Anda di halaman 1dari 5

‫ﭐﺴﻶﻡ ﻋﻟﻳﻛﻡ ﻮﺭﺤﻤﺔ ﷲ ﻮﺑﺭﺍﻛﺎﺗﻪ‬

‫ َتَباَر َك اَّلِذْي َج َع َل ِفي الَّس َم اِء ُبُرْو ًج ا َو َج َع َل ِفْيَه ا ِس َر اًج ا َو َقَم ًر ا‬،‫َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اَّلِذْي َك اَن ِبِع َباِدِه َخ ِبْيًر ا َبِص ْيًر ا‬
‫ َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلْي ِه َو َع َلى آِل ِه َو َص ْح ِبِه َو َس ِّلْم‬. ‫ َأْش َهُد َاْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا وََأْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه وَرُس وُلُه‬.‫ُم ِنْيًر ا‬
‫ َأَّم ا َبْعُد‬.‫َتْسِلْيًم ا َك ِثْيًر ا‬
Dewan Hakim yang Terhormat
Hadirin sebangsa dan setanah air yang kami banggakan

Prof. Dr. Quraish Shihab dalam Bukunya “Islam dan Kebangsaan : Tauhid,
Kemanusiaan dan Kewarganegaraan” hal. 69 menegaskan bahwa “AL-QUR’AN
TELAH MENCERITAKAN BAGAIMANA KONDISI MASYARAKAT
DAHULU DAN PENCAPAIAN MEREKA SEPERTI : DALAM BIDANG
PEMBANGUNAN MATERI ADA KAUM ‘AD, BIDANG SENI SEPERTI
KAUM TSAMUD, ATAU BIDANG TEKNOLOGI SEPERTI MASYARAKAT
FIRAUN DI MESIR. Hal itu semua justru hancur bahkan punah disebabkan oleh
keruntuhan moral mereka. Dari pernyataan tersebut Hadirin, dapat difahami
bahwa pentingnya menjaga nilai-nilai moral dan spiritual suatu bangsa.
Kemuajuan Negara tidak hanya diukur dari materi, melainkan juga kualitas hati
penduduk suatu negeri. Sedangkan hati itu urusannya dengan spiritual, bukan
finansial.
Menurut Badan Pusat Statistika (2018) terdapat 336,652 kasus kriminal
pada tahun 2017 di Indonesia, angka tersebut masih cukup tinggi meskipun sudah
turun sebesar 5.75% dibandingkan tahun sebelumnya. Risiko terkena tindak
kejahatan pada tahun 2017 mencapai 129 jiwa per 100,000 penduduk. Akan
tetapi, masih banyak tindak kriminal yang oleh masyarakat tidak dilaporkan ke
polisi. Jika sudah demikian, Tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki sekaligus memperkuat spiritual masyarakat Indonesia? Untuk itu
Hadirin… kami berdiri disini, bertiga menjadi satu. Anda yang disana kami yang
maju, membawa gagasan baru, mencerahkan masyarakat dengan ilmu. Dan
tema yang akan kami sajikan adalah : MEMPERKUAT SPIRITUAL
MENUJU INDONESIA TANGGUH. dengan rujukan Al-Qur’an Surah ke 22
(Al-Hajj ayat 46) :
‫َاَفَلْم َيِس ْيُرْو ا ِفى اَاْلْر ِض َفَتُك ْو َن َلُهْم ُقُل ْو ٌب َّيْع ِقُل ْو َن ِبَه ٓا َاْو ٰا َذ اٌن َّيْس َم ُعْو َن ِبَه ۚا َفِاَّنَه ا اَل َتْع َم ى‬
‫ٰل‬
‫اَاْلْبَص اُر َو ِكْن َتْع َم ى اْلُقُلْو ُب اَّلِتْي ِفى الُّص ُد ْو ِر‬.
Artinya : Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal)
mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan
mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.
Dewan Hakim Yang Terhormat
Hadirin Wal Hadirat Rahimakumullah
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menegaskan bahwa ayat tersebut
berisi tentang anjuran untuk bertafakur/melihat jejak-jejak ummat terdahulu yang
mendurhakai Allah SWT. Namun bukan hanya sekedar melihat, bukan hanya
sekedar berjalan saja tapi ada hal yang tak nampak oleh mata yang harus benar-
benar diteliti, dihayati agar memberikan dampak yang membuat hati menjadi
terisi dengan iman dan taqwa. Disinilah pentingnya membuka hati kita untuk
dapat hidup dalam nilai-nilai spiritual, bukan sebatas dimensi material belaka.
Imam Ibnu Atha’Illah dalam kitabnya memberikan nasihat :

"Salah satu tanda matinya hati yaitu jika tidak merasa sedih atau susah karena
ketinggalan melakukan suatu amal perbuatan baik dan kewajiban. Serta tidak
menyesal jika telah berbuat dosa atau perbuatan melanggar."
Memahami ungkapan tersebut hadirin, mari kita tanyakan hati ini, Ketika
hilang kesempatan untuk beribadah, apakah hati ini sedih atau justru bahagia?
Namun Ketika bermaksiat/lalai apakah ada perasaan menyesal atau biasa-biasa
saja… Nah sebagai contoh kecil jika HP kita tertinggal kemungkinan besar kita
akan gelisah dan mungkin malah kembali untuk mengambilnya. Bagaimana
Ketika adzan sedang berkumandang apakah hati kita gelisah ingin segera
menunaikan panggilan itu atau malah sebaliknya kita tetap saja abai dan seperti
tidak mendengarkan seruan itu…. Jawabannya ada pada diri kita masing-masing

