Anda di halaman 1dari 17

Daftar Isi

Bab I. Pendahuluan
Bab II.Penyakit Menular Seksual

.................................................................................
.................................................................................

2
3

Gonore

.................................................................................

2.1

Definisi

................................................................................

2.2

Epidemiologi

.................................................................................

2.3

Etiologi

................................................................................

2.4

Patogenesis

.................................................................................

2.5

Gambaran klinis

.................................................................................

11

2.6

Diagnosis

.................................................................................

14

2.7

Pengobatan

.................................................................................

16

2.8

N.G.P.P

.................................................................................

16

2.8.1 Pengobatan N.G.P.P

.................................................................................

17

2.9

.................................................................................

17

.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................

17
18
19

Follow Up

2.10 Managemen Mitra Seksual


Bab III. Kesimpulan
Daftar Pustaka

Bab I
Pendahuluan
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidensi yang tinggi di antara penyakit
menular seksual. pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penicillinase
Producing Neisseria Gonorrhoeae (P.P.N.G). kuman ini meningkat di banyak negara termasuk
Indonesia. 1
Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital,
oro-genital dan ano-genital. Tetapi, di samping itu dapat juga terjadi secara manual melalui
alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar di
kenal gonore genital dan gonore ekstra genital. 1
Mayoritas infeksi uretra (uretritis) pada laki-laki disebabkan oleh infeksi Neisseria
gonorrhoeae, yang membutuhkan terapi pengobatan untuk mencegah terjadinya gejala sisa
atau kecacatan, namun kenyataanya terapi juga belum cukup mencegah penularan penyakit
ke orang lain. Pada wanita infeksi Neisseria gonorroheae tidak menimbulkan gejala sampai
timbul adanya komplikasi seperti Penyakit Radang Panggul yang dapat mengakibatkan
terjadinya jaringan parut dan dapat terjadi infertilitas atau kehamilan ektopik. 2

Bab II
2

Penyakit Menular Seksual Gonore


2.1

Definisi
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh
Neisseria gonorroheae. Penyakit menular seksual Gonore adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae yang di tularkan melalui genital.
penyakit menular seksual akut pada lapisan mucocutaneus traktus genitourinarius
dengan klinis adanya sekret uretra yang purulent yang disebabkan oleh neisseria
gonorrhoeae 1,2

2.2

Epidemiologi
Penyakit menular seksual yang di akibatkan oleh kuman Neisseria gonorrohea
bervariasi di antara komunitas ataupun pada populasi. Lebih dari 700.000 orang
dilaporkan menderita gonore setiap tahun di Amerika. Lebih banyak menyerang pria
daripada wanita. Dibutuhkan Screening untuk mencari mendeteksi resiko infeksi pada
golongan yang memiliki resiko tinggi infeksi. Pada wanita screening mungkin tidak di
rekomendasikan karena infeksi tidak menimbulkan gejala, di Amerika Serikat
screening dilakukan pada wanita seksual aktif, dan pada wanita hamil yang memiliki
resiko tinggi infeksi ( seperti memiliki riwayat infeksi Gonore sebelumnya atau
infeksi menular seksual lain, berganti-ganti pasangan, penggunaan kondom yang tidak
konsisten adalah mereka yang menikah dengan pekerja seks komersil dan pengguna
obat, tinggal di wilayah kelompok demografik dengan prevalensi penyakit yang
tinggi). Penyakit menular seksual Gonore ini lebih sering pada laki-laki. 1, 5
Di amerika Penderita gonore tertinggi ditemukan pada orang muda yang
belum menikah berusia antara 15-30 tahun, berpendidikan rendah dan status
sosioekonomi rendah.9

2.3

Etiologi
Penyebab Gonore adalah kuman Gonokokus yang termasuk dalam grup
Neisseria dan dikenal terdapat 4 spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitidis
yang bersifat patogen serta N.cattarrhalis dan N.pharyngis sicca yang bersifat
komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. 2

Gonokokus termasuk golongan diplokokus berbentuk biji kopi berukuran 0,8


dan panjang 1,6 bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan
gram bersifat gram negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di
udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 oC, dan
tidak tahan zat desinfektan, Gonokok membutuhkan suhu 35-37oC dan pH (7,2 -7,6)
untuk tumbuh.1,4

Gambar 1. Pewarnaan Gram Neisseria


gonorrhoeae

2.4

10

Patogenesis
Secara
morfologik
gonokokus

ini

terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta
tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili inilah yang akan
melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. 2,4
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immature), yakni pada vagina
wanita sebelum pubertas. 2
2.5

Gejala Klinis
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari,
kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati
diri sendiri, tetapi dengan dosis tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak
diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada
umumnya asimtomatik. 2
Gambaran klinik dan komplikasi Gonore sangat erat hubungannya dengan
susunan anatomi dan faal genital. Oleh karena itu perlu pengetahuan susunan anatomi
genitalia pria dan wanita. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara
genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa orofaringitis, proktitis, dan
konjungtivitis. 2

Gambar 2. Anatomi Reproduksi Laki-laki11

Gambar 3. Anatomi Reproduksi Perempuan12

Infeksi Awal dan Komplikasi pada Pria


1. Uretritis
gejala klinis yang paling sering terjadi adalah uretritis anterior akuta
dan dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi
lokal, asendens, dan disseminata. Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas
di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul
disuria, polakisuria, keluar duh dari tubuh dari ujung uretra yang kadangkadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri saat ereksi.
Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa,
edematosa, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan
pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal
unilateral atau bilateral. 2

Gambar 4. Uretritis Gonore13

2. Tysonitis
Kelenjar tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi
biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang dan
kebersihan yang kurang baik. Diagnosis di buat berdasarkan di temukannya
butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila
duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten. 2
5

3. Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau
hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara
parauretra. 2
4. Littritis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang
atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular.
Diagnosis dengan uretroskopi. 2
5. Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi
terjadi pada kelenjar Cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan
adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri
pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui
kulit perineum, uretra, atau rektum dan mengakibatkan proktitis. 2
6. Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah
perineum dan suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuria,
spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air
besar, dan obstipasi. 2
Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi
kenyal, nyeri tekan, dan didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak
diobati, abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau ke arah rektum
mengakibatkan proktitis. 2
Bila prostatitis menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermitten, tetapi
kadang-kadang menetap. Merasa tidak enak pada perinemum bagian dalam
dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat terasa
kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan
dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman diplokokus atau
gonokokus. 2
7. Vesikulitis
Adalah radang akut yang mengenai vesika seminalis dan duktus
ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut dan epididimitis akut.
Gejala subyektif menyerupai gejala prostatitis akut, berupa demam,
polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan
spasme mengandung darah. 2
6

Pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula seminalis yang


membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat. Ada kalanya
sulit menentukan batas kelenjar prostat yang membesar. 2
8. Vas deferenitis atau funikulitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada
sisi yang sama. 2
9. Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya
disertai deferentinitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini
adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan oleh salah penanganan
atau kelalaian penderita sendiri. Faktor yang mempengaruhi keadaan ini antara
lain irigasi yang terlalu sering dilakukan, cairan irigator terlalu panas atau
terlalu pekat, instrumentasi yang kasar, pengurutan prostat yang berlebihan,
atau aktivitas seksual dan jasmani yang berlebihan.
Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga
testis sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri
sekali. Bila mengenai kedua epididimis dapat mengakibatkan sterilitas. 2
10.Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika
urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal, dan
hematuria. 2
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus (anal
sex) dapat menderita gonore pada rektumnya. Penderita akan merasakan tidak nyaman
nyeri, pruritus, discharge, atau tenesmus dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di
sekitar anus tampak merah dan kasar, serta tinjanya terbungkus oleh lendir dan
nanah.7,9

Infeksi Awal dan Komplikasi pada Wanita


Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologis alat kelamin pria dan
wanita. Pada wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang
ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya
wanita datang jika telah terjadi komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan
pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana. 2
7

Disamping itu wanita mengalami tiga masa perkembangan :


Masa prapubertas
Epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis), sehingga dapat
terjadi vaginitis gonore. 2
Masa reproduktif
Lapisan selaput lendir vagina menjadi matang, dan tebal dengan banyak glikogen
dan basil Doderlein. Basil Doderlein akan memecahkan glikogen sehingga
suasana menjadi asam dan suasana ini tidak menguntungkan untuk tumbuhnya
kuman gonokokus. 2
Masa menopause
Selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun, dan basil
Doderlein juga berkurang, sehingga suasana asam berkurang dan suasana ini
menguntungkan untuk kuman gonokokus, jadi menjadi mudah terjadi vaginitis
gonore. 2
Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang mukopurulen
dan mengandung banyak gonokokus mengalir ke luar dan menyerang uretra, duktus
parauretra, kelenjar Bartholin, rektum, dan dapat juga naik sampai pada daerah kandung
telur.2
1. Uretritis
Gejala utama ialah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan, orifisium
uretra eksternum tampak merah, edematosa dan terdapat sekret mukopurulen. 2
2. Parauretritis / Skenitis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi. 2
3. Servisitis
Dapat asimtomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung
bawah pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret
mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak bila terjadi servisitis akut
atau disertai vaginitis yang disebabkan Trichomonas Vaginalis. 2
4. Bartolinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan.
Kelenjar Bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan
penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan
dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren
atau menjadi kista. 2
5. Salpingitis
8

Peradangan dapat bersifat akut, subakut, atau kronis. Faktor predisposisi nya
yaitu :
Masa puerperium (nifas)
Dilatasi setelah kuretase
Pemakaian IUD, tindakan AKDR ( alat kontrasepsi dalam rahim )
Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba Fallopi sampai pada
daerah salping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang
panggul (PRP). Infeksi PRP ini dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan
sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan gonore akan berakhir dengan PRP.
Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria,
dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal. 2
Harus dibuat diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang
menimbulkan gejala hampir sama, misalnya : kehamilan di luar kandungan,
apendisitis akut, abortus septik, endometriosis, ileitis regional, dan divertikulitis.
Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan pungsi kavum Dauglas dan
dilanjutkan kultur atau dengan laparoskopi mikroorganisme. 2
Selain mengenai alat-alat genital, gonore juga dapat menyebabkan
infeksi nongenital , seperti :
1. Proktitis
Proktitis pada pria dan wanita pada umumnya asimptomatik. Pada
wanita dapat terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang
karena hubungan genitoanal seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya
lebih ringan daripada pria, terasa seperti terbakar pada daerah anus dan pada
pemeriksaan tampak mukosa eritematosa, edematosa, dan tertutup pus
mukopurulen. 2

2. Orofaringitis
Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis
Gonore lebih sering daripada ginggivitis, stomatitis, atau laringitis. Keluhan
sering bersifat asimtomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi
tenggorokan yang disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring
tampak eksudat mukopurulen yang ringan atau sedang. 2
3. Konjungtivitis
9

Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang
menderita servisitis Gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena
penularan pada konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhannya berupa
fotofobia, konjungtiva bengkak dan merah dan keluar eksudat mukopurulen.
Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis
sampai timbul kebutaan. 2
4. Gonore disseminata
Penyakit ini banyak didapat pada penderita dengan Gonore
asimtomatik sebelumnya, terutama wanita. Gejala yang timbul dapat berupa
artritis (terutama monoartritis), miokarditis, endokarditis, perikarditis,
meningitis, dan dermatitis. 2
2.6

Diagnosis
Diagnosis penyakit gonore didasarkan pada hasil pemeriksaan mikroskopik
terhadap nanah untuk menemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan
mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. 2,9
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan penunjang yang terdiri dari 5 tahapan.
A. Sediaan langsung
Dengan menggunakan pewarnaan gram akan ditemukan kuman Gonokokus gram
negatif, intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada pria di ambil dari
daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara
kelenjar Bartholin, serviks, dan rektum. 2
B. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang
dapat digunakan adalah :
1. Media transpor
2. Media pertumbuhan
Contoh media transpor adalah :
Media Stuart
Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media
pertumbuhan. 2
Media Transgrow
Media ini selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis, dalam
perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media
transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media
10

pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan


menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp. 2
Contoh media pertumbuhan adalah :
Mc Leods chocolate agar
Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman Gonokokus,
kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh. 2
Media Thayer Martin
Media ini selektif mengisolasi Gonokokus. Mengandung vankomisin untuk
menekan pertumbuhan kuman gram posisif, kolestimetat untuk menekan
pertumbuhan bakteri gram negatif, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan
jamur. 2
Modified Thayer Martin agar
Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman
Proteus spp. 2
C. Tes definitif
1. Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tertrametil-p-fenilendiamin
hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni Gonokokus tersangka. Semua
Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula
bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. 2
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa,
maltosa, dan sukrosa. Kuman Gonokokus hanya meragikan glukosa. 2
D. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL
961192 yang mengandung chromogenic cephalosporine, akan menyebabkan
perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim
beta-laktamase. 2
E. Tes Thomson
Tes Thomson berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana infeksi sudah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada
waktu itu ialah pengobatan setempat.
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan :
Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
Urin dibagi dalam dua gelas
Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.2
11

Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit
80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar di nilai karena
baru menguras uretra anterior. 2

Hasil pembacaan:

