Anda di halaman 1dari 25

1

Laporan Diskusi Tutorial


Genitourinaria
Scenario 4

Penyusun
Kelompok 14

Ajeng Defriyanti P
(1218011007)
Bobi Kurnia Hartanto
(1218011028)
Dyah Kartika Utami
(1218011041)
Ferina Nur Haqiqi
(1218011053)
Hanifah Rahmania
(1218011065)
Imelda Herman
(1218011078)
Luqmanul Hakim
(1218011096)
M Rizki Prayuda
(1218011100)
Nindriya Kurniandari
(1218011113)
Radita Dewi Prasetyani
(1218011119)
Siti Alvina Octavia
(1218011146)
Silvia Marischa
(1218011144)



Tutor : dr. Indri Windarti, Sp.PA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
2


KATA PENGANTAR



Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan diskusi tutorial
blok XI Genitourinaria skenario pertama.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah blok XI
Genitourinaria. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen yang
terlibat dalam mata kuliah pada blok ini.

Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam laporan ini.
Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Hal ini
dikarenakan keterbatasan wawasan kami. Selain itu, kritik dan saran sangat kami
harapkan guna perbaikan laporan kami.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum wr.wb



Bandar Lampung, 12 May 2014


Penyusun


3


DAFTAR ISI


Kata Pengantar ............................................................................................. 2
Daftar Isi ............................................................................................. 3
Skenario ............................................................................................. 4
Step 1 ............................................................................................. 5
Step 2 ............................................................................................. 6
Step 3 ............................................................................................. 7
Step 4 ............................................................................................. 9
Step 5 ............................................................................................. 22
Step 6 ............................................................................................. 23
Step 7 ............................................................................................. 24
Daftar Pustaka .............................................................................................

















4

Skenario 4

Pipisnya Sakit

Berikut adalah suasana di ruang praktek dokter

Pasien, seorang laki-laki, 35 tahun, datang ke poliklinik rumah sakit dengan
keluhan rasa sakit dan panas saat buang air kecil sejak dua hari yang lalu.
Dokter: Ada yang perlu saya bantu mas?
Pasien: Ini dok.. anu... (sambil malu-malu) di kemaluan saya keluar cairan putih,
itu sakit sekali dok, apalagi saat kencing
Dokter: warna cairan kuning kehijauan?
Pasien: Iya dok
Kemudian dokter melakukan anamnesis mendalam, pemeriksaan fisik dan
penunjang dan membuat laporan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan orificium uretra externa tampak
hiperemis dan sedikit bengkak. Ditemukan pula adanya discharge purulen
berwarna kuning kehijauan di orificium uretra externa. Pembesaran kelenjar getah
bening medial (+). Riwayat kontak seksual (+).
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan leukositosis
(+) dan sekret uretra ditemukan bakteri diplococcus gram negative intraseluler.
Sedangkan hasil pemeriksaan urin menunjukkan adanya bakteriuria (+).










5

Step 1































6

Step 2

1. Patofisiologi skenario
2. Diagnosis skenario
3. Patogenesis dan etiologi
4. Menegakkan diagnosis
5. Penatalaksanaan
6. Komplikasi dan prognosis
























7

Step 3

1. Keluar cairan yang berwarna kuning kehijauan dikarenakan reaksi
inflamasi dari bakteri yang menginvasi mukosa
Pembesaran KGB karena sel sel PMN dan neutrofil yang teraktifasi
karne adanya bakteri
Nyeri dan panas saat buang air kecil karena adanya infeksi dari bakteri

2. Diagnosis
Dari gejala gejala yang dikeluhkan pasien yaitu :
- Rasa sakit dan panas saat buang air kecil
- Adanya cairan yang keluar warna kuning kehijauan
- Orifisium uretra eksterna hiperemis dan bengkak
- Riwayat kontak seksual (+)
Dari gejala tersebut 50% masuk ke dalam gejala dari penyakit gonore, tapi
ada juga penyakit yang mempunyai gejala yang sama, yaitu non gonore
mempunyai gejala yang sama namun dapat dibedakan dengan pemeriksaan
penunjang dan juga sifilis yang khasnya tidak ada gatal dan tidak nyeri
pada daerah genital.

