LP 1
LP 1
PENDAHULUAN
Data yang diperoleh dari ruangan ICU Dewasa Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh
darah Harapan Kita dari periode januari 2010 sampai dengan Desember 2010
adalah 1020 orang pasien menggunakan ventilasi mekanik dengan berbagai
macam kasus bedah.
Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit khususnya perawat ICU
(Intensive Care Unit) perlu memiliki pemahaman dasar mengenai penggunaan
ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat sangat membantu perawat dalam
memberikan pelayanan secara optimal.
TINJAUAN TEORITIS
A.
1.
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang
lama. (Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall
2000)
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat
bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas
buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan wajib pada unit perawatan
intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi
normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan
normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau
negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien
sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka
waktu lama. Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan
ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic
pasien, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan
Purnawan, 2010).
2.
1) Gagal Napas
3.
Klasifikasi
endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien
dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu
tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri
inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain siklus ventilator
hidup mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan
seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati.
Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek di
ruang pemulihan. Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri atau
mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume udara yang diterima
klien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara .Ventilator ini
digunakan pada neonatus dan bayi. Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator
yang mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang telah ditentukan. Jika
volume preset telah dikirimkan pada klien siklus ventilator mati dan ekshalasi
terjadi secara pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan
positif yang paling banyak digunakan.
Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :
1)
2)
Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas
hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
3)
Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang
pernafasan yang lain.
4)
5)
Dapat memonitor tekanan , volume inhalasi, volume ekshalasi, volume tidal,
frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi
6)
7)
8)
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan
oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit). Normal ratio I : E
(inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.
4.
Intubasi
Intubasi adalah tindakan invasive untuk memasukkan ETT ke dalam trakea dengan
menggunakan alat laryngoskopy. Diperlukan seperangkat peralatan penunjang dan
tenaga ahli karena kejadian hipoksia, aritmia, dan bahkan henti jantung dapat
terjadi dalam beberapa kasus. Untuk mengantisipasinya diperlukan tenaga yang
bersertifikasi PPGD dan ACLS. Alat-alat penunjang diantaranya troli emergency yang
dilengkapi obat-obat resusitasi seperti adrenalin (untuk asistole), sulfas atrophin
(untuk bradikardia), amiodarone (anti aritmia), inotropik jenis dobutamine atau
dopamine untuk meningkatkan afterload preload kontraktifitas ventrikel jika
terjadi gangguan hemodinamik saat intubasi.
Peralatan lain seperti defibrillator diperlukan untuk mengantisipasi aritmia ventrikel
yang dapat mengancam jiwa (Ventrycular Tachycardia dan Ventrycular Fibrilasi).
Peralatan suction diperlukan untuk membebaskan jalan nafas dari kemungkinan
penumpukan lendir (slym) saat intubasi.
Sebelum tindakan dimulai, premedikasi diberikan untuk memberikan efek sedasi
dari yang memiliki efek cepat seperti golongan opioid atau lambat seperti
benzodiazepine. Paralise otot nafas dapat dipertimbangkan jika proses intubasi
masih sulit dilakukan. Jenis premedikasi dipilih yang memiliki resiko minimal
terhadap organ yang sedang mengalami gangguan.
Sebelum intubasi dimulai, hiperoksigenasi dilakukan melalui ambubag dengan
kecepatan aliran 12 15 liter/menit, sampai saturasi oksigen meningkat > 95%.
Tujuan dari intubasi yaitu : mengembalikan asam basa dan kadar PO2 dalam batas
normal, dan memenuhi kebutuhan tidal volume ( TV ) atau menit volume ( MV )
dengan tekanan puncak ( PIP ) dalam batas normal.
Indikasi untuk dilakukan intubasi adalah
a.
b.
c.
d.
Asidosis respiratory yang tidak teratasi dengan obat-obatan dan pemberian
oksigen non invasive
e.
Kelelahan pernafasan yang tidak responsive dengan obat-obatan dan
penberian oksigen non invasive.
f.
Gagal nafas dengan manifestasi klinis : takhipneu, penggunaan otot
pernafasan tambahan (scalene, sternokleidomastoid,intercosta , abdomen)
g.
Penurunan kesadaran
h.
i.
5.
a. Kegagalan Ventilasi
1)
Neuromuscular Disease
2)
3)
4)
Musculosceletal disease
5)
2)
3)
4)
5)
6.
