2014 Prastyono Ep-Edhy S-Mujiman-Laporan HB - Identifikasi Daging Busuk Dan Segar Menggunakan Sensor Warna RGB Dan PhMeter - 0
2014 Prastyono Ep-Edhy S-Mujiman-Laporan HB - Identifikasi Daging Busuk Dan Segar Menggunakan Sensor Warna RGB Dan PhMeter - 0
LAPORAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
TAHUN KE-I
IDENTIFIKASI DAGING SEGAR MENGGUNAKAN
SENSOR WARNA RGB TCS3200-DB
TAHUN KE-II
IDENTIFIKASI DAGING SEGAR DAN BUSUK
MENGGUNAKAN SENSOR pH METER DIGITAL
Oleh:
Ir. Prastyono Eko Pambudi, M.T.
Edhy Sutanta, S.T., M.Kom.
Mujiman, S.T., M.T.
Dibiayai oleh:
DIPA Kopertis Wilayah V Tahun Anggaran 2014
Nomor: SP DIPA-023.04.2.189971/2014; Tanggal 05 Desember 2013
Beserta Revisinya, Kode Kegiatan 2013.109
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat melaksanakan penelitian dan
menyusun laporan penelitian ini.
Pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan ini tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak, baik moral maupun spiritual. Sehubungan dengan hal
tersebut, kami mengucapkan terima kasih kepada Yang Terhormat Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional yang membiayai
pelaksanaan penelitian ini, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta yang telah memfasilitasi
terlaksananya penelitian sehingga berjalan lancar, serta pihak lain yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh
karenanya peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
untuk perbaikan pelaksanaan dan laporan penelitian pada tahap selanjutnya.
Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
khalayak masyarakat terutama yang terkait dengan kebutuhan deteksi daging.
Yogyakarta,
Ketua Peneliti,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ...........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................
SURAT PERNYATAAN........................................................................
BERITA ACARA SERAH TERIMA LAPORAN PENELITIAN & ....
& BERITA ACARA LAPORAN PENGGUNAAN DANA PENELITIAN
HIBAH BERSAING
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
1.3 Batasan Masalah................................................................................
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
7
8
10
10
10
11
11
11
12
12
13
13
14
15
15
16
17
vii
18
18
18
20
22
24
26
26
26
viii
41
46
BAB 1
PENDAHULUAN
dapat diketahui oleh pengguna yang awam secara lebih mudah, karena tinggal membaca
tampilan nilai angka pada layar LCD/peraga (display). pH Meter Digital dapat dimanfaatkan
untuk mengukur kadar asam atau basa dalam berbagai jenis larutan, termasuk pengukuran pH
pada daging yang menjadi fokus penelitian pada Tahun II ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kekuatan asam dan basa ditentukan oleh besarnya ketetapan ionisasi, Makin besar
nilai tetapan ionisasi asam atau basa, maka semakin kuat asam atau basanya. Hubungan
antara konsentrasi asam dan basa dengan Ka dan Kb terhadap konsentrasi ion H+ dan ion OHdapat dijabarkan sebagai berikut:
Ka m
OH _
........................................................................ (2.1)
Ka
m
Kb
m
Kb M
.......................................................................... (2.2)
Keterangan:
[H+] = Konsentrasi ion H+
= Derajat ionisasi
M = Molaritas
H+ + OH-
....................................... (2.3)
Nilai tersebut disebut tetapan kesetimbangan air (Kw) dalam keadaan murni.
pH merupakan nilai negatif logaritma konsentrasi H+.
maka:
pH = - log [H+]
........................................................................... (2.4)
........................................................................... (2.5)
pKa = - log Ka
........................................................................... (2.6)
pKb = - log Kb
........................................................................... (2.7)
Kw = [H+] x [OH-]
........................................................................... (2.8)
= 10-7 x 10-7
pKw = pH + pOH = 7 + 7 = 14
................................................... (2.9)
untuk memberikan input sinyal analog yang akan diproses menjadi sinyal digital.
Dalam prakteknya alat pengukur pH memiliki ketelitian yang cukup tinggi dalam
pengukuran, sehingga menjadi salah satu alternatif dalam pengukuran kadar pH
daging/larutan. Tetapi penggunaan alat pengukuran pH Meter Digital masih jarang, karena
nilai cost dari alat ini relatif mahal dibandingkan pengukuran dengan menggunakan kertas
lakmus.
Gambar 2.2 menampilkan salah satu contoh bentuk pH Meter Digital dengan model
PH-207. Alat ini termasuk alat ukur pH dengan cost yang rendah.
pada gambar adalah pH Meter Digital dengan sensor pH berupa elektroda gelas. Prinsip kerja
pH Meter Digital adalah memanfaatkan perbandingan beda potensial dari elektroda yang ada
pada sensor dengan ion elektron khususnya ion H+ pada larutan yang diukur, kemudian
dikonversi menjadi bentuk digital dan ditampilkan pada layar LCD/peraga (display).
10
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
11
BAB IV
METODE PENELITIAN
pH
dengan
memperhatikan
aspek-aspek
yang
terkait
dalam
proses
pengukurannya. Rancangan alat dibuat sedemikian rupa agar dalam proses penggunaannya
dapat dilakukan secara mudah dan memberikan hasil yang akurat. Identifikasi spesifikasi
kebutuhan alat yang dirancang adalah sebagai berikut:
a. Diperlukan piranti yang dapat digunakan sebagai pengukur larutan untuk
identifikasi pH asam atau basa.
b. Diperlukan piranti dengan sistem konversi nilai analog ke nilai digital yang optimal.
c. Diperlukan piranti untuk visualisasi hasil konversi nilai digital yang sederhana dan
mudah dipahami.
Berdasarkan identifikasi spesifikasi kebutuhan alat tersebut, diperoleh hasil analisis
dari alat yang akan dibuat dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Elektroda gelas selektif ion, sebagai sensor yang digunakan dalam pengukuran pH.
b. IC tipe ICL 7107, dengan sistem 3 digit analog to digital converter.
c. Penampil nilai hasil penguatan sensor pH indikator asam atau basa dengan bentuk
visual bilangan desimal.
Gambaran diagram blok pH Meter Digital yang dirancang ditunjukkan pada Gambar 4.1.
12
Larutan
elektrolit
Sensor
(Elektroda gelas)
Penguat
Op-Amp
Nilai penguatan
pH
Penampil
7 segmen
Analog to
digital
converter (CL
7107)
13
+ 15 V
VCC
+ C1
T1
VI
2200uF/25V
- BRIDGE +
GND
15 V
VCC
LM7805
VO
VO
+5V
+ C3
240 V
VI
GND
LM7815
1
2200uF/16V
CT
0 V
15 V
GND
VI
2200uF/16V
+
C4
VO
VI
GND
GND
2200uF/25V
+
C2
LM7915
VO
3
- 15 V
VEE
LM7905
VEE
+ 15 V
14
tegangan kecil walaupun dengan impedansi yang tinggi. Op-Amp yang digunakan
menggunakan spesifikasi khusus, yaitu memiliki input masukan yang sangat tinggi mencapai
1009-1012 Ohm. Dikarenakan rangkaian pengukuran pH Meter dengan perbedaan tegangan
pada elektroda terhadap larutan memiliki sifat resistansi tinggi. Walaupun resistansi dari
gelas elektroda dan larutan sudah kecil, tetapi resistansi rangkaian masih tetap tinggi. Kondisi
ini merupakan pengukuran yang sangat tinggi pada voltmeter biasa.
R2
VCC
56k
7
5
U1
3
2
+
-
PAD1
6
CA3140
Output (mV)
4
8
1
pH Probe
BNC
R3
1
56k
R1
3
5k
VCE
Gnd
Elektroda gelas yang dimasukkan pada larutan atau ditempelkan pada daging akan
menghasilkan beda tegangan yang kemudian dikuatkan dengan Op-Amp. Berdasarkan hasil
analisis diketahui bahwa tegangan output dari elektroda gelas sangat berpengaruh terhadap
temperatur, seperti tampak pada Tabel 4.1.
ToC
0
5
10
15
20
25
15
melalui ICL 7107 (Gambar 4.5). Dalam gambar tersebut tampak bahwa untuk konversi signal
analog ke bentuk digital dapat diproses dengan satu buah rangkaian dengan akurasi yang
baik. Ouput digital yang keluar sudah merupakan bilangan biner digital yang nantinya
ditampilkan pada layar 7 segmen. Dengan demikian, maka bentuk rangkaian alat dapat
disederhanakan agar memiliki ukuran sekecil mungkin, daripada menggunakan rangkaian
terpadu digital dengan konversi bilangan satu persatu seperti IC seri 7447. digit desimal.
JP1
HEADER 25
+5V
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
R6
100K
1
SENSOR
C1
0,02uF
-5V
31
30
+5V
R3 47K
1 R2
R9 47K
C2
1
1K
2
0,1uF
R1 100K
J2
+5V
1C3
36
35
34
33
40
39
38
100 pF
1
2
37
32
V+
R5
2K
IN+
INREF+
REFCREF+
CREF-
A2
B2
C2
D2
E2
F2
G2
OSC1
OSC2
OSC3
TEST
COM
A3
B3
C3
D3
E3
F3
G3
C4
TEST
0,47uF
R4 47K
29
28
27
A1
B1
C1
D1
E1
F1
G1
A/Z
BUFF
INT
V-
POL
12
11
10
9
14
13
25
23
16
24
15
18
17
22
19
20
26
0,22uF
21
GND
AB4
C5
1
U1
ICL7107
5
4
3
2
8
6
7
-5V
16
dari simulator dan larutan yang memiliki kadar pH tercantum atau sudah diketahui, hal ini
untuk memudahkan mengetahui kesalahan dari pH Meter Digital yang dirancang. Dalam hal
ini, terdapat dua macam bentuk larutan dengan pH tertera atau juga disebut larutan buffer,
yaitu:
1. Larutan buffer solution
Larutan buffer solution merupakan larutan standar internasional, yaitu kadar pH yang ada
adalah benar berdasarkan kadar pH yang digunakan di seluruh dunia. Larutan dibuat oleh
pabrikan yang telah memiliki lisensi teruji. Biasanya larutan ini digunakan untuk kalibrasi
alat ukur pH Meter Digital. Terdapat kadar pH dari 1-14 yang digunakan, hal ini
dikarenakan ada berbagai macam bentuk rancangan pH Meter Digital di pasaran dengan
kalibrasi alat menggunakan larutan yang berbeda.
2. Larutan buffer universal
Larutan buffer universal biasanya dibuat oleh praktikan di laboratorium sebagai larutan
penyangga dalam reaksi kimia. Namun larutan dengan kadar pH ini tidak dapat digunakan
sebagai kalibrasi pH Meter Digital, karena tidak memiliki standarisasi internasional,
walaupun nilai yang ditampilkan sama atau mendekati kadar pH dari larutan buffer
solution.
Dari kedua jenis larutan buffer tersebut, untuk keperluan penelitian ini dapat
digunakan larutan buffer solution dengan kadar pH 4 dan pH 7.
17
error yang terjadi selama pengukuran dengan beberapa kali tes. Jika error yang terjadi telah
memenuhi batasan yang ditetapkan, baru melakukan pengukuran dengan larutan jenis yang
lainnya sesuai dengan sampel larutan yang telah ditentukan sebelumnya. Setiap kali
pengukuran kadar pH larutan diharapkan dapat diteliti perbandingan hasil pengukuran dengan
alat ukur pH lainnya.
4.4.3
Perbandingan Pengukuran
Pengambilan data pengukuran pH Meter Digital dilakukan dengan cara menghadirkan
pembanding berupa pH Meter Digital pabrikan yang dijual di pasaran dengan karakteristik
teruji dan memiliki tingkat akurasi sekitar 0,01 pH, sehingga diharapkan mendapat hasil yang
baik. Analisis diperoleh dari hasil pengamatan kedua alat tersebut dan dihitung tingkat error
dari alat yang dirancang. Untuk melakukan pengamatan diperlukan bahan-bahan antara lain
sebagai berikut:
a.
b.
pH Meter Digital rancangan, untuk mengetahui apakah hasil pengukuran dapat terbaca
dengan baik.
c.
tergantung dari bentuk rangkaian penguatan yang dirancang. Tahapan kalibrasi dilakukan
sebagai berikut:
a. Mengukur besarnya temperatur larutan kalibrasi ataupun larutan yang akan diukur
(usahakan memiliki temperatur yang sama) dengan cara mengatur temperatur adjusment
pada alat sesuai dengan besar temperatur pada larutan.
b. Memasukkan elektroda gelas pada buffer solution pH 7 dengan cara mengatur adjusment
pada alat sesuai dengan besarnya kadar pH = 7.
c. Memasukkan elektroda gelas pada buffer solution pH 4 dengan cara mengatur adjusment
pada alat sesuai dengan besarnya kadar pH = 4.
d. Melakukan pengukuran kadar pH pada larutan sample yang akan diukur.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa temperatur sebuah larutan sangat
mempengaruhi hasil pengukuran pH. Bila temperatur larutan berubah, maka kadar pH juga
akan berubah. Oleh karena itu akan lebih baik apabila pengukuran dilakukan dalam
temperatur yang sama (misal: 300 C/suhu ruangan).
