Anda di halaman 1dari 67

Aplikasi Asuhan Keperawatan

Perioperatif Bedah Saraf :


Kraniotomi: Trauma Kepala
Sri Suparti
Anfis Sistem Persarafan
• Neuron : struktur seluler yg paling dasar
• Neuron terdiri atas akson, dendrit, neurolgia ,
sinapsis dan selaput mielin
Akson Rangsang dari badan sel
Dendrit Menhantarkan rangsang menuju badan sel
neurolgia Sebagai “lem” atau jaringan penunjang yg menigikat sel ke
serabut saraf trmasukmenyediakan makanan dan
perlindungan bagi neuron
sinapsis Ruang dimana rangsang berpindah dari satu neuron denngan
yg lain
Mielin Lapisan membran yang terdiri dari protein , lipid dan substansi
putih yg terbentuk disistem saraf pusat CNS dan mengelilingi
serta melindungi serabut saraf
Transmisi Sinaptik
• Proses kimiawi yang terjadi dengan adanya
NEUROTRANSMITER EXSITATORI (pemicu) dn
NEUROINHIBITOR seperti dopamin,
norepinefrin, asetilkolin , serotonin, glisin ,
asam glutamat asam aminobutirat
Sistem saraf terdiri atas
Otak dan Medula
Spinalis

Pusat
Otak, meningens,
sawar darah otak
dan CSS

Saraf kranial (12 )


dan saraf spinal (31
pasang)
Perifer
Sum-sum tulang
belakang , somatik,
otonom, kranial dan
saraf tulang belakang
1. Otak dan lapisannya
Piamater membran paing dalam yg erletak lgs di dekat otak
Arakhnoid lapisan tengah yg mengandung suplai vaskular ,oksigen dan nutrisi yg
sangat byk yg disediakan oleh sel2 otak
Duramater: Sering disebut sbg “ ibu yg tangguh “ karena ketahanannya sebgai lapisan
yg tertebal paling luar berbatasan dengan tulang yang mengelilingi CNS

• Ruang subarakhnoid terletak diantara lapisan piamater


dan arakhnoid, mengandung CSF yang menyuplai
nutrisi ke CNS tapi bukan oksigen : menjalankan fungsi
proteksi untuk melapisis otak dan saraf tlg belakang
• Sawar darah otak merupakan metode untuk melindungi
dan mencegah elemen atau substansi yg tidak
diinginkan untuk bisa berpidah dari darah msk ke otak
• Material yg larut dlam lemak dapat dgn mudah
menyebrangi sawar darah otak, sebaliknya protein
atau yg lebih besar tidak bisa
• Sawar darah otak : mencegah medikasi kemoterapi
masuk ke SSP sehingga medikasi ini memerlukan rute
lain yaitu INTRATEKAL
Gambar Otak
CSS: Cairan cerebrospinalis
• CSS; adalah cairan bening , tidak berbau dan tidak berwarna yang terbentuk diventrikel otak
dan bersirkulasi diventrikel otak , ruag subaraknoid dan sum-sum tulang belakang
• CSS harus berkeliling diruang arakhnoid untuk reabsorbsi
• Reabsorbsi harian mencegah hidrosefalus dan jga peningkatan CSS karena jumlah cairan yg
berlebihan
• Adanya hambatan dalam reabsorbsi CSS disebabkan oleh meningitis, tumor otak, bekuan darah
dari peredaran subrakhnoid atau kelainana kongenital
• Fungsi CSF u/ mempertahankan fgs normal saraf spt u/ nutrisi dan pengaturan lingkungan kimia
susunan saraf psat
Suplay dan Peredaran darah otak
• Suplay darah bersifat konstan u/ kebutuhan
normal otak spt nutrisi dan metabolisme.
• Hampir 1/3 kardiac output dan 20% oksigen
dipergunakan u/ otak.
• Otak memerlukan suplay 750 ml/mnt,
kekurangan suplay darah ke otak akan
menumbulkan kerusakan jaringan otak yg
menetap.
• Otak diperdarahi oleh arteri vertebrae dan
karotis interna
Medula Spinalis
• Merupakan bagia dari SSP yg berbentuk
silinder dan panjang yg terdapt disaluran
vertebrae seta disekelilingi oleh meningan
(selaput otak ) dan CSS
• Panjangnya pada pria 45 cm dan tebal
sebesar jari kelingking
• Spesimen CSS diambil dari vertebra lumbal
kedua ruang subaraknoid
• MS mrp jaringan saraf yg mengubungkan
antara otak dengan bagian tubuh lainya .
MEDULA SPINALIS
Sistem Saraf Perifer
Sum-sum tulang belakang Sistem saraf sadar /somatik
• Sum-sum tulang belakang • Sistem saraf sadar /somatik
terletak pada kanal neural jua dikenal dengan divisi
dan kolum vertebra, sensorik yg meliputi neuron
bentuknya panjag, yg mempersarafi kulit,
menyerupai tali dan ototskeletal , sendi dan
terdirpada i dari substani organ dalam
kelabu dan putih • Informasi sensorik dari luar
• Bermuara di foramen dan kondisi dlm tubuh
Magnum dan berakhir pada diantarkan oleh CNS lewat
proses spina lumbalis L1 serabut aferen spt visual,
dengar, raba
Sistem saraf tidak sadar/otonom (ANS)

