Anda di halaman 1dari 59

Keratitis

Disusun oleh :

Jason Enrico Fernando Dhanisworo (1815013)

Febriana Miko Faustin (1815030)

Erina Angelia (1815005)

Chintya Gusyuanasari Putri Widodo (1815002)

Pembimbing :
dr. Elisa Yopitasari, Sp.M

ILMU PENYAKIT MATA


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RS IMMANUEL
BANDUNG
2020
STRUKTUR KORNEA
Definisi

Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi


sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan
kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan
menurun
Etiologi
Infeksi Bakteri

Virus

Jamur

Non-Infeksi Alergi
Trauma/iritasi
Sinar UV
Mata kering
defisiensi Vitamin A
Manifestasi Klinis
Trias keratitis
 Fotofobia
 Epifora
 Blefarospasme
Keluhan lain
 Penurunan visus
 Mata merah (injeksi siliar)
 Nyeri
 Infiltrat +
Keratitis Bakteri
Faktor Risiko
 Penggunaan lensa kontak

 Trauma

 Kontaminasi pengobatan mata

 Riwayat keratitis bakteri sebelumnya

 Riwayat operasi mata sebelumnya

 Gangguan defense mechanism

 Perubahan struktur permukaan kornea


Keratitis Bakteri
Etiologi
Keratitis Bakteri
Manifestasi klinis
o Mata merah
o Berair
o Nyeri pada mata yang terinfeksi
o Penglihatan menjadi kabur
o Hiperemis
o Blefarospasme
o Edema kornea
o Infiltrasi kornea
Keratitis Bakteri
Keratitis Bakteri
Keratitis Bakteri
Penatalaksanaan
Keratitis Bakteri
Prognosis
Keratitis Jamur
Definisi
• Infeksi kornea akibat jamur

• Insidensi keratomikosis di Amerika Serikat adalah 6-20% dan umumnya terjadi di


daerah pedesaan.

• Aspergillus spp. merupakan penyebab terbanyak keratitis yang timbul di seluruh


dunia.

• Candida spp. dan Aspergillus spp. adalah penyebab keratitis jamur terbanyak di
Amerika Serikat.
Keratitis Jamur
Etiologi
Candida sp
Aspergillus
Fusarium
Keratitis Jamur
Tanda dan Gejala
 Rasa mengganjal pada mata
 Fotofobia
 Peningkatan rasa nyeri

Subjektif Objektif
Rasa mengganjal pada mata Injeksi konjungtiva
Fotofobia Defek epitel
Peningkatan rasa nyeri Infiltrasi stroma
Hipopion
Ulkus bercabang elevasi, batas irreguler sperti kapas,
permukaan kering kasar, lesi satelit
Keratitis Jamur
Keratitis Jamur
Penatalaksanaan

 Organisme mirip ragi = candida sp


Terapi awal  voriconazole atau amphotericin B
Terapi alternatif  amphotericin B, nystatin, miconazole, atau
flucytosine

Organisme mirip hifa = ulkus fungi


Terapi awal  natamycin atau voriconazole
Terapi alternatif  amphotericin B atau nystatin
Keratitis Virus

Keratitis Herpetik

Keratitis Herpetik disebabkan oleh herpes simpleks dan herpes


zoster
Keratitis Virus

I. Keratitis Herpes Simpleks

Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus


tersering pada kornea.
HSV tipe 1 (HSV-1) infeksinya terutama pada daerah orofasial dan
ocular
HSV tipe 2 (HSV-2) jarang namun dapat menginfeksi mata melalui
kontak orofasial dengan lesi genitalia dan secara tidak sengaja
ditularkan kepada neonatus ketika neonatus lahir secara spontan.
Keratitis Virus

Pada kerusakan terjadi akibat


pembiakan virus
mengakibatkan
kerusakan sel epitel dan
membentuk ulkus kornea
epitelial : intraepitelial
superfisial.

Pada
terjadi reaksi imunologik Sel radang ini
tubuh terhadap virus mengeluarkan bahan
yang menyerang yaitu proteolitik untuk
reaksi antigen-antibodi merusak virus tetapi juga
stromal : yang menarik sel radang
ke dalam stroma.
akan merusak stroma di
sekitarnya.
Keratitis Virus
Klasifikasi Keratitis Herpes Simpleks
1. Infectious Epithelial Keratitis, ditandai oleh lesi :
◦ Vesikel kornea  Vesikel dengan dasar jernih. Dalam beberapa jam, vesikel vesikel bergabung
membentuk dendritik.
Keratitis Virus
Klasifikasi Keratitis Herpes Simpleks
◦ Ulkus dendritik
Keratitis Dentritik

Paling khas, yang ditandai oleh percabangan linear khas dengan tepian kabur,
dan memiliki bulbus-bulbus terminalis pada ujungnya, yang akan terwarnai oleh
fluoresin
Keratitis Virus
Klasifikasi Keratitis Herpes Simpleks
◦ Ulkus Geografik  Jika ulkus meluas, bentuknya tidak
lagi linear

Ulkus Geografik

Bentuk ulkus dendritik kronik dengan lesi dendritik halus yang bentuknya
lebih lebar. Tepian ulkus tidak terlalu kabur.
Keratitis Virus
Klasifikasi Keratitis Herpes Simpleks
2. Stromal Keratitis
◦ Necrotizing Stromal Keratitis  ditandai adanya infiltrat halus pada stroma, ulserasi, dan nekrosis akibat
replikasi virus pada keratosit stroma dan respon inflamasi host.

◦ Immune Stromal Keratitis  manifestasi yang umumnya dijumpai pada keratitis HSV yang kronik dan
rekuren.
Keratitis Virus
Bentuk Klinis
Keratitis Disciform

Keratitis Disciform adalah infiltrasi stroma yang mendalam biasanya


berkembang 3-4 bulan setelah fase akut awal, dan biasanya didahului oleh
keratitis stroma akut epitel atau anterior keratitis stroma. Gambaran edema
kornea tampak jelas.
Keratitis Virus
Manifestasi Klinis
Ditemukan gejala-gejala, antara lain :
o nyeri
o Fotofobia
o Penglihatan buram
o Mata berair
o Mata merah
o Unilateral
o Tajam penglihatan turun terutama jika bagian pusat yang terkena
Keratitis Virus
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pada Kornea

• Uji Fluoresein

• Uji untuk melihat adanya defek pada


epitel kornea.

• Sensibilitas Kornea
Keratitis Virus
Tatalaksana Keratitis Herpes Simpleks
Debridement
Dengan cotton-tipped applicator. Cara efektif untuk mengobati keratitis dendritic adalah dengan debridement
epitel karena virus berlokasi di dalam epitel.

Terapi Obat
◦ IDU (Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam larutan 1% dan diberikan setiap jam, salep
0,5% diberikan setiap 4 jam)  Menghambat sintesis DNA virus
◦ Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep
◦ Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam
◦ Asiklovir (salep 3%), diberikan setiap 4 jam.
◦ Asiklovir oral 400 mg lima kali sehari selama 10 hari
Terapi Bedah
◦ Keratoplasti penetrans
Keratitis Virus
Keratitis Herpes Zooster

• Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion Gaseri saraf trigeminus. Bila yang
terkena ganglion cabang oftalmik → gejala herpes zoster pada mata
• Keratitis Herpes Zoster menimbulkan gejala yang umum terjadi pada keratitis seperti nyeri, mata
merah, dan dapat menyebabkan penurunan visus.
• Pada kelopak akan terlihat vesikel dan infiltrate pada kornea.
• Vesikel tersebar sesuai dengan dermatom yang dipersarafi saraf trigeminus, daerah yang terkena
tidak melewati garis meridian.
Keratitis Virus
Gejala Klinis
• Stadium prodromal : nyeri lateral sampai mengenai mata, demam, malaise,
dan sakit kepala
• Dermatitis
• Nyeri pada mata
• Lakrimasi
• Penurunan visus
• Mata merah unilateral
Keratitis Virus
Bentuk Klinis
Keratitis epithelial akut

Ditandai dengan adanya lesi dendritik kecil dan halus (pseudodendrit) yang
positif jika di tes fluoresen

Keratitis nummular
Keratitis nummular mungkin mengikuti keratitis epitelial akut,
biasanya sepuluh hari setelah onset kemerahan di kulit.
Ditandai dengan adanya multiple granular infiltrat pada stroma
anterior dikelilingi oleh “ halo of stromal haze”
Keratitis Virus
Tatalaksana Keratitis Zoster
Keratitis Herpes Zoster

Pengobatan biasanya tidak spesifik dan hanya simtomatis. Pengobatan dengan


memberikan asiklovir dan pada usia lanjut dapat diberi steroid.

Terapi sistemik

1. Antivirus Oral  acyclovir 5 x 800 mg/ hari selama 10 hariatau Valasiklovir dengan
dosis 1 g tiga kali sehari selama 10 hari, famciclovir, 500 mg/ 8 jam selama 7-10 hari.
Terapi dimulainya 72 jam sejak timbulnya kemerahan.

2. Analgetik
Keratitis Virus
Tatalaksana Keratitis Zoster
 Untuk mencegah adanya infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal.
 Apabila terdapat glaukoma sekunder
◦ Obat tetes mata Timolol 0,5 % atau Betaxolol 0,5%
◦ Acetazolamide oral 250mg diberikan 4 kali sehari.
◦ Untuk ulkus kornea neuroparalisis yang disebabkan oleh herpes zoster, dilakukan
Tarsorrhaphy lateral.

 Kerusakan epitel yang menetap digunakan :


◦ Tetes air mata buatan
◦ Soft contact lens bandage
Keratitis Alergi
Keratokonjungtivitis Vernal

Vernal Keratoconjungtivitis (VKC) merupakan suatu peradangan alergi pada


permukaan mata yang melibatkan konjungtiva tarsal dan/atau konjungtiva bulbi
yang terjadi secara kronik, bilateral, dapat asimetris, dan diperburuk oleh musim
Keratitis Alergi
Demografi
• Biasanya terjadi pada usia < 10 Tahun
• Umumnya sembuh setelah pubertas (4-10 Tahun setelah
onset)
• Laki-laki > perempuan (4:1 - 2:1)
Keratitis Alergi
Etiologi & Patogenesis

• Etiologi dan pathogenesis pasti masih belum jelas


• Immunopatogenesis  reaksi hipersensitivitas tipe I dan
IV yang menyebabkan perubahan struktur pada
konjungtiva.
Keratitis Alergi
Kondisi terkait VKC

• Atopi, diketahui sebagai terdapatnya antibodi IgE alergen-


spesifik  sering ditemukan pada penderita KKV.
• Paling sering adalah asma.
• Insiden Keratokonus dan hydrop disebabkan menggosok
mata berlebihan.
• Penyakit terkait hormonal seperti ginekomastia, FAM,
penyakit autoimun ditemukan pada 2% pasien KKV.
Keratitis Alergi
Gejala klinis :
• rasa gatal yang terus menerus pada mata
• mata sering berair
• Fotofobia
• rasa terbakar atau seperti ada benda asing di mata
• Ptosis
• sekret mata berbentuk mukus seperti benang tebal
berwarna hijau atau kuning tua (ropy discharge)

KV dapat terjadi pada konjungtiva tarsalis atau limbus, atau


terjadi bersamaan dengan dominasi pada salah satu tempat
tersebut. Pada konjungtiva tarsalis superior dapat dijumpai
gambaran papil cobblestone yang menyerupai gambaran
mozaik atau hipertrofi papil
Keratitis Alergi
KV Palpebral
Terletak pada konjungtiva palpebra dimana berkembang hipertrofi papil yang
menyebar.
• Konjungtiva bulbi hiperemis, mungkin terjadi kemosis
• Kasus berat  papil raksasa berukuran 7-8 mm pada tarsus superior (cobble
stone)
Keratitis Alergi
KV Limbal
• Lebih sering terjadi pada iklim panas
• Limbus terjadi penebalan. Tampak seperti lilin dengan gundukan opalesen yang
menyebar (Horner-Trantas Dot)

KV Campuran (Palpebral-Limbal)
• Merupakan perkembangan progresif dari KV tipe Limbal
Keratitis Alergi
Grading papil pada konjungtiva tarsal dan korneosklerosis
Limbus :
Grade 0 Tanpa reaksi papil
Beberapa papil berukuran 0,2 mm, menyebar ke konjungtiva tarsal dan
Grade 1+ sekitar limbus
Grade 2+ Papil berukuran 0,3-1 mm di konjungtiva tarsal atau limbus
Papil berukuran 1-3 mm meliputi semua konjungtiva tarsal atau 360o
Grade 3+
mengelilingi limbus
Papil berukuran >3mm meliputi konjungtiva tarsal atau terdapat
Grade 4+
penampakan seperti lilin di limbus menutupi pinggiran kornea
Keratitis Alergi
Shield ulcer
Keratitis Alergi
Papil Limbal
Keratitis Alergi
Pemeriksaan Penunjang

1. Tes kulit terhadap IgE total dan spesifik (tidak terlalu berguna karena >50%
pasien dengan KV menunjukan hasil yang negatif)
2. Scraping (kerokan konjungtiva)  infiltrasi eosinophil pada epitel konjungtiva
3. Slit Lamp
4. Fluoresence
Keratitis Alergi
Penatalaksanaan

Preventif dan Edukasi Pasien


• Edukasi kepada orang tua mengenai kronisitas dan kekambuhan
• Hindari pajanan sinar matahari, angin, air laut, juga tanaman dan
bunga
• Kacamata mungkin berguna
• Kompres dingin dan artificial tears
Keratitis Alergi
Penatalaksanaan

• Ringan-sedang : antihistamin topical


• Klimatoterapi dengan penggunaan
pendingin ruangan atau relokasi ke
lingkungan dingin
• Sodium chromoglycate/ alomid/
nedokromil  mengontrol sel Mast
• Eksaserbasi musiman : 4x/hari
minimal 2 minggu sebelum onset
biasanya muncul
Cendo Conver 2%
(Sodium Chromoglycate)
Keratitis Alergi
Penatalaksanaan

• Berat : kortikosteroid topical/ agen immunomodulator topical  Siklosporin


• untuk menurunkan gejala dan inflamasi
• Hanya diberikan saat eksaserbasi : 5-7 hari dengan frekuensi setiap 2
jam, kemudian tappering off
Keratitis Alergi
Penatalaksanaan

• Jika pasien kooperatif, untuk menghindari pengobatan sendiri terus menerus


 injeksi kortikosteroid supratarsal
• Short acting Steroid  deksametason fosfat 4 mg/ml
•Sebanyak 0,5 – 1,0 ml
• Long acting Steroid  triamsinolon asetonid 40 mg/ml
• Setelah penyuntikan, wajib pantau TIO, karena kortikosteroid dapat
menyebabkan lonjakan TIO
Keratitis Alergi
Penatalaksanaan

Pembedahan
• Eksisi papil besar direkomendasikan jika papil tersebut menimbulkan lesi kornea.
• Debridement dasar ulkus, pembedahan menyingkirkan plak atau keratektomi
fototerapi laser membantu reepitelisasi pada shield ulcer
• Free autologus conjunctival graft setelah reseksi papil besar.
Keratitis Alergi
Komplikasi

 Katarak dan glaucoma yang diinduksi steroid


 Jaringan parut kornea
 Keratitis microbial
 Hiperplasia jaringan limbal
 Dry eye syndrome
Ulkus Kornea
Definisi

 Ulkus kornea merupakan peradangan kornea yang diikuti kerusakan lapisan


kornea.

 kerusakan dimulai dari lapisan epitel.

 Ulkus bisa dalam keadaan steril (tidak terinfeksi mikroorganisme) ataupun


terinfeksi.

Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu proses respon imun yang
menyebabkan akumulasi sel-sel atau cairan di bagian kornea.
Ulkus Kornea
Etiologi
• Kelainan bulu mata dan sistem air mata

• Faktor eksternal : trauma, luka pada kornea, penggunaan lensa


kontak

• Kelainan pada kornea : edema kornea kronik, defisiensi vit A

• Kelainan sistemik : malnutrisi, gangguan sistem imun

• Obat – obatan : kortikosteroid, anestetik lokal


Ulkus Kornea
Patofisiologi
Ulkus Kornea
Klasifikasi
Ulkus sentral : bakteri, virus, jamur
Ulkus perifer : ulkus cincin, ulkus marginal, ulkus mooren
Ulkus Kornea
Diagnosis
 Penglihatan menurun
 Rasa sakit dimata
 Fotopobia
 Lakrimasi
Ulkus Kornea
Diagnosis
Subjektif Objektif

Penglihatan menurun Blefarospasme

Rasa sakit pada mata Injeksi konjungtiva

Fotofobia infiltrat

Lakrimasi Tes Fluoresin (+)


Ulkus Kornea
Penatalaksanaan
• Siklopegik
• Antibiotik topikal sesuai kausa
• Dirawat bila mengancam perforasi
• Tidak boleh dibebat
• Sekret dibersihkan 4x sehari
• keratoplasti
Ulkus Kornea
Penatalaksanaan
Non-Medikamentosa Medikamentosa
Dirawat bila mengancam perforasi Siklopegik

Tidak boleh dibebat Antibiotik topical sesuai kausa


Sekret dibersihkan 4x sehari Steroid
Keratoplasti
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai