Anda di halaman 1dari 63

REKAYASA

LAPORAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING

TAHUN KE-I
IDENTIFIKASI DAGING SEGAR MENGGUNAKAN
SENSOR WARNA RGB TCS3200-DB

TAHUN KE-II
IDENTIFIKASI DAGING SEGAR DAN BUSUK
MENGGUNAKAN SENSOR pH METER DIGITAL
Oleh:
Ir. Prastyono Eko Pambudi, M.T.
Edhy Sutanta, S.T., M.Kom.
Mujiman, S.T., M.T.
Dibiayai oleh:
DIPA Kopertis Wilayah V Tahun Anggaran 2014
Nomor: SP DIPA-023.04.2.189971/2014; Tanggal 05 Desember 2013
Beserta Revisinya, Kode Kegiatan 2013.109

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND


YOGYAKARTA
2014
i

ii

iii

iv

A. LAPORAN HASIL PENELITIAN


RINGKASAN
Tingginya kebutuhan daging dan terbatasnya ketersediaan daging di
pasaran, membuat harga daging menjadi mahal dan semakin banyak pedagang
daging yang mencampurkan daging busuk ke dalam daging segar. Untuk
menghindari resiko, masyarakat sebagai konsumen harus mewaspadainya dan
mengetahui karakteristik daging busuk dan perbedaannya dengan daging segar.
Penelitian ini merupakan kelanjutan hasil Penelitian Tahun I yang berhasil
mengembangkan alat identifikasi daging segar dan busuk berdasarkan sensor
warna RGB.
Penelitian Tahun ke II ini merancang alat identifikasi daging sebagai alat
bantu bagi konsumen pada umumnya dan petugas instansi terkait pada khususnya
dalam mengidentifikasi daging yang beredar di pasaran, apakah daging yang
dijual oleh pedagang benar-benar daging segar atau daging busuk. Peralatan
dikembangkan didasarkan pada sensor pH meter digital, yaitu alat pengukur pH
yang digunakan untuk mengetahui apakah daging dalam keadaan segar ataukah
sudah busuk berdasar pada nilai asam, basa, atau netral. pH meter bekerja
berdasarkan sensor, salah satunya adalah pH Meter Digital dengan sensor pH
berupa elektroda gelas. Prinsip kerja pH Meter Digital adalah membandingkan
perbedaan potensial dari elektroda pada sensor dengan ion elektron khususnya H+
pada daging yang diukur. Dengan menggunakan penguatan tegangan Op-Amp
yang memiliki impedansi input tinggi dapat ditampilkannya sinyal berupa
tegangan (mV) yang diubah ke bentuk digital dengan Analog to Digital
Converter sehingga nilai penguatan pH dapat ditampilkan dan terbaca pada layar
LCD/peraga (display).
Kata kunci: asam, daging busuk, daging segar, pH Meter Digital, elektroda gelas.

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat melaksanakan penelitian dan
menyusun laporan penelitian ini.
Pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan ini tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak, baik moral maupun spiritual. Sehubungan dengan hal
tersebut, kami mengucapkan terima kasih kepada Yang Terhormat Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional yang membiayai
pelaksanaan penelitian ini, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta yang telah memfasilitasi
terlaksananya penelitian sehingga berjalan lancar, serta pihak lain yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh
karenanya peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
untuk perbaikan pelaksanaan dan laporan penelitian pada tahap selanjutnya.
Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
khalayak masyarakat terutama yang terkait dengan kebutuhan deteksi daging.

Yogyakarta,
Ketua Peneliti,

Ir. Prastyono Eko Pambudi, M.T.

vi

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ...........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................
SURAT PERNYATAAN........................................................................
BERITA ACARA SERAH TERIMA LAPORAN PENELITIAN & ....
& BERITA ACARA LAPORAN PENGGUNAAN DANA PENELITIAN
HIBAH BERSAING

i
ii
iii
iv

A. LAPORAN HASIL PENELITIAN


RINGKASAN .........................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................

v
vi
vii

BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
1.3 Batasan Masalah................................................................................

1
1
2
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................


2.1 Pengertian Daging.............................................................................
2.1.1 Cara Menentukan Kualitas Daging ................................................
2.1.2 Daging Sapi Gelonggongan ...........................................................
2.2 Cara Menentukan Kualitas Daging ..................................................
2.3 Penentuan Kadar pH .........................................................................
2.3.1 Nilai tetapan Asam.........................................................................
2.3.2 Kadar pH Larutan...........................................................................
2.4 pH Meter Digital ...............................................................................

3
3
4
4
5
5
6
7
8

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.........................


3.1. Tujuan Penelitian .............................................................................
3.2. Manfaat Penelitian ..........................................................................

10
10
10

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................


4.1 Metode dan Identifikasi Pengukuran ...............................................
4.2 Konsep Dasar Perancangan Alat pH Meter Digital ..........................
4.3 Perancangan Alat Ukur pH Meter Digital.........................................
4.3.1 Catu Daya dari Alat Ukur ..............................................................
4.3.2 Rangkaian pH Meter Digital ..........................................................
4.3.2.1 Penguatan pada Sensor................................................................
4.3.2.2 Konversi Analog ke Digital dengan ICL 7107 ...........................
4.4 Cara Pengukuran Perancangan..........................................................
4.4.1 Pengambilan Sample Larutan ........................................................
4.4.2 Kalibrasi Alat Ukur pH Meter Digital ...........................................
4.4.3 Menganalisis dan Perbandingan Pengukuran.................................

11
11
11
12
12
13
13
14
15
15
16
17

vii

BAB V HASIL YANG DICAPAI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


5.1 Cara Kerja Alat ................................................................................
5.2 Metode Pengujian..............................................................................
5.2.1 Pengamatan Daging Sapi Non SNI Segar dan Busuk ....................
5.2.2 Pengamatan Daging Sapi SNI Segar dan Busuk............................
5.3. Pembahasan......................................................................................

18
18
18
20
22
24

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


6.1 Kesimpulan .......................................................................................
6.2 Saran..................................................................................................

26
26
26

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................


28
LAMPIRAN:
LAMPIRAN I Laporan Keuangan Penelitian Hibah Bersaing
LAMPIRAN II Hasil Kontruksi I Alat Identifikasi Daging dengan Sensor Warna
Hasil Kontruksi II Alat Identifikasi Daging dengan pH Meter
Digital
LAMPIRAN III Personalia Tenaga penelitian & Kualifikasinya
B. LAPORAN KEUANGAN ................................................................
C. DRAFT NASKAH PUBLIKASI .....................................................

viii

41
46

BAB 1
PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang Masalah


Tingginya kebutuhan masyarakat terhadap daging setiap harinya dan tingginya harga
daging, serta langkanya daging di pasaran menyebabkan banyak pedagang daging nakal
mencoba mencampurkan daging segar dengan daging yang sudah rusak untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar walaupun dengan cara yang tidak dibenarkan atau tidak halal.
Hal ini tentu merugikan konsumen. Kondisi tersebut menjadi alasan diperlukannya perangkat
alat bantu untuk dapat mendeteksi kondisi daging yang dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu
berupa peralatan pH Meter digital, sekaligus menyempurnakan hasil penelitian tahun
sebelumnya berupa alat pendeteksi daging dengan menggunakan sensor warna TCS3200DB.
Peralatan pH Meter Digital digunakan untuk mengetahui kadar daging basah yang
diuji apakah termasuk dalam kadar asam atau basa. Asam adalah zat yang dapat memberikan
ion hidrogen bermuatan positif, atau proton (H+). Contoh: HCL dan HNO3. Basa
didefinisikan sebagai zat yang dapat menerima (H+).
Banyak pengujian kadar asam dan basa dahulu dilakukan dengan menggunakan kertas
lakmus yang dicelupkan ke dalam larutan. Kertas tersebut akan berubah warnanya menjadi
warna tertentu, warna kertas lakmus yang telah berubah tersebut kemudian dibandingkan
dengan pengukur pH yang terdiri dari beberapa warna yang menandakan kadar pH larutan.
Setiap larutan memiliki kadar pH yang berbeda, tergantung dari larutan itu sendiri. Untuk
larutan kadar Asam memiliki nilai di bawah 7 dan larutan kadar basa memiliki nilai di atas 7,
sedangkan kadar pH 7 adalah kadar pH yang netral, berarti larutan tersebut tidak terdapat
bahan atau senyawa yang berifat asam maupun basa. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa alat ukur pH dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kadar asam dan basa.
Sebagai contoh kasus uji kadar pH yang terdapat pada minuman berkarbonisasi
seperti Fanta dan Coca-Cola, setelah diukur dengan menggunakan pH meter maka
didapatkan hasil bahwa Fanta berwarna merah memiliki kadar pH sebesar 3,4 (asam) dan
Coca-Cola memiliki kadar pH sebesar 2,3 (termasuk asam kuat) ini adalah nilai yang
mendekati kadar pH pada larutan H2SO4. Daging yang dimasukkan ke dalam larutan CocaCola dan dibiarkan selama satu hari atau satu malam, maka dapat dilihat daging tersebut
hancur.
Dengan menggunakan pH Meter digital, maka hasil pengukuran akan lebih akurat dan

dapat diketahui oleh pengguna yang awam secara lebih mudah, karena tinggal membaca
tampilan nilai angka pada layar LCD/peraga (display). pH Meter Digital dapat dimanfaatkan
untuk mengukur kadar asam atau basa dalam berbagai jenis larutan, termasuk pengukuran pH
pada daging yang menjadi fokus penelitian pada Tahun II ini.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana membuat rancangan alat identifikasi kondisi daging apakah dalam kondisi
segar atau busuk dengan menggunakan sensor warna RGB TCS3200-DB dan pH Meter
digital, sehingga masyarakat dapat mengetahui kondisi daging yang layak untuk
dikonsumsi.
b. Bagaimana kinerja alat pengidentifikasi daging yang dirancang dapat bekerja dengan baik
dan handal.

1.3. Batasan Masalah


Perancangan alat identifikasi daging segar atau busuk dalam penelitian ini lebih
difokuskan pada sistem pembaca nilai warna RGB dan kadar pH pada daging dengan batasan
sebagai berikut:
a. Informasi yang ditampilkan pada layar LCD/peraga (display) adalah teks nilai
kekuatan warna daging dan kadar pH daging.
b. Sensor warna yang digunakan adalah RGB TCS3200-DB dari Parallax.Inc.
c. uC yang digunakan berasal dari keluarga AVR dari Atmel, yaitu ATMega8535 atau
ATMega16.
d. Sensor yang digunakan pada pH Digital Meter adalah elektroda gelas, ICL 7107, dan
AMT 16M.
e. Daging yang diidentifikasi adalah daging sapi yang disimpan kurang dari 24 jam
tanpa proses pendinginan atau pembekuan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Daging


Daging merupakan salah satu produk pangan asal hewani yang mempunyai gizi tinggi
karena mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Yang dimaksud
dengan daging ialah bagian yang diperoleh dari pemotongan ternak baik ternak besar seperti
sapi, kerbau, kuda, dll., maupun ternak kecil seperti kambing, domba maupun ternak unggas,
dll. Namun demikian daging yang tidak sehat bila dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit seperti keracunan bagi yang mengkonsumsi, untuk itu perlu diketahui jenis
dan kriteria daging yang sehat dan segar serta layak dikonsumsi. Secara umum daging yang
sehat dan baik adalah daging yang berasal dari ternak yang sehat, disembelih di tempat
pemotongan resmi, kemudian diperiksa, diangkut dengan kendaraan khusus dan dijual di
pasar maupun di supermarket atau di los daging pasar yang bersih dan higienis.
Penelitian dan jurnal yang membahas tentang sensor warna saat ini memang sudah
banyak dilakukan, seperti Sanjay Kr. Singh (2003) melakukan penelitian tentang
perbandingan pendeteksian wajah yang dikendalikan bacground menggunakan ruang warna
RGB, YCbCr dan HSI penggunaan sistem warna ini lebih efisien meskipun belum mampu
memberikan hasil yang sangat baik. Penelitian yang lain dilakukan oleh Budi Setiawan
Santosa (2007) tentang pembuatan robot mesin sortir dengan embedded system. Hasil yang
diperoleh dari pembuatan embedded system ini berupa alat scanning warna dan mekanisme
sortir benda setelah di-scan. Robot ini digunakan sebagai alat bantu dalam menyeleksi warna
suatu benda. Sehingga warna dari setiap benda yang disensor akan terlihat nilai RGB-nya.
Nilai yang didapat akan dicocokkan dengan tabel data yang ada dengan batasan nilai untuk
masing-masing nilai R, G, dan B. Dari hasil sensor dapat diketahui nilai warnanya yang
kemudian benda hasil sensor akan diletakkan pada tabung yang ditentukan. Tabung-tabung
tersebut akan segera menyesuaikan dengan nilai warna dengan bergerak menggunakan motor
servo sebagai penggeraknya sesuai dengan posisi yang ditentukan. Penentuan gerak motor
servo ini diperoleh dengan mengatur jarak pulsa sesuai dengan tabung yang dibuat. Antara
tabung yang satu dengan lainnya akan mempunyai jarak pulsa yang berbeda pula. Penelitian
lain oleh Ronald Indrajaya (2002) mengembangkan prototipe alat pencampur cat otomatis.
Prototipe ini terdiri atas sebuah konveyor untuk menggerakkan kontainer, solenoida untuk
membuka dan menutup valve pada tangki, sensor infra-red LED sebagai proximity switch,

dan motor DC untuk mengangkat dan menurunkan timbangan A dan timbangan B,


menggerakkan lengan Z, dan mengaduk cat. Sistem kerja dari prototipe ini adalah mengisi
kontainer dengan cat yang terdapat pada tangki A dan tangki B. Metode yang dipakai untuk
mendapatkan perbandingan warna cat tertentu, yaitu dengan menimbang berat masingmasing warna cat dengan suatu transduser LVDT, sesuai dengan setting point yang di-inputkan. Berdasarkan hasil pengujian, sistem dapat mencampurkan dua warna cat sesuai dengan
setting point yang di-input-kan meskipun warna cat hasil pencampuran kurang bagus, hal ini
disebabkan karena sistem masih memiliki error.

2.1.1. Cara Menentukan Kualitas Daging


a. Warna merah pucat, merah keunguan atau kecoklatan dan akan berubah menjadi warna
chery bila daging tersebut terkena oksigen.
b. Serabut daging halus tapi tidak mudah hancur dan sedikit berlemak.
c. Konsistensi liat, jika dicubit seratnya terlepas maka daging sudah tidak baik.
d. Lemak berwarna kekuning-kuningan.
e. Bau dan rasa aromatis.
f. Tekstur dagingnya kenyal.
g. Biasanya, daging sapi asli dijual dengan cara digantung.

2.1.2. Daging Sapi Gelonggongan


a. Dagingnya berwarna pucat.
b. Teksturnya lembek dan cepat busuk.
c. Kadar airnya sangat banyak, jika dagingnya ditekan akan mengeluarkan air.
d. Biasanya dijual dengan cara diletakkan di atas meja (tidak digantung).
e. Jika direbus, daging sapi gelonggongan menyusut lebih banyak daripada daging sapi asli.

Gambar 2.1 Daging sapi

2.2. Cara Menentukan Kualitas Daging


a. Keempukan atau kelunakan daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal (padat)
jika ditekan dengan jari.
b. Kandungan lemak atau marbling. Marbling adalah lemak yang terdapat di antara otot
(intra muscular), marbling berpengaruh terhadap cita rasa daging.
c. Warna daging bervariasi, tergantung dari jenis secara genetik dan usia.
d. Rasa dan aroma daging yang berkualitas baik mempunyai rasa yang relatif gurih dan
aroma yang sedap.
e. Kelembaban secara normal daging mempunyai permukaan yang relatif kering sehingga
dapat menahan pertumbuhan organisme dari luar.

2.3 Penentuan Kadar pH


Suatu zat yang warnanya berubah bila pH larutan berubah, disebut indikator asambasa, misalnya kertas lakmus, M.O, P, dan sebagainya. Perubahan warna untuk setiap
indikator berbeda dan perubahan warna ini tidak terjadi secara mendadak, tetapi berangsurangsur. Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah
menjadi merah bila keasamannya tinggi atau berubah menjadi biru bila keasamannya rendah.
Atas dasar ini indikator dapat dipakai untuk menetapkan pH daging/larutan.
Indikator asam-basa ialah asam atau basa organik lemah, yang ionisasinya tergantung
pH larutan. Warna dari molekul netral dan bentuk ionnya berbeda. Larutan asam atau basa
memiliki nilai yang berbeda dengan kisaran antara 0-14. Untuk asam memiliki kadar pH
antara 0-6,9. Sedangkan untuk basa, kadar pH antara 7,1 14. Kadar pH = 7 adalah indikator
untuk daging/larutan yang netral tanpa ada asam atau basa. Kadar pH di bawah 3 atau 2
sudah termasuk dalam kategori asam kuat, sedang pH mendekati 14 termasuk basa kuat.
Besarnya pH daging/larutan dapat ditetapkan dengan kolorimetri atau potensiometri.
Cara kedua lebih tepat digunakan dalam kimia listrik. Cara pertama menggunakan indikator
asam atau basa. Biasanya dengan menggunakan kertas lakmus yang dicelupkan ke dalam
larutan dengan kadar tertentu, yang nantinya kertas lakmus tersebut akan berubah warna dan
dengan menggunakan acuan warna sebagai petunjuk kadar pH.

2.3.1 Nilai Tetapan Asam


Ketetapan pengukuran tergantung dari jenis larutan dan jenis pembanding. Kesulitan
pengukuran banyak terjadi pada:

1. Pengukuran pH daging/larutan garam dan protein pada konsentrasi tinggi, karena


kekuatan ion larutan sangat berpengaruh pada kesetimbangan indikator.
2. Pengukuran pH daging/larutan berwarna harus ada cara tertentu untuk mengkonversi
warna larutan.
Nilai tetapan asam dan basa ditentukan oleh nilai ketetapan kesetimbangan masing-masing
larutan seperti tampak pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tabel 2.1 Harga tetapan asam (Ka)


Nama Asam
Rumus Kimia
Ka
Asam Asetat
CH3COOH
1,8 x 10-5
Asam Fermiat
HCOOH
1,8 x 10-4
Asam Benzoat
C6H5COOH
6,7 x 10-5
Asam Florida
HF
6,8 x 10-4
Asam Cianida
HCN
4,9 x 10-10
Asam Borat
H3BO3
5,9 x 10-10
Asam Oksolat
H2C2O4
5,6 x 10-2
Asam Sulfia
H2S
8,9 x 10-8
Asam Karbonat
H2CO3
0,9 x 10-7

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 2.2 Tabel tetapan basa lemah (Kb)


Nama Basa
Rumus Kimia
Kb
Amoniak
NH3
1,8 x 10-5
Natrium Hidroksida
NH4OH
1,8 x 10-5
Anilin
C6H5NH2
4,2 x 10-4
Hidrosin
NH2NH2
1,7 x 10-6
Piridin
C6H5N
1,4 x 10-9

Kekuatan asam dan basa ditentukan oleh besarnya ketetapan ionisasi, Makin besar
nilai tetapan ionisasi asam atau basa, maka semakin kuat asam atau basanya. Hubungan
antara konsentrasi asam dan basa dengan Ka dan Kb terhadap konsentrasi ion H+ dan ion OHdapat dijabarkan sebagai berikut:

Ka m

OH _

........................................................................ (2.1)

Ka
m

Kb
m

Kb M

.......................................................................... (2.2)

Keterangan:
[H+] = Konsentrasi ion H+

Ka = Tetapan kesetimbangan asam

[OH-] = Konsentrasi ion OH-

Kb = Tetapan kesetimbangan basa

= Derajat ionisasi

M = Molaritas

2.3.2 Kadar pH Larutan


Penjabaran dari kadar pH larutan dapat diambil dari reaksi ionisasi larutan air (H2O),
sebagai berikut:
H2O

H+ + OH-

[H+] = [OH-] = 0,000.0001 M = 10-7 M


[H+] x [OH-] = 10-7 x 10-7 = 10-14 M

....................................... (2.3)

Nilai tersebut disebut tetapan kesetimbangan air (Kw) dalam keadaan murni.
pH merupakan nilai negatif logaritma konsentrasi H+.
maka:
pH = - log [H+]

........................................................................... (2.4)

pOH = - log [OH-]

........................................................................... (2.5)

pKa = - log Ka

........................................................................... (2.6)

pKb = - log Kb

........................................................................... (2.7)

Kw = [H+] x [OH-]

........................................................................... (2.8)

= 10-7 x 10-7
pKw = pH + pOH = 7 + 7 = 14

................................................... (2.9)

2.4 pH Meter Digital


Untuk pengukuran menggunakan alat digital, pH dapat diukur dengan menggunakan
alat ukur pH Meter Digital. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip, bahwa setiap
daging/larutan akan memberikan bentuk tegangan yang berbeda dari kadar ion-ion yang ada
dalam daging/larutan. Hal ini akan ditangkap pada sebuah sensor yang berupa sel elektroda

untuk memberikan input sinyal analog yang akan diproses menjadi sinyal digital.
Dalam prakteknya alat pengukur pH memiliki ketelitian yang cukup tinggi dalam
pengukuran, sehingga menjadi salah satu alternatif dalam pengukuran kadar pH
daging/larutan. Tetapi penggunaan alat pengukuran pH Meter Digital masih jarang, karena
nilai cost dari alat ini relatif mahal dibandingkan pengukuran dengan menggunakan kertas
lakmus.
Gambar 2.2 menampilkan salah satu contoh bentuk pH Meter Digital dengan model
PH-207. Alat ini termasuk alat ukur pH dengan cost yang rendah.

Gambar 2.2 pH Meter Digital model PH-207

Spesifikasi alat pH Meter Digital model PH-207:


-

Model PH-207, untuk pengukuran pH, mV, temperatur

Display LCD 36mm, 31/2 digits

Range / akurasi pengukuran: 0-14 pH / 0,01 pH

mV / resolusi pengukuran: 0-1999 mV / 1.0 mV

Input Imedansi: 1012 Ohm.

Sensor: kombinasi Elektrode Glass dengan BNC konektor serta penutup.

Temperatur: 00-650 C (320F-1490F).

Power dan arus: 9 Volt DC dan 2,0 mA.

Aplikasi: fotografi, sekolah, universitas, kondisi air, makanan dan minuman.


pH Meter Digital bekerja dengan dasar sensor yang dipakai, salah satu yang terlihat

pada gambar adalah pH Meter Digital dengan sensor pH berupa elektroda gelas. Prinsip kerja
pH Meter Digital adalah memanfaatkan perbandingan beda potensial dari elektroda yang ada
pada sensor dengan ion elektron khususnya ion H+ pada larutan yang diukur, kemudian
dikonversi menjadi bentuk digital dan ditampilkan pada layar LCD/peraga (display).

10

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian


Tujuan yang akan dicapai dari penelitian adalah:
a. Menghasilkan rancangan teknologi sederhana untuk indentifikasi daging segar dan busuk
menggunakan sensor warna RGB dan kadar pH pada daging dengan sensor elektroda
gelas.
b. Hasil rancangan alat membantu masyarakat atau petugas dari instansi terkait untuk
mengidentifikasi kondisi daging yang beredar di pasaran.
c. Melengkapi hasil penelitian Tahun I yaitu identifikasi daging berdasar pada sensor warna,
sehingga dihasilkan alat identifikasi daging yang lebih akurat.

3.2. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian adalah membantu masyarakat/petugas
dari instansi terkait saat melakukan proses indentifikasi kondisi daging di pasaran agar dapat
diketahui apakah daging dalam keadaan segar sehingga layak untuk dikonsumsi atau atau
busuk sehingga tidak layak dikonsumsi, dengan cara melihat nilai kekuatan warna dan kadar
pH pada daging.

11

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Metode dan Identifikasi Pengukuran


Penelitian ini diawali dengan identifikasi

spesifikasi kebutuhan alat yang akan

dibuat, yaitu sebagai berikut:


a. Diperlukan komponen rangkaian catu daya yang berfungsi untuk memberikan supply
tegangan dan arus pada rangkaian.
b. Diperlukan alat pengindra berupa sensor yang peka untuk mendeteksi pH.
c. Diperlukan komponen pengendali yang berfungsi untuk mengendalikan alat
pendeteksi secara keseluruhan.
d. Diperlukan komponen penampil nilai digital yang sederhana dan informatif.

4.2 Konsep Dasar Perancangan Alat pH Meter Digital


Dalam konsep perancangannya, pH Meter Digital diharapkan dapat memenuhi standar
pengukuran

pH

dengan

memperhatikan

aspek-aspek

yang

terkait

dalam

proses

pengukurannya. Rancangan alat dibuat sedemikian rupa agar dalam proses penggunaannya
dapat dilakukan secara mudah dan memberikan hasil yang akurat. Identifikasi spesifikasi
kebutuhan alat yang dirancang adalah sebagai berikut:
a. Diperlukan piranti yang dapat digunakan sebagai pengukur larutan untuk
identifikasi pH asam atau basa.
b. Diperlukan piranti dengan sistem konversi nilai analog ke nilai digital yang optimal.
c. Diperlukan piranti untuk visualisasi hasil konversi nilai digital yang sederhana dan
mudah dipahami.
Berdasarkan identifikasi spesifikasi kebutuhan alat tersebut, diperoleh hasil analisis
dari alat yang akan dibuat dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Elektroda gelas selektif ion, sebagai sensor yang digunakan dalam pengukuran pH.
b. IC tipe ICL 7107, dengan sistem 3 digit analog to digital converter.
c. Penampil nilai hasil penguatan sensor pH indikator asam atau basa dengan bentuk
visual bilangan desimal.
Gambaran diagram blok pH Meter Digital yang dirancang ditunjukkan pada Gambar 4.1.

12

Larutan
elektrolit

Sensor
(Elektroda gelas)

Penguat
Op-Amp

Nilai penguatan
pH

Penampil
7 segmen

Analog to
digital
converter (CL
7107)

Data biner digital

Gambar 4.1 Diagram Blok pH Meter Digital


Rangkaian blok diagram pH Meter Digital digunakan untuk memperoleh gambaran
rangkaian yang digunakan serta proses penampilan nilai tegangan larutan/daging basah yang
diukur sampai menjadi bentuk bilangan digital desimal.

