GRAND DESIGN
PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN
KAWASAN PERBATASAN DI INDONESIA
TAHUN 2011 - 2025
Republik Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam pasal 25A UUD 1945 telah menegaskan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang berciri nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan haknya ditetapkan dengan UndangUndang. Peraturan perundangan lain, UNCLOS 1982 yang berlaku sejak 16
November 1994 dan diratifikasi melalui UU no. 17 tahun 1985, menegaskan
pengakuan dunia internasional terhadap konsepsi negara kepulauan (archipelagic
state) yang diperjuangkan oleh bangsa Indonesia sejak Deklarasi Juanda tahun
1957.
Wilayah NKRI berbatasan dengan banyak negara. Di darat, wilayah NKRI
berbatasan dengan wilayah 3 (tiga) negara lain yaitu Malaysia, Papua Nugini,
dan Timor Leste. Sedangkan di wilayah laut, Wilayah NKRI berbatasan dengan
10 negara yaitu Malaysia, Papua Nugini, Singapura, Republik Demokratik Timor
Leste, India, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau dan Australia.
Pengelolaan batas-batas Wilayah Negara diperlukan dan sangat penting untuk
memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah negara,
kewenangan pengelolaan Wilayah Negara, dan hakhak berdaulat.
Gambar 1
Pulau Kecil Terluar, dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang
Badan Nasional Pengelola Perbatasan.
Perundang-undangan sebagaimana tersebut, memiliki keterkaitan erat dengan
upaya percepatan penyelesaian batas wilayah negara,
serta mencerminkan
Gambar 2
SEBARAN KAWASAN PERBATASAN DAN PKSN
BERDASARKAN RTRWN
Jagoi Babang
Tahuna
Nanga Badau
Melonguane
Sabang
Long Nawang
Daruba
Paloh-Aruk
Long Midang
Saumlaki
Ranai
Jayapura
Tanah Merah
Dobo
Nunukan
Dumai
Batam
Entikong
Simanggaris
Jasa
Long Pahangai
Atambua
Ilwaki
Kefamenanu
Kalabahi
Merauke
10
Philipina,
Papua
Nugini,
dan
Republik
Palau),
mempunyai
Gambar 3
perhatian serius2.
Kegiatan survey
Investigation,
Refixation,
Maintenance (IRM),
pihak Indonesia
masih memiliki
kekurangankelengkap
an data, ketersediaan
dana survei, dan
aksesibilitas.
KegiatanCommon
Status terinci penyelesaian batas darat wilayah Negara, lihat pada Lampiran I .
Kasus Tanjung Datu masih menjadi perdebatan. Terdapat jeda waktu 2 tahun sebelum pelaksanaan
penandatanganan MOU.Dalam pelaksanaan JWG OBP, tim Indonesia masih belum solid, dan pendanaan belum
jelas untuk mendukung survei lapangan untuk keperluan dukungan data, kajian dan exercise Pertemuanpertemuan interdep untuk membahas penyelesaian OBP telah dilaksanakan walaupun diskusi dengan pihak
Malaysia belum terlaksana. Indonesia masih terus melakukan kajian dari aspek teknis. Lebih lanjut disarankan
perlunya National Decission ; perhitungan taktis strategis berupa solusi, teknis, yuridis dan politis.
Border Datum Reference Frame (CBDRF) dan Joint Border Mapping (JBM),
baru mampu menghasilkan data dalam bentuk buku ukur, azimuth dan
jarak, yang diperlukan data Comp Sheet.3
b. Batas Darat RI- PNG
Penyelesaian batas kedua negara melalui perundingan, masih mensisakan
beberapa permasalahan.Sumber hukum RI PNG adalah Treaty1973 dan
telah diratifikasi dengan UU No. 6/1973,
Gambar 4
dengan
kontinyu
oleh
pihak Indonesia
dan pertemuan
teknikal
dan
bilateraldilakuk
an
setiap
tahun.Masalah
lain
perlu
perhatian,
terkait
dengan
pencemaran
sungai
Fly,
Diperlukan dana yang besar dan waktu panjang apabila pengukuran CBDRF menggunakan interval pilar
batas yang semakin pendek. Sumber data yang berbeda (Malaysia foto udara dan Indonesia data citraTerra SAR, IFSAR) menimbulkan masalah saat penggabungan di garis batas
di lapangan
Gambar 5
garapan.
Kondisi saat
terdapat
44
tidak
(Desa
yang
seragam
- Demarkasi & pemeliharaan pilar batas
- Pembuatan peta wilayah kecamatan perbatasan RIRDTL 45nlp skala 1: 25.000
- pembangunan sistem datum geodesi bersama
(CBDRF)
- Pemasangan Border Sign Post
dan
tidak
berisi
agreement
dengan
kedua
Negara.
belum
Unresolved segment antara RI RDTL adalah tidak dilakukan aktivitas pada wilayah tersebut
(ZEE),
dari sebanyak
10
perbatasan.
Masih minimnya sarana dan prasarana di sebagian besar exit entry
point (Pos Lintas Batas) perbatasan darat maupun perbatasan laut,
banyaknya
Status terinci penyelesaian batas laut t wilayah Negara, lihat pada Lampiran II .
8
Indonesia.
3. Manajemen dan Kelembagaan Pengelolaan Perbatasan
Pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan,masih belum
dilakukan secara terpadu dengan mengkonsolidasikan seluruh sektor terkait,
mengingat belum ada
Setidaknya ada 60-an program yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan kepentingan kemajuan perbatasan. Program ini tersebar secara
sektoral di 29 Kementerian/Lembaga pemerintah non kementerian dan tidak
memiliki keterkaitan yang jelas dalam sebuah koordinasi yang mantap, sehingga
hasilnya pun tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan di perbatasan.
Ketertinggalan, keterisolasian, keterbelakangan, kemiskinan, dan predikat lain
yang menunjukkan kekurang berhasilan penanganan perbatasan, merupakan
sebuah fakta dan isu strategis manajemen perbatasan, sehingga mendesak
direspon dengan pembentukan BNPP sebagai badan pengelola yang salah satu
fungsinya melakukan koordinasi pengelolaan perbatasan.
Fokus pada isu-isu manajemen yang saat ini dihadapi, akan mengerahkan
ruang gerak penguatan
yang
secara
sektoral
menjadi
tanggung
jawab
sehingga
terjadi
10
bertujuan
untuk
Pada
Bab
(Pendahuluan),
dijelaskan
mengenai
latar
belakang
bermasalahan yang menjadi titik tolak perlunya disusun grand design ini
dan maksud serta tujuannya.
dasar
berpikir,
yaitu
pendekatan
keamanan,
pendekatan
Pada Bab III (Visi, Misi dan Strategi Dasar)diuraikan rumusan visi dan misi
jangka panjang sesuai dengan Rencana Pembangunan Nasional Jangka
Panjang
(RPJP)
Tahun
2004-2025,
serta
bagaimana
strategi
dasar
Untuk melengkapi informasi yang relevan, dalam grand design ini dilampirkan
beberapa data yang relevan, yaitu : Lampiran I dan II, data mengenai status
dan dokumentasi perundang-undangan penyelesaian batas wilayah darat dan
laut Negara Indonesia; Lampiran III mengenai dokumentasi perjanjian garis
batas maritim NKRI dengan negara tetangga; Lampiran IV mengenai cakupan
kawasan, wilayah konsentrasi pengembangan, dan lokasi prioritas 2011-2014.
12
BAB II
KONSEP DASAR PENGELOLAAN
PERBATASAN
Pengelolaan perbatasan di seluruh wilayah NKRI merupakan bagian integral dari
manajemen negara, yang operasionalisasinya membutuhkan adanya arah yang
jelas berdimensi jangka panjangdan komprehensif
melalui
dimaknai
perbatasan, yakni; (1) Menjaga integrasi NKRI sebagai amanat konstitusi, (2)
Membangun kawasan perbatasan secara berimbang, terpadu, dan komprehensif
untuk kesejahteraan rakyat; (3) Mengukuhkan kapasitas Indonesia di wilayah
perbatasan dalam konteks persaingan global. Guna mencapai tujuan utama ini,
maka grand designini disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
ALKI merupakan jalur pelayaran internasional bebas melalui wilayah perairan Indonesia yang terbagi dalam
empat kompartemen strategis: Kompartemen I (Sumatera), Kompartemen II (Jawa-Kalimantan), Kompartemen III
(Sulawesi-Bali- NTT- NTB), Kompartemen IV (Maluku-Papua). Jalur-jalur ini menjadi sangat strategis karena
sebagian suplai kebutuhan energi beberapa negara melewati perairan Indonesia.Sekitar 70% pasokan minyak dari
Timur Tengah dan Teluk Persia ke Jepang dan Amerika Serikat, misalnya, dikapalkan melewati perairan Indonesia.
7
Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus diatur melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 2009.
14
tersebut sangat terkait dengan strategi pengelolaan perbatasan. Oleh karena itu
grand design pengelolaan perbatasan ini menempatkan dinamika perkembangan
global sebagai salah satu pertimbangan utama.
3. Integrasi Seluruh Aspek Perubahan Lingkungan Strategis
Pengelolaan perbatasan dilakukan secara komprehensif lintas sektoral.Seluruh
aspek lingkungan strategis menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
pilihan-pilihan pengelolaan. Aspek-aspek perubahan lingkungan strategis
tersebut antara lain meliputi; perkembangan jumlah penduduk di kawasan,
hubungan kultural etnis masyarakat perbatasan, kualitas SDM, potensi kawasan,
pertumbuhan infrastruktur, perkembangan perekonomian rakyat, mobilitas
penduduk lintas batas, dinamika politik lokal, serta peta diplomasi batas negara
Indonesia denga negara tetangga. Melalui pengelolaan perbatasan yang
didukung dengan perencanaan tata ruang yang komprehensif dan dukungan
kebijakan nasional yang kuat, disertai kerjasama dengan lintas sektoral dan
Daerah yang baik, diharapkan tantangan-tantangan yang terjadi akibat
perubahan lingkungan strategis dapat lebih diantisipasi.
yang
berorientasi
pada
kesejahteraan,
yang
dilakukan
berdasarkan
pengembangan
kegiatan
ekonomi
dan
dimanfaatkan
sebesar-besarnya
bagi kepentingan
cara menjaga
Pengembangan
(WKP),
sebagai
sasaran
antara,
namun
kawasan
Gambar 6
Sasaran Wilayah Pengelolaan Kawasan Perbatasan
19
Lokasi Prioritas
(LOKPRI)
Wilayah Konsentrasi
Pengembangan (WKP)
Cakupan Kawasan
Perbatasan (CKP)
Pengembangan
(WKP),
sebagai
sasaran
antara,
namun
kawasan
perbatasan.
Dalam konteks pengembangan wilayah perbatasan, antara lokasi prioritas,
WKP, dan cakupan kawasan perbatasan adalah sub-sub sistem yang saling
terkait satu dengan yang lainnya. Koordinasi berbasis wilayah, melihat
keterkaitan lokasi ini lebih pada hubungan langsung dan tak langsung dalam
sebuah sistem pembangunan yang sasaran utamanya adalah lokasi prioritas
pengembangan yang ada di WKP.
Secara garis besar, mengelola perbatasan memiliki ruang lingkup
penanganan yang mencakup dua sasaran strategis yaitu : (1) Pengelolaan batas
wilayah antar negara; dan (2) Pengelolaan kawasan perbatasan.
20
berbagai
langkah
strategis
untuk
meningkatan
kesejahteraan
maupun
laut.
Penentuan
prioritas
WKP
ditetapkan
dengan
wilayah
Negara.
Untuk
kawasan
perbatasan
laut,
P. RONDO
06 04 30 N
095 06 45 E
P. SEKATUNG
04 47 38 N
108 80 39 E
P. BERHALA
03 46 30 N
094 30 03 E
P. MARORE
04 44 14 N
125 25 42 E
P. MIANGAS
05 34 02 N
126 24 54 E
P. BRAS
00 56 57 N
134 20 30 E
JAKARTA
P. NIPAH
01 09 13 N
103 39 11E
P. FANI
01 05 20 N
131 15 35 E
P. DANA
10 59 57 S
122 51 20 E
P. FANILDO
00 56 22 N
134 17 04 E
P. BATEK
09 15 00 S
123 59 00 E
Ada 12 pulau kecil terluar yang memerlukan perhatian khusus dan menjadi
pertimbangan perhitungan ini, yaitu : Pulau Rondo, Pulau Berhala, Pulau
Sekatung, Pulau Marore, Pulau Miangas, Pulau Marampit, Pulau Bras, Pulau
Fanildo, Pulau Fani, Pulau Batek, Pulau Dana, dan Pulau Nipah (Gambar 7)
c) Kecamatan yang difungsikan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional;
Konsep pengembangan Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN) di
untuk menjadikan
22
Berbagai
kebutuhan
lain,
seperti
kebutuhan
pelayanan
Penguatan PLB,
BAB III
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Standarisasi Sarana, Prasarana, dan Pelayanan
Lintas Batas Negara
24
25
wilayah yang
melalui
peningkatan
kerjasama
internasional,
2.Sasaran
Sasaran jangka panjang pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan (2011-2025), secara umum dan kualitatif didesain dapat mencapai 5
(lima) sasaran sebagai berikut9 :
a)
Sasaran secara kuantitatif dan spesifik akan ditegaskan dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara
dan Kawasan Perbatasan yang disusun lima tahunan serasi dengan penyusunan RPJMN.
26
b)
c)
d)
e)
Berfungsinya PKSNsebagai pusat pelayanan dan pertumbuhan diwilayahwilayah konsentrasi pengembangan perbatasan.
3. Strategi Dasar
Untuk
reorientasi,
pada
prinsipnya
mengubah
arah
kebijakan
dari
strategis
pemacu
perkembangan
ekonomi
regional
maupun
sarana
dan
prasarana
(infrastruktur)
guna
mendukung
fasilitas pendukung (support facilities unit) untuk mendukung pos lintas batas
(PLB) dan fasilitas CIQS-nya (Customs, Imigration, Quarantine, dan Security).
b. Pengembangan Simpul-simpul Pertumbuhan
Mobilisasi dukungan berbagai pihak (public dan private sectors) guna lebih
mempercepat pembangunan simpul-simpul pusat pertumbuhan ekonomi di
kawasan perbatasan, dengan mendorong pengembangan permukiman baru
melalui transmigrasi sebagai rintisan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di
kawasan perbatasan yang terintegrasi dengan pengembangan PKSN;
c. Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat
Memperkuat kapasitas kelembagaan pengelola perbatasan khususnya dan
kapasitas pemerintahan daerah otonom pada umumnya, berikut jajaran dan
jaringan ke bawahnya hingga kecamatan dan desa, yang siap menciptakan
pelayanan publik yang prima dan iklim yang kondusif sebagai front linepintu
masuk hubungan ekonomi dan perdagangan dengan Negara tetangga; Untuk
mendukung, penting secara simultan dilakukan langkah membangun persepsi
perbatasan sebagai beranda depan Negara dan mengembangkan wawasan
kebangsaan yang lebih menjawab kebutuhan warga bangsa di perbatasan
serta. Seiring dengan ini, penataan ulang daerah otonom
pembentukan daerah otonom barudi kawasan perbatasan,
melalui
bilamana harus
menjadi
bagian
tak
terpisahkan
dalam
strategi
29
pengelolaan
yang
menjadi
pegangan
dan
komitmen
merupakan hutan konservasi dan suaka alam yang perlu dilindungi, maka
pembangunan wilayah perbatasan harus disesuaikan dengan daya dukung
alam dan dilakukan secara berkelanjutan.
c. Pengembangan Sistem Pelayanan Khusus
30
dan
memerlukan kekhususan.
kapasitas
lainnya
yang
sesuai
karakteristiknya
program
Norma,
Standard,
Prosedur,
dan
Kriteria
pengembangan
termasuk
perbatasan,
untuk
merespon
kebutuhan
secara
kewenangan
kabupaten/kota)
dalam
pemerintah
kerangka
daerah
pembangian
(provinsi
kewenangan
dan
antara
satuan
kerja
pengelola
perbatasan
dengan
kewenangan
pembiayaannya
berasal
dari
APBN
melalui
mekanisme
kaidah-kaidah
hubungan
antara
Negara.Strategi
revitalisasi
ini,
wilayah
perbatasan
pusat-pusat
mempunyai
pertumbuhan
peluang
ekonomi
untuk
melalui
strategisnya
mendongkrak
yang
pertumbuhan
memiliki
ekonomi
misi
yang
kawasan
sejalan
perbatasan
untuk
dan
termasuk
tinggi
lembaga-lembaga
yang
berkepentingan
swadaya
sama
masyarakat
untuk
dan
membangun
transparansi,
dan
partisipasi
masyarakat
dalam
upaya
prinsip-prinsip
partisipasi
masyarakatdalam
pengelolaan
informasi
manajemenlintas
batas,
pengembangan
model
36
pengembangan
kapasitas
kelambagaan,
pengembangan
system
BAB IV
pengelolaan perbatasan.
(Gambar 8) :
-
koreksi
Gambar 8
Tahapan Pengembangan Kelembagaan
Pengelola Perbatasan Lima Tahun Pertama
TAHAP
AKSELERASI
TAHAP
STABILISASI
10
2014
2013
TAHAP
Mengingat BNPP baru efektif bulan September 2010 dimana
seluruh sector
terkait telah membahas RKAKL
2012
KONSOLIDASI
masing-masing, sehingga untuk Rencana Aksi 2011 ini sifatnya masih berupa kumpulan informasi pembangunan
TAHAP
yang ditangani K/L di perbatasan dan belum
secara ideal mencerminkan konsolidasi program dalam kendali
2011
INSTALASI
optimal BNPP. Hal ini mengingat untuk
sebuah proses koordinasi perencanaan yang terkonsolidasi dalam
koordinasi BNPP dibutuhkan
intervensi satu tahun sebelumnya, sehingga Rencana Aksi yang ideal dalam
TAHAP
koordinasi BNPP secara penuh, akan nampak
2010gambarannya baru pada tahun 2012.
INISIASI
6/12/2010
39
27
Selanjutnya pada tahap akselerasi (2014), akan dilakukan langkahlangkah percepatan atas sektor-sektor unggulan dan yang paling
dibutuhkan untuk mencapai kinerja maksimum pengelolaan batas
wilayah Negara dan kawasan perbatasan.
penegakan
hukum;
40
di
berbagai
Kementerian/Lembaga
Non
Kementerian,
Cakupan Wilayah
Konsentrasi
Pengembangan
(WKP)
merupakan
wilayah
pada periode I
(1)
(2)
(3)
2011-2014
111 LG-1 38 WKP
2015-2019
111 LG-2
38
WKP
76 LG-1
26
WKP
2020-2025
111 LG-3
38
WKP
76 LG-2
26
WKP
42
64
WKP
187
Lokpri
64
WKP
Ket : LG-1 (Lokpri Garapan Rinduk Periode Pertama ), LG-2 (Lokpri Garapan Rinduk
Periode Kedua). WKP (Wilayah Konsentrasi Pengembangan)
Lokpri dengan status LG-2, adalah lokasi prioritas yang telah ditangani
dalam satu periode Rinduk (Periode I), dan pada periode berikutnya
(periode II) akan ditangani dengan skala intervensi terbatas sesuai
kebutuhan yang sifatnya melengkapi kekurangan penanganan pada
periode sebelumnya;
lebih
lanjut
mengenai
skala
intervensi
akan
dipertajam setiap lima tahun dalam penyusunan Rencana Induk dan setiap
tahunnya dalam penyusunan Rencana Aksi.
pengelolaan batas
Aksi
dan
disepakati
bersama
sesuai
mekanisme
APBD,
ditetapkan
dengan
mengikuti
pola
pembagian
pelaksanaan
pengelolaan
perbatasan
dilakukan
pelaksanaan
program
dalam
rangka
pengelolaan
44
Kementerian
Perhubungan,
Kementerian
Kehutanan,
Gambar 9
di jabarkan
masukan
diacu
Grand Design
2011-2025
Rencana Induk
2011-2014
RKP
Rencana
Aksi 2011
(Tahunan)
PELAKSANAAN
(dalam)
koordinasi BNPP
Evaluasi
Pelaksanaan
Tahunan
masukan
masukan
diacau
di jabarkan
masukan
diacau
diacau
masukan
Evaluasi
monitoring
dilakukan
yang
secara
intensif,
terpadu,
untuk
didukung
mengetahui
dengan
berbagai
Kementerian/Lembaga
Non
Kementerian
terkait
dasar
yang
lengkap
dan
akses
system
teknologi
yang
BAB V
PENUTUP
seluruh gambaran sebagaimana telah dirancang dalam grand design hingga tahun
2025. Dua puluh enam pusat kegiatan strategis nasional akan tumbuh dan
berkembang di sepuluh Kawasan Strategis Nasional (KSN), dimana pintu
gerbang perbatasan antar Negara juga akan diramaikan dengan lalu lalangnya
jalur kegiatan ekonomi dan perdagangan dengan Negara tetangga yang
menguntungkan Indonesia. Selanjutnya, berbagai infrastruktur dasar dan
pendukungnya
akan
dibangun
untuk
melengkapi
kebutuhan
kawasan
standard,
banyak
kepentingan
di
perbatasan.
Kemampuan
tahap-tahap
pengembangan
kelembagaan
BNPP,
upaya
pada
bagaimana
kemauan
dan
kemampuan
untuk
saatnya dikonkritkan dalam rencana aksi, untuk kemajuan NKRI dan rakyat
seluruh Indonesia : yang merdeka, bersatu, adil dan makmur. ***/sn
49
LAMPIRAN I
STATUS PENYELESAIAN
BATAS NEGARA WILAYAH DARAT NKRI
12
. Kasus Tanjung Datu masih menjadi perdebatan. Terdapat jeda waktu 2 tahun sebelum pelaksanaan
penandatanganan MOU.Dalam pelaksanaan JWG OBP, tim Indonesia masih belum solid, dan pendanaan belum
jelas untuk mendukung survei lapangan untuk keperluan dukungan data, kajian dan exercise Pertemuanpertemuan interdep untuk membahas penyelesaian OBP telah dilaksanakan walaupun diskusi dengan pihak
Malaysia belum terlaksana. Indonesia masih terus melakukan kajian dari aspek teknis. Lebih lanjut disarankan
perlunya National Decission ; perhitungan taktis strategis berupa solusi, teknis, yuridis dan politis.
50
Light house di MM 14b akan dibangun oleh PNG tidak jauh dari yg
dibangun oleh Indonesia .
- Monitoring sungai Fly belum dilakukan dan dibahas interdep oleh
Indonesia. Dampak terhadap lingkungan perlu diperhatikan terutama
karena erosi sungai Fly di sisi barat MM 10 dan 11A. Perlu mendapatkan
perhatian yang serius.
- Perlu mendorong pihak PNG untuk merealisasi program yang telah
disepakati dan mengevaluasi pembagian tugas antara RI PNG.
-
53
LAMPIRAN II
STATUS PENYELESAIAN BATAS NEGARA WILAYAH LAUT
NKRI
ZEE : 10 Perjanjian :
BLT : 5 Perjanjian :
BLK :8 Perjanjian :
NO
I.
BATAS LAUT
STATUS
KETERANGAN
RIMalaysia
Belum disepakati
RIVietnam
Telah disepakati
RIPhilipina
Belum disepakati
RIPalau
Belum disepakati
RIPNG
Belum disepakati
RITimor Leste
Belum disepakati
RIIndia
Belum disepakati
RISingapura
Belum disepakati
RI-Thailand
Belum disepakati
10
RIAustralia
Telah disepakati
II.
RI Malaysia
Telah disepakati
Telah disepakati
III.
RI Singapura (di
sebagian
Selat Singapura)
BATAS
LANDAS
KONTINEN
13
RIIndia
PNG
RI
RI Timor Leste
RI Thailand
Telah disepakati
5
3
RI-Malaysia-Singapura
RI Malaysia
Belum disepakati
Telah disepakati
RI Australia
Telah disepakati
Telah
disepakati
Telah
disepakati
Belum disepakati
Perjanjianberikut
Indonesia-PNG
10Disepakati
titik BLK didalam
Laut Andaman
Tahun 1980disepakati berdasarkan
koordinatnya
perjanjian
pada tahun
1974 dan
1977
Perlu ditentukan
garis-garis
pangkal
kepulauan di Pulau Leti, Kisar, Wetar. Liran.
Titik-titik
BLK dihingga
selat Malaka
maupun
Alor, Pantar,
Pulau Vatek,
danLaut
titik
Andaman
disepakati
berdasarkan perjanjian
dasar sekutu
di Pulau
pada tahun 1977
Perlu perundingan bersama (tri-partid)
10 titik BLK di Selat Malaka dan 15 titik di Laut
Natuna disepakati berdasarkan perjanjian
pada tahun 1969
~ Titik-titik BLK di Laut Arafura dan laut Timor
ditetapkan melalui Keppres pada Tahun
1971 dan 1972
~ Titik-titik BLK di Samudera Hindia dan di
sekitar Pulau Christmas telah disepakati
berdasarkan perjanjian pada tahun 1997.
RI Vietnam
Belum disepakati
RI Philipina
Belum disepakati
RI Palau
Belum disepakati
RI Timor Leste
Belum disepakati
55
LAMPIRAN III
INDONESIA - MALAYSIA
1. Landas Kontinen , 27 Otober 1969
INDONESIA - SINGAPURA
3. Laut Teritorial di Selat Singapura, 25 Mei 1973
INDONESIA - AUSTRALIA
4. Dasar Laut Tertentu, 18 Mei 1971
Belum diratifikasi
INDONESIA - THAILAND
9. Landas Kontinen di Bagian Utara Selat Malaka dan di Laut Andaman,
17 Desember 1971
56
INDONESIA - INDIA
11. Garis Batas Landas Kontinen, 8 Agustus 1974
INDONESIA - VIETNAM
14. Garis Batas Landas Kontinen di Utara P. Natuna, 2004
57
LAMPIRAN IV
Sasaran Lokasi Penaganan 2011-2025
Provinsi
1.Kalimantan Barat
2.Kalimantan Timur
3.Papua
4.Nusa Tenggara
Timur
1.Sambas
2.Bengkayang
3.Sanggau
4.Sintang
Status
Prioritas
WKP
WKP I
WKP I
WKP I
WKP I
5.Kapuas Hulu
WKP I
6.Kutai Barat
7.Nunukan
WKP I
WKP I
8.Malinau
WKP I
WKP (Kab)
9. Berau
10.Jayapura
11.Keerom
WKP III
WKP I
WKP II
12.Pegunungan
Bintang
13.Merauke
WKP II
14.Boven Digul
WKP I
15. Supiori
16. Asmat
17.Kupang
18.Timor Tengah
Utara
WKP I
WKP II
WKP III
WKP I
WKP I
19.Belu
WKP I
20.Alor
WKP II
Lokasi Prioritas
dan Urutan Prioritas
Jumlah
Lokspri
2
2
2
2
6
2
7
2
2
4
4
7
3
1
1
1
9
10
18
58
Provinsi
WKP (Kab)
Status
Prioritas
WKP
21.Rote Ndao
WKP II
6.Riau
22.Sabu Raijua
23.Sumba Timur
24.Serdang Bedagai
25.Nias
26.Nias Selatan
27.Bengkalis
WKP III
WKP III
WKP II
WKP III
WKP III
WKP II
7.Kepulauan Riau
28.Indragiri hilir
29.Rokan hilir
30.Kep. Meranti
31.Dumai
32.Pelalawan
33.Bintan
WKP II
WKP II
WKP II
WKP II
WKP III
WKP II
34.Karimun
WKP II
35.Kep. Anambas
WKP II
36.Kota Batam
WKP I
37.Natuna
WKP I
38. Lingga
WKP III
8.Sulawesi Tengah
39.Toli-toli
WKP III
9.Sulawesi Utara
40.Bolaang
Mongondouw Utara
41.Minahasa Utara
42.Sangihe
WKP III
5.Sumatera Utara
43.Kep. Talaud
WKP III
WKP I
WKP I
Lokasi Prioritas
dan Urutan Prioritas
(III), Pantar (III), Pantar Barat
(III), Pantar Barat Laut (III), Pulau
Pura (III), Teluk Mutiara (III), Alor
Barat Laut (III), Alor Tengah Utara
(III), Alor Timur Laut (III), Mataru
(III), Pantar Tengah (III, Pantar
Timur (III), Pureman (III), Alor
Barat Daya (III), Alor Selatan (III),
Alor Timur (III).
Rote Barat Daya (I), Rotendao
(III), Rote Timur (III), Rote Baru
(III), Rote Selatan (III), Rote
Tengah (III), Lolobain (III), Rote
Barat (III), Rote Barat Laut (III),
Lamduleko (III), Ndao Nose (III)
Raijua (III)
Karera (III)
Tanjung Beringin (I)
Pulau-Pulau Batu (II)
Afulu (II)
Bukit Batu (II), Bantan (II),
RupatUtara (II)
Enok (II), Gaung (II), Kateman (II)
Pasirlimau Kapuas (I), Sinaboi (II)
Merbabu (II), Rangsang (II)
Dumai (I)
Kuala Kampar (III)
Bintan Timur (III), Bintan Utara
(III), Tambelan (III), Teluk Bintan
(III) , Bintan Pesisir (III)
Kundur (III), Meral (III), Moro
(III), Tebing (III)
Jemaja (II), Paltamak (III), Siantan
(III),
Belakang Padang (I), Nongsa (III),
Sekupang (III), Batam (III),
Bulang (III),
Bunguran Timur (I),Serasan (II),
Bunguran Barat (III),
Midai (III),
Pulau Laut (III), Subi (III)
Bulang (III), Senayang (III), Daek
(III)
Dampal Utara (III), Toli-Toli Utara
(III)
Pinogaluman (III)
Wori (III)
Tabukan Utara (I), Tahuna (II),
Kandahe (III)
Miangas (I), Melonguange (I),
Nanusa (II)
Jumlah
Lokspri
11
1
1
1
1
1
3
3
2
2
1
1
5
4
3
5
3
2
1
1
3
3
59
Provinsi
10.Maluku Utara
11.Papua Barat
12.Maluku
13.Aceh
14.Sumatera Barat
15.Bengkulu
16.Lampung
17.Banten
18.Jawa Barat
19.Jawa Tengah
20.Jawa Timur
21.NTB
21 CWA
WKP (Kab)
44.Siau Tagulandang
Biaro
45.Halmahera Timur
46.P. Morotai
47.Raja Ampat
48.Sorong
49.Maluku Tenggara
Barat
50.Maluku Barat Daya
Status
Prioritas
WKP
WKP III
WKP III
WKP I
WKP II
WKP III
WKP II
WKP II
51.Kep. Aru
WKP II
52.Aceh Jaya
53.Aceh Besar
54.Simeuleu
55.Kota Sabang
56.Kep. Mentawai
WKP III
WKP III
WKP III
WKP II
WKP III
57.Bengkulu Utara
58.Lampung Barat
59.Pandeglang
60.Tasikmalaya
61.Cilacap
62.Jember
63.Trenggalek
64.Lombok Barat
64 WKP
WKP
WKP
WKP
WKP
WKP
WKP
WKP
WKP
III
III
III
III
III
III
III
III
Lokasi Prioritas
dan Urutan Prioritas
Jumlah
Lokspri
1
1
1
1
3
7
3
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
187 Lokspri
60
LAMPIRAN V
M A L A Y S I A
#
#
S INGAPURA
KOTA BATAM
KAB. KARIMUN
6
BATUBARA
Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur
MALA YSIA
Batubara
#
#
#
AN U G R A H A LA M R A YA ,P T
(B A T U B AR A)
N U A N S A C IP T A C O A L I N V ES T M EN T ,PT
(B A T U B AR A)
P. Sebatik
P. Nunukan
#
N U A N S A C IP T A C O A L I N V ES T M EN T ,PT
(B A T U B AR A)
KIN AB A LU PR IMA C O AL ,P T
(B A T U B AR A)
PT K A LIM A N T A N H E R I T AG E C O AL
(B A T U B AR A)
PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
P. Bunyu
P. Tarakan
Sumber Data : Paparan Menteri ESDM pada Lokakarya Nasional Pengelolaan
Lintas Batas Negara dan
Kawasan Perbatasan, Jakarta, 11 November 2010
13
61
Batubara
PT . T U N A S A LA SK A
(T I MB A L)
PR I YA N K A S H O N A ,P T
(B A U K SI T )
MALA YSIA
#
#
PT . YA MA B U M I P A LA KA
(B A T U B AR A)
PT . SA V AN N A H J A YA C O AL
(B A T U B AR A)
PROVINSI
KALIMANTAN BARAT
Mangan
TIMOR LESTE
KASIH MULIA, CV
#
ASIA TRACO, CV
KAB. BELU
#
62
[
%
KOTA JAYAPURA
Mangan
PT S INA R IN D AH P ER S A DA
(N IK E L D M P )
KAB. SARMI
Emas
Nikel
KAB. JAYAPURA
KAB. KEEROM
KAB. TOLIKARA
KAB. MAMBERAMO TENGAH
PAPUA
NUGINI
KAB. YALIMO
KAB. LANNY JAYA
KAB. JAYAW IJAYA
PROVINSI
PAPUA
KAB. NDUGA
KAB. YAHUKIMO
#
NAD 121.0
NATUNA
5.55
112.5
SUMATERA UTARA
346.4
1.26
52.15
KALIMANTAN
4,028.7
SUMATERA TENGAH
21.78
15.22
43.1
745.1
PAPUA
23.71
10.57
2.69
MALUKU
89.6
902.4
SUMATERA SELATAN
51.9
17.74
SULAWESI
JAWA BARAT
570.7
JAWA TIMUR
987.0
3.68
5.29
63
NAD
NATUNA
KAB. NUNUKAN
SUMATERA UTARA
KOTA TARAKAN
KALIMANTAN
PAPUA
SUMATERA TENGAH
MALUKU
SUMATERA SELATAN
SULAWESI
JAWA BARAT
JAWA TIMUR
12
64
D. MIKROHYDRO
Kab. Mainau
Kab. Nunukan
Prov. Kaltim
Kab. Sanggau
Kota singkawang
Prov. Kalbar
Prov. Maluku
Utara
Kepulauan riau
NTT
65
15
ooOOSNOOoo
66