3. Etiologi
Neisseria Gonorrhoeae

Patogenesis
Kuman N. Gonnorrhoeae mudah menginfekso daerah mukosa epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang ( imatur ) seperti pada
vagina sebelum pubertas. Umunya penularan melalui hubungan kelamin
yang kontak langsung, yaitu genito-genital, oro-genital dan ano-genital

4. Menegakkan diagnosis
Anamnesis : mengeluhkan keluhan pada skenario
8

Ditanyakan riwayat berganti pasangan seks dan riwayat
seksual aktif
P. Fisik : orifisiun uretra merah dan erosi, duh tubuh mukopurulen,
pembesaran getah bening
P.Penunjang : pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu sediaan langsung, kultur, tes definitif, tes
thomson

5. Penatalaksanaan
Dapat diberikan antibiotik spektrum luas yaitu seperti penicilin sebagai
penggunaan pertamanya, tetapi sekarang sudah banyak yang resisten
terhadap penisilin dan dapat diganti diberikan ampisilin, sefalosporin dan
lainnyaa dapat diberikan peroral maupun intramuskular

6. Komplikasi
Apabila gonorrhea tidak diobati, bakteri dapat menyebar ke aliran darah
dan mengenai sendi, katup jantung atau otak. Konsekuensi yang paling
umum dari gonorrhea adalah Pelvic Inflammatory Disease (PID), yaitu
infeksi serius pada organ reproduksi wanita, yang dapat menyebabkan
infertilitas.
Sedangkan pada pria, apabila tidak ditangani secara serius gonorrhea dapat
menyebabkan impotensi.

Prognosis
Prognosisnya baik, tergantung dari prilaku pasien yang dapat menjaga dan
menghindari kontak seksual dari para pekerja seks yang sudah terinfeksi






9

Step 4

1. Patofisiologi skenario
Neissera Gonorrhoeae adalah gram negatif intraseluler, diplokokus yang
mempengaruhi epitel kuboid atau kolumner host. Berbagai macam faktor
akan memperngaruhi virulensi dan patogenitasnya. Membran protein luar
seperti ini protein opacity associated meningkatkan perlekatan antara
gonokokus ( bentuk koloni pada kultur media) host kemudia penetrasi
seluruh diantara sel dalam ruang sub epitel karakteriskrik respon host oleh
invasi dengan neutrofil, diikuti dengan pengelupasan epitel, pembentukan
mikroabses submukosa dan discharge purulen, apabila tidak diobati
infiltrasi makrofak dan limfosit digantikan oleh neutrofil. Beberapa strain
menyebabkan infeksi asimtomatik
Gonnococci menyerang membran selaput lendir dari saluran
genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut
yang mengarahkan ke invasi jaringan, hal yang diikuti dengan inflamasi
kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah
berwarana kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika berkemih. Infeksi
uretra pada pria dapat menjadi penyakit tak bergejala. Pada wanita, infeksi
primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke uretra dan vagina,
meningkatkan sekresi cairan mukopurulen ini dapat berkembang ke tuba
uterina, menyebabkan salphingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.

2. Diagnosis skenario
- Dengan pendekatan syndrome yaitu :
a. Be r d a s a r k a n k e l u h a n d a n g e j a l a
Uretritis gonore : dysuri dan oedem lebih menonjol,
pengeluaran duh tubuh lebih kental dan lebih
banyak
Uretritis Non Spesifik : dysuri dan oedem tidak terlalu
menonjol, pengeluaran duh tubuh
seropurulen
10

b. Berdasarkan anmnesis (masa tunas/inkubasi)
Uretritis gonore : lebih pendek 2-5 hari
Uretritis non gonore : lebih lama 1-2 minggu
c. Berdasarkan pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan melalui indentifikasi Neisseira
gonorrhoea dari membran mukosa yang terinfeksi, dengan sediaan
langsung, kultur atau deteksi molekuler biologis mikroorganisme
tersebut pada genital, rektal, faring atau sekresi okuler.
Pada wanita sampel diambil dari kanal endoserviks untuk
sediaan langsung dan kultur setelah dibersihkan sekresi eksudat
vagina. Juga diambil dari uretra. Selain itu, spesimen dapat diambil
juga dari urin, vulvovaginal dan intracoital. Pada pria pengambilan
spesimen dari uretra diambil dengan swab kecil atau sengkelit.
Spesimen anorektal diambil dengan menggunakan anoskopi,
sedang spesimen faring diambil pada faring posterior termasuk
daerah tonsil.