Modus Operasional
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu
menit. Penyetingan RR ini tergantung volume tidal, jenis kelainan paru pasien,
target PO2 yang ingin dicapai. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai
RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya
diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.
b.
Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien
setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 5-15 cc/kgBB, tergantung dari
compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu
mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup
dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidsl volume diseting diatas dan dibawah nilai
yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan
time cycled.
c.
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh
ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal
pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi
kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator
dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut
maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
1)
Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume
tidal atau mempertahankan tekanan.
2)
3)
Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
udara pernapasan.
Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi
yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
e.
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume
cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
f.
Sensitifity/trigger
Alarm
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir
ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat
penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.
Controlled Ventilation
Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila
klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur
berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan
pada tahap pertama pemakaian ventilator.
c.
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol,
klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin
dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
d. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak
begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan
biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal
volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
e.
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan
tujuan untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena
tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasipada klien yang
menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif dan pneumonia difus.
Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan
penurunman curah jantung.
f.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien
yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otototot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
7.
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran
udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan
memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif
dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan
dalam rongga thorax paling positif.
Efek Ventilasi mekanik
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi
penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut),
maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena
ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju
atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu
tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi
yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak
hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya
pneumothorax.
Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun
menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di
rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan
intrakranial meningkat.
8.
Komplikasi
b.
Hipertensi
c.
Tension pneumotoraks
d.
Atelektase
e.
Infeksi pulmonal
f.
g.
Gastrointestinal.
h.
i.
9.
Tes penyapihan
1)
2)
3)
4)
b.
Pengaturan ventilator
1)
2)
c.
1) PaCO2 normal
2) PaO2 60-70 mmHg
3) PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
d.
Selang Endotrakeal
1)
2)
e.
Nutrisi
1)
2)
f.
Jalan nafas
1)
2)
3)
g.
Obat-obatan
1)
2)
h.
Emosi
B.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
1) Raut Muka
1))
2))
3))
2) Bibir
a)
Biru ( sianosis )
b)
Pucat ( anemia )
3) Mata
a) Konjungtiva : Pucat (anemia), Ptechiae (perdarahan bawah kulit/ selaput lendir)
pada endokarditis bacterial
b) Skela
Kuning ( ikterus ) pada gagal jantung kanan, penyakit hati, dan lain-lain
c)
Kornea
Lateral ( N.VII ), medial ( N.III ), bawah nasal ( N.IV ), atas ( N.III ), dan lain-lain.
f)
Reflek kornea
b)
c)
Perlu dibandingkan kiri dan kanan untuk mengetahui penyempitan pembuluh
darah di daerah itu.
2) Auskultasi
Bising ( bruit ) pada penyempitan arteri karotis, penyempitan katub aorta.
6) Kelenjar Tiroid
a)
Inspeksi
Auskultasi
b.
1)
a)
1))
2))
3))
Toraks rakhitis ( benjolan rakhitis seperti rosario pada persambungan
tulang dan tulang rawan ).
4))
b) Gerakan pernafasan :
Teratur atau tidak teratur normal pada dewasa 12-20x/menit.
c)
Pola pernafasan :
1))
2))
3))
Cheyne Stokes : berulang-ulang pernafasan sangat dalam, berangsurangsur dengkal, berhenti sama sekali ( apnu ) beberapa detik, kemudian nafas
dalam lagi.
4))
Biot : pernafasan dalam dan dangkal disertai apnu yang tidak teratur
5))
Kusmaul : inspirasi dan ekspirasi sama panjang dan dalamny, sehingga
keseluruhan pernafasan menjadi lambat dan dalam
6))
7))
Apneustik : inspirasi megap-megap ( gasping ) diikuti ekspirasi yang sangat
pendek dan tidak efisien
2) Palpasi
a)
1))
Nyeri tekan
2))
Bengkak
3))
2))
Getaran suara ( Fremitus Vokal ) : merasakan getaran pada saat pasien
mengucapkan kata secara berulang
3) Perkusi
a)
b)
c)
d)
e)
f)
4) Auskultasi
a)
Trakheo bronchial
Bronkovesikuler
Suara normal yang terdengar di daerah bronchial yakni pada sternum atas
c)
Vesikuler
Suara normal pada jaringan paru, inspirasi dan ekspirasi tidak tertutup
c.
b)
c)
Ciri denyutan :
Isi nadi :
1))Pulsus magnus yaitu: denyutan terasa mendorong jari saat melakukan palpasi
Inspeksi
Menentukan : bentuk prekordium, denyut pada apex jantung, denyut nadi pada
dada, denyut vena
b) Palpasi
Bertujuan untuk mendeteksi kelainan yang tampak pada inspeksi. : menilai
denyutan dan getaran di prekordium, dan pergerakan trakea.
c)
Perkusi
Katub pulmonal
2))
Katub aorta
3))
Katub mitral
4))
Katub tricuspid
5))
Diagframa
2. Diagnosa keperawatan
a.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
b.
c.
Tidak efekti bersihan jalan napas berhubungan dengan benda asing pada
trakea
d.
e.
f.
Resiko tinggi terhadap perubahan membrane mukosa oral berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan air.
g.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolic
h.
i.
j.
3. Intervensi
a.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasiperfusi, ditandai dengan :
1)
2)
3)
Sianosis
4)
kriteria hasil:
1)
Kemudahan bernafas
2)
3)
4)
Intervensi keperawatan:
1)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
2)
Monitoring respirasi
a)
b)
c)
d)
monitor nilai PFT, kapasitas vital, maximal inspiratory force, forced
expiratory volume
e)
f)
monitor kesiapan ventilator mekanik, catat peningkatan tekanan inspirasi,
dan penurunan tidal volume.
g)
h)
i)
3)
Terapi oksigen
a)
b)
c)
d)
Lakukan pengecekan secara periodic peralatan oksigen untuk memastikan
oksigen sesuai dengna yang dibutuhkan
e)
f)
g)
h)
i)
4)
a)
b)
c)
d)
ada
Monitor status hemodinamik, meliputi nilai CVP, MAP, PAP, dan PCWP jika
e)
Monitor kemungkinan kehilangan asam (misalnya muntah, diare, keluaran
nasogastrik, dan dieresis)
f)
diare)
g)
Monitor gejala gagal nafas ( missal; PaO2 rendah dan peningkatan PcO2,
serta kelelahan otot pernafasan
h)
i)
j)
k)
b.
Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deprei
pusat pernafasan
Ditandai dengan:
1)
2)
3)
4)
5)
Sianosis
6)
7)
Kriteria Hasil:
1)
Membuat/mempertahankan pola pernafasan efektif melalui vetiltor dengan
tidak ada retraksi/penggunaan otot aksesori, sianosis, atau tanda lain hipoksia.
2)
3)
Berpartisipasi dalam upaya penyapihan (dengan tepat) dalam kemampuan
individu
4)
Intervensi keperawatan:
1)
Observasi pola nafas. Catat frekuensi pernafasan, jarak antara pernafasan
spontan dan nafas ventilator
Rasional: Pasien pada ventilator dapat mengalami hiperventilasi/ hipoventilasi,
dispnea dan berupaya memperbaiki kekurangan dengan bernafas berlebihan
2)
Auskultasi dada secara periodik, catat ada/tidak dan kualitas bunyi nafas,
bunyi nafas tambahan, juga kesimetrisan gerakan dada.
Rasional : Memberikan informasi tentang aliran udara melaui trakeobronkial dan
ada/ tidaknya cairan.
3)
Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pada kursi ortopedik bila
mungkin
Rasional : Peninggian kepala pasien atau turun dari tempat tidur sementara masih
pada ventilator secara fisik dan psikologi menguntungkan
4)
Jumlahkan pernafasan pasien 1 menit penuh dan bandingkan untuk menyusun
frekuensi yang diinginkan/ventilator
Rasional : Pernafasan sangat bergantung pada masalah yang memerlukan bantuan
ventilator. Pernafasan yang cepat dapat menghasilkan alkalosis respiratori
sedangkan pernafasan yang lambat (Hipoventilasi) menghasilkan asidosis
respiratorik.
5)
Periksa selang terhadap obstruksi, contoh terlipat atau akumulasi
air. Alirkan selang sesuai indikasi, hindari aliran ke pasien atau kembali ke wadah
Rasional : Lipatan selnag mrncegah pengiriman volume adekuat dan meningkatkan
tekanan jalan nafas. Air mencegah distribusi gas dan pencetus pertumbuhan bakteri
6)
Pertahankan perlengkapan resusitasi di samping tempat tidur dan ventilasi
manual kapanpun diindikasikan
Rasional : Memberikan/menyediakan ventilasi yang adekuat bila pasien atau alat
menuntut pasien sementara dilepas dari ventilator
7)
Bantu pasien dalam control pernafasan bila penyapihan diupayakan
/dukungan ventilator dihentikan selamaprosedur/aktivitas
Rasional : Meltih pasien untuk bernafas lambat, lebih dalam, praktik nafas dalam,
praktik nafas abdomen/nafas bibir, member posisi yang nyaman dan penggunaan
teknik relaksasi, dapat membantu memaksimalkan fungsi pernafasan
c.
Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan ketidakmampuan batuk
Ditandai dengan :
1)
2)
Sianosis
3)
4)
Ansietas/gelisah
Kriteria Hasil: Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas jelas dan
aspirasi dicegah
Intervensi keperawatan:
1)
Rasional : Gerakan dada simetri dengan bunyi nafas melalui area paru menunjukkan
letak selang tepat / tak menutup jalan nafas. Obstruksi jalan nafas bawah
menghasilkan perubahan bunyi nafas seperti ronki, mengi.
3)
Ubah posisi tubuh dan berikan cairan sesuai dengan kemampuan pasien
Rasional: meningkatkan drainase secret dan ventilasi pada semua segmen paru,
menurunkan resiko atelektasis
5)
Rasional: meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru dan alat drainase
secret.
6)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronkodilator IV dan aerosol
sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan ventilasi dan membuang secret dengan relaksasi otot
halus/ spasme bronkus
d.
Diagnosa keperawatan: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
kelemahan /paralisis neuromuscular
Ditandai dengan: Ketidakmampuan untuk berbicara
Kriteria hasil: Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami
Intervensi keperawatan:
1)
3)
Buat cara-cara komunikasi contoh memperhatikan kontak mata, tanyakan
pertanyaan ya/tidak, kertas/pensil, gambar/alphabet, gunakan tanda bahasa yang
tepat.
Rasional: kontak mata menjamin komunikasi pasien
4)
e.
Diagnosa keperawatan: ansietas berhubungan dengan ketergantungan pada
dukungan ventilator
Ditandai dengan :
1)
2)
Insomnia/gelisah
3)
Terlalu waspada
4)
5)
6)
Kriteria hasil:
1)
2)
Menunjukkan keterampilan/ perilaku pemecahan masalah untuk mengatasi
situasi yang ada
3)
4)
Intervensi keperawatan:
1)
3)
Rasional: memfokuskan perhatian pada kekuatan diri sendiri dan meningkatkan rasa
control.
8)
Berikan/dorong altivitas olahraga, waktu senggang dalam kemampuan
individu, contoh kerajinan tangan, menulis, menonton televisi.
Rasional: meskipun tidak mampu dan tergantung pada ventilator, aktivitas yang
normal pada individu harus tetap diertahankan untuk meningkatkan kualitas hidup.
f.
Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi terhadap perubahan membrane mukosa
oral berhubungan dengan ketikmmpuan menelan cairan oral
Criteria hasil: Menunjukkan penurunan gejala
Intervensi keperawatan:
1)
Lihat secara rutin rongga mulut, gigi, gusi, terhdap adanya lesi, luka,
perdarahan
Rasional: identifikasi dini masalah memberikan kesempatan untuk intervensi atau
pencegahan dengn tepat
2)
Berikan perawatan mulut secara rutin dan s esuai kebutuhan, khususnya pada
pasien dengan intubasi oral.
g.
Diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan kemampuan mencerna dan peningkatan
kebutuhan metabolic
Ditandai dengan :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Kriteria hasil:
1)
2)
Menunjukkan peningkatan berat badan sesuai tujuan dalam nilai laboratorium
normal
Intervensi keperawatan:
1)
Rasional: gejala ini indikasi penurunan energy otot dan dapat menurunkan
fungsi otot pernafasan.
3)
Rasional: kehilangan berat badan bermakna dan pada saat ini dan masukan
makanan yang buruk memberikan petunjuk tentang katabolisme.
4)
Berikan makanan lembut sering dalam jumlah kecil/ mudah dicerna bila
mampu menelan
Rasional: mencegah kelelahan berlebihan, meningkatkan pemasukan dan
menurunkan resiko distress gaster
5)
Dorong/berikan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari dalam toleransi
jantung
Rasional: mencegah dehidrasi yang dapat meningkat dengan peningkkatan
kehilangan cairan yang tidak tampak
6)
Kaji fungsi GI: adanya kualitas bunyi nafas, catat erubahan lingkar abdomen,
mual, muntah. Observasi perubahan gerakan usus.
