I. Pendahuluan
Di Indonesia terdapat lebih dari 50 juta orang membelanjakan uangnya secara rutin untuk
membeli rokok. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok akan
menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang banyak terdapat di negara berkembang.
Upaya sosialisasi anti rokok sudah di lancarkan berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat (LSM), berbagai badan pada perserikatan bangsa-bangsa (PBB) dan bahkan
sudah ada hari anti rokok sedunia. Namun kenyataannya perilaku merokok masih marak, bahkan
kini remaja pun semakin banyak merokok. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai
negara lain di dunia seperti Cina dan semua negara Eropa.
Berdasarkan riset Atlas Tobbaco, Indonesia menduduki ranking tiga negara dengan
jumlah perokok tertinggi di dunia. Jumlah perokok di Indonesia tahun 2016 mencapai 90 juta
jiwa. Indonesia menempati urutan tertinggi prevalensi merokok bagi laki-laki di ASEAN yakni
sebesar 67,4 persen. Kenyataan itu diperparah semakin muda usia perokok di Indonesia.
Data Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak menunjukkan, jumlah perokok anak
di bawah umur 10 tahun di Indonesia mencapai 239.000 orang.
Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan (P2PL) Kemenkes RI, Tjandra
(2014). Di setiap ruang, di tempat umum lebih tepatnya dengan tidak segan- segan para perokok
melancarkan aksinya, tanpa memikirkan efek dari kepulan asap yang mereka buat. Fakta
menunjukan 24% dari pelajar sekolah menegah pertama mengaku merokok, teratur atau kadang-
kadang, dan hampir semuanya mengetahui bahwa rokok itu tidak baik bagi kesehatan tubuh.
Pada bulan Mei 2017 yang lalu, bersumber dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, tercatat bahwa ada sebanyak 729 ribu
penduduk Jambi berumur 5 tahun ke atas yang menghisap rokok, atau sekitar 23 persen dari total
penduduk. Jika kita lihat statistik wilayahnya, maka tingkat konsumsi rokok penduduk pedesaan
lebih tinggi dari penduduk perkotaan. Masyarakat pedesaan yang menghisap rokok sebesar 24
persen, sedangkan masyarakat perkotaan sebesar 21 persen. Secara rata-rata, jumlah batang
rokok yang dihisap perminggu oleh para perokok sekitar 113 batang, atau 16 batang per hari.
Sulit untuk dipungkiri, angka ini tentunya relatif masih sangat tinggi.
Demi menunjang Program Tebo Tuntas 2022 di bidang kesehatan, Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Tebo dibawah kepemimpinan Sukandar – Syahlan segera terbitkan larangan aktivitas
merokok di lingkungan perkantoran Bupati Tebo.
Di wilayah kerja puskesmas rimbo bujang IX Kabupaten Tebomenurut hasil data PIS PK
2018 prevalensi cakupan anggota keluarga yang merokok cukup besar yaitu sebanyak 98,07 % .
VI. Sasaran
Sasaran adalah seluruh remaja di SMP sederajat dari kelas 1 sampai kelas 3 dengan
jumlah 7 sekolah dan SMA sederajat dari kelas 1 sampai kelas 3 dengan jumlah 8, serta
Masyarakat di desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Rimbo Bujang IX.
Jika sasaran SMP dan SMA maka pelaksanaan penyuluhan di sekolah yang di tuju
sedangkan jika sasaran adalah desa maka pelaksanaan penyuluhan di laksanakan di desa baik itu
di kantor desa maupun di pengajian.
Upaya Sekolah √ √ √ √
berhenti
merokok Desa √ √ √ √
Noralisa,MKM
19820302 200501 2 006