3. Etiologi
Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun
1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan
dalam kelompok Neisseria, sebagai Neisseria gonorrhoeae. Selain spesies
itu, terdapat 3 spesien lain, yaitu N. meningitidis, dan 2 lainnya yang
bersifat komensal N. catarrhalis serta N. pharyngis sicca. Keempat spesies
ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan
lebar 0,8 , panjang 1,6 dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat
negatif-Gram, tampak diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di
udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39C,
dan tidak tahan zat desinfektan.
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2
yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak
11

mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa
epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa
epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni
pada vagina wanita sebelum pubertas.
Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan
galur gonokokus yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau -
laktamase yang dapat merusak penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga
sukar diobati dengan penisilin dan derivatnya, walaupun dengan
peninggian dosis. Pertama kali ditemukan pada pertengahan tahun 1970-an
dan dengan cepat meluas ke berbagai negara di dunia. Di Afrika Barat dan
Timur Jauh, tempat pertama kali ditemukannya tetap merupakan endemik,
dan didapatkan pada lebih 1/3 isolat. Survei di Filipina melaporkan
sebanyak 30-40% isolat merupakan NGPP, dan terutama ditemukan pada
pekerja seks komersial. Di Indonesia mulai dilaporkan pada tahun 1980 di
Jakarta. Di kota-kota besar Indonesia, NGPP terdapat sebanyak 40-60%,
sedangkan di kota-kota kecil sampai saat ini belum diperoleh data
mengenai hal itu.

Patogenesis
Gonore merupakan suatu infeksi menular seksual dan lebih sering
menular dari manusia ke manusia. Transmisi terjadi hampir 70 hingga
80% dalam sekali hubungan seksual dari lelaki ke wanita dan 20 hingga
30% dari wanita ke lelaki. Transmisi melalui vagina lebih sering
dibanding melalui rektal, maupun receptive atau insertive. Transmisi
melalui oro-genital jauh lebih jarang dan kurang efektif. Dikatakan
transmisi melalui fellatio yaitu perilaku seks oral yang dilakukan pada
lelaki lebih tinggi dibanding dengan cunnilingus yaitu perilaku seks oral
yang dilakukan pada wanita. Pada hubungan seksual sesama lelaki dapat
terjadi infeksi uretra pada 50% kasus. Ada pula kejadian di mana,
perempuan prepubertas yang terinfeksi dengan gonore akibat dari
12

penggunaan alat yang terkontaminasi. Namun, tidak ada bukti bahwa
infeksi ini dapat melalui transmisi air droplet.
Transmisi vertikal terjadi pada ibu hamil kepada bayinya saat
persalinan yang dapat mengakibatkan konjuntivitis gonokokus, pneumonia
dan infeksi vulvovaginal. Ada beberapa faktor virulensi pada mekanisme
adhesi, inflamasi dan invasi mukosa. Pili memegang peranan penting
dalam patogenesis gonore. Pili dapat meningkatkan adhesi pada sel host
dan oleh karena itu infeksi gonokokus tanpa pili mempunyai abilitas yang
rendah untuk menyebabkan infeksi pada manusia. Adhesi gonokokus pada
epitel sel host dan pada neutrofil polimorfonuklear tergantung pada pili
dan Opa ligand. Antibodi antipilus menghambat adhesi epitel dan
meningkatkan proses fagositosis. Ekspresi reseptor transferin penting dan
ekpresi oligosakarida rantai panjang adalah dasar essensial untuk
terjadinya infeksi secara maksimal.
Gonokokus dapat bertambah banyak dan membelah secara
intraseluler di mana mereka imun terhadap mekanisme pertahanan host.
Invasi mikrorganisme lebih mudah dengan ekpresi beberapa protein Opa
dan rantai panjang oligosakarida yang tidak bersilia.
Gonokokus mempunyai kemampuan untuk merusak jaringan
melalui produksi beberapa produk seperti fosfolipase, peptida, lipid A,
peptidoglikan dan lain-lain. Produk ini berperan merusak tuba fallopia dan
perkembangan arthritis post infeksi

4. Menegakkan diagnosis
Anamnesis : ditanyakan riwayat seksual aktif
Mengeluhkan gejala subyektif, seperti :
- Pria :
o Masa tunasnya 2-5 hari
o Rasa gatal dan panas dibagian distal uretra
disektar orifisium ekstrenum
o Disuria, polakisuria, deluar duh dan darah
o Nyeri saat ereksi
13