Rasional: fungsi system GI penting untuk penggunaan makanan enteral. Secara
mekanik pasien dengan bantuan ventilasi berisiko mengalami distensi abdomen dan
perdarahan gaster.
7)
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan kebutuhn nutrisi sesuai
indikasi
Rasional: Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori diperlukan selama ventilasi untuk
memperbaiki otot pernafasan.
8)
h.
Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
penyakit kronis, malutrisi
Criteria hasil:
1)
2)
3)
Intervensi keperawatan:
1)
3)
Turunkan factor resiko nasokomial melalui cuci tangan yang tepat pada semua
perawat, mempertahankan teknik penghisapan steril
Rasional: factor yang paling penting untuk mencegah infeksi rumah sakit
4)
Rasional: adanya ronki/mengi diduga ada tahanan secret yang perlu dikeluarkan
6)
Batasi pengunjung
Rasional: individual telah dipengaruhi dan berada pada resiko tinggi mengalami
infeksi.
7)
i.
Diagnosa keperawatan: resiko tinggi tinggi difungsi respons penyapihan
ventilator
Criteria hasil:
1)
2)
Membuat pernafasan mandiri dengan AGD dalam rentang normal dan bebaas
tanda gagal pernafasan
3)
Menunjukkan peningkatan toleransi untuk aktivitas/ berpartisipasi dalam
perawatan diri sesuai kemampuan
Intervensi keperawatan:
1)
Kaji factor fisik dalam penyapihan (frekuensi jantung, irama stabil, TD, dan
bunyi nafas jelas, demam, status nutria dan kekuatan otot)
Rasional: Jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan energy
sehubungan dengan penyapihan, peningkatan 1 derajat suhu tubuh
Meningkatkan laju dan kebutuhan oksigen7%,
2)
9)
Kolaborasi dengan dokter mengenai pemeriksaan laboratorim , foto dada dan
AGD
Rasional: Meyakinkan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan energy untuk
penyapihan. Sinar X dada: harus menunjukkan paru bersih atau gambaran
perbaikan kongesti paru atau infiltrate. GDA harus mencatat oksigenasi memuaskan
pada FiO2 49% atau kurang
j.
Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis
atau kebutuhan therapy
Ditandai dengan:
1)
2)
3)
Criteria hasil:
1)
2)
3)
Menunjukkan tanggunga jawab untuk belajar sendiri dan mulai mencari
informasi dan mengajukan pertanyaan.
4)
5)
Menunjukkan perilaku/ keterampila\n baru untuk memnuhi kebutuhan
individu/mencegah komplikasi.
Intervensi:
1)
Rasional: kondisi fisik dapat mencegah pasien terlibat dalamperawat sebelum dan s
esudah pulang
2)
4)
Kaji masalah umum kesehtan: peran nutrisi: bantuan makan/penyediaan
makanan, peningkatan aktivitas/pembatasan usus; periode istirahat sesuai dengan
aktivitas.
Rasional: meningkatkan kesembuhan dan meyakinkan bahwa kebuthan individu
akan terpenuhi
5)
4. Implementasi
Implementasi ialah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan
untuk membantu mencapai tujuan pada rencana keperawatan yang telah disusun.
Prinsip dalam memberikan tindakan keperawatan menggunakan komunikasi
terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan kepada klien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dapat berupa tindakan keperawatan secara
independent, dependent, dan interdependent. Tindakan independent yaitu suatu
kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Tindakan dependent ialah tindakan yang berhubungan
dengan tindakan medis atau dengan perintah dokter atau tenaga kesehat lain.
Tindakan interdependent ialah tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama
dengan tenaga kesehatan lain seperti ahli gizi, radiologi,fisioterapi dan lain-lain.
Dalam melakukan tindakan pada pasien dengan gagal napas perlu diperhatikan
ialah penanganan terhadap tidak efektifnya bersihan jalan napas, Kerusakan
pertukaran gas, Resiko tinggi kekurangan volume cairan, Ansietas/ketakutan, dan
Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang dapat digunakan
sebagai alat ukur kerberhasilan suatu asuhan keperawatan yang dibuat. Evaluasi
berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan
klien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam
menentukan keefektifan rencana atau perubahan dalam membantu asuhan
keperawatan.
Adapun evaluasi akhir dengan gagal napas adalah jalan napas efektif, tidak terjad
kerusakan pertukaran gas, status volume cairan tercukupi, kecemasan
berkurang,dan pengetahuan keluarga bertambah mengenai penyakit klien.