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Menata hati menjadi sangat penting untuk menjalani kehidupan yang fana
ini mengapa tidak jika hati yang bersih, fikiran yang jernih maka akan lahir
tindakan-tindakan yang positif sebaliknya hati yang keruh, fikiran yang gemuruh
akan melahirkan tindakan-tindakan yang negatif.
Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW berikut yang artinya :
“ Ingatlah dan sesungguhnya didalam hati itu terdapat segumpal darah. Jika ia
baik maka baik pula seluruh tubuhnya. Dan bila dia rusak maka rusak pula
seluruh tubuhnya. Ketahuilah ia adalah Qolbu/Hati. (Muttafaqun Alaih)
Hati yang terbiasa disiram dengan nilai kebaikan akan melahirkan
kebajikan. Kebajikan yang sudah menjadi Habbits akan menjadi Akhlaqul
Karimah. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulum Al-Din memberikan definisi
menarik seputar Akhlaq sebagai berikut : “ Akhlaq adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Artinya apapun bentuk pekerjaan yang yang akan dilakukan sekalipun
terasa berat namun berbentuk kebaikan maka seorang muslim yang benar
imannya tidak akan pernah menolak hal tersebut. Sebagai contoh orang yang
terbiasa mengucapkan kalimat Thayyibah, maka bagaimanapun kondisinya baik
dia terjatuh, tersandung batu, dan diperjalan jauh, maka lisannya tidak akan
pernah luput dalam mengucapkan kalimat yang baik, pun sebaliknya.
Dengan kata lain Spiritualitas akan melahirkan Akhlaq yang Berkualitas.
Lantas bagaimana jika nila-nilai spiritualitas ini dikelola secara massif dan
menjadi karakter suatu bangsa? Mari kita simak kisah Negeri Saba’ yang
diabadikan dalam Q.S 34 : 15 yang berbunyi :

Artinya : Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri,
(kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik
(nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”

Memahami ayat tersebut, gambaran Negeri Saba’ seperti deskripsi Koes


Plus dalam lagunya yang berjudul “Kolam Susu” Orang bilang tanah kita tanah
surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Ironinya jika kita membaca lanjutan
ayat dari surah Saba’ tersebut sungguh Negeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi itu
diazab Allah SWT, hal itu dikarenakan penduduknya berpaling serta mengkufuri
nikmat yang telah diberikan. Kekayaan sumber daya alam memebuat mereka
Congkak/Takabur sehingga luput untuk bersyukur dan akhirnya bangsa yang
besar itu jatuh tersungkur.
Na’udzubillah… Tsumma na’udzubillahi min dzalik. Kaum Saba’ sangat
terkenal dengan kehebatan mereka dalam mengembangkan teknologi dan
kesenian, namun mereka luput memperkuat iman. Karenanya peradaban yang
Tangguh adalah peradaban yang dapat menggabungkan kedua konsep material
maupun spiritual. Adapun contoh peradaban Islam yang menggabungkan konsep
Material & Spiritual yaitu Ketika Rasulullah SAW
berhasil membuat Kota Madinah Menjadi Pusat Peradaban Islam pertama di
Dunia sehingga Generasi Mereka di sebut-sebut sebagai KHOIRU UMMAH
(UMAT TERBAIK) yang pernah ada. Contoh lain Peradaban Islam pada masa
Dinasti Abbasiyah bahkan dalam sejarah disebut the miracle of religion
(keajaiban agama)

Dewan Hakim Yang Terhormat


Hadirin Wal Hadirat

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Spiritualitas merupakan


salah satu kunci kemajuan peradaban dan hal ini dimulai dari individu-individu
yang secara sadar dapat menyeimbangkan antara hal konsep dunawi dengan
konsep yang ber orientasikan akhirat. Dan jika semua penduduk Negeri ini
menerapkan nilai-nilai Spiritualitas dalam kehidupan mereka maka Insya Allah
Bangsa yang besar ini akan menjadi Negara yang Baldatun Thoyyibatun Wa
Rabbun Ghofur…
Demikianlah Syarahan yang dapat kami sampaikan, Salah dan Khilaf
mohon dima’afkan, Kisah didalam Al-Qur’an sudah dipaparkan, lantunan ayat
suci pun telah diperdengarkan. Secara fisik kami pamit undur diri, Semoga
pesannya terpatri dalam hati, segera diamalkan tanpa kata nanti, sampai jumpa
dilain hari,
Fastabiqul Khoirat…..
‫ﭐﺴﻶﻡ ﻋﻟﻳﻛﻡ ﻮﺭﺤﻤﺔ ﷲ ﻮﺑﺭﺍﻛﺎﺗﻪ‬

Anda mungkin juga menyukai