LUSI GUNTARI
Lusi Guntari
NIM F24140042
ABSTRAK
LUSI GUNTARI. Pengujian Ambang Deteksi dan Perbandingan Metode Uji
Segitiga dengan Uji Tetrad pada Produk Pemanis Menggunakan Panel Konsumen.
Dibimbing oleh DEDE ROBIATUL ADAWIYAH dan DASE HUNAEFI.
LUSI GUNTARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2018 ini ialah metode uji
sensori, dengan judul Pengujian Ambang Deteksi dan Perbandingan Metode Uji
Segitiga dengan Uji Tetrad pada Produk Pemanis Menggunakan Panel Konsumen.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada banyak pihak yang telah
memberikan bantuan moril maupun materil:
1. Dr Ir Dede Robiatul Adawiyah, MSi selaku pembimbing tugas akhir yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis,
2. Dr –Ing Dase Hunaefi, STP, MFoodST selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyelesaian tugas akhir,
3. Vincentia Septi Smaratika, STP selaku pembimbing lapang yang telah
mendampingi penulis selama proses magang,
4. Segenap keluarga Departemen ITP atas bantuan selama penulis belajar di ITP,
5. Kedua orang tua, Muh Jaril dan Andawiyah, serta keluarga yang senantiasa
memberi dukungan dan doa kepada penulis,
6. Sahabat terbaik, Ulfa Nur Rosida, Rahma Fadilla, Suci Sang Widarahayu, dan
Ilham Billy Nugraha yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis,
7. Teman-teman Ilmu dan Teknologi Pangan angkatan 51 yang telah memberikan
motivasi untuk segera lulus,
8. Sahabat sedari TPB, Gartini Dwi Tantri, Umi Chulsum, dan keluarga JavaCo
yang memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis untuk lulus tepat
waktu,
9. Seluruh panelis uji sensori penelitian ini, pihak Persadia Rumah Sakit Islam, dan
Rumah Sakit Marzuki Mahdi di Bogor yang telah bersedia membantu penulis
dalam pengambilan data uji sensori pemanis,
10. serta semua teman dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima
kasih atas dukungan, doa, dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
Lusi Guntari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
METODE 3
Waktu dan Tempat Penelitian 3
Bahan dan Alat 3
Metode Penelitian 4
Tahap 1 Penelitian Pendahuluan 5
Tahap 2 Pemilihan Panelis 5
Tahap 3 Pengujian Sensori 5
Tahap 4 Pengolahan dan Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Profil Panelis 13
Ambang Deteksi 16
Uji Segitiga dan Uji Tetrad 21
Korelasi BET dengan Hasil Uji Segitiga dan Uji Tetrad 26
SIMPULAN DAN SARAN 27
Simpulan 27
Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 33
RIWAYAT HIDUP 56
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
konsumen biasanya terdiri dari 30 hingga 100 orang yang bergantung pada target
pemasaran suatu komoditi tersebut. Panelis konsumen saat ini banyak digunakan
dalam uji sensori, maka dari itu muncul inovasi penggunaan panelis konsumen pada
uji pembedaan. Penggunaan panelis konsumen pada uji pembedaan diharapkan
mampu memberikan hasil uji yang lebih bagus dengan adanya kepekaan panelis
konsumen yang mungkin saja berbeda dari panelis terlatih, upaya pemberdayaan
konsumen dalam menguji hasil produksi, dan mengevaluasi produk yang
dihasilkan oleh suatu industri pangan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk menentukan ambang deteksi manis dan pahit, membandingkan uji segitiga
dengan uji tetrad pada produk pemanis menggunakan panelis konsumen, dan
menghubungkan keterkaitan antara nilai ambang deteksi manis dan pahit dengan
hasil uji segitiga dan uji tetrad produk pemanis.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan menentukan nilai ambang deteksi rasa pahit dan manis,
membandingkan metode uji segitiga dan uji tetrad produk pemanis berdasarkan
panel konsumen (non-diabetes dengan keturunan diabetes, non-diabetes tanpa
keturunan diabetes, dan penderita diabetes), dan menghubungkan keterkaitan nilai
ambang deteksi manis dan pahit dengan hasil uji segitiga dan uji tetrad produk
pemanis menggunakan panel konsumen.
