Anda di halaman 1dari 32

PENATALAKSANAAN

NAPZA

Ns. IRA ERWINA, M. Kep, Sp.


KepJ

PRESPEKTIF TEORI KETERGANTUNGAN


1.
2.
3.
4.

TEORI KESEHATAN MASYARAKAT


TEORI BIO-PSIKO-SOSIAL
SIKLUS ADIKSI
RENTANG RESPON

1. TEORI KESEHATAN MASYARAKAT


HOST

ADDICTED

AGENT

ENVIRONTMEN
T

2. TEORI BIO-PSIKO-SOSIAL
BIOLOGIS
Faktor predisposisi : - genetik
-biologi
-kimia
PSIKOLOGIS: - pengalaman emosional
- masalah psikologis
SOSIAL: interaksi sosial

3. SIKLUS ADIKSI
Adiksi emosional
Adiksi psikologis
Adiksi fisiologis

4. RENTANG RESPON KOPING TERHADAP OBAT

ADAPTIF
MALADAPTI
F
AKTIVITAS FISIK
MEDITASI

KADANG-KADANG
MENGGUNAKAN
ROKOK, KAFEIN,
ALKOHOL, OBAT
DENGAN RESEP

SERING
MENGGUNAKAN
ROKOK, KAFEIN,
ALCOHOL, OBAT
TERLARANG

TERGANTUNG
PADA ROKOK,
KAFEIN,
ALCOHOL,
PENGGUNA/
TERGANTUNG

MODEL PSIKOSOSIAL PADA ADIKSI


PREDISPOSISI :
GENETIK
BIO/BIOKIMIA
PSIKOLOGIS
SOSIAL
DRUG INITIATION USE
PROGRESSION :
EXPERIMENT USE
REGULAR USE
DAILY PREOCCUPATION
HARMFUL DEPENDENCY

ENABLING SYSTEM :
FAMILY
PEER SOCIAL
NETWORK
SCHOOL
JOB
COMMUNITY

DISEASE/SUBSTANCE DEPENDENCE

PRIMARY PREVENTION

SECONDARY PREVENTION

TERTIARY PREVENTION

TINGKAT PEMAKAIAN NAPZA


1. Pemakaian coba-coba (experimental
use)
2. Pemakaian sosial/rekreasi
(social/recreational use)
3. Pemakaian Situasional (situasional
use)
4. Penyalahgunaan (abuse)
5. Ketergantungan (dependence use)

DAMPAK PEMAKAIAN NAPZA

BAGI
BAGI
BAGI
BAGI

DIRI SENDIRI
KELUARGA
PENDIDIKAN ATAU SEKOLAH
MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARA

ASKEP NAPZA
PendekatanBIO-PSIKO-SOSS
a. Biologis
Kondisi: Overdose (OD), Putus zat (withdrawal)
- Intensive Care
OD
- Detoksifikasi
Putus zat
b. Psikologis
- Motivasi
- Penyelesaian masalah
- Terapikognitif
- Latihan : asertif, selfaffirmations,relaksasi- Pencegahan relapse

ASKEP NAPZA
c. Sosial
- Konseling keluarga
- Terapi kelompok
- SHG
2. Kemampuan memilih cara penyembuhan
a. Pilihan sehat I : menggunakan obat/zat bukan
pilihan
b. Pilihan sehat II : penegasan (afirmasi) hidup
c. Pilihan sehat III : suara hati yang sehat
d. Pilihan sehat IV : spektrum pilihan ( willfulness,
will- lessness, willingness)

WILLINGNESS
Spriritual :
Terbuka, gembira , merasa
utuh, berhubungan dgn
kearifan, internal, merasa
Mental :
Emosi :
nikmat
Mampu menerima
terbuka, percaya,
Willingne
keragu-raguan, dpt
damai, mencintai,
ss :
berkonentrasi,
caring,menerima diri,
keinginan
berhati-hati,
menghargai,
yg logis
terpecaya, kreatif,
berterima kasih
Fisik :
realistis, toleran
fleksibel, adaptasi,
seimbang, relaks, dapat
mengelola stres, ulet

will-fullness
Spriritual :
Membenarkan diri, Tidak
toleransi, Berupaya
mengontrol Orang lain,
Dogmatis, Mengingkari
spiritual
WILL-

Mental
Kaku, Obsesi, Kurang
kreatif, Berpikir
hitamputih, Curiga,
Fanatik, Denial

FULLNES
(Keinginan
yang bulat)

Emosi
Tidak dapat
mengontrol perasaan,
Merasa hebat, Sangat
agresif, Selalu marah,
Mendominasi

Fisik
KompulsifKekuatan obatDiit
dan puasa yang kakuSelalu
aktifBerani ambil resiko

will-lessness
Spiritual
Kosong/ hampa kurang,
hubungan dengan supernatural,
Tidak percaya pada diri dan
Mental
spiritual
Tidak dapat pengalaman superfisial
Mental
Emosi
memutuskan, Tidak
Will-lessness
Tidak berdaya,Putus
percaya, Merasa tidak
(Tidak ada
asa, Rasa bersalah
berguna, Tidak dapat
keinginan)
dan malu
fokus, Berfikir negatif
Fisik
Tidak bertenaga,
ImmobilisasiIsolasi dan menarik
diriMenyerah, Defisitperawatan
dirihipotensi

PENATALAKSANAAN
1. MODEL MORAL
2. MODEL ADIKSI SEBAGAI PENYIMPANGAN
SOSIAL
3. MODEL PENYAKIT/ GANGGUAN
KESEHATAN
4. MODEL PSIKOLOGIS
5. MODEL KEBUDAYAAN DAN SOSIAL

PENANGGULANGAN NAPZA
1) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan, misalnya
dengan:
a)Memberikan informasi dan pendidikan
yang efektif tentang NAPZA
b)Deteksi dini perubahan perilaku
c)Menolak tegas untuk mencoba (Say no
to drugs) atau Katakan tidak pada
narkoba

PENANGGULANGAN NAPZA
2) Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya
dengan detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya
untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus
zat, dengan dua cara yaitu:
a) Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang
berhenti menggunakan zat yang mengalami
gajala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien
hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat
tersebut berhenti sendiri.