• Divisi motorik dimana neuron motorik menghubungkan CNS


dengan otot halus dan jantung
• ANS mengatur kerja jantung, pernafasan , aktv GI
• ANS terdiri dari simpatik dan parasimpatik
• Serabut motorik dsb sebagai eferen yg mentransmisikan
respon dari CNS ke organ , otot atau kelenjar
• Transmisi informasi sensorik (aferen)dan motorik (eferen )
dari CNS dihantarkan oleh serabut2 internuciaL
12 Saraf Kranial
Saraf SPinal
• Menempel disum-sum tulang belakang oleh
akar ventral dan dorsal
• Akar dorsal merupakan jalur aferen yng
membawa rangsang sensorik dari badan
kesum-sum tulang belakang
• Akar ventral adalah jalur eferen yang
membawa informasi motorik ke dari sum-sum
tulang belakang ke badan
• Ada p pasnag saraf servical, 1 pasang saraf
torakal, 5 pasang lumbal, 5 pasnag sakral dan
1 koksigeas
Trauma Kepala /
TBI (trauma brain Injury)

• Cedera kepala adalah trauma yang


menyebabkan cedera pada kulit kepala,
tengkorak, atau otak; cedera berkisar dari
benturan ringan pada tengkorak hingga
cedera otak serius (Hudak and Gallo,
2013).
Etiologi
cedera primer Cedera Sekunder
 Trauma kuat • Cedera yg muncul setelah
 Trauma tumpul peristiwa primer terjadi
 Terpenetrasi/cedera karena
peluru
 Contoh: luka pukul tongkat
baseball, tertembak, motor
vehicle accident (MVA)
Mekanisme Cedera
kepala
• Akselerasi:
• jika objek bergerak menghantam kepala yg tidak bergerak misal alat
pemukul menghantam kepala , atau peluru yg ditembakan kekepala
• Deselerasi:
• kepala yg bergerak membentuk objek yg diam (kecelakaan mobil)
• Coup-contre coup:
• jika kepala terbentur yg menyebakan otak bergerak kedalam ruang
kranial dan denga kuat mengenai area tlg tengkorak yg berlawanan
serta area kepala yg pertama kali terbentur, disebut juga cedera
translasional karena benturan dapat berpindah kedaerah yang
berlawanan.
• Rotasional
• Jika benturan atau pukulan menyebabkan otak berputar dalam rongga
tengkorak yg menyebabkan peregangan atau robeknya neuron dlam
substansia alba serta robeknya pemb. Darah yg memfikasi otak dengan
bag, dalam rongga tengkorak.
Tanda trauma kepala
Fraktur Basic Tengkorak
 Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi oleh
foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda
klinik yang dapat membantu mendiagnosa adalah :
 Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di atas
os mastoid )
 Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga )
 Periorbital ecchymosis /rakun ( mata warna hitam tanpa
trauma langsung )
 Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung )
 Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)
Klasifikasi berdasarkan berat
ringannya
• Cedera kepala ringan—GCS 13 – 15, hilang kesadaran
< 30 menit, tidak terdapat fr,. Tengkorak, kontusio atau
hematom
• Cedera kepala sedang—GCS 9 – 12, hilang kesadaran
30-24 jam dapat disertai fr. Tengkorak, disorientasi
ringan
• Cedera kepala berat—GCS 3 – 8, hilang kesadaran >
24 jam, disertai kontusio, laserasi , hematom, edema
serebral
Klasifikasi lainnya
• Cedera kepala tertutup (closed head injury)—terjadi
karena benturan keras dari suatu benda.