Manfaat Penelitian
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2018 melalui
program magang oleh suatu perusahaan makanan dan minuman di Jawa Barat dan
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
juga dilakukan di area eksternal perusahaan, seperti Bogor, Bekasi, Jakarta,
Tangerang, dan Depok.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air putih dan
cracker sebagai penetral indera pencicip, juga sebagai pelarut dan standar pada
pengujian ambang deteksi, air teh hangat sebagai pelarut pemanis pada uji segitiga
dan uji tetrad, sukrosa (gula pasir) untuk uji ambang deteksi rasa manis, kafein
untuk uji ambang deteksi rasa pahit, serta 3 jenis produk pemanis (pemanis A,
pemanis B, dan pemanis C) untuk uji segitiga dan uji tetrad. Alat-alat yang
4
digunakan adalah timbangan analitik, termos ukuran 1500 mL, gelas ukur plastik,
labu takar, gelas piala, botol plastik ukuran 400 mL dan 800 mL, teko plastik, cup
plastik ukuran 60 mL, nampan, alat tulis, label, dan kertas kuesioner.
Metode Penelitian
Penelitian Pendahuluan
Pemilihan Panelis
(n=35 panelis tak terlatih)
Pengolahan dan
Screening panelis
Analisis (metode BET)
Hasil : nilai ambang deteksi dan Hasil : 100 panelis konsumen usia 20-
terpilih 4 seri konsentrasi 65 tahun dan lolos riwayat kesehatan
Pengujian sensori
(n=100, 2 kali ulangan, panelis konsumen)
Metode yang digunakan untuk penentuan ambang deteksi manis dan pahit,
yaitu metode 2-AFC menggunakan dua sampel dan panelis diberikan kuesioner
untuk memberikan jawaban terhadap satu dari dua sampel yang dianggap memiliki
stimulus (McClure 2009). Penggunaan metode 2-AFC bertujuan mengurangi
kejenuhan panelis saat pengujian dan menurunkan kebutuhan sampel yang
digunakan sehingga menghemat pengeluaran perusahaan dalam melakukan uji
ambang deteksi. Sampel yang disajikan terdiri dari satu sampel yang terdapat
stimulus (enam seri konsentrasi) dan satu standar yang tidak terdapat stimulus (air
mineral). Sampel disajikan dalam satu nampan yang sudah diatur setnya secara
ascending concentration (konsentrasi terendah ke konsentrasi tertinggi), yaitu
paling dekat dengan panelis merupakan konsentrasi terendah dan paling jauh
merupakan konsentrasi tertinggi. Panelis memberikan jawaban terkait sampel yang
memiliki stimulus (lebih manis atau lebih pahit) (Kolpin 2008). Kuesioner uji
ambang deteksi untuk penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Lampiran 2a.
manis dan pahit berdasarkan rasa dominan yang terdapat pada produk pemanis
untuk uji pembedaan. Uji ambang deteksi dilakukan dengan empat seri konsentrasi
dari hasil pengujian pendahuluan. Uji pembedaan yang dilakukan yaitu uji segitiga
dan uji tetrad dengan tujuan membandingkan uji segitiga dan uji tetrad yang
diaplikasikan pada produk pemanis menggunakan panel konsumen. Uji ambang
deteksi, uji segitiga, dan uji tetrad diujikan sebanyak dua kali ulangan pada 100
panel konsumen yang terdiri dari 34 panelis non-diabetes tanpa keturunan diabetes,
35 panelis non-diabetes dengan keturunan diabetes, dan 31 panelis penderita
diabetes.