4.3 Perancangan Alat Ukur pH Meter Digital


4.3.1 Catu Daya Alat Ukur
Pada rangkaian pH Meter Digital yang dibuat digunakan pencatuan daya dengan
tegangan stabil. Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri sebagai regulator tegangan
tetap positif dan negatif. Komponen ini biasanya sudah dilengkapi dengan pembatas arus
(current limiter) dan pembatas suhu (thermal shutdown). Komponen ini hanya memiliki tiga
pin dan dengan menambah beberapa komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya
yang terregulasi dengan baik, misalnya IC7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan
positif 5 volt, IC7809 adalah regulator untuk mendapat tegangan positif 9 volt. Sedangkan
seri IC 7905 dan IC 7909 berturut-turut adalah regulator tegangan negatif 5 volt dan negatif 9
volt. Gambar 4.2 menampilkan diagram regulator yang digunakan.

13

+ 15 V
VCC

+ C1

T1

VI

2200uF/25V

- BRIDGE +

GND

15 V

VCC

LM7805
VO

VO

+5V
+ C3

240 V

VI

GND

LM7815
1

2200uF/16V

CT
0 V

15 V

GND

VI

2200uF/16V
+
C4

VO

VI

GND

GND

2200uF/25V
+
C2

LM7915

VO

3
- 15 V
VEE

LM7905
VEE
+ 15 V

Gambar 4.2 Rangkaian regulator

4.3.2 Rangkaian pH Meter Digital


pH Meter Digital merupakan alat ukur yang memiliki derajat pengukuran cukup baik.
Alat ini bekerja berdasarkan keluaran elektroda saat bereaksi dengan larutan yang
menghasilkan beda potensial pada larutan dan elektroda gelas, menjadi sebuah kadar pH
sebenarnya dari larutan yang diukur. Untuk hal ini diperlukan dua buah rangkaian, yaitu:
1. Penguatan tegangan sensor (elektroda gelas) menggunakan Op-Amp.
2. Pengkonversi tegangan analog ke digital menggunakan ICL 7107 digital to analog
converter.

4.3.2.1 Penguatan pada Sensor


Sensor yang digunakan (elektroda gelas) memiliki tingkat keluaran tegangan
berdasarkan perbedaan potensial pada larutan elektrolit (asam atau basa) yang diukur dengan
kawat elektroda inti dan elektroda referensi. Pada prinsipnya pengukuran kadar pH dengan
menggunakan elektroda gelas adalah pengukuran konsentrasi ion H+. Larutan tersebut
memberikan tegangan keluaran yang sangat kecil saat membran elektroda dan elektroda
referensi pada elektroda gelas atau biasa disebut elektroda kombinasi dimasukkan ke dalam
larutan. Hal ini membutuhkan bentuk penguatan tegangan saat pengukuran agar tegangan
output sebelum masuk ke visual meter (ICL 7107) dapat diterima secara benar pada input
converter dengan tampilan tegangan yang sesuai dengan indikator pH.
Penguatan tegangan dalam penelitian ini menggunakan rangkaian yang sudah
terintegrasi (IC) untuk memperbesar tegangan input. Op-Amp (Gambar 4.3) adalah rangkaian
terpadu yang cocok untuk tugas tersebut. Op-Amp sering digunakan untuk memperkuat

14

tegangan kecil walaupun dengan impedansi yang tinggi. Op-Amp yang digunakan
menggunakan spesifikasi khusus, yaitu memiliki input masukan yang sangat tinggi mencapai
1009-1012 Ohm. Dikarenakan rangkaian pengukuran pH Meter dengan perbedaan tegangan
pada elektroda terhadap larutan memiliki sifat resistansi tinggi. Walaupun resistansi dari
gelas elektroda dan larutan sudah kecil, tetapi resistansi rangkaian masih tetap tinggi. Kondisi
ini merupakan pengukuran yang sangat tinggi pada voltmeter biasa.
R2

VCC

56k

7
5

U1

3
2

+
-

PAD1
6
CA3140
Output (mV)

4
8
1

pH Probe
BNC

R3
1
56k

R1

3
5k

VCE

Gnd

Gambar 4.3 Penguat elektroda dengan Op-Amp

Elektroda gelas yang dimasukkan pada larutan atau ditempelkan pada daging akan
menghasilkan beda tegangan yang kemudian dikuatkan dengan Op-Amp. Berdasarkan hasil
analisis diketahui bahwa tegangan output dari elektroda gelas sangat berpengaruh terhadap
temperatur, seperti tampak pada Tabel 4.1.

ToC
0
5
10
15
20
25

Tabel 4.1 Tegangan elektroda gelas vs temperatur


Values of 2.303RT/F 0o-50oC (mV)
RTln(10)/F
ToC
RTln(10)/F
54.197
30
60.149
55.189
35
61.141
56.181
38
61.737
57.173
40
62.133
58.165
45
63.126
59.157
50
64.118

4.3.2.2 Konversi Analog ke Digital


Tegangan pada elektroda gelas yang telah diberikan penguatan, dan output yang
keluar dari penguatan Op-Amp sesuai dengan tegangan yang diinginkan berdasarkan
indikator kadar pH yang sebenarnya, maka dilakukan konversi tegangan, dari bentuk
tegangan analog ke bentuk digital menggunakan analog to digital converter 3 digits

15

melalui ICL 7107 (Gambar 4.5). Dalam gambar tersebut tampak bahwa untuk konversi signal
analog ke bentuk digital dapat diproses dengan satu buah rangkaian dengan akurasi yang
baik. Ouput digital yang keluar sudah merupakan bilangan biner digital yang nantinya
ditampilkan pada layar 7 segmen. Dengan demikian, maka bentuk rangkaian alat dapat
disederhanakan agar memiliki ukuran sekecil mungkin, daripada menggunakan rangkaian
terpadu digital dengan konversi bilangan satu persatu seperti IC seri 7447. digit desimal.
JP1
HEADER 25
+5V

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

R6
100K

1
SENSOR

C1
0,02uF

-5V

31
30

+5V

R3 47K

1 R2

R9 47K

C2
1

1K
2
0,1uF

R1 100K
J2

+5V

1C3

36
35
34
33
40
39
38

100 pF
1
2

37
32

V+

R5
2K

IN+
INREF+
REFCREF+
CREF-

A2
B2
C2
D2
E2
F2
G2

OSC1
OSC2
OSC3
TEST
COM

A3
B3
C3
D3
E3
F3
G3

C4
TEST

0,47uF
R4 47K

29
28
27

A1
B1
C1
D1
E1
F1
G1

A/Z
BUFF
INT

V-

POL

12
11
10
9
14
13
25
23
16
24
15
18
17
22
19
20

26

0,22uF

21

GND

AB4
C5
1

U1
ICL7107
5
4
3
2
8
6
7

-5V

Gambar 4.5 Rangkaian analog to digital converter

4.4 Cara Pengukuran


Pengukuran dari alat yang dirancang dilakukan untuk memperoleh data-data yang
berhubungan dengan hasil pengukuran. Hal ini untuk menentukan apakah alat dapat bekerja
dengan baik dan memiliki tingkat error yang serendah-rendahnya. Tahapan analisis yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan sampel menggunakan simulator kadar pH dengan temperatur 300C
sebesar 60,149/pH.
2. Pengambilan sampel daging/larutan adalah larutan yang bersifat asam (pH<7) dan
larutan yang bersifat basa (pH>7).
3. Melakukan perbandingan dengan alat ukur yang sama.

4.4.1 Pengambilan Sampel Daging /Larutan


Banyak larutan elektrolit yang termasuk jenis larutan asam kuat atau lemah, atau
larutan basa kuat atau lemah. Pengujian dilakukan menggunakan sampel bentuk tegangan

16

dari simulator dan larutan yang memiliki kadar pH tercantum atau sudah diketahui, hal ini
untuk memudahkan mengetahui kesalahan dari pH Meter Digital yang dirancang. Dalam hal
ini, terdapat dua macam bentuk larutan dengan pH tertera atau juga disebut larutan buffer,
yaitu:
1. Larutan buffer solution
Larutan buffer solution merupakan larutan standar internasional, yaitu kadar pH yang ada
adalah benar berdasarkan kadar pH yang digunakan di seluruh dunia. Larutan dibuat oleh
pabrikan yang telah memiliki lisensi teruji. Biasanya larutan ini digunakan untuk kalibrasi
alat ukur pH Meter Digital. Terdapat kadar pH dari 1-14 yang digunakan, hal ini
dikarenakan ada berbagai macam bentuk rancangan pH Meter Digital di pasaran dengan
kalibrasi alat menggunakan larutan yang berbeda.
2. Larutan buffer universal
Larutan buffer universal biasanya dibuat oleh praktikan di laboratorium sebagai larutan
penyangga dalam reaksi kimia. Namun larutan dengan kadar pH ini tidak dapat digunakan
sebagai kalibrasi pH Meter Digital, karena tidak memiliki standarisasi internasional,
walaupun nilai yang ditampilkan sama atau mendekati kadar pH dari larutan buffer
solution.
Dari kedua jenis larutan buffer tersebut, untuk keperluan penelitian ini dapat
digunakan larutan buffer solution dengan kadar pH 4 dan pH 7.

4.4.2 Kalibrasi Alat Ukur pH Meter Digital


Sebuah piranti ukur harus memiliki tingkat kalibrasi yang akurat agar dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang tepat. Pada pH Meter Digital kalibrasi dilakukan
menggunakan larutan netral dengan kadar pH=7 atau buffer solution pH 7. Di samping itu
juga menggunakan larutan kalibrasi dengan buffer solution pH pH=1, pH=4, dan lainnya,
dengan asumsi bahwa pengukuran kadar pH memiliki batasan nilai antara 1-14.
Telah diketahui bahwa nilai yang akan diukur merupakan hasil dari proses reaksi
antara sensor elektroda gelas yang terjadi pada daging/larutan elektrolit dengan pengamatan
zat yang dapat memberikan ion hidrogen (asam) atau zat yang dapat menerima ion hidrogen
(basa) dengan pengaruh temperatur larutan juga tentunya. Begitu banyaknya larutan elektrolit
yang ada maka sebagai kalibrasi yang cukup sederhana, dengan melakukan pengukuran
larutan dengan pH netral ICL 7107 dapat dengan baik mengukur sinyal analog yang diterima
hanya dengan satu kalibrasi terhadap suatu obyek larutan. Tetapi hasil dari kalibrasi larutan
netral tersebut harus dibandingkan dengan alat ukur pH Meter yang lain untuk mendapatkan

17

error yang terjadi selama pengukuran dengan beberapa kali tes. Jika error yang terjadi telah
memenuhi batasan yang ditetapkan, baru melakukan pengukuran dengan larutan jenis yang
lainnya sesuai dengan sampel larutan yang telah ditentukan sebelumnya. Setiap kali
pengukuran kadar pH larutan diharapkan dapat diteliti perbandingan hasil pengukuran dengan
alat ukur pH lainnya.

4.4.3

Perbandingan Pengukuran
Pengambilan data pengukuran pH Meter Digital dilakukan dengan cara menghadirkan

pembanding berupa pH Meter Digital pabrikan yang dijual di pasaran dengan karakteristik
teruji dan memiliki tingkat akurasi sekitar 0,01 pH, sehingga diharapkan mendapat hasil yang
baik. Analisis diperoleh dari hasil pengamatan kedua alat tersebut dan dihitung tingkat error
dari alat yang dirancang. Untuk melakukan pengamatan diperlukan bahan-bahan antara lain
sebagai berikut:
a.

Larutan yang akan diukur telah memiliki kandungan kadar pH.

b.

pH Meter Digital rancangan, untuk mengetahui apakah hasil pengukuran dapat terbaca
dengan baik.

c.

pH Meter Digital buatan pabrik, sebagai pembanding dengan pH Meter Digital


rancangan.
Cara kalibrasi pH Meter Digital dapat dilakukan dengan cara yang berbeda,

tergantung dari bentuk rangkaian penguatan yang dirancang. Tahapan kalibrasi dilakukan
sebagai berikut:
a. Mengukur besarnya temperatur larutan kalibrasi ataupun larutan yang akan diukur
(usahakan memiliki temperatur yang sama) dengan cara mengatur temperatur adjusment
pada alat sesuai dengan besar temperatur pada larutan.
b. Memasukkan elektroda gelas pada buffer solution pH 7 dengan cara mengatur adjusment
pada alat sesuai dengan besarnya kadar pH = 7.
c. Memasukkan elektroda gelas pada buffer solution pH 4 dengan cara mengatur adjusment
pada alat sesuai dengan besarnya kadar pH = 4.
d. Melakukan pengukuran kadar pH pada larutan sample yang akan diukur.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa temperatur sebuah larutan sangat
mempengaruhi hasil pengukuran pH. Bila temperatur larutan berubah, maka kadar pH juga
akan berubah. Oleh karena itu akan lebih baik apabila pengukuran dilakukan dalam
temperatur yang sama (misal: 300 C/suhu ruangan).

18

BAB V
HASIL YANG DICAPAI

5.1. Cara Kerja Alat


Cara kerja alat pada penelitian Tahun I bekerja berdasarkan sensor warna yang
mendapat pantulan cahaya dari obyek benda berwarna, kemudian sensor akan mendeteksi
benda berwarna tersebut. IC TCS3200-DB disusun secara array dengan konfigurasi: 16
photodiode untuk mem-filter warna merah, 16 photodiode untuk mem-filter warna hijau, 16
photodiode untuk mem-filter warna biru, dan 16 photodiode tanpa filter. Photodiode akan
mengeluarkan arus yang besarnya sebanding dengan kadar warna dasar cahaya yang
menimpanya. Arus ini kemudian dikonversikan menjadi sinyal kotak dengan frekuensi
sebanding dengan besarnya arus untuk dikirim ke uC sebagai data input.
Dalam uC sinyal kotak akan dicacah sesuai dengan jumlah sinyal kotak yang
dihasilkan dari pembacaan warna menggunakan fitur counter yang terdapat dalam uC,
selanjutnya hasil pencacahan dikonversikan menjadi bilangan desimal untuk ditampilkan
pada penampil LCD. Sedang untuk penelitian tahun ke II didasarkan pada sensor pengukuran
kadar pH pada daging dalam kondisi segar dan busuk yang diinformasikan untuk ditampilkan
pada penampil LCD.
Telah diketahui bahwa kadar pH yang akan diukur merupakan hasil dari proses reaksi
antara sensor elektroda gelas yang terjadi pada daging/larutan elektrolit dengan pengamatan
zat yang dapat memberikan ion hidrogen (asam) atau zat yang dapat menerima ion hidrogen
(basa) dengan pengaruh temperatur larutan. Begitu banyaknya larutan elektrolit yang ada
maka sebagai kalibrasi yang cukup sederhana, dengan melakukan pengukuran larutan dengan
pH netral ICL 7107 dapat dengan baik mengukur sinyal analog yang diterima hanya dengan
satu kalibrasi terhadap suatu obyek larutan. Tetapi hasil dari kalibrasi larutan netral tersebut
harus dibandingkan dengan alat ukur pH Meter yang lain untuk mendapatkan error yang
terjadi selama pengukuran dengan beberapa kali tes. Jika error yang terjadi telah memenuhi,
baru melakukan pengukuran dengan larutan-larutan dengan jenis yang berlainan sesuai
dengan larutan sample yang telah ditentukan.

5.2. Metode Pengujian


Metode pengujian pada penelitian Tahun I dilakukan dengan meletakkan sensor di
atas kertas putih, lalu set filter merah dan catat berapa jumlah counter yang dihasilkan. Hal
ini dilakukan juga untuk filter warna biru, hijau. Hal ini dilakukan untuk mencari nilai 255

19

dari setiap filter. Bila nilai RGB 255 semua, maka hasilnya warna putih atau dengan kata lain
bila dicampurkan warna merah,biru dan hijau dengan konsentrasi yang sama, maka akan
dihasilkan warna putih. Jumlah counter inilah yang nantinya digunakan untuk referensi.
Alat deteksi daging selanjutnya diuji dengan mengukur nilai RGB pada warna putih,
hitam, merah, hijau dan biru. Bila pembacaan alat dan nilai referensinya tepat, maka pada
pembacaan warna putih akan didapat nilai RGB yang mendekati 255 demikian pula untuk
warna hitam akan diperoleh nilai mendekati 0. Untuk pembacaan warna merah akan
diperoleh nilai R yang lebih besar dibanding nilai G dan B nya, demikian pula sebaliknya
untuk warna biru dan hijau. Untuk warna hijau nilai G lebih besar dibanding nilai R dan B
sedangkan untuk warna biru nilai B lebih besar dibanding nilai R dan G. Bila alat telah benar
maka alat telah siap untuk mengukur nilai RGB pada daging.
Pengujian dilakukan langsung mengukur pada daging uji, pengumpulan data dilakukan
dengan 2 cara yaitu mencatat counter output sensor saat pembacaan warna putih, hitam,
merah, hijau dan biru. Mencatat nilai RGB yang dihasilkan dari masing-masing daging
sampel untuk mengetahui kandungan warna RGB pada daging sampel yang menjadi obyek
percobaan. Adapun pengujian berdasar sensor warna dilakukan, sebagai berikut:
a. Menghitung jumlah counter output sensor.
b. Pengamatan pada daging sapi non SNI segar & daging sapi non SNI busuk.
c. Pengamatan pada daging sapi SNI segar & daging sapi SNI busuk.
Sedangkan pengujian kadar pH daging dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pasang baterai 1 x 9V dan menyalakan alat ukur pH dan menekan serta menahan
tombol pH/mV selama 3 detik untuk mengkofigurasikan unit ukuran yang diinginkan
(oC atau oF) dan modus pH.
b. Menghubungkan alat pengecekan suhu ke alat ukur dan elektroda pH, lepaskan botol
pelindung dari elektroda, ada beberapa cairan KCL dalam botol untuk penyimpanan,
jangan membuang cairan tersebut, ini untuk penyimpanan lagi setelah pengujian, jika
cairan KCL habis, tambahkan beberapa buffer 4.00. Bilas elektroda dan alat
pengecekan suhu dengan air bersih dan dilap sampai kering.
c. Celupkan elektroda dan alat pengecekan suhu ke dalam larutan buffer 7.00, gerakkan
elektroda secara perlahan-lahan dan tunggu untuk menstabilkan tampilan. Tekan dan
tahan tombol CAL sampai CAL muncul dalam tampilan dan kemudian 7.00
berkedip. Ketika kedipan berhenti dan menampilkan SA kemudian END, kalibrasi
selesai dan kembali pada cara pengukuran. Ikon SA tidak akan muncul jika kalibrasi
gagal.

20

d. Bilas elektroda dan alat pengecekan suhu dengan air bersih dan lap sampai kering.
Celupkan elektroda dan alat pengecekan suhu ke dalam larutan buffer 4.00 atau 10.00,
gerakkan elektroda secara perlahan-lahan dan tunggu untuk menstabilkan tampilan.
Tekan dan tahan tombol CAL sampai CAL muncul dalam tampilan dan kemudian
4.00 dan 10.00 berkedip. Ketika kedipan berhenti dan menampilkan % (persentase
kemiringan) kemudian SA dan END, kalibrasi selesai dan kembali pada cara
pengukuran.
e. Bilas elektroda dan alat pengecekan suhu dengan air bersih dan lap sampai kering.
Buka dudukan elektroda A, pasang stainless steel blade penetrasi dan memasang
bagian A lagi, selalu hati-hati pada blade untuk menghindari blade patah.
f. Gunakan pisau untuk memotong daging dan biarkan elektroda masuk ke dalam
daging, juga masukkan alat pengecekan suhu ke dalam meteran, tunggu sampai
tampilan stabil dan membaca kadar pH daging.
g. Setelah pengujian, lepaskan blade dan bersihan elektroda dengan air bersih dan bilas
sampai kering dengan menggunakan kertas lembut dan simpan elektroda dalam botol
pelindung.

5.2.1 Pengamatan Pada Daging Sapi Non SNI Segar dan Busuk
Pada pengamatan ini dilakukan pendeteksian RGB pada daging sapi baik kondisi segar
maupun kondisi busuk yaitu daging yang telah disimpan pada kondisi ruang selama 2 hari
tanpa melalui proses pembekuan atau pendinginan. Untuk mengetahui besar nilai RGB yang
terkandung dalam warna daging sapi sampel yang akan diukur, demikian juga dilakukan
pengukuran kadar pH yaitu dengan menusukkan alat pengukur pH pada daging uji. Hasil
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan grafik perbandingan nilai RGB pada Gambar
5.1, dan grafik perbandingan kadar pH pada Gambar 5.2.

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 5.1 Pengamatan pada daging sapi non SNI segar


Red filter Green filter Blue filter Clear filter Kadar pH
71
32
39
39,5
4,89
79
35,5
44
38
4,75
74
31,5
37,5
39
4,73
72
33
40,5
40
4,72
75
34
42,5
41
4,76

21

Daging sapi non SNI segar


40
35
30
25
Red
20
Nilai RGB

Green
15
Blue

10

Clear

5
0
1

Percobaan

Gambar 5.1 Grafik perbandingan nilai RGB daging sapi non SNI segar

pH

Daging sapi non SNI segar


4,95
4,9
4,85
4,8
4,75
4,7
4,65
4,6

4,89

4,75

4,76

4,73

PH

4,72

Percobaan

Gambar 5.2 Grafik perbandingan kadar pH daging sapi non SNI segar
Pada daging yang busuk, tidak terjadi perubahan warna daging yang signifikan
sehingga daging masih memiliki warna yang mirip dengan daging segar yang
membedakannya hanya dari segi bau yang khas daging busuk, sehingga memiliki komposisi
warna RGB daging busuk mendekati komposisi warna RGB daging segar, seperti
ditampilkan pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.3.
Sedangkan hasil pengukuran pH untuk daging non SNI segar menunjukkan sifat asam
yang masuk katagori asam lemah (kadar pH 4,7 - 4,9) , sedangkan pada daging non SNI
busuk menunjukkan kadar pH yang lebih kecil yang masuk dalam katagori asam kuat, dengan
kadar pH 3,3-3,6, seperti tampak pada Gambar 5.4.

22

Tabel 5.2 Pengamatan pada daging sapi non SNI busuk


No. Red filter Green filter Blue filter Clear filter
1.
64
34
43
42
2.
63
35
45
45
3.
63,5
33,5
40,5
43
4.
65
35
43
47
5.
65
36
45
46

Kadar pH
3,63
3,45
3,37
3,42
3,32

Daging sapi non SNI busuk

25

Nilai RGB

20

15

Red
Green

10

Blue
5

Clear

0
I

II

III

IV

Percobaan
Gambar 5.3 Grafik perbandingan nilai RGB daging sapi non SNI busuk

Daging sapi non SNI busuk


3,7

3,63

3,6
pH

3,5

3,45

3,4

pH

3,42

3,37

3,32

3,3
3,2
3,1
1

Percobaan

Gambar 5.4 Grafik perbandingan kadar pH daging sapi non SNI busuk

5.2.2. Pengamatan Pada Daging Sapi SNI Segar dan Busuk


Pada pengamatan dilakukan pendeteksian RGB dan kadar pH pada daging sapi baik

23

kondisi segar maupun kondisi busuk. Hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai RGB dan
kadar pH yang terkandung dalam daging sampel yang akan diukur. Hasil pengamatan
diperlihatkan pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.5.
Pada daging sapi SNI segar perbandingan nilai filter merah dengan filter lain sangat
signifikan sebab warna dagingnya yang berwarna merah darah sehingga menyebabkan nilai
filter merah tinggi, sedangkan hasil pengukuran pH menunjukkan daging bersifat asam
lemah dengan kadar pH 5,80-5,89, seperti tampak pada Gambar 5.6.

Tabel 5.3 Pengamatan pada daging sapi SNI segar


Red filter
51,5
53
54
54,5
55

Green filter
21,5
22
23
23
24

Blue filter
26,5
27
285
28,5
28

Clear filter
28
28,5
29,5
29
30

Kadar pH
5,89
5,83
5,80
5,87
5,83

Daging sapi SNI segar

50
45
40
35
Nilai RGB

No.
1.
2.
3.
4.
5.

30

Red

25

Green

20

Blue

15
Clear

10
5
0
I

II

III

IV

Gambar 5.5 Grafik perbandingan nilai


RGB daging sapi SNI segar
Percobaan

24

pH

Daging sapi SNI segar


5,9
5,88
5,86
5,84
5,82
5,8
5,78
5,76
5,74

5,89
5,87
5,83

5,83

pH

5,8

Percobaan

Gambar 5.6 Grafik perbandingan kadar pH daging sapi SNI segar


Pada daging sapi yang SNI busuk, warna yang dimiliki sama dengan warna daging ketika
masih segar sehingga jika diidentifikasi berdasarkan warna ketelitian yang diperoleh masih
rendah, seperti pada Tabel 5.4 dan Gambar 5.6. Sedang pengukuran kadar pH menunjukkan
bahwa daging bersifat lebih asam atau dikatakan asam kuat dengan kadar pH 3,74-3,89,
seperti tampak pada Gambar 5.7.
Tabel 5.4. Pengamatan pada daging sapi SNI busuk
Red filter
Green filter
Blue filter
Clear filter
62,5
32,5
39
39
62
32
38
38,5
61,5
32,5
37
38,5
65
34
40
40
65,5
33
40
40

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kadar pH
3,89
3,74
3,77
3,87
3,82

Daging sapi SNI busuk

60
50
40

Red
30
Green
Nilai RGB

20

Blue
Clear

10

Gambar 5.6 Grafik perbandingan nilai RGB daging sapi SNI busuk

0
I

II

III

Percobaan

IV

25

Daging sapi SNI busuk


3,95
3,9
3,85

pH 3,8

pH

3,75
3,7
3,65
1

Percobaan

Gambar 5.7 Grafik perbandingan kadar pH pada daging sapi SNI busuk

5.3. Pembahasan
Nilai yang terukur dari program untuk tiap warna RGB berkisar dari 0-255, warna
hitam nilai RGB semuanya mendekati 0, sedangkan warna mendekati putih nilai RGB nya
membesar mendekati 255. Kekurangan dari alat ini ialah jarak pengukuran efektifnya tidak
lebih dari 2 cm (sampel harus diletakkan tepat di titik fokus dari sensor tersebut). Perubahan
jarak akan menyebabkan pembacaan berubah dan dapat menyebabkan kesalahan pembacaan.
Dari hasil proses identifikasi daging yang segar, alat telah mampu mengidentifikasi
dengan baik, sehingga rentang nilai yang digunakan untuk acuan identifikasi telah sesuai
dengan ditunjukkan hasil pengukuran tidak mempunyai rentang nilai yang lebar, pada daging
sapi non SNI (71-79) untuk nilai R, (31,5-35,5) untuk nilai G, dan (37,5-42,5) untuk nilai B,
sedang kadar pH adalah (4,72-4,89) sehingga termasuk kadar asam lemah (Tabel 5.2).
Pada daging sapi segar SNI mempunyai nilai (51,5-55) untuk nilai R, (21,55-24)
untuk nilai G, dan (26,5-28,5) untuk nilai B, sedangkan untuk kadar pH nya adalah (5,805,89) sehingga merupakan kadar asam lemah (Tabel 5.3).
Pada daging sapi busuk SNI mempunyai nilai (61,5-65,5) untuk nilai R, dan (32-34) untuk
nilai G,dan (37-40) untuk nilai B,sedangkan untuk kadar pH nya adalah (3,74-3,89) jadi
merupakan asam yang termasuk kadar asam kuat (Tabel 5.4).
Pada dasarnya sifat daging mempunyai kadar pH asam, hal ini ditunjukkan dari
pengukuran dengan pH Meter Digital didapat baik daging segar maupun daging busuk
bersifat asam, hanya diketahui apabila daging semakin busuk maka kadar pH nya menjadi
lebih asam atau masuk katagori asam kuat dengan kadar pH kurang dari 4, tentunya daging
yang semakin bersifat asam tidak layak untuk dikonsumsi.

26

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian identifikasi daging segar dan busuk menggunakan sensor pH
Meter Digital dan sensor warna RGB TCS3200-DB dengan melakukan perancngan,
pengujian, dan analisa data hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Tegangan pada elektroda gelas yang telah melewati rangkaian penguatan OP-AMP
sangat menentukan indikator pH daging.
b. Temperatur daging/larutan uji, sangat mempengaruhi nilai pH bila temperatur lebih
tinggi/naik dari suhu ruangan 30 C maka nilai PH akan berubah.
c. Larutan buffer solution pH = 4 atau pH = 7, sangat menentukan ketepatan/presisi hasil
pengukuran nilai pH.
d. Besar kecilnya konsentrasi H+ pada daging/larutan uji sangat menentukan output
tegangan yang dikonversikan menjadi nilai pH daging / larutan.
e. Pada dasarnya daging mempunyai kadar pH asam, hal ini ditunjukkan dari data
pengukuran pada daging segar dan busuk bersifat asam, daging yang lebih busuk akan
lebih bersifat asam kuat dengan nilai pH di bawah 3-4.

7.2 Saran
Dari hasil perakitan alat identifikasi dan dilakukan pengujian ternyata diketahui
bahwa masih memiliki kelemahan terutama yang menggunakan sensor warna RGB
TCS3200-DB yaitu identifikasi daging segar dan busuk dengan berdasarkan sensor warna
dan pH meter digital masih memiliki tingkat akurasi identifikasi yang masih rendah sehingga
diperlukan penambahan sensor lain yang berguna sebagai pembanding atau pelengkap.
Sensor yang dapat digunakan antara lain sensor gas, atau sensor untuk mengukur serat daging
sehingga diperoleh alat identifikasi daging yang memiliki tingkat akurasi lebih tinggi.
Penempatan/letak sensor warna RGB TCS3200-DB sangat menentukan hasil pengukuran,
oleh sebab itu penempatan probe dengan daging uji harus diperhitungkan jaraknya agar
mendapatkan nilai pengukuran yang presisi.

27

DAFTAR PUSTAKA

Iswanto. Design dan Implementasi Sistem Embedded Mikrokontroler ATMega8535 dengan


Bahasa Basic. Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2008.
Nugroho, Wahyu. Alat Pendeteksi Warna Berdasarkan Warna Dasar Penyusun RGB
Menggunakan Sensor TCS230. Yogyakarta: IST AKPRIND, 2008.
Raja, A. Sivanantha, and K.Sankaranarayanan. "RGB Color Sensor in Colorimeter for Better
Clinical Blood Glucose." BIME Journal, Dec. 2006: Volume 06 Issue 1.
Santosa, Budi Setiawan. Scanning Warna Dengan TCS230 Color Sensor Pada Mesin Sortir.
Yogyakarta: Universitas Kristen Duta Wacana, 2007.
Wardhana. Belajar Sendiri Mikrokontroler Atmel AVR Seri ATMega8535 Simulasi Hardware
dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006.
. "datasheet TCS230 programmable color light-to-frequency converter." TAOS. Januari 15,
2003. www.taosinc.com (accessed Agustus 28, 2010).
. LCD Interfacing. 2010. www.lcdinterfacing.info (accessed Agustus 28, 2010).
. Modul Pemrograman Mikrokontroler AVR ATMega8535 dengan Bascom AVR.
Yogyakarta: Inkubator Teknologi MITI, 2010.
. Wikipedia Bahasa Indonesia. Juni 16, 2010. www.id.wikipedia.org (accessed Agustus 28,
2010).
. LCD Interfacing. 2010. www.lcdinterfacing.info (accessed Agustus 28, 2010).

28

LAMPIRAN I:
LAPORAN KEUANGAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
1. Pengajuan Anggaran Penelitian

Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
d). Peneliti anggota III :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 5.000/j

Rp

5.760.000

Rp

4.032.000

Rp

4.032.000

Rp

4.032.000

Total Honor Peneliti

Rp
Rp

2.880.000
20.736.000

Total Biaya Peralatan

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

7.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
3.750.000
2.500.000
2.500.000
23.750.000

Total Biaya Bahan Habis Pakai

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000

Rp

3.500.000

Rp
Rp

5.000.000
8.500.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

500.000
1.500.000
2.000.000
1.500.000
5.500.000

Rp

66.790.000

Peralatan
a). 5 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b). 5 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 5 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 5 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 5 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 5 Mini Solar Cell 0.45W @ 500.000
g). 5 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi

Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pemeliharaan peralatan
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi jurnal nasional terakreditasi
d). Penelusuran Pustaka
Total Biaya Lain-lain

TOTAL ANGGARAN PENGAJUAN KESELURUHAN TAHUN II

29

2. Perubahan Anggaran Penelitian

Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 7.000/j
d). Staf teknisi :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 5.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 5.000/j

Rp

4.800.000

Rp

3.360.000

Rp

3.360.000

Rp

2.40.000

Total Honor Peneliti

Rp
Rp

2.400.000
17.280.000

Total Biaya Peralatan

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

4.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
2.250.000
13.200.000
1.500.000
25.950.000

Total Biaya Bahan Habis Pakai

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000

Rp

3.500.000

Rp
Rp

2.000.000
5.500.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

3.959.850
1.660.150
500.000
1.650.000
7.770.000

Rp

62.500.000

Peralatan
a). 3 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b).3 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 3 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 3 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 3 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 2 Unit sensor pH Meter Digital @ 6.600.000
g).3 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi

Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pembayaran pajak (PPN dan PPh)
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi hasil penelitian
d).Anggaran rapat dan akumudasi
Total Biaya Lain-lain

TOTAL ANGGARAN PERUBAHAN KESELURUHAN TAHUN II

30

3. Realisasi Anggaran Penelitian

Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 7.000/j
d). Staf teknisi :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 5.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 5.000/j

Rp

1.596.000

Rp

1.117.200

Rp

1117.200

Rp

798.000

Total Honor Peneliti

Rp
Rp

798.000
5.426.400

Total Biaya Peralatan

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

4.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
2.250.000
13.200.000
1.500.000
25.950.000

Total Biaya Bahan Habis Pakai

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000

Rp

900.000

Rp
Rp

900.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

3.959.850
300.000
839.800
5.099.600

Rp

43.376.000

Peralatan
a). 3 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b).3 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 3 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 3 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 3 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 2 Unit sensor pH Meter Digital @ 6.600.000
g).3 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi

Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pembayaran pajak (PPN dan PPh)
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi hasil penelitian
d).Anggaran rapat dan akumudasi
Total Biaya Lain-lain

TOTAL ANGGARAN REALISASI KESELURUHAN TAHUN II

31

REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN

Pembiayaan penelitian yang diajukan untuk tahun ke II adalah sebagai berikut:


1) Usulan anggaran tahun ke. II sebesar : Rp 66.790.000,2) Anggaran disetujui

: Rp 62.500.000,-

3) Pencairan Aaggaran 70 %

: Rp 43.750.000,-

4) Anggaran realisasi 70 %

: Rp 43.376.000,-

5) Sisa anggaran

: Rp

374.000,-

( akan digunakan langkah penelitian berikutnya )


Perincian dan bukti penggunaan anggaran lebih detail untuk tiap-tiap alokasi anggaran
pengeluaran disajikan dalam Lampiran.

32

LAMPIRAN II:
HASIL KONTRUKSI I
ALAT IDENTIFIKASI DAGING DENGAN SENSOR WARNA

33

HASIL KONTRUKSI KE II
ALAT IDENTIFIKASI DAGING DENGAN pH METER DIGITAL

34

PENGUJIAN DAGING SEGAR NON SNI DAN DAGING SEGAR SNI DENGAN PH METER

35

CONTOH-CONTOH DAGING SEGAR NON SNI DAN DAGING SEGAR SNI

36

LAMPIRAN III: PERSONALIA TENAGA PENELITI DAN KUALIFIKASINYA


1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
N
o

Nama

Bidang
Ilmu

NIDN

Alokasi
Waktu
(jam/minggu)

Ir. Prastyono Eko


Pambudi, M.T.

05190461
01

Teknik
Elektro

15

Edhy Sutanta, S.T.,


M.Kom.

05080372
01

Teknik
Informatika

12

Mujiman, S.T.
M.T.

05050755
01

Teknik
Elektro

12

Ari Santoso, S.T.

Teknik
Elektro

Uraian
Tugas
Berkoordinasi
dengan tim
sebagai ketua
peneliti dan
membuat
sistem
elektronis
penelitian
Membantu
secara teknis
bidang
teknologi
informasi
Membantu
secara teknis
bidang
elektronika
Staf/Teknisi

2. Biodata Ketua Tim Pengusul


A. Identitas Diri

2.

Nama Lengkap (dengan


gelar)
Jabatan Fungsional

Ir. Prastyono Eko Pambudi, M.T.


L/P
Lektor Kepala

3.

Jabatan Struktural

Kepala LPPM IST AKPRIND Yogyakarta

4.

NIP/NIK/Identitas lainnya

89.0461.394 E

5.

NIDN

0519046101

6.

Tempat dan Tanggal Lahir

7.

Alamat Rumah

8.

Nomor Telepon/Faks/HP

9.

Alamat Kantor

Banyuwangi, 19 April 1961


Perumahan Gunung Sempu, Jl. Rakaiwarak
No.5, Bantul Yogyakarta
08164226916
Jl. Kalisahak No. 28 Komplek Balapan
Yogyakarta
(0274) 563029 / (0274) 563847

1.

10. Nomor Telepon/Faks


11. Alamat e-mail
Lulusan yang telah
12.
dihasilkan

praspep@yahoo.co.id
S-1 = 120 orang

37

13. Mata Kuliah yang diampu

1. Sistem Kendali
2. Perancangan Sistem Elektronika
3. Elektronika Industri
4. Teknik Tenaga Listrik & Elektronika

B. Riwayat Pendidikan
S1
Perguruan Institut Teknologi
Malang (ITN) Malang

Nama
Tinggi

Bidang Ilmu
Tahun Masuk-Lulus
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi

Nama
Pembimbing/Promotor

Teknik Elektro
1986 1988
Pengendalian
Kecepatan Motor DC
Dengan Unit Section
Drave Sistem
1. Ir. Hary Purnomo
2. Ir. L. Nizam
Tobing

S2
Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Teknik Elektro
1995 1998
Pengaruh Sudut
Penyulutan SCR
Terhadap Kecepatan
Motor DC
1. Ir. Soedjatmiko, MSc
2. Dr.Ir. Sasongko PH

S3

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir


No. Tahun

1.

2009

2.

2010

3.

2010

4.

2011

Judul Penelitian
Penentuan Sudut Penyulutan
Thyristor untuk Pengendalian
Kecepatan Motor DC
Sistem Pengaturan Kecepatan
Motor Induksi Berbasis
Mikrokontroller M68HC11
Analisis Penyusutan Umur
Terhadap Pengaruh Pembebanan
Pada Transformator Gardu Induk
Aplikasi Master Switch Otomatis
Berbasis Microcontroller AT
89C51

Pendanaan
Sumber
Jumlah
(Juta Rp)
IST Akprind

7,50

IST Akprind

5,00

IST Akprind

2,50

IST Akprind

2,50

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
Judul Pengabdian Kepada
No. Tahun
Sumber
Jumlah
Masyarakat
(Juta Rp)
Penerapan Teknologi Pembuatan
Pupuk Cair Dari Limbah Pabrik
DP2M
1.
2009 Spritus Madukismo , di Desa
49,99
DIKTI
Tirtonirmolo, Kec. Kasihan, Bantul
Yogyakarta

38

2.

3.

