Pemetaan Industri Tekstil Jawa Tengah
Pemetaan Industri Tekstil Jawa Tengah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri tekstil merupakan salah satu industri yang menyerap
tenaga kerja paling besar di Indonesia,1 meskipun pada tahun 2013
industri tekstil dan aneka tahun ini hanya tumbuh 5,5 persen. Hal ini
terjadi karena terhambat karena ketidakstabilan di sektor
ketenagakerjaan.
Tercatat sekitar sekitar 600 ribu orang bekerja di industri tekstil
garmen yang sejatinya merupakan industri padat karya
(Bandingkan: Industri Padat Modal). Sosrodihardjo (1987 : 126)
menyebut industri yang bersifat padat karya (labour intensive)
sebagai suatu industri yang modal paling utama adalah (1) tenaga
kerja dan (2) bahan mentah yang diperoleh berasal dari pekarangan
sendiri atau tempat yang berdekatan. Meskipun di sini uang turut
menentukan, namun modal uang sangat terbatas jumlahnya.
Bagi Indonesia, industri tekstil merupakan salah satu sumber
devisa yang penting sebagai satu-satunya manufaktur (pengolahan)
non-migas dengan net ekspor positif, yang di ekspor ke Amerika
Serikat dan Jepang. Walaupun dalam konteks persaingan global,
nilai ekspor tekstil Indonesia ke Amerika dan Jepang terpaut sangat
jauh dengan nilai ekspor tekstil Cina ke kedua negara tersebut.
Salah satu contoh wilayah di Indonesia yang merupakan daerah
industri tekstil di Indonesia adalah Jawa Tengah. Tribun Jateng (2015)
menyebut basis utama investasi Jawa Tengah adalah industri tekstil
dan produk tekstil (TPT) yang mencapai antara 7 persen hingga 7,5
persen (Bandingkan: Jawa Barat). Uniknya, Jawa Tengah sendiri
merupakan salah satu provinsi yang mampu mengendalikan inflasi.
Misalnya, ketika diberlakukanya kebijakan kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM), laju inflasi di Jawa Tengah hanya 6,19 persen,
sedangkan nasional mencapai 6,23 persen (Catatan: nilai inflasi
yang baik dan normal harus satu digit atau satu angka di belakang
koma).
Badan Pusat Statistik (2009) menyebut selama periode JanuariSeptember 2008, komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekspor tertinggi
1
Bagian II
Tinjauan Pustaka
A. Industri
Utoyo (dalam Yuwono et al, 2013 : 23) menyebut dalam arti sempit
industri diartikan sebagai semua kegiatan ekonomi manusia yang
mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi atau menjadi barang yang lebih tinggi
kegunaannya. Sedangkan dalam arti yang luas, industri merupakan
semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya
produktif dan bersifat komersial untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Definisi yang sama juga diutarakan oleh Siahaan (dalam Yuwono et
al, 2013 : 23) yang mentebut industri sebagai bagian dari proses untuk
mengelola bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku
menjadi barang jadi, sehingga menjadi barang yang bernilai bagi
masyarakat.
Definisi lain tentang industri dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) yang menyebut industri sebagai suatu unit usaha yang
melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan untuk menghasilkan barang
atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan
mempunyai catatan administrasi tersendiri, sedangkan UU No. 5 tahun
1984 tentang perindustrian menyebut industri sebagai suatu kegiatan
ekonomi yag mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
Dari berbagai pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
industri merupakan sebuah kegiatan yang menggunakan segala unsur
bahan baku sebagai input, kemudian memprosesnya dengan metode
tertentu, sehingga menghasilkan output yang dapat menciptakan nilai
tambah (value added).
Konsekuensi logis dari kehadiran industri membawa dampak positif
maupun negatif. Keuntungan dari hadirnya industri seperti (1)
memperbesar kegunaan bahan mentah. Artinya semakin banyak
bahan mentah yang diolah dalam perindustrian, semakin besar pula
manfaat yang diperoleh; (2) memperluas lapangan pekerjaan; (3)
menambah
penghasilan
penduduk,
sehingga
menambah
kemakmuran; (4) mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap luar
negeri; (5) mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi; (6)
3) Poliester, dibuat dari minyak bumi, yaitu asam tereftalat yang telah
dimurnikan (pirified terephtalate acid/PTA) dan ethylene glycol.
Poliester banyak digunakan untuk bahan pakaian (dicampur dengan
kapas/rayon), dasi, kain tirai/gorden, tekstil industri (conveyor,
isolator), pipa pemadam kebakaran, tali temali, jala, kain layar dan
terpal.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
2)
3)
4)
5)
dengan cotton atau rayon dengan cotton dan open end arn (OE)
yang bahan bakunya adalah cotton dan polyester)
Konstruksinya (single yarn atau benang tunggal, yaitu benang
yang terdiri dari satu helai; double yarn atau benang rangkap,
yaitu benang yang terdiri dari dua benang atau lebih tanpa di twist
dan multifold yarn atau benang gintir, yaitu benang yang terdiri
dari dua helai atau lebih yang dijadikan satu dengan diberi twist)
Panjang seratnya (staple yarn atau benang staple, yaitu benang
yang tersusun dari serat staple atau serat buatan dalam bentuk
staple dan filament yarn atau benang filament, yaitu benang yang
tersusun dari serat buatan yang berupa filament).
Penggunaannya (warp yarn atau benang lusi, yaitu benang yang
digunakan untuk arah panjang kain pada proses weaving; weft
yarn atau benang pakan, yaitu benang yang digunakan untuk arah
lebar kain pada proses weaving; knitting yarn atau benang rajut,
yaitu benang yang digunakan untuk pembuatan kain rajut atau
knitting fabric; sewing thread atau benang jahit, yaitu benang
yang digunakan untuk menjahit; fancy yarn atau benang hias,
benang yang dibuat dengan efek hias pada twist-nya, antara lain
seperti slub yarn).
Bahan bakunya (benang cotton, benang polyester, benang rayon,
benang nylon, benang akrilik, benang polipropilen, benang R/C
(benang rayon / cotton), benang T/R (benang polyester / rayon),
benang T/C (benang polyester / cotton) dan sebagainya.
Perusahaan / Rumahan)
Kelompok Industri: Pertenunan ( kecuali pertenunan karung goni
dan karung lainnya)
TINGKAT
Produsen
1-TINGKAT
Produsen
Distributor
Industri
2-TINGKAT
3-TINGKAT
Produsen
Produsen
Agen
Agen
Pelanggan
Industri
Pelanggan
Industri
Pelanggan
Industri
Pelanggan
Industri
adalah activated sludge, atau lumpur aktif. Limbah cair PT. Iskandar
Indah Printing Textille ini berasal dari bahan-bahan yang digunakan
pada proses produksi, terutama pada proses pengkanjian, pewarnaan
dan printing atau pemberian motif. Parameter yang biasanya diuji
adalah pH, TSS, BOD, dan COD, sedangkan untuk parameter seperti
fenol, krom, minyak dan lemak, NH3, dan sulfida tidak rutin diuji.
Instalasi Pengolah Limbah PT. Iskandar Indah Printing Textille terdiri
dari bak ekualisasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi I, netralisasi,
aerasi, sedimentasi II, rapid sand filter dan rapid sand filter. Hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa parameter yang memenuhi Peraturan
Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 10 tahun 2004 adalah pH, krom total,
fenol, minyak dan lemak dan sulfida. Sedangkan parameter yang
belum memenuhi standar baku mutu adalah BOD5, COD, TSS dan NH3
(Lihat: Junaidi, 2006).
G. Bahan Pencemar Utama Tekstil
Setiap sektor industri berkontribusi pada jenis limbah yang
berbeda bergantung pada proses produksi yang diadopsi oleh industri
tersebut. Limbah padat dan atau cair bisa dihasilkan. Secara umum
limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah organik atau anorganik,
berbahaya atau tidak berbahaya, beracun dan tidak beracun, logam
berat, dan sebagainya. Sebagai contoh, beberapa proses pada industri
tekstil menghasilkan baik limbah organik atau limbah B3 (bahan
berbahaya dan beracun) dalam bentuk limbah cair. Limbah organik
yang dihasilkan dari industri tekstil mampu merubah nilai pH, atau
meningkatkan kadar BOD dan COD dalam badan air.
Kebanyakan industri tekstil juga menghasilkan limbah logam berat
yang termasuk dalam kategori berbahaya. Banyak macam elemen
logam berat yang dihasilkan dari proses produksi tekstil, diantaranya
Arsen, Cadmium, Krom, Timbal, Tembaga, dan seng. Proses-proses
dalam industri tekstil yang menghasilkan limbah cair antara lain
pengkajian dan penghilangan kanji, pengelantangan, pemasakan,
merserisasi, pewarnaan, pencetakan, dan proses penyempurnaan
(Lihat: Potter, C, et al, 1994).
Sangat penting dipahami bahwa aktivitas industri tekstil juga
merupakan penyumbang bahan organik yang sangat besar. Meskipun di
badan air bergabung dengan buangan dari kegiatan domestik, buangan
limbah cair industri tekstil yang mengandung bahan organik yang tinggi
turut memperburuk kualitas air sungai. Pada titik-titik sampling di
sekitar kawasan industri tekstil, nilai Biochemical oxygen demand (BOD)
dan chemical oxygen demand (COD) sangat tinggi melebihi baku mutu
untuk semua kelas air. Pada reference point, BOD berkisar 1.7 mg/L,
sementara di bagian hilir sungai nilai BOD mencapai 9.36 mg/L hingga
523.00 mg/L
Seperti kita ketahui bahwa air limbah tekstil mengandung sejumlah
senyawa kimia organik yang degradable maupun non-degradable.
Derajat pencemaran bahan organik dalam air ditunjukkan oleh nilai-nilai
BOD dan COD. BOD adalah nilai yang menunjukkan jumlah oksigen
yang dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mereduksi bahan-bahan
organik, sementara COD diperlukan untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik melalui proses kimiawi, yakni melalui oksidator kuat. Sumber
utama kontaminasi bahan organik dari industri tekstil adalah proses
kering seperti proses sizing, yaitu mempersiapkan benang untuk
tahap pemintalan (spinning) dan pekerjaan rajutan (knitting). Bahanbahan organik juga berasal dari proses basah seperti scouring
suatu proses pencucian untuk membuang kotoran-kotoran baik organik
maupun anorganik yang dapat mengganggu tahap-tahap proses
selanjutnya. Bahan organik dapat juga berasal dari dyeing di mana
surfaktan seringkali ditambahkan.
H. Kondisi Lingkungan Perairan Jawa Tengah
Secara umum kondisi lingkungan perairan di Jawa Tengah, baik itu
di lingkungan sungai, danau, muara sungai dan laut, masih cukup baik.
Kalau ada beberapa lingkungan perairan yang kualitas airnya kurang
baik dan menunjukkan adanya penurunan, itu sifatnya masih kasuistis,
oleh karena di daerah sekitarnya pada umumnya ada kegiatan
kegiatan yang melaksanakan aktivitasnya yang kurang memperhatikan
kelesetarian lingkungan, baik itu kegiatan industri, sentra-sentra
industri rakyat, peternakan dan kegiatan lainnya.
Menurunnya kualitas air Sungai Kaligarang, sangat dipengaruhi
oleh adanya kegiatan pertanian dan peternakan yang betada di daerah
hulu dan terutama sekali dipengaruhi oleh adanya buangan air limbah
dari 8 (delapan) kegiatan industri yang membuang air limbahnya ke
Sungai Kaligarang. Besarnya beban cemaran limbah industri yang
dibuang ke Sungai Kaligarang pada awal dilaksanakan Program Kali
Bersih di Jawa Tengah Tahun 1094, menunjukkan bahwa untuk
Parameter BOD mencapai 119.548,95 Kg/th, COD mencapai
352.070,14 Kg/th dan TSS mencapai 263.710,80 Kg/th. Sampai dengan
Tahun 2009/2010, jumlah beban cemaran yang dibuang ke Sungai
Kaligarang, telah mengalami penurunan lebih dari 90 %, dimana untuk
Parameter BOD mencapai 2.275,39 Kg/th, COD mencapai 9.169,82
Kg/th dan TSS mencapai 1.518,11 Kg/th.
Besarnya beban cemaran limbah industri (32 industri ) yang
dibuang ke Sungai Bengawan Solo baik yang dibuang secara langsung
maupun yang dibuang melalui anak sungainya pada awal dilaksanakan
Daftar Pustaka
[BPS] Badan Pusat Statistik, 2009. Perkembangan Ekspor Impor Jawa
Tengah September 2008, BNo.02/01/33/Th.III, 05 Januari 2009, BPS
Provinsi Jawa Tengah.
Dalyono, 2005. Dasar-Dasar Perancangan Produk Tekstil, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Dalyono, 2007. Penerapan Model Struktur dan Model Matematis Dalam
Perancangan Produk Tekstil, Yogyakarta: Ardana Media dan Rumah
Produksi
Djafri, C, 2003. Gagasan Seputar Pengembangan Industri dan
Perdagangan TPT (Tekstil dan Produk Tekstil), Jakarta: Asosiasi
Pertekstilan Indonesia (API) dan Cidesindo.
Gunadi, 1984. Pengetahuan Dasar Tentang Kain-Kain Tekstil dan Pakaian
Jadi, Jakarta: Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran.
Junaidi, 2006. Analisis Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pada Industri
Tekstil: Studi Kasus PT. Iskandar Indah Printing Textille Surakarta,
Jurnal PRESIPITASI, Vol.1 No.1 September 2006, ISSN 1907-187X.
Koran Sindo, 2013. Industri Tekstil Hanya Tumbuh 5,5 Persen,
http://koransindo.com.IndustriTekstilHanyaTumbuh5,5%.html.
Diunduh
tanggal 10 Agustus 2015
Potter, C, et al, 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia,
Canada: Project of the Ministry of State for Environment Republic of
Indonesia and Dalhousie University.
Sosrodihardjo, S, 1987. Aspek Sosial Budaya dalam Pembangunan
Pedesaan, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Tribun
Jateng,
2015,
Ini
Prospek
Ekonomi
Jawa
Tengah,
http://jateng.tribunnews.com/2014/12/27/ini-prospek-ekonomi-jawatengah-2015. Diunduh tanggal 10 Agustus 2015
Yuwono, Prapto, et al, 2103. Penyusunan Tabel Input Output
Kabupaten/Kota, Salatiga: Satya Wacana University Press.