Apr
13
I.
-
DEFINISI
Keratitis adalah inflamasi pada kornea oleh bakteri, virus, hespes simplek, alergi,
kekurangan vit. A . Keratitis adalah peradangan pada kornea, keratitis disebabkan oleh
mikrobial dan pemajanan. Keratitis Mikrobial adalah infeksi pada kornea yang disebabkan
oleh berbagai organisme bakteri, virus, jamur/parasit. serta abrasi yang sangat bisa
menjadi pintu masuk bakteri. Keratitis Pemajanan adalah infeksi pada ornea yang terjadi
akibat kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh kelopak mata
kekeringan mata dapat terjadi dan kemudian diikuti ulserasi dan infeksi sekunder.
(Brunner dan Suddarth, 2001)
-
bagian berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak
maupun dewasa. Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat,
namun beberapa kondisi dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Contohnya, luka
atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering
juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan kornea. (Kaiser, 2005)
-
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrate sel radang pada kornea
yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh, biasanya diklasifikasikan dalam lapisan
yang terkena seperti keratitis superficial, intertitisial dan profunda.
(http://www.berbagimanfaat.blogspot.com)
II.
1.
ETIOLOGI
Keratitis Mikrobial
Keratitis ini diakibatkan oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur, atau parasit, abrasi
sedikitpun bisa menjadi pintu masuk bakteri. Kebanyakan infeksi kornea terjadi akibat
trauma atau gangguan mekanisme pertahanan sistemis ataupun lokal. keratitis bacterial
keratitis akibat dari infeksi stafilokokkus, berbentuk seperti
keratitis viral dendritik herpetic keratitis dendritik yang disebabkan virus herpes
simpleks akan memberi gambaran spesifik berupa infiltrat pada kornea dengan bentuk
seperti ranting pohon yang bercabang cabang dengan memberikan uji fluoresin
positif nyata pada tempat percabangan.
Keratitits herpes zoster Merupakan manifestasi klinis dari infeksi virus herpes
zooster pada cabang saraf trigeminus, termasuk puncak hidung dan demikian pula
kornea atau konjungtiva.
Keratitis pungtata epithelial dengan infiltrat halus pada kornea, selain disebabkan
oleh virus keratitits pungtata juga disebabakan oleh obat seperti neomicin dan
gentamisin.
Keratitis Peremajaan
Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh
kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat diikuti ulserasi dan
infeksi sekunder. Pemajanan kornea dapat disebabkan oleh karena keadaan eksoptalmus,
paresis saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma atau yang dianastesi.
Keratitis lagoftalmos Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat
terjadi pada ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma
dimana mata tidak terdapat reflek mengedip.
MANIFESTASI KLINIS
1.
2.
3.
4.
Ulserasi epitel
5.
6.
7.
8.
Fotofobia
9.
Mata berair
10.
IV.
Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat ada di
seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis. Pada
peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan jaringan parut
(sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula, dan leukoma. Adapun gejala umum
adalah :
Nyeri
Mata merah
VI.
KLASIFIKASI
Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh
sindrom dry eye, blefaritis, keratopati logaftalmus, keracunan obat topical, sinar
ultraviolet, trauma kimia ringan dan pemakaian lensa kontak.
1.
Keratitis flikten
Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan untuk
menyerang kornea.
1.
Keratitis sika
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimale atau
sel goblet yang berada di konjungtiva.
1.
Keratitis lepra
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut juga keratitis
neuroparalitik.
1.
Keratitis nummularis
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple dan banyak
didapatkan pada petani.
2.
Keratitis sklerotikans.
1.
VII.
A.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemulasan fluorescein
2.
Kerokan kornea yang kemudian dipulas dengan pulasan gram maupun giemsa.
3.
4.
Pemeriksaan schirmer.
5.
6.
Pemeriksaan mata kering atau dry eye termasuk penilaian terhadap lapis film air mata
( tear film ), danau air mata ( teak lake ), dilakukan uji break up time tujuannya yaitu
untuk melihat fungsi fisiologik film air mata yang melindungi kornea. Penilaiannya dalam
keadaan normal film air mata mempunyai waktu pembasahan kornea lebih dari 25 detik.
Pembasahan kornea kurang dari 15 detik menunjukkan film air mata tidak stabil.
Menentukan bakteri yang menyerang mata.
1.
Ofthalmoskop
Tujuan pemeriksaan untuk melihat kelainan serabut retina, serat yang pacat atropi, tanda
lain juga dapat dilihat seperti perdarahan peripapilar.
1.
Keratometri tujuannya untuk mengetahui kelengkungan kornea, tear lake juga dapat
dilihat dengan cara focus kita alihkan kearah lateral bawah, secara subjektif dapat dilihat
tear lake yang kering atau yang terisi air mata.
1.
Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit
dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea. Pada cara ini
diperlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat factor subjektif, tekanan dapat
dibandingkan dengan tahahan lentur telapak tangan dengan tahanan bola mata bagian
superior.
VIII.
Terapi Medik
PENATALAKSNAAN
1.
2.
3.
4.
5.
Keratitis Mikrobial
Pasien dengan infeksi kornea berat dirawat untuk pemberian berseri (kadang sampai tiap
30 menit sekali) tetes anti mikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli optalmologi.Cuci
tangan secara seksama. Harus memakai sarung tangan setiap intervensi keperawatan
yang melibatkan mata. Kelopak mata harus dijaga kebersihannya dan perlu diberi
kompres dingin. Diperlukan aseaminofen untuk mengontrol nyeri. Dan diresepkan
sikloplegik dan midriatik untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
1.
Keratitis Pemajanan
Memplester kelopak mata atau membalut dengan ringan mata yang telah diberi
pelumas. Pada yang mengalami penurunan perlindungan sensori terhadap kornea. Dapat
dipasang lensa kontak lunak tipe-balutan. Lensa kontak lunak tipe-balutan dipasang
sesuai ukuran. Hal ini untuk mempertahankan permukaan kornea, mempercepat
penyembuhan efek epitel dan memberikan rasa nyaman. Perisai kolagen bisa
dipergunakan untuk perlindungan kornea jangka pendek (Brunne dan Suddarth, 2001)
I.
PENGKAJIAN
Anamnesa
1.
Nama
B.
Umur
C.
Jenis kelamin
D.
Suku bangsa
E.
Pekerjaan
F.
Pendidikan
G.
Status menikah
H.
Alamat
I.
Tanggal MRS
J.
Diagnosa medis.
K.
Keluhan Utana
Lakrimasi
1.
Merasa kelilipan
Fotofobi
1.
Kesimetrisan mata
Adanya lakrimasi,blefarospasme
Pemulasan fluorescein
2.
Kerokan kornea yang kemudian dipulas dengan pulasan gram maupun giemsa.
3.
4.
Pemeriksaan schirmer
Apabila resapan air mata pada kertas schirmer kurang dari 10mm dalam 5 menit maka
dianggap tidak normal.
1.
Pemeriksaan Kultur
Menentukan jenis bakteri, jamur atau virus yang menyerang untuk penanganan lebih
lanjut.
1.
Penilaiannya dalam keadaan normal film air mata mempunyai waktu pembasahan kornea
lebih dari 25 detik. Pembasahan kornea kurang dari 15 detik menunjukkan film air mata
tidak stabil.
II.
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri b/d proses inflamasi ditandai dengan
Tampak gelisah
1.
Visus menurun
Fotofobi
Adanya flikten
Merasa klilipan
1.
Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan kurang
pengetahuan ditandai dengan
III.
1.
INTERVENSI
Nyeri b/d proses inflamasi ditandai dengan :
Bengkak berkurang
1.
Beri irigasi
R/ untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zat-zat kimia dari mata.
1.
Visus menurun
Fotofobi
Adanya flikten
Merasa klilipan
Tujuan
Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar tempat tidur tinggi dan bel
samping tempat tidur.
1.
Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan kurang
pengetahuan ditandai dengan
:
Infeksi tidak menyebar ke mata sebelahnya
1.
Kaji interaksi antara Pasien dengan keluarga,catat apabila ada perubahan dalam
hubungan keluarga.
R/ keluarga mungkin secara sadar/tidak memperkuat sikap negatif dan keyakinan pasien
atau informasi yang didapat mungkin menghambat dalam penanganan pasien.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Balai Penerbit FKUI Jakarta.
Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Hal: 56
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : edisi 3. Jakarta : EGC.
Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC :
Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah : volume 2. Jakarta : EGC.
(http://berita19.wordpress.com/2010/02/03/infeksi-pada-mata-keratitis/)
(http://www.berbagimanfaat.blogspot.com)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer,
sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain. kebanyakan kondisi
tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan
dapat dipertahankan (Brunner dan Suddarth, 2001).
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yan menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme,
toksin, replikasi intraselular/respon antigen antibodi
Inflamasi dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung
lebih dari setengah kelainan mata. kelainan-kelainan yang umum terjadi pada
mata oarng dewasa meliputi sebagai berikut :
1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtira, kornea, koroid badan ciriary
dan iris
2. 2.Katarak, kekeruhan lensa
3. Glaukoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP)
4. Retina robek/lepas
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya
penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. padahal bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma,
katarak maupun ablasi retina. untuk itu kali ini penulis memusatkan pada
pencegahan dan penata laksanaan infeksi/radang mata keratitis.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan pembaca tentang penyakit keratitis
2. Tujuan Khusus
1.Mengetahui definisi keratitis
2.Mengetahui etiologi keratitis
3.Mengetahui patofisiologi
4.Mengetahui penatalaksanaan medis
5.Mengetahui komplikasi
6.Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan keratitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Keratitis
Keratitis adalah inflamasi pada kornea oleh bakteri, virus, hespes simplek, alergi,
kekurangan vit. A .
Keratitis adalah peradangan pada kornea, keratitis disebabkan oleh mikrobial
dan pemajanan.
Keratitis Mikrobial adalah infeksi pada kornea yang disebabkan oleh berbagai
organisme bakteri, virus, jamur/parasit. serta abrasi yang sangat bisa menjadi
pintu masuk bakteri.
Keratitis Pemajanan adalah infeksi pada ornea yang terjadi akibat kornea tidak
dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh kelopak mata kekeringan mata
dapat terjadi dan kemudian diikuti ulserasi dan infeksi sekunder
(Brunner dan Suddarth, 2001)
2. Etiologi
a. Keratitis
1)Organisme bakteri
2)Virus
3)Jamur atau parasit
(Brunner dan Suddarth, 2001)
3. Menifestasi Klinis/Tanda dan Gejala
ab.Keratitis
Manifestasi klinis dari keratitis meliputi :
1)Inflamasi bola mata yang jelas
2)Terasa benda asing di mata
3)Cairan mokopurulen dengan kelopak mata saling melekat saat bangun
4)Ulserasi epitel
5)Hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamera anterior)
6)Dapat terjadi perforasi kornea
7)Ekstrusi iris dan endoftalmitis
8)Fotofobia
9)Mata berair
10)Kehilangan penglihatan bila tidak terkontrol
(Brunner dan Suddarth, 2001)
4. Klasifikasi/Macammacam
Keratitis
1) Keratitis superfisial nono ulseratif
seperti :
keratitis pungtata superfisial dari fuchs
keratitis nomularis dari dimmer
2) Keratitis superfisial ulseratif
seperti :
keratitis pungtata superfisial ulseratif
keratitis flikten
keratitis herpetika
3) Keratitis profunda non ulseratif
seperti :
keratitis interstisialis
keratitis pustuliformis profunda
4) Keratitis profunda ulseratif
seperti :
keratitis et lagoftalmus
keratitis neuroparalitik
5. Pathofisiologi
Pathofisiologi
Sebagian besar inflamasi mata disebabkan oleh makroorganisme, irigasi
mekanis, atau sensitivitas terhadap suatu zat. untungnya inflamasi tersebut
tidak meningalkan bekas yang permanen. inflamasi kornea yang berat atau ulkus
kornea dapat menyebabkan kerusakan kornea yang meyebabkan ganguan
penglihatan. komplikasi dari uveitis dapat menimbulkan perekatan, glaukoma
sekunder dan hilang penglihatan.
Sebaian besar inflamasi mata adalah tembel dan konjungstivitis. Tembel adalah
infeksi folikel bulu mata atau kelenjar pinggir kelopak mata yang relatif ringan.