2.7

Gelas I

Gelas II

Arti

Jernih

Jernih

Tidak ada infeksi

Keruh

Jernih

Infeksi uretritis anterior

Keruh

Keruh

Panuretritis

Jernih

Keruh

Tidak mungkin

Pengobatan
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sedikit
mungkin efek toksiknya. Pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kecuali di daerah
yang tinggi insidensi Neisseria gonorrhoeae panghasil Penisilinase (N.G.P.P). secara
epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macammacam obat yang dapat digunakan antara lain : 2,6,9
Penisilin
Yang efektif adalah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah
alergi penisilin. 2
Ampisilin dan amoksisilin
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram +
1 gram probenesid. Suntikan penisilin tidak dianjurkan. Kontraindikasinya ialah
alergi penisilin. Untuk daerah dengan Neisseria gonorrhoeae penghasil Penisilinase
(N.G.P.P) yang tinggi, penisilin, ampisilin, dan amoksisislin tidak dianjurkan. 2
Sefalosporin

12

Seftriaksone (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m, sefoperazon
dengan dosis 0,05 sampai 1,00 g secara intramuskular. Sefiksim 400 mg per oral
dosis tunggal memberi angka kesembuhan > 95%. 2
Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang
mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang
juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.2
Kanamisin
Dosisnya 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan
pengobatan penisilin dan tersangka sifilis. 2
Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram per oral. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan. 2
Kuinolon
Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 250-500 mg,
dan norfloksasin 800 mg secara oral. Mengingat pada beberapa tahun terakhir ini
resistensi terhadap siprofloksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan
kuinolon yang dianjurkan adalah Levofloksasin 250 mg per oral dosis tunggal.
Obat dengan dosis tunggal yang tidak efektif lagi adalah tetrasiklin, streptomisin,
dan spiramisin. 2
Terapi Ganda untuk Infeksi Gonokokal dan Chlamydial
Infeksi Gonore sering kali di ikuti oleh infeksi non Gonore, yaitu Chlamydia
trachomatis. Hal ini menyebabkan pengobatan yang dilakukan pada pasien yang menderita
infeksi Gonore juga diberikan terapi infeksi Chlamydia trachomatis, di Amerika Serikat
kebanyakan Gonokokus telah resisten terhadap Azitromisin dan Doksisiklin, terapi
pendamping mungkin dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya N.Gonorhoeae
yang resisten terhadap antibiotik. Terdapat suatu data yang terbatas bahwa kombinasi
Azitromisin dan Sefalosporin oral efektif dalam pengobatan faringitis. 5

2.8

Gonore yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae penghasil penisilinase


(N.G.P.P)
Gonore dengan galur Neisseria gonorrhoeae penghasil penisilase (N.G.P.P) sukar

diobati dengan penisiline dan derivatnya, walaupun dengan peninggian dosis. Di samping itu
13

harus dibedakan dengan Gonokokus yang resisten ringan terhadap antibiotik yang disebabkan
karena mutasi pada lokus. Resistensi ringan ini masih dapat diobati dengan penisilin dengan
cara peninggian dosis penisiline dan disebut resisten relatif. 2,5
Gejala klinis dan komplikasi Gonore dengan galur N.G.P.P ini tidak berbeda dengan
Gonore biasa. Cara diagnostiknya ialah dengan melakukan tes idiometrik atau asidometrik
pada koloni yang tumbuh pada pembiakan. 2,5
2.8.1

Pengobatan
Obat-obat yang dapat digunakan untuk galur N.G.P.P ialah kuinolon, spektinomisin,

kanamisin, sefalosporin, dan tiamfenikol. 2


Namun di Amerika Serikat kuinolon sudah tidak digunakan lagi karena sebagai terapi
Gonore dan kondisi terkait seperti PID , hal ini dikarenakan telah terjadi resistensi
N.gonorrhoeae terhadap kuinolon. Terdapat satu kelas antimikroba yang direkomendasikan
untuk pengobatan N.gonorrhoeae yaitu golongan sefalosporin. 5
Recommended Regimens
Ceftriaxone 250 mg IM in a single dose
OR, IF NOT AN OPTION
Cefixime 400 mg orally in a single dose
OR
Single-dose injectible cephalosporin regimens
PLUS
Azithromycin 1g orally in a single dose
OR
Doxycycline 100 mg orally twice a day for 7 days

Terapi Gonore tanpa komplikasi 5

Ceftriaksone inject 250 mg dosis tunggal efektif dalam pengobatan Gonore karena
memiliki efek bakterisid tinggi dalam darah. Ceftriakson menyembuhkan 99,2 % dari
urogenital dan anorektal, sedangkan 98,9 % untuk infeksi faring. 5

2.9

Follow Up
Pasien yang didiagnosis dengan infeksi Gonore tanpa komplikasi yang telah
diterapi dengan atau tanpa regimen alternatif tidak membutuhkan pemeriksaan untuk
lebih memastikan ( periksa ulang 3-4 minggu setelah terapi selesai ). Pasien yang
memiliki gejala menetap setelah terapi harus di evaluasi dengan kultur N.gonorrhoeae,
dan dilakukan tes resistensi antimikroba. Uretriris menetap, servisitis, atau proktitis
dapat disebabkan oleh C.trachomatis atau organisme lain. 5
14

Infeksi N.gonorrhoeae kebanyakan mereka yang telah terdiagnosis dan di


terapi dalam beberapa bulan. Paling banyak infeksi merupakan hasil dari reinfeksi
daripada kegagalan terapi, hal ini adalah indikasi untuk dibutuhkannya peningkatan
edukasi pasien dan juga ke pasangan seks nya. Dokter harusnya akan menasihati
pasien untuk melakukan pemeriksaan ulang seletah 3 bulan terapi. 5
2.10

Managemen Mitra Seksual


Pengobatan efektif pada pasien yang menderita penyakit menular seksual
adalah dengan turut mengobati mitra seksual untuk mencegah infeksi berulang dan
penularan yang lebih lanjut. Pasien harus dianjurkan untuk membawa pasangan seks
agar di lakukan evaluasi dan pengobatan. Mitra seksual yang menderita infeksi
N.gonorrhoeae yang melakukan kontak seksual terakhir dalam waktu 60 hari sebelum
timbul gejala atau terdiagnosis infeksi harus dievaluasi dan diterapi infeksi untuk
N.gonorrhoeae dan C.trachomatis. Jika pasien melakukan kontak seksual > 60 hari
sebelum timbul gejala atau didiagnosis, pasangan seks terakhir harus di obati. Pasien
harus di instruksikan untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai terapi
sempurna dan sampai mereka serta pasangan seks mereka tidak menunjukkan gejala
lagi. Jika mitra seksual tidak memungkinkan untuk secara langsung di evaluasi
pertimbangan untuk memberikan terapai infeksi N.gonorrhoeae dan C.trachomatis
dapat diberikan. 5

15

Bab III
Kesimpulan
Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang
merupakan basil tahan asam. Masa inkubasi kuman N.gonorrhea adalah singkat 2-5 hari
sehingga cepat menimbulkan gejala klinis terutama pada pria, sedangkan pada wanita
kebanyakan tidak memberikan gejala sampai timbulnya komplikasi. Infeksi yang disebabkan
oleh N.gonorrheae tidak hanya mengenai alat-alat reproduksi tetapi dapat terjadi penyebaran
secara sistemik.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan beberapa pemeriksaan
penunjang terutama pewarnaan gram yang akan didapati basil gram negatif intra ataupun
ekstraseluler. Infeksi N.gonorrhoeae biasanya disertai dengan koinfeksi Clamidia
Trakhomaris. Pengobatan terbaik saat ini adalah kombinasi antara obat golongan sefalosporin
(ceftriakson 250 mg IM single dose) dan Azitromisin 1 gr oral single dose.

16

Daftar Pustaka

1.

Djuanda, Adhi, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ed.5. Jakarta: Fakultas

2.

Kedokteran Universitas Indonesia. 369-380


Fitzpatrick, Thomas, dkk. Dermatology In General Medicine fourth edition. The

3.

McGraw-Hill Companies, Inc.1993; 2760-2764


Fitzpatrick, Thomas, dkk. Dermatology In General Medicine seventh edition. The

4.

McGraw-Hill Companies, Inc.2008; 1994-1996


Harahap, Mawarli. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. .Hipokrates. Jakarta

5.

Ronald L. Moolenaar, MD, MPH,dkk. Morbidity and Mortality Weekly Report .


Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010, Vol 59. 2010 ; 49-53

6.

Brian

Wong,

MD.

Gonococcal

7.

http://emedicine.medscape.com/article
Nicholas John Bennett, MB, BCh,

8.
9.
10.
11.
12.
13.

http://emedicine.medscape.com/article
http://www.mayoclinic.com/
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kencing_nanah&oldid=4058401
http://www.google.co.id/search?q=PMS+Gonore&um
http://www.google.co.id/search?q=anatomi+alat+reproduksi+pria&um
http://www.google.co.id/search?q=anatomi+alat+reproduksi+wanita&um
http://www.google.co.id/search?q=uretritis+gonor&um

17

Infections.
PhD.

Gonorrhea.

Diunduh
Diunduh

dari
dari

Anda mungkin juga menyukai