Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Telecommuting

Gagasan telecommuting berawal mula pada berkembangnya teknologi era 1970-an


awal yang dapat menyambungkan kantor-kantor satelit ke perkotaan dan perumahan dengan
dumb terminals dari saluran telepon sebagai jembatan jaringan (network bridge). Penyusutan
biaya yang signifikan dan peningkatan performa serta kegunaan dari komputer pribadi
menyebabkan desentralisasi lebih lanjut, dengan memindahkan kantor ke rumah-rumah. Pada
tahun 1980 awal, kantor-kantor cabang dan pekerja rumahan dapat terhubung dengan
perusahaan inti dengan menggunakan komputer pribadi dan emulasi terminal.
Ihwal telecommute jarak jauh, proses ini difasilitasi oleh groupware, jaringan virtual
privat, panggilan konferensi, video conferencing dan VoiceoverIP (VoIP). Akan sangat efisien
dan bermanfaat bagi perusahaan manakala karyawannya diperbolehkan bekerja dengan jarak
jauh. Hal ini membuat perusahaan bisa menekan pengeluaran dan mendapat pemasukan.
Sebagaimana koneksi internet saat ini sudah menjadi sangat jamak di masyarakat, semakin
banyak karyawan memiliki bandwidth yang memadai di rumah untuk digunakan sebagai
sarana penghubung mereka dengan fasilitas intranet kantor dan jaringan telepon internal.
LAN yang diadopsi mempromosikan keterbagian sumber daya, dan komputasi serverklien membuat lebih banyak lagi desentralisasi. Kini, telecommuters bisa menggunakan
laptop bersama mereka untuk bekerja, baik di kantor maupun di rumah (dan hampir mungkin,
di segala tempat). Meroketnya komputasi awan (cloud computing) dan ketersediaan teknologi
Wi-Fi kian mempermudah akses ke server yang jauh melalui kombinasi dari hardware dan
software yang bisa digunakan di mana saja.
Pengertian Telecommuting atau e Work
Telecommuting atau Telework adalah model atau perjanjian kerja di mana karyawan
memperoleh fleksibilitas bekerja dalam hal tempat dan waktu kerja dengan bantuan teknologi
telekomunikasi. Dengan kata lain, kegiatan bepergian ke kantor atau tempat kerja digantikan
dengan hubungan telekomunikasi. Dengan sistem ini, banyak karyawan yang pada akhirnya
bekerja di rumah, sementara lainnya, yang lazim disebut pekerja nomaden (nomad workers)
atau web commuters menggunakan teknologi komunikasi untuk bekerja dari kafe atau tempat
lain yang nyaman bagi mereka.
Telework, di sisi lain, merupakan istilah yang bermakna lebih luas lagi. Telework
merujuk pada penggantian segala bentuk teknologi telekomunikasi yang terkait dengan
pekerjaan yang perlu bepergian, yang pada akhirnya mengurangi hambatan jarak dengan
telecommuting. Seseorang yang ber-telecommuting biasa disebut dengan telecommuter.

Menurut Leonhard (1995) dalam wikipedia, motto yang sering didengungkan oleh para
telecommuter adalah pekerjaan adalah sesuatu yang kita lakukan, bukan dan bukan tujuan
bepergian.
Agar telecommuting dapat berjalan dengan baik, diperlukan gaya manajemen yang
baik, yang didasarkan dan ditujukan pada hasil, bukan pengamatan yang mendetil dari
masing-masing karyawan secara individual. Hal ini menunjuk pada manajemen berbasis
tujuan (management by objectives) yang bertolakbelakang dengan manajemen berbasis
observasi (management by observation). Manfaat telecommuting antara lain mengurangi
biaya transportasi karena tidak perlu pergi ke kantor, mengurangi kemacetan jalan, sekaligus
mampu meningkatkan working life balance.
Aspek Pendukung
Melakukan telecommuting, masalah teknologi seperti keamanan, akses, kehandalan
sangat penting. Program telecommuting harus direncanakan dengan baik, dilaksanakan dan
dikelola, dan membutuhkan komunikasi yang menyeluruh, dukungan perusahaan,
standardisasi teknologi, proses didefinisikan dengan baik, pelatihan yang berkelanjutan dan
alat implementasi yang kuat. Menentukan tujuan dari telecommuting, bisnis apa yang akan di
proses, aplikasi apa saja yang perlu dimobilisasi, dan bagaimana mengukur keberhasilannya.
1. Pertimbangan Teknis IT, mengidentifikasi staf TI yang memahami atau dapat dilatih
pada teknologi mobile sehingga mereka dapat mengevaluasi peralatan dan vendor.
Telecommuter akan memerlukan teknologi yang mungkin termasuk komputer,
telepon, modem, printer dan perangkat lunak seperti sistem operasi, aplikasi, firewall,
tombol pengaman, software backup dan alat diagnostik. Tentukan apa yang
perusahaan bersedia untuk menyediakan, anggaran pembelian, mengkonfigurasi dan
pengiriman peralatan, dan perawatannya.
2. Standardisasi, inti dari telecommuting adalah membuat WAN menjadi LAN dimana
bundel teknologi telekomunikasi adalah VPN (Virtual Private Network). VPN terdiri
dari semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendapatkan
akses berwenang untuk sumber daya perusahaan dan dapat mencakup token
keamanan, hardware atau software berbasis enkripsi data, otentikasi kunci bersama,
dan jalan dikonfigurasikan untuk server berwenang. Standarisasi akan membantu
mengurangi waktu dan biaya, dan memastikan setiap orang bekerja dengan peralatan
yang sama.