Uji Ambang Deteksi
Uji ambang deteksi dilakukan dengan empat seri konsentrasi yang
didapatkan dari hasil penelitian pendahuluan. Pereduksian seri konsentrasi dari
enam menjadi empat didasarkan pada pertimbangan perusahaan terkait efektivitas
waktu dan kondisi kejenuhan panelis yang akan melakukan uji ambang deteksi, uji
segitiga, dan uji tetrad sehingga menekan tingkat bias saat pengujian. Pembuatan
empat (4) seri konsentrasi dengan masing-masing test sample yang terdapat
stimulus (sukrosa untuk rasa manis dan kafein untuk rasa pahit) dan blank sample
yang tidak terdapat stimulus (netral) menggunakan pelarut air mineral. Metode
yang digunakan yaitu 2-AFC seperti pada penelitian pendahuluan, metode uji
ambang deteksi yang dilakukan dengan dua sampel (satu sampel memiliki stimulus
dan satu sampel standar yang tidak memiliki stimulus). Stimulus pada uji ambang
deteksi pada penelitian ini yaitu rasa manis (sukrosa) dan pahit (kafein). Metode 2-
AFC digunakan untuk mengurangi tingkat kejenuhan panelis saat melakukan
pengujian karena uji ambang deteksi dilakukan bersamaan dengan uji segitiga dan
uji tetrad pada tiga jenis produk pemanis.
Penyajian sampel mengikuti kaidah pengacakan untuk menghilangkan efek
psikologis yang tidak diinginkan. Sampel disajikan dalam satu nampan yang sudah
diatur setnya secara ascending concentration (konsentrasi terendah ke konsentrasi
tertinggi), yaitu paling dekat dengan panelis merupakan konsentrasi terendah dan
paling jauh merupakan konsentrasi tertinggi. Sampel dalam pengujian ambang
deteksi manis dan pahit terdiri dari 16 cup uji, masing-masing rasa terdapat delapan
cup uji (empat cup berisi stimulus dan empat cup tidak memiliki stimulus). Contoh
penyajian sampel untuk uji ambang deteksi terdapat pada Gambar 2.
Sendok penyajian disiapkan sebanyak 1 buah (kapasitas 5 mL) untuk setiap gelas
sehingga membantu panelis dalam pencicipan sampel. Panelis melakukan uji sesuai
dengan instruksi yang tercantum pada kuesioner uji ambang deteksi manis dan pahit.
Sebelum melakukan uji ambang deteksi, panelis telah diberi tahu jika setiap set seri
konsentrasi terdapat satu cup berisi stimulus (lebih manis atau lebih pahit) dan satu
cup tidak memiliki stimulus (air mineral). Kuesioner uji ambang deteksi manis dan
pahit dapat dilihat pada Lampiran 2b.
Uji Segitiga
Pembuatan sampel uji segitiga pada produk pemanis untuk setiap set terdiri
dari dua cup kontrol yang sama (penyajian sesuai gramasi yang tercantum pada
kemasan produk pemanis dari perusahaan) dan satu cup sampel yang berbeda
sebagai sampel uji (kontrol - 3%). Pemanis yang diujikan yaitu pemanis A, pemanis
B, dan pemanis C. Penentuan sampel uji dengan ketentuan kontrol -3% berdasarkan
batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) pada kemampuan proses
produksi yang ada di perusahaan dengan hipotesis + 3% diduga rasanya tidak akan
berbeda nyata. Uji segitiga terdiri dari tiga set uji yaitu set uji pemanis A, B, dan C
yang disajikan satu per satu kepada panelis secara berurutan dari set 1, set 2,
kemudian set 3. Uji segitiga memiliki enam peluang kombinasi penyajian (AAB,
ABB, ABA, BAB, BAA, dan BBA). Contoh penyajian set 1 untuk uji segitiga
produk pemanis A terdapat pada Gambar 3.