• Cedera kepala terbuka (open head injury) atau


cedera penetrasi—cedera kepala karena benturan
benda yang merusakkan tengkorak dan masuk ke
dalam otak; biasa terjadi jika bergerak dgn
kecepatan tinggi (kecelakaan mobil atau tembakan)
(ADAM, 2007).
Klasifikasi bedasarkan kerusakan
jaringan Otak (Tarwoto et al, 2007)
Gangguan fungsi Gangguan fungsi Gangguan fungsi

Laserasio serebri :
Otak)

Kontusio Serebri (memar)


Komosio Serebri (gegar

neurologik ringan tanpa neurologik disertai neurologik disertai


adanya kerusakan kerusakan jaringan otak kerusakan otak yg berat
struktur otak , hilang tetapi kontuninuitas otak dengan fraktur tengkorak
kesadaran 10 menit atau tetap utuh hilang terbuka masa otak
tanpa disertai amnesia kesadaran lebih dari 10 terkelupas keluar rongga
retrograd, mual muntah, menit. intrakranial
nyeri kepala. * Pasien mengalami lebam
* Observasi 24 jam , BLPL , pada otak dgn sedikt
segera merujuk kalau perdarahan parenkim
kondisi memburuk supervisial yg sebagian
besar terjadi diarea
temporal
* Bisa bertambah ukuran
dan derajat keparahannya
Tiga jenis hematom
Hematom Epidural Hematom Subdural Hematom Intraserebral

• Penyebabnya adalah • Perdarahan diantara • Perdarahan aktual didalam


sekumpulan darah diantara duramater dan arkhnoid jaringan otak akibat fraktur
ruang tengkorak bagian karean pecahnya vena tengkorak yang tertekan dan
dalam dan lapisan duramater diantara otak dan duramater luka penetrasi , derajat
yg tertarik keluar dari • Tanda dan gejala : perdarahan berbeda -beda
duramater sering terjadi pada berdasarkan waktu cedera • Intervensi bedah sangat
kondisi jatuh , pukulan hingga onset rentang hematom penting
dikepala , tengkorak fraktur mulai dari akut( 48 jam)
dan menggores arteri subakut (2 hari -2
meningen bagian bawah mingg)kronik(2 mgg-2 bln)
• Hilangnya kesadaran singkat ...bertahap
diikutilusid hingga 12 jam , • TX . Pembedahan sangat
penurunan kesadran disertai penting
hemiparesa pada sisi tubuh
yang berlawanan dengan otak
yg terkena
• Nyeri kepa berat dan
terlokalisisir
• CT-Scan: sekumpulan darah
diepidural
• Prognosis : pembedahan
diperlukan untuk mengevakuasi
hematom , pemuliah tgt kondisi
tk kesadran
Cedera kepala akibat misil
• Disebabkan oleh semacam peluru yang masuk
kedalam kepala tetapi tidak keluar dari otak
• Luka tembak yang juga bisa diklasifikasikan
sebagai luka perforasi juka msk kmdian
keluar dari otak
PATOFISIOLOGI
 Cedera otak primer
 Cedera saat/bersamaan dgn trauma, merupakan fenomena
mekanik, umumnya menimbulkan lesi permanen.
 Cedera primer adalah cedera awal yg menyebabkan
gangg. Integritas fisik, kimia listrik dari sel diarea tsb yg
menyebabkan kematian sel.
 Cedera otak sekunder
 Hasil dari proses berkelanjutan (ongoing process) sesudah /
berkaitan dengan cedera primer, lebih merupakan fenomena
metabolik.
 Meliputi respon fisiologis cedera otak termasuk edema
serebral, iskemia serebral, perubahan biokimia, perubahan
hemodinamik serebral

(Morton, Fontaine, Hudak & Galo, 2013).


Penyebab cedera otak sekunder

– Penyebab sistemik: hipotensi, hipoksemia,


hipo/hiperkapnea, hipertermia, dan hiponatremia.

