Anda di halaman 1dari 50

Oleh

Kelompok I

Dipresentasekan Dalam Diskusi Perkuliahaan Pada Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Haluoleo, 2013

HAMBATAN PERDAGANGAN: TARIF

PROLOG

Ketika setiap negara menerapkan praktek dan kepentingan perdagangan internasional yang disebut kebijakan perdagangan (trade policy) atau kebijakan komersial (commercial policy). Maka hal itu menjadi hambatan tersendiri terhadap berlangsungnya perdagangan secara bebas

Tarif sebagai bentuk kebijakan konvensional perdagangan yang menjadi sumber penerimaan pemerintah yang paling tua,

merupakan salah satu bentuk hambatan perdagangan yang dianggap paling penting

Namun kini, tarif bagi negaranegara maju, bukan lagi merupakan hambatan utama

Tarif ditinjau dari aspek asal komoditi: 1. Tarif impor (import tariff), yaitu pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain. 2. Tarif ekspor (export tariff), yaitu pajak untuk suatu komoditi yang diekspor.

Tarif ditinjau dari mekanisme perhitungan: 1. Tarif ad valorem (ad valorem tariffs), adalah pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor. Misalnya, suatu negara memungut tarif 25% atas harga dari setiap unit mobil yang diimpor.

2. Tarif spesifik (specific tariff), adalah tarif yang dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor. Misalnya: pungutan 3 dollar untuk setiap barel minyak. 3. Tarif campuran (compound tariff), adalah gabungan dari tarif ad valorem dan tarif spesifik. Di samping mengenakan pungutan dalam jumlah tertentu, tarif ini juga memungut sekian persen lagi.

Jenis-jenis tarif impor: 1. Tarif Tunggal (Single Column Tariff) Yaitu tarif atas barang impor dalam % untuk satu komoditi dari negara mana saja. 2. Tarif Umum (General/Conventional Tariff) Yaitu tarif untuk komoditi yang besarnya berbeda terhadap barang impor setiap negara.

Sekedar Catatan Pinggir Peranan tarif di negara-negara industri telah menurun dalam era modern kini, khususnya untuk sektor manufaktur, karena pemerintah dari berbagai negara lebih cenderung melindungi industriindustri domestik mereka dengan memberlakukan berbagai macam dan bentuk hambatan non tarif.

Merupakan instrumen analitis paling sesuai untuk mempelajari kasus pemberlakuan tarif pada sebuah negara kecil, dalam kaitannya dengan output industri domestiknya yang juga relatif kecil.

8.2 Analisis Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif

8.2a Dampak-Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif Dampak pemberlakuan tarif terhadap konsumsi (consumption effect of the tariff), yaitu berkurangnya konsumsi domestik akibat pengenaan tarif ad valorem.

(production effect of the tariff), yaitu peningkatan produk domestik akibat adanya tarif.

Dampak pengenaan tarif terhadap produksi

Dampak pengenaan tarif terhadap perdagangan


(trade effect of the tariff), yaitu terjadinya penurunan terhadap impor. Dampak pengenaan tarif terhadap penerimaan pemerintah (revenue effect of the tariff), yaitu terciptanya pemasukan bagi pemerintah.

Gambar 8-1 menjelaskan bahwa: Dx dan Sx melambangkan kurva permintaan serta kurva penawaran komoditi X di negara 2. Dalam kondisi perdagangan bebas, harga komoditi C adalah Px =1 dolar per unit. Negara 2 akan mengkonsumsi sebanyak 70X (AB), dan 10X (AC) yang di antaranya sebagai produksi domestik. Sementara 60X (CB) harus diimpor dari negara lain. Jika Negara 2 memberlakukan tarif sebesar 100 persen terhadap komoditi X, maka Px melonjak menjadi 2 dolar per unit.

Lanjut Gambar 8-1 menjelaskan bahwa:

Akibatnya, penduduk Negara 2 akan menurunkan tingkat konsumsinya sebanyak 50 X (GH) serta mengubah komposisinya. Dan 20X (GJ) merupakan produksi domestik, sedangkan 30X (JH) harus diimpor dari negara lain. Dengan demikian, dampak pemberlakuan tarif terhadap konsumsi domestik bersifat negatif, yakni sebesar (-) 20X (BN).

Lanjut Gambar 8-1 menjelaskan bahwa:

Sementara itu, dampak terhadap produksi meningkat bersifat positif, yakni meningkat sebesar 10X (CM). Namun secara keseluruhan, pemberlakuan tarif itu merugikan perdagangan, yakni (-) 30X (BN+CM), meskipun ia memberi pemasukan kepada pemerintah Negara 2 sebanyak 30 dolar (MJHN).

Lanjut Gambar 8-1 menjelaskan bahwa: Dengan demikian, dampak pemberlakuan tarif terhadap konsumsi (consumption effect of the tariff) yakni berkurangnya konsumsi domestik yang mencapai 20X (BN). Sedangkan dampak pengenaan tarif terhadap produksi (production effect of the tariff) atau meningkatnya produksi domestik sama dengan 10X (CM). Sedangkan dampak pengenaan tarif terhadap perdagangan (trade effect of the tariff) yakni turunnya impor sama dengan 30X (BN+CM).

Lanjut Gambar 8-1 menjelaskan bahwa: Akhirnya, dampak pengenaan tarif terhadap penerimaan pemerintah (revenue effect of the tariff) atau terciptanya pemasukan bagi pemerintah mencapai 30 dolar, yakni 1 dolar dari 30 unit komoditi X yang diimpor (MJHN). Semakin elastis kurva D dan S maka dampaknya terhadap konsumsi, produksi dan perdagangan akan semakin besar serta akan memperkecil pendapatan pemerintah.

8.2b Dampak Pemberlakuan Tarif Terhadap Surplus Produsen dan Konsumen


Kenaikan harga komiditi X dari 1 dolar menjadi 2 dolar yang diakibatkan pemberlakuan tarif 100% oleh pemerintah terhadap barang-barang impor, pada gilirannya akan menurunkan surplus konsumen dan akan meningkatkan surplus produsen.

Surplus konsumen (consumer surplus) mengukur besar kecilnya keuntungan konsumen dari pembelian, berupa selisih antara harga yang sebenarnya dibayarkan dengan tingkat harga yang sanggup ia bayar.

Surplus produsen (producer surplus) jika produsen mampu menjual barang yang lebih tinggi dari tingkat harga yang ia inginkan atau ia terima dengan senang hati.

Seorang konsumen akan mau membayar 3 dolar untuk unit ke-30 barang X, sedangkan dalam kenyataannya mereka dapat membelinya seharga 1 dolar, maka mereka pun menikmati surplus konsumen sebesar 2 dolar.

Gambar 8-2 menjelaskan bahwa : Panel di sebelah kiri menunjukkan bahwa pemberlakuan tarif yang meningkatkan harga komoditi X dari 1 dolar menjadi 2 dolar, mengakibatkan berkurangnya surplus konsumen dari nilai ARB= 122,5 dolar menjadi GRH= 62,5 dolar, atau yang diperlihatkan bidang AGBH= 60 dolar. Sedangkan panel sebelah kanan memperlihatkan kenaikan surplus produsen akibat pemberlakuan tarif, sedangkan nilai kenaikan tersebut setara dengan luas bidang AGJC= 15 dolar.

Demikian pula ketika mereka memperoleh unit ke-50, mereka mau membayar 2 dolar sehingga surplus kosumen sebesar 1 dolar. Sedangkan untuk unit ke-70 mereka hanya mau Namun sebelumnya membayar sebesar 1 secera keseluruhan, dolar sehingga surplus tarif total surplus konsumen sama konsumen mencapai dengan nol. 122,5 dolar

Ketika pemerintah memberlakukan tarif 100 % terhadap barang-barang impor, maka harga barang X mengalami kenaikan menjadi 2 dolar. Dan pembelian barang X mengalami penurunan menjadi 50 unit.