2010

Aplikasi Transformator Isolasi


Sebagai Alat Penghindar Kecelakaan
Akibat Sengatan Arus Listrik

DP2M
DIKTI

49,25

2011

Penyuluhan Proteksi /keamanan dan


Effisiensi Penggunaan Energi Listrik,
di Koperasi Ngudi Mulyo Desa
Baturetno Banguntapan Bantul
Yogyakarta

IST
AKPRIND
Yogyakarta

1,50

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir


Volume/
No
Judul
Nomor/Tahu
Nama Jurnal
.
n
1. Sistem Kendali Menggunakan Kartu
Vol. 6 No. 3 , Jurnal Ilmiah
Suara (Sound Card)
Desember
Techno, Ilmu-ilmu
2007
Teknik
2. Aplikasi Master Switch otomatis
Vol 5, No. 2,
Jurnal
berbasis Mikrocontroller AT89C51
Agustus 2007 TELKOMNIKA

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah


Dalam 5 Tahun Terakhir
Nama
No
Waktu dan
Pertemuan
Judul Artikel Ilmiah
.
Tempat
Ilmiah/Seminar
1. Seminar Nasional Pemanfaatan Sensor Pembatas
Universitas 17
IPTEK I
Level Air Sebagai Kendali Pompa
Agustus 1945
Air Secara Otomatis
Surabaya, 14 Juni
2007
2. Seminar Nasional Pengujian Equivalent Salt Deposit
Universitas
On Elektrical
Density Pada Bahan Isolasi Resin
Mataram, NTB
Mechanical,Civil Epoksi
ISBN: 979-9999-0-x
Enginering And
Application

G. Pengalaman Penulisan Buku Dalam 5 Tahun Terakhir


No
Jumlah
Judul Buku
Tahun
.
Halaman

H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 10 Tahun terakhir


No
Judul/Tema HKI
Tahun Jenis
.
1. Aplikasi transforator isolasi sebagai
02-02- MURI
alat penghindar kecelakaan akibat
2002
sengatan arus listrik ada instalasi
listrik tegagan 220 volt

Penerbit

Nomor P/ID

39

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5


Tahun Terakhir
No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial
Tempat
Respons
Tahun
.
Lainnya yang Telah Diterapkan
Penerapan Masyarakat

J. Penghargaan yang Pernah Diraih Dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah,


asosiasi, atau institusi lainnya)
No
Institusi Pemberi
Jenis Penghargaan
Tahun
.
Penghargaan

Yogyakarta, 16 September 2014


Ketua Tim Pengusul,

Ir. Prastyono Eko Pambudi, M.T.

40

B. LAPORAN KEUANGAN
LAPORAN KEUANGAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING

IDENTIFIKASI DAGING SEGAR MENGGUNAKAN


SENSOR WARNA RGB TCS3200-DB
TAHUN KE-II

IDENTIFIKASI DAGING SEGAR DAN BUSUK


MENGGUNAKAN SENSOR pH METER DIGITAL

Oleh :
Ir. Prastyono Eko Pambudi, M.T.
Edhy Sutanta, S.T., M.Kom.
Mujiman, S.T., M.T.
Dibiayai oleh:

DIPA Kopertis Wilayah V Tahun Anggaran 2014


Nomor : SP DIPA-023.04.2.189971/2014; Tanggal 5 Desember 2013
Beserta Revisinya, Kode Kegiatan 2013.109

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND


YOGYAKARTA
2014

LAPORAN KEUANGAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
I. Pengajuan Anggaran Penelitian

Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
d). Peneliti anggota III :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 7.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 12 bl x Rp. 5.000/j

Rp

5.760.000

Rp

4.032.000

Rp

4.032.000

Rp

4.032.000

Total Honor Peneliti

Rp
Rp

2.880.000
20.736.000

Total Biaya Peralatan

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

7.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
3.750.000
2.500.000
2.500.000
23.750.000

Total Biaya Bahan Habis Pakai

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000

Rp

3.500.000

Rp
Rp

5.000.000
8.500.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

500.000
1.500.000
2.000.000
1.500.000
5.500.000

Rp

66.790.000

Peralatan
a). 5 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b). 5 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 5 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 5 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 5 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 5 Mini Solar Cell 0.45W @ 500.000
g). 5 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi

Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pemeliharaan peralatan
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi jurnal nasional terakreditasi
d). Penelusuran Pustaka
Total Biaya Lain-lain

TOTAL ANGGARAN PENGAJUAN KESELURUHAN TAHUN II

41

42

II. Perubahan Anggaran Penelitian

Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 7.000/j
d). Staf teknisi :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 5.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 10 bl x Rp. 5.000/j

Rp

4.800.000

Rp

3.360.000

Rp

3.360.000

Rp

2.40.000

Total Honor Peneliti

Rp
Rp

2.400.000
17.280.000

Total Biaya Peralatan

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

4.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
2.250.000
13.200.000
1.500.000
25.950.000

Total Biaya Bahan Habis Pakai

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000

Rp

3.500.000

Rp
Rp

2.000.000
5.500.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

3.959.850
1.660.150
500.000
1.650.000
7.770.000

Rp

62.500.000

Peralatan
a). 3 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b).3 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 3 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 3 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 3 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 2 Unit sensor pH Meter Digital @ 6.600.000
g).3 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi

Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pembayaran pajak (PPN dan PPh)
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi hasil penelitian
d).Anggaran rapat dan akumudasi
Total Biaya Lain-lain

TOTAL ANGGARAN PERUBAHAN KESELURUHAN TAHUN II

42

43

III. Realisasi Anggaran Penelitian

Honor Peneliti
a). Peneliti utama:
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 10.000/j
b). Peneliti anggota I :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 7.000/j
c). Peneliti anggota II :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 7.000/j
d). Staf teknisi :
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 5.000/j
e). Staf administrasi
12 j/mgg x 4 mgg/bl x 5 bl x Rp. 5.000/j

Rp

1.596.000

Rp

1.117.200

Rp

1117.200

Rp

798.000

Total Honor Peneliti

Rp
Rp

798.000
5.426.400

Total Biaya Peralatan

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

4.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
2.250.000
13.200.000
1.500.000
25.950.000

Total Biaya Bahan Habis Pakai

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

500.000
2.000.000
2.500.000
1.000.000
6.000.000

Rp

900.000

Rp
Rp

900.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

3.959.850
300.000
839.800
5.099.600

Rp

43.376.000

Peralatan
a). 3 Unit Modul Sensor Warna @ Rp. 1.500.000
b).3 Unit Modul ATMEGA @ Rp 500.000
c). 3 Unit Data Recorder @ Rp. 500.000
d). 3 Unit Base Board @ Rp. 500.000
e). 3 Baterai LiPo 3.3V 2200 mAH @ 750.000
f). 2 Unit sensor pH Meter Digital @ 6.600.000
g).3 Casing Metal @ 500.000
Bahan Habis Pakai
a). 1-Set Kabel
b). Rangka Alumunium
c). Material komponen elektronik
d). Material komponen kontruksi

Perjalanan
a). Perjalanan untuk pengumpulan data di lokasi penelitian
(transport + lumpsum)
b).Perjalanan mengikuti presentasi ilmiah nasional
sebanyak 2 kali
(transport + lumsum)
Total Biaya Perjalanan
Lain-lain
a). Pembayaran pajak (PPN dan PPh)
b). Pembuatan laporan dan penggandaan
c). Publikasi hasil penelitian
d).Anggaran rapat dan akumudasi
Total Biaya Lain-lain

TOTAL ANGGARAN REALISASI KESELURUHAN TAHUN II

43

44

REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN

Pembiayaan penelitian yang diajukan untuk tahun ke II adalah sebagai berikut:


1) Usulan anggaran tahun ke. II sebesar : Rp 66.790.000,2) Anggaran disetujui

: Rp 62.500.000,-

3) Pencairan Aaggaran 70 %

: Rp 43.750.000,-

4) Anggaran realisasi 70 %

: Rp 43.376.000,-

5) Sisa anggaran

: Rp

374.000,-

( akan digunakan langkah penelitian berikutnya )


Perincian dan bukti penggunaan anggaran lebih detail untuk tiap-tiap alokasi
anggaran pengeluaran disajikan dalam Lampiran.

44

45

C. DRAFT NASKAH PUBLIKASI


IDENTIFIKASI DAGING SEGAR DAN BUSUK
MENGGUNAKAN SENSOR pH METER DIGITAL
Oleh:
Prastyono Eko Pambudi1), Edhy Sutanta2), dan Mujiman3)
1), 3)
Teknik Elektro, FTI, IST AKPRIND Yogyakarta
2)
Teknik Informatika, FTI, IST AKPRIND Yogyakarta
RINGKASAN
Tingginya kebutuhan daging dan terbatasnya ketersediaan daging di
pasaran, membuat harga daging menjadi mahal dan semakin banyak pedagang
daging yang mencampurkan daging busuk ke dalam daging segar. Untuk
menghindari resiko, masyarakat sebagai konsumen harus mewaspadainya dan
mengetahui karakteristik daging busuk dan perbedaannya dengan daging segar.
Penelitian ini merupakan kelanjutan hasil Penelitian Tahun I yang berhasil
mengembangkan alat identifikasi daging segar dan busuk berdasarkan sensor
warna RGB.
Penelitian Tahun ke II ini merancang alat identifikasi daging sebagai alat
bantu bagi konsumen pada umumnya dan petugas instansi terkait pada khususnya
dalam mengidentifikasi daging yang beredar di pasaran, apakah daging yang
dijual oleh pedagang benar-benar daging segar atau daging busuk. Peralatan
dikembangkan didasarkan pada sensor pH meter digital, yaitu alat pengukur pH
yang digunakan untuk mengetahui apakah daging dalam keadaan segar ataukah
sudah busuk berdasar pada nilai asam, basa, atau netral. pH meter bekerja
berdasarkan sensor, salah satunya adalah pH Meter Digital dengan sensor pH
berupa elektroda gelas. Prinsip kerja pH Meter Digital adalah membandingkan
perbedaan potensial dari elektroda pada sensor dengan ion elektron khususnya H+
pada daging yang diukur. Dengan menggunakan penguatan tegangan Op-Amp
yang memiliki impedansi input tinggi dapat ditampilkannya sinyal berupa
tegangan (mV) yang diubah ke bentuk digital dengan Analog to Digital
Converter sehingga nilai penguatan pH dapat ditampilkan dan terbaca pada layar
LCD/peraga (display).
Kata kunci: asam, daging busuk, daging segar, pH Meter Digital, elektroda gelas.
PENDAHULUAN
Daging merupakan salah satu produk pangan asal hewani yang
mempunyai gizi tinggi karena mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral. Daging ialah bagian yang diperoleh dari pemotongan ternak baik
ternak besar seperti sapi, kerbau, kuda, dll., maupun ternak kecil seperti kambing,
domba maupun ternak unggas, dll. Namun demikian daging yang tidak sehat bila
dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti keracunan bagi
yang mengkonsumsi, untuk itu perlu diketahui jenis dan kriteria daging yang
sehat dan segar serta layak dikonsumsi. Secara umum daging yang sehat dan baik
adalah daging yang berasal dari ternak yang sehat, disembelih di tempat
pemotongan resmi, kemudian diperiksa, diangkut dengan kendaraan khusus dan

45

46

dijual di pasar atau supermarket atau los daging yang bersih dan higienis.
Tingginya kebutuhan masyarakat terhadap daging setiap harinya dan
tingginya harga daging, serta langkanya daging di pasaran menyebabkan banyak
pedagang daging nakal mencoba mencampurkan daging segar dengan daging
yang sudah rusak untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar walaupun
dengan cara yang tidak dibenarkan atau tidak halal. Hal ini tentu merugikan
konsumen. Kondisi tersebut menjadi alasan diperlukannya perangkat alat bantu
untuk dapat mendeteksi kondisi daging yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu
merancang alat identifikasi daging segar dan busuk menggunakan pH Meter
digital. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan rancangan teknologi
sederhana untuk indentifikasi daging segar dan busuk menggunakan sensor warna
RGB dan kadar pH pada daging dengan sensor elektroda gelas. Hasil rancangan
alat diharapkan dapat membantu masyarakat atau petugas dari instansi terkait
untuk mengidentifikasi kondisi daging di pasaran, apakah layak konsumsi atau
tidak layak konsumsi, dengan cara melihat nilai kekuatan warna dan kadar pH
pada daging.
Penelitian dan jurnal yang membahas tentang sensor warna pernah
dilakukan oleh Sanjay Kr. Singh (2003) yang meneliti perbandingan deteksi
wajah yang dikendalikan bacground menggunakan ruang warna RGB, YCbCr dan
HSI penggunaan sistem warna ini lebih efisien meskipun belum mampu
memberikan hasil yang sangat baik. Penelitian lain dilakukan oleh Budi Setiawan
Santosa (2007) tentang pembuatan robot mesin sortir dengan embedded system.
Hasil yang diperoleh dari pembuatan embedded system ini berupa alat scanning
warna dan mekanisme sortir benda setelah di-scan. Robot ini digunakan sebagai
alat bantu dalam menyeleksi warna suatu benda. Sehingga warna dari setiap benda
yang disensor akan terlihat nilai RGB-nya. Nilai yang didapat akan dicocokkan
dengan tabel data yang ada dengan batasan nilai untuk masing-masing nilai R, G,
dan B. Dari hasil sensor dapat diketahui nilai warnanya yang kemudian benda
hasil sensor akan diletakkan pada tabung yang ditentukan. Tabung-tabung tersebut
akan segera menyesuaikan dengan nilai warna dengan bergerak menggunakan
motor servo sebagai penggeraknya sesuai dengan posisi yang ditentukan.
Penentuan gerak motor servo ini diperoleh dengan mengatur jarak pulsa sesuai
dengan tabung yang dibuat. Antara tabung yang satu dengan lainnya akan
mempunyai jarak pulsa yang berbeda pula. Penelitian Ronald Indrajaya (2002)
mengembangkan prototipe alat pencampur cat otomatis. Prototipe ini terdiri atas
sebuah konveyor untuk menggerakkan kontainer, solenoida untuk membuka dan
menutup valve pada tangki, sensor infra-red LED sebagai proximity switch, dan
motor DC untuk mengangkat dan menurunkan timbangan A dan timbangan B,
menggerakkan lengan Z, dan mengaduk cat. Sistem kerja dari prototipe ini adalah
mengisi kontainer dengan cat yang terdapat pada tangki A dan tangki B. Metode
yang dipakai untuk mendapatkan perbandingan warna cat tertentu, yaitu dengan
menimbang berat masing-masing warna cat dengan suatu transduser LVDT,
sesuai dengan setting point yang di-input-kan. Berdasarkan hasil pengujian,
sistem dapat mencampurkan dua warna cat sesuai dengan setting point yang diinput-kan meskipun warna cat hasil pencampuran kurang bagus, hal ini

46

47

disebabkan karena sistem masih memiliki error.


Dalam penelitian ini, identifikasi daging segar atau busuk diukur
berdasarkan gabungan dua paramater, yaitu kekuatan warna RGB dan kadar pH.
pH Meter Digital bekerja berdasarkan prinsip, bahwa setiap daging/larutan akan
memberikan bentuk tegangan yang berbeda dari kadar ion-ion yang ada dalam
daging/larutan. Hal ini akan ditangkap pada sebuah sensor yang berupa sel
elektroda untuk memberikan input sinyal analog yang akan diproses menjadi
sinyal digital.
pH Meter Digital bekerja dengan dasar sensor yang dipakai, salah satu
yang terlihat pada gambar adalah pH Meter Digital dengan sensor pH berupa
elektroda gelas. Prinsip kerja pH Meter Digital adalah memanfaatkan
perbandingan beda potensial dari elektroda yang ada pada sensor dengan ion
elektron khususnya ion H+ pada larutan yang diukur, kemudian dikonversi
menjadi bentuk digital dan ditampilkan pada layar LCD/peraga (display).
METODOLOGI
Penelitian ini diawali dengan identifikasi spesifikasi kebutuhan alat yang
akan dibuat, yaitu sebagai berikut:
e. Diperlukan komponen rangkaian catu daya yang berfungsi untuk
memberikan supply tegangan dan arus pada rangkaian.
f. Diperlukan alat pengindra berupa sensor yang peka untuk mendeteksi pH.
g. Diperlukan komponen pengendali yang berfungsi untuk mengendalikan
alat pendeteksi secara keseluruhan.
h. Diperlukan komponen penampil nilai digital yang sederhana dan
informatif.
Dalam konsep perancangannya, pH Meter Digital diharapkan dapat
memenuhi standar pengukuran pH dengan memperhatikan aspek-aspek yang
terkait dalam proses pengukurannya. Rancangan alat dibuat sedemikian rupa agar
dalam proses penggunaannya dapat dilakukan secara mudah dan memberikan
hasil yang akurat. Identifikasi spesifikasi kebutuhan alat yang dirancang adalah
sebagai berikut:
d. Diperlukan piranti yang dapat digunakan sebagai pengukur larutan untuk
identifikasi pH asam atau basa.
e. Diperlukan piranti dengan sistem konversi nilai analog ke nilai digital
yang optimal.
f. Diperlukan piranti untuk visualisasi hasil konversi nilai digital yang
sederhana dan mudah dipahami.
Berdasarkan identifikasi spesifikasi kebutuhan alat tersebut, diperoleh
hasil analisis dari alat yang akan dibuat dengan spesifikasi sebagai berikut:
d. Elektroda gelas selektif ion, sebagai sensor yang digunakan dalam
pengukuran pH.
e. IC tipe ICL 7107, dengan sistem 3 digit analog to digital converter.
f. Penampil nilai hasil penguatan sensor pH indikator asam atau basa dengan
bentuk visual bilangan desimal.
Gambaran diagram blok pH Meter Digital yang dirancang ditunjukkan pada
Gambar 1.

47

48

Larutan
elektrolit

Sensor
(Elektroda gelas)

Penguat
Op-Amp

Nilai penguatan
pH

Penampil
7 segmen

Analog to
digital
converter (CL
7107)

Data biner digital

Gambar 1 Diagram blok pH Meter Digital


Perancangan Alat Ukur pH Meter Digital
Catu Daya Alat Ukur
Pada rangkaian pH Meter Digital yang dibuat digunakan pencatuan daya
dengan tegangan stabil. Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri sebagai
regulator tegangan tetap positif dan negatif. Komponen ini biasanya sudah
dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan pembatas suhu (thermal
shutdown). Komponen ini memiliki tiga pin dan dengan menambah beberapa
komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang terregulasi dengan
baik, misalnya IC7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan positif 5 volt,
IC7809 adalah regulator untuk mendapat tegangan positif 9 volt. Sedangkan seri
IC 7905 dan IC 7909 berturut-turut adalah regulator tegangan negatif 5 volt dan
negatif 9 volt.
Rangkaian pH Meter Digital
pH Meter Digital merupakan alat ukur yang memiliki derajat pengukuran
cukup baik. Alat ini bekerja berdasarkan keluaran elektroda saat bereaksi dengan
larutan yang menghasilkan beda potensial pada larutan dan elektroda gelas,
menjadi sebuah kadar pH sebenarnya dari larutan yang diukur. Untuk hal ini
diperlukan dua buah rangkaian, yaitu:
a. Penguatan tegangan sensor (elektroda gelas) menggunakan Op-Amp.
b. Pengkonversi tegangan analog ke digital menggunakan ICL 7107 digital
to analog converter.
Penguatan pada Sensor
Sensor yang digunakan (elektroda gelas) memiliki tingkat keluaran
tegangan berdasarkan perbedaan potensial pada larutan elektrolit (asam atau basa)
yang diukur dengan kawat elektroda inti dan elektroda referensi. Pada prinsipnya
pengukuran kadar pH dengan menggunakan elektroda gelas adalah pengukuran
konsentrasi ion H+. Larutan tersebut memberikan tegangan keluaran yang sangat
kecil saat membran elektroda dan elektroda referensi pada elektroda gelas atau
biasa disebut elektroda kombinasi dimasukkan ke dalam larutan. Hal ini
membutuhkan bentuk penguatan tegangan saat pengukuran agar tegangan output

48

49

sebelum masuk ke visual meter (ICL 7107) dapat diterima secara benar pada input
converter dengan tampilan tegangan yang sesuai dengan indikator pH.
Penguatan tegangan dalam penelitian ini menggunakan rangkaian yang
sudah terintegrasi (IC) untuk memperbesar tegangan input. Op-Amp sering
digunakan untuk memperkuat tegangan kecil walaupun dengan impedansi yang
tinggi. Op-Amp yang digunakan menggunakan spesifikasi khusus, yaitu memiliki
input masukan yang sangat tinggi mencapai 1009-1012 Ohm. Dikarenakan
rangkaian pengukuran pH Meter dengan perbedaan tegangan pada elektroda
terhadap larutan memiliki sifat resistansi tinggi. Walaupun resistansi dari gelas
elektroda dan larutan sudah kecil, tetapi resistansi rangkaian masih tetap tinggi.
Kondisi ini merupakan pengukuran yang sangat tinggi pada voltmeter biasa.
Elektroda gelas yang dimasukkan pada larutan atau ditempelkan pada
daging akan menghasilkan beda tegangan yang kemudian dikuatkan dengan OpAmp. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tegangan output dari elektroda
gelas sangat berpengaruh terhadap temperatur.
Konversi Analog ke Digital
Tegangan pada elektroda gelas yang telah diberikan penguatan, dan output
yang keluar dari penguatan Op-Amp sesuai dengan tegangan yang diinginkan
berdasarkan indikator kadar pH yang sebenarnya, maka dilakukan konversi
tegangan, dari bentuk tegangan analog ke bentuk digital menggunakan analog to
digital converter 3 digits melalui ICL 7107.
Cara Pengukuran
Pengukuran dari alat yang dirancang dilakukan untuk memperoleh datadata yang berhubungan dengan hasil pengukuran. Hal ini untuk menentukan
apakah alat dapat bekerja dengan baik dan memiliki tingkat error yang serendahrendahnya. Tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pengambilan sampel menggunakan simulator kadar pH dengan temperatur
300C sebesar 60,149/pH.
b. Pengambilan sampel daging/larutan adalah larutan yang bersifat asam
(pH<7) dan larutan yang bersifat basa (pH>7).
c. Melakukan perbandingan dengan alat ukur yang sama.
Pengambilan Sampel Daging /Larutan
Banyak larutan elektrolit yang termasuk jenis larutan asam kuat atau
lemah, atau larutan basa kuat atau lemah. Pengujian dilakukan menggunakan
sampel bentuk tegangan dari simulator dan larutan yang memiliki kadar pH
tercantum atau sudah diketahui, hal ini untuk memudahkan mengetahui kesalahan
dari pH Meter Digital yang dirancang. Dalam hal ini, terdapat dua macam larutan
dengan pH tertera atau juga disebut larutan buffer, yaitu:
a. Larutan buffer solution, merupakan larutan standar internasional yang dibuat
oleh pabrikan yang telah memiliki lisensi teruji. Biasanya larutan ini
digunakan untuk kalibrasi alat ukur pH Meter Digital.
b. Larutan buffer universal, biasanya dibuat oleh praktikan di laboratorium
sebagai larutan penyangga dalam reaksi kimia. Namun larutan dengan kadar

49

50

pH ini tidak dapat digunakan sebagai kalibrasi pH Meter Digital, karena tidak
memiliki standarisasi internasional, walaupun nilai yang ditampilkan sama
atau mendekati kadar pH dari larutan buffer solution.
Dari kedua jenis larutan buffer tersebut, untuk keperluan penelitian ini dapat
digunakan larutan buffer solution dengan kadar pH 4 dan pH 7.
Kalibrasi Alat Ukur pH Meter Digital
Sebuah piranti ukur harus memiliki tingkat kalibrasi yang akurat agar
dapat menghasilkan hasil pengukuran yang tepat. Pada pH Meter Digital kalibrasi
dilakukan menggunakan larutan netral dengan kadar pH=7 atau buffer solution pH
7. Di samping itu juga menggunakan larutan kalibrasi dengan buffer solution pH
pH=1, pH=4, dan lainnya, dengan asumsi bahwa pengukuran kadar pH memiliki
batasan nilai antara 1-14.
Telah diketahui bahwa nilai yang akan diukur merupakan hasil dari proses
reaksi antara sensor elektroda gelas yang terjadi pada daging/larutan elektrolit
dengan pengamatan zat yang dapat memberikan ion hidrogen (asam) atau zat yang
dapat menerima ion hidrogen (basa) dengan pengaruh temperatur larutan juga
tentunya. Begitu banyaknya larutan elektrolit yang ada maka sebagai kalibrasi
yang cukup sederhana, dengan melakukan pengukuran larutan dengan pH netral
ICL 7107 dapat dengan baik mengukur sinyal analog yang diterima hanya dengan
satu kalibrasi terhadap suatu obyek larutan. Tetapi hasil dari kalibrasi larutan
netral tersebut harus dibandingkan dengan alat ukur pH Meter yang lain untuk
mendapatkan error yang terjadi selama pengukuran dengan beberapa kali tes. Jika
error yang terjadi telah memenuhi batasan yang ditetapkan, baru melakukan
pengukuran dengan larutan jenis yang lainnya sesuai dengan sampel larutan yang
telah ditentukan sebelumnya. Setiap kali pengukuran kadar pH larutan diharapkan
dapat diteliti perbandingan hasil pengukuran dengan alat ukur pH lainnya.
Perbandingan Pengukuran
Pengambilan data pengukuran pH Meter Digital dilakukan dengan cara
menghadirkan pembanding berupa pH Meter Digital pabrikan yang dijual di
pasaran dengan karakteristik teruji dan memiliki tingkat akurasi sekitar 0,01 pH,
sehingga diharapkan mendapat hasil yang baik. Analisis diperoleh dari hasil
pengamatan kedua alat tersebut dan dihitung tingkat error dari alat yang
dirancang. Untuk melakukan pengamatan diperlukan bahan sebagai berikut:
d. Larutan yang akan diukur telah memiliki kandungan kadar pH.
e. pH Meter Digital rancangan, untuk mengetahui apakah hasil pengukuran
dapat terbaca dengan baik.
f. pH Meter Digital buatan pabrik, sebagai pembanding dengan pH Meter
Digital rancangan.
Kalibrasi pH Meter Digital dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
e. Mengukur besarnya temperatur larutan kalibrasi ataupun larutan yang akan
diukur (usahakan memiliki temperatur yang sama) dengan cara mengatur
temperatur adjusment pada alat sesuai dengan besar temperatur pada larutan.

50

51

f. Memasukkan elektroda gelas pada buffer solution pH 7 dengan cara mengatur


adjusment pada alat sesuai dengan besarnya kadar pH = 7.
g. Memasukkan elektroda gelas pada buffer solution pH 4 dengan cara mengatur
adjusment pada alat sesuai dengan besarnya kadar pH = 4.
h. Melakukan pengukuran kadar pH pada larutan sample yang akan diukur.
Temperatur sebuah larutan sangat mempengaruhi hasil pengukuran pH,
apabila temperatur larutan berubah, maka kadar pH juga akan berubah. Dengan
alasan tersebut, maka pengukuran lebih baik dilakukan dalam temperatur yang
sama (misal: 300 C/suhu ruangan).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Cara Kerja Alat
Pada penelitian Tahun I bekerja berdasarkan sensor warna yang mendapat
pantulan cahaya dari obyek benda berwarna, kemudian sensor akan mendeteksi
benda berwarna tersebut. IC TCS3200-DB disusun secara array dengan
konfigurasi: 16 photodiode untuk mem-filter warna merah, 16 photodiode untuk
mem-filter warna hijau, 16 photodiode untuk mem-filter warna biru, dan 16
photodiode tanpa filter. Photodiode akan mengeluarkan arus yang besarnya
sebanding dengan kadar warna dasar cahaya yang menimpanya. Arus ini
kemudian dikonversikan menjadi sinyal kotak dengan frekuensi sebanding dengan
besarnya arus untuk dikirim ke uC sebagai data input. Dalam uC sinyal kotak
akan dicacah sesuai dengan jumlah sinyal kotak yang dihasilkan dari pembacaan
warna menggunakan fitur counter yang terdapat dalam uC, selanjutnya hasil
pencacahan dikonversikan menjadi bilangan desimal untuk ditampilkan pada
penampil LCD. Sedang untuk penelitian tahun ke II didasarkan pada sensor
pengukuran kadar pH pada daging dalam kondisi segar dan busuk yang
diinformasikan untuk ditampilkan pada penampil LCD.
Metode Pengujian
Metode pengujian pada penelitian Tahun I dilakukan dengan meletakkan
sensor di atas kertas putih, lalu set filter merah dan catat berapa jumlah counter
yang dihasilkan. Hal ini dilakukan juga untuk filter warna biru, hijau. Hal ini
dilakukan untuk mencari nilai 255 dari setiap filter. Bila nilai RGB 255 semua,
maka hasilnya warna putih atau dengan kata lain bila dicampurkan warna
merah,biru dan hijau dengan konsentrasi yang sama, maka akan dihasilkan warna
putih. Jumlah counter inilah yang nantinya digunakan untuk referensi.
Pengukuran dilakukan secara langsung dengan mengukur daging yang diuji,
pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara yaitu mencatat counter output sensor
saat pembacaan warna putih, hitam, merah, hijau dan biru. Mencatat nilai RGB
yang dihasilkan dari masing-masing daging sampel untuk mengetahui kandungan
warna RGB pada daging sampel yang menjadi obyek percobaan. Pengujian
berdasar sensor warna dilakukan sebagai berikut:
d. Menghitung jumlah counter output sensor.
e. Pengamatan pada daging sapi non SNI segar & daging sapi non SNI
busuk.
f. Pengamatan pada daging sapi SNI segar & daging sapi SNI busuk.

51

52

Sedangkan pengujian kadar pH daging dilakukan dengan cara sebagai berikut:


a. Pasang baterai 1 x 9V dan menyalakan alat ukur pH dan menekan serta
menahan tombol pH/mV selama 3 detik untuk mengkofigurasikan unit ukuran
yang diinginkan (oC atau oF) dan modus pH.
b. Menghubungkan alat pengecekan suhu ke alat ukur dan elektroda pH,
lepaskan botol pelindung dari elektroda, ada beberapa cairan KCL dalam botol
untuk penyimpanan, jangan membuang cairan tersebut, ini untuk
penyimpanan lagi setelah pengujian, jika cairan KCL habis, tambahkan
beberapa buffer 4.00. Bilas elektroda dan alat pengecekan suhu dengan air
bersih dan dilap sampai kering.
c. Celupkan elektroda dan alat pengecekan suhu ke dalam larutan buffer 7.00,
gerakkan elektroda secara perlahan-lahan dan tunggu untuk menstabilkan
tampilan. Tekan dan tahan tombol CAL sampai CAL muncul dalam
tampilan dan kemudian 7.00 berkedip. Ketika kedipan berhenti dan
menampilkan SA kemudian END, kalibrasi selesai dan kembali pada cara
pengukuran. Ikon SA tidak akan muncul jika kalibrasi gagal.
d. Bilas elektroda dan alat pengecekan suhu dengan air bersih dan lap sampai
kering. Celupkan elektroda dan alat pengecekan suhu ke dalam larutan buffer
4.00 atau 10.00, gerakkan elektroda secara perlahan-lahan dan tunggu untuk
menstabilkan tampilan. Tekan dan tahan tombol CAL sampai CAL muncul
dalam tampilan dan kemudian 4.00 dan 10.00 berkedip. Ketika kedipan
berhenti dan menampilkan % (persentase kemiringan) kemudian SA
dan END, kalibrasi selesai dan kembali pada cara pengukuran.
e. Bilas elektroda dan alat pengecekan suhu dengan air bersih dan lap sampai
kering. Buka dudukan elektroda A, pasang stainless steel blade penetrasi dan
memasang bagian A lagi, selalu hati-hati pada blade untuk menghindari blade
patah.
f. Gunakan pisau untuk memotong daging dan biarkan elektroda masuk ke
dalam daging, juga masukkan alat pengecekan suhu ke dalam meteran, tunggu
sampai tampilan stabil dan membaca kadar pH daging.
g. Setelah pengujian, lepaskan blade dan bersihan elektroda dengan air bersih
dan bilas sampai kering dengan menggunakan kertas lembut dan simpan
elektroda dalam botol pelindung.
Pengamatan Pada Daging Sapi Non SNI Segar dan Busuk
Pada pengamatan ini dilakukan pendeteksian RGB pada daging sapi baik
kondisi segar maupun kondisi busuk yaitu daging yang telah disimpan pada
kondisi ruang selama 2 hari tanpa melalui proses pembekuan atau pendinginan.
Untuk mengetahui besar nilai RGB yang terkandung dalam warna daging sapi
sampel yang akan diukur, demikian juga dilakukan pengukuran kadar pH yaitu
dengan menusukkan alat pengukur pH pada daging uji. Hasil pengamatan dapat
dilihat pada Tabel 5.1.

52

53

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 5.1 Pengamatan pada daging sapi non SNI segar


Red filter Green filter Blue filter Clear filter Kadar pH
71
32
39
39,5
4,89
79
35,5
44
38
4,75
74
31,5
37,5
39
4,73
72
33
40,5
40
4,72
75
34
42,5
41
4,76

Hasil pengamatan pada daging yang busuk, tidak terjadi perubahan warna
daging yang signifikan sehingga daging masih memiliki warna yang mirip dengan
daging segar yang membedakannya hanya dari segi bau yang khas daging busuk,
sehingga memiliki komposisi warna RGB daging busuk mendekati komposisi
warna RGB daging segar, seperti ditampilkan pada Tabel 5.2.

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 5.2 Pengamatan pada daging sapi non SNI busuk


Red filter Green filter Blue filter Clear filter Kadar pH
64
34
43
42
3,63
63
35
45
45
3,45
63,5
33,5
40,5
43
3,37
65
35
43
47
3,42
65
36
45
46
3,32

Hasil pengukuran pH untuk daging non SNI segar menunjukkan sifat asam
yang masuk katagori asam lemah (kadar pH 4,7 - 4,9) , sedangkan pada daging
non SNI busuk menunjukkan kadar pH yang lebih kecil yang masuk dalam
katagori asam kuat, dengan kadar pH 3,3-3,6.
Pengamatan pada Daging Sapi SNI Segar dan Busuk
Hasil pengamatan daging sapi segar diperlihatkan pada Tabel 5.3. Pada
daging sapi SNI segar perbandingan nilai filter merah dengan filter lain sangat
signifikan sebab warna dagingnya yang berwarna merah darah sehingga
menyebabkan nilai filter merah tinggi, sedangkan hasil pengukuran pH
menunjukkan daging bersifat asam lemah dengan kadar pH 5,80-5,89.
Tabel 5.3 Pengamatan pada daging sapi SNI segar
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Red filter
51,5
53
54
54,5
55

Green filter
21,5
22
23
23
24

Blue filter
26,5
27
285
28,5
28

Clear filter
28
28,5
29,5
29
30

Kadar pH
5,89
5,83
5,80
5,87
5,83

Pada daging sapi SNI busuk, warna yang dimiliki sama dengan warna
daging ketika masih segar sehingga jika diidentifikasi berdasarkan warna
ketelitian yang diperoleh masih rendah, seperti pada Tabel 5.4.
53

54

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 5.4. Pengamatan pada daging sapi SNI busuk


Red filter
Green filter
Blue filter
Clear filter
62,5
32,5
39
39
62
32
38
38,5
61,5
32,5
37
38,5
65
34
40
40
65,5
33
40
40

Kadar pH
3,89
3,74
3,77
3,87
3,82

Pembahasan
Nilai yang terukur dari program untuk tiap warna RGB berkisar dari 0255, warna hitam nilai RGB semuanya mendekati 0, sedangkan warna mendekati
putih nilai RGB nya membesar mendekati 255. Kekurangan dari alat ini ialah
jarak pengukuran efektifnya tidak lebih dari 2 cm (sampel harus diletakkan tepat
di titik fokus dari sensor tersebut). Perubahan jarak akan menyebabkan
pembacaan berubah dan dapat menyebabkan kesalahan pembacaan.
Dari hasil proses identifikasi daging yang segar, alat telah mampu
mengidentifikasi dengan baik, sehingga rentang nilai yang digunakan untuk acuan
identifikasi telah sesuai dengan ditunjukkan hasil pengukuran tidak mempunyai
rentang nilai yang lebar, pada daging sapi non SNI (71-79) untuk nilai R, (31,535,5) untuk nilai G, dan (37,5-42,5) untuk nilai B, sedang kadar pH adalah (4,724,89) sehingga termasuk kadar asam lemah (Tabel 5.2).
Pada daging sapi segar SNI mempunyai nilai (51,5-55) untuk nilai R,
(21,55-24) untuk nilai G, dan (26,5-28,5) untuk nilai B, sedangkan untuk kadar
pH nya adalah (5,80-5,89) sehingga merupakan kadar asam lemah (Tabel 5.3).
Pada daging sapi busuk SNI mempunyai nilai (61,5-65,5) untuk nilai R, dan (3234) untuk nilai G,dan (37-40) untuk nilai B,sedangkan untuk kadar pH nya adalah
(3,74-3,89) jadi merupakan asam yang termasuk kadar asam kuat (Tabel 5.4).
Pada dasarnya sifat daging mempunyai kadar pH asam, hal ini ditunjukkan
dari pengukuran dengan pH Meter Digital didapat baik daging segar maupun
daging busuk bersifat asam, hanya diketahui apabila daging semakin busuk maka
kadar pH nya menjadi lebih asam atau masuk katagori asam kuat dengan kadar
pH kurang dari 4, tentunya daging yang semakin bersifat asam tidak layak untuk
dikonsumsi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Tegangan pada elektroda gelas yang telah melewati rangkaian penguatan
OP-AMP sangat menentukan indikator pH daging.
b. Temperatur daging/larutan uji, sangat mempengaruhi nilai pH bila
temperatur lebih tinggi/naik dari suhu ruangan 30 C maka nilai PH akan
berubah.
c. Larutan buffer solution pH = 4 atau pH = 7, sangat menentukan
ketepatan/presisi hasil pengukuran nilai pH.
d. Besar kecilnya konsentrasi H+ pada daging/larutan uji sangat menentukan
output tegangan yang dikonversikan menjadi nilai pH daging / larutan.

54

55

e. Pada dasarnya daging mempunyai kadar pH asam, hal ini ditunjukkan dari
data pengukuran pada daging segar dan busuk bersifat asam, daging yang
lebih busuk akan lebih bersifat asam kuat dengan nilai pH dibawah 3 - 4.
DAFTAR PUSTAKA
Iswanto. Design dan Implementasi Sistem Embedded Mikrokontroler
ATMega8535 dengan Bahasa Basic. Yogyakarta: Penerbit Gava Media,
2008.
Nugroho, Wahyu. Alat Pendeteksi Warna Berdasarkan Warna Dasar Penyusun
RGB Menggunakan Sensor TCS230. Yogyakarta: IST AKPRIND,
2008.
Raja, A. Sivanantha, and K.Sankaranarayanan. "RGB Color Sensor in Colorimeter
for Better Clinical Blood Glucose." BIME Journal, Dec. 2006: Volume
06 Issue 1.
Santosa, Budi Setiawan. Scanning Warna Dengan TCS230 Color Sensor Pada
Mesin Sortir. Yogyakarta: Universitas Kristen Duta Wacana, 2007.
Wardhana. Belajar Sendiri Mikrokontroler Atmel AVR Seri ATMega8535
Simulasi Hardware dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006.
. "datasheet TCS230 programmable color light-to-frequency converter." TAOS.
Januari 15, 2003. www.taosinc.com (accessed Agustus 28, 2010).
. LCD Interfacing. 2010. www.lcdinterfacing.info (accessed Agustus 28, 2010).
. Modul Pemrograman Mikrokontroler AVR ATMega8535 dengan Bascom
AVR. Yogyakarta: Inkubator Teknologi MITI, 2010.
. Wikipedia Bahasa Indonesia. Juni 16, 2010. www.id.wikipedia.org (accessed
Agustus 28, 2010).
. LCD Interfacing. 2010. www.lcdinterfacing.info (accessed Agustus 28, 2010).

55

Anda mungkin juga menyukai