PENANGGULANGAN NAPZA
b. Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan
memberikan jenis opiat misalnya kodein,
bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna
sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti
ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi
adalah dengan cara penurunan dosis secara
bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama
pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang
menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat
penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur
atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat
putus zat tersebut.

PENANGGULANGAN NAPZA
3) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan
secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non
medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna
NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan
dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal
mungkin.
Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana
rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001).

Sesudah klien penyalahgunaan/ ketergantungan NAPZA


menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi
medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan
program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2
(dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat
melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi
(Hawari, 2003).
klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah
sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6
bulan. Lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan
parameter sembuh menurut medis bisa beragam 6
bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa sampai 2 tahun.

DENGAN REHABILITASI PENGGUNA NAPZA


MAMPU :
Mempunyai motivasi kuat untuk tidak
menyalahgunakan NAPZA lagi
Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA
Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah
dirinya
Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku
sehari-hari dengan baik
Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan
baik dalam pergaulan dengan lingkungannya

JENIS PROGRAM
REHABILITASI

REHABILITASI
REHABILITASI
REHABILITASI
REHABILITASI

PSIKOSOSIAL
KEJIWAAN
KOMUNITAS
KEAGAMAAN

BENTUK-BENTUK KEGIATAN HABILITASI


TUJUAN : stabilisasi keadaan mental dan emosi pasien sehingga
gangguan jiwa yang sering mendasari ketergantungan napza
dapat dihilangkan atau diatasi

LATIHAN JASMANI
AKUPUNTUR
TERAPI RELAKSASI
TERAPI TINGKAH LAKU
TERAPI DISULFIRAM (utk alkohol)
TERAPI ANTAGONIS OPIOIDA
METADONE MAINTENANCE PROGRAM
PSIKOTERAPI INDIVIDUAL
KONSELING
PSIKODRAMA

REHABILITASI
Bertujuan agar penderita bisa melakukan perbuatan
secara normal, bisa melanjutkan pendidikan
sesuai kemampuannya, bisa bekerja lagi sesuai
dengan bakat dan minatnya, dan yang terpemting
bisa hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan
keluarga maupun masyarakat sekitarnya

REHABILITASI
REHABILITASI
REHABILITASI
REHABILITASI

SOSIAL
EDUKASIONAL
VOKASIONAL
KEHIDUPAN BERAGAMA

MODALITAS TERAPI NAPZA


1. Therapeutic Community -TC Model,
model ini merujuk pada keyakinan bahwa gangguan
penggunaan NAPZA adalah gangguan pada
seseorang secara menyeluruh.
Pendekatan yang dilakukan meliputi terapi individual
dan kelompok, sesi encounter yang intensif dengan
kelompok sebaya dan partisipasi dari lingkungan
terapeutik dengan peran yang hirarki, diberikan juga
keistimewaan (privileges) dan tanggung jawab
Merupakan perawatan inap dengan periode
erawatan dari dua belas sampai delapan belas bulan
yang diikuti dengan program aftercare jangka pendek

MODALITAS TERAPI NAPZA


2. Model Medik,
model ini berbasis pada biologik dan
genetik atau fisiologik sebagai penyebab
adiksi yang membutuhkan pengobatan
dokter dan memerlukan farmakoterapi
untuk menurunkan gejala-gejala serta
perubahan perilaku.
Program ini dirancang berbasis rumah sakit
dengan program rawat inap sampai kondisi
bebas dari rawat inap atau kembali ke
fasilitas di masyarakat

MODALITAS TERAPI NAPZA


3. Model Minnesota
fokus pada abstinen atau bebas NAPZA
sebagai tujuan utama pengobatan
berlangsung selama tiga sampai enam
minggu rawat inap dengan lanjutan
aftercare, termasuk mengikuti program
self help group (Alcohol Anonymous atau
Narcotics Anonymous) serta layanan lain
sesuai dengan kebutuhan pasien secara
individu

MODALITAS TERAPI NAPZA


4. Model Eklektik,
model ini menerapkan pendekatan secara
holistik dalam program rehabilitasi.
Pendekatan spiritual dan kognitif melalui
penerapan program 12 langkah
merupakan pelengkap program TC yang
menggunakan pendekatan perilaku, hal ini
sesuai dengan jumlah dan variasi masalah
yang ada pada setiap pasien adiksi.

MODALITAS TERAPI NAPZA


5. Model Multi Disiplin,
program ini merupakan pendekatan
yang lebih komprehensif dengan
menggunakan komponen disiplin
yang terkait termasuk reintegrasi
dan kolaborasi dengan keluarga dan
pasien

MODALITAS TERAPI NAPZA


6. Model Tradisional,
tergantung pada kondisi setempat dan
terinpirasi dari hal-hal praktis dan keyakinan
yang selama ini sudah dijalankan.
Program bersifat jangka pendek dengan
aftercare singkat atau tidak sama sekali.
Komponen dasar terdiri dari : medikasi,
pengobatan alternatif, ritual dan keyakinan
yang dimiliki oleh sistem lokal contoh : pondok
pesantren, pengobatan tradisional atau herbal

MODALITAS TERAPI NAPZA


7. Faith Based Model,
sama dengan model tradisional
hanya pengobatan tidak
menggunakan farmakoterapi

Anda mungkin juga menyukai