Hadirin Rahimakumullah. . .
Berdasarkan sensus badan pusaat statistik Nasional tahun 2021 terdapat lebih dari
1.340 kelompok etnis dan suku bangsa yang ada di Indonesia menepati peringkat kedua
dunia setelah Papua Nugini, dan memiliki kekayaan bahasa yakni sebanyak 717 bahasa.
Hal ini janganlah membuat kita senang dan bangga setelah potensi-potensi konflik,
ruang-ruang perpecahan bisa muncul seketika, baik di daerah terpencil maupun di perkotaan.
Konflik horizontal yang terjadi di Papua oleh kelompok kriminal bersenjata dan sparatis
menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit, baik dari kelompok Militer, Petugas kesehatan
maupun warga sipil. Sungguh tindakan keji dan biadab.
Ketika “Anak kecil menyaksikan orang tua-Nya dibakar hidup-hidup, mereka
mendengar jerit tangis, tolooong... tolooong.., dari orang tuanya yang disiksa...
Namun apalah daya... Sang anak hanya menatap pilu dengan linangan air mata”.
“Na’udzubillahi min dzalik”
Dari sudut pandang inilah hadirin izinkan kami menyampaikan syarahan Al-qur’an
dengan judul :
Sebagai rujukan syarahan ini mari kita hayati firman Allah SWT dalam Al-qur’an
surah Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi :
Artinya : “saling berteman, berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya”.
Hadirin..
Islam merupakan agama yang damai, yang selalu menghargai keberagaman,
menghormati perdamaian, menyayangi kaum yang lemah, dan mengajarkan AKHLAQUL
KARIMAH.
Terhadap fenomena tersebut mari kita renungkan firman Allah Surah Al-Anfaal ayat
61 yang berbunyi:
Hadirin. . .
Mencermati betapa tingginya nilai perdamaian dan kesepakatan disebuah Negeri
dengan mempertimbangkan kemaslahatan sosial yang diperankan baginda Rasulullah SAW.
Sehingga Madinahyang dulu namanya Yastrib dikenal primitif kini Madinah bangkit menjadi
pusat perdagangan, pusat peradaban, serta profil negeri yang santun, rukun, dan damai.
Saudaraku. . .
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh
Bersama kita jaya, bertikai kita binasa
Mari kita saling merangkul, bukan saling memukul
Mari kita saling berpacu, bukan saling menipu
Majlis hakim yang terhormat, hadirin yang diberi rahmat.
Maka kita harus saling memahami dan saling menghargai kekurangan, kelemahan,
dan perbedaan antar masing-masing kelompok dan etnis bukan menyulut pertikaian,
permusuhan, rasisme, dan sadisme. Akan tetapi, hendaknya perbedaan dan kekurungan
masing-masing kelompok tersebut menjadi kekuatan dan kekayaan khazanah bangsa dalam
bingkai NKRI sebagaimana yang digambarkan oleh ibu Sud dengan lagu tanah air berikut ini:
Hadirin. . .
Mari kita bersatu padu mencintai tanah air kita, mencintai Indonesia. Karena Indonesia
SATU NUSA, SATU BANGSA, SATU TANAH AIR KITA. “BERSATU KITA TEGUH,
BERCERAI KITA RUNTUH”.