A : kontrol
B : sampel uji A B A
a a a
a set 1auntuk auji segitiga produk pemanis A
Gambar 3 Contoh penyajian
Uji segitiga produk pemanis disajikan dengan air teh hangat. Penyajian air
teh hangat dengan suhu + 60OC sesuai standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
Penentuan suhu 60OC menggunakan air termos sebanyak 1000 mL dengan suhu +
85OC yang dicampurkan dengan air suhu kamar 25 OC sebanyak 250 mL. Persiapan
penyajian dilakukan + 15 menit sebelum dilakukan pengujian sehingga air teh
masih dijaga suhunya tetap + 60OC. Maksimal panel yaitu + satu jam dengan
estimasi suhu teh hangat masih mengalami penurunan suhu yang tidak signifikan
dengan suhu awal 60OC. Air teh hangat digunakan sebagai pelarut kontrol dan
sampel yang diuji. Sekitar 15-30 mL air teh hangat dituang ke dalam cup uji ukuran
60 mL yang telah diberi kode tiga digit angka acak. Panelis akan melakukan uji
segitiga untuk tiga jenis produk pemanis berdasarkan instruksi pada kuesioner uji
segitiga yang dapat dilihat pada Lampiran 2c.
Uji Tetrad
Pembuatan sampel uji tetrad pada produk pemanis untuk setiap set terdiri
dari dua cup kontrol yang sama (penyajian sesuai gramasi yang tercantum pada
kemasan produk pemanis dari perusahaan) dan dua cup sampel yang berbeda
sebagai sampel uji (kontrol - 3%). Pemanis yang diujikan yaitu pemanis A, B, dan
C. Penentuan sampel uji dengan ketentuan kontrol -3% seperti pada uji segitiga,
berdasarkan BKA dan BKB dengan hipotesis + 3% diduga rasanya tidak akan
berbeda nyata. Uji tetrad terdiri dari tiga set uji yaitu set uji pemanis A, B, dan C
yang disajikan satu per satu kepada panelis secara berurutan dari set 1, set 2,
8
kemudian set 3. Uji tetrad memiliki enam peluang kombinasi penyajian (AABB,
ABAB, ABBA, BBAA, BABA, dan BAAB). Contoh penyajian set 1 untuk uji
tetrad produk pemanis A terdapat pada Gambar 4.
A : kontrol B
A B A
B : sampel uji a a a a
a
Gambar 4 Contoh penyajianaset 1 untuk a tetradaproduk pemanis A
uji
Teh hangat untuk uji tetrad sama penyajiannya dengan teh hangat yang
digunakan pada uji segitiga (standar perusahaan). Sekitar 15-30 mL air teh hangat
dituang ke dalam cup uji ukuran 60 mL sebagai kontrol dan sampel uji. Setiap cup
plastik yang disajikan diberi kode tiga digit angka untuk memudahkan pengujian.
Panelis akan melakukan uji tetrad untuk tiga jenis produk pemanis berdasarkan
instruksi pada kuesioner uji tetrad yang dicantumkan pada Lampiran 2d.
Ambang Deteksi
Perhitungan BET Grup
Pengolahan data uji ambang deteksi dilakukan dengan metode BET (Best
Estimation Threshold) yang mengacu pada ASTM E679 (ASTM 2011b) dan dapat
dilihat pada Tabel 3, dimulai dengan penentuan BET individu masing-masing
panelis dan kemudian ditentukan BET grup. Analisis uji ambang deteksi dilakukan
dengan membuat grafik distribusi populasi BET individu dan lokasi BET grup
dengan Microsoft Office Excel 2016 dan dilihat signifikansi hasil uji ambang
deteksi. Rumus perhitungan BET, sebagai berikut:
2
Geo-mean = √ x(-).x(+)
Variabel x(─) merupakan nilai konsentrasi dengan respon salah (─) pada titik
transisi, sedangkan variabel x(+) merupakan nilai konsentrasi dengan respon benar
(+) pada titik transisi. Hasil rata-rata log individu kemudian di invers untuk
memperoleh nilai BET grup yang setara dengan nilai konsentrasi ambang beda grup
(Meilgaard et al. 2016).
Tabel 3 Penentuan nilai ambang deteksi
Konsentrasi (x)
Panelis BET Individu Log BET Individu
1 2 3 4
2
1 - + + + BET1= √𝑥1. 𝑥2 logBET1
2
2 - - + + BET2 = √𝑥2. 𝑥3 logBET2
2
3 - + - + BET3 = √𝑥3. 𝑥4 logBET3
N BETn logBETn
BET grup Invers rata-rata log BET
individu
9
Pengolahan serta analisis data uji segitiga dan uji tetrad dilakukan dengan
konsep pembanding uji yaitu Signal Detection Theory dan Thurstonian Models
dengan penjelasan sebagai berikut.
Parameter penting utama dalam teori deteksi sinyal, yaitu d’, parameter
yang menunjukkan kekuatan sinyal (relatif terhadap kebisingan atau noise),
sedangkan parameter selanjutnya yaitu Criterion (C) (variannya disebut β) yang
mencerminkan respon panelis (Abdi 2007). Noise dapat bersumber dari dalam
(internal) maupun luar (eksternal). Menurut Abdi (2007), terdapat empat
kemungkinan tipe respon dalam SDT yang dijelaskan pada Tabel 4.
Tabel 4 Empat kemungkinan tipe respon dalam SDT
Decision (participant’s respons)
Reality yes no
signal present Hit Rate (HR) Miss Rate (MR)
signal absent False Alarm Rate Correct Rejection
(FAR) Rate (CRR)
Menurut konsep Signal Detection Theory, kedua metode uji dibandingkan
dengan nilai d’ yang menyatakan jarak antara puncak distribusi noise dan puncak
distribusi signal-noise, dijelaskan oleh Stanislaw dan Todorov (1999) dan dapat
dilihat pada Gambar 5.
Perhitungan test power dilakukan pada Microsoft Excel dengan rumus sebagai
berikut:
Power = 1 – NORMDIST((-NORMSINV(0.05/2)),(d′/SQRT(2*variance d′)),1,1)
+ (NORMDIST(NORMSINV(0.05/2)), (d′/SQRT(2* variance d′)),1,1)
Keputusan adanya korelasi maupun tidak antara nilai BET dengan hasil uji
beda yang dilakukan ditentukan dengan konsep Pearson correlation, suatu ukuran
korelasi yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linear dari
dua variabel. Dua variabel diindikasikan berkorelasi apabila perubahan salah satu
variabel disertai pula dengan perubahan variabel yang lain dari arah yang sama
maupun arah sebaliknya. Pearson correlation digunakan untuk data berskala
interval dan rasio (statistik parametrik). Data yang digunakan harus merupakan
distribusi normal. Perhitungan Pearson correlation menggunakan software SPSS
Statistics 22 dan hasilnya akan dianalisis apakah ada korelasi antar dua variabel
tersebut atau tidak dengan taraf signifikansi sebesar 0.05. Nilai korelasi Pearson
positif menunjukkan jika arah hubungannya positif, begitu pula jika nilainya negatif
maka disimpulkan arah hubungannya negatif (Schwab 2005).
Profil Panelis
Panelis untuk penelitian pendahuluan uji ambang deteksi terdiri dari 35 orang
panelis tak terlatih yang merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor, sedangkan
panelis untuk pengujian sensori (uji ambang deteksi, uji segitiga, dan uji tetrad)
dipilih melalui penyebaran kuesioner se-Jabodetabek. Kuesioner pemilihan panelis
diisi oleh sejumlah 541 calon panelis, dengan rincian untuk pengisian kuesioner
online sebanyak 420 orang dan kuesioner offline 121 orang. Panelis yang tidak
lolos sejumlah 441 orang merupakan panelis yang tidak memenuhi kriteria rentang
usia yang dibutuhkan dan bukan merupakan target konsumen perusahaan. Panelis
yang lolos pemilihan sebanyak 100 orang dengan sebaran 34 panelis non-diabetes
tanpa keturunan diabetes, 35 panelis non-diabetes dengan keturunan diabetes, dan
31 panelis diabetes. Rentang usia panelis berkisar antar 20-65 tahun dengan
mayoritas panelis berusia 20-30 tahun sebanyak 44%, sedangkan wilayah asal
panelis terdiri atas Jabodetabek dengan mayoritas panelis berasal dari Bogor
sebanyak 73%. Panelis non keturunan diabetes sebagian besar diambil datanya di
sekitar kampus, panelis keturunan diabetes diambil datanya secara meluas di
Jabodetabek, sedangkan untuk panelis diabetes diambil datanya dari beberapa
rumah sakit di Bogor, Jawa Barat. Searan jenis kelamin panelis dapat dilihat pada
Gambar 6.
