Anda di halaman 1dari 10

Edisi 44 Tahun 17

“Hadapi dengan
Ketenangan
dan Keteguhan”
• Setiap orang mengalami suka dan duka yang silih berganti, itu-
lah kehidupan.
• Hal yang seharusnya selalu ada pada diri kita: hati yang selalu
tenang dan teguh dalam kebenaran. Ini sangat diperlukan untuk
menghadapi terpaan situasi hidup ini.
• Ketenangan sejati adalah karunia yang hanya Allah berikan ke-
pada orang-orang yang beriman.
• Jiwa yang tenang dan hati yang teguh adalah senjata orang-orang
shalih semenjak dahulu untuk menghadapi kondisi yang sulit.
• Cara untuk mendapatkan ketenangan:
1. Berkumpul dalam rangka mencari ilmu.
2. Berdoa.
3. Membaca al Qur`an.
4. Memperbanyak dzikrullah.
5. Bersikap wara’ (hati-hati) dari perkara syubhat (hal yang sa-
mar atau rancu)
6. Jujur dalam berkata dan berbuat.
R oda kehidupan terus menggelinding. Banyak cerita dan
episode yang dilewati pada setiap putarannya. Ada sedih,
ada senang. Ada derita, ada bahagia. Ada suka, ada duka. Ada
kesempitan, ada keluasan. Ada kesulitan, dan ada kemudahan.
Tidak ada manusia yang tidak melewatinya. Hanya kadarnya
saja yang mungkin tidak selalu sama. Maka, situasi apapun
yang tengah engkau jalani saat ini, tenangkan hatimu...
Manusia bukan pemilik kehidupan. Tidak ada manusia yang
selalu berhasil meraih keinginannya. Hari ini bersorak merayakan
kesuksesan, esok lusa bisa jadi menangis meratapi kegagalan.
Saat ini bertemu, tidak lama kemudian berpisah. Detik ini bang-
ga dengan apa yang dimilikinya, detik berikutnya sedih karena
kehilangannya. Maka, episode apapun yang sedang engkau lalui
pada detik ini, tenangkan hatimu...
Cerita tidak selalu sama. Episode terus berubah. Berganti
dari satu situasi ke situasi yang lain. Berbolak-balik, bertukar-tu-
kar. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang maju, kadang mun-
dur. Itulah kehidupan. Namun, satu hal yang seharusnya tidak
pernah berubah pada kita; yaitu, hati yang selalu tenang dan
tetap teguh dalam kebenaran …
Saudaraku, ketenangan sangat kita butuhkan dalam meng-
hadapi segala situasi dalam hidup ini. Terutama dalam situasi
sulit dan ditimpa musibah. Jika hati dalam kondisi tenang, maka
buahnya lisan dan anggota badan pun akan tenang. Tindakan
akan tetap pada jalur yang dibenarkan dan jauh dari sikap mem-

2
bahayakan. Kata-kata akan tetap hikmah dan tidak keluar dari
kesantunan, sesulit dan separah apa pun situasi yang sedang
kita hadapi. Dan dengan itu lah kemudian –insya Allah- kita akan
meraih keuntungan.

Ketenangan: Karunia untuk Orang


yang Beriman
Ketenangan adalah karunia Allah yang hanya diberikan ke-
pada orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya),
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati
orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di
samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-
lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al Fath: 4).
“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya
dan kepada orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al Taubah: 26).

Senjata Orang Beriman


Jiwa yang tenang dan hati yang teguh adalah senjata orang-
orang shalih semenjak dahulu dalam menghadapi kondisi sulit
yang mereka temui dalam kehidupan mereka.
Ashabul Kahfi adalah di antaranya. Saat mereka menguman-
dangkan kebenaran tauhid dan orang-orang pun berusaha un-
tuk menyakiti mereka, mereka pun terusir dari tempat mereka

3
dengan meninggalkan keluarga dan kenyamanan hidup yang
sedang mereka nikmati, serta tinggal di gua tanpa makanan dan
minuman. Ketenangan dan keteguhanlah yang membuat mereka
mampu bertahan. Allah Ta’ala berfirman tentang mereka (yang
artinya),
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan be-
nar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman
kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka pe-
tunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka ber-
diri, lalu mereka pun berkata, ‘Tuhan kami adalah Tuhan seluruh
langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia,
sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan
yang amat jauh dari kebenaran’.” (Q.S. Al Kahfi: 14).
Dalam perjalanan dakwah dan jihad Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, kita tentu ingat kisah perjalanan hijrah Rasu-
lullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya yang mulia
Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Ketika mereka berdua masuk ke dalam gua, berlindung dari
kejaran orang-orang musyrik yang saat itu tengah dalam kemarah-
an yang memuncak dan dengan pedang-pedang yang terhunus,
hingga Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jika salah satu
mereka menundukkan pandangannya ke arah kedua sandalnya,
niscaya ia akan melihat kita.” Dalam kondisi genting itu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan penuh ketenangan berkata,

4
“Bagaimana menurutmu tentang dua orang, yang Allah ketiganya.”
(Lihat Shahîh al Bukhâri no: 3653, Shahîh Muslim no: 2381).
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesung-
guhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah
seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di
waktu dia berkata kepada temannya: ‘Janganlah kamu berduka
cita, sesungguhnya Allah beserta kita’. Maka Allah menurunkan
keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya.” (Q.S. Al Taubah: 40).
Kisah lain yang sangat menakjubkan adalah kisah pada hari
perang Badar. Musuh dalam kondisi sangat kuat dan digdaya,
dengan persenjataan yang cukup lengkap di depan mata, meng-
hadapi tentara Allah yang sedikit, persenjataan kurang dan tanpa
persiapan untuk berperang. Akan tetapi ketenangan bersemayam
dalam hati-hati mereka. Maka Allah memenangkan mereka de-
ngan kemenangan yang jelas.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, “Oleh karena itu, Allah
mengabarkan tentang turunnya ketenangan kepada Rasul-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman da-
lam situasi-situasi sulit.” (Madâriju al Sâlikîn: 4/392 cet. Dâr al
Thîbah).

5
Cara Meraih Ketenangan
Jika demikian penting ketenangan dalam hidup kita, kare-
na kesuksesan juga sangat bergantung kepadanya, maka
bagaimanakah cara untuk meraih ketenangan itu?
Sebagian orang mencari ketenangan dengan perbuatan sia-
sia, sebagian mereka bahkan mencari ketenangan di tempat-tem-
pat kemaksiatan. Semua itu keliru dan fatal akibatnya. Alih-alih
ketenangan, semua itu justru akan semakin membuat hati dili-
puti kesedihan. Jika pun ketenangan didapatkannya, namun ia
adalah ketenangan yang palsu dan sesaat.
Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir al Syatsry –semoga Allah menja-
ganya- dalam kitabnya “Hayâtu al Qulûb” menyebutkan arahan-
arahan yang terdapat dalam al Qur`an dan sunnah untuk meraih
ketenangan tersebut:

1. Berkumpul dalam rangka mencari


ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah suatu kaum berkumpul sebuah rumah Allah Tabara-
ka wa Ta’ala, mereka membaca Kitabullah ‘Azza wa Jalla, mempe-
lajarinya sesama mereka, melainkan sakinah akan turun kepada
mereka, rahmat akan meliputi mereka, para malaikat akan menge-
lilingi mereka, dan Allah senantiasa menyebut-nyebut mereka di
hadapan malaikat yang berada di sisi-Nya.” (H.R Muslim).

6
2. Berdoa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat-
nya pernah mengulang-ulang kalimat doa berikut dalam perang
Ahzab:
“Maka turunkanlah ketenangan kepada kami. Serta teguhkan-
lah kaki-kaki kami saat kami bertemu (musuh)”.
Maka Allah memberikan mereka kemenangan dan meneguh-
kan mereka.

3. Membaca al Qur`an.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ia adalah ketenangan yang turun karena al Qur`an.” (H.R
Bukhari)

4. Memperbanyak dzikrullah.
Allah berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan meng-
ingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (Q.S. Al Ra’du: 28).

5. Bersikap wara’ (hati-hati) dari per-


kara syubhat (hal yang samar atau
rancu)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

7
“Kebaikan itu adalah yang jiwa merasa tenang dan hati mera-
sa tentram kepadanya. Sementara dosa adalah yang jiwa merasa
tidak tenang dan hati merasa tidak tentram kepadanya, walaupun
orang-orang memberimu fatwa (mejadikan untukmu keringanan).”
(H.R Ahmad no. 17894, dishahihkan al Albani dalam Shahîh al
Jâmi no: 2881).

6. Jujur dalam berkata dan berbuat.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya jujur itu ketenangan dan dusta itu keragu-ra-
guan.” (H.R. Tirmidzi).
Begitu pun semua ketaatan kepada Allah dan sikap senan-
tiasa bersegera kepada amal shalih adalah di antara faktor yang
akan mendatangkan ketenangan kepada hati seorang mukmin.
Jika kita selalu mendengar dan berusaha untuk mentaati Allah
dan rasul-Nya, maka hati kita akan kian tenang dan teguh. Allah
berfirman (yang artinya),
“…Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajar-
an yang diberikan kepada mereka, tentulah itu lebih baik bagi
mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan jika demikian,
pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi
Kami, dan pasti Kami tunjukkan mereka kepada jalan yang lurus.”
(Q.S. An Nisâ: 68).
Saudaraku, jika kita dapat mempertahankan ketenangan hati
sehingga senantiasa teguh berada dalam jalan Allah, apa pun

8
yang terjadi pada kita, maka bergembiralah, karena kelak saat
kita meninggalkan dunia yang fana ini, akan ada yang berseru
kepada kita dengan seruan ini:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah
hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S. Al Fajr:
27-30). (Lihat Hayâtu al Qulûb: 90-91).
Wallâhu A’lam, wa shallallâhu ‘alâ nabiyyinâ Muhammad.
---

P embahasan ini disarikan dari https://muslim.or.id/9222-ten-


angkanlah-hatimu.html, terinspirasi dari Kitab Madâru-
jus Sâlikîn karya Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh dan Kitab
Hayâtul Qulûb karya Syaikh Dr. Sa’ad bin Nâshir al Syatsry
hafizhahullâh.

Penulis: Ustaz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc. 


(Alumni Universitas Al Azhar Mesir dan dai di Riyadh, KSA).
Muroja’ah : Ustaz Abu Umair B.A., S.Pd., M.PdI.

SUSUNAN REDAKSI
Penanggung jawab Ari Wahyudi, S.Si. | Penasihat Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A.| Editor Ahli Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., B.A.,
Ustadz Abu Salman, B.I.S., Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A. | Pemimpin redaksi Wildan S., S.Farm., Apt. | Redaktur pelaksana &
Editor Arif Muhammad N, S.Pd | Layouter Ramane musa .

ALAMAT REDAKSI
Kantor Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari, Jalan Selokan Mataram No. 412 Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta, Indonesia

WEBSITE | buletin.muslim.or.id @buletintauhid INFORMASI | 0852 9080 8972


SUSUNAN REDAKSI
Penanggung jawab Ari Wahyudi, S.Si. | Penasihat Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A.| Editor Ahli Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., B.A.,
Ustadz Abu Salman, B.I.S., Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A. | Pemimpin redaksi Wildan S., S.Farm., Apt. | Redaktur pelaksana &
Editor Arif Muhammad N, S.Pd | Layouter Ramane musa .

ALAMAT REDAKSI
Kantor Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari, Jalan Selokan Mataram No. 412 Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta, Indonesia

WEBSITE | buletin.muslim.or.id @buletintauhid INFORMASI | 0852 9080 8972

Anda mungkin juga menyukai