(SIRUP)
Proses produksi minuman ringan, umumnya adalah pencampuran bahan baku sebagai
gula, air, bumbu penyedap, dan karbon dioksida serta proses pembotolannya. Industri minuman
membutuhkan air yang berkualitas baik, yang biasanya berasal dari air tawar yang mengalami
pengolahan dengan koagulasi, flokulasi, penyaring pasir, penyaring karbon, dan resin penukar
ion.
Proses produksi dimulai dengan mencampur gula dengan air dingin. Larutan sirop
dijernihkan dengan penambahan karbon aktif dan bahan penyaring yang dilanjutkan dengan
penyaring menggunakan alat penyaring berupa plat atau frame filter. Lautan sirop kemudian
disterilisasi dengan penyinaran ultra violet. Sirop, bumbu penyedap, air, dan karbon dioksida
diaduk, temperatus dan tekanan diatur pada kondisi tertentu, kemudian produk akhir berupa
minuman ringan dikemas dalam botol atau kaleng.
Pembersihan botol dilakukan dengan menggunakan deterjen dan larutan soda kostik yang
kadang-kadang terintegrasi dalam pabrik pembuatan minuman ringan itu sendiri. Sumber
limbah cair utama dari industri minuman ringan adalah proses pencucian botol, karena
pabrik minuman ini biasanya memanfaatkan kembalibotol bekas. Sebagian besar volume
dari kandungan air alkalin panas mengandung padatan terlarut. Limbah cair berasal dari
ceceran atau tumpahan sirop dan cairan lainnya selama proses pengadukan, pembotolan, dan
pengalengan, pembersihan tangki, aliran pengisian bahan baku, atau peralatan proses dan
lantai. Keseluruhan limbah cair ini akan mengakibatkan turunnya kualitas air tanah yaitu
meningkatnya pH, padatan tersuspensi dan BOD.
b.
Limbah padat yang berasal dari bekas kemasan, misalnya pecahan botol, kemasan plastik
yang tidak dapat didaur ulang, sampah dari bekas kardus.
Kekeruhan
Kekeruhan dalam limbah cair disebabkan oleh tingginya kandungan padatan tersuspensi
(TSS) dalam limbah. Limbah yang dihasilkan pabrik minuman ringan memiliki tingkat
kekeruhan yang cukup tinggi tetapi masih lebih rendah dari kandungan bahan
organiknya. Beban terbesar padatan tersuspensi total berasal dari pencucian botol dan
dengan pemeliharaan kebersihan pabrik yang kurang baik.
Warna
Warna pada limbah cair minuman ringan berasal dari penambahan sirup sebagai
konsentrat pemberi rasa. Akan tetapi, karena kadarnya cukup rendah dan seringkali
bahan pewarna pun digunakan pewarna alami yang berasal dari sari buah-buahan, maka
parameter warna ini tidak terlalu menjadi masalah dalam pengolahan limbah cair
industri minuman ringan.
Suhu
Limbah panas yang dihasilkan berasal dari air proses pencucian botol. Perbedaan suhu
yang dihasilkan pada limbah, meskipun lebih tinggi dari air limbah dalam keadaan
normal tetapi melalui proses pendinginan secara alami dapat menurunkan suhu air
limbah, sehingga tidak diperlukan suatu alat penurun suhu mekanis.
b.
pH : 10-12
Beban
BOD
kg/m3
produk
minuman
yang
dihasilkan
Beban padatan tersuspensi (TSS) = 1,9 kg/m3 produk minuman yang dihasilkan
Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara preventif maupun
represif, yaitu dengan cara:
1. Reproduksi limbah pada sumbernya (Source reduction), yang merupakan upaya preventif
mereduksi volume, konsentrasi, atau tingkat bahaya limbah yang dihasilkan, dengan jalan
memperbaiki proses produksi, operasi, dan pemeliharaan.
2. Pemanfaatan limbah, dapat dibagi atas dua cara, yaitu:
a) Penggunaan kembai (reuse)
b) Daur ulang (recycle)
c) Perolehan kembali (recovery)
3. Pengolahan limbah merupakan upaya pengurangan volume, konsentrasi, tingkat bahaya
dengan jalan pengolahan secara fisik, kimiawi, hayati, ataupun kimia-fisika.
Pemanfaatan limbah adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat
bahaya limbah yang keluar ke lingkungan, dengan cara memanfaatkannya melalui cara-cara
penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle), serta perolehan kembali (recovery)
a. Penggunaan kembali (reuse)
Penggunaan kembali (reuse) adalah pemanfaatan limbah dengan jalan menggunakannya kembali
untuk keperluan yang sama, tanpa mengalami pengolahan ataupun perubahan bentuk
b. Daur ulang (recycle)
Daur ulang (recycle) adalah upaya pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisik atau kimiawi,
untuk menghasilkan produk sama atau produk yang lain.
c. Perolehan kembali (recovery)
Perolehan kembali adalah upaya pemanfaatan limbah dengan jalan memprosesnya, untuk
memperoleh kembali salah satu atau lebih materi / komponen yang terkandung didalamnya
Pelaksanaan pemanfaatan limbah dapat berlangsung di dalam pabrik yang bersangkutan (on-site)
atau di luar pabrik yang bersangkutan (off-site). Pemanfaatan limbah berarti memberikan nilai
tambah pada limbah yang semula tidak mempunyai arti ekonomi lagi, menjadi bahan yang
mempunyai nilai ekonomi.
Limbah cair yang terjadi selama proses pembuatan minuman ini masih dapat
dimanfaatkan melalui beberapa cara, yaitu:
Daur ulang
Gula yang terjebak dalam filter dapat diambil dan dibersihkan agar dapat dilarutkan lagi
dalam pembuatan minuman.
Air limbah yang terjadi pada proses produksi dapat diproses lagi untuk digunakan sebagai
washer (pembilas awal) sehingga mengurangi jumlah limbah cair yang keluar dari pabrik.
Minimisasi Limbah
Limbah cair banyak terjadi dalam proses awal hingga akhir pembuatan sirup, diantaranya
adalah:
Pembuatan minuman karena kehilangan banyak gula pada saat filter (peyaringan sirup) dan
saat pengadukan / pencampuran gula dengan air.
Pergantian jenis produk minuman saat proses pembuatan menyebabkan harus dilakukan
pencucian instalasi sampai empat kali sehari. Hal ini dapat menyebabkan limbah cair dari
pencucian.
Proses pengisian botol juga turut meyumbang limbah cair dari produk yang terbuang (botol
pecah saat diberi tutup, produk yang terbuang saat mengisikan botol, produk yang terbuang
saat mengisikan botol yang sudah ditutup karena tidak memenuhi standard volume yang
ditentukan).
Dari berbagai kondisi yang dapat menambah pasokan limbah, dapat diminimisasi dengan
Reuse
Penggunaan kembali air dari pembilasan terakhir unit produksi pada waktu pergantian jenis
produk. Air ini dapat dialirkan dalam washer untuk diperguakan dalam pembilasan awal.
Hal ini akan menghemat air dan akan mengurangi limbah cair yang terbentuk.
Botol yang pecah atau tutup yang rusak selam pengisian, sebaiknya tidak dibuang tetapi
dikumpulkan kepada produsen untuk didaur ulang kembali.
Jika upaya minimisasi diatas dapat dilakukan, maka kandungan BOD air limbah akan
berkurang dan dapat mengurangi biaya pengolahan limbah.