Anda di halaman 1dari 21

KECAMATAN SABAK AUH

ISLAM DALAM MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM

BINGKAI KEBHINEKAAN
HARUN AL RASYID : PENSYARAH

MAGHFUR HASBULLAH : TILAWAH

NASWIRANDA ARZULFAKAR : SARITILAWAH

MUSABAQOH TILAWATIL QUR’AN

TINGKAT KABUPATEN SIAK

DI BUNGARAYA

TAHUN 2023

KONSEP SABAK AUH PUTRA

ISLAM DALAM MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM BINGKAI


KEBHINEKAAN
Assalamualaikum wr wb

Dewan hakim yang arif dan bijaksana

Hadirin sebangsa dan setanah air yang kami banggakan

Sepatutnya, kita berbangga lho, dan bersyukur kepada Allah azzawajalla, karena
Indonesia, adalah negara yang didirikan di atas pondasi kesadaran dan kebersamaan, yang
dibingkai dalam satu kesatuan dasar negara Pancasila, yang pada dasarnya berawal pada
“Ketuhanan Yang Maha Esa”.Yang membuat bangsa ini tetap berdiri tegap di tengah tengah
keberagaman budaya yang berbeda, mulai dari bakar tongkang di rokan hilir, Sampai Pacu
jalur di kuantan Singingi, Balimau kasai di kampar, Ratib beranyut di siak, hingga tradisi
lisan senandung di Indragiri Hulu, dan lain sebagainya. Hal ini bapak ibuk, tentu menjadi
kebanggaan bagi kita semua.
Inilah, yang menggugah hati kami untuk ikut berkolaborasi, dalam sebuah sajian terkini,
disini ditempat ini, yang sudah kami bingkai dalam sebuah judul, “ ISLAM DALAM
MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM BINGKAI KEBHINEKAAN ”
Sebagai rujukan syarhil ini, mari kita renugkan firman Allah dalam surat Al Hujurat ayat 13:

Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.

(https://quran.kemenag.go.id/)

Hadirin yang berbahagia,


Menurut Prof. DR.H. Mohammad Qurays Shihab yang lahir pada tanggal 16 shafar 1363
H ,Tepatnya di rappang sulawesi selatan. dalam tafsir Al-Misbah, dalam jilid 13 tepatnya

pada hal 262, beliau menyatakan pada kata ‫ِّم ن َذ َكٍۢر َو ُأنَثٰى‬ “Adanya laki laki dan
perempuan” disini allah menciptakan 2 insan yang berbeda, yakni dengan tujuan “untuk
saling mengenal”, kesadaran untuk menjalin persaudaraan dengan saling menghormati, satu

sama lainnya merupakan hal yang sangat signifikan, hal ini dipertegas pada kata ‫ُش ُعوًۭب ا‬
‫“ َو َقَبٓاِئَل‬berbangsa bangsa dan bersuku suku.”

Hadirin,
Sementara, menurut Syech Ismail Bai Haqqi al Bursawi, yang wafat pada tahun 1725 M.
Dalam tafsirnya Ruhul Bayyan Jilid 5, tepatnya pada halaman 321 menukilkan, bahwa yang
menjadi penyebab taffaraq berpecah belah ialah, izkuntum akda’a. Adalah perselisihan yang
berujung pada kehancuran ialah hilangnya rasa kesadaran memiliki dalam persaudaraan.

Kemudian jikalau kita kaji lebih dalam lagi berdasarkan ilmu Balaghoh, ayat tersebut
termasuk dalam Kalam Khobar, yang mengandung misi informasi dan ditegaskan oleh Imam
Ali Ash shabuni yang wafat pada tahun 1442 H. Dalam Shafwah Al-Tafasir, beliau
menyebutkan bahwa :

Konsep saling kenal mengenal itu yakni menjalin komunikasi yang harmonis dan menebar
cinta kasih serta kasih sayang yang tiada padang sayang.

Hadirin, absennya nilai-nilai Al-Qur`an dalam menciptakan rasa kesadaran berbangsa dan
bernegara yang bisa berujung pada lunturnya rasa kesadaran yang ada pada diri kita, sehingga
saudaraku, al quran yang seharusnya kita jaga, malah termarjinalkan ditengah-tengah
ideologi berbangsa, adat budaya yang sudah terukir indah sejak nenek moyang kita “Adat
bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah.” Mulai kabur, bahkan hancur.Oleh karena itu
bapak ibuk, ini menjadi tanggung jawab kita sebagai seorang muslim untuk menjaga nilai
nilai Al Quran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hadirinn Rahimakumullah
Berbagai kebijakan telah digulirkan, bukan kita harus menyerah dan mati langkah, tidak
berarti kita pasrah dan berkeluh kesah. Sebab sikap itu, hanya akan membuat rasa kesadaran
pada NKRI semakin lemah, membuat kehidupan masyarakat semakin susah, daya beli
semakin rendah, pengangguran semakin mewabah, pembangunan semakin tidak tau arah,
bahkan hadirin, derajat bangsapun, akan runtuh ke level yang paling bawah. Oleh karena itu,
kita harus optimis, dengan melakukan langkah yang strategis.

Dalam hal ini hadirin, Allah telah memberikan solusi yang sangat mumpuni, yang tertulis
indah dalam surat Al Hujurat ayat 10 :

Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang
bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.

(https://quran.kemenag.go.id/)

Hadirin rahimakumullah,
Sebangsa dan setanah air yang berbahagia

Menurut Imam Ahmad Mustafa al Maraghi, yang wafat pada tahun 1371 H. dalam sebuah
karya besarnya yang berjudul tafsir Al Maraghi tepatnya pada jilid 4, hal 31, beliau

menjelaskan bahwa kalimat ‫ِإَّنَم ا ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن‬ adalah implikasi rasa persaudaraan, Yang
dilandaskan oleh kesadaran. Rasa saling memiliki, saling menghargai di tengah
keberagaman .Cukupkah sampai disitu saja saudaraku?, tentu saja belum .Ternyata, hal
senada juga dijelaskan oleh Syech Ahmad Syakir, yang lahir pada tahun 1309 H. Dalam
karyanya yang berjudul, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, tepatnya pada Jilid 3, hal 538. Oleh
karena itu hadirin, mari kita satukan langkah, wujudkan kekompakan, satukan arah, satukan
konsepsi, perbedaan jangan sampai melahirkan perpecahan, karena Indonesia, “Satu nusa,
satu bangsa, satu bahasa, “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.. Budaya boleh beda, tapi
bahasa satu, agama boleh tidak serupa, tapi berbangsa yang satu , warna kulitpun boleh tidak
sama, tapi bernegara satu, Indonesia. Jayalah bangsaku, jayalah negriku. Jadikan
multikultural sebagai aset kejayaan yang membawa negri ini maju kedepan.
Saudaraku, dari gambaran di atas dapat dapat kita petik beberapa iktibar:
Pertama, untuk membangun bangsa ini, agar bisa bangkit , rasa memiliki negeri ini, adalah
syarat utama yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Kedua, Al-Qur`an merupakan primary source sumber utama dalam menjawab permasalahan
berbangsa ini.
Keutuhan negeri ini tidak akan tergadaikan, apabila kita berdiri pada titik persamaan, tidak
memperbesar titik perbedaan.
Perbedaan dan keragaman negeri ini, akan terasa indah, jika kita dasari dengan kesadaran
memiliki terhadap kekayaan negeri ini. Itulah Indonesia,

Adat hidup berbangsa-bangsa


Sakit senang sama dirasa
Kalau makan sama perisa
Adat lembaga sama dibela
Harta pusaka sama dipelihara
Hak dan milik sama dijaga
Duduk dan tegak sama setara

Pucuk durian, kembang selasih


Cukup sekian dan terimakasih

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

KECAMATAN SABAK AUH


ISLAM DALAM MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM

BINGKAI KEBHINEKAAN

WAHDINI : PENSYARAH

SRI IZZATI RAHAYU : TILAWAH

PUTRI LIANA ZAHIRA : SARITILAWAH

MUSABAQOH TILAWATIL QUR’AN

TINGKAT KABUPATEN SIAK

DI BUNGARAYA

TAHUN 2023

KONSEP SABAK AUH PUTRI


ISLAM DALAM MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM BINGKAI
KEBHINEKAAN

Assalamualaikum wr wb

Dewan hakim yang arif dan bijaksana

Hadirin sebangsa dan setanah air yang kami banggakan

Sepatutnya, kita berbangga lho, dan bersyukur kepada Allah azzawajalla, karena
Indonesia, adalah negara yang didirikan di atas pondasi kesadaran dan kebersamaan, yang
dibingkai dalam satu kesatuan dasar negara Pancasila, yang pada dasarnya berawal pada
“Ketuhanan Yang Maha Esa”.Yang membuat bangsa ini tetap berdiri tegap di tengah tengah
keberagaman budaya yang berbeda, mulai dari bakar tongkang di rokan hilir, Sampai Pacu
jalur di kuansing, Balimau kasai di kampar, Ratib beranyut di siak, hingga tradisi lisan
senandung di Inhu, dan lain sebagainya. Hal ini bapak ibuk, tentu menjadi kebanggaan bagi
kita semua.
Inilah, yang menggugah hati kami untuk ikut berkolaborasi, memberikan sebuah solusi,
dan inovasi, dalam sebuah sajian terkini, yang sudah kami bingkai dalam sebuah judul, “
ISLAM DALAM MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM BINGKAI
KEBHINEKAAN ” Sebagai rujukan syarhil ini, mari kita renugkan firman Allah dalam surat
Al Hujurat ayat 13:

Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.

(https://quran.kemenag.go.id/)

Hadirin yang berbahagia,


Menurut Prof. DR.H. Mohammad Qurays Shihab yang lahir pada tanggal 16 shafar 1363
H ,Tepatnya di rappang sulawesi selatan. dalam tafsir Al-Misbah, dalam jilid 13 tepatnya

pada hal 262, beliau menyatakan pada kata ‫ِّم ن َذ َكٍۢر َو ُأنَثٰى‬ “Adanya laki laki dan
perempuan” disini allah menciptakan 2 insan yang berbeda, yakni dengan tujuan “untuk
saling mengenal”, kesadaran untuk menjalin persaudaraan dengan saling menghormati, satu

sama lainnya merupakan hal yang sangat signifikan, hal ini dipertegas pada kata ‫ُش ُعوًۭب ا‬
‫“ َو َقَبٓاِئَل‬berbangsa bangsa dan bersuku suku.”

Hadirin,
Sementara, menurut Syech Ismail Bai Haqqi al Bursawi, yang wafat pada tahun 1725 M.
Dalam tafsirnya Ruhul Bayyan Jilid 5, tepatnya pada halaman 321 menukilkan, bahwa yang
menjadi penyebab taffaraq berpecah belah ialah, izkuntum akda’a. Adalah perselisihan yang
berujung pada kehancuran ialah hilangnya rasa kesadaran memiliki dalam persaudaraan.

Kemudian jikalau kita kaji lebih dalam lagi berdasarkan ilmu Balaghoh, ayat tersebut
termasuk dalam Kalam Khobar, yang mengandung misi informasi dan ditegaskan oleh Imam
Ali Ash shabuni yang wafat pada tahun 1442 H. Dalam Shafwah Al-Tafasir, beliau
menyebutkan bahwa :

Konsep saling kenal mengenal itu yakni menjalin komunikasi yang harmonis dan menebar
cinta kasih serta kasih sayang yang tiada padang sayang.

Hadirin, absennya nilai-nilai Al-Qur`an dalam menciptakan rasa kesadaran berbangsa dan
bernegara yang bisa berujung pada lunturnya rasa kesadaran yang ada pada diri kita, sehingga
saudaraku, al quran yang seharusnya kita jaga, malah termarjinalkan ditengah-tengah
ideologi berbangsa, adat budaya yang sudah terukir indah sejak nenek moyang kita “Adat
bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah.” Mulai kabur, bahkan hancur.Oleh karena itu
bapak ibuk, ini menjadi tanggung jawab kita sebagai seorang muslim untuk menjaga nilai
nilai Al Quran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hadirinn Rahimakumullah
Berbagai kebijakan telah digulirkan, bukan kita harus menyerah dan mati langkah, tidak
berarti kita pasrah dan berkeluh kesah. Sebab sikap itu, hanya akan membuat rasa kesadaran
pada NKRI semakin lemah, membuat kehidupan masyarakat semakin susah, daya beli
semakin rendah, pengangguran semakin mewabah, pembangunan semakin tidak tau arah,
bahkan hadirin, derajat bangsapun, akan runtuh ke level yang paling bawah. Oleh karena itu,
kita harus optimis, dengan melakukan langkah yang strategis.

Dalam hal ini hadirin, Allah telah memberikan solusi yang sangat mumpuni, yang tertulis
indah dalam surat Al Hujurat ayat 10 :

Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang
bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.

(https://quran.kemenag.go.id/)

Hadirin rahimakumullah,
Sebangsa dan setanah air yang berbahagia

Menurut Imam Ahmad Mustafa al Maraghi, yang wafat pada tahun 1371 H. dalam sebuah
karya besarnya yang berjudul tafsir Al Maraghi tepatnya pada jilid 4, hal 31, beliau

menjelaskan bahwa kalimat ‫ِإَّنَم ا ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن‬ adalah implikasi rasa persaudaraan, Yang
dilandaskan oleh kesadaran. Rasa saling memiliki, saling menghargai di tengah
keberagaman .Cukupkah sampai disitu saja saudaraku?, tentu saja belum .Ternyata, hal
senada juga dijelaskan oleh Syech Ahmad Syakir, yang lahir pada tahun 1309 H. Dalam
karyanya yang berjudul, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, tepatnya pada Jilid 3, hal 538. Oleh
karena itu hadirin, mari kita satukan langkah, wujudkan kekompakan, satukan arah, satukan
konsepsi, perbedaan jangan sampai melahirkan perpecahan, karena Indonesia, “Satu nusa,
satu bangsa, satu bahasa, “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.. Budaya boleh beda, tapi
bahasa satu, agama boleh tidak serupa, tapi berbangsa yang satu , warna kulitpun boleh tidak
sama, tapi bernegara satu, Indonesia. Jayalah bangsaku, jayalah negriku. Jadikan
multikultural sebagai aset kejayaan yang membawa negri ini maju kedepan.
Saudaraku, dari gambaran di atas dapat dapat kita petik beberapa iktibar:
Pertama, untuk membangun bangsa ini, agar bisa bangkit , rasa memiliki negeri ini, adalah
syarat utama yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Kedua, Al-Qur`an merupakan primary source sumber utama dalam menjawab permasalahan
berbangsa ini.
Keutuhan negeri ini tidak akan tergadaikan, apabila kita berdiri pada titik persamaan, tidak
memperbesar titik perbedaan.
Perbedaan dan keragaman negeri ini, akan terasa indah, jika kita dasari dengan kesadaran
memiliki terhadap kekayaan negeri ini. Itulah Indonesia,

Adat hidup berbangsa-bangsa


Sakit senang sama dirasa
Kalau makan sama perisa
Adat lembaga sama dibela
Harta pusaka sama dipelihara
Hak dan milik sama dijaga
Duduk dan tegak sama setara

Pucuk durian, kembang selasih


Cukup sekian dan terimakasih

Wassalamu’alaikum Wr. Wb
KECAMATAN SABAK AUH

MENYIKAPI HOAX MENURUT PANDANGAN AL-QUR’AN

HARUN AL RASYID : PENSYARAH

MAGHFUR HASBULLAH : TILAWAH

NASWIRANDA ARZULFAKAR : SARITILAWAH

MUSABAQOH TILAWATIL QUR’AN

TINGKAT KABUPATEN SIAK

DI BUNGARAYA

TAHUN 2023
MENYIKAPI HOAX MENURUT PANDANGAN ALQUR’AN

Assalamualaikum wr wb

Dewan hakim yang arif dan bijaksana

Hadirin sebangsa dan setanah air yang kami banggakan

Menurut data statistic berdasarkan survei Hotsuite tahun 2022, Indonesia adalah
Negara terbesar ke 4 di dunia dalam penggunaan media digital, setelah China, India, dan
Amerika. Dengan total 204 juta pengguna terdaftar dan hanya berbanding 2/3 dari penduduk
Indonesia ditahun tersebut sebanyak 277 Juta jiwa dan diperkirakan selama 5 tahun
mendatang, akan bertambah menjadi 236 juta pengguna. Dalam hal ini, pemuda adalah
pengguna terbesar dalam kasus ini, yakni sebanyak 85%. 11% nya menggunakan media
sosial untuk hal positif, namun 75% nya adalah pelakor, pengedar, penyebar, bahkan korban
dari berita hoax. Sehingga, Indonesia dinobatkan sebagai Negara terkepo di dunia.

Tak heran, segala macam berita tersebar silih berganti, tak perduli privasi diri,
instansi dan institusi. Berita-berita yang tak bertuan, yang tak jelas asal usulnya. Berita yang
dikemas sedemikian rupa, sehingga pembaca percaya dan terpedaya, lalu disebar ke jagat
maya, sehingga menyebarlah kebohongan, sampai muncullah ketakutan, bahkan hancurlah
kehormatan.

Inilah yang menarik hati kami hadirin, untuk membawakan sebuah syarahan, yang
berjudul, “Menyikapi Hoax Menurut Pandangan Alqur’an.”

Sebagai landasan sarahan kami ini, marilah kita renungi firman Allah dalam surat Al
Hujurat ayat 6:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa
berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu
kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu

(https://quran.kemenag.go.id/)
Hadirin rahimakumullah,

Asbabunnuzul ayat tersebut, menurut Imam Jalaluddin as-Suyuti as-Syafi’i, yang wafat
pada tahun 1505 M. di dalam karyanya Lubabunnukul fi asbabinuzul Jilid I, hal.653,
menjelaskan, bahwa ayat tersebut berkenaan dengan kebohongan Al Walid Bin Uqbah
kepada Rasulullah. Ketika Rasulullah hampir melakukan tindakan destruksi, maka turunlah
sebuah teguran “Jika datang seorang fasik membawa suatu berita, maka bertabayyunlah.”

Imam Ali As Shabuni yang wafat pada tahun 1442 H,di dalam Shafwah Al-Tafasir,
Jilid III hal.123 menjelaskan, bahwa “Maka
telitilah olehmu akan kebenaran suatu berita ”. Ayat tersebut menjadi pedoman dalam
bermedia sosial. Serta perintah Allah yang mengajarkan akhlak dan adab, tentang pentingnya
meminta klarifikasi, terhadap suatu informasi, terutama terhadap berita tak bertuan, yang
tidak jelas asal usulnya. Sebagaimana Rasululah bersabda

_______________________________________________________________________-

“Kehati-hatian itu berasal dari Allah dan tergesa-gesa itu berasal dari Syetan, (hadits riwayat
Baihaqi).”

Lalu hadirin, mengapa kita harus bertabayyun dulu terhadap suatu berita? Agar kita
tidak menyesal di kemudian hari, atas apa yang telah kita beritakan, Mari kita cerdas dalam
menanggapi berita, Jujur dalam berkata, Bijak bersosial media, dalam menerima berita Hoax
yang ada. Untuk menuju Indonesia sejahtera.

Hadirin, penjelasan di atas memberi pelajaran kepada kita untuk memperhatikan nilai
moral dan etika, dalam menerima, memilih dan memilah berita pada media sosial. Sejenak
mari kita ingat, apa yang telah terjadi di negeri kita tercinta pada tahun 2019. Saat itu bangsa
kita tengah dilanda bencana yang besar lagi mendasar, dengan kita dilarang untuk
berkerumun dan selalu menerapkan sosial distenching, sehingga segala aktivitas manusia
dilakukan secara daring. Seharusnya kita bisa manfaatkan situasi di rumah saja, dengan
berkarya tanpa batas dan jarak yang ada. Namun hadirin, masih banyak diantara kita yang
tidak peka dengan kondisi yang ada. masyarakat kita lebih senang di depan TV daripada
mengaji, mereka lebih senang bersosial media dari pada belajar agama, menerima berita apa
adanya, tanpa terbukti kebenarannya, sehingga merusak pikiran, hati dan tingkah laku
keluarga.
Lalu timbul pertanyaan bagi kita, bagaimana cara mengatasi permasalahan ini?

Hadirin, mari kita lihat apa yang telah dicetuskan oleh bangsa kita tercinta, dalam UU
ITE Nomor 19 Tahun 2016 :

- Jangan menyebar berita yang belum jelas sumbernya, karena akan menjadi bencana,
- Jangan memicu isu sara, agar amarah tidak membara
- Jangan menyebar hal hal negatif, karena itu racun generasi
Sampaikah disitu saja bapak Ibu ? tentu saja belum. Menurut Muhammad Al-Syaukani,
yang wafat pada tahun 1250 H. Didalam tafsirnya Fathul Qodir, Jilid V halaman 650, beliau

menjelaskan bahwa awal kata dalam al-quran yang berkaitan dengan Qoulan Sadida ialah ‫َيٰٓـ‬

‫َأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل‬ “ Berkata jujur, benar adalah tanda orang beriman dan bertaqwa
kepada allah “.
Hadirin kita telah dengar bersama bukan ?, maka mulai saaat ini tahan jempolmu,

saring sebelum sharing, jadilah garda terdepan dalam penyampai kebenaran ‫َو ُقوُلو۟ا َقْو اًۭل‬
‫َسِد يًد‬ Katakanlah Perkataan yang benar. Walaupun pahit tapi tetap bijaksana dan beretika.

Hadirin kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Untuk menghindari penyebaran berita hoax, haruslah dimulai dari diri sendiri,
sebagaimana yang dipertegas oleh Allah, dalam Al-quran surat Al Ahzab 70 - 71:

Artinya: (70) Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada allah dan ucapkanlah
perkataan yang benar. (71) Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni
dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan
yang besar.

(https://quran.kemenag.go.id/)

Ma’asyiralmuslimin Rahimakumullah,

Menurut Prof.DR.H,Muhammad Quraish Shihab, yang lahir pada tanggal 16 Shafar 1363
H. Dalam kitab monumental nya Al-misbah, volume 11 Halaman 330, beliau menjelaskan
bahwa perkataan yang tepat mestilah disampaikan dengan baik, benar dan mendidik. Tidak
kasar, propokatif, apalagi diikuti dengan caci maki. Hal ini juga dijelaskan dalam Hadits
Baginda Rasulullah SAW : ________________________________________________

“ Maka berlaku jujurlah kamu, karena perlakuan jujur dan kebaikan berada didalam surga“
( H.R Muslim )

Hadirin, sampailah kita pada ujung syarahan kali ini. Maka, kita bisa ambil beberapa iktibar :

1. Realitas hoax memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara. Jika ada suatu berita yang tak bertuan, maka
bertabayyunlaah, saring sebelum sharing, agar kita selamat dari berita Hoax.
2. Pemerintah harus bertindak tegas terhadap produsen dan penyebar berita hoax,
dengan tetap berpijak pada UU ITE No 19 Tahun 2016.

Pucuk durian kembang selasih

Cukup sekian dan terimakasih

Wassalamualaikum wr wb
KECAMATAN SABAK AUH

MENYIKAPI HOAX MENURUT PANDANGAN AL-QUR’AN

WAHDINI : PENSYARAH

SRI IZZATI RAHAYU : TILAWAH

PUTRI LIANA ZAHIRA : SARITILAWAH

MUSABAQOH TILAWATIL QUR’AN

TINGKAT KABUPATEN SIAK

DI BUNGARAYA

TAHUN 2023

MENYIKAPI HOAX MENURUT PANDANGAN ALQUR’AN


Assalamualaikum wr wb

Dewan hakim yang arif dan bijaksana

Hadirin sebangsa dan setanah air yang kami banggakan

Menurut data statistic berdasarkan survei Hotsuite tahun 2022, Indonesia adalah
Negara terbesar ke 4 di dunia dalam penggunaan media digital, setelah China, India, dan
Amerika. Dengan total 204 juta pengguna terdaftar dan hanya berbanding 2/3 dari penduduk
Indonesia ditahun tersebut sebanyak 277 Juta jiwa dan diperkirakan selama 5 tahun
mendatang, akan bertambah menjadi 236 juta pengguna. Dalam hal ini, pemuda adalah
pengguna terbesar dalam kasus ini, yakni sebanyak 85%. 11% nya menggunakan media
sosial untuk hal positif, namun 75% nya adalah pelakor, pengedar, penyebar, bahkan korban
dari berita hoax. Sehingga, Indonesia dinobatkan sebagai Negara terkepo di dunia.

Tak heran, segala macam berita tersebar silih berganti, tak perduli privasi diri,
instansi dan institusi. Berita-berita yang tak bertuan, yang tak jelas asal usulnya. Berita yang
dikemas sedemikian rupa, sehingga pembaca percaya dan terpedaya, lalu disebar ke jagat
maya, sehingga menyebarlah kebohongan, sampai muncullah ketakutan, bahkan hancurlah
kehormatan.

Inilah yang menarik hati kami hadirin, untuk membawakan sebuah syarahan, yang
berjudul, “Menyikapi Hoax Menurut Pandangan Alqur’an.”

Sebagai landasan sarahan kami ini, marilah kita renungi firman Allah dalam surat Al
Hujurat ayat 6:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa
berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu
kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu

(https://quran.kemenag.go.id/)

Hadirin rahimakumullah,
Asbabunnuzul ayat tersebut, menurut Imam Jalaluddin as-Suyuti as-Syafi’i, yang wafat
pada tahun 1505 M. di dalam karyanya Lubabunnukul fi asbabinuzul Jilid I, hal.653,
menjelaskan, bahwa ayat tersebut berkenaan dengan kebohongan Al Walid Bin Uqbah
kepada Rasulullah. Ketika Rasulullah hampir melakukan tindakan destruksi, maka turunlah
sebuah teguran “Jika datang seorang fasik membawa suatu berita, maka bertabayyunlah.”

Imam Ali As Shabuni yang wafat pada tahun 1442 H,di dalam Shafwah Al-Tafasir,
Jilid III hal.123 menjelaskan, bahwa “Maka
telitilah olehmu akan kebenaran suatu berita ”. Ayat tersebut menjadi pedoman dalam
bermedia sosial. Serta perintah Allah yang mengajarkan akhlak dan adab, tentang pentingnya
meminta klarifikasi, terhadap suatu informasi, terutama terhadap berita tak bertuan, yang
tidak jelas asal usulnya. Sebagaimana Rasululah bersabda

_______________________________________________________________________-

“Kehati-hatian itu berasal dari Allah dan tergesa-gesa itu berasal dari Syetan, (hadits riwayat
Baihaqi).”

Lalu hadirin, mengapa kita harus bertabayyun dulu terhadap suatu berita? Agar kita
tidak menyesal di kemudian hari, atas apa yang telah kita beritakan, Mari kita cerdas dalam
menanggapi berita, Jujur dalam berkata, Bijak bersosial media, dalam menerima berita Hoax
yang ada. Untuk menuju Indonesia sejahtera.

Hadirin, penjelasan di atas memberi pelajaran kepada kita untuk memperhatikan nilai
moral dan etika, dalam menerima, memilih dan memilah berita pada media sosial. Sejenak
mari kita ingat, apa yang telah terjadi di negeri kita tercinta pada tahun 2019. Saat itu bangsa
kita tengah dilanda bencana yang besar lagi mendasar, dengan kita dilarang untuk
berkerumun dan selalu menerapkan sosial distenching, sehingga segala aktivitas manusia
dilakukan secara daring. Seharusnya kita bisa manfaatkan situasi di rumah saja, dengan
berkarya tanpa batas dan jarak yang ada. Namun hadirin, masih banyak diantara kita yang
tidak peka dengan kondisi yang ada. masyarakat kita lebih senang di depan TV daripada
mengaji, mereka lebih senang bersosial media dari pada belajar agama, menerima berita apa
adanya, tanpa terbukti kebenarannya, sehingga merusak pikiran, hati dan tingkah laku
keluarga.

Lalu timbul pertanyaan bagi kita, bagaimana cara mengatasi permasalahan ini?
Hadirin, mari kita lihat apa yang telah dicetuskan oleh bangsa kita tercinta, dalam UU
ITE Nomor 19 Tahun 2016 :

- Jangan menyebar berita yang belum jelas sumbernya, karena akan menjadi bencana,
- Jangan memicu isu sara, agar amarah tidak membara
- Jangan menyebar hal hal negatif, karena itu racun generasi
Sampaikah disitu saja bapak Ibu ? tentu saja belum. Menurut Muhammad Al-Syaukani,
yang wafat pada tahun 1250 H. Didalam tafsirnya Fathul Qodir, Jilid V halaman 650, beliau

menjelaskan bahwa awal kata dalam al-quran yang berkaitan dengan Qoulan Sadida ialah ‫َيٰٓـ‬

‫َأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل‬ “ Berkata jujur, benar adalah tanda orang beriman dan bertaqwa
kepada allah “.
Hadirin kita telah dengar bersama bukan ?, maka mulai saaat ini tahan jempolmu,

saring sebelum sharing, jadilah garda terdepan dalam penyampai kebenaran ‫َو ُقوُلو۟ا َقْو اًۭل‬
‫َسِد يًد‬ Katakanlah Perkataan yang benar. Walaupun pahit tapi tetap bijaksana dan beretika.

Hadirin kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Untuk menghindari penyebaran berita hoax, haruslah dimulai dari diri sendiri,
sebagaimana yang dipertegas oleh Allah, dalam Al-quran surat Al Ahzab 70 - 71:

Artinya: (70) Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada allah dan ucapkanlah
perkataan yang benar. (71) Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni
dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan
yang besar.

(https://quran.kemenag.go.id/)

Ma’asyiralmuslimin Rahimakumullah,

Menurut Prof.DR.H,Muhammad Quraish Shihab, yang lahir pada tanggal 16 Shafar 1363
H. Dalam kitab monumental nya Al-misbah, volume 11 Halaman 330, beliau menjelaskan
bahwa perkataan yang tepat mestilah disampaikan dengan baik, benar dan mendidik. Tidak
kasar, propokatif, apalagi diikuti dengan caci maki. Hal ini juga dijelaskan dalam Hadits
Baginda Rasulullah SAW : ________________________________________________

“ Maka berlaku jujurlah kamu, karena perlakuan jujur dan kebaikan berada didalam surga“
( H.R Muslim )

Hadirin, sampailah kita pada ujung syarahan kali ini. Maka, kita bisa ambil beberapa iktibar :

1.Realitas hoax memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara. Jika ada suatu berita yang tak bertuan, maka bertabayyunlaah,
saring sebelum sharing, agar kita selamat dari berita Hoax.

2.Pemerintah harus bertindak tegas terhadap produsen dan penyebar berita hoax, dengan
tetap berpijak pada UU ITE No 19 Tahun 2016.

Pucuk durian kembang selasih

Cukup sekian dan terimakasih

Wassalamualaikum wr wb

Anda mungkin juga menyukai