– Penyebab intrakranial: tekanan intrakranial


meningkat, hematoma, edema, pergeseran otak
(brain shift), vasospasme, kejang, dan infeksi.
Cedera otak Primer Cedera otak sekunder

• Laserasi kulit kepala • Edema serebral


• Fr. Tulang tengkorak • Iskemia
• Sindrom herniasi
• Gegar otak /Komusio • Koma
• Memar otak/kontusio • Kondisi vegetatif resisten
• Hematom subdural
• Hematom intraerebral
• Hemoragik subarakhnoid
traumatik
• Ceder akson difus
• Cedera serebrovaskular
Tes Diagnostik
• Foto Tengkorak : untuk mengetahui adanya
fraktur tengkorak , fragmen tulang
• Foto Servical: mengetahui adanya fraktur
servical
• CT-Scan: kemungkinan adaya subdural
hematom, intraserebral hematom , keadaan
ventrikel
• MRI: sama degan CT-Scan
Sindrom Herniasi
• Sindrom herniasi menggambarkan kondisi dengan
struktur serebral bergeser didalam kranium karena
tekanan yang tinggi.
• Triad cushing mengambarkan tiga tanda akhir
herniasi
1. Peningkatan tekanan darah sistolik
2. Penurunan frekuensi jantung
3. Dan pola nafas yang tidak teratur
• Jenis herniasi : Sentral, unkal, serebral keatas, tonsilar
Faktor kardiovaskuler

 Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung


mencakup aktivitas atipikal miokardial, perubahan tekanan
vaskuler dan edema paru.
 Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis
mempengaruhi penurunan kontraktilitas ventrikel. Hal ini
menyebabkan penurunan curah jantung dan meningkatkan
tekanan atrium kiri.
 Akibatnya tubuh berkompensasi dengan meningkatkan
tekanan sistolik. Pengaruh dari adanya peningkatan tekanan
atrium kiri adalah terjadinya edema paru.
Faktor Respiratori

 Adanya edema paru pada trauma kepala dan


vasokonstriksi paru atau hipertensi paru menyebabkan
hiperpnoe dan bronkokonstriksi
 Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida mempengaruhi
aliran darah. Bila PO2 rendah, aliran darah bertambah
karena terjadi vasodilatasi. Penurunan PCO2, akan terjadi
alkalosis yang menyebabkan vasokonstriksi (arteri kecil) dan
penurunan CBF (cerebral blood flow).
 Edema otak ini menyebabkan kematian otak (iskemik) dan
tingginya tekanan intra kranial (TIK) yang dapat
menyebabkan herniasi dan penekanan batang otak atau
medulla oblongata.
Faktor metabolisme

 Pada trauma kepala terjadi perubahan


metabolisme seperti trauma tubuh lainnya yaitu
kecenderungan retensi natrium dan air dan
hilangnya sejumlah nitrogen
 Retensi natrium juga disebabkan karena adanya
stimulus terhadap hipotalamus, yang menyebabkan
pelepasan ACTH dan sekresi aldosteron.
Faktor gastrointestinal

 Trauma kepala juga mempengaruhi sistem


gastrointestinal.
 Setelah trauma kepala (3 hari) terdapat respon
tubuh dengan merangsang aktivitas hipotalamus dan
stimulus vagal. Hal ini akan merangsang lambung
menjadi hiperasiditas.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan cedera kepala berat seyogyanya dilakukan di unit rawat intensif. Walaupun sedikit
sekali yang dapat dilakukan untuk kerusakan primer akibat cedera tetapi setidaknya dapat mengurangi
kerusakan otak sekunder akibat hipoksia, hipotensi, atau tekanan intra kranial yang meningkat (Smeltzer
and Bare, 2010) meliputi:
1. Penilaian ulang jalan nafas dan ventilasi: umumnya pasien dengan stupor atau koma harus diintubasi
untuk proteksi jalan nafas.
2. Monitor tekanan darah: jika pasien memperlihatkan tanda ketidakstabilan hemodinamik (hipotensi atau
hipertensi), pemantauan paling baik dilakukan dengan kateter arteri.
3. Pemasangan alat monitor tekanan intrakranial pada pasien dengan skor GCS (Glasgow Coma Scale)
< 8, bila memungkinkan.
4. Penatalaksanaan cairan: hanya larutan isotonis (larutan RL) yang diberikan kepada pasien dengan
cedera kepala.
5. Nutrisi: cedera kepala berat menimbulkan respons hipermetabolik dan katabolik, dengan keperluan
50- 100% lebih tinggi dari normal. Pemberian makanan enteral melalui pipa nasogastrik harus
diberikan sesegera mungkin.
6. Temperatur badan: demam mengeksaserbasi cedera otak dan harus diobati secara agresif dengan
asetaminofen atau kompres.
7. Profilaksis ulkus peptik: pasien dengan ventilasi mekanik memiliki resiko ulserasi stres gastrik yang
meningkat dan harus mendapat ranitidin 50 mg intravena setiap 8 jam.
8. CT Scan lanjutan: umumnya, scan otak lanjutan harus dilakukan 24 jam setelah cedera awal pada
pasien dengan perdarahan intrakranial untuk menilai perdarahan yang progresif.
Craniotomi
• Dilakukan untuk mengeluarkan darah pada
intraserebral , debridment luka , kranioplasti,
prosedur shunting pada hidrosepalus ,
kraniotomi
Pengobatan
• Diuretik untuk mengurangi edema serebral misal manitol 20% ,
furosemid (lasik)
• Antikonvulsan: untuk mengentikan kejang misalnya dengan
dilantin , tegretol, valium
• Kortikosteroid: untuk menghambat pembentukan edema
misalnya dengan dexametason
• Antagonis histamin : mencegah terjadinya iritasi lambung karena
hipersekresi akibat efek trauma kepala misalnya: cimetidin,
ranitidine
• Antibiotik: jika terjadi luka yang besar
• Neuroprotektan : brainek, citicolin
Pengkajian DERM
 D, deep of coma, kedalaman koma: berikan stimulus dan mencatat
respon. Jika stimulus adalah suara, catat apakah respon sesuai dan
statusnya bagaimana. Jika stimulusnya adalah sentuhan, catat
kesesuaian respon dan status bagaimana abnormalnya. Observasi
juga tanda-tanda verbal dan non verbal terhadap nyeri dan catat
hasil temuannya.
 E, eyes, mata. Pengkajian dengan mencatat ukuran pupil,
reaktivitas dan akomodasi terhadap cahaya. Jika corpus callosum
tidak terganggu pupil akan bereaksi terhadap rangsangan
cahaya.
 R, respiration, pernapasan. Catat kecepatan, irama, kedalaman,
dan keteraturan pernapasan.
 M, motor function, fungsi motorik. Catat apakah pasien mampu
menggerakkan ekstremitas, jika mampu periksa apakah mampu
digerakkan secara bilateral.
Glasgow Coma Scale
Eye Spontaneous 4 Motor Obeys command 6
opening To voice 3 response
Localizes pain 5
To pain 2
Withdraw (pain) 4
None 1
Flexion (pain) 3
Verbal Oriented 5
response Confused 4
Extension (pain) 2
None 1
Inappropriate 3
words Skor total GCS

Incomprehensibl 2
e sounds
None 1
Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
 Fraktur tengkorak : jenis fraktur , luka terbuka , perdarahan , rinore
othore, ekimosis , gangg pendengaran
 Tingkat kesadaran merupakan indikator paling sensitif dari
peningkatan TIK, : gelisah, stupor, coma
 Saraf kranial: adanya anosmia, agonis, kelemahan anggota gerak ,
vertigo
 Pemeriksaan neurologik berkala dengan GCS
Pemeriksaan Kognitif
 Evaluasi pupil dan pergerakan ekstraokuler yg membantu
melokalisiasi area disfungsi otak
 Pengujian saraf saraf kranial
 Amnesia postrauma, disorientasi
Cont’
Pengkajian respon batang otak
 Pada pasien yg tidak sadar dgn menguji refleks korena,
batuk dan refleks gag
Pengkajian fungsi motorik
 Pergerakan ekstremitas, melawan gravitasi, skala 1-5
Rangsang menigealL: kaku kuduk, kernig, brudinzki
Jatung : disritmia jantung
Pengkajian fungsi pernafasan
 Pernafasan : suara nafas ( roles, ronkhi , stridor, takhipnea,
gagal nafas, frekuensi, penggunaan alat bantu pernafasan
 Fungsi sensori : lapang pandang, diplopia, gangguan
persepsi sensori , gangguan pe
 Dengaran, gangguan raba
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penghentian aliran darah oleh SOL [space occlusion lesion]
(hemoragi, hematoma); edema serebral
• Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. hilangnya refleks
protektif jalan nafas
• Risiko infeksi
• Kerusakan integritas kulit b.d imobilitas fisik
• Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak);
kerusakan persepsi atau kognitif; obstruksi trakeobronkial.
• Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d
peningkatan pengeluaran energi.
Kraniotomi
• Kraniotomi adalah operasi untuk membuka tengkorak
(tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan otak.
Tujuan:
1. Untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial,
2. Menghilangkan tumor,
3. Mengurangi TIK,
4. mengevakuasi bekuan darah
5. mengontrol hemoragi menghilangkan circumscribed,
encapsulated, pertumbuhan yang lambat, tumor otak benigna
Gambaran Kraniotomi
Pathway
Prosedur operasi invasif Perdarahan otak Prosedur anestesi