Sejak adanya tarif, konsumen harus membayar 100 dolar untuk 50 unit barang X. Hal ini menyebabkan surplus konsumen menurun sebesar 60 dolar dari 122,5 dolar menjadi 62,5 dolar. Dengan demikian, jelaslah bahwa pemberlakuan tarif impor tersebut mengurangi

Sebelum dikenakan tarif, harga barang X adalah 1 dolar. Dalam situasi ini, produsen domestik hanya memproduksi 10 unit barang X dan untuk itu mereka hanya memperoleh 10 dolar. Setelah pemerintah memberlakukan tarif impor, harga barang X mengalami kenaikan menjadi 2 dolar.

Para produsen domestik meningkatkan produksinya menjadi 20 unit sehingga memperoleh 40 dolar. Peningkatan pendapatan sebesar 30 dolar. Karena yang 15 dolar merupakan biaya produksi maka yang 15 dolar sisanya merupakan surplus produsen. Jelaslah pula bahwa pemberlakuan tarif meningkatkan surplus produsen.

8.2c Biaya dan Manfaat Tarif


Tarif dapat meningkatkan barang di negara pengimpor sehingga kalangan konsumen di negara pengimpor secara relatif merugi, sedangkan para produsen di negara pengimpor memperoleh keuntungan. Jadi tarif menambah biaya sekaligus manfaat.

Saat pemerintah mengenakan tarif sebesar 100% terhadap barang impor maka harga barang X langsung mengalami kenaikan dari 1 dolar menjadi 2 dolar. Konsumsi atas komoditi ini pun turun dari 70 unit menjadi 50 unit. Dalam waktu bersamaan, produsen domestik meningkatkan produksinya dari 10 unit menjadi 20 unit.

Gambar 8-3 ini memperlihatkan bahwa kenaikan harga komoditi X dari 1 dolar menjadi 2 dolar akibat pemberlakuan tarif oleh pemerintah Negara 2 sebesar 100 persen, segera mengakibatkan penurunan surplus konsumen sebanyak AGHB = a + b + c + d = 15 + 5 + 30 + 10 = 60 dolar.

Lanjut Gambar ini bahwa


Dari jumlah tersebut, 30 dolar di antaranya diterima pemerintah dalam bentuk pajak impor, kemudian 15 dolar lainnya (AGJC = a) diredistribusikan kepada para produsen komoditi X di dalam negeri dalam bentuk kenaikan rente atau surplus produsen, sedangkan 15 dolar sisanya (setara dengan bidang segitiga CJM = 5 dolar, dan segitiga BHN = 10 dolar) merupakan biaya proteksi atau biaya bobot mati yang harus dipikul oleh perekonomian Negara 2 tersebut secara keseluruhan.

Impor turun dari 60 unit menjadi 30 unit dan pemerintah menerima pemasukan sebesar 30 dolar dalam bentuk pajak impor. Hal ini menyebabkan surplus konsumen mengalami penurunan sebesar 60 dolar dan peningkatan surplus produsen sebesar 15 dolar.

Dari total kerugian konsumen itu, 30 di antaranya diterima oleh pemerintah dalam bentuk pajak impor, kemudian 15 dolar lainnya diredistribusikan kepada para produsen barang X di dalam negeri dalam bentuk kenaikan rente atau surplus produsen, 15 dolar sisanya merupakan biaya proteksi (protection cost) atau biaya bobot mati (deadweight lost) yang merupakan bentuk kerugian yang harus ditanggung oleh perekonomian negara bersangkutan.

Dampak Pengenaan tarif


1. Harga barang impor menjadi lebih mahal Hal ini menyebabkan penurunan konsumsi oleh konsumen, dan produsen akan memproduksi barang dimana biaya marjinal (marginal cost) sama dengan harga setelah tarif.

2. Meredistribusikan pendapatan dari konsumen domestik ke produsen domestik. 3. Mereditribusikan pendapatan dari sektor ekonomi yang sumber dayanya melimpah ke sektor lain yang sumber dayanya kurang kompetitif.

4. Dampak negatif tarif berupa production Tarif menyebabkan produsen domestik memproduksi terlalu banyak barang sehingga tidak semuanya bisa dijual dengan harga yang menguntungkan 5. Consumption distortion loss yaitu menyebabkan konsumen mengkonsumsi barang terlalu sedikit

distortion lost

8.3 Teori Struktur Tarif Pada dasarnya pengenaan tarif atau bea masuk terhadap barang impor akan meningkatkan harga barang yag dihasilkan produsen dalam negeri. Dampak ini yang menjadi tujuan pengenaan tarif untuk melindungi produsen dalam negeri terhadap persaingan impor yang harganya lebih murah.

Contoh: produsen kain wool domestik memerlukan impor kain wool 80 dolar, dan harga pasaran internasional mantel wool jadi 100, dan pemerintah mengenakan tarif 10% untuk mantel wool jadi. Maka harga mantel di dalam negeri pun 110.

Maka produsen mendapat keuntungan lebih dari sebelum dikenakan tarif, dari yang sebelumnya 20 menjadi 30. Dan terdapat kenaikan keuntungan sebesar 50% ((10/20) x 100% = 50%). Dengan demikian proteksi efektifnya sebesar 50%.

Ada dua masalah dalam menghitung tingkat proteksi dengan cara sederhana di atas. Pertama, jika asumsi negara kecil bukan merupakan pertimbangan yang akurat, maka sebagian dampak tarif akan menurunkan harga ekspor dan sebagian lagi berupa peningkatan harga di negara A, dan dampak dari kebijakan perdagangan terhadap harga ekspor terkadang sangat berarti.

Masalah kedua adalah, tarif bisa menimbulkan dampak yang berbeda di setiap tahapan produksi suatu barang. Terkadang, kebijakan perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi, kerapkali mengakibatkan tingkat proteksi efektif lebih tinggi dari tingkat tarif nominalnya.

SIMPULAN
Pertama, meskipun perdagangan bebas (free trade) akan dapat memaksimalkan output dan kesejahteraan dunia, serta keuntungan bagi setiap negara yang terlibat di dalamnya, namun dalam kenyataannya, hampir setiap negara masih menerapkan berbagai bentuk hambatan terhadap berlangsungnya perdagangan internasional secara bebas.

Kedua, walaupun secaraTyson umum penerapan kebijakan perdagangan selalu dikemukakan sebagai suatu alat yang perlu diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan nasional, dalam kenyataannya lebih bertolak belakang dari kepentingan sepihak dari kelompok tertentu yang diuntungkan oleh pemberlakuan hambatan perdagangan tadi.

Ketiga, bentuk hambatan perdagangan yang paling penting atau menonjol secara historis adalah tarif (tariff). Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditas yang diimpor atau diekspor. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama.

Keempat, analisis atas dampak-dampak pemberlakuan tarif terhadap produksi, konsumsi, perdagangan dan kesejahteraan di negara yang memberlakukan tarif, termasuk dampaknya terhadap hubungan dagang dengan negara-negar lain, akan didasarkan pada perspektif keseimbangan parsial (partial equilibrium) dengan menggunakan kurva-kurva permintaan dan penawaran atas komoditi yang diimpor

Kelima, tarif adalah ditinjau dari mekanisme perhitungannya yang terdiri atas tarif spesifik, gabungan, dan ad valorem, serta ditinjau dari aspek asal komoditi, yakni import tarif dan eksport

tarif

REKOMENDASI TERAKHIR YG MUNGKIN BISA MENYADARKAN ADALAH

MERENUNGI BATU YANG TAK HENTI-HENTINYA BERSUJUD INI

CAMKAN SAUDARAKU,

SANG IDIOLOG
Hamas ADALAH HARAPAN MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARA TERCINTA INI

Wassalaamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Anda mungkin juga menyukai