18
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
19
dari setiap filter. Bila nilai RGB 255 semua, maka hasilnya warna putih atau dengan kata lain
bila dicampurkan warna merah,biru dan hijau dengan konsentrasi yang sama, maka akan
dihasilkan warna putih. Jumlah counter inilah yang nantinya digunakan untuk referensi.
Alat deteksi daging selanjutnya diuji dengan mengukur nilai RGB pada warna putih,
hitam, merah, hijau dan biru. Bila pembacaan alat dan nilai referensinya tepat, maka pada
pembacaan warna putih akan didapat nilai RGB yang mendekati 255 demikian pula untuk
warna hitam akan diperoleh nilai mendekati 0. Untuk pembacaan warna merah akan
diperoleh nilai R yang lebih besar dibanding nilai G dan B nya, demikian pula sebaliknya
untuk warna biru dan hijau. Untuk warna hijau nilai G lebih besar dibanding nilai R dan B
sedangkan untuk warna biru nilai B lebih besar dibanding nilai R dan G. Bila alat telah benar
maka alat telah siap untuk mengukur nilai RGB pada daging.
Pengujian dilakukan langsung mengukur pada daging uji, pengumpulan data dilakukan
dengan 2 cara yaitu mencatat counter output sensor saat pembacaan warna putih, hitam,
merah, hijau dan biru. Mencatat nilai RGB yang dihasilkan dari masing-masing daging
sampel untuk mengetahui kandungan warna RGB pada daging sampel yang menjadi obyek
percobaan. Adapun pengujian berdasar sensor warna dilakukan, sebagai berikut:
a. Menghitung jumlah counter output sensor.
b. Pengamatan pada daging sapi non SNI segar & daging sapi non SNI busuk.
c. Pengamatan pada daging sapi SNI segar & daging sapi SNI busuk.
Sedangkan pengujian kadar pH daging dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pasang baterai 1 x 9V dan menyalakan alat ukur pH dan menekan serta menahan
tombol pH/mV selama 3 detik untuk mengkofigurasikan unit ukuran yang diinginkan
(oC atau oF) dan modus pH.
b. Menghubungkan alat pengecekan suhu ke alat ukur dan elektroda pH, lepaskan botol
pelindung dari elektroda, ada beberapa cairan KCL dalam botol untuk penyimpanan,
jangan membuang cairan tersebut, ini untuk penyimpanan lagi setelah pengujian, jika
cairan KCL habis, tambahkan beberapa buffer 4.00. Bilas elektroda dan alat
pengecekan suhu dengan air bersih dan dilap sampai kering.
c. Celupkan elektroda dan alat pengecekan suhu ke dalam larutan buffer 7.00, gerakkan
elektroda secara perlahan-lahan dan tunggu untuk menstabilkan tampilan. Tekan dan
tahan tombol CAL sampai CAL muncul dalam tampilan dan kemudian 7.00
berkedip. Ketika kedipan berhenti dan menampilkan SA kemudian END, kalibrasi
selesai dan kembali pada cara pengukuran. Ikon SA tidak akan muncul jika kalibrasi
gagal.
20
d. Bilas elektroda dan alat pengecekan suhu dengan air bersih dan lap sampai kering.
Celupkan elektroda dan alat pengecekan suhu ke dalam larutan buffer 4.00 atau 10.00,
gerakkan elektroda secara perlahan-lahan dan tunggu untuk menstabilkan tampilan.
Tekan dan tahan tombol CAL sampai CAL muncul dalam tampilan dan kemudian
4.00 dan 10.00 berkedip. Ketika kedipan berhenti dan menampilkan % (persentase
kemiringan) kemudian SA dan END, kalibrasi selesai dan kembali pada cara
pengukuran.
e. Bilas elektroda dan alat pengecekan suhu dengan air bersih dan lap sampai kering.
Buka dudukan elektroda A, pasang stainless steel blade penetrasi dan memasang
bagian A lagi, selalu hati-hati pada blade untuk menghindari blade patah.
f. Gunakan pisau untuk memotong daging dan biarkan elektroda masuk ke dalam
daging, juga masukkan alat pengecekan suhu ke dalam meteran, tunggu sampai
tampilan stabil dan membaca kadar pH daging.
g. Setelah pengujian, lepaskan blade dan bersihan elektroda dengan air bersih dan bilas
sampai kering dengan menggunakan kertas lembut dan simpan elektroda dalam botol
pelindung.
5.2.1 Pengamatan Pada Daging Sapi Non SNI Segar dan Busuk
Pada pengamatan ini dilakukan pendeteksian RGB pada daging sapi baik kondisi segar
maupun kondisi busuk yaitu daging yang telah disimpan pada kondisi ruang selama 2 hari
tanpa melalui proses pembekuan atau pendinginan. Untuk mengetahui besar nilai RGB yang
terkandung dalam warna daging sapi sampel yang akan diukur, demikian juga dilakukan
pengukuran kadar pH yaitu dengan menusukkan alat pengukur pH pada daging uji. Hasil
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan grafik perbandingan nilai RGB pada Gambar
5.1, dan grafik perbandingan kadar pH pada Gambar 5.2.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
21
Green
15
Blue
10
Clear
5
0
1
Percobaan
Gambar 5.1 Grafik perbandingan nilai RGB daging sapi non SNI segar
pH
4,89
4,75
4,76
4,73
PH
4,72
Percobaan
Gambar 5.2 Grafik perbandingan kadar pH daging sapi non SNI segar
Pada daging yang busuk, tidak terjadi perubahan warna daging yang signifikan
sehingga daging masih memiliki warna yang mirip dengan daging segar yang
membedakannya hanya dari segi bau yang khas daging busuk, sehingga memiliki komposisi
warna RGB daging busuk mendekati komposisi warna RGB daging segar, seperti
ditampilkan pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.3.
