Prof. Dr. Quraish Shihab dalam Bukunya “Islam dan Kebangsaan : Tauhid,
Kemanusiaan dan Kewarganegaraan” hal. 69 menegaskan bahwa “AL-QUR‟AN
TELAH MENCERITAKAN BAGAIMANA KONDISI MASYARAKAT
DAHULU DAN PENCAPAIAN MEREKA SEPERTI : DALAM BIDANG
PEMBANGUNAN MATERI ADA KAUM „AD, BIDANG SENI SEPERTI
KAUM TSAMUD, ATAU BIDANG TEKNOLOGI SEPERTI MASYARAKAT
FIRAUN DI MESIR. Hal itu semua justru hancur bahkan punah disebabkan oleh
keruntuhan moral mereka. Dari pernyataan tersebut Hadirin, dapat difahami
bahwa pentingnya menjaga nilai-nilai moral dan spiritual suatu bangsa.
Kemajuan Negara tidak hanya diukur dari materi, melainkan juga kualitas hati
penduduk suatu negeri. Sedangkan hati itu urusannya dengan spiritual, bukan
finansial.
Menurut Badan Pusat Statistika (2018) terdapat 336,652 kasus kriminal
pada tahun 2017 di Indonesia, angka tersebut masih cukup tinggi meskipun sudah
turun sebesar 5.75% dibandingkan tahun sebelumnya. Risiko terkena tindak
kejahatan pada tahun 2017 mencapai 129 jiwa per 100,000 penduduk. Akan
tetapi, masih banyak tindak kriminal yang oleh masyarakat tidak dilaporkan
polisi. Jika sudah demikian, Tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki sekaligus memperkuat spiritual masyarakat Indonesia? Untuk itu
Hadirin… kami berdiri disini, bertiga menjadi satu. Anda yang disana kami yang
maju, membawa gagasan baru, mencerahkan masyarakat dengan ilmu. Dan
tema yang akan kami sajikan adalah : MEMPERKUAT SPIRITUAL
MENUJU INDONESIA TANGGUH..
sebagai landasan utama yaitu Qur‟an Surah ke 22 (Al-Hajj ayat 46) yang akan
dibacakan oleh Qoriah kami sebagai berikut :
Artinya : Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal)
mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan
mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.
Dewan Hakim yang Arif Lagi Bijaksana
Hadirin Wal Hadirat Rahimakumullah
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menegaskan bahwa ayat tersebut
berisi tentang anjuran untuk bertafakur/melihat jejak-jejak ummat terdahulu yang
mendurhakai Allah SWT. Namun bukan hanya sekedar melihat, bukan hanya
sekedar berjalan saja tapi ada hal yang tak nampak oleh mata yang harus benar-
benar diteliti, dihayati agar memberikan dampak yang membuat hati menjadi
terisi dengan iman dan taqwa. Disinilah pentingnya membuka hati kita untuk
dapat hidup dalam nilai-nilai spiritual, bukan sebatas dimensi material belaka.
Imam Ibnu Atha‟Illah dalam kitabnya memberikan nasihat :
"Salah satu tanda matinya hati yaitu jika tidak merasa sedih atau susah karena
ketinggalan melakukan suatu amal perbuatan baik dan kewajiban. Serta tidak
menyesal jika telah berbuat dosa atau perbuatan melanggar."
Memahami ungkapan tersebut hadirin, mari kita tanyakan hati ini, Ketika
hilang kesempatan untuk beribadah, apakah hati ini sedih atau justru bahagia?
Namun Ketika bermaksiat/lalai apakah ada perasaan menyesal atau biasa-biasa
saja… Nah sebagai contoh kecil jika HP kita tertinggal saat kita sedang berkerja
kemungkinan besar kita akan gelisah dan mungkin malah kembali untuk
mengambilnya. Bagaimana Ketika adzan sedang berkumandang apakah hati kita
gelisah ingin segera menunaikan panggilan itu atau malah sebaliknya kita tetap
saja abai dan seperti tidak mendengarkan seruan itu…. Jawabannya ada pada diri
kita masing-masing
Menata hati menjadi sangat penting untuk menjalani kehidupan yang fana
ini, mengapa tidak, jika hati yang bersih, fikiran yang jernih, maka akan lahir
tindakan-tindakan yang positif, sebaliknya hati yang keruh, fikiran yang
gemuruh, akan melahirkan tindakan-tindakan yang negatif.
Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW berikut yang artinya :
“ Ingatlah dan sesungguhnya didalam hati itu terdapat segumpal darah. Jika ia
baik maka baik pula seluruh tubuhnya. Dan bila dia rusak maka rusak pula
seluruh tubuhnya. Ketahuilah ia adalah Qolbu/Hati. ( Muttafaqun Alaih )
Artinya : Sungguh, bagi kaum Saba‟ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri,
(kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik
(nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”
Fastabiqul Khoirot…