- Wanita
o Masa tunasnya tidak dapat ditentukan,
umumnya asimtomatik
o Jarang ada keluhan subyektif dan hampir tak
ada keluhan obyektif
o Infeksi mulanya serviks uteri dengan nyeri
pinggul bawah
o Sekret mukopurulen
P. Fisik :
Pria :
- Orifisium uretra eksterna merah, edema,
ekropion
- Duh tubuh mukopurulen
- Pembesaran getah bening inguinal unilateral
atau bilateral
Wanita :
- Serviks tampak merah dengan erosi
- Sekret mukopurulen
- Duh banyak bila terjadi servisitis akut disertai
vaginitis
P. Penunjang :
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis,
dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas beberapa tahapan.
a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pengecatan Gram akan
ditemukan gonokok negatif-Gram, intraselular dan
ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah
fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra,
muara kelenjar Bartholin, serviks dan rektum.
Pemeriksaan Gram dari duh uretra pada pria memiliki
sensitivitas tinggi (90-95%) dan spesifitas 95-99%. Sedangkan
dari endoserviks, sensitivitasnya hanya 45-65%, dengan
14

spesifitas 90-99%. Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk
dilakukan di klinik luar rumah sakit/praktek pribadi, klinik
dengan pemeriksaan laboratorium terbatas, maupun untuk
rumah sakit dengan fasilitas laboratorium lengkap.

b. Kultur (biakan)
Untuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua
macam media yang dapat digunakan ialah media transpor dan
media pertumbuhan.

Contoh media transpor:
- Media Stuart: hanya untuk transpor saja, sehingga perlu
ditanam kembali pada media pertumbuhan.
- Media Transgrow: selektif dan nutritif untuk N.
gonorrhoeae dan N. meningitidis, dalam perjalanan dapat
bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media
transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu
ditanam pada media pertumbuhan. Media ini merupakan
modifikasi media Thayer-Martin dengan menambahkan
trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.

Contoh media pertumbuhan :
- Media Thayer-Martin: selektif untuk mengisolasi gonokok.
Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan
kuman positif-Gram, kolimestat untuk menekan
pertumbuhan bakteri negatif-Gram, dan nistatin untuk
menekan pertumbuhan jamur.
- Modifikasi Thayer-Martin: isinya ditambah dengan
trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus
spp.
- Agar coklat McLeod: dapat ditumbuhi kuman lain selain
gonokok.
15

Pemeriksaan kultur dengan bahan dari duh uretra pria,
sensitivitasnya lebih tinggi (94-98%) daripada duh endoserviks
(85-95%).
Sedangkan spesifitas dari kedua bahan tersebut sama yaitu
> 99%. Pemeriksaan kultur ini dianjurkan untuk dilakukan
pada rumah sakit dengan fasilitas laboratorium lengkap
maupun terbatas.

c. Tes definitif
Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-
fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni
gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif
dengan perubahan warna koloni yang semula bening
berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.


Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi
memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok
hanya meragikan gluklosa.

d. Tes beta-laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin. Apabila kuman ini
mengandung enzim beta-laktamase, akan menyebabkan
perubahan warna dari kuning menjadi merah.

e. Tes Thomson
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena
pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat.

16

Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan:
Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
Urin dibagi dalam dua gelas
Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air
seni paling sedikit 80-100 ml, jika kurang maka gelas II sukar
dinilai karena baru menguras uretra anterior.

Hasil pembacaan:

Gelas I Gelas II Arti
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin

f. Tes nucleid acid amplification
Tes ini lebih sensitif dan spesifik daripada teknik non-
amplifikasi. Untuk mendeteksi N. Gonorrhoeae pada spesimen
hapusan uretra yang diperoleh dari laki-laki dan spesimen urine
yang diperoleh dari laki-laki dan wanita. Tes ini lebih cepat
daripada kultur, lebih spesifik daripada immunoassay, dan
tidak memerlukan viabilitas organisme.




g. Tes lainnya
Tes lainnya yang bisa digunakan, jika tersedia, untuk
mendeteksi antigen atau genom gonokokus dalam eksudat,
antara lain:
Fluorescein-conjugated monoclonal antibodies
17

Enzyme-linked immunoassays
Polymerase chain reaction test

5. Penatalaksanaan

Dengan bertambah banyaknya ragam antibiotik yang berhasil disintesis
akhir-akhir ini memperkuat dugaan sebelumnya bahwa uretritis gonore
akan dapat terberantas secara tuntas. Kenyataannya hal seperti ini tidak
seluruhnya benar. Tidak jarang penderita uretritis gonore tak kunjung
sembuh meskipun telah minum sendiri antibiotik yang mahal sekalipun.
Penderita lain dengan sakit yang sama berobat ke dokter, kemudian
sembuh. Berdasarkan pengalaman tersebut, setiap kali sakit setelah
hubungan seksual, pasien selalu minum obat yang sama tanpa
memeriksakan diri ke dokter lebih dahulu. Kasus seperti diatas sering
terjadi dalam praktik sehari-hari.
Antibiotik terutama yang berspektrum luas memang dapat
menyembuhkan sementara, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan
mengira penyakitnya telah sembuh. Secara tidak disadari penyakitnya
akan berjalan terus dan biasanya penderita datang kembali ke dokter
setelah timbul penyulit.
Pada dasarnya pengobatan uretritis baru diberikan setelah
diagnosis ditegakkan. Antibiotik canggih dan mahal tanpa didasari
diagnosis, dosis dan cara pemakaian yang tepat tidak akan menjamin
kesembuhan dan bahkan dapat memberi dampak berbahaya dalam
penggunaannya, misalnya resistensi kuman penyebab.
Pada kebanyakan kasus, pengobatan dengan antibiotik terhadap
gonorrhoea akut akan efektif dengan cepat. Selama pengobatan, dan
sampai dinyatakan efektif, tiap hari penderita harus minum air > 3 liter,
menjauhi alkohol dan hubungan seks, serta memperhatikan aspek-aspek
kesehatan seperti istirahat dan tidur. Harus hati-hati dalam membuang
barang-barang kotoran serta sekret uretra pada 48 jam pertama. Infeksi
non-seksual lebih mungkin terjadi pada anak-anak perempuan daripada
18

lainnya. Pasangan seksual harus diperiksa dan diobati agar tidak terjadi
fenomena pingpong.

Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain ialah :
Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya
ialah alergi penisilin.

Ampisilin dan amoksisilin
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3
gram + 1 gram probenesid. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan.
Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.

Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg IM.
Sefoperazon dengan dosis 0,50 1,00 gram secara intramuskular. Dosis
ini cukup aman dan efektif untuk mengobati gonore tanpa komplikasi di
semua tempat. Obat ini dapat menutupi gejala sifilis.

Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram IM baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang
mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita
yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala
sifilis. Namun obat ini relatif tidak efektif untuk infeksi gonore pada
faring.

Kanamisin
Dosisnya 2 gram IM. Kebaikan obat ini sama dengan spektinomisin.
Kontraindikasinya kehamilan.

Tiamfenikol
19

Dosisnya 2,5-3,5 gram, secara oral. Tidak dianjurkan pemakaian pada
kehamilan.

Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400
mg, siprofoksasin 250-500 mg, secara oral. Di Asia dan Amerika Utara
sudah mulai dijumpai galur-galur yang menurun kepekaannya terhadap
kuinolon. Kuinolon tidak boleh diberikan untuk wanita hamil atau
menyusui ataupun orang yang berumur dibawah 17 tahun.
Obat dengan dosis tunggal yang tidak efektif lagi untuk
pengobatan gonore saat ini ialah: tetrasiklin, streptomisin dan spiramisin.
Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore dengan galur
NGPP ialah: spektinomisin, kanamisin, sefalosporin, ofloksasin dan
tiamfenikol.

Sesuai panduan dari WHO 2003 terapi uretritis gonore adalah sebagai
berikut:
Uretritis gonore tanpa komplikasi mendapat regimen terapi :
o Cefixime 400 mg per oral dosis tunggal atau
o Ctriaxone 125 mg IM dosis tunggal atau
o Ciprofloxacin 500 mg per oral dosis tunggal atau
o Spectinomycin, 2 g IM injeksi, dosis tunggal.
Ciprofloxacin kontraindikasi untuk ibu hamil dan tidak dianjurkan
untuk anak-anak.

Uretritis gonore dengan komplikasi (lokal) dapat diberikan regimen
berikut:
o Ciprofloxacin, 500 mg, oral, selama 5 hari atau
o Ceftriaxone, 125 mg IM, selama 5 hari atau
o Cefixime, 400 mg, oral, selama 5 hari atau
o Spectinomycine, 2 g IM, selama 5 hari

20

Regimen terapi untuk infeksi disseminated gonococcal adalah sebagai
berikut:
o Ceftriaxone,1 g IM/IV, 1 kali sehari selama 7 hari atau
o Spectinomycine, 2 g IM, 2 kali sehari selama 7 hari
Untuk meningitis dan endokarditis gonokokal mendapat dosis yang
sama dengan yang tersebut di atas tetapi perlu diperpanjang selama 4
minggu.

