Materi Pembahasan
FUNGSI PERASAAN DALAM ISLAM
bersabda:
Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas
agamamu. (HR.
At-Tirmidzi
dari
Anas
bin
Malik
)
Adapun letaknya, maka Al-Qur`an dan As-Sunnah menunjukkan bahwa
dia terletak di dalam dada. Allah berfirman, Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam
dada. (QS. Al-Hajj: 46) Dan Nabi juga bersabda tentang
ketaqwaan, Ketakwaan itu di sini, ketakwaan itu di sini, seraya beliau
menunjuk ke dada beliau (HR. Muslim dari Abu Hurairah). Dan tempat
ketakwaan tentunya adalah dalam hati.
Bertolak dari hal ini para ulama juga membahas mengenai letak
akal. Seluruh kaum muslimin bersepakat -kecuali mereka yang
terpengaruh dengan filosof dan ilmu kalam- bahwa akal itu terletak di
dalam hati, bukan di otak. Allah berfirman, Maka apakah mereka
tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan
itu mereka dapat berakal dengannya. (QS. Al-Hajj: 46)
Kalau begitu letak akal adalah di dalam hati, di dalam dada,
walaupun tidak menutup kemungkinan dia (akal) mempunyai hubungan
dengan otak, sebagaimana tangan yang terluka akan berpengaruh pada
seluruh anggota tubuh lainnya. Karenanya kalau ada seseorang yang
kepalanya dipukul atau terkena benturan yang keras maka terkadang
menyebabkan akal dan ingatannya hilang.
B. Kedudukan hati.
Nabi
bersabda
dalam
hadits
Ibnu
Masud:
Ketahuilah, sesungguhnya di dalam hati ada segumpal daging yang
kalau dia baik maka akan baik pula seluruh anggota tubuh, dan kalau
dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh, ketahuilah di
adalah hati. (Muttafaqun alaih) Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, Dalam
hadits ini ada isyarat yang menunjukkan bahwa baiknya gerakan anggota
tubuh seorang hamba, dia meninggalkan semua yang diharamkan dan
menjauhi semua syubhat, sesuai dengan baiknya gerakan hatinya. (Jami
Al-Ulum Wa Al-Hikam: 1/210)
C. Perbandingan antara hati dengan pendengaran dan penglihatan.
Ketiga anggota tubuh ini merupakan anggota tubuh terpenting
pada tubuh manusia karena pada ketiganyalah semua ilmu dan
pengetahuan berputar. Allah berfirman, Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra`: 36) Allah
riwayat: Kematian-. (HR. An-Nasa`i dan Ibnu Majah juga dari Abu
Hurairah ) Dan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah sangat banyak ayat dan
hadits yang mengingatkan akan kengerian hari kiamat dan dahsyatnya api
neraka. Said bin Jubair -rahimahullah- berkata, Seandainya mengingat
kematian hilang dari hatiku niscaya saya khawatir kalau hal itu akan
merusak hatiku.
c. Bergaul dengan orang-orang yang saleh.
Dalam hal ini Nabi bersabda sebagaimana dalam hadits Abu
Musa
Al-Asyari
:
Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman
duduk yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi.
Adapun penjual minyak wangi, maka mungkin dia akan memberikannya
kepadamu atau mungkin juga kamu akan membeli darinya atau paling
tidak kamu mencium bau wangi di sekitarmu. Adapun pandai besi, maka
kalau dia tidak membakar pakaianmu maka paling tidak kamu mencium
bau busuk di sekitarmu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Bahkan Allah Taala telah berfirman, Dan janganlah kamu cenderung
kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api
neraka, (QS. Hud: 113) d. Hatinya selalu terkait dengan Penciptanya
dan Sembahannya. Ini adalah jenjang ihsan yang Rasulullah telah
jelaskan definisinya dalam hadits Jibril yang masyhur, Engkau
menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau
kamu tida sanggup melihat-Nya maka yakinlah kalau Dia
melihatmu. (Muttafaqun alaih)
Ibnu Al-Qayyim berkata dalam Al-Wabil Ash-Shayyib,
Sesungguhnya di dalam hati ada wahsyah (sifat liar) yang tidak bisa
dihilangkan kecuali dengan ketenangan dalam mengingat Allah, di
Ini adalah hal yang bisa dipahami secara akal, yakni suatu benda
yang dibuat untuk mengerjakan sesuatu pasti akan rusak kalau digunakan
untuk selain dari tujuan pembuatannya. Dan tujuan diciptakannya hati
dan akal adalah untuk mentadabburi ayat-ayat Allah yang bersifat syari
dan kauni yang darinya akan lahir amalan-amalan sebagai tanda
keimanan dia kepada Allah. Pernah ditanyakan kepada Ummu Ad-Darda`
-radhiallahu anha- tentang ibadah suaminya yang paling sering dia
berfirman
dalam
hadits
qudsi:
Saya adalah Dzar yang paling tidak butuh kepada kesyirikan,
karenanya barangsiapa yang mempersekutukan saya dalam ibadahnya
maka Saya akan meninggalkannya dan apa yang dia sekutukan. (HR.
Muslim dari Abu Hurairah )
b.Amalan hati -yang asalnya adalah tauhid- merupakan asas untuk
selamat
dari
neraka
dan
masuk
ke
dalam
surga.
Nabi bersabda dalam hadits Jabir riwayat Muslim:
Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak
berbuat kesyirikan sedikit pun maka dia akan masuk surga, dan
bersabda:
:
-
yang ditahan oleh penyakit. (HR. Muslim dari Jabir dan Al-Bukhari
dari Anas yang semakna dengannya)
f. Amalan jawarih mempunyai batas yang telah ditentukan, baik
dari sisi pelaksanaan maupun pahala, berbeda halnya dengan amalan hati.
Hal ini disebutkan oleh Ibnu Al-Qayyim dalam Madarij As-Salikin.
Aisyah -radhiallahu anha- berkata dalam hadits riwayat Muslim:
Adalah Rasulullah selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan
beliau.
Allah Taala berfirman, Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. AzZumar: 10)
g. Amalan hati ada yang terus-menerus berlanjut pada saat
amalan
jawarih
terhenti
atau
melemah.
Di dalam kubur seseorang menjawab pertanyaan kedua malaikat dengan
tauhidnya, penghuni surga senantiasa mencintai, mengagungkan dan
memuliakan Allah. Akan tetapi mereka (yang dalam kubur atau di surga)
tidak lagi mengerjakan shalat, puasa dan seterusnya dari ibadah anggota
tubuh.
h. Ibadah hati penentu besar kecilnya nilai dan pahala ibadah
anggota tubuh, bahkan -dalam sebagian keadaan- dia bisa menjadi
penentu diterima atau tertolaknya ibadah anggota tubuh.
Rasulullah bersabda, Sesungguhnya setiap amalan ibadah tergantung
dengan niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang
dia niatkan, al-hadits. (Muttafaqun alaih dari Umar
)
Abdullah bin Al-Mubarak berkata, Betapa banyak amalan kecil yang
dibuat banyak (besar) oleh niatnya, dan betapa banyak amalan yang
banyak (besar) dibuat kecil oleh niatnya.
Ada beberapa tingkatan hati manusia untuk beriman kepada Allah Swt:
(a) Qalbu ( )yaitu hati, berfungsi untuk memahami sesuatu,
sehingga terkadang hati memiliki kemantapan dan keraguan.
(b) Fuad ( )yaitu hati, berfungsi untuk menuntut pikiran dan perasaan
manusia untuk berbuat yang baik. Jika fuad (hati) manusia yang
brsemayam di jantung manusia itu kotor, maka perbuatan manusia
menjadi kotor (berbuat dosa dan maksiat) sehingga merugikan manusia
itu sendiri. Tetapi jika manusia senantiasa berbuat baik, maka hatinya pun
terjaga baik. itulah fungsi fuad yang sesungguhnya bagi manusia.
(c) Syaghaf ( ) yaitu hati, berfungsi untuk mencintai kesenangan
dan pemantapan hati atas sesuatu yang disenangi atau dikerjakan oleh
manusia. Tetapi, hati ini juga membuat manusia membenci sesuatu
(pekerjaan atau seseorang).
(d) Aql ( )yaitu hati, berfungsi untuk berpikir bagi manusia ialah
memikirkan sesuatu yang tertulis, yang realistis, yang menjadi anganangan seperti cita-cita dan harapan. Akal manusia berfungsi untuk
menangkap sesuatu atau segla yang dapat dipikirkan, baik sesuatu yang
nyata (kongkret) ataupun yang abstrak yaitu alam fisis (nyata) dan alam
metafisis (ghaib). Hasil berpikir manusia dinamakan pemikiran, konsep,
teori yang di dalamnya bias mengandung kebenaran dan juga bias
mengandung kesalahan. Pikiran yang mantap dan ragu berarti ada
kerjasama antara aqal dengan qalbu, fuad, dan syaghaf.
(e) Lubb (/ )yaitu hati, berfungsi untuk memikirkan segala ciptaan
Allah, berkontemplasi, merenung kebesaran dan keagungan Allah serta
berzikir (mujahadah) kepada-Nya.
(f) Hubb ( )yaitu hati, berfungsi untuk selalu mencintai dan senang
mencintai kepada Allah Swt, untuk selalu dekat dengan-Nya, juga selalu
mencintai kepada sesama manusia dan makhluk lainnya.
g) Sirr ( )yaitu hati, berfungsi untuk selalu dekat kepada Allah,
manusia selalu berzikir sirr (zikir khaufi) dengan perasaan,bukan diucap
dengan lidah. Di mana pun, kapan pun, manusia selalu berzikir kepada
Allah sehingga Allah pun membuka hijab/tabir sehingga keduanya
(manusia dan Allah) saling melihat dan mengenal, dan manusia
dibukakan pengetahuan karena ia mengenal rahasia-rahasia Allah karena
Allah membuka dan menampakkan rahasia-rahasia-Nya.
(h) Ruh ( )yaitu hati, berfungsi untuk berzikir dengan rasa yang palin
halus, sensitif, dan manusia terus berusaha supaya bertemu dengan Allah
Swt sehingga Allah pun memperlihatkan-Nya ( ) dan ia bertemu
dengan-Nya () .
C.
{ 9} { 8} { 7}
} { 12} { 11} { 10}
{ 14} { 13
{15}
Artinya: Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketaqwaan (8). Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu (9). Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
(10). (Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena melampaui
batas (11). Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka
(12). Lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka:"(Biarkanlah)
unta betina Allah dan minumannya (13). Lalu mereka mendustakannya
D. PENUTUP
Ya Allah, jadikanlah kami sebagai hamba-Mu yang pandai
berzikir, ahludz-dzikir, ahlul ibad.
Amin ya Rabbal Alamin.
.
. .
.
..