Sedangkan hasil pengukuran pH untuk daging non SNI segar menunjukkan sifat asam
yang masuk katagori asam lemah (kadar pH 4,7 - 4,9) , sedangkan pada daging non SNI
busuk menunjukkan kadar pH yang lebih kecil yang masuk dalam katagori asam kuat, dengan
kadar pH 3,3-3,6, seperti tampak pada Gambar 5.4.
22
Kadar pH
3,63
3,45
3,37
3,42
3,32
25
Nilai RGB
20
15
Red
Green
10
Blue
5
Clear
0
I
II
III
IV
Percobaan
Gambar 5.3 Grafik perbandingan nilai RGB daging sapi non SNI busuk
3,63
3,6
pH
3,5
3,45
3,4
pH
3,42
3,37
3,32
3,3
3,2
3,1
1
Percobaan
Gambar 5.4 Grafik perbandingan kadar pH daging sapi non SNI busuk
23
kondisi segar maupun kondisi busuk. Hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai RGB dan
kadar pH yang terkandung dalam daging sampel yang akan diukur. Hasil pengamatan
diperlihatkan pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.5.
Pada daging sapi SNI segar perbandingan nilai filter merah dengan filter lain sangat
signifikan sebab warna dagingnya yang berwarna merah darah sehingga menyebabkan nilai
filter merah tinggi, sedangkan hasil pengukuran pH menunjukkan daging bersifat asam
lemah dengan kadar pH 5,80-5,89, seperti tampak pada Gambar 5.6.
Green filter
21,5
22
23
23
24
Blue filter
26,5
27
285
28,5
28
Clear filter
28
28,5
29,5
29
30
Kadar pH
5,89
5,83
5,80
5,87
5,83
50
45
40
35
Nilai RGB
No.
1.
2.
3.
4.
5.
30
Red
25
Green
20
Blue
15
Clear
10
5
0
I
II
III
IV
24
pH
5,89
5,87
5,83
5,83
pH
5,8
Percobaan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kadar pH
3,89
3,74
3,77
3,87
3,82
60
50
40
Red
30
Green
Nilai RGB
20
Blue
Clear
10
Gambar 5.6 Grafik perbandingan nilai RGB daging sapi SNI busuk
0
I
II
III
Percobaan
IV
25
pH 3,8
pH
3,75
3,7
3,65
1
Percobaan
Gambar 5.7 Grafik perbandingan kadar pH pada daging sapi SNI busuk
5.3. Pembahasan
Nilai yang terukur dari program untuk tiap warna RGB berkisar dari 0-255, warna
hitam nilai RGB semuanya mendekati 0, sedangkan warna mendekati putih nilai RGB nya
membesar mendekati 255. Kekurangan dari alat ini ialah jarak pengukuran efektifnya tidak
lebih dari 2 cm (sampel harus diletakkan tepat di titik fokus dari sensor tersebut). Perubahan
jarak akan menyebabkan pembacaan berubah dan dapat menyebabkan kesalahan pembacaan.
Dari hasil proses identifikasi daging yang segar, alat telah mampu mengidentifikasi
dengan baik, sehingga rentang nilai yang digunakan untuk acuan identifikasi telah sesuai
dengan ditunjukkan hasil pengukuran tidak mempunyai rentang nilai yang lebar, pada daging
sapi non SNI (71-79) untuk nilai R, (31,5-35,5) untuk nilai G, dan (37,5-42,5) untuk nilai B,
sedang kadar pH adalah (4,72-4,89) sehingga termasuk kadar asam lemah (Tabel 5.2).
Pada daging sapi segar SNI mempunyai nilai (51,5-55) untuk nilai R, (21,55-24)
untuk nilai G, dan (26,5-28,5) untuk nilai B, sedangkan untuk kadar pH nya adalah (5,805,89) sehingga merupakan kadar asam lemah (Tabel 5.3).
Pada daging sapi busuk SNI mempunyai nilai (61,5-65,5) untuk nilai R, dan (32-34) untuk
nilai G,dan (37-40) untuk nilai B,sedangkan untuk kadar pH nya adalah (3,74-3,89) jadi
merupakan asam yang termasuk kadar asam kuat (Tabel 5.4).
Pada dasarnya sifat daging mempunyai kadar pH asam, hal ini ditunjukkan dari
pengukuran dengan pH Meter Digital didapat baik daging segar maupun daging busuk
bersifat asam, hanya diketahui apabila daging semakin busuk maka kadar pH nya menjadi
lebih asam atau masuk katagori asam kuat dengan kadar pH kurang dari 4, tentunya daging
yang semakin bersifat asam tidak layak untuk dikonsumsi.
26
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian identifikasi daging segar dan busuk menggunakan sensor pH
Meter Digital dan sensor warna RGB TCS3200-DB dengan melakukan perancngan,
pengujian, dan analisa data hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Tegangan pada elektroda gelas yang telah melewati rangkaian penguatan OP-AMP
sangat menentukan indikator pH daging.
b. Temperatur daging/larutan uji, sangat mempengaruhi nilai pH bila temperatur lebih
tinggi/naik dari suhu ruangan 30 C maka nilai PH akan berubah.
c. Larutan buffer solution pH = 4 atau pH = 7, sangat menentukan ketepatan/presisi hasil
pengukuran nilai pH.
d. Besar kecilnya konsentrasi H+ pada daging/larutan uji sangat menentukan output
tegangan yang dikonversikan menjadi nilai pH daging / larutan.
e. Pada dasarnya daging mempunyai kadar pH asam, hal ini ditunjukkan dari data
pengukuran pada daging segar dan busuk bersifat asam, daging yang lebih busuk akan
lebih bersifat asam kuat dengan nilai pH di bawah 3-4.
7.2 Saran
Dari hasil perakitan alat identifikasi dan dilakukan pengujian ternyata diketahui
bahwa masih memiliki kelemahan terutama yang menggunakan sensor warna RGB
TCS3200-DB yaitu identifikasi daging segar dan busuk dengan berdasarkan sensor warna
dan pH meter digital masih memiliki tingkat akurasi identifikasi yang masih rendah sehingga
diperlukan penambahan sensor lain yang berguna sebagai pembanding atau pelengkap.
Sensor yang dapat digunakan antara lain sensor gas, atau sensor untuk mengukur serat daging
sehingga diperoleh alat identifikasi daging yang memiliki tingkat akurasi lebih tinggi.
Penempatan/letak sensor warna RGB TCS3200-DB sangat menentukan hasil pengukuran,
oleh sebab itu penempatan probe dengan daging uji harus diperhitungkan jaraknya agar
mendapatkan nilai pengukuran yang presisi.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN I:
LAPORAN KEUANGAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
1. Pengajuan Anggaran Penelitian
Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
d). Peneliti anggota III :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 5.000/j
Rp
5.760.000
Rp
4.032.000
Rp
4.032.000
Rp
4.032.000
Rp
Rp
2.880.000
20.736.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
7.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
3.750.000
2.500.000
2.500.000
23.750.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000
Rp
3.500.000
Rp
Rp
5.000.000
8.500.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
500.000
1.500.000
2.000.000
1.500.000
5.500.000
Rp
66.790.000
Peralatan
a). 5 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b). 5 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 5 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 5 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 5 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 5 Mini Solar Cell 0.45W @ 500.000
g). 5 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi
Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pemeliharaan peralatan
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi jurnal nasional terakreditasi
d). Penelusuran Pustaka
Total Biaya Lain-lain
29
Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 7.000/j
d). Staf teknisi :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 5.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 5.000/j
Rp
4.800.000
Rp
3.360.000
Rp
3.360.000
Rp
2.40.000
Rp
Rp
2.400.000
17.280.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
2.250.000
13.200.000
1.500.000
25.950.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000
Rp
3.500.000
Rp
Rp
2.000.000
5.500.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.959.850
1.660.150
500.000
1.650.000
7.770.000
Rp
62.500.000
Peralatan
a). 3 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b).3 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 3 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 3 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 3 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 2 Unit sensor pH Meter Digital @ 6.600.000
g).3 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi
Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pembayaran pajak (PPN dan PPh)
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi hasil penelitian
d).Anggaran rapat dan akumudasi
Total Biaya Lain-lain
30
Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 7.000/j
d). Staf teknisi :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 5.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 5.000/j
Rp
1.596.000
Rp
1.117.200
Rp
1117.200
Rp
798.000
Rp
Rp
798.000
5.426.400
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
2.250.000
13.200.000
1.500.000
25.950.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000
Rp
900.000
Rp
Rp
900.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.959.850
300.000
839.800
5.099.600
Rp
43.376.000
Peralatan
a). 3 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b).3 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 3 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 3 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 3 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 2 Unit sensor pH Meter Digital @ 6.600.000
g).3 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi
Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pembayaran pajak (PPN dan PPh)
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi hasil penelitian
d).Anggaran rapat dan akumudasi
Total Biaya Lain-lain
31
: Rp 62.500.000,-
3) Pencairan Aaggaran 70 %
: Rp 43.750.000,-
4) Anggaran realisasi 70 %
: Rp 43.376.000,-
5) Sisa anggaran
: Rp
374.000,-
32
LAMPIRAN II:
HASIL KONTRUKSI I
ALAT IDENTIFIKASI DAGING DENGAN SENSOR WARNA
33
HASIL KONTRUKSI KE II
ALAT IDENTIFIKASI DAGING DENGAN pH METER DIGITAL
34
PENGUJIAN DAGING SEGAR NON SNI DAN DAGING SEGAR SNI DENGAN PH METER
35
36
Nama
Bidang
Ilmu
NIDN
Alokasi
Waktu
(jam/minggu)
05190461
01
Teknik
Elektro
15
05080372
01
Teknik
Informatika
12
Mujiman, S.T.
M.T.
05050755
01
Teknik
Elektro
12
Teknik
Elektro
Uraian
Tugas
Berkoordinasi
dengan tim
sebagai ketua
peneliti dan
membuat
sistem
elektronis
penelitian
Membantu
secara teknis
bidang
teknologi
informasi
Membantu
secara teknis
bidang
elektronika
Staf/Teknisi
2.
3.
Jabatan Struktural
4.
NIP/NIK/Identitas lainnya
89.0461.394 E
5.
NIDN
0519046101
6.
7.
Alamat Rumah
8.
Nomor Telepon/Faks/HP
9.
Alamat Kantor
1.
praspep@yahoo.co.id
S-1 = 120 orang
37
1. Sistem Kendali
2. Perancangan Sistem Elektronika
3. Elektronika Industri
4. Teknik Tenaga Listrik & Elektronika
B. Riwayat Pendidikan
S1
Perguruan Institut Teknologi
Malang (ITN) Malang
Nama
Tinggi
Bidang Ilmu
Tahun Masuk-Lulus
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama
Pembimbing/Promotor
Teknik Elektro
1986 1988
Pengendalian
Kecepatan Motor DC
Dengan Unit Section
Drave Sistem
1. Ir. Hary Purnomo
2. Ir. L. Nizam
Tobing
S2
Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Teknik Elektro
1995 1998
Pengaruh Sudut
Penyulutan SCR
Terhadap Kecepatan
Motor DC
1. Ir. Soedjatmiko, MSc
2. Dr.Ir. Sasongko PH
S3
1.
2009
2.
2010
3.
2010
4.
2011
Judul Penelitian
Penentuan Sudut Penyulutan
Thyristor untuk Pengendalian
Kecepatan Motor DC
Sistem Pengaturan Kecepatan
Motor Induksi Berbasis
Mikrokontroller M68HC11
Analisis Penyusutan Umur
Terhadap Pengaruh Pembebanan
Pada Transformator Gardu Induk
Aplikasi Master Switch Otomatis
Berbasis Microcontroller AT
89C51
Pendanaan
Sumber
Jumlah
(Juta Rp)
IST Akprind
7,50
IST Akprind
5,00
IST Akprind
2,50
IST Akprind
2,50
38
2.
3.
2010
DP2M
DIKTI
49,25
2011
IST
AKPRIND
Yogyakarta
1,50
Penerbit
Nomor P/ID
39
40
B. LAPORAN KEUANGAN
LAPORAN KEUANGAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
Oleh :
Ir. Prastyono Eko Pambudi, M.T.
Edhy Sutanta, S.T., M.Kom.
Mujiman, S.T., M.T.
Dibiayai oleh:
LAPORAN KEUANGAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
I. Pengajuan Anggaran Penelitian
Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
d). Peneliti anggota III :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 5.000/j
Rp
5.760.000
Rp
4.032.000
Rp
4.032.000
Rp
4.032.000
Rp
Rp
2.880.000
20.736.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
7.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
3.750.000
2.500.000
2.500.000
23.750.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000
Rp
3.500.000
Rp
Rp
5.000.000
8.500.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
500.000
1.500.000
2.000.000
1.500.000
5.500.000
Rp
66.790.000
Peralatan
a). 5 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b). 5 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 5 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 5 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 5 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 5 Mini Solar Cell 0.45W @ 500.000
g). 5 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi
Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pemeliharaan peralatan
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi jurnal nasional terakreditasi
d). Penelusuran Pustaka
Total Biaya Lain-lain
41
42
Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 7.000/j
d). Staf teknisi :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 5.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 5.000/j
Rp
4.800.000
Rp
3.360.000
Rp
3.360.000
Rp
2.40.000
Rp
Rp
2.400.000
17.280.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
2.250.000
13.200.000
1.500.000
25.950.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000
Rp
3.500.000
Rp
Rp
2.000.000
5.500.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.959.850
1.660.150
500.000
1.650.000
7.770.000
Rp
62.500.000
Peralatan
a). 3 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b).3 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 3 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 3 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 3 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 2 Unit sensor pH Meter Digital @ 6.600.000
g).3 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi
Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pembayaran pajak (PPN dan PPh)
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi hasil penelitian
d).Anggaran rapat dan akumudasi
Total Biaya Lain-lain
42
43
Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 7.000/j
d). Staf teknisi :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 5.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 5.000/j
Rp
1.596.000
Rp
1.117.200
Rp
1117.200
Rp
798.000
Rp
Rp
798.000
5.426.400
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
2.250.000
13.200.000
1.500.000
25.950.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000
Rp
900.000
Rp
Rp
900.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.959.850
300.000
839.800
5.099.600
Rp
43.376.000
Peralatan
a). 3 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b).3 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 3 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 3 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 3 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 2 Unit sensor pH Meter Digital @ 6.600.000
g).3 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi
Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pembayaran pajak (PPN dan PPh)
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi hasil penelitian
d).Anggaran rapat dan akumudasi
Total Biaya Lain-lain
43
44
: Rp 62.500.000,-
3) Pencairan Aaggaran 70 %
: Rp 43.750.000,-
4) Anggaran realisasi 70 %
: Rp 43.376.000,-
5) Sisa anggaran
: Rp
374.000,-
44
45
45
46
dijual di pasar atau supermarket atau los daging yang bersih dan higienis.
Tingginya kebutuhan masyarakat terhadap daging setiap harinya dan
tingginya harga daging, serta langkanya daging di pasaran menyebabkan banyak
pedagang daging nakal mencoba mencampurkan daging segar dengan daging
yang sudah rusak untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar walaupun
dengan cara yang tidak dibenarkan atau tidak halal. Hal ini tentu merugikan
konsumen. Kondisi tersebut menjadi alasan diperlukannya perangkat alat bantu
untuk dapat mendeteksi kondisi daging yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu
merancang alat identifikasi daging segar dan busuk menggunakan pH Meter
digital. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan rancangan teknologi
sederhana untuk indentifikasi daging segar dan busuk menggunakan sensor warna
RGB dan kadar pH pada daging dengan sensor elektroda gelas. Hasil rancangan
alat diharapkan dapat membantu masyarakat atau petugas dari instansi terkait
untuk mengidentifikasi kondisi daging di pasaran, apakah layak konsumsi atau
tidak layak konsumsi, dengan cara melihat nilai kekuatan warna dan kadar pH
pada daging.
Penelitian dan jurnal yang membahas tentang sensor warna pernah
dilakukan oleh Sanjay Kr. Singh (2003) yang meneliti perbandingan deteksi
wajah yang dikendalikan bacground menggunakan ruang warna RGB, YCbCr dan
HSI penggunaan sistem warna ini lebih efisien meskipun belum mampu
memberikan hasil yang sangat baik. Penelitian lain dilakukan oleh Budi Setiawan
Santosa (2007) tentang pembuatan robot mesin sortir dengan embedded system.
Hasil yang diperoleh dari pembuatan embedded system ini berupa alat scanning
warna dan mekanisme sortir benda setelah di-scan. Robot ini digunakan sebagai
alat bantu dalam menyeleksi warna suatu benda. Sehingga warna dari setiap benda
yang disensor akan terlihat nilai RGB-nya. Nilai yang didapat akan dicocokkan
dengan tabel data yang ada dengan batasan nilai untuk masing-masing nilai R, G,
dan B. Dari hasil sensor dapat diketahui nilai warnanya yang kemudian benda
hasil sensor akan diletakkan pada tabung yang ditentukan. Tabung-tabung tersebut
akan segera menyesuaikan dengan nilai warna dengan bergerak menggunakan
motor servo sebagai penggeraknya sesuai dengan posisi yang ditentukan.
Penentuan gerak motor servo ini diperoleh dengan mengatur jarak pulsa sesuai
dengan tabung yang dibuat. Antara tabung yang satu dengan lainnya akan
mempunyai jarak pulsa yang berbeda pula. Penelitian Ronald Indrajaya (2002)
mengembangkan prototipe alat pencampur cat otomatis. Prototipe ini terdiri atas
sebuah konveyor untuk menggerakkan kontainer, solenoida untuk membuka dan
menutup valve pada tangki, sensor infra-red LED sebagai proximity switch, dan
motor DC untuk mengangkat dan menurunkan timbangan A dan timbangan B,
menggerakkan lengan Z, dan mengaduk cat. Sistem kerja dari prototipe ini adalah
mengisi kontainer dengan cat yang terdapat pada tangki A dan tangki B. Metode
yang dipakai untuk mendapatkan perbandingan warna cat tertentu, yaitu dengan
menimbang berat masing-masing warna cat dengan suatu transduser LVDT,
sesuai dengan setting point yang di-input-kan. Berdasarkan hasil pengujian,
sistem dapat mencampurkan dua warna cat sesuai dengan setting point yang diinput-kan meskipun warna cat hasil pencampuran kurang bagus, hal ini
46
47
47
48
Larutan
elektrolit
Sensor
(Elektroda gelas)
Penguat
Op-Amp
Nilai penguatan
pH
Penampil
7 segmen
Analog to
digital
converter (CL
7107)
48
49
sebelum masuk ke visual meter (ICL 7107) dapat diterima secara benar pada input
converter dengan tampilan tegangan yang sesuai dengan indikator pH.
Penguatan tegangan dalam penelitian ini menggunakan rangkaian yang
sudah terintegrasi (IC) untuk memperbesar tegangan input. Op-Amp sering
digunakan untuk memperkuat tegangan kecil walaupun dengan impedansi yang
tinggi. Op-Amp yang digunakan menggunakan spesifikasi khusus, yaitu memiliki
input masukan yang sangat tinggi mencapai 1009-1012 Ohm. Dikarenakan
rangkaian pengukuran pH Meter dengan perbedaan tegangan pada elektroda
terhadap larutan memiliki sifat resistansi tinggi. Walaupun resistansi dari gelas
elektroda dan larutan sudah kecil, tetapi resistansi rangkaian masih tetap tinggi.
Kondisi ini merupakan pengukuran yang sangat tinggi pada voltmeter biasa.
Elektroda gelas yang dimasukkan pada larutan atau ditempelkan pada
daging akan menghasilkan beda tegangan yang kemudian dikuatkan dengan OpAmp. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tegangan output dari elektroda
gelas sangat berpengaruh terhadap temperatur.
Konversi Analog ke Digital
Tegangan pada elektroda gelas yang telah diberikan penguatan, dan output
yang keluar dari penguatan Op-Amp sesuai dengan tegangan yang diinginkan
berdasarkan indikator kadar pH yang sebenarnya, maka dilakukan konversi
tegangan, dari bentuk tegangan analog ke bentuk digital menggunakan analog to
digital converter 3 digits melalui ICL 7107.
Cara Pengukuran
Pengukuran dari alat yang dirancang dilakukan untuk memperoleh datadata yang berhubungan dengan hasil pengukuran. Hal ini untuk menentukan
apakah alat dapat bekerja dengan baik dan memiliki tingkat error yang serendahrendahnya. Tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pengambilan sampel menggunakan simulator kadar pH dengan temperatur
300C sebesar 60,149/pH.
b. Pengambilan sampel daging/larutan adalah larutan yang bersifat asam
(pH<7) dan larutan yang bersifat basa (pH>7).
c. Melakukan perbandingan dengan alat ukur yang sama.
Pengambilan Sampel Daging /Larutan
Banyak larutan elektrolit yang termasuk jenis larutan asam kuat atau
lemah, atau larutan basa kuat atau lemah. Pengujian dilakukan menggunakan
sampel bentuk tegangan dari simulator dan larutan yang memiliki kadar pH
tercantum atau sudah diketahui, hal ini untuk memudahkan mengetahui kesalahan
dari pH Meter Digital yang dirancang. Dalam hal ini, terdapat dua macam larutan
dengan pH tertera atau juga disebut larutan buffer, yaitu:
a. Larutan buffer solution, merupakan larutan standar internasional yang dibuat
oleh pabrikan yang telah memiliki lisensi teruji. Biasanya larutan ini
digunakan untuk kalibrasi alat ukur pH Meter Digital.
b. Larutan buffer universal, biasanya dibuat oleh praktikan di laboratorium
sebagai larutan penyangga dalam reaksi kimia. Namun larutan dengan kadar
49
50
pH ini tidak dapat digunakan sebagai kalibrasi pH Meter Digital, karena tidak
memiliki standarisasi internasional, walaupun nilai yang ditampilkan sama
atau mendekati kadar pH dari larutan buffer solution.
Dari kedua jenis larutan buffer tersebut, untuk keperluan penelitian ini dapat
digunakan larutan buffer solution dengan kadar pH 4 dan pH 7.
Kalibrasi Alat Ukur pH Meter Digital
Sebuah piranti ukur harus memiliki tingkat kalibrasi yang akurat agar
dapat menghasilkan hasil pengukuran yang tepat. Pada pH Meter Digital kalibrasi
dilakukan menggunakan larutan netral dengan kadar pH=7 atau buffer solution pH
7. Di samping itu juga menggunakan larutan kalibrasi dengan buffer solution pH
pH=1, pH=4, dan lainnya, dengan asumsi bahwa pengukuran kadar pH memiliki
batasan nilai antara 1-14.
Telah diketahui bahwa nilai yang akan diukur merupakan hasil dari proses
reaksi antara sensor elektroda gelas yang terjadi pada daging/larutan elektrolit
dengan pengamatan zat yang dapat memberikan ion hidrogen (asam) atau zat yang
dapat menerima ion hidrogen (basa) dengan pengaruh temperatur larutan juga
tentunya. Begitu banyaknya larutan elektrolit yang ada maka sebagai kalibrasi
yang cukup sederhana, dengan melakukan pengukuran larutan dengan pH netral
ICL 7107 dapat dengan baik mengukur sinyal analog yang diterima hanya dengan
satu kalibrasi terhadap suatu obyek larutan. Tetapi hasil dari kalibrasi larutan
netral tersebut harus dibandingkan dengan alat ukur pH Meter yang lain untuk
mendapatkan error yang terjadi selama pengukuran dengan beberapa kali tes. Jika
error yang terjadi telah memenuhi batasan yang ditetapkan, baru melakukan
pengukuran dengan larutan jenis yang lainnya sesuai dengan sampel larutan yang
telah ditentukan sebelumnya. Setiap kali pengukuran kadar pH larutan diharapkan
dapat diteliti perbandingan hasil pengukuran dengan alat ukur pH lainnya.
Perbandingan Pengukuran
Pengambilan data pengukuran pH Meter Digital dilakukan dengan cara
menghadirkan pembanding berupa pH Meter Digital pabrikan yang dijual di
pasaran dengan karakteristik teruji dan memiliki tingkat akurasi sekitar 0,01 pH,
sehingga diharapkan mendapat hasil yang baik. Analisis diperoleh dari hasil
pengamatan kedua alat tersebut dan dihitung tingkat error dari alat yang
dirancang. Untuk melakukan pengamatan diperlukan bahan sebagai berikut:
d. Larutan yang akan diukur telah memiliki kandungan kadar pH.
e. pH Meter Digital rancangan, untuk mengetahui apakah hasil pengukuran
dapat terbaca dengan baik.
f. pH Meter Digital buatan pabrik, sebagai pembanding dengan pH Meter
Digital rancangan.
Kalibrasi pH Meter Digital dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
e. Mengukur besarnya temperatur larutan kalibrasi ataupun larutan yang akan
diukur (usahakan memiliki temperatur yang sama) dengan cara mengatur
temperatur adjusment pada alat sesuai dengan besar temperatur pada larutan.
50
51
51
52
52
53
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Hasil pengamatan pada daging yang busuk, tidak terjadi perubahan warna
daging yang signifikan sehingga daging masih memiliki warna yang mirip dengan
daging segar yang membedakannya hanya dari segi bau yang khas daging busuk,
sehingga memiliki komposisi warna RGB daging busuk mendekati komposisi
warna RGB daging segar, seperti ditampilkan pada Tabel 5.2.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Hasil pengukuran pH untuk daging non SNI segar menunjukkan sifat asam
yang masuk katagori asam lemah (kadar pH 4,7 - 4,9) , sedangkan pada daging
non SNI busuk menunjukkan kadar pH yang lebih kecil yang masuk dalam
katagori asam kuat, dengan kadar pH 3,3-3,6.
Pengamatan pada Daging Sapi SNI Segar dan Busuk
Hasil pengamatan daging sapi segar diperlihatkan pada Tabel 5.3. Pada
daging sapi SNI segar perbandingan nilai filter merah dengan filter lain sangat
signifikan sebab warna dagingnya yang berwarna merah darah sehingga
menyebabkan nilai filter merah tinggi, sedangkan hasil pengukuran pH
menunjukkan daging bersifat asam lemah dengan kadar pH 5,80-5,89.
Tabel 5.3 Pengamatan pada daging sapi SNI segar
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Red filter
51,5
53
54
54,5
55
Green filter
21,5
22
23
23
24
Blue filter
26,5
27
285
28,5
28
Clear filter
28
28,5
29,5
29
30
Kadar pH
5,89
5,83
5,80
5,87
5,83
Pada daging sapi SNI busuk, warna yang dimiliki sama dengan warna
daging ketika masih segar sehingga jika diidentifikasi berdasarkan warna
ketelitian yang diperoleh masih rendah, seperti pada Tabel 5.4.
53
54
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kadar pH
3,89
3,74
3,77
3,87
3,82
Pembahasan
Nilai yang terukur dari program untuk tiap warna RGB berkisar dari 0255, warna hitam nilai RGB semuanya mendekati 0, sedangkan warna mendekati
putih nilai RGB nya membesar mendekati 255. Kekurangan dari alat ini ialah
jarak pengukuran efektifnya tidak lebih dari 2 cm (sampel harus diletakkan tepat
di titik fokus dari sensor tersebut). Perubahan jarak akan menyebabkan
pembacaan berubah dan dapat menyebabkan kesalahan pembacaan.
Dari hasil proses identifikasi daging yang segar, alat telah mampu
mengidentifikasi dengan baik, sehingga rentang nilai yang digunakan untuk acuan
identifikasi telah sesuai dengan ditunjukkan hasil pengukuran tidak mempunyai
rentang nilai yang lebar, pada daging sapi non SNI (71-79) untuk nilai R, (31,535,5) untuk nilai G, dan (37,5-42,5) untuk nilai B, sedang kadar pH adalah (4,724,89) sehingga termasuk kadar asam lemah (Tabel 5.2).
Pada daging sapi segar SNI mempunyai nilai (51,5-55) untuk nilai R,
(21,55-24) untuk nilai G, dan (26,5-28,5) untuk nilai B, sedangkan untuk kadar
pH nya adalah (5,80-5,89) sehingga merupakan kadar asam lemah (Tabel 5.3).
Pada daging sapi busuk SNI mempunyai nilai (61,5-65,5) untuk nilai R, dan (3234) untuk nilai G,dan (37-40) untuk nilai B,sedangkan untuk kadar pH nya adalah
(3,74-3,89) jadi merupakan asam yang termasuk kadar asam kuat (Tabel 5.4).
Pada dasarnya sifat daging mempunyai kadar pH asam, hal ini ditunjukkan
dari pengukuran dengan pH Meter Digital didapat baik daging segar maupun
daging busuk bersifat asam, hanya diketahui apabila daging semakin busuk maka
kadar pH nya menjadi lebih asam atau masuk katagori asam kuat dengan kadar
pH kurang dari 4, tentunya daging yang semakin bersifat asam tidak layak untuk
dikonsumsi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Tegangan pada elektroda gelas yang telah melewati rangkaian penguatan
OP-AMP sangat menentukan indikator pH daging.
b. Temperatur daging/larutan uji, sangat mempengaruhi nilai pH bila
temperatur lebih tinggi/naik dari suhu ruangan 30 C maka nilai PH akan
berubah.
c. Larutan buffer solution pH = 4 atau pH = 7, sangat menentukan
ketepatan/presisi hasil pengukuran nilai pH.
d. Besar kecilnya konsentrasi H+ pada daging/larutan uji sangat menentukan
output tegangan yang dikonversikan menjadi nilai pH daging / larutan.
54
55
e. Pada dasarnya daging mempunyai kadar pH asam, hal ini ditunjukkan dari
data pengukuran pada daging segar dan busuk bersifat asam, daging yang
lebih busuk akan lebih bersifat asam kuat dengan nilai pH dibawah 3 - 4.
DAFTAR PUSTAKA
Iswanto. Design dan Implementasi Sistem Embedded Mikrokontroler
ATMega8535 dengan Bahasa Basic. Yogyakarta: Penerbit Gava Media,
2008.
Nugroho, Wahyu. Alat Pendeteksi Warna Berdasarkan Warna Dasar Penyusun
RGB Menggunakan Sensor TCS230. Yogyakarta: IST AKPRIND,
2008.
Raja, A. Sivanantha, and K.Sankaranarayanan. "RGB Color Sensor in Colorimeter
for Better Clinical Blood Glucose." BIME Journal, Dec. 2006: Volume
06 Issue 1.
Santosa, Budi Setiawan. Scanning Warna Dengan TCS230 Color Sensor Pada
Mesin Sortir. Yogyakarta: Universitas Kristen Duta Wacana, 2007.
Wardhana. Belajar Sendiri Mikrokontroler Atmel AVR Seri ATMega8535
Simulasi Hardware dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006.
. "datasheet TCS230 programmable color light-to-frequency converter." TAOS.
Januari 15, 2003. www.taosinc.com (accessed Agustus 28, 2010).
. LCD Interfacing. 2010. www.lcdinterfacing.info (accessed Agustus 28, 2010).
. Modul Pemrograman Mikrokontroler AVR ATMega8535 dengan Bascom
AVR. Yogyakarta: Inkubator Teknologi MITI, 2010.
. Wikipedia Bahasa Indonesia. Juni 16, 2010. www.id.wikipedia.org (accessed
Agustus 28, 2010).
. LCD Interfacing. 2010. www.lcdinterfacing.info (accessed Agustus 28, 2010).
55