Organisme orang yang sering menginfeksi adalah stafilokokus. Infeksi ini
cenderung berkumpul karena organisma infeksi menyebar dari folikel rambut
yang satu ke yang lainnya. Kebersihan yang kurang dan gangguan kosmetik
yang berlebihan dapat merugikan faktor pendukung. Orangorang seharusnya
diajarkan untuk tidak memencet tembel karena infeksi dapat menyebar dan
menyebabkan selulitis pada kelopak mata.
Konjungtivitis merupakan bagian besar dari penyakit mata dan ada yang akut
dan ada yang kronik. Konjungstivitis bakteri akut biasanya ditularkan oleh kontak
langsung. Orang yang menyentuh matanya dengan jari akan mengkontaminasi
bendabenda seperti : handuk atau lap. Organisme penyebabnya biasanya
stafilokokus dan adenovirus. Konjungstivitis sederhana biasanya tidak lama.
Infeksi oleh Chlamydia trachomatis menyebabkan trachoma, suatu bentuk
konjungstivitis yang jarang di Amerika Serikat. tetapi bisa menyebabkan
kebutaan terutama bagi orang-orang yang hidup didaerah kering dan
mata
Kelopak mata harus dijaga kebersihannya dan perlu diberi kompres dingin
Diperlukan aseaminofen untuk mengontrol nyeri. Dan diresepkan sikloplegik dan
midriatik untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
2) Keratitis Pemajanan
Memplester kelopak mata atau membalut dengan ringan mata yang telah diberi
pelumas. Pada yang mengalami penurunan perlindungan sensori terhadap
kornea
Dapat dipasang lensa kontak lunak tipe-balutan. Lensa kontak lunak tipe-balutan
dipasang sesuai ukuran. Hal ini untuk mempertahankan permukaan kornea,
mempercepat penyembuhan efek epitel dan memberikan rasa nyaman
Perisai kolagen bisa dipergunakan untuk perlindungan kornea jangka pendek
(Brunne dan Suddarth, 2001)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.Pengkajian ketajaman mata
b.Pengkajian rasa nyeri
c.Kesimetrisan kelopak mata
d.Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata
e.Warna mata
f.Kemampuan membuka dan menutup mata
g.Pengkajian lapang pandang
h.Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui
adanya pembengkakan 4 inflamasi
( Brunner dan Suddarth, 2001)
2. Analisa Data
a. Data fokus
1)Gatal-gatal
2)Nyeri (ringan sampai berat)
3)Lakrimasi (mata selalu berair)
4)Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak
mata)
b. Diagnosa Kemungkinan Penyebab
- Nyeri : pada mata - Edema mata, sekresi, fotofobia, peningkatan TIO atau
inflamasi
- Potensial infeksi, - Kurang pengetahuan
penyebaran ke mata
yang tidak sakit
3. Fokus Intervensi
Diagosa Keperawatan
a. Nyeri pada mata berhubngan dengan edema mata, fotofobia dan inflamasi
Tujuan yang diharapkan
Keadaan nyeri pasien berkurang
Intervensi
1) Beri kompres basah hangat
Rasionalisasi : Mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan
membersihkan mata
2) Kompres basah dengan NaCL dingin
Rasionalisasi : mencegah dan mengurangi edema dan gatal-gatal yang berat
3) Beri irigasi
Rasionalisasi : untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zat-zat
kimia dari mata
4) Dorong penggunaaan kaca mata hitam pada cahaya kuat
Rasionalisasi : cahaya yang kuat meyebabkan rasa tak nyaman
5) Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep
Rasionalisasi : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri
b. Gangguan penglihatan berhubungan dengan kerusakan kornea
Tujuan yang diharapkan
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
Intervensi
1) Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibat
Rasionalisasi : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab
kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progesif, bila bilateral, tiap mata
dapat berlanjut pada laju yang berbeda tetapi, biasanya hanya satu mata
diperbaiki per prosedur.
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya
Rasionalisasi : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan
menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperatif
(Marilynn E. Doenges, 2000)
c. Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan
kurang pengetahuan
Tujuan yang diharapkan
Infeksi tidak menyebar ke mata sebelahnya
Intervensi
1) Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya
Rasionalisasi : mencegah komplikasi
2) Lakukan tehnik steril
R asionalisasi : mencegah infeksi silang
3) Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan penyakit
Rasionalisasi : memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi
diri
d. Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan
Tujuan yang diharapkan
Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian
diri
Intervensi
1. Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat,
sehubungan dengan terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dan emosi yang
terpendam
Rasionalisasi : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkan
individu melakukan penolakan, syok, marah, dan tertekan
2. Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu tidak
dengan penolakan, syok, marah,dan tertekan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mata merupakan bagian yang sangat peka. mata dapat terjadi infeksi
mata/radang mata yang disebabkan oleh virus, bakteri, trauma, penyakit
sistemik, ataupun sensitivitas terhadap suatu zat. seperti halnya keratitis
(peradangan pada kornea). tanda dan gejala pada infeksi mata biasanya gatalgatal, nyeri (ringanberat) , lakrimasi dan fotofobia. Bila infeksi mata ini tidak
segera diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata dan menimbulkan
beberapa komplikasi, komplikasi keratitis dapat berupa hipopion, perforasi
kornea, therapi medik untuk infeksi mata dapat diberikan antibiotik topikal, obat
tetes steroid, sulfat atropin, douridin dan kompres basah kortikosteroid.
B. SARAN
1. Untuk klien yang terkena penyakit infeksi mata, penulis berharap klien segera
berobat atau infeksi tersebut segera diobati agar tidak terjadi kerusakan pada
mata atau komplikasi-komplikasi yang lain
2. Kita harus menjaga kebersihan mata dan menghindari kosmetik yang
berlebihan, karena kosmetik yang berlebihan merupakan faktor pendukung
terjadinya infeksi mata.
3. Untuk klien yang terkena infeksi mata, disarankan untuk tidak menggosok
mata yang sakit lalu menyentuh mata yang sehat atau menggunakan sapu
tangan. hal ini untuk menghindari kontaminasi mata yang sehat dengan yang
sakit.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Berdasarkan judul laporan ini, maka Penulis akan menjabarkan tentang latar
belakang sebagai berikut :
Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan dalam mengasuh
klien untuk memaksimalkan kesehatan klien.
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada
kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
Keratitis ini diakibatkan oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur, atau
parasit, abrasi sedikitpun bisa menjadi pintu masuk bakteri. Kebanyakan infeksi
kornea terjadi akibat trauma atau gangguan mekanisme pertahanan sistemis
ataupun lokal. Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai
dan dilindungi oleh kelopak mata, jika itu terjadi akan mengakibatkan invasi dan
pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan
cedera
selular
lokal
akibat
kompetisi
metabolisme,
toksin
dan
replikasi
Pemajanan
kornea
dapat
diebabakan
oleh
karena
keadaan
eksoptalmus, paresis saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma
atau yang dianastesi. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi
dari awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata atau mata merah
hanya penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup, padahal bila
penyakit radang mata tidak segera ditangani atau diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata atau gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi
seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.
Keratitis bakteri adalah gangguan penglihatan yang mengancam. Ciri-ciri
khusus keratitis bakteri adalah perjalanannya yang cepat. Destruksi corneal
lengkap bisa terjadi dalam 24 48 jam oleh beberapa agen bakteri yang virulen.
Ulkus kornea, pembentukan abses stroma, edema kornea dan inflamasi segmen
anterior adalah karakteristik dari penyakit ini.
Untuk itu kami menyusun laporan ini dengan tujuan berbagi pengetahuan
tentang penyakit keratitis ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia
masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan
mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien dengan keratitis.
1. 2 Batasan Topik
sebagai berikut :
Bagaimana konsep dasar penyakit Keratitis itu ?
Bagaimana konsep anatomi fisiologi sensory perception system pada Keratitis ?
Bagaimana patofisiologi atau perjalanan penyakit Keratitis dan WOC sehingga
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR KERATITIS
A. Pengertian
Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Katarak, yaitu :
B. Etiologi
Penyebab terjadinya Keratitis itu adalah :
Bakteri :
1. Staphylacocus
2. Streptococus
3. Pseduomonas
4. Pneumococus
Virus :
1. Virus herpes simpleks
2. Virus herpes Zoster
Jamur :
1. Candidia
2.
3.
1.
Aspergilus
fusarium, sefalosporium
Hipersensitif : toksis / allergen
Gangguan Nervus Trigeminus
Penyakit sekunder : Penyakit mata lain (konjungtivitis)
Idiopatik
Faktor lain yaitu :
Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,
2.
3.
4.
5.
C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang ditimbulkan keratitis adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
1. Infiltrat dapat menyebabkan permukaannya menjadi tidak rata dan tidak licin
sehingga menjadi tidak bening. Bagaimanakah nasib infiltrat tersebut ? infiltrat
dapat diserap seluruhnya sehingga kornea kembali bening, dapat juga diserap
sebagian dengan meninggalkan jaringan sikatrik atau terjadi proses pernanahan
dengan akibat terbentuk ulkus.
D. Klasifikasi
Berdasarkan radang pada kornea berikut :
1. Keratitis pungtata : keratitis yang terkumpul di daerah membran bowman
dengan infiltrat berbentuk bercak-berck halus. Dibagi menjadi keratitis pungtatat
2.
3.
4.
5.
Keratitis jamur : biasanya dimulai dengan suatu ruda paksa pada kornea oleh
6.
9.
c.
Keratitis pungtata epitelial : infiltrat halus pada kornea, selain disebabkan oleh
virus keratitits pungtata juga disebabkan oleh obat seperti neomicin dan
d.
gentamisin.
Keratitits disiformis : keratitits dengan bentuk seperti cakram didalam stroma
permukaan kornea, keratitis ini disebabkan oleh infeksi atau sesudah infeksi
Keratitis lagoftalmos : terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat
terjadi pada ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma
2)
3)
2.2
KERATITIS
Mata adalah organ atau indera penglihatan yang mendeteksi cahaya. Mata
dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lantas
dengan perantara serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini
ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.
Melalui mata, manusia menerima 80 % atau lebih informasi dari luar. Mata
merupakan bagian indera yang fungsinya hanya terbatas pada menerima dan
menyiapkan rangsang agar dapat diteruskan melalui perantara serabut-serabut
nervus optikus ke pusat penglihatan yang terletak di dalam otak. Mata
merupakan organ penglihat (apparatus visual) yang bersifat peka cahaya (foto
sensitif).
Bola mata berdiameter 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga
2)
mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar.
Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat
3)
4)
5)
6)
aqueus humor.
Iris : Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung
pigmen.
7) Lensa : Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa
8) Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola
mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
9) Bintik kuning (Fovea) : Bagian retina yang mengandung sel kerucut
10) Bintik buta : Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
11) Vitreous humor : Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
12) Aquous humor : Menjaga bentuk kantong bola mata.
A. Anatomi Keratitis
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :
a.
Epitel
Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating
tumpang tindih satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.Pada sel basal
Bering terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan menjadi lapis sel
sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom
dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan
glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang
melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi
keratosit
membentuk
bahan
dasar
dan
serat
kolagen
dalam
d. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastik
dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.
e. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula
okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus,saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata
di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.
B. Fisiologi keratitis
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas
cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang
uniform, avaskuler dan deturgenes. Endotel lebih penting daripada epitel dalam
mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat
daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema
kornea dan hilangnya sifat transparan.
dilalui
berkas
cahaya
retina.
Sifat
tembus
cahayanya
disebabkan
menjaga
agar
kornea
tetap
tipis
dan
basah,
dengan
demikian
peradangan
yang
dalam
penyembuhan
berakhir
dengan
terbentuknya jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula, atau leukoma.
Bila
ulkusnya
lebih
mendalam
lagi
dapat
timbul
perforasi
yang
dapat
KASUS PEMICU
Tn. K (60 thn) dirawat di RS dengan keluhan sakit mata, gatal, silau, visus
menurun, mata merah dan bengkak, hiperemi konjungtiva, merasa kelilipan,
sensibilitas kornea yang hipestesia, fotofobia, lakrimasi, blefarospasme,. Pada
kelopak terlihat vesikel dan infiltrat, filamen pada kornea diduga penyebabnya
adalah kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air
mata, sumbatan saluran lakrimal ), faktor eksternal : erosi kornea karena trauma,
penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka. Kelainan-kelainan
kornea yang disebabkan oleh : edema kornea kronik, exposure keratitis dengan
defisiensi vitamin A.
A. Pengkajian
I.
Identitas
Nama
Jenis kelamin
Umur
Status perkawinan
Pendidikan
Suku/Bangsa
Alamat
Pekerjaan
Sumber informasi
: Tn.K
:
:
:
:
:
:
: Laki-laki
60 tahun
Sudah Menikah
SD
Indonesia
: Ds Kerek - Tuban
Tukang Ojek
Pasien dan anaknya
II.
III.
Riwayat
P
:
merasakan gatal dan terasa kelilipan sehingga sering mengucek matanya. Tn.K
juga merasakan tidak enak badan dan badannya panas. Beliau
tidak pernah
memeriksakan matanya karena dianggap hanya sakit mata biasa,tetapi saat ini
beliau dibawa ke RS oleh anaknya karena beliau sering merasakan silau dan
terkena cahaya
T
: sakit mata dirasakan beliau setelah pulang ngojek di malam hari, dan
IV.
Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Mata Tn.K terlihat merah dan bengkak hiperemi konjungtiva
Tn.K tampak lelah
Tn.K tampak meringis kesakitan dengan selalu memegangi matanya yg sakit
Mata Tn.K terlihat berair
Terlihat adanya trikiasis
TTV :
S : 39 celcius (normal 36,5 37,5 celcius)
N : 75 x/menit ( 70 75 x/menit)
TD : 140/90mmHg (140/90 mmHg)
RR : 18 x/menit (15 20 x/menit)
Body System
B1 (Breathing)
Tn.K tampak lelah
Bentuk dada normal
Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
PCH (-)
Suara napas tambahan (-)
Pola napas teratur dengan RR 18 x/mnt
B2 (Blood)
Didapatkan tekanan darah yang normal (140/90 mmHg)
Nadi normal (Nadi 80 x/mnt)
Tidak ada sianosis
CRT normal (< 3 detik)
B3 (Brain)
Terlihat cemas
Kesadaran compos mentis dengan GCS 456
Didapatkan S 39 celcius
Pada kelopak mata terlihat ada vesikel dan infiltrat
Terdapat filament pada kornea
Adanya sensibilitas kornea yang hipestesia
Terdapat blefarospasme
Visus menurun 2/6
B4 (Bladder)
Pola BAK teratur dan tdk ada kesulitan BAK
B5 (Bowel)
Nafsu makan biasa dg porsi 1 piring habis
Pola makan 3 x sehari
B6 (Bone)
Tn.K terlihat lel
Mampu menggerakkan sendi dengan bebas
Kekuatan otot 100 % dengan skala 5
IV.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan khusus mata
Uji fluoresein :
Untuk mengetahui adanya kerusakan pada epitel kornea akibat erosi, keratitis
epitelial, bila terjadi defek epitel kornea akan terlihat warna hijau pada defek
tersebut.
Uji sensibilitas kornea :
Untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea yang berkaitan dengan penyakit
mata akibat kelainan saraf trigeminus oleh herpes zooster ataupun akibat
B. ANALISA DATA
Analisa data 1
Data
Etiologi
Ds : Tn.K mengatakan
matanya sakit
Keratitis
Do:
keadaan
umum
&
pemfis :
System endotel
terganggu
hiperemi konjungtiva
Mata
Tn.K
Terlihat
endotel
terlihat
berair
Dekompensasi
adanya
Edema kornea
trikiasis
Terdapat
blefarospasme
Skala nyeri 8 (berat)
Dilatasi pembuluh
darah di limbus
Masalah
Gangguan
rasa nyaman
(nyeri)
Analisa data 2
Data
Etiologi
Ds : Tn.K mengatakan
silau terhadap cahaya
Keratitis
Do:
keadaan umum &
pemfis:
Mata Tn.K terlihat
System endotel
terganggu
Dekompensasi
endotel
Terdapat filament
pada kornea
Adanya sensibilitas
Edema kornea
Masalah
Gangguan
persepsi
sensori
(penglihatan)
Analisa Data 3
Data
Etiologi
Ds : Tn.K mengatakan
tidak enak badan dan
Keratitis
Merangsang
pemfis
pengeluaran mediator
kimia (prostaglandin)
Peningkatan set.point
hipotalamus
berair
Terlihat adanya
trikiasis
Suhu tubuh
meningkat
Ganguan
keseimbangan suhu
tubuh (hipertermia)
Masalah
Ganguan
keseimbangan
suhu tubuh
(hipertermia)
peradangan kornea
Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan fotofobia (silau)
Gangguan keseimbangan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan
4.
proses peradangan
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan
5.
6.
peradangan
Resiko bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
7.
8.
9.
terhadapnya
Kemenkes
1239/Menkes/SK/XI/2001
kewenangannya
c.
perawat
wajib
pasal
16:
menyampaikan
dalam
informasi
melaksanakan
dan
meminta
d.
persetujuan .
UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2: tindakan
medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang
bersangkutan
atau keluarga.
luh
3.
sempurna.
Infeksi keratitis biasanya membutuhkan antibakteri, antifungal, atau terapi
antiviral, apabila virus yang menjadi penyebabnya, keratitis tidak perlu
mendapatkan pengobatan yang khusus karena biasanya dapat sembuh lebih
buatan.
Jika penyebabnya adalah sinar ultraviolet atau lensa kontak, diberikan salep
keratitis.
Pasien dengan keratitis dapat menggunakan tutup mata untuk melindungi mata
dari cahaya terang, benda asing dan bahan iritatif lainnya. Kontrol yang baik ke
: Penyakit Keratitis
: Selasa, 28-03-2012
Jam
: 07.30 WIB
Tempat
Sasaran
2.
1.
2.
3.
4.
Menjelaskan
Menjelaskan
Menjelaskan
Menjelaskan
B. Metode belajar
1.
Ceramah
2.
Tanya jawab
3.
Brain storming
Leaflet
2.
Flip Chart
3.
Laptop
4.
LCD
D. Kegiatan Penyuluhan
N
Waktu
Topik
Kegiatan Penyuluh
o
1
15 menit
Perkenalan 1.
Kegiatan
Oleh
Peserta
Menyampaikan Membalas salam
Memperhatikan
salam pembuka
2. Memperkenalkan diri
3.
Menyampaikan
tujuan penyuluhan
4.
Mengingatkan
kontrak
waktu
Moderato
r
Penyaji
dan
mekanisme
pelaksanaan
2
30 menit
Pengemban1.
penyuluhan
Meminta klien dan
gan
keluarga
Memperhatikan Moderato
untuk penjelasan
menjelaskan
dan r
sedikit demonstrasi
gejala,
faktor
penyebab,
pencegahan
3.
keratitis .
Pemberian
kesempatan
peserta
pada
penyuluhan
untuk bertanya.
4.
Menjawab
pertanyaan
peserta
penyuluhan
yang
berkaitan
5.
dengan
materi.
Memberikan
kesempatan
kepada
Penyaji
Waktu
Topik
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan
Oleh
Peserta
pembimbing
untuk
memberikan
masukan
dan
argument
Moderato
3
10 menit
Penutup
1.
Membuka
r
Berpartisipasi Moderato
dalam r
untuk aktif
kesempatan
diskusi.
2. Melakukan evaluasi :
Menanyakan
kegiatan diskusi
kejelasan
materi
diberikan
memberikan
penguatan
dan
materi
menjawab
yang pertanyaan.
Mendengarkan
dan
dan membalas
positif
salam
Moderato
r
dan
menjawab
pertanyaan.
3.
Menyimpulkan
kegiatan penyuluhan,
menyampaikan
salam penutup.
Membagikan leaflet
Fasilitator
E.
1.
Pembimbing
2.
3.
Penyaji
Observer
Fasilitator
Job Discription
5.
Job Discription
4.
: Hamidatus Daris,S.Kep,Ns
Job Discription
penyaji
dalam
menganggapi
pertanyaan
audience
F.
Kritera Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1) Peserta atau pasien dan keluarga
2) Penyelenggaraan penyuluhan di ruang aula STIKES NU Tuban
3) engorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa prodi
4)
pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi proses
1) Peserta atau pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Peserta atau pasien dan keluarga mengikuti penyuluhan sampai selesai.
3) Peserta atau pasien dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab
4)
3.
1)
2)
3)
4)
a)
b)
c)
d)
e)
polusi
f) Kekurangan vitamin A
g) Penggunaan lensa kontak yang kurang baik
h) Efek samping obat tertentu
PENCEGAHAN PENYAKIT KERATITIS
a)
g)
h)
terjadinya keratitis.
Memakai Kacamata dengan lapisan anti ultraviolet dapat membantu menahan
kerusakan mata dari sinar ultraviolet.