Anda di halaman 1dari 17

P EN D EK ATA N K EB IJA K A N

P U B LIK
Kategori Kebijakan Publik

Berdasarkan isi kebijakan, scope, keberagaman dan


tujuan, ada 5 kategori kebijakan publik (Anderson,
1997: 12-25)

1. Substantive and Procedural Policies


- Substantive Policies: a) involve what government
is going to do. E.g. membangun sarana transportasi
publik, memperbaiki daya beli masyarakat, dst; b)
secara langsung mendistribusikan keuntungan dan
kerugian (costs and benefits)
- Procedural Policies: a) memuat bagaimana sesuatu
itu harus dilaksanakan atau siapa yang akan
melaksanakannya. E.g Kebijakan Perencanaan
Pembangunan
2. Distributive, Regulatory, Self-Regulatory, and
Redistributive Policies
- Kategorisasi berdasarkan dampaknya kepada
masyarakat dan hubungan antara stakeholders yang
terlibat di dalamnya.
- Distributive Policies: a) alokasi pelayanan atau
manfaat untuk segment tertentu dalam masyarakat;
b) bersumber dari dana publik; c). E.g. Kebijakan
Pengobatan Gratis untuk Masyarakat Miskin;
Kebijakan Bebas Biaya Pendidikan, etc.
- Regulatory Policies: a) mengenakan pembatasan-
pembatasan atas tindakan kelompok-kelompok
tertentu; b) mengundang perdebatan atau konflik Ntr
kelompok; c) memunculkan clear winners and
losers; d). E.g. UU Pornografi dan Pornoaksi
Self-Regulatory policies : a) pembatasan atas
kelompok tertentu; b) diusulkan oleh kelompok
yang terkena demi melindungi kepentingan
anggotanya; c) e.g. Peraturan Praktek Dokter

Redistributive Policies: a) menyangkut


pengalihan benefits tertentu (wealth, income,
property, or rights) ; b) e.g. peraturan
Pengenaan Pajak Progresif; program
peningkatan kesejahteraan.
3. Material and Symbolic Policies

- Material Policies: a) menguntungkan kelompok


tertentu, baik dalam hal sumberdaya maupun
kekuasaan, atau menyebabkan kerugian di pihak
lain yang terkena imbas kebijakan; b) Kebijakan
tentang UMR
- Symbolic Policies: a) memiliki impak material
yang relative sedikit; b) tidak mengalokasikan
keuntungan atau kerugian secara nyata; c)
menyangkut nilai, seperti perdamaian,
patriotism, dan keadilan social; d) e.g. the Flag
Protection Act 1989; UU Perlindungan Cagar
Budaya.
- Material Policies dapat menjadi Simbolic Policies
4. Policies involving Collective Goods or Private Goods
- collective goods (indivisible goods): a) goods yang jika
disediakan untuk satu orang, maka goods tersebut harus
disediakan untuk semuanya; b) tidak mungkin
menyediakan goods ini untuk kelompok terbatas &
karenanya membatasi kelompok lain untuk menikmati the
goods; c) everybody wants to be a free rider; d) harus
disediakan pemerintah dengan sumber dana negara
(pajak); E.g. National defence; Clean Air; Traffic Control.

- private goods (divisible goods): a) goods yang dapat


dikenai fee untuk mereka yang menikmati (beneficieries) ;
b) Program Asuransi Kesehatan Privat.
5. Liberal and Conservative Policies
- Konteks Amerika
- Abad 19 : extreme differentiation between liberal and
conservative
Lib eral Conservative
Menginginkan pemerintah Kaum konservatif menolak
untuk melakukan perubahan anggapan bahwa pemerintah
social, atas dasar harus senantiasa menjadi
pertimbangan greater agen perubahan social
equality Persoalan perlu diatasi
secara gradual oleh proses
Kebijakan Publik digunakan yang alami, tanpa campur
untuk memperbaiki tangan pemerintah.
ketidakadilan dan beragam Beroposisi terhadap
permasalahan social. berbagai programs yang
Penganjur utama peluncuran disponsori oleh negara
berbagai program-program
- sejak dekade 60-an, perbedaan yang ketat tersebut
ekonomi
menjadi tidak berlaku lagi.
- kebijakan public dapat berorientasi kepada perubahan
atau didisain untuk mempertahankan status qou.
Difference between Decisions and Policies (Anderson, 1997: 25-26)

Dilihat dari proses


Decision-making: a) involves making a discrete choice from
among two or more alternatives [melibatkan pembuatan
sebuah pilihan atas dua atau lebih alternatif]; b) Teori
decision-making berkait dengan kriteria dan berbagai
proses dalam membuat pilihan tersebut.
Policymaking: a) encompass a flow and pattern of action
that extends over time and includes many decisions, some
routine and some not so routine [mencakup sebuah aliran
atau pola tindakan yang berkembang seiring waktu dan
termasuk didalamnya melibatkan banyak keputusan-
keputusan, sebagian rutin dan sebagian lagi tidak]; b)
jarang sekali sebuah kebijakan sama dengan sebuah
keputusan; c) It is the course of action, the pattern or
regularity that defines policy, not an isolated event [Adalah
rangkaian tindakan, pola atau keteraturan yang
menentukan sebuah kebijakan, bukan sebuah kejadian yang
berdiri sendiri]
Approaches to Policy Study

The theoretical approachesdirect our attention to


important political phenomena, help clarify and
organize our thinking, and suggest explanations for
political activity or, in our case, public policies
[pendekatan-pendekatan teoretik mengarahkan
perhatian kepada fenomena politik yang penting,
membantu menjelaskan dan mengorganisasikan
pemikiran kita, dan menyarankan penjelasan-
penjelasan atas aktivitas politik, atau dalam hal ini,
kebijakan-kebijakan publik.
Political Systems Theory Approach

Kebijakan Publik adalah respon sistem politik terhadap


tuntutan yang datang dari lingkungannya
A m od el of P olitical S ystem

Th e En viron m en t

In p u ts O u tp u ts
D em an d s Law s
Political
System
S u p p orts D ecision s

Feed b ack
Political Systems Theory Approach
System Politik: lembaga-lembaga & aktivitas-aktivitas yang jelas &
saling berkait dalam sebuah masyarakat, yang membuat alokasi-
alokasi nilai atau keputusan yang otoritatif yang mengikat masyarakat;

Lingkungan: system sosial, ekonomi, setting biologi, di luar system


politik;

Input: tuntutan (klaim individu atau kelompok untuk melakukan


tindakan untuk memuaskan keinginanmereka) & dukungan (berupa
kepatuhan individu atau kelompok atas berbagai keputusan dan
kebijakan yang dibuat dalam sistem politik);

Output: hukum, aturan, keputusan pengadilan, dsb;

Feedback: indikasi bahwa public policies dapat berimplikasi pada


perubahan, lingkungan, input, dan sistem politik. Policy output dapat
menimbulkan tuntutan baru, yang akan menghasilkan output baru lagi,
dst.
Political Systems Theory Approach

Kelemahan: terlalu umum & abstrak; tidak menyebut


bagaimana prosedur dan proses pembuatan keputusan dan
kebijakan di dalam black box

Hanya menggambarkan bagaimana pemerintah


memberikan respon atas tuntutan dan hasil-hasilnya.

Kegunaan: a) mengetahui proses formulasi kebijakan; b)


mengetahui: bagaimana tuntutan dari lingkungan
mempengaruhi isi dan implementasi kebijakan publik;
bagaimana kebijakan mempengaruhi lingkungan &
tuntutan selajutnya? Seberapa efektif sistem politik
merespon tuntutan dan mengubahnya menjadi kebijakan
publik?
Group Theory Approach
Public Policy adalah hasil perjuangan kelompok;
Public policy adalah hasil equilibrium yang dicapai dalam
perjuangan kelompok; e.g. UMR, Subsidi Pertanian
Didasarkan pada asumsi bahwa interaksi dan perjuangan
antar kelompok merupakan fakta sentral kehidupan politik;
Kelompok: kumpulan individu dengan interest yang sama dan
mengajukan klaim atas kelompok lain dalam masyarakat;
Kelompok ini menjadi kelompok kepentingan ketika membuat
klaim melalui atau terhadap lembaga pemerintah;
Konsep utama dari pendekatan ini adalah akses: a) untuk
mengekspresikan pandangan kepada pembuat kebijakan; b)
didapat dari status kelompok, leadership, uang; c) lobi sosial
dengan para policymakers merupakan salah satu upaya
memdapat akses.
Public policies mencerminkan kepentingan kelompok yang
mempunyai akses kuat dengan policymakers
Group Theory Approach
Peran pemerintah (official group) dalam pembentukan
policy:
- Lembaga legislatif: mewasiti perjuangan kelompok,
mengesahkan kemenangan kualisi yang berhasil, dan
merekamnya dalam UU;
- Lembaga atau agen administrative didirikan untuk
melaksanakan pertauran yang dihasilkan.

Kelemahan: a) hanya menyoroti aspekdinamis dari


formulasi kebijakan; b) terlalu menekankan pentingnya
kelompok dan kemandirian serta kreativitas aparat publik
dalam policy process; mengabaikan faktor penting lainnya,
seperti keberadaan lembaga lain.
Elite Theory Approach

Public Policy dipandang sbegai refleksi dari nilai-nilai dan


keinginan elit yang memerintah;
Asumsi dasar: public policy tidak ditentukan oleh tuntutan
dan dukungan masyarakat, tetapi oleh interests para elit
yang direalisasikan oleh lembaga-lembaga pemerintah;
Fokus: leadership dalam policy process.
Asumsi dasar yang dibangun mengisyaratkan bahwa elitist
policy process kemungkinan besar terjadi di developing
countries, dimana kematangan hidup berdemokrasi masih
rendah.
Institutionalism Approach

Fokus: penggambaran aspek formal dan legal dari


lembaga-lembaga pemerintah (struktur, kekuasaan, aturan
prosedural, fungsi, aktivitas dan hubungannya dengan
lembaga lain);
Asumsi: aspek legal dan formal mempunyai konsekuensi
signifikanuntuk pemilihan dan isi kebijakan;
Aspek legal dan formal menyediakan konteks bagi
policymaking yang perlu dipertimbangkan bersama dengan
aspek dinamis lainnya, i.e. partai politik, interest groups
dan opini publik.
Rational-Choice Theory

Komponen utama : a) aktor politik, sebagaimana aktor


ekonomi, akan bertindak secara rasional dalam mengejar
kepentingan diri mereka, ketimbang komitmen ideal
(altruistic commitment) seperti tujuan atau kepentingan
nasional.; b) dalam proses kebijakan, self-interest akan
mengarahkan mereka dan akan selalu berusaha
memaksimalkan benefits yang mereka akan dapat; c)
penelitian dengan pendekatan rational-choice akan
berfokus kepada preferensi-preferensi individual
policymakers, ketimbang nilai lain, seperti collective value
dan social value.

Anda mungkin juga menyukai