Menurut Leonhard (1995) dalam wikipedia, motto yang sering didengungkan oleh para
telecommuter adalah pekerjaan adalah sesuatu yang kita lakukan, bukan dan bukan tujuan
bepergian.
Agar telecommuting dapat berjalan dengan baik, diperlukan gaya manajemen yang
baik, yang didasarkan dan ditujukan pada hasil, bukan pengamatan yang mendetil dari
masing-masing karyawan secara individual. Hal ini menunjuk pada manajemen berbasis
tujuan (management by objectives) yang bertolakbelakang dengan manajemen berbasis
observasi (management by observation). Manfaat telecommuting antara lain mengurangi
biaya transportasi karena tidak perlu pergi ke kantor, mengurangi kemacetan jalan, sekaligus
mampu meningkatkan working life balance.
Aspek Pendukung
Melakukan telecommuting, masalah teknologi seperti keamanan, akses, kehandalan
sangat penting. Program telecommuting harus direncanakan dengan baik, dilaksanakan dan
dikelola, dan membutuhkan komunikasi yang menyeluruh, dukungan perusahaan,
standardisasi teknologi, proses didefinisikan dengan baik, pelatihan yang berkelanjutan dan
alat implementasi yang kuat. Menentukan tujuan dari telecommuting, bisnis apa yang akan di
proses, aplikasi apa saja yang perlu dimobilisasi, dan bagaimana mengukur keberhasilannya.
1. Pertimbangan Teknis IT, mengidentifikasi staf TI yang memahami atau dapat dilatih
pada teknologi mobile sehingga mereka dapat mengevaluasi peralatan dan vendor.
Telecommuter akan memerlukan teknologi yang mungkin termasuk komputer,
telepon, modem, printer dan perangkat lunak seperti sistem operasi, aplikasi, firewall,
tombol pengaman, software backup dan alat diagnostik. Tentukan apa yang
perusahaan bersedia untuk menyediakan, anggaran pembelian, mengkonfigurasi dan
pengiriman peralatan, dan perawatannya.
2. Standardisasi, inti dari telecommuting adalah membuat WAN menjadi LAN dimana
bundel teknologi telekomunikasi adalah VPN (Virtual Private Network). VPN terdiri
dari semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendapatkan
akses berwenang untuk sumber daya perusahaan dan dapat mencakup token
keamanan, hardware atau software berbasis enkripsi data, otentikasi kunci bersama,
dan jalan dikonfigurasikan untuk server berwenang. Standarisasi akan membantu
mengurangi waktu dan biaya, dan memastikan setiap orang bekerja dengan peralatan
yang sama.
saja.
Hambatan yang menghambat gagasan telecommuting terus tumbuh adalah
ketidakpercayaan terhadap karyawan dan ketidakterhubungan personal di antara para
karyawan.
Telecommuting, bagi sebagian orang dilihat sebagai sebuah pelengkap dari bekerja di
diperhatikan
ketika
mengimplementasikan
telecommuting. Pada tahun 2006 terdapat kasus pencurian laptop salah seorang
anggota departemen Federal Amerika Serikat. Meski anggota departemen tersebut
bukan seorang telecommuter, kasus ini memunculkan kekhawatiran bekerja di luar
tempat kerja. Sembilan puluh persen eksekutif menganggap telecommuting sebagai
satu konsep yang sangat kurang dalam hal keamanan. Para eksekutif pun
mempermasalahkan pekerjaan kecil yang dibawa dan dikerjakan di luar kantor oleh
para non-telecommuter karena kurangnya pelatihan, alat, dan teknologi yang mereka
miliki.
Beberapa manajer mungkin melihat telecommuting akan menurunkan performa kerja
karyawan di bulan-bulan awal, sebab mereka harus menyesuaikan diri dengan kondisi
kerja yang baru. Menurunnya kinerja karyawan saat melakukan telecommuting juga
diduga diakibatkan oleh kurang memadainya fasilitas perkantoran di luar kantor.
Dapat dikatakan hampir 70 menit setiap harinya di kantor akan dihabiskan dengan
gangguan, bolak-balik ke tempat foto kopi, dan gangguan lainnya. Meski demikian, di
sisi lain produktivitas telecommuter meningkat. Lebih dari dua pertiga karyawan
dilaporkan mengalami peningkatan produktivitas manakala ber-telecommuting. Hasil
survey CompTIA terhadap 212 pekerja dari berbagai sektor (Oktober, 2008).
Manajer lapangan tradisional umumnya tak terbiasa dengan hasil. Hal ini
menyebabkan hambatan yang serius bagi perusahaan yang berupaya mengadopsi
telecommuting di kantornya. Tanggung jawab dan kompensasi pekerja akan menjadi
masalah utama pula. Perusahaan-perusahaan yang akan mengadopsi telecommuting
hendaknya memeriksa masalah hukum lokal, isu-isu persatuan, dan hukum wilayah.
Telecommuting pun memerlukan pelatihan dan pengembangan yang mencakup
evaluasi, simulasi program, pertemuan tim, materi tertulis, dan forum. Pembagian
informasi harus diselaraskan dengan kantor virtual dan proses penyelesaian konflik
harus dikembangkan. Dukungan operasional dan administratif perlu didesain ulang
untuk mendukung lingkungan kantor virtual. Fasilitas-fasilitas pun perlu ditinjau dan
dikoordinasikan dengan baik. Kesimpulan manajer untuk mengimplementasikan
telecommuting pada organisasi adalah untuk menerapkan pendekatan yang bertujuan
Keuntungan - keuntungan
melegakan lalu lintas, mengurangi jumlah gas rumah kaca (GRK), menghemat
bahan bakar, mengurangi penggunaan energi, memperbaiki kesiapan bencana, dan
energi,
serta
menawarkan
metode
yang
terjangkau
untuk
dan
absensi,
memperbaiki
moral
karyawan,
menawarkan
melakukan penghematan 9,7 galon bahan bakar dan USD 38,2 miliar setahun.
Telecommuting paruh-waktu dengan pekerjaan yang tepat (40%) dan keinginan
untuk melakukannya (79%) akan menyelamatkan dan banyak membantu
perusahaan, komunitas, dan karyawan lebih dari USD 650 miliar per tahunnya. Ini
merupakan hasil dari peningkatan produktivitas, berkurangnya pengeluaran
kantor, menurunnya absensi dan pergantian, berkurangnya aktivitas bepergian
untuk kepentingan pekerjaan, berkurangnya kebutuhan perbaikan jalan, konsumsi
bahan bakar semakin berkurang dan berbagai penghematan lainnya.