3. Keamanan, host server dapat memeriksa untuk memastikan bahwa komputer


pengguna memiliki up-to-date firewall dan anti-virus software. Selain itu file yang
akan di download/upload dari server oleh pengguna dapat di enkripsi terlebih dahulu.
Untuk keamanan tambahan, pastikan sistem anda menyediakan otentikasi user dimana
seseorang menggunakan perangkat perusahaan harus menerima akses ke sumber daya
perusahaan lebih dari seseorang yang menggunakan perangkat pribadi atau tidak
terdaftar.
4. Infrastruktur, tantangan terbesar melakukan telecommuting adalah infrastruktur, di
Indonesia sendiri untuk VPN IP, METRO E, MPLS hanya tersedia di kota besar.
Fasilitas yang paling memungkinkan adalah ADSL dan Mobil Network. Mobile
network di Indonesia sangat potensial, dengan jumlah pelanggan potensial tentu
operator seluler berlomba-lomba mencari pelanggan. Saat ini teknologi yang banyak
di pakai adalah 3G (HSDPA) dan CDMA EV-DO.
Permasalahan yang Mungkin Timbul

Kekhawatiran terbesar terkait telecommuting adalah: ketakutan akan kehilangan


kontrol; 75% manajer menyatakan mempercayai karyawannya, namun sepertiganya
mengaku perlu melihat kinerja karyawannya untuk memastikan segalanya baik-baik

saja.
Hambatan yang menghambat gagasan telecommuting terus tumbuh adalah
ketidakpercayaan terhadap karyawan dan ketidakterhubungan personal di antara para

karyawan.
Telecommuting, bagi sebagian orang dilihat sebagai sebuah pelengkap dari bekerja di

kantor dan bukan kegiatan utama.


Masalah keamanan juga perlu

diperhatikan

ketika

mengimplementasikan

telecommuting. Pada tahun 2006 terdapat kasus pencurian laptop salah seorang
anggota departemen Federal Amerika Serikat. Meski anggota departemen tersebut
bukan seorang telecommuter, kasus ini memunculkan kekhawatiran bekerja di luar
tempat kerja. Sembilan puluh persen eksekutif menganggap telecommuting sebagai
satu konsep yang sangat kurang dalam hal keamanan. Para eksekutif pun
mempermasalahkan pekerjaan kecil yang dibawa dan dikerjakan di luar kantor oleh
para non-telecommuter karena kurangnya pelatihan, alat, dan teknologi yang mereka

miliki.
Beberapa manajer mungkin melihat telecommuting akan menurunkan performa kerja
karyawan di bulan-bulan awal, sebab mereka harus menyesuaikan diri dengan kondisi

kerja yang baru. Menurunnya kinerja karyawan saat melakukan telecommuting juga
diduga diakibatkan oleh kurang memadainya fasilitas perkantoran di luar kantor.
Dapat dikatakan hampir 70 menit setiap harinya di kantor akan dihabiskan dengan
gangguan, bolak-balik ke tempat foto kopi, dan gangguan lainnya. Meski demikian, di
sisi lain produktivitas telecommuter meningkat. Lebih dari dua pertiga karyawan
dilaporkan mengalami peningkatan produktivitas manakala ber-telecommuting. Hasil

survey CompTIA terhadap 212 pekerja dari berbagai sektor (Oktober, 2008).
Manajer lapangan tradisional umumnya tak terbiasa dengan hasil. Hal ini
menyebabkan hambatan yang serius bagi perusahaan yang berupaya mengadopsi
telecommuting di kantornya. Tanggung jawab dan kompensasi pekerja akan menjadi
masalah utama pula. Perusahaan-perusahaan yang akan mengadopsi telecommuting
hendaknya memeriksa masalah hukum lokal, isu-isu persatuan, dan hukum wilayah.
Telecommuting pun memerlukan pelatihan dan pengembangan yang mencakup
evaluasi, simulasi program, pertemuan tim, materi tertulis, dan forum. Pembagian
informasi harus diselaraskan dengan kantor virtual dan proses penyelesaian konflik
harus dikembangkan. Dukungan operasional dan administratif perlu didesain ulang
untuk mendukung lingkungan kantor virtual. Fasilitas-fasilitas pun perlu ditinjau dan
dikoordinasikan dengan baik. Kesimpulan manajer untuk mengimplementasikan
telecommuting pada organisasi adalah untuk menerapkan pendekatan yang bertujuan

mengevaluasi, mengedukasi, mengorganisasi, dan menginformasi para karyawan.


Bekerja secara telecommuting juga dapat berdampak negatif pada karir seseorang.
Survei terkini terhadap 1.300 eksekutif di 71 negara mengindikasikan gagasan
telecommuting tidak terlalu didukung. Karyawan yang lebih sering bekerja dengan
telecommuting akan kurang dipromosikan dalam pekerjaaannya. Perusahaan tidak
akan mempromosikan seseorang hingga seseorang tersebut secara konstan terlihat dan
dapat diukur performanya.

Keuntungan - keuntungan

Aplikasi telecommuting menawarkan keuntungan yang besar bagi komunitas,


karyawan, dan perusahaan. Bagi komunitas, telecommuting memungkinkan
pengerjaan yang lebih utuh dan penuh (dengan meningkatkan kemampuan bekerja
di lingkungan yang dekat, khususnya bagi mereka para orang tua yang bekerja di
rumah, para penjaga, penyandang cacat, dan penduduk yang tinggal di tempat
yang sangat jauh), mengurangi kemacetan dan kemungkinan kecelakaan,

melegakan lalu lintas, mengurangi jumlah gas rumah kaca (GRK), menghemat
bahan bakar, mengurangi penggunaan energi, memperbaiki kesiapan bencana, dan

mereduksi target terorisme.


Namun, untuk perusahaan, telecommuting bisa memperluas dan mengembangkan
bakat karyawan, mengurangi atau menghambat penyebaran penyakit, mereduksi
biaya, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi jejak keluaran karbon dan
penggunaan

energi,

serta

menawarkan

metode

yang

terjangkau

untuk

melaksanakan Americans with Disabilities Act (ADA) tahun 1990, mengurangi


pergantian

dan

absensi,

memperbaiki

moral

karyawan,

menawarkan

kesinambungan operasionalisasi strategi, meningkatkan kemampuan karyawan


untuk menangani pekerjaan melewati batas waktu, dan menguatkan kemampuan
adaptasi budaya karyawan. Pekerja telework tetap dapat menghemat pengeluaran

hingga USD 20.000 per karyawan.


Guna telecommuting bagi individu, antara lain menciptakan keseimbangan antara
bekerja dengan pekerjaan rumah dengan lebih baik, mengurangi pengeluaran
karbon, menekan penggunaan bahan bakar, menciptakan libur baru dari 15 hingga
25 hari setahun, dan menghemat sekitar USD 4.000 hingga USD 21.000 per tahun
untuk keperluan bepergian dalam kepentingan pekerjaan. Ketika harga bahan
bakar diasumsikan rata-rata USD 3 per galon, karyawan yang rata-rata bekerja 5
hari dalam seminggu menghabiskan sekitar USD 138,8 per bulan hanya untuk
biaya bahan bakar. Bilamana 53% dari seluruh pekerja kerah-putih tersebut
bekerja telework selama 2 hari dalam seminggu, maka secara kolektif mereka

melakukan penghematan 9,7 galon bahan bakar dan USD 38,2 miliar setahun.
Telecommuting paruh-waktu dengan pekerjaan yang tepat (40%) dan keinginan
untuk melakukannya (79%) akan menyelamatkan dan banyak membantu
perusahaan, komunitas, dan karyawan lebih dari USD 650 miliar per tahunnya. Ini
merupakan hasil dari peningkatan produktivitas, berkurangnya pengeluaran
kantor, menurunnya absensi dan pergantian, berkurangnya aktivitas bepergian
untuk kepentingan pekerjaan, berkurangnya kebutuhan perbaikan jalan, konsumsi
bahan bakar semakin berkurang dan berbagai penghematan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai