Anda di halaman 1dari 33

COGNITIVE-BEHAVIORAL THERAPY

AND USING HYPNOSIS TO MOTIVATE


SMOKERS TO QUIT SMOKING

dr. Tribowo Tuahta Ginting, SpKJ


COGNITIVE-BEHAVIORAL THERAPY
Kombinasi antara dua jenis psikoterapi, yaitu terapi
kognitif dan terapi perilaku
Terapi Kognitif
Tujuan :
- mengenali percabangan pola pikir  melalui
wawancara
- mengenali masalah pasien secara umum
- mengajarkan pola pikir yang menyebabkan
timbulnya gejala
- ubah pola pikir yang salah ke arah yang lebih baik
CBT (3)

Terapi perilaku
Tujuan : mengubah perilaku pasien  mengubah
cara berpikir pasien dan perasaan pasien dan
melakukan perbaikan pada perilaku pasien yang
patologis

Terapi perilaku yang dikenal :


- Pelatihan relaksasi - Desensitisasi sistematik
- Pembanjiran (Flooding)
- Teknik modifikasi perilaku
- Terapi keengganan (aversion therapy)
- Modeling partisipan - Token economy
CBT pada BERHENTI MEROKOK
membantu pasien mengenali,
menghindari, dan menyesuaikan diri
terhadap situasi yang membuat mereka
menggunakan rokok dan juga mengenali
dan mengatasi gangguan mental
Pasien belajar mekanisme koping yang
baru untuk membantu mereka melalui
situasi atau keadaan saat menggunaan
rokok
CBT pada berhenti merokok (2)

Mekanisme koping meliputi identifikasi


situasi ketergantungan rokok
diperlukan instruksi, modeling, role-
play, dan latihan/pengulangan, relaksasi
dan metode pengurangan stres (stress-
reduction) untuk membuat pasien sadar
bahwa mampu lepas dari tekanan
harian tanpa menggunakan rokok
Langkah-langkah CBT pada
berhenti merokok
Terdapat empat langkah terapi :
- Engagement
- Persuasion
- active treatment
- relaps prevention
Stage of treatment Focus Aim Strategies

Engagement Verbal behavior To increase communication about Express emphaty; create


substance use (or mental illness opening;, selectively reinforce
management) honest communication about
substance use (or menta illness
management)
Persuasion Perception and To increase motivation for change in Use motivational interview ing
motivation substance use and/or mental illness techniques; develop a detailed
management) behavioral analysis; use functional
assessment and analysis

Active treatment Physical behaviors To reduce substance use and improve Create a behaviora action plan;
mental illness management deveop alternative responses to
cravinguse slips productively by
learning from them

Relaps prevention Risk factors To reduce risk of relaps Refine action plan;expand recovery;
develop a healthy lifestyle that is
inherently reinforcing
Engagement
Tujuan CBT : meningkatkan perilaku verbal, dan
bukan perilaku penggunaan rokok
Fokus terapis :
- memantapkan hubungan kerja yang terbuka
- Diskusi terpercaya mengenai penggunaan rokok
- mengajak pasien untuk berdiskusi mengenai
rokok dan memberikan respon yang reflektif,
tidak menghakimi, dan tanpa kritik.
- memberikan dorongan untuk berkomunikasi
secara jelas mengenai penggunaan rokok.
Engagement (2)
terapis menunjukkan empati,
Terapis dapat memulai diskusi dengan
mengembangkan tanda (cues) yang diberikan
pasien seperti masalah keuangan, efek rokok
berhati-hati dalam berdiskusi supaya pasien tidak
merasa terjebak
Hasil akhir yang diharapkan : pasien merasa
nyaman menceritakan tentang penggunaan rokok
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Masa engagement berlangsung beberapa
minggu sampai bulan
Persuasion
Setelah pasien merasa nyaman bercerita
tentang penggunaan rokoknya masuk langkah
persuasi
Tujuan CBT :
- membantu pasien untuk dapat mengembangkan
pengertian dan kesadaran mengenai
pola/kondisi yang mendasari penggunaan rokok
(konsekuensi penggunaan rokok)  membuat
pasien semakin nyaman meninggalkan
pemakaian rokok
Persuasion (2)
- mengembangkan motivasi perubahan
perilaku penggunaan rokok  mencapai
gaya hidup sehat dan mengembangkan
strategi koping
 terapis memfasilitasi pengenalan pasien
terhadap konsekuensi pengunaan rokok
dan menggali keuntungan yang potensial
bila tidak menggunakan rokok
Active Treatment
Bila pasien sudah mampu mempertahankan
motivasi untuk mengubah gaya hidup, maka
pasien sudah siap masuk ke langkah active
treatment
Tujuan CBT : mengajarkan pasien ketrampilan-
ketrampilan yang diperlukan untuk mengurangi
penggunaan rokok dan mencapai abstinensia
(bila diinginkan), dan digabung dengan
managemen penyakit.
Active treatment (2)
lakukan review terhadap informasi yang telah
dikumpulkan melalui analisis perilaku selama
proses persuasi  untuk menciptakan
perencanaan aksi perilaku (behaviour action
plan).
Terapis bekerja sama dengan pasien untuk
mengenali faktor pendukung penggunaan rokok,
mengembangkan rencana spesifik untuk
berubah, dan berlatih aspek-aspek perencanaan
yang berguna.
Active treatment (3)
Pasien menetapkan tujuan yang mampu
dilakukan seperti mencoba mengontrol
penggunaan rokok yang membuat
ketergantungan (membatasi rokok 1-2 batang
perhari, menggunakan rokok hanya pada akhir
minggu, dll)
Pada langkah ini terdapat perencanaan perilaku
yaitu attaining the action goal (keadaan tenang
tanpa rokok, mengurangi pemakaian, atau
kepatuhan pengobatan), managing craving, dan
managing slips
Active treatment (4)
Attaining the action goal
Pasien dibantu mengenali faktor pendukung
perilaku penggunaan rokok, bekerja sama
mengembangkan strategi untuk
menghilangkannya satu persatu. Cth pasien
perlu menghilangkan gejala withdrawal,
kecemasan, insomnia, rasa rendah diri yang
berperan dalam pola penggunaan rokok
Ajak pasien mengenali strategi-strategi alternatif
untuk menangani masalah tersebut sesuai
dengan kemampuan dan komitmen pasien saat
itu
Tabel 2 Typical strategies for addresing common problems that interfere with reducing substance use

Problem Strategies

Gejala withdrawal -inpatient detoxification


-oupatient detoxification
-social support
-improve hydration and nutrition

Insomnia -sleep hygene technique


-adequate housing
-adequate bedding
-medication adjustment
-sleep cycle adjustment

Anxiety -behavior relaxation technique


-gradual exposure to feared thoughts/situations
-medication adjustment
-CBT for social anxiety
-cognitive restructuring

Depresi -medication adjustment


-CBT
-scheduling pleasant activities
-interpersonal psychotherapy

Halusinasi -medication adjustment


-coping strategies (distraction, relaxation, self talk)
-CBT for psychosis
Active treatment (5)
Managing Craving
Craving timbul mencapai puncak dan berkurang dalam
5-10 menit apabila tidak menggunakan rokok. Craving
akan berkurang selama absitensia dan semakin kuat
setelah menggunakan rokok
Managing craving dengan cara mendorong pasien
membuat daftar tertulis tentang perilaku yang dapat
menenangkan saat craving sampai craving mereda
membantu pasien tetap fokus pada keadaan tenang
tanpa rokok
Terapis melakukan evaluasi mengenai managemen
craving, mendukung pasien menggunakan alternatif
yang sudah ditulis
Tabel 3.
Examples of alternative behavior for coping the cravings

Taking a walk Seeking verbal support


Deep breathing Using coping self statement
Listening to music Praying
Eating a healthy snack Watching a movie or video
Active treatment (6)
Managing Slips
Slips berarti sedikit menggunakan rokok saat
keadaan abstinensia dan berkaitan dengan
sedikit atau tidak adanya konsekuensi negatif
akibat rokok tersebut.
Slips harus dibedakan dengan relapse
Slips berarti minor return to substance
use/abuse sedangkan relapse berarti
kemunduran substansial yang melibatkan
penggunaan rokok yang lama dengan
konsekuensi negatif yang lebih berat
Active treatment (7)
Managing slips berarti terapis menginginkan adanya
keseimbangan antara mencegah perasaan putus asa
(pasien) dengan menormalisasi slips dan tetap
memelihara harapan yang tinggi (pasien) untuk
mencapai keadaan tenang tanpa rokok
Slips bukan berarti gagal, melainkan suatu
kesempatan untuk mempelajari dan mengembangkan
perencanaan perilaku.
Terapis mengajak pasien untuk terbuka dan
mendorong pasien menjabarkan slips yang terjadi
secepatnya, melakukan evaluasi faktor penyebab slips
dan bersama pasien kembali pada tujuan dan
perencanaan perilaku
Relapse Prevention
Pada langkah ini, perencanaan perilaku
terus dilanjutkan, angka kejadian slips
berkurang dan informasi dikumpulkan
untuk mengembangkan rencana lebih
lanjut
Mulai dikembangkan lebih jauh fokus pada
pencapaian kondisi sehat, menghilangkan
perilaku destruktif, dan mengembangkan
self management terhadap penyakit
Relapse Prevention (2)
Pasien dibantu untuk menilai gaya hidupnya
yang mungkin dapat menimbulkan relaps
seperti isolasi sosial, kesehatan fisik yang
buruk, kurangnya aktivitas, lingkungan risiko
tinggi,
Mencegah faktor-faktor penyebab relaps dan
mengembangkan rencana aksi perilaku dan
pasien dibantu mencapai gaya hidup yang
baik.
Relapse Prevention (3)
Terapis membantu pasien mencapai kondisi
recovery : perpindahan dari konsep diri berupa
peran sakit dan disabilitas menuju kondisi
relationship, life roles, dan bertanggung jawab.
melibatkan keluarga, teman, dan co-worker
untuk mendukung dan membantu pasien
mencapai keadaan tenang tanpa rokok
penanganan terhadap masalah/gangguan
mental dan apabila masalah penggunaan rokok
dapat teratasi maka masalah gangguan mental
dapat lebih mudah teratasi
Relapse prevention (4)
Bila pasien sudah dapat mempertahankan
recovery dan sudah mempelajari
ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan,
maka pasien sudah mampu untuk mengakhiri
pelayanan terapi yang intensif dan
melanjutkan pada terapi medikasi
pemeliharaan yang mempunyai sedikit atau
tanpa pelayanan terapi cognitive-behavior
atau pelayanan rehabilitasi
Hipnoterapi
Hipnosis : pasien menerima sugesti tanpa
memeriksa/menyaring sugesti tersebut
(Temes,1999).
dapat membentuk perubahan perilaku,
perubahan mental dan fisik menjadi lebih baik,
menurunkan berat badan, berhenti merokok,
menghilangkan nyeri, meredakan kecemasan
Angka keberhasilan 10-20% dalam kurun waktu
6 bulan
risiko efek samping yang rendah
Mekanisme kerja Hipnoterapi
Masih belum terlalu jelas
Menstimuli otak untuk melepaskan
neurotransmiter endorfin dan ensefalin 
meningkatkan mood yang dapat
mempengaruhi seseorang dalam
penerimaan sakit
Peran Hipnoterapi dalam Smoking
Cessation
salah satu pilihan terapi  bukan coba-coba
Peran hipnoterapi dalam :
– Mengurangi anxietas dan melemahkan keinginan
merokok
– Meningkatkan relaksasi
– Membantu untuk fokus berhenti merokok
– Menangani kondisi emosi negatif pasien
– Mendekatkan perhatian pada target terapi dan
motivasi
Tujuan
Tujuan membangkitan motivasi :
Terjadi keselarasan atau keseimbangan pikiran,
jiwa maupun mental diri sendiri
Mampu mengimbangi situasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi perilaku
Mampu menghadapi masalah sehari-hari
Mengatasi diri sendiri saat mengalami
penurunan
Mampu lebih tenang dalam bertindak
Selalu berpikir positif
Fase-fase hipnoterapi
 Pre-induksi : membina rapport, mengurangi kecemasan
pasien akan hipnoterapi, mengumpulkan data,
memberikan motivasi awal dalam wawancara
 Induksi : menurunkan level
kesadaran seseorang 
dari betha state ke alpha
atau tetha state (lebih
relaks dan fokus)
 Deepening : membuat
tidur lebih dalam agar
sugesti lebih mudah
masuk  dengan hitung
turun
 Trance : kondisi hipnotik yang diperlukan untuk
terapi  trance level test (tes tangan terbang, tidak
dapat diangkat, nyeri hilang dll)

 Sugesti/afirmasi : pesan
yang diberikan saat
kondisi trance yang lgs
masuk ke alam bawah
sadar dan dapat
berpengaruh pada
perilaku dan sikap pasien.
- memasukkan motivasi
 Awakening : proses membangunkan pasien dari kondisi
trance.
Contoh skrip motivasi
sekarang anda bayangkan, anda merupakan orang yang
sehat, segar, sukses… bersama keluarga dan anak-
anak… bayangkan kegembiraan anda karena anda
sehat, anak dan isteri anda sehat… menghirup udara
segar… bebas dari asap rokok… …tarik nafas
panjang… rasakan kesegaran udara yang anda hirup…
pernafasan lega… karena anda sudah bebas dari
rokok… mulai hari ini dan seterusnya… yakinkan dan
konsentrasi …anda sudah bebas dari rokok… mulai hari
ini dan seterusnya… anda sudah bebas dari rokok…
aktivitas baik… tubuh sehat… nafas baik dan segar…
anda sudah terbiasa hidup sehat…dan bila anda melihat
rokok atau benda yang berkaitan dengan rokok…
pandangan dan pikiran anda akan teralih ke anak-anak
dan keluarga anda, sehingga anda melupakan rokok…

Anda mungkin juga menyukai