6. Komplikasi
Apabila gonorrhea tidak diobati, bakteri dapat menyebar ke aliran darah
dan mengenai sendi, katup jantung atau otak. Konsekuensi yang paling
umum dari gonorrhea adalah Pelvic Inflammatory Disease (PID), yaitu
infeksi serius pada organ reproduksi wanita, yang dapat menyebabkan
infertilitas.
Selain itu, kerusakan yang terjadi dapat menghambat perjalanan sel
telur yang sudah dibuahi ke rahim. Apabila ini terjadi, sebagai akibatnya
sel telur ini berkembang biak di dalam saluran falopii atau yang disebut
kehamilan di luar kandungan, suatu hal yang dapat mengancam nyawa
sang ibu apabila tidak terditeksi secara dini. Seorang wanita yang
terinfeksi dapat menularkan penyakitnya kepada bayinya ketika sang bayi
melalui jalan lahir. Pada kebanyakan kasus dimana Ibu mengidap
gonorrhea, mata bayi ditetesi obat untuk mencegah infeksi gonococcus
yang dapat menyebabkan kebutaan. Karena adanya resiko infeksi Ibu dan
bayi, biasanya dokter menyarankan agar ibu hamil menjalani tes gonorrhea
setidaknya sekali selama kehamilannya. Sedangkan pada pria, apabila
tidak ditangani secara serius gonorrhea dapat menyebabkan impotensi.


Komplikasi
Pada Pria infeksi pertama
Uretritis
Lokal : Tysonitis, Parauretritis,
Littritis, Cowperitis
Ascendens: Prostatitis, Vesikulitis,
Vas deferentitis/funikulitis,
Vas deferentitis,
21

Epididimitis, Trigonitis
Pada Wanita
Uretritis
Servisitis

Komplikasi
Lokal : Parauretritis, Bartholinitis
Ascendens: Salpingitis, PID (Pelvic
Inflammatory Disease)

Prognosis
Pasien dengan gonore tanpa komplikasi dan sudah diberi pengobatan,
tidak perlu dilakukan tes laboratorium untuk memastikan bahwa mereka
sudah sembuh. Pasien yang masih bergejala setelah pengobatan perlu
dievaluasi dengan kultur dan isolasi untuk tes kepekaan antimikroba.
Uretritis persisten, servisitis atau prosititis mungkin disebabkan oleh
C.trachomatis atau mikroorganisma lain. Kebanyakan infeksi yang
diidentifikasi setelah pengobatan adalah akibat dari reinfeksi dan bukan
dari kegagalan pengobatan. Ini memberi indikasi bahwa pasien harus
diedukasi dan pasangan seksual harus di beri juga pengobatan.Infeksi
berulang dengan chlamidia dapat meningkatkan resiko PID dan
komplikasi lain dibanding dengan infeksi awal dan komplikasi berulang
PID dapat memyebabkan infertilitas. PID juga dapat muncul setelah
periode menstruasi pada wanita. Kehamilan ektopik dapat terjadi akibat
dari jaringan tuba fallopia yang terluka sehingga telur yang dibuahi tidak
dapat implantasi ke uterus. Selain itu, gonore akan meningkatkan resiko
terkena infeksi human immunodeficiency virus (HIV).
Pada bayi baru lahir dengan ibu yang mengidap gonore, cairan
perak Nitrat diteteskan pada mata bayi setelah lahir. Tim medis harus
menasihati pasien untuk melakukan tes ulang 3 bulan setelah pengobatan
supaya infeksi berulang chlamidia serta gonorea dapat dipantau.







22

Step 5

Learning Objectives:
1. ISK ( PMS)
- Sistitis
- Prostatitis
- Balanoprostatitis
- Nefritis
- Gonore
- Non gonore
- Sifilis
- Herper Simplek
2. Morfologi gonore
3. Farmakologi


















23

Step 6

Belajar mandiri





























24

Step 7































25

DAFTAR PUSTAKA



Guyton, Arthur. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Purnomo, Basuki B. 2012. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto
Sherwood, LauraLee. 2006. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
Djuanda, Prof. Dr. dr. Adhi. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai