Ajeng Defriyanti P (1218011007) Bobi Kurnia Hartanto (1218011028) Dyah Kartika Utami (1218011041) Ferina Nur Haqiqi (1218011053) Hanifah Rahmania (1218011065) Imelda Herman (1218011078) Luqmanul Hakim (1218011096) M Rizki Prayuda (1218011100) Nindriya Kurniandari (1218011113) Radita Dewi Prasetyani (1218011119) Siti Alvina Octavia (1218011146) Silvia Marischa (1218011144)
Tutor : dr. Indri Windarti, Sp.PA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014 2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan diskusi tutorial blok XI Genitourinaria skenario pertama.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah blok XI Genitourinaria. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen yang terlibat dalam mata kuliah pada blok ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Hal ini dikarenakan keterbatasan wawasan kami. Selain itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna perbaikan laporan kami.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pasien, seorang laki-laki, 35 tahun, datang ke poliklinik rumah sakit dengan keluhan rasa sakit dan panas saat buang air kecil sejak dua hari yang lalu. Dokter: Ada yang perlu saya bantu mas? Pasien: Ini dok.. anu... (sambil malu-malu) di kemaluan saya keluar cairan putih, itu sakit sekali dok, apalagi saat kencing Dokter: warna cairan kuning kehijauan? Pasien: Iya dok Kemudian dokter melakukan anamnesis mendalam, pemeriksaan fisik dan penunjang dan membuat laporan sebagai berikut: Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan orificium uretra externa tampak hiperemis dan sedikit bengkak. Ditemukan pula adanya discharge purulen berwarna kuning kehijauan di orificium uretra externa. Pembesaran kelenjar getah bening medial (+). Riwayat kontak seksual (+). Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan leukositosis (+) dan sekret uretra ditemukan bakteri diplococcus gram negative intraseluler. Sedangkan hasil pemeriksaan urin menunjukkan adanya bakteriuria (+).
5
Step 1
6
Step 2
1. Patofisiologi skenario 2. Diagnosis skenario 3. Patogenesis dan etiologi 4. Menegakkan diagnosis 5. Penatalaksanaan 6. Komplikasi dan prognosis
7
Step 3
1. Keluar cairan yang berwarna kuning kehijauan dikarenakan reaksi inflamasi dari bakteri yang menginvasi mukosa Pembesaran KGB karena sel sel PMN dan neutrofil yang teraktifasi karne adanya bakteri Nyeri dan panas saat buang air kecil karena adanya infeksi dari bakteri
2. Diagnosis Dari gejala gejala yang dikeluhkan pasien yaitu : - Rasa sakit dan panas saat buang air kecil - Adanya cairan yang keluar warna kuning kehijauan - Orifisium uretra eksterna hiperemis dan bengkak - Riwayat kontak seksual (+) Dari gejala tersebut 50% masuk ke dalam gejala dari penyakit gonore, tapi ada juga penyakit yang mempunyai gejala yang sama, yaitu non gonore mempunyai gejala yang sama namun dapat dibedakan dengan pemeriksaan penunjang dan juga sifilis yang khasnya tidak ada gatal dan tidak nyeri pada daerah genital.
3. Etiologi Neisseria Gonorrhoeae
Patogenesis Kuman N. Gonnorrhoeae mudah menginfekso daerah mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang ( imatur ) seperti pada vagina sebelum pubertas. Umunya penularan melalui hubungan kelamin yang kontak langsung, yaitu genito-genital, oro-genital dan ano-genital
4. Menegakkan diagnosis Anamnesis : mengeluhkan keluhan pada skenario 8
Ditanyakan riwayat berganti pasangan seks dan riwayat seksual aktif P. Fisik : orifisiun uretra merah dan erosi, duh tubuh mukopurulen, pembesaran getah bening P.Penunjang : pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sediaan langsung, kultur, tes definitif, tes thomson
5. Penatalaksanaan Dapat diberikan antibiotik spektrum luas yaitu seperti penicilin sebagai penggunaan pertamanya, tetapi sekarang sudah banyak yang resisten terhadap penisilin dan dapat diganti diberikan ampisilin, sefalosporin dan lainnyaa dapat diberikan peroral maupun intramuskular
6. Komplikasi Apabila gonorrhea tidak diobati, bakteri dapat menyebar ke aliran darah dan mengenai sendi, katup jantung atau otak. Konsekuensi yang paling umum dari gonorrhea adalah Pelvic Inflammatory Disease (PID), yaitu infeksi serius pada organ reproduksi wanita, yang dapat menyebabkan infertilitas. Sedangkan pada pria, apabila tidak ditangani secara serius gonorrhea dapat menyebabkan impotensi.
Prognosis Prognosisnya baik, tergantung dari prilaku pasien yang dapat menjaga dan menghindari kontak seksual dari para pekerja seks yang sudah terinfeksi
9
Step 4
1. Patofisiologi skenario Neissera Gonorrhoeae adalah gram negatif intraseluler, diplokokus yang mempengaruhi epitel kuboid atau kolumner host. Berbagai macam faktor akan memperngaruhi virulensi dan patogenitasnya. Membran protein luar seperti ini protein opacity associated meningkatkan perlekatan antara gonokokus ( bentuk koloni pada kultur media) host kemudia penetrasi seluruh diantara sel dalam ruang sub epitel karakteriskrik respon host oleh invasi dengan neutrofil, diikuti dengan pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses submukosa dan discharge purulen, apabila tidak diobati infiltrasi makrofak dan limfosit digantikan oleh neutrofil. Beberapa strain menyebabkan infeksi asimtomatik Gonnococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarahkan ke invasi jaringan, hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarana kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika berkemih. Infeksi uretra pada pria dapat menjadi penyakit tak bergejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke uretra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan mukopurulen ini dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan salphingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.
2. Diagnosis skenario - Dengan pendekatan syndrome yaitu : a. Be r d a s a r k a n k e l u h a n d a n g e j a l a Uretritis gonore : dysuri dan oedem lebih menonjol, pengeluaran duh tubuh lebih kental dan lebih banyak Uretritis Non Spesifik : dysuri dan oedem tidak terlalu menonjol, pengeluaran duh tubuh seropurulen 10
b. Berdasarkan anmnesis (masa tunas/inkubasi) Uretritis gonore : lebih pendek 2-5 hari Uretritis non gonore : lebih lama 1-2 minggu c. Berdasarkan pemeriksaan penunjang Diagnosis ditegakkan melalui indentifikasi Neisseira gonorrhoea dari membran mukosa yang terinfeksi, dengan sediaan langsung, kultur atau deteksi molekuler biologis mikroorganisme tersebut pada genital, rektal, faring atau sekresi okuler. Pada wanita sampel diambil dari kanal endoserviks untuk sediaan langsung dan kultur setelah dibersihkan sekresi eksudat vagina. Juga diambil dari uretra. Selain itu, spesimen dapat diambil juga dari urin, vulvovaginal dan intracoital. Pada pria pengambilan spesimen dari uretra diambil dengan swab kecil atau sengkelit. Spesimen anorektal diambil dengan menggunakan anoskopi, sedang spesimen faring diambil pada faring posterior termasuk daerah tonsil.
3. Etiologi Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok Neisseria, sebagai Neisseria gonorrhoeae. Selain spesies itu, terdapat 3 spesien lain, yaitu N. meningitidis, dan 2 lainnya yang bersifat komensal N. catarrhalis serta N. pharyngis sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 , panjang 1,6 dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat negatif-Gram, tampak diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39C, dan tidak tahan zat desinfektan. Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak 11
mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas. Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan galur gonokokus yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau - laktamase yang dapat merusak penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati dengan penisilin dan derivatnya, walaupun dengan peninggian dosis. Pertama kali ditemukan pada pertengahan tahun 1970-an dan dengan cepat meluas ke berbagai negara di dunia. Di Afrika Barat dan Timur Jauh, tempat pertama kali ditemukannya tetap merupakan endemik, dan didapatkan pada lebih 1/3 isolat. Survei di Filipina melaporkan sebanyak 30-40% isolat merupakan NGPP, dan terutama ditemukan pada pekerja seks komersial. Di Indonesia mulai dilaporkan pada tahun 1980 di Jakarta. Di kota-kota besar Indonesia, NGPP terdapat sebanyak 40-60%, sedangkan di kota-kota kecil sampai saat ini belum diperoleh data mengenai hal itu.
Patogenesis Gonore merupakan suatu infeksi menular seksual dan lebih sering menular dari manusia ke manusia. Transmisi terjadi hampir 70 hingga 80% dalam sekali hubungan seksual dari lelaki ke wanita dan 20 hingga 30% dari wanita ke lelaki. Transmisi melalui vagina lebih sering dibanding melalui rektal, maupun receptive atau insertive. Transmisi melalui oro-genital jauh lebih jarang dan kurang efektif. Dikatakan transmisi melalui fellatio yaitu perilaku seks oral yang dilakukan pada lelaki lebih tinggi dibanding dengan cunnilingus yaitu perilaku seks oral yang dilakukan pada wanita. Pada hubungan seksual sesama lelaki dapat terjadi infeksi uretra pada 50% kasus. Ada pula kejadian di mana, perempuan prepubertas yang terinfeksi dengan gonore akibat dari 12
penggunaan alat yang terkontaminasi. Namun, tidak ada bukti bahwa infeksi ini dapat melalui transmisi air droplet. Transmisi vertikal terjadi pada ibu hamil kepada bayinya saat persalinan yang dapat mengakibatkan konjuntivitis gonokokus, pneumonia dan infeksi vulvovaginal. Ada beberapa faktor virulensi pada mekanisme adhesi, inflamasi dan invasi mukosa. Pili memegang peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili dapat meningkatkan adhesi pada sel host dan oleh karena itu infeksi gonokokus tanpa pili mempunyai abilitas yang rendah untuk menyebabkan infeksi pada manusia. Adhesi gonokokus pada epitel sel host dan pada neutrofil polimorfonuklear tergantung pada pili dan Opa ligand. Antibodi antipilus menghambat adhesi epitel dan meningkatkan proses fagositosis. Ekspresi reseptor transferin penting dan ekpresi oligosakarida rantai panjang adalah dasar essensial untuk terjadinya infeksi secara maksimal. Gonokokus dapat bertambah banyak dan membelah secara intraseluler di mana mereka imun terhadap mekanisme pertahanan host. Invasi mikrorganisme lebih mudah dengan ekpresi beberapa protein Opa dan rantai panjang oligosakarida yang tidak bersilia. Gonokokus mempunyai kemampuan untuk merusak jaringan melalui produksi beberapa produk seperti fosfolipase, peptida, lipid A, peptidoglikan dan lain-lain. Produk ini berperan merusak tuba fallopia dan perkembangan arthritis post infeksi
4. Menegakkan diagnosis Anamnesis : ditanyakan riwayat seksual aktif Mengeluhkan gejala subyektif, seperti : - Pria : o Masa tunasnya 2-5 hari o Rasa gatal dan panas dibagian distal uretra disektar orifisium ekstrenum o Disuria, polakisuria, deluar duh dan darah o Nyeri saat ereksi 13
- Wanita o Masa tunasnya tidak dapat ditentukan, umumnya asimtomatik o Jarang ada keluhan subyektif dan hampir tak ada keluhan obyektif o Infeksi mulanya serviks uteri dengan nyeri pinggul bawah o Sekret mukopurulen P. Fisik : Pria : - Orifisium uretra eksterna merah, edema, ekropion - Duh tubuh mukopurulen - Pembesaran getah bening inguinal unilateral atau bilateral Wanita : - Serviks tampak merah dengan erosi - Sekret mukopurulen - Duh banyak bila terjadi servisitis akut disertai vaginitis P. Penunjang : Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas beberapa tahapan. a. Sediaan langsung Pada sediaan langsung dengan pengecatan Gram akan ditemukan gonokok negatif-Gram, intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks dan rektum. Pemeriksaan Gram dari duh uretra pada pria memiliki sensitivitas tinggi (90-95%) dan spesifitas 95-99%. Sedangkan dari endoserviks, sensitivitasnya hanya 45-65%, dengan 14
spesifitas 90-99%. Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk dilakukan di klinik luar rumah sakit/praktek pribadi, klinik dengan pemeriksaan laboratorium terbatas, maupun untuk rumah sakit dengan fasilitas laboratorium lengkap.
b. Kultur (biakan) Untuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua macam media yang dapat digunakan ialah media transpor dan media pertumbuhan.
Contoh media transpor: - Media Stuart: hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. - Media Transgrow: selektif dan nutritif untuk N. gonorrhoeae dan N. meningitidis, dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer-Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.
Contoh media pertumbuhan : - Media Thayer-Martin: selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. - Modifikasi Thayer-Martin: isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus spp. - Agar coklat McLeod: dapat ditumbuhi kuman lain selain gonokok. 15
Pemeriksaan kultur dengan bahan dari duh uretra pria, sensitivitasnya lebih tinggi (94-98%) daripada duh endoserviks (85-95%). Sedangkan spesifitas dari kedua bahan tersebut sama yaitu > 99%. Pemeriksaan kultur ini dianjurkan untuk dilakukan pada rumah sakit dengan fasilitas laboratorium lengkap maupun terbatas.
c. Tes definitif Tes oksidasi Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p- fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.
Tes fermentasi Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan gluklosa.
d. Tes beta-laktamase Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang mengandung chromogenic cephalosporin. Apabila kuman ini mengandung enzim beta-laktamase, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah.
e. Tes Thomson Tes ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat.
16
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan: Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi Urin dibagi dalam dua gelas Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-100 ml, jika kurang maka gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra anterior.
Hasil pembacaan:
Gelas I Gelas II Arti Jernih Jernih Tidak ada infeksi Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior Keruh Keruh Panuretritis Jernih Keruh Tidak mungkin
f. Tes nucleid acid amplification Tes ini lebih sensitif dan spesifik daripada teknik non- amplifikasi. Untuk mendeteksi N. Gonorrhoeae pada spesimen hapusan uretra yang diperoleh dari laki-laki dan spesimen urine yang diperoleh dari laki-laki dan wanita. Tes ini lebih cepat daripada kultur, lebih spesifik daripada immunoassay, dan tidak memerlukan viabilitas organisme.
g. Tes lainnya Tes lainnya yang bisa digunakan, jika tersedia, untuk mendeteksi antigen atau genom gonokokus dalam eksudat, antara lain: Fluorescein-conjugated monoclonal antibodies 17
Enzyme-linked immunoassays Polymerase chain reaction test
5. Penatalaksanaan
Dengan bertambah banyaknya ragam antibiotik yang berhasil disintesis akhir-akhir ini memperkuat dugaan sebelumnya bahwa uretritis gonore akan dapat terberantas secara tuntas. Kenyataannya hal seperti ini tidak seluruhnya benar. Tidak jarang penderita uretritis gonore tak kunjung sembuh meskipun telah minum sendiri antibiotik yang mahal sekalipun. Penderita lain dengan sakit yang sama berobat ke dokter, kemudian sembuh. Berdasarkan pengalaman tersebut, setiap kali sakit setelah hubungan seksual, pasien selalu minum obat yang sama tanpa memeriksakan diri ke dokter lebih dahulu. Kasus seperti diatas sering terjadi dalam praktik sehari-hari. Antibiotik terutama yang berspektrum luas memang dapat menyembuhkan sementara, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan mengira penyakitnya telah sembuh. Secara tidak disadari penyakitnya akan berjalan terus dan biasanya penderita datang kembali ke dokter setelah timbul penyulit. Pada dasarnya pengobatan uretritis baru diberikan setelah diagnosis ditegakkan. Antibiotik canggih dan mahal tanpa didasari diagnosis, dosis dan cara pemakaian yang tepat tidak akan menjamin kesembuhan dan bahkan dapat memberi dampak berbahaya dalam penggunaannya, misalnya resistensi kuman penyebab. Pada kebanyakan kasus, pengobatan dengan antibiotik terhadap gonorrhoea akut akan efektif dengan cepat. Selama pengobatan, dan sampai dinyatakan efektif, tiap hari penderita harus minum air > 3 liter, menjauhi alkohol dan hubungan seks, serta memperhatikan aspek-aspek kesehatan seperti istirahat dan tidur. Harus hati-hati dalam membuang barang-barang kotoran serta sekret uretra pada 48 jam pertama. Infeksi non-seksual lebih mungkin terjadi pada anak-anak perempuan daripada 18
lainnya. Pasangan seksual harus diperiksa dan diobati agar tidak terjadi fenomena pingpong.
Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain ialah : Penisilin Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
Ampisilin dan amoksisilin Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
Sefalosporin Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg IM. Sefoperazon dengan dosis 0,50 1,00 gram secara intramuskular. Dosis ini cukup aman dan efektif untuk mengobati gonore tanpa komplikasi di semua tempat. Obat ini dapat menutupi gejala sifilis.
Spektinomisin Dosisnya ialah 2 gram IM baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis. Namun obat ini relatif tidak efektif untuk infeksi gonore pada faring.
Kanamisin Dosisnya 2 gram IM. Kebaikan obat ini sama dengan spektinomisin. Kontraindikasinya kehamilan.
Tiamfenikol 19
Dosisnya 2,5-3,5 gram, secara oral. Tidak dianjurkan pemakaian pada kehamilan.
Kuinolon Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofoksasin 250-500 mg, secara oral. Di Asia dan Amerika Utara sudah mulai dijumpai galur-galur yang menurun kepekaannya terhadap kuinolon. Kuinolon tidak boleh diberikan untuk wanita hamil atau menyusui ataupun orang yang berumur dibawah 17 tahun. Obat dengan dosis tunggal yang tidak efektif lagi untuk pengobatan gonore saat ini ialah: tetrasiklin, streptomisin dan spiramisin. Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore dengan galur NGPP ialah: spektinomisin, kanamisin, sefalosporin, ofloksasin dan tiamfenikol.
Sesuai panduan dari WHO 2003 terapi uretritis gonore adalah sebagai berikut: Uretritis gonore tanpa komplikasi mendapat regimen terapi : o Cefixime 400 mg per oral dosis tunggal atau o Ctriaxone 125 mg IM dosis tunggal atau o Ciprofloxacin 500 mg per oral dosis tunggal atau o Spectinomycin, 2 g IM injeksi, dosis tunggal. Ciprofloxacin kontraindikasi untuk ibu hamil dan tidak dianjurkan untuk anak-anak.
Uretritis gonore dengan komplikasi (lokal) dapat diberikan regimen berikut: o Ciprofloxacin, 500 mg, oral, selama 5 hari atau o Ceftriaxone, 125 mg IM, selama 5 hari atau o Cefixime, 400 mg, oral, selama 5 hari atau o Spectinomycine, 2 g IM, selama 5 hari
20
Regimen terapi untuk infeksi disseminated gonococcal adalah sebagai berikut: o Ceftriaxone,1 g IM/IV, 1 kali sehari selama 7 hari atau o Spectinomycine, 2 g IM, 2 kali sehari selama 7 hari Untuk meningitis dan endokarditis gonokokal mendapat dosis yang sama dengan yang tersebut di atas tetapi perlu diperpanjang selama 4 minggu.
6. Komplikasi Apabila gonorrhea tidak diobati, bakteri dapat menyebar ke aliran darah dan mengenai sendi, katup jantung atau otak. Konsekuensi yang paling umum dari gonorrhea adalah Pelvic Inflammatory Disease (PID), yaitu infeksi serius pada organ reproduksi wanita, yang dapat menyebabkan infertilitas. Selain itu, kerusakan yang terjadi dapat menghambat perjalanan sel telur yang sudah dibuahi ke rahim. Apabila ini terjadi, sebagai akibatnya sel telur ini berkembang biak di dalam saluran falopii atau yang disebut kehamilan di luar kandungan, suatu hal yang dapat mengancam nyawa sang ibu apabila tidak terditeksi secara dini. Seorang wanita yang terinfeksi dapat menularkan penyakitnya kepada bayinya ketika sang bayi melalui jalan lahir. Pada kebanyakan kasus dimana Ibu mengidap gonorrhea, mata bayi ditetesi obat untuk mencegah infeksi gonococcus yang dapat menyebabkan kebutaan. Karena adanya resiko infeksi Ibu dan bayi, biasanya dokter menyarankan agar ibu hamil menjalani tes gonorrhea setidaknya sekali selama kehamilannya. Sedangkan pada pria, apabila tidak ditangani secara serius gonorrhea dapat menyebabkan impotensi.
Komplikasi Pada Pria infeksi pertama Uretritis Lokal : Tysonitis, Parauretritis, Littritis, Cowperitis Ascendens: Prostatitis, Vesikulitis, Vas deferentitis/funikulitis, Vas deferentitis, 21
Epididimitis, Trigonitis Pada Wanita Uretritis Servisitis
Prognosis Pasien dengan gonore tanpa komplikasi dan sudah diberi pengobatan, tidak perlu dilakukan tes laboratorium untuk memastikan bahwa mereka sudah sembuh. Pasien yang masih bergejala setelah pengobatan perlu dievaluasi dengan kultur dan isolasi untuk tes kepekaan antimikroba. Uretritis persisten, servisitis atau prosititis mungkin disebabkan oleh C.trachomatis atau mikroorganisma lain. Kebanyakan infeksi yang diidentifikasi setelah pengobatan adalah akibat dari reinfeksi dan bukan dari kegagalan pengobatan. Ini memberi indikasi bahwa pasien harus diedukasi dan pasangan seksual harus di beri juga pengobatan.Infeksi berulang dengan chlamidia dapat meningkatkan resiko PID dan komplikasi lain dibanding dengan infeksi awal dan komplikasi berulang PID dapat memyebabkan infertilitas. PID juga dapat muncul setelah periode menstruasi pada wanita. Kehamilan ektopik dapat terjadi akibat dari jaringan tuba fallopia yang terluka sehingga telur yang dibuahi tidak dapat implantasi ke uterus. Selain itu, gonore akan meningkatkan resiko terkena infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Pada bayi baru lahir dengan ibu yang mengidap gonore, cairan perak Nitrat diteteskan pada mata bayi setelah lahir. Tim medis harus menasihati pasien untuk melakukan tes ulang 3 bulan setelah pengobatan supaya infeksi berulang chlamidia serta gonorea dapat dipantau.
Guyton, Arthur. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Purnomo, Basuki B. 2012. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto Sherwood, LauraLee. 2006. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC Djuanda, Prof. Dr. dr. Adhi. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia