Penanggung Jawab
Dekan FPBS IKIP PGRI Bali
Redaksi :
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Anggota
Sirkulasi:
I Nyoman Sadwika, S.Pd., M.Hum.
Putu Agus Permanamiarta, S.S.
Administrasi :
Luh De Liska, S.Pd., M.Pd.
Ni Luh Purnama Dewi
Ermawan Setyaningsih
Gusti Ngurah Okta Diana Putra
Oleh
Ni Wayan Sariani, S.Pd., M.Hum.
NIP 19690420 200312 2 007
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mentransliterasi aksara Latin ke aksara Bali. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas jenis partisipan (Sulipan, 2007:5). Dalam penelitian
tindakan kelas ini, dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan/observasi, refleksi. Subjek penelitiannya adalah siswa
kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Kuta Selatan yang berjumlah 42 orang, terdiri dari 23
orang siswa putri dan 19 orang siswa putra.
Dari hasil analisis pada siklus I tingkat ketuntasan belajar siswa dalam
mentransliterasi Aksara Latin ke aksara Bali sebesar 57,14% dan siklus II hasil
ketuntasan belajar siswa dalam mentransliterasi wacana Latin ke wacana aksara
Bali sebesar 100%. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar menulis Aksara Bali dengan menggunakan pangangge tengenan
siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Kuta Selatan, tahun pelajaran 2011/2012.
Abstract
This study aims at determining the effectiveness of the application of
jigsaw cooperative learning model to improve student learning achievement in
transliterated Latin script to Balinese script. This research is a type of class action
participants (Sulipan, 2007: 5). In this classroom action research, conducted in two
cycles consisting of planning, implementation, monitoring / observation, reflection.
The subject of research is the student of grade VIII.2 state secondary school
number 1 south of Kuta, amounting to 42 people, consisting of 23 girl and 19 boys.
From the analysis of the first cycle, mastery learning students in transliterated
Latin script to Balinese script by 57.14% and in the second cycle of mastery learning
outcomes of students in transliterated Latin discourse to discourse lettered Bali at 100%.
Based on the analysis of data, it can be concluded that the application of jigsaw
cooperative learning model can improve learning outcomes Balinese letter using
pangangge tengenan for the student of grade VIII.2 state secondary school number
1 south of Kuta, academic year 2011/2012.
Latar Belakang
Seorang guru yang profesinal adalah guru yang mampu menyajikan materi
2
1
2.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan hasil belajar
menulis aksara Bali dengan menggunakan pengangge tengenan pada siswa kelas
VIII2 SMP Negeri 1 Kuta Selatan tahun pelajaran 2011/2012.
3.
Manfaat Penelitian
Bagi siswa
Siswa dapat berprestasi dan meningkatkan hasil belajar serta berinteraksi
secara aktif dalam proses pembelajaran baik antara siswa dengan siswa
maupun siswa dengan guru.
b.
Bagi guru
Bagi kalangan pendidik penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan
pedoman dalam merancang suatu model pembelajaran dalam memajukan
pembelajaran Bahasa Bali.
c.
Bagi sekolah
Dapat dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif berbantuan lainnya.
2.
METODE PENELITIAN
2.1
yaitu
Base Group
atau
kelompok dasar.
Siswa
A1
A2
1
C1
A3
1
C2
1
A4
1
C3
1
B4
1
D4
C4
B3
D3
B2
1
D2
B1
1
D1
1
dasar/asal.
Adapun kelompok asal pada gambar 1 yaitu kelompok A,B,C,D. Nantinya setiap
anggota kelompok asal diberikan materi yang berbeda dan bertemu dengan materi
yang sama dalam kelompok ahli untuk membahas materi yang di dapatkan,
adapun materi yang berbeda pada kelompok asal ditunjukan oleh gambar 1 yaitu
materi 1,2,3, dan 4.
A1
A2
1
B1
B2
1
C1
B3
C2
D2
A2,B2,C2,D2
B4
1
C3
1
A1,B1,C1,D1
A4
1
D1
A3
A3,B3,C3,D3
C4
1
D3
A4,B4,C4,D4
D4
1
materi
yang sama pada kelompok ahli. Pembentukan Kelompok ahli pada gambar 2
yaitu, A1,B1,C1,D1, kemudian A2,B2,C2,D2, dan seterusnya. Selajutnya materi
tersebut didiskusikan dengan mempelajari serta memahami setiap masalah yang di
jumpai sehingga masing-masing perwakilan tersebut dapat memahami dan
menguasai materi tersebut dengan waktu yang disediakan.
A1
A2
1
B1
B2
1
C1
B3
C2
A2,B2,C2,D2
B4
1
C3
A3,B3,C3,D3
C4
D2
A1,B1,C1,D1
A4
D1
A3
D3
A4,B4,C4,D4
D4
1
tahap
keempat
setelah
masing-masing
anggota
kelompok
menjelaskan di kelompok asal tentang materi yang di bahas pada kelompok ahli,
siswa di evaluasi dengan
Prosedur Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan rancangan menurut Sulipan yaitu
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
SIKLUS SELANJUTNYA
observasi. Metode observasi adalah suatu cara untuk mencari data dengan
melakukan pengamatan terhadap anak dalam pembelajaran menulis aksara Latin
ke aksara Bali dengan menggunakan pangangge tengenan.
2.4
SHO x NI
SMI
Keterangan
NA = Nilai akhir
SHO = Skor Hasil Observasi
SMI = Sekor Maksimal Ideal (100 dalam asesmen)
NI
KB =
Jumlah tuntas
Jumlah siswa keseluruhan
x 100%
Keterangan :
KB = Ketuntasan Belajar
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa maka dilakukan penskoran dan
penentuan ketuntasan, dengan mengacu pada kreteria ketuntasan minimal (KKM)
sebesar 77. Dalam penelitian ini ketuntasan belajar ditentukan berdasarkan
penguasaan materi secara klasikal dengan kreteria sebesar 85%.
PEMBAHASAN
Setelah evaluasi siklus I dilaksanakan, peneliti menganalisis pelaksanaan
Masih banyak siswa yang kurang antusias dan kurang bersungguhsungguh dalam mempelajari materi yang diberikan yaitu menulis
aksara Bali penekanan pada aksara ardasuara.
c.
d.
pembelajaran siklus II
diterapkan
kembali model
10
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian pada bab pembahasan, maka dapat
Dalam analisis siklus I siswa yang mampu mencapai nilai sesuai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) hanya sebanyak 24 orang, terkait dengan
kreteria ketuntasan minimal belajar siswa secara klasikal pada siklus I
sebesar 57,14%, jadi pada penelitian siklus I dikatakan belum mencapai
tingkat ketuntasan, karena kreteria ketuntasan minimal (KKM) yang sesuai
dengan ketuntasan indikator yang ada pada SMP N 1 Kuta Selatan dalam
menulis Teks Beraksara Latin ke Aksara Bali dengan tingkat ketuntasan
sebesar 77 dan ketuntasan belajar secara klasikal 85%, maka dari hasil
analisis siklus I perlu dilaksanakan proses pembelajaran siklus II dengan
menekankan pada perbaikan dan hambatan-hambatan yang ditemukan pada
siklus I.
2.
3.
11
2.
Saran
Dari simpulan di atas dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :
1.
ketuntasan
belajar
siswa
serta
meningkatkan
2.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. Suharjono dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Arinuko, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Bagus, I Gusti Ngurah. 1980. Aksara Dalam Kebudayaan Bali;Suatu Kajian
Antropologi. Denpasar : Universitas Udayana.
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta :
PT Rineka Cipta.
Efendi, Anwar. 2008. Bahasa dan Sastra Dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta
: Tiara Wacana.
Indrawati. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan,
(Online), http://www.p4tkipa.org/data/pakem.pdf, diakses 05 Januari
2010).
Isjoni, H. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Cipayung : Gaung Persada.
12
13
14
Abstract
Balinese script writing is one skill in literary form which serves to
preserve the tradition and culture of Bali. Correspondingly, the Balinese
language defined by the government as a compulsory subject in the local
curriculum. Based on the facts that occurred, the ability of students in Class X
AK3 copy lettered discourse Latin script to Bali is still considered to be less,
because the students are not get the minimum standars point.
The general objective of this research is to foster, develop and add to their
repertoire of knowledge and enjoy the benefits of literary works Bali. While the
particular purpose to determine whether the application of STAD cooperative
learning model can enhance students 'ability to copy lettered discourse Latin
script to Bali and to determine students' responses to the implementation of STAD
cooperative learning model.
The theories used in this study are (1) the definition of learning model, (2)
cooperative learning, (3) STAD cooperative learning model, (4) definition of
writing, (5) the sense of copying, (6) the notion of discourse , (7) the Balinese
script history, (8) the types of Balinese script, (9) pangangge Balinese script, (10)
gantungan and gempelan, (11) pairs of Balinese script and (12) punctuation
(ceciren papaosan).
The subjects were students of Class X AK3 SMK Negeri 1 Gianyar, which
consists of 40 students. Data collected by the test method and the method of
observation. Data analysis methods used are descriptive statistics.
The results of this study indicate STAD cooperative learning model can
improve the discourse copy lettered Latin script to Bali in class X AK3 SMK
Negeri 1 Gianyar, school year 2013/2014. Evident from the average value of 69,8
students in the early reflections increased to 76,93 in the first cycle and increased
to 83,09 in the second cycle. While the student response is also good, as
evidenced by the average value of the first cycle is 88,5 then increased to 90,78 in
the second cycle.
Keywords: STAD cooperative learning model, writes Bali
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang masih berkembang
di wilayah provinsi Bali. Bahasa Bali merupakan bahasa ibu, yang mempunyai
fungsi utama untuk mengekspresikan ide yang terkait dengan budaya Bali, juga
sekaligus menjadi identitas manusia Bali. Berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah untuk melestarikan bahasa Bali di antaranya dengan mengadakan
perlombaan-perlombaan yang terkait dengan bahasa Bali seperti: lomba masatua
Bali, lomba menulis aksara Bali, lomba puisi Bali, dan lain sebagainya.
15
2. Landasan Teori
Agar mendapat landasan yang kuat dalam suatu penelitian sangat
diperlukan suatu teori. Adapun teori yang dipakai sebagai penjelasan wawasan
dan kerangka berpikir untuk mengarahkan seluruh penelitian ini, yang berkenaan
dengan: (1) pengertian model pembelajaran, (2) model pembelajaran kooperatif,
(3) model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division), (4) pengertian menulis, (5) pengertian menyalin, (6) pengertian wacana,
(7) sejarah aksara bali, (8) jenis-jenis aksara bali, (9) pangangge aksara bali, (10)
16
gantungan miwah gempelan, (11) pasang aksara bali dan (12) tanda baca (ceciren
papaosan).
3. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah membina, mengembangkan dan
menambah khasanah ilmu pengetahuan, serta menikmati manfaat karya-karya
sastra Bali untuk mengembangkan kepribadian, wawasan kehidupan.
Sedangkan secara khusus bertujuan mengetahui efektivitas penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengetahui respon siswa Kelas X
AK3 SMK Negeri 1 Gianyar tahun pelajaran.
METODE
1. Desain Penelitian
Menurut Arikunto (2012: 16-19), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan
dilaksanakan beberapa siklus (N Siklus) yang terdiri atas empat tahap, yaitu: (1)
tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pengamatan, dan (4) tahap
refleksi.
Pada tahap perencanaan peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Tahap ke2 adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Tahap ke-3, yaitu kegiatan
pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau
pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya
pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Dan tahap ke-4
merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
2. Setting, Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMK Negeri 1 Gianyar, yang
berlokasi di Jalan Mulawarman, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar,
Provinsi Bali. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas X AK3 SMK Negeri 1
Gianyar yang berjumlah 40 orang, terdiri dari 9 orang laki-laki dan 31 orang
17
= skor
Wt
= Weight/bobot
(Nurkancana dan Sunartana, 1990: 83)
x 100
Keterangan:
P
= Presentil
SMI
Skor Standar
Kategori/Predikat
1.
86-100
A = Baik sekali
2.
71-85
B = Baik
3.
56-70
C = Cukup
4.
41-55
D = Kurang
5.
< 40
E = Sangat kurang
20
kemampuan
siswa
dikelompokkan
berdasarkan
jumlah
dan
Keterangan:
M
fx = Jumlah nilai
N
HASIL
Hasil penelitian tindakan kelas ini telah disesuaikan dengan tahap-tahap
dan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil pelaksanaan rencana
tindakan tersebut, peneliti memperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi
hasil penelitian tindakan kelas ini. Data yang diperoleh berupa data hasil observasi
terhadap kegiatan siswa selama pelaksanaan pembelajaran menyalin wacana
berhuruf Latin ke aksara Bali dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Data observasi ini juga
merupakan pedoman langsung dalam menentukan penilaian respon siswa terhadap
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan
kemampuan menyalin wacana berhuruf Latin ke aksara Bali.
21
Uraian mengenai hasil penelitian ini mencakup hal pokok yang akan
dikemukakan dalam hasil penelitian ini yaitu: (1) hasil refleksi awal, (2) hasil
penelitian siklus I, (3) refleksi siklus I, (4) hasil penelitian siklus II, (5) refleksi
siklus II. Bila dijabarkan dalam bentuk tabel, akan tampak perbandingan sebagai
berikut.
Tabel Perbandingan Nilai Refleksi Awal, Nilai Siklus I dan Nilai Siklus II
Kemampuan Menyalin Wacana Berhuruf Latin ke Aksara Bali pada Siswa
Kelas X AK3 SMK Negeri 1 Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014
Nilai
No
Nama Siswa
Nilai
Nilai
Siklus I
Siklus II
(3)
(4)
(5)
Refleksi
Awal
(1)
(2)
Kategori
Ket
(6)
(7)
1.
76
76,92
79,17
Meningkat Tuntas
2.
47
75,48
77,78
Meningkat Tuntas
3.
42
70,19
75,00
Meningkat Tuntas
4.
80
84,13
93,06
Meningkat Tuntas
5.
I Nyoman Dirgayusa
42
50,00
76,39
Meningkat Tuntas
6.
Ni Putu Evayanti
80
78,37
87,5
Meningkat Tuntas
7.
62
58,17
75,00
Meningkat Tuntas
8.
81
86,54
94,44
Meningkat Tuntas
9.
62
61,54
79,16
Meningkat Tuntas
10.
90
92,31
95,83
Meningkat Tuntas
11.
Ni Wayan Juniari
79
79,32
94,44
Meningkat Tuntas
12.
87
94,71
97,22
Meningkat Tuntas
13.
67
75,00
77,78
Meningkat Tuntas
14.
Ni Putu Larasati
70
75,96
76,39
Meningkat Tuntas
15.
82
87,98
88,89
Meningkat Tuntas
16.
Ni Wayan Miastri
85
88,94
98,61
Meningkat Tuntas
17.
Ni Made Nopiari
67
89,90
90,28
Meningkat Tuntas
22
Nilai
No
Nama Siswa
Nilai
Nilai
Siklus I
Siklus II
(3)
(4)
(5)
Refleksi
Awal
(1)
(2)
Kategori
Ket
(6)
(7)
18.
78
87,50
94,44
Meningkat Tuntas
19.
Ni Wayan Puspayanti
52
66,83
75,00
Meningkat Tuntas
20.
84
86,54
91,66
Meningkat Tuntas
21.
83
84,13
84,72
Meningkat Tuntas
22.
75
78,37
80,56
Meningkat Tuntas
23.
77
80,77
86,11
Meningkat Tuntas
24.
Ni Md. Susanti D.
57
66,35
79,17
Meningkat Tuntas
25.
Ni Wayan Sriningsih
62
75,96
76,39
Meningkat Tuntas
26.
57
75,96
76,39
Meningkat Tuntas
27.
76
76,92
88,89
Meningkat Tuntas
28.
77
86,06
93,06
Meningkat Tuntas
29.
81
84,62
90,28
Meningkat Tuntas
30.
57
77,88
79,17
Meningkat Tuntas
31.
Ni Komang Trisnayanti
75
75,48
79.17
Meningkat Tuntas
32.
77
79,81
83,33
Meningkat Tuntas
33.
42
54,81
76,39
Meningkat Tuntas
34.
87
96,15
95,83
Menurun
Tuntas
35.
Ni Putu Swandewi
68
91,35
83,33
Menurun
Tuntas
36.
77
75,00
75,00
Tetap
Tuntas
37.
47
75,00
75,00
Tetap
Tuntas
38.
75
59,61
69,44
39.
S. A. Md. Yuliana D.
67
52,88
62,50
40.
62
63,94
70,83
Jumlah
2792
3077,38
3323,60
Rata-rata
69,8
76,93
83,09
23
Tabel Perbandingan Hasil Observasi Respon Siswa Kelas X AK3 SMK Negeri 1
Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014 pada Siklus I dan Siklus II
No.
Nama Siswa
(1)
(2)
Nilai
Nilai
Siklus I
Siklus II
(3)
(4)
Kategori
(5)
1.
75
83
Meningkat
2.
58
75
Meningkat
3.
67
75
Meningkat
4.
58
75
Meningkat
5.
Ni Wayan Puspayanti
75
83
Meningkat
6.
75
83
Meningkat
7.
75
83
Meningkat
8.
75
83
Meningkat
9.
Ni Komang Trisnayanti
75
83
Meningkat
10.
100
100
Tetap
11.
83
83
Tetap
12.
100
100
Tetap
13.
I Nyoman Dirgayusa
83
83
Tetap
14.
Ni Putu Evayanti
83
83
Tetap
15.
100
100
Tetap
16.
100
100
Tetap
17.
100
100
Tetap
18.
100
100
Tetap
19.
Ni Wayan Juniari
100
100
Tetap
20.
100
100
Tetap
24
No.
Nama Siswa
(1)
(2)
Nilai
Nilai
Siklus I
Siklus II
(3)
(4)
Kategori
(5)
21.
92
92
Tetap
22.
Ni Putu Larasati
100
100
Tetap
23.
100
100
Tetap
24.
Ni Wayan Miastri
100
100
Tetap
25.
Ni Made Nopiari
100
100
Tetap
26.
100
100
Tetap
27.
100
100
Tetap
28.
100
100
Tetap
29.
83
83
Tetap
30.
92
92
Tetap
31.
92
92
Tetap
32.
Ni Putu Swandewi
100
100
Tetap
33.
Ni Wayan Sriningsih
100
100
Tetap
34.
100
100
Tetap
35.
100
100
Tetap
36.
92
92
Tetap
37.
83
83
Tetap
38.
75
75
Tetap
39.
75
75
Tetap
40.
75
75
Tetap
Jumlah
3541
3631
Rata-rata
88,5
90,78
25
95
Rata-rata Nilai
90
85
80
Kemampuan
Respon
75
70
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.1
BAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini akan difokuskan pada temuan-temuan
penting yang dapat meningkatkan kemampuan menyalin wacana berhuruf Latin
ke aksara Bali pada siswa Kelas X AK3 SMK Negeri 1 Gianyar Tahun Pelajaran
2013/2014. Temuan-temuan yang dimaksud yaitu: (1) penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat
meningkatkan kemampuan siswa Kelas X AK3 SMK Negeri 1 Gianyar dalam
menyalin wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, (2) respon baik yang diberikan
siswa Kelas X AK3 SMK Negeri 1 Gianyar terhadap pembelajaran menyalin
wacana berhuruf Latin ke aksara Bali dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).
26
Simpulan
Berdasarkan penyajian dan pembahasan hasil penelitian, dapatlah
2.
Saran-saran
Sebagai tindak lanjut atas simpulan yang telah dikemukakan di atas,
2.
3.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
27
Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Nala, Ngurah. 2006. Aksara Bali dalam Usada. Surabaya: Paramita.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nurkancana, Wayan dan PPN Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Bandung: Rajawali Pers.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suwija, I Nyoman. 2012. Ngiring Nulis Bali. Malang: Wineka Media.
Suwija, I Nyoman. 2012. Wacana Basa Bali. Malang: Wineka Media.
28
29
Abstract
Indonesian in his capacity as the national language has function that is the
official language and is used as a language of instruction in educational
institutions. In learning and teaching interaction in schools, students are required
to master Indonesian well. However, Grade 3 is still not mastered Indonesian
properly. Therefore, there needs to be an effort to accelerate the mastery of
Indonesian.
Related to it, which are central problem is (1) how the average length of
speech 3rd grade students elementary schools 2 Batubulan? (2) What type of
sentence used third-grade students of SD Negeri 2 Batubulan? (3) how is the
sentence structure used third-grade students of SD Negeri 2 Batubulan?
Theory which is used as reference in this research is (1) theories of
language learning and (2) syntactic. This study only for researching a portion of
the population as a whole represents. This study thus called the study sample.
There was the sample studied was 9 people. Subject approach used is an
empirical method. Data collection techniques using recording techniques and
documentation. After the data is collected, the data is processed by qualitative
descriptive method.
According to the data analysis, the data obtained as follows: mean length
of utterance students is 3.91 which reflects the child's language development
towards full competence. Students sentence is dominated by single sentence
(97.92%) and complex sentences is only 2.08%. The sentence consists of the
sentence perfect (81.31%) and imperfect sentence (18.69%). In imperfect sentence
third grade of elementary school students get elliptical sentence and telegraphic
sentence. The mode students of sentence is dominated by affirmative sentence
(91.35%) followed by interrogative sentence (5.54%) and commond (3.11%). the
sentence structure or pattern of Class III elementary students dominated with the
main pattern (92, 39%), while only 7.61% inversion pattern.
Based on these results, researcher gave some advice that can be used. One
of them, the teacher is expected to improve the teaching of language by designing
instructional materials thats appropriate with the linguistic competence of the
students have particularly syntax field.
Keywords: competence, linguistic, syntax
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan materi penting yang diajarkan di Sekolah
Dasar, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat
penting bagi kehidupan sehari-hari. Penanaman bahasa Indonesia sejak dini dapat
memberikan pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak akank
masih kecil. Pelaksanaan pendidikan bahasa Indonesia pada anak dapat dilakukan
30
percepatan
penguasaan
bahasa
Indonesia.
Salah
satu
cara
sesuai dengan
31
2.
Landasan Teori
Landasan teori merupakan teori-teori yang dijadikan landasan alat untuk
2.1.1
kata (atau bagian kata). Kata ini, bagi anak, sebenarnya adalah kalimat penuh,
tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya
mengambil satu kata dari seluruh kalimat (Dardjowidjojo, 2010 : 246).
Sekitar umur 2;0 anak mulai mengeluarkan Ujaran Dua Kata (UDK).
Anak mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu
terpisah (Dardjowidjojo, 2010 : 248). Dengan adanya dua kata dalam UDK maka
orang dewasa lebih bisa menerka apa yang dimaksud oleh anak karena cakupan
makna menjadi lebih terbatas, dengan kata lain UDK sintaksisnya lebih kompleks
(karena adanya dua kata) tetapi semantiknya makin lebih jelas. Meskipun
demikian, makna UDK yang dimaksud anak masih tetap harus diterka sesuai
dengan konteksnya.
Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak
menjalani usia 2 tahun, yang mencapai puncaknya pada akhir usia 3 tahun. Tahap
perkembangan sintaksis secara singkat terbagi dalam:
1. Masa pra-lingual, sampai usia 1 tahun
2. Kalimat satu kata, 1-1,5 tahun
3. Kalimat rangkaian kata, 1,5-2 tahun
4. Konstruksi sederhana dan kompleks, 3 tahun.
Lewat usia 3 tahun anak mulai menanyakan hal-hal yang abstrak dengan kata
tanya mengapa, kapan. Pemakaian kalimat kompleks dimulai setelah anak
menguasai kalimat empat kata sekitar usia 4 tahun.
33
dalam Badulu dan Herman (2010:48) kalimat adalah satuan gramatikal yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai oleh nada akhir turun atau naik.
Menurut Chaer (2009:44) kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari
konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapai dengan konjungsi bila
diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.Dengan mengacu pada pendapat
para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah kesatuan bahasa atau
ujaran yang berupa kata atau kumpulan kata disertai intonasi yang menunjukkan
bahwa kesatuan itu sudah lengkap. Setiap kalimat mewakili satu gagasan utama.
2.1.4.4 Kalimat Berita
Menurut Chaer (2009:46) kalimat berita adalah kalimat yang berisi
pernyataan belaka. Menurut Arifin dan Junaiyah (2008:71) kalimat berita dipakai
jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkapketika ia ingin
menyampaikan informasi kepada lawan bicaranya. Menurut Suhardi (2013:77)
kalimat berita adalah kalimat yang di dalamnya berisi berita atau sesuatu
informasi kepada orang lain.
2.1.4.5 Kalimat Perintah
Menurut Chaer (2009:46) kalimat perintah adalah kalimat yang berisi
perintah, dan perlu diberi reaksi berupa tindakan. Menurut Arifin dan Junaiyah
(2008:71) kalimat perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang
orang melakukan (berbuat) sesuatu. Menurut Suhardi (2013:77) kalimat perintah
adalah kalimat yang di dalamnya berisi perintah dari seseorang kepada orang lain
agar melakukan sesuatu (pekerjaan) sesuai apa yang diperintahkan.
dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) struktur utama (normal) dan 2) struktur inversi
35
(variasi). Struktur inversi masih dibedakan menjadi dua, yaitu struktur inversi
total dan struktur inversi parsial.
2.1.4.8 Kalimat Majemuk
Menurut Badulu dan Herman (2010:51) kalimat majemuk adalah kalimat
turunan yang terbentuk dari dua atau lebih klausa bebas yang dihubungkan
dengan sebuah konektor dan dengan pola intonasi akhir tertentu.
Berdasarkan bentuk klausa yang membangunnya, kalimat majemuk dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk
bertingkat, kalimat majemuk campuran, dan kalimat majemuk rapatan.
METODE PENELITIAN
quota sampling, yang diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan
menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil. Subjek-subjek
populasi ditetapkan kriterianya untuk menetapkan kriteria sampel (Narbuko dan
Achmadi, 2013:116). Quota sampling penelitian ini adalah 9 siswa kelas III SD
Negeri 2 Batubulan, Gianyar yang dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 3 siswa.
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui
BAHASAN
Berdasarkan hasil data dan analisis yang dilakukan, diketahui rerata
panjang ujaran siswa SD kelas III adalah 3,91. Angka tersebut sesudah dikonversi,
berada pada tahap V yaitu perkembangan bahasa ke arah kompetensi linguistik
lengkap. Hal itu ditunjukkan dengan penggunaan kata tugas dan kata hubung
secara benar, penggunaan kalimat majemuk yaitu kalimat majemuk rapatan, dan
penggunaan kalimat tanya dan perintah.
Kalimat siswa SD Kelas III didominasi kalimat tunggal. Fakta ini memberi
gambaran siswa SD kelas III masih minim dalam menghubungkan antara satu
kalimat dengan kalimat lain dalam satu konsep, anak-anak masih terpaku dalam
38
satu gagasan satu kalimat. Ada kendala dalam piranti kohesi bahasa siswa, dan
siswa masih memiliki kendala dalam pembentukan struktur sintaksis yang sama.
Jenis kalimat siswa berdasarkan kelengkapan fungsi sintaksis, yaitu dalam
kalimat tidak sempurna terdapat kalimat ellips dan kalimat telegrafis. Penggunaan
piranti kohesi ellipsis merupakan petanda perkembangan gramatika anak
selangkah sudah maju. Sedangkan perkembangan kognitif siswa SD kelas III
masih belum bisa menerapkan prinsip ekonomis bahasa yang membentuk kalimat
ellips. Dengan demikian, siswa SD kelas III masih belum memiliki kompetensi
sintaksis ellips yang mumpuni.
Produksi kata tanya siswa SD kelas III didominasi dengan kata tanya
dimana, kemana, siapa, dan apa. Seluruh kata tanya tersebut menunjuk ke arah
kongkret, kebendaan atau material. Sedangkan, kata tanya yang bersifat inmaterial
atau abstrak seperti mengapa, kenapa, tidak digunakan oleh siswa SD Kelas III.
Pernyataan itu sejalan dengan keterbatasan perkembangan kognitif anak yang
cenderung ke arah material sehingga belum banyak mengungkapkan hal-hal yang
bersifat psikis atau menganalisis sesuatu.
Struktur atau pola kalimat siswa SD Kelas III didominasi dengan pola
utama. Hal ini menunjukan bahwa alur penguasaan kaidah sintaksis bahasa
Indonesia diawali dari struktur dengan pola utama, yaitu memposisikan fungsi (S)
subjek di awal kalimat. Fakta ini menunjukkan anak-anak lebih awal
menyebutkan sesuatu kemudian diikuti pemberian keterangan. Hal ini sejalan
dengan perkembangan kognitif siswa yaitu siswa lebih dominan menyebutkan
hal-hal yang kongkret.
6.1 Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah disajikan dapat dipaparkan simpulan
sebagai berikut.
1. Panjang rerata ujaran siswa SD kelas III yaitu 3,91 yang mencerminkan
perkembangan bahasa anak ke arah kompentensi linguistik lengkap.
2. Jenis kalimat siswa SD kelas III adalah:
39
6.2 Saran-saran
Sesuai dengan simpulan yang telah dikemukan, peneliti dapat memberikan
beberapa saran. Ada pun saran-saran sebagai berikut.
1. Guru diharapkan dapat meningkatkan pengajaran bahasa dengan merancang
bahan ajar yang sesuai dengan kompetensi linguistik yang di miliki siswa
khususnya bidang sintaksis.
2. Penyusun bahan ajar perlu mempertimbangkan apa yang akan disajikan dalam
buku teks siswa, serta materi yang disajikan di dalam buku diharapkan sesuai
dengan tingkat kemampuan linguistik siswa SD kelas III.
DAFTAR RUJUKAN
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: PT. Grasindo.
Arnawa, Nengah. 2008. Wawasan Linguistik dan Pengajaran Bahasa. Denpasar:
Putri Praptama.
Badulu, Abdul Muisdan Herman. 2010. Morfosintaksis. Jakarta: RinekaCipta.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: kajian teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
40
41
42
Abstract
This study aims to improve learning achievement Gadung Kasturi dance,
as well as the response to the application of participatory learning model of type
IX grade students of SMP Negeri 3 Mengwi in the extracurricular activities of the
school year 2013/2014.
This study was designed in two cycles, each cycle consisting of the four
main activities, namely: planning, implementation, observation, and reflection. In
observation that researchers do, found several problems that occur in students
such as: Gadung Kasturi learning achievement is still lacking and the results of
previous evaluations showed that KKM completeness under 75, as well as
learning methods still apply the method of demonstration. Therefore, the
researchers propose the application of a participatory learning model type dance
in extracurricular activities that meet students' grades achieved KKM. Subjects
were students of class IX SMP Negeri 3 Mengwi on dance extracurricular
activities 2013/2014 school year, as many as 48 people. the data collected using
the method of observation, the test measures, and documentation.
In this classroom action research, data analysis method used is
descriptive analysis - quantitative. The results showed, before the application of
participatory learning model type average value 29.16% 73.25 classical
completeness, after the application of a participatory learning model of the
average value of the first cycle to 75.77 with classical completeness 64.58% and
the value of the cycle II to 78.60 showed a significant increase. The results of
observation to study the response of the students in the first cycle was 55.08 and
the second cycle was 78.33. Based on the results obtained clearly demonstrate
that the application of participatory learning model types can improve student
achievement of grade IX SMP Negeri 3 Mengwi dance GadungKasturi in
extracurricular activities.
Key words: type of participatory learning, learning achievement danced
the GadungKasturi dance.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Secara umum pendidikan adalah suatu kegiatan yang berupaya untuk
mengembangkan potensi diri, kreativitas dan bakat peserta didik baik dalam
bentuk pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan Ekstrakurikuler
merupakan salah satu pendidikan non formal yang dapat mendukung bakat dan
kreativitas dari masing-masing siswa. Dalam ekstrakurikuler tari siswa diajarkan
mempraktekkan langsung tarian-tarian yang diajarkan dalam masing-masing
sekolah. Disini siswa dituntut untuk dapat mengembangkan bakat-bakat mereka
43
2.
Landasan Teori
Beberapa teori yang menjadi landasan dalam memecahkan permasalahan
3.
tujuan khusus.
1.3.1
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan ekstrakurikuler tari untuk
meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan tersebut.
1.3.2
Tujuan Khusus
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, adapun tujuan khusus dalam
penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui prestasi belajar menarikan tari Gadung Kasturi
pada kegiatan ekstrakurikuler tari siswa kelas IX SMP Negeri 3
Mengwi tahun pelajaran 2013/2014 dengan penerapan model
pembelajaran Tipe Partisipatif?
2. Untuk mengetahui respon yang terjadi pada kegiatan ekstrakurikuler
siswa kelas IX SMP Negeri 3 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014
terhadap penerapan Model Pembelajaran Tipe Partisipatif.
METODE
1.
Metode Observasi
Dalam penelitian ini jenis observasi yang dipergunakan yaitu jenis
Observasi Sistematik (Structured Observation) yaitu observasi yang sudah
ditentukan terlebih dahulu kerangkanya. Kerangka itu memuat faktor-faktor yang
akan diobservasi menurut kategorinya (Usman, 2004 : 56). Dalam penelitian ini,
untuk memperoleh prestasi belajar siswa yang meliputi afektif, kognitif dan
psikomotor. Pemberian skor dilakukan dengan menggunakan skala 5 dengan
SMI= 20.
45
2.
Metode Tes
Menurut Gunartha (2009 : 4), tes merupakan sejenis alat ukur untuk
tari
Gadung
Kasturi).
Adapun
aspek-aspek
penilaian
yang
dipergunakan pada tes tindakan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
Tabel
No
3.
Aspek Penilaian
Skor Penilaian
15
Kecepatan
15
Ketepatan
15
Sinkronisasi
15
Jumlah / SMI
20
Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang
4.
4.1.1
penilaian terhadap prestasi belajar menarikan tari Gadung Kasturi yang meliputu
unsur pokok teknik tari, kecepatan, ketepatan dan sinkronisasi masing-masing
46
unsur memiliki bobot nilai yakni pokok teknik tari (25), kecepatan (25), ketepatan
(25) dan sinkronisasi (25) jadi skor maksimal ideal pada penelitian ini adalah 100.
X
P=
x 100
SMI
Keterangan :
P = Persentil
X = Skor yang dicapai
SMI = Skor maksimal ideal
4.1.3 Membuat Kriteria Predikat
Tabel
Kategori / Predikat
86 - 100
Baik Sekali
70 85
Baik
56 69
Cukup
41 55
Kurang
0 - 40
Kurang Sekali
= Kurang
34
= Cukup
= Baik
x 100
SMI
48
HASIL PENELITIAN
Refleksi Siklus I
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I masih terdapat kelemahan
dan kendala-kendala yang terjadi terhadap peningkatan prestasi belajar menarikan
tari gadung Kasturi, hal ini dapat diketahui dari tingkat persentase siswa sebagai
berikut : dari jumlah siswa kelas IX SMP Negeri 3 Mengwi yaitu 48 orang siswa
yang mengikuti ekstrakurikuler tari, menarikan tari Gadung Kasturi dengan
penerapan model pembelajaran tipe partisipatif, pada siklus ini hasil yang
diperoleh adalah 31 orang siswa mendapatkan nilai dengan predikat baik (B)
dengan presentase 64,58% dan 17 orang siswa mendapatkan predikat cukup (C)
dengan presentase 35,41%. Pada siklus I terdapat peningkatan dari observasi awal
73,25 menjadi 75,25 dengan predikat baik.
Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes tindakan tentang prestasi belajar
menarikan tari Gadung Kasturi siswa kelas IX SMP Negeri 3 Mengwi pada
kegiatan ekstrakurikuler tari tahun pelajaran 2013/2014 telah terjadi peningkatan
yang sangat signifikan karena siklus II semua siswa telah mencapai nilai yang
telah ditentukan atau semua siswa telah tuntas. Hal ini dapat dibuktikan dengan
skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I sebesar 75,25 kemudian pada siklus II
meningkat dengan skor rata-rata 78,60.
BAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan siklus II dapat diketahui
persentase peningkatan prestasi belajar menarikan tari Gadung Kasturi siswa kelas
IX SMP Negeri 3 Mengwi pada kegiatan ekstrakurikuler tari tahun pelajaran
2013/2014 sebagai berikut :
49
1. Pada observasi awal, siswa yang termasuk tuntas hanya 29% dan yang
lainnya tidak tuntas karena nilai yang diperoleh masih berada dalam
kategori cukup dan dibawah KKM 75.
2. Pada siklus I, siswa termasuk belum tuntas sebesar 35,41%. Siswa
yang dinyatakan tidak tuntas berada pada kategori cukup. Pada siklus
ini tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori kurang dan
ketuntasan yang dicapai pada siklus I sebesar 64,58% dan hal ini
menunjukkan bahwa pada siklus I ini telah terjadi peningkatan.
3. Pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup signifikan karena sudah
tidak ada lagi siswa yang termasuk tidak tuntas. Semua siswa bisa
mencapai nilai standar ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan 75.
Dengan
demikian,
dapat
dikatakan
bahwa
penerapan
model
50
Saran
1. Siswa yang telah dinyatakan tuntas disarankan agar berusaha belajar lebih
giat lagi, mempertahankan nilainya bahkan lebih mengasah diri agar
prestasi yang sudah dicapai lebih meningkat.
2. Kepada para guru yang mengajar praktek tari, khususnya pada kegiatan
ekstrakurikuler tari di sekolah diharapkan untuk menggunakan model
pembelajaran lain selain model demonstrasi seperti salah satunya model
pembelajaran tipe partisipatif yaitu model pembelajaran yang melibatkan
siswa secara optimal, menitikberatkan siswa dalam berpartisipasi atau
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dimana guru berperan
sebagai fasilitator dan mediator agar siswa lebih aktif dan berani
mengungkapkan pendapatnya.
3. Bagi sekolah agar tetap memperhatikan dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini serta mensosialisasikan tentang
penelitian tindakan kelas (PTK) kepada guru pengajar sehingga mampu
meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam bidang seni tari Bali.
51
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi
Aksara
Arikunto, Suharsimi dkk. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Bawa, Pande Wayan. 2012. Materi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas. IKIP
PGRI BALI. Denpasar
Cerita, I Nyoman dan Padmini, Tjok Istri Putra. 2009. Buku Ajar Analisis Tari
dan Gerak. Denpasar : Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar
Cokrohamijoyo. 1986. Pengetahuan Tari dan Bebebrapa Masalah Tari. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Dibia, I Wayan. 2012. Ilen-ilen Seni Pertunjukan Bali. Denpasar: Bali Mangsi
Djayus, I Nyoman. 1980. Teori Tari Bali. Denpasar: Sumber Mas Bali
Gunartha, I Wayan. 2009. Materi Kuliah Evaluasi Pembelajaran. IKIP PGRI
BALI. Denpasar
Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:
Usaha Nasional
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Bandung : Grafindo Persada
Suharso. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya
Supardjan. 1982. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta: Departemen Pendidikan
Kebudayaan
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2004. Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta : Bumi Aksara
52
Oleh
Komang Wahyu Hanggara, NIM.2010.II.I.0014
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Bidang ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Abstrak
Permasalahan yang dibahas atau menjadi pusat perhatian dalam penelitian
ini adalah apakah penggunaan media audio visual talkshow Kick Andy dapat
meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI 4
Denpasar tahun ajaran 2013/2014? dan bagaimanakah respon siswa kelas XI IPA
1 SMA PGRI 4 Denpasar tahun ajaran 2013/2014 terhadap penggunaan media
audio visual talkshowKick Andy dalam meningkatkan kemampuan menyimak?.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah media audio visual
talkshow Kick Andy dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas
XI IPA 1 SMA PGRI 4 Denpasar tahun ajaran 2013/2014 dan untuk mengetahui
respon siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI 4 Denpasar tahun ajaran 2013/2014
terhadap penggunaan media audio visual talkshowKick Andy dalam
meningkatkan kemampuan menyimak.
Berdasakan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media audio visual talkshow Kick Andy dapat meningkatkan kemampuan
menyimak dan respon siswa pada siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI 4 Denpasar
tahun pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perolehan nilai
rata-rata pada refleksi awal sebesar 57,37, pada siklus I memperoleh nilai rata-rata
73,94, dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 83,29 dengan kategori
baik. Di samping itu, hasil observasi respon siswa pada siklus I memperoleh ratarata 62,19 dengan kategori cukup tinggi dan pada siklus II meningkat menjadi
84,78 dengan kategori tinggi.
Kata kunci: media audio visual, menyimak
Abstract
The problems discussed or be the center of attention in this study is
whether the use of audio-visual media talk show "Kick Andy" can improve the
listening skills of students of class XI IPA 1 SMA PGRI 4 Denpasar academic
year 2013/2014? and how the response of students of class XI IPA 1 SMA PGRI 4
Denpasar academic year 2013/2014 on the use of audio-visual media talk show
"Kick Andy" in improving listening skills ?. The purpose of this study was to
53
determine whether the audio-visual media talk show "Kick Andy" can improve the
listening skills of students of class XI IPA 1 SMA PGRI 4 Denpasar academic
year 2013/2014 and to study the response of the students of class XI IPA 1 SMA
PGRI 4 Denpasar academic year 2013 / 2014 on the use of audio-visual media
talk show "Kick Andy" in improving listening skills.
Based on the results of data analysis it can be concluded that the use of
audio-visual media talk show "Kick Andy" can enhance students' ability to listen
and respond to the students of class XI IPA 1 SMA PGRI 4 Denpasar academic
year 2013/2014. This can be seen from the results of the acquisition of the
average value of 57.37 at the beginning of reflection, in the first cycle to obtain an
average value of 73.94, and the second cycle increased to 83.29 with both
categories. In addition, the observation of student responses in cycle I gained an
average of 62.19 with a high enough category and the second cycle increased to
84.78 with the high category. In connection with the above results, the authors
suggest that studies teachers use audio-visual media in an effort to increase the
ability to listen and respond.
Keywords: audio-visual media, listening
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
tercantum dalam kurikulum. Selama ini guru sering menggunakan media cetak
dan audio dalam melatih siswa menyimak. Penggunaan media ini tampaknya
belum mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam menyimak.
Peneliti berkolaborasi dengan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI
IPA 1 SMA PGRI 4 Denpasar menawarkan solusi untuk menggunakan media
audio visual Talkshow Kick Andy untuk melatih siswa menyimak. Media audio
visual talkshow Kick Andy dipilih, karena media ini banyak mengangkat kisahkisah inspiratif perjalanan hidup seseorang. Selain itu talkshow Kick Andy
dapat juga menggugah hati penyimaknya untuk menolong seseorang ataupun juga
dapat memberikan rasa simpati, sehingga penulis dapat berasumsi bahwa dengan
media audiovisual ini dapat melatih dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyimak isi dari infomasi yang terdapat dalam talkshow Kick Andy tersebut.
Penelitian ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan memberikan solusi
54
2. Landasan Teori
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) teori media,
dan (2) teori menyimak.
55
2.1.3
56
sehingga dapat memberikan semangat untuk berkarya dan berbuat hal positif
untuk diri sendiri, dan lingkungan sekitar. Dan secara langsung dapat terjadi
proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian
untuk memperoleh informasi menangkap isi dari talkshow Kick Andy.
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini diawali dengan melakukan refleksi awal yang dilakukan tannpa
menggunakan media audio visual. Berdasarkan refleksi awal diperoleh informasi
bahwa siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI 4 Denpasar dalam menyimak isi
informasi masih sangat rendah. Peneliti mencoba mengadakan siklus I dengan
menggunakan media audio visual yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan menyimak isi informasi.
Perencanaan penelitian ini diawali dengan menyusunrencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), membuat media pembelajaran, instrument, dan menyusun
alat evaluasi pembelajaran. Tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan yang
dimana dilaksanaakan berdasarkan langkah-langkah dalam RPP. Tahap observasi
dilakukan saat pembelajaran berlangsung dengan menggunaakan instrument yang
telah disediakan. Tahap refleksi dilakukan saat akhir pembelajaran, yang
bertujuan untuk memperoleh umpan balik di dalam menentukan tindakan
selanjutnya. Hasil dari refleksi siklus I ditindak lanjuti jika 75% siswa nelum
mencapai nilai KKM, dan diakhiri jika 75% siswa sudah mencapai nilai KKM.
57
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI 4
Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumalah 51 orang, yang terdiri atas
11 orang laki-laki dan 40 orang perempuan.
Data yang dihimpun adalah data berupa penilaian hasil tes menyimak isi
talkshow Kick Andy dan data hasil observasi terhadap respon siswa dalam
pembelajaran.
Nama Siswa
A B C
Total Skor
Rata-rata
58
SM
SS
Ket.
Keterangan Indikator:
A = Minat Siswa
B = Keseriusan Siswa Mendengarkan Materi Pelajaran
C = Aktif Bertanya dengan Teman
D = Aktif Bertanya dan Mengemukakan Pendapat dengan Guru
E = Kedisiplinan Murid dalam Mengikuti Pelajaran
Keterangan Skor
Sangat baik
: skor 5
Kurang baik
: skor 2
Baik
: skor 4
: skor 1
Cukup baik
: skor 3
59
memperoleh predikat baik sekali, 39 orang siswa atau 76% siswa memperoleh
predikat baik, dan 3 orang siswa atau 6% memperoleh predikat cukup, sehingga
memperoleh skor rata-rata siklus II adalah 83,39.
Berdasarkan hasil observasi siklus I dapat digambarkan hahwa hasil
respon siswa terhadap penggunaan media audio visual talkshow Kick Andy
dalam meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI 4
Denpasar dapat diketahui yaitu 4 orang siswa atau 8% siswa memperoleh predikat
tinggi, 42 orang siswa atau 82% memperoleh predikat sedang, dan 5 orang siswa
atau 10% memperoleh predikat rendah. Skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah
adalah 13 sehingga memperoleh skor rata-rata 62,19 yang termasuk ke dalam
katagori sedang.
Hasil observasi siswa pada siklus II menunjukan ada peningkatan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Hasil respon siswa terhadap
penggunaan media audio visual talkshow Kick Andy dalam meningkatkan
kemampuan menyimak pada siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI 4 Denpasar yaitu,
23 orang siswa atau 45% memperoleh skor predikat sangat tinggi, 26 orang siswa
atau 51% siswa memperoleh skor predikat tinggi, dan 2 orang siswa atau 4%
siswa memperoleh predikat sedang. Skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah
adalah 17 sehingga memperoleh skor rata-rata 84,78.
media
audiovisual
talkshow
Kick
Andy
dapat
60
dalam menyimak isi informasi. Hal ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan hasil tes siswa dari sebelum melakukan tindakan hingga
pelaksanaan siklus II. Hasil rata-rata yang diperoleh siswa pada refleksi
awal sebesar 58,33, pada siklus I meningkat menjadi 73,98 dan pada siklus
II meningkat menjadi 83,39. Secara klasikal hasil belajar meningkat 51%
pada siklus I dan kemudian meningkat lagi menjadi 94% pada siklus II.
2. Respon siswa terhadap pembelajaran menyimak isi informasi melalui
penggunaan media audio visual talkshow Kick Andy yang diterapkan
guru bidang studi pada siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI 4 Denpasar
mengalami peningkatan skor rata-rata yaitu dari siklus I sebesar 62,03
dengan kategori cukup tinggi dan pada siklus II meningkat menjadi 84,78
dengan kategori tinggi
2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas dianjurkan beberapa saran sebagai tindak lanjut
dari penelitian yang telah dilakukan guna meningkatkan pembelajaran bahasa
Indonesia kedepannya sebagai berikut.
1. Bagi siswa penggunaan media audio visual talkshow Kick Andy dapat
digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan
menyimak dan memotivasi siswa dalam belajar.
2. Guru bidang studi bahasa Indonesia, diharapkan dapat memanfaatkan
media audio visual talkshow Kick Andy sebagai slah satu cara didalam
kegiatan belajar mengajar dan dilaksanakan lebih kreatif dan inovatif agar
hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
3. Peneliti lain juga dapat melakukan penelitian sejenis berkaitan dengan
pengguaan media audio visual talkhow Kick Andy dalam pembelajaran
menyimak isi informasi di sekolah lain. Diharapkan juga peneliti lain
dapat melakukan penelitian selanjutnya dalam berbagai variasi untuk
mengembangkan penelitian ini dan diharapkan mendapat hasil yang lebih
baik.
61
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
Merdhana, I Nyoman. 1984. Dasar-Dasar Menyimak Efektif. Singaraja: UNUD.
Narbuko dan Achmadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nurkencana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Paizaluddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) Panduan Teoritis dan Praktis. Bandung: Alfabeta.
Sadiman, dkk. 2009. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sulatra, dkk. 2013. Dinamika Bahasa Media. Denpasar: Udayana University
Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
62
63
metal craft brass plate is very meaningful in this research to support the
development of the craft on the island of Lombok.
Based on this background, the problem can be formulated as follows: how
is ability to create two-dimensional metal craft art using materials with a brass
plate carving techniques by class XII students of SMAN 1 Gunungsari West
Lombok academic year 2013/2014 ?.
In this study, subjects using the method of determination of the sample and
the research that is the subject of research is a class XII student of SMAN 1
Gunungsari West Lombok academic year 2013/2014, amounting to 67 samples of
students. Method approaches the subject using empirical methods. Methods of
data collection using the test method measures and data processing methods are
descriptive statiscal analysis.
Based on the research and data analysis that has been done can be
concluded that the ability to create two-dimensional metal craft art using
materials with a brass plate carving techniques by class XII students of SMAN 1
Gunungsari West Lombok academic year 2013/2014 obtain the average value of
78 and predicated good.
Keywords: metal craft art, two-dimensional
PENDAHULUAN
Perkembangan budaya lokal suatu daerah dipengaruhi oleh perkembangan
masyarakat yang ada di daerah tersebut. Budaya lokal tidak terlepas dari pengaruh
seni rupa. Seni memiliki fungsi yang dapat dirasakan secara langsung maupun
tidak langsung bagi manusia. Fungsi yang secara langsung dapat dirasakan adalah
sebagai media untuk berekspresi diri, berkomunikasi, bermain, dan menyalurkan
bakat yang dimiliki. Secara tidak langsung, manusia dapat memperoleh manfaat
pendidikan melalui pengembangan berbagai kemampuan dasarnya untuk belajar.
Seni rupa dapat dibagi menjadi dua yaitu seni rupa murni dan seni rupa
terapan. Seni rupa murni mengutamakan segi keindahan saja, sedangkan seni rupa
terapan mengutamakan fungsi dan keindahan dari benda kriya yang biasa disebut
seni kriya terapan. Misalnya dari sekian banyak seni kriya terapan yang ada di
Lombok, yakni perkembangan seni kriya terapan dengan bahan plat kuningan
masih kurang dijumpai di pasar-pasar seni, dibandingkan dengan barang kriya
terapan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh minat para pengerajin yang belum secara
maksimal mengeksplorasi kerajinan ini.
64
Seni kriya logam plat kuningan sangat menarik untuk diangkat sebagai
bahan penilitian, mengingat kerajinan ini sangat jarang ditemui di daerah Lombok
yang benar-benar hasil kerajinan lokal. Barang kriya logam yang selama ini
beredar di Lombok kebanyakan berasal dari Pulau Jawa. Oleh sebab itu, kerajinan
kriya logam plat kuningan sangat memiliki arti dalam penelitian ini untuk
menunjang perkembangan kerajinan di Pulau Lombok.
Melihat permasalahan di atas, tenaga pendidik pelajaran seni budaya yang
mengajar pada SMAN 1 Gunungsari Kabupaten Lombok Barat mencoba untuk
memperkenalkan kerajinan plat kuningan dengan teknik ukir kepada peserta didik
yang duduk dikelas XII. Hal ini dilakukan agar kerajinan bahan plat kuningan
dapat berkembang dan meningkatkan keterampilan bagi siswa karena mereka
akan menjadi tulang punggung untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
sekitar. Mengingat letak geografis SMAN 1 Gunungsari yang dekat dengan
daerah pariwisata pantai Senggigi.
Manfaat yang dapat diperoleh siswa setelah mempelajari seni kriya dua
dimensi menggunakan bahan logam plat kuningan adalah dapat mengembangkan
bakat dan kreativitasnya dalam berkarya dan menciptakan peluang usaha untuk
memajukan perekonomian masyarakat sekitar.
Dengan berbagai keunggulan serta potensi yang dimiliki oleh SMAN 1
Gunungsari Kabupaten Lombok Barat diharapkan menghasilkan
alumni
yang
menguasai ilmu pengetahun dan teknologi serta memiliki bekal keterampilan yang
dapat diterapkan di masyarakat. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan siswa SMAN 1 Gunungsari Kabupaten Lombok Barat
dalam membuat seni kriya terapan menggunakan bahan plat kuningan dengan
tenik ukir. Penelitian difokuskan pada siswa kelas XII. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam membuat seni kriya logam dua dimensi
menggunakan bahan plat kuningan dengan teknik ukir.
Pemilihan kemampuan siswa dalam membuat seni kriya terapan
menggunakan bahan plat kuningan sebagai obyek penelitian adalah selain seni
kriya dua dimensi dengan bahan plat kuningan diajarkan pada kelas XII juga
disebabkan para siswa ini akan menjadi tulang punggung yang akan meneruskan
65
kriya
METODE
Metode penentuan subjek yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan
hasil penelitian sampel (Arikunto, 2010:174). Subjek penelitian adalah siswa
kelas XII SMAN 1 Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun pelajaran
2013/2014 sebanyak 67 siswa. Metode pendekatan subjek penelitian yang
digunakan adalah metode empiris yaitu metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alamiah (Riduwan, 2011:51).
Metode pengumpulan data menggunakan metode tes tindakan. Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
66
HASIL
Hasil penelitian tentang kemampuan membuat seni kriya logam dua
dimensi menggunakan bahan plat kuningan dengan teknik ukir oleh siswa kelas
XII SMAN 1 Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun pelajaran 2013/2014
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 : Data Skor Kemampuan Membuat Seni Kriya Logam Dua Dimensi
Menggunakan Bahan Plat Kuningan dengan Teknik Ukir Oleh Siswa
Kelas XII SMAN 1 Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Tahun
Pelajaran 2013/2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Nama Sampel
Ade Andriyan
Baiq Septina Hardianti
M. Mahbubirrahman
Musirin
Siti Nurazizah
Arif Rahman Hakim
Ulyani Hidayah
Baiq Hariani
Sri Wahyuni Ningsih
Devi Arista
Ridho Hastawan
Eva Hidayati
Nita Sopiana
Adi Rivanto
Yulia Putri Mantika
Ayu Ningsih
Sumiati
Baiq Jayanti Putri
Kelas
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.3
A
15
18
16
15
13
15
13
15
14
14
14
15
13
15
15
16
17
14
18
16
12
67
Kriteria Penilaian
B
C
D
16
16
16
16
20
18
16
15
14
15
14
16
14
15
15
14
14
14
13
14
15
15
15
15
15
14
15
15
13
14
15
13
13
15
15
15
13
15
16
15
15
15
15
15
14
16
16
16
16
18
17
15
16
15
15
18
16
15
18
16
13
15
15
E
15
18
14
15
14
14
15
15
14
14
15
14
14
15
14
18
17
15
15
15
15
Jumlah
78
90
75
75
71
71
70
75
72
70
70
74
71
75
73
82
85
75
82
80
70
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
Royatul Isnaeni
Dini Ulfiyati
Rijalul Huda
Aziz Rohman
Zulharman
Desak Kadek Yuli A.
Toni Hermansyah
Dewa Nyoman Budiana
Sabarudin
I Ketut Mantra
Ni Nyoman Wiwin S.
Achmad Nanda P.
Zara Hirly Parrani
Andi Riawan
Tery Selem Oktavari
Baiq Yayuk Saputri
Rudiman
Ilhamudin
Rismayani
Indra Kurniawan
Reza Bahtiar
Abdul Aziz
Yuliana Irmawanti
Arie Kusuma Hadi
Wasiah
Dian Malaya Putra
Siti Mahani
Fitriani
Riza umami
Hasnawati
Paice Imas Nurjanah
Ahmad Junaidi
Siti Mardiana
Asri Irawan
Sabda Karamul Huda
Bayu Arryan
Rohil Yati
Erwin Hidayat
Ririn Sutami
Husni Thamrin
Atmamudin Yasin
Siti Suhadah
Ela Kartika
Rizanum Ilham
Harnianti
Muhammad Zul Aidiy
Jumlah
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII Bahasa
XII Bahasa
XII Bahasa
XII Bahasa
XII Bahasa
XII Bahasa
14
15
17
13
17
17
15
15
16
14
16
15
18
17
16
16
15
16
18
15
16
15
15
16
15
16
15
15
16
14
15
17
17
15
15
15
17
17
17
15
14
15
15
15
16
16
15
15
16
14
16
17
15
15
15
14
15
15
16
16
16
16
15
16
18
16
14
15
15
16
15
16
16
15
15
15
17
16
16
17
16
17
16
16
16
14
14
14
15
15
16
15
15
15
18
15
17
16
15
15
16
15
15
16
18
18
16
16
15
16
18
15
15
15
16
17
15
15
15
16
15
14
15
16
17
15
15
15
17
17
16
14
14
14
15
15
16
16
15
15
16
15
17
18
15
16
15
15
16
15
17
17
16
16
15
16
18
15
15
15
16
17
16
16
17
17
18
15
17
16
17
17
16
17
17
17
16
15
15
15
15
15
17
16
15
15
16
14
13
17
15
14
16
15
16
14
17
17
15
17
14
15
18
16
15
15
16
17
16
17
18
17
16
15
16
17
18
16
16
16
18
18
17
15
15
15
15
15
17
17
74
75
83
71
80
85
75
75
78
73
78
75
86
85
79
81
74
79
90
77
75
75
78
80
78
80
81
80
80
73
80
82
85
80
78
80
85
85
82
73
72
73
75
75
82
80
1032
1025
1044
1058
1047
5204
68
Keterangan :
A = Bentuk
B = Proporsi
C = Komposisi,
D = Keseimbangan
E = Kerapian Karya
Langkah selanjutnya adalah mengubah skor mentah menjadi skor standar
yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2 : Skor Kemampuan dan Predikat Membuat Seni Kriya Logam Dua
Dimensi Menggunakan Bahan Plat Kuningan dengan Teknik Ukir
Oleh Siswa Kelas XII SMAN 1 Gunungsari Kabupaten Lombok Barat
Tahun Pelajaran 2013/2014
Kelas
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Nama Sampel
Ade Andriyan
Baiq Septina Hardianti
L/P
L
P
P
P
L
L
P
P
L
P
P
P
P
L
P
P
L
P
P
P
P
P
P
L
L
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.1
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.2
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.3
XII IPA.4
69
Skor
Mentah
Skor
Standar
78
90
75
75
71
71
70
75
72
70
70
74
71
75
73
82
85
75
82
80
70
74
75
83
71
78
90
75
75
71
71
70
75
72
70
70
74
71
75
73
82
85
75
82
80
70
74
75
83
71
Predikat
Baik
Baik Sekali
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
Zulharman
Desak Kadek Yuli A.
Toni Hermansyah
Dewa Nyoman Budiana
Sabarudin
I Ketut Mantra
Ni Nyoman Wiwin S.
Achmad Nanda Pratama
L
P
L
L
L
L
P
L
P
L
P
P
L
L
P
L
L
L
P
L
P
L
P
P
P
P
P
L
P
L
L
L
P
L
P
L
L
P
P
L
P
L
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPA.4
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.1
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.2
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII IPS.3
XII Bahasa
XII Bahasa
XII Bahasa
XII Bahasa
XII Bahasa
XII Bahasa
Jumlah
70
80
85
75
75
78
73
78
75
86
85
79
81
74
79
90
77
75
75
78
80
78
80
81
80
80
73
80
82
85
80
78
80
85
85
82
73
72
73
75
75
82
80
5204
80
85
75
75
78
73
78
75
86
85
79
81
74
79
90
77
75
75
78
80
78
80
81
80
80
73
80
82
85
80
78
80
85
85
82
73
72
73
75
75
82
80
Xi = 5204
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik Sekali
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik Sekali
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
= 67
Me = .?
Jadi, Me = 5204
67
= 77,67
= 78
BAHASAN
Sesuai dengan pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan mengenai
kemampuan membuat seni kriya logam dua dimensi menggunakan bahan plat
kuningan dengan teknik ukir oleh siswa kelas XII SMAN 1 Gunungsari
Kabupaten Lombok Barat tahun pelajaran 2013/2014 memiliki kemampuan
penerapan kriya logam dua dimensi berpredikat baik. Hal ini dapat dilihat dari
skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 78 dimana dalam kriteria predikat skor
78 dikategorikan baik.
Data hasil tes tindakan kemampuan membuat kriya logam dua dimensi
menggunakan bahan plat kuningan dengan teknik ukir oleh siswa kelas XII
SMAN 1 Gunungsari
diketahui 3 siswa atau 4,48 % memperoleh skor 86 100 berpredikat baik sekali,
60 siswa atau 89,55 % memperoleh skor 71 85 berpredikat baik, 4 siswa atau
5,97 % memperoleh skor 56 70 berpredikat cukup.
71
2.
3.
72
4.
Peranan
guru
dalam
membimbing
sangat
penting
untuk
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
cetakan Ke-14, Jakarta: Rineka Cipta
Praktik,
Bahari, Nooryan. (2008). Kritik Seni Wacana, Apresiasi dan Kreasi, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Djelantik, A.A.M.,(2008). Estetika Sebuah Pengantar. Cetakan ke-8. Jakarta :
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI)
Gunarta, I Wayan. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Denpasar : Fakultas
Pendidikan Bahasa Dan Seni, Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
(IKIP) PGRI Bali
Kurikulum SMAN 1 Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat
Riduwan, (2011). Belajar Mudah penelitian Untuk Guru Karyawan dan
Peneliti Pemula. Cetakan ke-7.Bandung: CV. Alfabeta
Sachari, Agus, (2007). Seni Rupa & Desain untuk SMA kelas X, XI, Jakarta :
Penerbit Erlangga
Sukandarrumidi, (2012). Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Suryahadi, A. Agung, (2008). Seni Rupa SMK Jilid 1, Menjadi Sensitif, Kreatif,
Apresiatif dan Produktif, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
73
Abstract
This research is classroom action research (CAR) that purpose to (1)
increase the students understanding about anggah-ungguhing lengkara basa Bali
using problem based learning model and (2) increase the students responses
during the learning process. This research carried in two cycles that consist of
planning phase, implementation phase, observation and evaluation phase, and
reflection phase. The subject were students XI TB1 SMK Pariwisata Werdhi
74
PENDAHULUAN
Pengajaran
bahasa
Bali
di
sekolah
bertujuan
mengembangkan
Bali atau bahasa ibu. Pengetahuan orang tua dalam sebuah keluarga terhadap
bahasa Bali cenderung hanya setengah-setengah sehingga tampak semacam
kekakuan ketika orang tua menggunakan bahasa Bali. Melihat permasalahan ini,
satu-satunya harapan untuk membuat anak belajar bahasa Bali adalah di sekolah.
Namun, kenyataan di sekolah pun menunjukkan siswa hanya menerima
pengetahuan begitu saja dari guru dan kurang mampu mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan observasi awal
yang dilakukan di SMK Pariwisata Werdhi Silakumara, ditemukan adanya
beberapa masalah yang dihadapi guru dalam mengajar bahasa Bali khususnya
materi anggah-ungguhing lengkara, yakni siswa belum memahami materi
anggah-ungguhing lengkara basa Bali. Hal ini terbukti dari skor rata-rata yang
diperoleh siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75, yaitu
rata-rata kelas hanya mencapai 70,69 dan ketuntasan belajar klasikal hanya 5
orang siswa yang tuntas dari 36 siswa atau hanya mencapai 13,88%. Selain dalam
hasil belajar, respon yang ditunjukkan siswa pun tergolong kurang positif.
Setelah digali lebih dalam melalui wawancara dengan siswa, teridentifikasi
beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar tidak maksimal dan respon yang
kurang positif. (1) Guru mengajar cenderung lebih banyak menggunakan metode
konvensional yakni hanya ceramah tanpa berinovasi menggunakan metode
mengajar lain. (2) Guru tidak pernah mengkhususkan materi yang diajarkan
sehingga siswa tidak mengetahui secara rinci materi yang harus dipelajari. (3)
Dalam proses pembelajaran guru lebih aktif daripada siswa.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi anggahungguhing lengkara basa Bali dapat dilakukan dengan perbaikan pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Guru perlu memilih model mengajar yang inovatif serta
sesuai dengan kompetensi yang akan dibentuk. Salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan oleh guru adalah model pembelajaran berbasis masalah
(PBM). Model pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa untuk berpikir
kritis, terbuka, dan berani mengungkapkan ide-ide, berusaha mencari pemecahan
masalah
menggunakan
pengetahuan-pengetahuan
yang
dimiliki
sehingga
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam satu siklus atau lebih,
maksudnya apabila dalam satu siklus belum tercapai hasil yang diharapkan maka
dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya hingga indikator keberhasilan tercapai.
Setiap siklus dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahap yakni tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan pengumpulan data, serta
refleksi. Penelitian ini dilakukan di SMK Pariwisata Werdhi Silakumara yang
terletak di Jalan Raya Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar, Bali. Waktu penelitian adalah pada semester genap tahun
pelajaran 2013/2014 pada jam pelajaran efektif untuk mata pelajaran bahasa Bali.
Pada penelitian ini diterapkan model pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap anggah-ungguhing lengkara basa Bali
dan berkolaborasi pula dengan guru bidang studi bahasa Bali. Pengumpulan data
dilakukan menggunakan metode tes untuk hasil belajar dan metode observasi serta
kuesioner untuk respon siswa. Data tersebut kemudian diolah menggunakan
statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum
atau generalisasi (Sugiyono, 2010: 276).
78
Data yang dianalisis adalah data hasil belajar siswa dan data respon siswa.
Dalam menganalisis hasil belajar dilakukan beberapa langkah yaitu mengubah
skor mentah menjadi skor standar, membuat pedoman konversi, menentukan
kriteria predikat, mengelompokkan predikat kemampuan siswa, dan mencari skor
rata-rata. Untuk mengubah skor mentah menjadi skor standar digunakan norma
absolute skala seratus (persentil) dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
P
= persentil
SMI
Keterangan:
Me
= Mean (rata-rata)
xi
= Jumlah individu
Penggolongan
Mi + 1,5 Sdi P
Sangat Positif
Positif
Cukup Positif
Kurang Positif
Keterangan:
Mi
= Mean ideal
Sdi
No.
Nama Siswa
(1)
(2)
Siklus
Siklus
II
Perubahan
Skor
Ket.
(4)
(5)
(6)
(7)
1.
Abriyasa, I Ketut
72
78
Meningkat
2.
67
95
28
Meningkat
3.
Agustina, I Nyoman
67
73
Meningkat
4.
Ariawan, I Gede
67
80
13
Meningkat
5.
Aristana, I Komang
67
87
20
Meningkat
6.
70
85
15
Meningkat
7.
Bayu, I Komang
75
80
Meningkat
80
No.
Nama Siswa
(1)
(2)
Siklus
Siklus
II
Perubahan
Skor
Ket.
(4)
(5)
(6)
(7)
8.
67
70
Meningkat
9.
72
95
23
Meningkat
10.
72
85
13
Meningkat
11.
77
95
18
Meningkat
12.
72
80
Meningkat
13.
75
95
20
Meningkat
14.
75
93
18
Meningkat
15.
75
85
10
Meningkat
16.
Karsiani, Ni Nengah
75
83
Meningkat
17.
77
90
13
Meningkat
18.
72
83
11
Meningkat
19.
83
83
Tetap
20.
75
75
Tetap
21.
75
92
17
Meningkat
22.
Putriani, Ni Kadek
72
88
16
Meningkat
23.
Setiawati, Ni Kadek
72
80
Meningkat
24
Soniastuti, Ni Kadek
72
88
16
Meningkat
25.
Sriartini, Ni Made
80
82
Meningkat
26.
Sudika, I Made
70
90
20
Meningkat
27.
Suprendi, I Wayan
53
73
20
Meningkat
28.
72
85
13
Meningkat
29.
75
93
18
Meningkat
30.
Swastika, I Gede
77
90
13
Meningkat
31.
72
95
23
Meningkat
32.
77
88
11
Meningkat
33.
Widana, I Wayan
67
78
11
Meningkat
34.
Wiriyanti, Ni Putu
80
90
10
Meningkat
35.
Yudiartini, Ni Kadek
75
95
20
Meningkat
81
Siklus
Siklus
II
Perubahan
Skor
Ket.
(4)
(5)
(6)
(7)
72
92
20
Meningkat
Jumlah
2613
3089
476
Meningkat
Rata-rata
72,58
85,81
13,23
Meningkat
No.
Nama Siswa
(1)
(2)
36.
Tes pada siklus II diikuti oleh 36 orang siswa dengan hasil yaitu, (1) skor
rata-rata siswa adalah 85,81, skor terendah yang diperoleh siswa adalah 70 dan
skor tertinggi adalah 95. (2) Ketuntasan belajar klasikal dicapai oleh 33 orang
siswa (91,67%) dengan rincian 14 orang (38,89%) berada pada kategori sangat
baik, 19 orang (52,78%) berada pada kategori baik, dan 3 orang (8,33%) berada
pada kategori baik. (3) Respon yang diberikan siswa berada pada kategori sangat
positif dengan rata-rata 42,47.
Perbandingan hasil penelitian dari prasiklus, siklus I, dan siklus II
disajikan pada tabel di bawah ini.
Perbandingan Hasil Penelitian Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
No.
Kriteria
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
70,69
72,58
85,81
Rata-Rata
Ketuntasan Klasikal
13,88%
44,44%
91,67%
Respon Siswa
Rendah
31,50
42,47
(Cukup Positif)
(Sangat Positif)
83
siswa
yang
memperoleh
nilai
tinggi
diharapkan
agar
tetap
DAFTAR RUJUKAN
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta
Gautama, Wayan Budha. 2006. Tata Sukerta Basa Bali. Denpasar: Kayu Mas
Agung.
Gunartha, I Wayan. 2009. Diktat Kuliah Evaluasi Hasil Belajar. Denpasar:
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali.
Nurkancana, Wayan dan PPN. Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar.
Surabaya: Usaha Nasional.
Purwanto, M. Ngalim. 1992. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, H. Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana
85
86
Abstract
The observation to porpuse for improve parcitipatory learning student in
dancing Belibis dance, also response student at to use media audio visual class VII
SMPN 1 Kediri study year 2013/2014.
The observation in action class to design on two cycle, the every cycle to
consist four activities that is : to design, to action, to observation and reflecition. In
this observation the researcher find some problem came from the student such as :
the lower rank of knowledge of student about kinds balinese dance including (Agem,
tandang, tangkis and tangkep) and to became evaluation before beside the value
KKM 70. Also application method learning still using method demonsration.
Observation subject is student class VIII SMPN 1Kediri year study 2013/2014, much
many thirty five people. Colecting item to use method observation, method test,
method information an documentation.
On the observation class, analisis intem in use is deskriptif-kuantitatif. The
observation is before to use media audio visual the value average is 65,42 finishing
student at 31,4% after to use media audio visual the value average is 70,14 with
finishing at 54,2% the cycle one and cycle two the value average student is 75,28 the
increasing of signifikan.the observation to knowledge response student to cycle one is
good prediksion 8,57% and enough is 91, 42% and the cycle two is 94,28% with good
prediksion 5,71% prediksion enough not yet full KKM. To increasing clear is to use
media audio visual can to improve participatory learning student class of SMPN 1
Kediri. Because of that, the writer recomend to the dancing teacher at SMPN 1
Kediri to use this media audio visual as product finding on observation this is.
Keywords: Media audio visual , The participatory learning dancing Belibis dance
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Seni tari Bali merupakan sebagian besar dari warisan budaya hindu dengan
menyatukan gerak-gerak yang bersifat sakral dan bersifat teatrikal yang artinya seni
pertunjukan yang bersifat menghibur. Di dalamnya juga berbaur ekspresi budaya
individual dan aspek kehidupan ritual dari masyarakat setempat. Selain itu, tari Bali
yang mengalami perkembangan budaya di zaman modern ini juga merespon berbagai
pergeseran nilai spiritual, sosial, dan kultural di kalangan masyarakat Hindu-Bali (
Dibia, 2012 : 7).
Sesuai dengan pengertian seni tari di atas, maka lembaga lembaga formal
sekolah memegang peranan penting dalam mengoptimalkan perkembangan siswa dan
87
mengembangkan nilai nilai kebudayaan seni tari yang ada di sekolah. Tidak hanya
bidang prestasi akademik saja yang mampu ditonjolkan di sekolah, akan tetapi di
bidang non akademik siswa juga mampu menonjolkan prestasinya melalui minat,
bakat, keterampilan dan keahlian yang siswa miliki. Prestasi belajar merupakan suatu
tingkat keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu. Untuk
mencapai suatu tingkat keberhasilan dalam pembelajaran, harus didukung oleh sikap
dari siswa itu sendiri seperti keahlian, keaktifan, motivasi dan kreativitas yang
dimiliki siswa. Akan tetapi kenyataan sekarang ini ada beberapa siswa yang belum
mencapai prestasi belajar dengan baik, karena adanya hambatan yang dirasakan oleh
siswa meliputi; a) rendahnya pengetahuan siswa tentang penguasaan ragam ragam
gerak tari Bali meliputi (Agem, tandang, tangkis dan tangkep), b) penguasaan tentang
pengertian sejarah tentang seni tari yang dipelajari, c) kecenderungan guru mengajar
ekstra tari dengan menerapkan metode demonstrasi. Menurut wawancara yang
peneliti lakukan dengan Ni Wayan Suarni, selaku guru pengajar ekstrakurikuler tari
di SMP Negeri 1 Kediri, menyatakan bahwa hasil belajar beberapa siswa yang
diperoleh dalam meningkatkan prestasi belajar tari belibis masih tergolong rendah
yaitu 60 sedangkan kriteria ketuntasan minimal pada kegiatan ekstrakurikuler ialah
70.
Dalam proses pembelajaran pada sekolah menengah pertama ( SMP ), media
pembelajaran merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap keberhasilan
siswa dalam sistem pembelajaran. Selain itu media pembelajaran juga memiliki
keunggulan keunggulan yakni: (1) siswa lebih mampu menangkap suatu objek atau
peristiwa peristiwa tertentu. (2) mampu memanipulasi keadaan, peristiwa atau
objek tertentu. (3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa. (4) Media
pembelajaran juga memiliki nilai yang praktis (pertama, media dapat mengatasi
keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, dan yang kedua, media dapat
mengatasi batas ruang kelas). Selain keempat manfaat dari penggunaan audio visual,
keunggulan yang lain ialah siswa menjadi lebih tertarik dengan melihat secara
langsung gambar video, gerakan tari dan kostum busana yang dipakai penari sehingga
88
siswa lebih memiliki pengetahuan dalam menari tari belibis. Kemudian gambar video
bisa ditayangkan secara berulang- ulang misalnya dibagian pepeson sehingga siswa
lebih mengerti dan paham dengan gerakan tari yang disampaikan.
Oleh sebab itu, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dan
dijadikan sebagai sebuah penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan
judul Penggunaan Media Audio Visual Dalam Upaya Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Menarikan Tari Belibis Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Kediri Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun rumusan masalah
berdasarkan latar belakang di atas sebagai berikut.
1. Apakah penggunaan media audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar
menarikan tari Belibis pada kegiatan Ekstrakurikuler tari siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Kediri tahun pelajaran 2013/2014 ?
2. Bagaimanakah respon siswa yang terjadi pada kegiatan ekstrakurikuler tari
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kediri tahun pelajaran 2013/2014 terhadap
penggunaan media audio visual ?
2.
LANDASAN TEORI
2.2
Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar.
Menurut lesle J. Briggs (1979) menyatakan media adalah alat untuk memberi
perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Menurut Rossi dan
Breidle (1966), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan
bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku,
koran dan majalah. Namun demikian media bukan hanya berupa alat atau bahan saja
akan tetapi, hal-hal yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan.
Gerlach dan Ely (1980) media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan
yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Jadi dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara
89
seperti tv, radio, slide, bahkan cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia
sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar,
karyawisata, simulasi dan lain sebagainya. Yang bisa dikondisikan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan. Serta mengubah sikap siswa atau untuk menambah
keterampilan ( Wina sanjaya, 2008 : 204).
2.2
suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video,
berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini
dianggap lebih baik dan lebih menarik sebab mengandung kedua unsur jenis media
yang audio dan visual. Dilihat dari kemampuan jangkuannya, media audio visual ini
mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film,
video dan lain sebagainya ( wina sanjaya, 2008 : 211).
2.3
adalah tari kreasi yang menggambarkan kehidupan sekelompok burung belibis yang
dengan riangnya menikmati keindahan alam. Seketika sekelompok burung itu
dikejutkan oleh munculnya seekor burung belibis jadi-jadian yang merupakan
penjelmaan dari Prabu Angling Darma setelah terkena kutukan dari istrinya yang
sakti (dalam cerita tantri). (Dibia, 2012 : 61)
90
3.
METODE PENELITIAN
3.1
Metode Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tindakan. Tes tindakan
merupakan sejenis alat ukur untuk memperoleh gambaran kuantitatif tentang perilaku
seseorang, membatasi pengertian tes sebagai alat ukur atau prosedur yang
sistematikuntuk mengukur suatu prilaku.
Tabel
Aspek Penilaian Tes Tes Tindakan Prestasi Belajar Menarikan Tari Belibis
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kediri Tahun Pelajaran 2013/2014
Rentang nilai
Skor
Agem
1-5
Tandang
1-5
Tangkis
1-5
Tangkep
1-5
Jumlah SMI
3.2
20
gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila :
91
sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, dan dapat
dikontrol kendalanya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya) (Usman dan
Akbar, 2004 : 54). Wawancara adalah tehnik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan
berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan kepada si
peneliti, wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui
observasi (Mardalis, 2009:64).
3.3.
3.3.1
3.3.2
x 100
SMI
Keterangan :
P = Persentil
X = Skor yang dicapai
SMI= Skor Maksimal Ideal
92
3.3.3
Tabel
Skor Standar
Kategori / Predikat
86 100
Baik Sekali
70 85
Baik
56 69
Cukup
41 55
Kurang
0 40
Kurang Sekali
3.3.4
x 100
SMI
Kategori / Predikat
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
Sumber : buku dari rapot siswa SMP
93
3.3.5
Kelas VIII SMP Negeri 1 Kediri pada kegiatan Ekstrakurikuler, dapat diketahui
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
M=
fx
N
Keterangan :
M
fx
= Jumlah Standar
4. HASIL PENELITIAN
4.1
Refleksi Siklus I
Setelah dilakukan analisis hasil observasi dan hasil tes tindakan, selanjutnya
4.2
Refleksi Siklus II
Proses pembelajaran dengan pokok bahasan tentang penggunaan media audio
visual dalam upaya meningkatkan prestasi belajar menarikan tari Belibis pada
94
kegiatan ekstrakurikuler siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kediri tahun pelajaran
2013/2014 lebih baik dibandingkan dengan proses pembelajaran siklus I. Hal ini
terbukti dari hasil yang telah dicapai pada siklus II, dari hasil evaluasi siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Kediri telah mengalami peningkatan yang cukup baik dengan
perbandingan hasil prestasi belajar siswa menarikan tari Belibis antara siklus I dan
siklus II.
Pada siklus I , presentase ketuntasan siswa mencapai 54,2%. Karena sebagian
besar siswa belum memahami dengan baik ragam gerak serta tehnik tari pada tari
Belibis, sehingga perlu diadakan siklus lanjutran. Setelah diadakan siklus II
presentase ketuntasan siswa mengalami peningkatan yang sangat baik yaitu 100%
siswa sudah memenuhi standar nilai KKM.
Berdasrkan data yang diperoleh terhadap prestasi belajar menarikan tari
Belibis dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas VIII SMP Negeri
1 Kediri diketahui terjadi peningkatan. Keberhasilan peningkatan ini disebabkan
karena sikap dan tingkah laku siswa saat menyaksikan video tari Belibis sangat
sungguh-sungguh, begitu pula dari keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan serta
diskusi kelompok yang dilakukan siswa mampu menciptakan suasana dalam praktik
menari menjadi lebih aktif dan kondusif. Hal hal lain yang menyebabkan terjadinya
peningkatan adalah : (1) Melalui audio visual tayangan video dapat ditayangkan
secara pelan-pelan dan diulang berulang-ulang jika diperlukan. (2) Guru
menampilkan beberapa pose atau agem beserta istilah ragam gerak tari Belibis
melalui audio visual. (3) Guru memberikan contoh teknik-teknik gerak tari Belibis
dan memberikan perhatian penuh terhadap siswa yang kurang paham.
5.
5.1
Simpulan
1) Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas kepada siswa kelas terhadap
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kediri Tahun pelajaran 2013/2014, tentang
peningkatan prestasi belajar menarikan tari Belibis dengan menggunakan
95
5.2
Saran-saran
1) Siswa yang dinyatakan tuntas disarankan agar selalu berusaha belajar
lebih giat lagi mempertahankan nilainya bahkan lebih bisa mengasah
dirinya agar prestasi yang sudah dicapai lebih meningkat dengan nilai
bagus
2) Kepada guru seni budaya disarankan agar dapat mengembangkan media
audio visual ini sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang aktif
dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk lebioh tertarik
dalam mempelajari seni budaya
96
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2006 . Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Bumi
Aksara
Azhar, Arsyad. 2010 . Media Pembelajaran . Jakarta : Raja Grafindo Persada
Bawa, Pande Wayan . 2012 . Materi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas. IKIP
PGRI BALI. Denpasar
Cerita, I Nyoman dan Padmini, Tjok Istri Putra . 2009 . Buku Ajar Analisis Tari dan
Gerak . Denpasar : Fakultas Pertunjukan ISI Denpasar
Dibia, I wayan . 2012 . Ilen Ilen Seni Pertunjukan Bali . Denpasar : Bali Mangsi
Djaus, I Nyoman . 1980 . Teori Tari Bali . Denpasar : Sumber Mas Bali
Gunartha, I wayan . 2010 . Materi Kuliah Evaluasi Pembelajaran. IKIP PGR BALI.
Denpasar
Mardalis. 2009 . Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal . Jakarta : Bumi
Aksara
Nurkancana, Wayan dan Sunartana . 1992 . Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Usaha
Nasional
Soedarsono. 1972 . Djawa dan Bali Dua Pusat Perkembangan Drama Tari
Tradicional di Indonesia . Jogjakarta : Gajah Mada University Press
Usman, Husiani dan Akbar, Setiady Purnomo . 2004 . Metodelogi Penelitian Sosial.
Jakarta : Bumi Aksara
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran . Jakarata :
Kencana Pernada Media Group
97
I Made Sujaya
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah,
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali
imadesujaya@yahoo.co.id
Abstrak
Artikel ini mengungkap wacana pengucilan sosial dalam cerpen Kubur
Wayan Tanggu (KWT) karya Gde Aryantha Soethama. Permasalahan yang dibahas
dalam artikel ini, yakni konstruksi wacana sanksi adat kasepekang atau pengucilan
sosial yang ditampilkan dalam cerpen KWT, hubungannya dengan wacana
pengucilan sosial dalam masyarakat adat Bali, serta pandangan pengarang mengenai
wacana pengucilan sosial tersebut. Dengan metode analisis wacana kritis model van
Fairclough terungkap bahwa cerpen KWT merupakan wacana fiksi yang kohesif dan
koherensif. Dari segi praktik kewacanaan, KWT merupakan cerpen yang kuat dan
utuh. Secara praktik sosial, cerpen ini merepresentasikan hegemoni adat Bali yang
membuat banyak pihak tidak berdaya. Resistensi terhadap sanksi adat kasepekang
melalui cara yang tidak terduga, menunjukkan pengenaan sanksi ini memunculkan
masalah baru. Cerpen KWT mencerminkan realitas empiris mengenai wacana publik
tentang pro dan kontra seputar pemberlakuan sanksi adat kasepekang.
98
through an unexpected way shows that imposing the sanction brings new problems.
The short story reflects the empirical reality about the public discourse on the
controversy surrounding the implementation of "kasepekang" customary sanction.
Keywords: discourse, social exclusion, critical discourse analysis
1. Pendahuluan
Karya sastra merupakan salah satu jenis wacana, yaitu golongan wacana fiksi.
Wacana fiksi adalah wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada imajinasi.
Bahasanya menganut aliran konotatif, analogis, dan multiinterpretable (Mulyana,
2005: 54). Wacana fiksi dapat dipilah menjadi tiga jenis yakni wacana prosa, wacana
puisi dan wacana drama.
Cerita pendek (cerpen) termasuk ke dalam wacana prosa. Cerpen merupakan
salah satu jenis karya sastra yang saat ini berkembang pesat dalam dunia sastra
Indonesia. Setiap hari Minggu, hampir semua media massa di Indonesia memuat
cerpen. Oleh karena itu, Mahayana (2006: 51) memproklamasikan hari Minggu
sebagai sebagai Hari Cerpen Indonesia.
Seperti halnya karya sastra prosa lainnya, cerpen juga merupakan sebuah
dunia dalam kata (Nurgiyantoro, 2005: 272). Pengarang membangun satu dunia
tersendiri dalam cerpen untuk menyampaikan pesannya bagi pembaca. Pengarang
memanfaatkan unsur-unsur pembangun sastra untuk menyampaikan pesan-pesannya.
Oleh karena itulah, karya sastra sering dianggap sebagai bentuk komunikasi yang
tidak langsung atau dengan cara yang berbeda. Dengan latar belakang pemikiran
itulah, cerpen layak untuk dikaji dengan pendekatan analisis wacana karena cerpen
juga menampilkan sebuah wacana.
Cerpen yang dipilih sebagai objek kajian dalam artikel ini, yakni cerpen
karya Gde Aryantha Soethama yang berjudul Kubur Wayan Tanggu (KWT). Gde
Aryantha Soethama merupakan salah satu pengarang Bali yang cukup menonjol
dalam dunia sastra Indonesia modern selain Panji Tisna, Putu Wijaya, Putu Oka
Sukanta dan Oka Rusmini. Karya-karya pengarang kelahiran Klungkung, Bali, 15
99
Juli 1955 ini yang umumnya berupa cerpen ini banyak dimuat dalam berbagai media
massa lokal dan nasional serta terkumpul dalam sejumlah buku antologi cerpen
bersama atau pun kumpulan cerpen tunggal.
Nama Gde Aryantha Soethama semakin diperhitungkan di dunia sastra
Indonesia modern setelah dua cerpennya terpilih sebagai cerpen pilihan Kompas pada
tahun 1993 dan 1994. Pada tahun 2006, buku kumpulan cerpennya, Mandi Api
terpilih sebagai pemenang Khatulistiwa Award yang merupakan penghargaan
bergengsi bidang sastra. Cerpen KWT turut dimuat dalam buku Mandi Api.
Cerpen Kubur Wayan Tanggu dipilih karena cerpen ini menampilkan
wacana konflik adat Bali, terutama berkaitan dengan sanksi adat kasepekang atau
pengucilan sosial. Wacana pengucilan sosial sejak tahun 1960-an hingga kini masih
mewarnai diskusi sosial di kalangan masyarakat Bali. Hal ini disebabkan oleh kasuskasus pengucilan sosial terus bermunculan, meskipun telah muncul banyak
keprihatinan dan imbauan agar sanksi adat pengucilan sosial yang diikuti dengan
larangan mengubur mayat di kuburan desa itu diluruskan sudah sering disampaikan.
Pengarang sebagai bagian dari kelompok intelektual di Bali turut merespons
wacana mengenai sanksi adat pengucilan sosial itu melalui karyanya. Cerpen-cerpen
karya Gde Aryantha Soethama memang cukup banyak mengangkat tema mengenai
konflik adat Bali termasuk konflik kasta dan konflik antara modernitas dan tradisi.
Artikel ini mengungkap bagaimana wacana pengucilan sosial yang
ditampilkan dalam cerpen KWT. Selain itu, dilihat juga sejauh mana kesesuaian
wacana pengucilan sosial dalam cerpen KWT dengan wacana pengucilan sosial
dalam masyarakat adat Bali. Terakhir, analisis difokuskan untuk mengetahui
bagaimana pandangan pengarang mengenai wacana pengucilan sosial tersebut
yakni teks (tuturan, pencitraan visual atau gabungan ketiganya), praktik kewacanaan
yang melibatkan pemroduksian dan pengonsumsiam teks, dan praktik sosial
(Jorgensen dan Phillips, 2007: 128).
Model tiga dimensi Fairclough merupakan kerangka analisis yang digunakan
untuk penelitian empiris tentang komunikasi dan masyarakat. Ketiga dimensi itu
hendaknya dicakup dalam analisis wacana khusus peristiwa komunikatif. Analisis
tersebut dipusatkan pada (1) ciri-ciri linguistik teks tersebut (teks), (2) proses yang
berhubungan
dengan
pemroduksian
dan
pengonsumsian
teks
itu
(praktik
kewacanaan) dan (3) praktik sosial yang lebih luas yang mencakup peristiwa
komunikatif (praktik sosial).
Pemroduksian teks
TEXT
PRAKTIK
KEWACANAAN
Pengonsumsian teks
PRAKTIK SOSIAL
Gambar Model Tiga Dimensi Fairclough untuk Analisis Wacana Kritis
Tujuan umum model tiga dimensi itu adalah memberikan kerangka analitis
bagi analisis wacana. Model ini didasarkan pada dan menggunakan prinsip yang
berbunyi bahwa teks tidak pernah bisa dipahami atau dianalisis secara terpisah
101
hanya bisa dipahami dalam kaitannya dengan jaring-jaring teks lain dan hubungannya
dengan konteks sosial (Jorgensen dan Phillips, 2007: 130).
(1) Luh Sasih bersimpuh memeluk kaki Pedanda Pemogan. Isak tangisnya
membuat pucuk-pucuk cempaka di halaman Gria Pedungan petang itu
menggigil
(2) Tak ada lagi tempat karena semua orang mengucilkan hamba. Kini
tinggal Ratu Peranda yang bisa menyelamatkan dan memberi tempat pada
badan dan jiwa hamba. Selamatkanlah hamba, Ratu Peranda
(3) Engkau harus tabah, Luh. Yang kau hadapi adalah masalah adat, bukan
kepincangan agama. Karena itu sebagai pendeta saya tak punya kuasa
memutuskan nasibmu.
(4) Wayan semakin terkucil, namun ia mulai mengukur dirinya sebagai sosok
seorang manusia.
Pengacuan atau referensi terdapat pada data (1) yaitu pronomina persona
ketiga tunggal, tangisnya dan data (4) dirinya. Pada data (2) ditemukan pronomina
persona pertama tunggal hamba (Luh Sasih). Pada data (2) juga terdapat pronomina
persona ketiga tunggal Ratu Peranda sebagai kata sapaan hormat untuk Pedanda
Pemogan. Pada data (3) terdapat kata engkau dan kau yang merupakan pengacuan
persona kedua tunggal. Ditemukan juga pengacuan persona pertama tunggal saya
pada data (3). Selain itu dapat dilihat juga adanya pengacuan persona kedua tunggal
lekat kanan nasibmu. Pengacuan pronomina persona ketiga. Ditemukan juga
pengacuan pronomina persona tunggal bebas, ia pada data (4) dan pengacuan
pronomina persona ketiga, dirinya.
Pengacuan pada data (1) yakni kata hamba dan Ratu Peranda menunjukkan
adanya relasi bertingkat dalam komunikasi yang terjadi antara Luh Sasih dan Pedanda
Pemogan. Kata hamba mengesankan posisi pembicara lebih rendah secara struktur
sosial dibandingkan lawan bicaranya. Idiom Ratu Peranda dalam bahasa Bali sebagai
kata sapaan hormat untuk tokoh pendeta. Dalam struktur sosial masyarakat Bali,
pendeta menempati strata tertinggi sebagai golongan Brahmana.
Pengacuan, selain ditandai oleh pronomina persona, juga ditandai dengan kata
yang lain seperti terlihat pada kata itu data (1). Kata itu pada data (1) mengacu
kepada waktu petang saat terjadinya peristiwa. Hal ini menunjukkan pengacuan tidak
103
saja terdapat pada persona tetapi juga pada penunjukan atau demonstrativa.
Pengacuan demonstrativa juga ditemukan pada data-data berikut ini.
(4) Dalam situasi buruk semacam itulah muncul masalah tanah yang sebagian
digarap Wayan.
(5) Seluas sepuluh are tanah tegalannya yang berdampingan dengan lima are
tanah milik desa digugat sebagai semuanya milik desa. Selama ini gugatan itu
tak pernah muncul karena tanah itu nilainya kecil, Cuma sebatas tanah
garapan.
(6) Wayan pun tenang-tenang memetik hasil puluhan pohon kelapa di sana.
(7) Tapi, tahun depan pemerintah daerah akan membangun pasar seni
berseberangan dengan tegalan Wayan. Tanah itu oleh kepala desa akan
dibangun kios-kios yang akan dikontrakkan. Hasilnya akan memperkaya kas
desa.
(8) Derit gesekan batang pohon bambu di belakang rumah kian jelas
terdengar, seperti jeritan orang-orang kepiluan.
(9) Tapi rekan-rekannya suka mengolok-olok alis selebat itu seperti alis kera.
Pengacuan demonstrativa ditemukan pada data (2) selama ini yang mengacu
pada waktu yang lampau hingga waktu kini dan di sana yang mengacu kepada tanah
tegalan milik Wayan Tanggu. Pada data (8) dan (9) juga ditemukan pengacuan
komparatif seperti.
Aspek gramatikal yang lain adalah elipsis atau pelesapan. Elipsis adalah salah
satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan unsur atau konstituen tertentu
yang telah disebutkan (Saddhono, 2005: 91). Elipsis dapat dilihat pada data-data
berikut.
(11) Bukan hanya engkau kera, aku juga.
Elipsis pada data (11) adalah unsur kata kera. Pelesapan ini demi
pertimbangan kepraktisan, efektivitas kalimat, ekonomi bahasa atau efesiensi dan
mencapai aspek keterpaduan wacana.
Aspek gramatikal berikutnya yakni konjungsi. Konjungsi merupakan salah
satu kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu
dengan yang lain (Saddhono, 2005: 91). Ada banyak bentuk-bentuk konjungsi dan
dapat dilihat pada data-data berikut.
104
(16) Saya tak keberatan menyerahkannya pada desa. Sayangnya mereka tidak
meminta, tapi menuntut. Mereka hendak merampasnya.
105
Kata meminta dan menuntut pada data (16) bersinonim atau memiliki makna
yang sama. Kohesi leksikal antonimi ditemukan pada data (10), suami istri yang
menunjukkan oposisi hubungan.
106
Novel ini berkisah tentang tokoh Subali yang dikenai sanksi adat pengucilan karena
dia tidak pernah mau lagi terlibat dalam kegiatan-kegiatan di desa adat.
Konflik sesungguhnya dalam cerpen KWT berlangsung dalam waktu yang
cukup panjang, lebih dari lima tahun. Berawal dari sikap tertutup Wayan Tanggu, tak
mau bergaul dengan warga desa karena merasa terganggu dengan pertanyaanpertanyaan mengenai dirinya yang tak kunjung dikaruniai momongan. Jarak sosial ini
semakin melebar tatkala tanah milik Wayan Tanggu hendak dimanfaatkan desa untuk
membangun pasar seni. Sikap Wayan Tanggu inilah yang berujung pada
pemecatannya sebagai warga desa. Wayan Tanggu dikucilkan. Ketika meninggal,
jenazahnya dilarang dikubur di kuburan desa.
Cerita baru dimulai tatkala konflik sudah berada di puncaknya, yakni desa
melarang jenazah Wayan Tanggu dikubur di kuburan desa. Istri Wayan Tanggu, Luh
Sasih mendatangi Pedanda Pemogan, seorang pendeta agama Hindu yang disegani
dan berwibawa di desanya, untuk memohon bantuan mengatasi masalahnya. Akan
tetapi, Pedanda Pemogan menolak karena menganggap masalah yang dihadapi Luh
Sasih bukanlah masalah agama.
Engkau harus tabah, Luh. Yang kau hadapi adalah masalah adat, bukan
kepincangan agama. Karena itu sebagai pendeta saya tak punya kuasa
memutuskan nasibmu.
Dari sinilah kemudian cerita menggunakan alur sorot balik. Luh Sasih
diceritakan teringat kembali dengan perjalanan konflik adat yang dialami suaminya
dan dirinya. Oleh karena itulah, cerita menjadi terasa sangat padat. Akan tetapi, hal
ini tidak bisa dihindari karena cerpen memang menghendaki sebuah cerita yang
singkat. Cerpen bisa mengangkat satu konflik pendek atau satu konflik panjang
dengan penekanan pada bagian tertentu dari konflik tersebut.
Dengan memulai cerita dari puncak konflik yakni kepedihan Luh Sasih atas
hukuman yang mesti ditanggung jenazah suaminya, cerita menjadi sangat dramatis.
Pengarang berhasil menghadirkan suspensi yang kuat dalam cerpen KWT. Bahkan,
akhir cerita sangat mengejutkan, tidak terduga sama sekali: Luh Sasih memilih
107
108
tokoh Pedanda Pemogan fungsional dalam cerita karena membuat konflik menjadi
semakin dramatis.
Pemunculan tokoh agama (pedanda) dalam cerpen Kubur Wayan Tanggu
juga mencerminkan pandangan kritis seorang Gde Aryantha dalam praktik adat dan
agama orang Bali. Tokoh Pedanda Pemogan digambarkan sebagai tokoh yang sangat
adil dan sarat wibawa. Akan tetapi, untuk masalah adat yang dihadapi Luh Sasih,
Pedanda Pemogan menolak untuk membantu menyelesaikan. Pedanda Pemogan
beralasan bahwa masalah yang dihadapi Luh Sasih bukanlah masalah agama, tetapi
masalah adat. Gambaran watak dan sikap Pedanda Pemogan ini merupakan kritik
pengarang terhadap sikap para tokoh agama (pedanda) di Bali yang cenderung
memilih tidak bersikap atas persoalan adat yang dihadapi masyarakat Bali dengan
alasan hal itu bukanlah merupakan persoalan agama sehingga bukan merupakan
bagian dari otoritasnya.
adat kasepekang pun menimbulkan pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat Bali.
Sebagian kalangan mendukung agar sanksi adat kasepekang tetap dipertahankan,
sebagian lagi meminta agar sanksi adat itu dihapuskan karena dinilai melanggar hak
asasi manusia (HAM) dan sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman1.
Pro dan kontra juga tampak dalam wacana yang dibangun para sastrawan Bali
dalam karya-karyanya. Pada novel Tiba-tiba Malam karya Putu Wijaya, tokoh utama
cerita yang dikenai sanksi adat kasepekang diarahkan untuk berdamai dengan warga
desa sehingga sanksi adat tersebut bisa dicabut. Ini dapat dimaknai sebagai persepsi
pengarang yang lebih menghendaki adanya rekonsiliasi antara warga yang terkena
sanksi adat kasepekang dengan warga desa. Dengan begitu harmoni di desa adat tetap
terjaga.
Sebaliknya dalam cerpen KWT karya Gde Aryantha Soethama, tokoh utama
cerita memilih jalan melawan sanksi adat kasepekang itu dengan cara yang sangat
mengejutkan yakni mengubur jenazah sang suami di kamarnya sendiri. Ini
menunjukkan pengarang memiliki sudut pandang berbeda dalam menyikapi sanksi
adat kasepekang.
Bagi Gde Aryantha Soethama, sanksi adat pengucilan sosial yang berbuntut
pada larangan untuk mengubur mayat sangat tidak manusiawi, bertentangan dengan
nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan, Gde Aryantha dengan nada satire membandingkan
larangan mengubur mayat itu dengan kehidupan kera yang mau mengubur mayat
rekannya sendiri.
Ia beberapa kali mendengar cerita orang-orang sekampung, kalau kera yang
mati di hutan wisata Sangeh tak dibiarkan tergeletak begitu saja, tapi dikubur
oleh teman-temannya sesama kera.
Gde Aryantha juga menunjukkan betapa pengenaan sanksi adat kasepekang
bagi seorang warga tidak bebas nilai. Dalam cerpen KWT diceritakan sanksi adat
kasepekang yang dijatuhkan kepada tokoh Wayan Tanggu justru karena penolakan
1
Perdebatan mengenai sanksi adat kasepekang pernah ditulis secara mendalam di majalah Sarad No.
26, Mei 2002 serta DenPost edisi Minggu, 21September 2008, halaman 6.
110
Wayan Tanggu terhadap keputusan desa untuk menggunakan tanahnya sebagai pasar
seni. Walaupun tokoh Wayan Tanggu juga diceritakan menjaga jarak pergaulan
dengan warga desa karena terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai
keturunan, pada kenyataannya motif pengenaan sanksi adat kasepekang lebih dipicu
oleh ambisi kepala desa untuk menguasai lahan milik Wayan Tanggu.
4. Penutup
Cerpen KWT merupakan sebuah wacana yang kohesif dan koherensif. Hal itu
ditunjukkan dengan dimilikinya semua aspek kohesi gramatikal dan leksikal. Kohesi
gramatikal terdiri atas pengacuan, penyulihan, pelesapan dan perangkai, sedangkan
kohesi leksikal terdiri atas repetisi, sinonimi, hiponimi, dan antonimi.
Dari segi praktik kewacanaan, cerpen KWT yang kuat secara struktural. Tema
sanksi adat kasepekang (pengucilan sosial) dengan latar kehidupan adat masyarakat
Bali didukung oleh penokohan dan pengaluran yang fungsional. Cerpen KWT
menggambarkan sanksi kasepekang tidak bebas nilai karena dilandasi sikap iri hati
tokoh kepala desa terhadap tokoh Wayan Tanggu.
juga digambarkan membuat banyak pihak tidak berdaya, seperti sebagian warga desa
yang merasa kasihan dengan nasib Luh Sasih, termasuk tokoh pendeta yang disegani
dan berwibawa. Hal itu mengesankan bahwa kekuasaan adat memang sangat kuat
sehingga membuat banyak pihak menjadi tidak berdaya.
Wacana pengucilan sosial dalam cerpen KWT ini memiliki kesesuaian dengan
realitas empiris pada kehidupan adat masyarakat Bali. Sanksi adat kasepekang atau
pengucilan sosial yang diikuti larangan mengubur mayat memang menjadi suatu
fenomena yang jamak di tengah-tengah masyarakat Bali. Dengan menampilkan solusi
yang mengejutkan yakni mengubur jenazah di rumah sendiri, pengarang seperti ingin
mengingatkan bahwa sanksi adat yang kaku hanya akan melahirkan masalah baru,
bukan menyelesaikan masalah.
111
DAFTAR RUJUKAN
Darma Putra, Nyoman. 2008. Bali dalam Kuasa Politik. Denpasar: Arti Foundation.
DenPost. 2008. Kasepekang: Dihapuskan Saja atau Disesuaikan?, Minggu 21
September 2008, halaman 6.
Jogersen, Marianne W. dan Louise J. Phillips. 2007. Analisis Wacana Teori &
Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mahayana, Maman S. 2006. Bermain-main dengan Cerpen Apresiasi dan Kritik
Cerpen Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis
Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Saddhono, Kundharu. 2005. Analisis Wacana Peran Jender dalam Cerpen Ibu
Karya Budi Maryono dalam Teori dan Praktik Analisis Wacana (ed. Dr.
Sumarlan, M.S.). Surakarta: Pustaka Cakra.
Sarad. 2002. Kasepekang Konflik Buntu Adat Bali, Edisi No. 26, Mei 2002.
Soethama, Gde Aryantha. 2006. Mandi Api. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Wijaya, Putu. 2005. Tiba-tiba Malam. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Windia, Wayan P. dan Ketut Sudantra. 2006. Pengantar Hukum Adat Bali. Denpasar:
Lembaga Dokumentasi dan Publikasi Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Windia, Wayan P. 2008. Pelaksanaan Sanksi Adat Kasepekang di Desa Pakraman
(Makalah dalam Semiloka tentang Sanksi Adat Kasepekang yang
diselenggarakan Bali Shanti LPM Unud, 19 September 2008 di Laboratorium
Bahasa, Kampus Unud, Jalan PB Sudirman, Denpasar).
112
113
Abstract
Most of the students class I still lacking understanding in Indonesia
language. This can be seen on a weak understanding of students of science. Cause
of this, granting Indonesia language needs to be improved understanding by
looking at the mastery of the vocabulary of their students. As for the issues that
will be examined in this study are: (1) how many student-controlled vocabulary
class I SD No.1 Sading?, (2) what are some of the classes used by the grade I SD
No.1 Sading?, (3) how the percentage frequency of use of the word class of grade
I SD No.1 Sading?.
The purpose of this study, namely: knowing the amount of vocabulary
grade I, grade word used grade I, and the percentage of frequency of use of class
he said. The theory used in this study, namely: (1) language learning theory, (2)
the theory of vocabulary, and (3) a class of words. Methods in this study, namely:
(1) the method of determining the subject of research using a sample, (2) the
method of approach of the subject, i.e., the empirical method, (3) data collection
method, i.e. the method of recording techniques, interview with (4) data
processing method using a descriptive analysis method. Based on the results of
the processing of his data, can be summed up as follows: the number of studentcontrolled vocabulary as much as 448 class vocabulary, words used include
nouns, verbs, adjectives, prepositions, conjunction, numeralia, and adverbs of
frequency of use, the percentage of the class he said include nouns (43,97
percent), verbs (23.88%), the adjectival (12,59%) numeralia (8,48), conjunction
(0.67 percent), prepositions (0.67%), and adverbs (9.38%) is.
As for suggestions that can be delivered are the production vocabulary
students are already good, but still needs to be improved again, teachers are
expected to use the language of Indonesia is not a regional language in any
learning in the classroom, teachers should be more selective in the choice of
words used in the study.
Keywords: linguistic competence of students, lexicon
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anak cenderung menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerahnya, baik
dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolahnya. Tidak heran jika
seorang anak lebih mudah berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibunya
dibandingkan dengan menggunakan bahasa pengantar yaitu bahasa Indonesia. Hal
114
115
2.
Landasan Teori
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: (1) teori belajar
116
2. Teori Kosakata
Menurut Chaer (2007: 67), kosakata adalah semua kata yang ada dalam
bahasa Indonesia seperti yang didaftarkan di dalam kamus-kamus bahasa
Indonesia. Berapa banyak kata yang terdapat di dalam bahasa Indonesia tidak
dapat disebutkan jumlahnya, sebab kata-kata itu merupakan bagian dari sistem
bahasa yang rentan terhadap perubahan dan perkembangan sosial dan budaya di
lingkungan masyarakat.
3. Kelas Kata
Menurut Rahardi (2009: 5665), ada beberapa kelas kata yang digunakan
untuk menentukan kata-kata dalam bahasa Indonesia. Berikut beberapa kelas kata
yang umum digunakan, antara lain: verba, nomina, adjektiva, numeralia,
konjungsi, preposisi, dan adverbia.
117
3.
METODE PENELITIAN
2.
Sumber Data
Penelitian ini diadakan di SD No. 1 Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten
Badung. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas I SD No. 1 Sading,
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Tahun Pelajaran 2013/2014. Jumlah
populasi siswa kelas I, yakni 45 siswa dan sampel yang digunakan berjumlah 9
orang siswa dari dua kelas, yang terdiri dari 2 laki-laki dan 7 orang perempuan.
2.
118
Kelas Kata
Nomina
Verba
Adjektiva
Numeralia
Konjungsi
Preposisi
Adverbia
Jumlah Keseluruhan
Jumlah Kata
197
107
58
38
3
3
42
Persentase
43,97%
23,88%
12,59%
8,48%
0,67%
0,67%
9,38%
448 kosakata
100%
dengan kata lain siswa kelas I lebih dapat menyerap kata-kata yang konkrit atau
berwujud seperti apa yang dilihat dan diamati setiap harinya. Produksi kata yang
anak hasilkan akan berkembang dengan seiringnya waktu, ditambah dengan
pengalamannya selama belajar di bangku sekolah. Selanjutnya, hasil dari
perbandingan dengan buku teks, bahwasanya siswa sudah mampu menguasai
kosakata berdasarkan ketujuh kelas kata yang paparkan dalam tabel diatas.
SIMPULAN DAN SARAN-SARAN
1
Simpulan
1) Jumlah kosakata yang dikuasai oleh siswa kelas I SD No. 1 Sading, yakni
448 kata.
2) Kelas kata yang digunakan oleh siswa kelas I SD No. 1 Sading meliputi
kelas kata nomina, verba, adjektiva, numeralia, konjungsi, preposisi, dan
adverbia.
3) Persentase frekuensi penggunaan kelas kata siswa kelas I SD No. 1
Sading, dapat dirinci sebagai berikut: (1) nomina 197 kata dengan
persentase 43,97%, (2) verba 107 kata dengan persentase 23,88%, (3)
adjektiva 58 dengan persentase 12,59%, (4) numeralia 38 kata dengan
persentase 8,48%, (5) konjungsi 3 kata dengan persentase 0,67%, (6)
preposisi 3 dengan persentase 0,67%, (7) adverbia 42 kata dengan
persentase 9,38%.
Saran-saran
1) Secara umum jumlah produksi kosakata siswa kelas I SD No. 1 Sading
sudah baik, namun hal ini masih perlu ditingkatkan kembali agar nantinya
produksi kosakata siswa lebih beragam.
2) Dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya guru lebih mengurangi
intensistas penggunaan bahasa daerah dalam memberikan materi
121
122