Penekanan pada Susunan


Luka insisi buruk Kerusakan Aliran darah saraf pusat (SSP)
(stimulasi nyeri) neuromuskuler ke otak 
Trauma
Ganguan Penurunan Penekanan pusat Penekanan pada
Mengaktivasi jaringan
metabolisme Suplay O2 ke pernafasan sistem cardiovaskuler
reseptor nyeri Paralisis Penurunan tonus
otot sensori otak
Penurunan Penurunan kerja organ
Asam
Melalui sistem kelembaban luka pernafasan menurun Penurunan cardiac
saraf ascenden
Kelemahan laktat  Hipoksia jaringan out put (COP)
pergerakan
Perubahan
sendi persepsi sensori Penurunan
Infasi bakteri Oedem otak Suplai darah
Merangsang Penurunan RR ekspansi paru
Kontraktur berkurang
thalamus & koteks
serebri Ketidakadekuatan
Resiko infeksi Risiko perfusi Penurunan aliran
suplai O2
jaringan cerebral darah
Muncul sensasi
Gangguan inefektif
nyeri
mobilisasi fisik Pola nafas Gangguan
tidak efektif perfusi jaringan
Nyeri akut Ketidakefektifan perifer
jalan nafas

Fungsi ginjal mneurun, refleks berkemih menurun , inkontinensia : perubahan pola eliminasi urin
Perkemihan
Sistem GI Stimulus medula , refleks muntah ,nausea, vomitus: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Terapi farmaka
Obat Kerja obat Kegunaan

Fenitoin/dilantin Mengganggu transmisi ion untuk mencegah Kejang


kejang
Furosemid (lasik) Diuretik loop monosotik Mengurangi edema otak dan mengeluarkan
kelebihan Na dan H2O dari area edema dan
neuron yang cidera ndgunakan untuk
mneurunkan ICP
Manitol (osmitrol) Cairan kristaloid hipertonis untuk mengurangi Terapi lini pertama untuk mengurangi ICP
visikositas darah , meningkatkan aliran darah setelah cedera otak
otak dan metabolisme oksigen, mengurangi
diameter arteri serebral
Fenobarbital, Mengindukdi koma barbiturat dan mengurangi Membantu mengurangi ICP karena
tiopental iCP. Terapi lini kedua jika metode sedasi lain tidk memperlambat metabolisme otak yang juga
bisa mengendalikan sikap gelisah atau menurunkan kebutuhan oksigen dan glukosa
meningkatnya ICP . Juga digunakan sebagai
antikonvulsan
Propofol (Diprivan) Anestesi umum , sedatif untuk mengontrol kejang Sedasi untuk pasien dengan ventilasi mekanis
setelah penggunaan benzodiazepim tidak
berhasil
Diazepam (valium) Sedatif menekan CNS dengan melepaskan Keventjang, mengurangi gelisah pada pasien
Lorazepam (ativan ) neurotrasnmiter inhibitor, juga meningkatkan yang mengalami peningkatan ICP atau
relaksasi otot skeletal dengan mengurang mencoba mencopot ventilasi mekanis
aktivitas jalur aferen spinal
Nutrisi pada pasien kritis
• Malnutrisi adalah masalah umum yang dijumpai pada kebanyakan pasien yang
masuk kerumahsakit. Pasien-pasien yang masukke ICU umumnya bervariasi,yaitu
pasien elektif pascaoperasi mayor,pasien emergensi akibat trauma mayor,sepsis
atau gagal napas
• Respon hipermetabolik komplek terhadap trauma akan mengubah metabolisme
tubuh, hormonal, imunologis dan homeostasis nutrisi. Efek cedera atau penyakit
berat terhadap metabolisme energi, protein, karbohidrat dan lemak akan
mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada pasien sakit kritis.
• Kebutuhan nutrisi pada pasien sakit kritis tergantung dari tingkat keparahan cedera
atau penyakitnya, dan status nutrisi sebelumnya. Pasien sakit kritismemperlihatkan
responmetabolik yang khas terhadap kondisi sakitnya. Pada sakit kritis terjadi
pelepasan mediator inflamasi (misalnya IL-1, IL-6, dan TNF) dan peningkatan
produksi “counter regulatory hormone” (misalnya katekolamin, kortisol, glukagon,
GH), yang dapat menyebabkan serangkaian proses yang mempengaruhi seluruh
sistem tubuh dan menimbulkan efek yang jelas pada status metabolik dan nutrisi
pasien.
Nutrisi pada Pasien trauma
• Pasien trauma cenderung mengalami malnutrisi protein akut karena
hipermetabolisme yang persisten, yang mana akan menekan respon imun
dan peningkatan terjadinya kegagalan multi organ (MOF) yang
berhubungan dengan infeksi nosokomial.
• Pemberian substrat tambahan dari luar lebih awal akan dapat memenuhi
kebutuhan akibat peningkatan kebutuhan metabolik yang dapat mencegah
atau memperlambat malnutrisi protein akut dan menjamin outcome pasien.
• Nutrisi enteral total (TEN/Total Enteral Nutrition) lebih dipilih dari pada TPN
karena alasan keamanan, murah, fisiologis dan tidak membuat
hiperglisemia. Intoleransi TEN dapat terjadi, yaitu muntah, distensi atau
cramping abdomen, diare, keluarnya makanan dari selang naso gastrik.
• Pemberian TPN secara dini tidak diindikasikan kecuali pasien mengalami
malnutisi berat..
Pengkajian Post Operatif
• Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat
kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan
segera setelah kejadian.
• Pemeriksaan fisik head to toe
• Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi, ataksik), terdiri dari:
– Airway Kaji adanya obstruksi jalan antara lain suara stridor, gelisah karena hipoksia,
penggunaan otot bantu pernafasan, sianosis.
– Breathing Inspeksi frekuensi nafas, apakah terjadi sianosis karena luka tembus dada, fail
chest, gerakan otot pernafasan tambahan. Kaji adanya suara nafas tambahan seperti
ronchi, wheezing.
– Circulation Kaji adanya tanda-tanda syok seperti: hipotensi, takikardi, takipnea,
hipotermi, pucat, akral dingin, kapilari refill >2 detik, penurunan produksi urin.
– Disability Kaji tingkat kesadaran pasien serta kondisi secara umum.
– Eksposure Buka semua pakaian klien untuk melihat adanya luka.
Pengkajian Post Operatif
• Kardiovaskuler: pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK (Peningkatan Tekanan Intra
Kranial).
• Sistem saraf: Kesadaran klien (nilai GCS)
• Fungsi saraf kranial: trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan melibatkan penurunan
fungsi saraf kranial.
• Fungsi sensori-motor: adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan diskriminasi suhu, anestesi,
hipertesia, hiperalgesia, riwayat kejang.
• Sistem pencernaan: bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan, kemampuan
mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika pasien sadar tanyakan pola makan?
• Waspadai fungsi ADH, aldosteron: retensi natrium dan cairan.
• Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
• Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik, hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter,
ROM (Range Of Motion), kekuatan otot.
• Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan, disfagia atau afasia akibat
kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
• Psikososial : ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari keluarga.
Tekanan intrakranial

• Tekanan intrakranial adalah tekanan dalam


kubah kranial yang berhubungan dengan
tekanan atmosfer (Morton, Fontaine, Hudak
&Galo, 2013).
• Peningkatan TIK merupakan peningkatan
tekanan otak didalam kranium atau tengkorak
yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
cairan CSS( Jones & Fix, 2009).
Bagian penyusun Volume
Intrakranial
• Aliran darah otak =3% hingga 10%
• Sirkulasi cairan cerebrospinal : 8-12 %
• Intravaskular ditambah vol. Jaringan otak semipadat
yang mana lebih dari 80%H20
• TIK harus dimonitor /direkam dengan menggunakan
alat untuk menghitung tekanan perfusi otak
(CPP/cerebral perfusion pressure )
• Tekanan perfusi otak normal adalah 70-90 mmHg
Kateter intraventikuler
Cerebral perfusion Presure (CPP)
• CPP adalah fungsi dari dari tekanan arteri
rata2 dan tekanan intrakranial. Jika CPP turun
dibawah 80 mmHg, iskemia dapat terjadi.
• CPP harus dipertahankan sebesar 70-90
mmHg dengan ICP<15 mmHg
• CPP: MAP-ICP
• MAP: (sistolik+2 (diastolik)
• 3
Diagnosis
• Risiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d udem otak,
post op craniotomi
• Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat napas di otak
• Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan sputum.
• Nyeri akut b.d agen injuri
• Risk for dissue syndrom b. D adanya kelemahan fisik
• Hipertermi b.d
• Risiko infeksi
• Risko perfusi jaringan perifer tidak efektif
Risiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d
tesumbatnya/stenosis alirang darah ke otak,
peningkatan tekanan intrakranial
.
 NOC
Tissue perfusion, cerebral ( MAP: 80-100 mmHG, kesadaran
normal, RR: 14-20 x/m, pupil normal isokor)
 NIC
- Neurologic Monitoring
- ICP monitoring
- Fluid management
- Cerebral perfusion promoting
ICP Monitoring
• Posisi kepala 15-30 derajat
• Manajemen cairan
• Pencegahan kejang
• Pencegahan hipertermi
• Oksigen
• Pemberian kortikosteroid
Bersihan jalan napas tidak efektif

NOC
 Status respiratori : kepatenan jalan nafas.
 Status respiratori : pertukaran gas.
 Status respiratori : ventilasi
NIC
 Manajemen jalan nafas.
 Suktion jalan nafas.
 Terapi oksigen
 Monitoring pernafasan
 Mechanical ventilation managemnt
Case study
• Ny M berusia 50 tahun dirawat diRuang ICU dengan diagnosa medis
Post craniotomy evakuasi ICH, SDH
• Keluhan utama saat ini adalah penurunan kesadaran
• RPS: Pasien datang ke IGD RSMS pada tanggal 13/3/16 jam 18.20 WIB
rujukan dari RS AS Bumiayu dengan keluhan post KLL tunggal jatuh dari
sepeda motor jam 15.00 WIB kemudian dilakukan operasi craniotomy
tanggal 14/3/16 jam 23.27 WIB . Pada tanggal 15/3/16 jam 03.30 WIB
menjalani perawatan di iCU RSMS
• Riw penyakit. DM
• TTV: S; 38, Nadi: 106 x/m TD: 151/80 mmHg, RR: 26 x/m
• Hasil pengkajian sistem
Pengkajiian sistem
Breating Terpasang ventilator mode SIMV( synchronized inttermiten mandatory
ventilator) dengan Tidal volume 12,2 , FIO2 65% , PEEP: 5,0 , E: I= 1;1,8
saturasi oksigen 98 %,terpasang mayo, , dahak +++
Blood Nadi karotis teraba , perdarahan 50 cc lokasi kepala, irama jantung reguler
CRT <2 detik , EKG sinus ritme
Brain GCS : E1 VT M3, pupil isokor refleks patologis tidak ada , curiga fr. Cervical
tidk ada, obat neurologi : phenitoin 100 mg
Bladder Terpasang Dc , urine saat engkajian 500 ml/8 jam , warna kuning bau khas ,
intake parenteral 600/8 jam
Bowel mukosa mulut lembab, abdomen tidak tegang , jejas tidak ada, BU : 8x/m BAB
terakhir tgl 16/3/16,
Bone Pergerakan sendi terbatas , kekuatan otot : 2/2/2/2
Endokrin Pemeriksaan KGd : 350 g/dl
Px.penunjang CT scan , ICH, SDH
Terapi ceftriaxone 3x1 gr , ranitidine 3x1gr , phenitoin 100 mg , PCt inf 100ml jika
panas , ca glukonas 1gr , furosemid 3x1 ampul
TERIMA KASIH
REFERENSI
• ADAM. (2007). Head injury. ADAM About.com. Retrieved from
http://adam.about.com/encyclopedia/firstaid/Head-injury.htm
• Al Fauzi, A. (2002). Penanganan cedera kepala di Puskesmas. Diakses dari
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072002/pus-1.htm
• Markam, S., Atmadja, D. S., & Budijanto, A. (1999). Cedera tertutup kepala.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
• Tarwoto et al 2007. Keperawatan medikal Bedah gangguan Sistem
Pernafasan. Sagung seto
• Sheehy, S. B. (1992). Emergency nursing: Principle and practice (3rd ed.). St.
Louis/Toronto: Mosby Year Book, Inc.

Anda mungkin juga menyukai