami demensia atau tidak
- Ditentukan berat tidaknya penyakit
- Tipe demensianya
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria
diagnosis yang sesuai dengan DSM IV
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Alzheimer Gejala memori, kesulitan mengurus keuangan,
berbelanja, mengikuti perintah, menemukan kata, atau
mengemudi
- Fronto temporal dementia Perubahan kepribadian,
disinhibisi, peningkatan berat badan, atau obsesi terhadap
makanan, apatis, hilangnya fungsi eksekutif, abnormalitas
fungsi bicara, keterbatasan kemampuan memori atau spasial.
- Lewy body Halusinasi visual, parkinsonisme, delirium,
gangguan tidur REM, sindrom Capgras
- Vaskular Riwayat adanya strok dengan progresi bertahap
dan tidak teratur, terjadi pada pasien dengan faktor resiko
hipertensi, fibrilasi atrium, penyakit vaskular perifer, dan
diabetes.
DIAGNOSIS
Pemeriksan fisik dan neurologis
- Mencari keterlibatan sistem saraf dan
penyakit sistemik yang mungkin dapat
dihubungkan dengan gangguan
kognitifnya
- Ada tidaknya gangguan pendengaran dan
penglihatan
DIAGNOSIS
Pemeriksaan kognitif dan neuropsikiatrik
- Untuk evaluasi, konfirmasi penurunan fungsi
kognitif dan memantau perjalanan penyakit
digunakan the mini mental status
examination (MMSE).
- MMSE : pemeriksaan yang mudah dan
cepat, berupa 30 point test terhadap fungsi
kognitif, uji orientasi, memori kerja, memori
episodik, komprehensi bahasa, menyebutkan
kata dan mengulang kata
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan fungsi tiroid, kadar vitamin
B12, darah lengkap, elektrolit dan VDRL.
- Tambahan : Pungsi lumbal, fungsi hati,
ginjal, pemeriksaan toksin di urin/darah,
dan Apolipoprotein
- CT/MRI kepala
Kolinesterase inhibitor
Antioksidan (vitamin E)
Memantin
Terapi lain : ginko biloba, huperzin A,
imunisasi/vaksinasi terhadap amyloid
DEMENSIA
JATUH
GANGGUAN STATUS
FUNGSIONAL
IMOBILISASI TIDAK MANDIRI
STATUS FUNGSIONAL
Tingkat status fungsional :
1.Basic Activities of daily Living (BADLs)
2.Instrumental / intermediate Activities of
Daily Living ( IADLs)
3.Advanced Activities of Daily Living
(AADLs)
STATUS FUNGSIONAL I
Kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari
Mewakili gambaran kemampuan umum seseorang
dalam menerangkan fungsinya sebagai manusia mandiri
Mewakili gambaran kondisi kesehatan secara umum
Kondisi medik teratasi belum tentu tidak tergantung
bantuan orang lain, perlu kajian status fungsional
Kajian status fungsional: melakukan pemeriksaan
dengan instrumen tertentu untuk membuat penilaian
secara obyektif
STATUS FUNGSIONAL II
20
12 - 19
Ringan
9 - 11
Sedang
5-8
Mandiri
Ketergantungan
Ketergantungan
Ketergantungan
IADL
Membaca, menulis
Memasak
Membersihkan rumah
Berbelanja
Mencuci pakaian sendiri
Mengelola keuangan sendiri
Mengelola obat-obatan sendiri
Penggunaan transportasi umum
Penggunaan alat komunikasi (telepon)
AMT
Umur ........................... Tahun
Waktu / jam sekarang
Alamat tempat tinggal
Tahun ini
Saat ini berada di mana
Mengenali orang lain (dokter, perawat, dll)
Tahun Kemerdekaan RI
Nama Presiden RI sekarang
Tahun Kelahiran pasien atau anak terakhir
Menghitung terbalik (20 s/d 1)
0 3 : Gangguan kognitif berat
4 7 : Gangguan kognitif
sedang
Kesimpulan
Proses menua, faktor resiko dan demensia pada
kasus Ny.Onto menyebabkan terjadinya
Instabilitas => jatuh.
Keseimbangan dipengaruhi oleh kontrol postural
yaitu sistem saraf, sistem muskuloskeletal,dan
strategi berjalan.
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada
kasus ini yaitu intervensi lingkungan,latihan fisik,
latihan taichi,dan adaptasi prilaku.
Demensia pada ny.onto kemungkinan karena
faktor genetik.
Saran
Hindari faktor ekstrinsik jatuh agar mengurangi
kemungkinan terjadinya jatuh
Olahraga yang teratur untuk melatih otot-otot
dan sendi yang berperan dalam keseimbangan
Jika sudah mempunyai instabilitas gunakan alat
bantu
Memakai sepatu sendal yang sesuai
Diperlukan brain exercise untuk terapi nonfarmakologik demensia
Tetap melakukan aktivitas sehari-hari, hindari
ketergantungan dengan orang lain
Daftar Pustaka
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 3, jil.
1, Balai Penerbit FKUI: Jakarta, 2001
R. Boedhi Darmojo, H. Hadimartono. Buku
Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut), Balai Penerbit FKUI: Jakarta,
1999
TERIMA KASIH