14
44% 47%
56% 53%
(a) (b)
46% 39%
54% 61%
(c) (d)
Gambar 6 Sebaran jenis kelamin (a) keseluruhan panelis, (b) non-diabetes
tanpa keturunan diabetes, (c) non-diabetes dengan keturunan
diabetes, dan (d) diabetes
6%
12%
17%
44%
21% 56% 19%
6% 11% 9%
20-30 31-40 41-50 20-30 31-40 41-50
51-60 61-65 51-60 61-65
(a) (b)
15
11% 0% 0% 10%
9% 6%
9% 48%
71% 35%
(c) (d)
Gambar 7 Sebaran usia (a) keseluruhan panelis, (b) non-diabetes tanpa keturunan
diabetes, (c) non-diabetes dengan keturunan diabetes, dan (d) diabetes
73% 65%
(a) (b)
0% 6% 0%
6% 6% 0%
16%
0%
3% 14%
71% 77%
(c) (d)
Ambang Deteksi
Hasil penelitian pendahuluan untuk BET manis dan pahit disusun dengan
histogram BET individu yang disajikan pada Gambar 9 dan Gambar 10.
57,14
Presentase jumlah panelis (%)
60,00
30,00
20,00 17,14
11,43 11,43
10,00
2,86
0,00
0,00
0,0707 0,1414 0,2449 0,3464 0,4472 0,5477
Gambar 9 Rekap data presentase (%) dan BET individu manis (sukrosa)
17
Presentase jumlah panelis (%) 25,00 BET Grup pahit = 0.0099 g kafein/ 100 mL air 22,86
20,00
20,00
17,14
14,29
15,00
11,40
10,00 8,57
5,71
5,00
0,00
0,0021 0,0042 0,0073 0,0104 0,0134 0,0164 0,0194
Penentuan seri konsentrasi 0.1%, 0.2%, 0.3%, dan 0.4% untuk uji ambang
deteksi rasa manis (sukrosa) berdasarkan dari BET grup 0.1197 g sukrosa/ 100 mL
air yang berada di antara konsentrasi 0.1% dan 0.2% dengan bentuk histogram yang
condong ke konsentrasi rendah (kiri). Penentuan seri konsentrasi 0.003%, 0.006%,
0.009%, dan 0.012% untuk uji ambang deteksi rasa pahit (kafein) berdasarkan BET
grup 0.0099 g kafein/ 100 mL air yang berada di antara konsentrasi 0.009% dan
0.012% dengan bentuk histogram yang condong ke konsentrasi tinggi (kanan) dan
diasumsikan saat pengujian pendahuluan panelis mengalami kejenuhan sehingga
konsentrasi yang sesungguhnya dibutuhkan tidak mungkin terlalu tinggi.
Penentuan seri konsentrasi dari enam seri konsentrasi menjadi empat seri
konsentrasi untuk uji ambang deteksi terhadap panelis berdasarkan riwayat
kesehatan yaitu dikarenakan di setiap perusahaan ingin melakukan evaluasi sensori
dapat dilaksanakan dengan biaya yang lebih ekonomis tetapi memiliki hasil yang
sama akuratnya. Selain itu, dengan empat seri konsentrasi diharapkan mengurangi
kejenuhan panelis saat melakukan uji ambang deteksi yang dilakukan dengan
metode 2-AFC untuk rasa dasar manis dan pahit. Metode 2-AFC ascending
concentration memungkinkan panelis untuk memberikan jawaban benar dengan
peluang lebih besar yaitu 50%, sedangkan metode 3-AFC ascending concentration
akan memberikan peluang jawaban benar yang lebih kecil yaitu 33% (Hasanah
2014).
cukup bagus karena menghasilkan data pengulangan yang tidak berbeda nyata. BET
grup manis pada panelis grup diabetes memiliki nilai repeatability paling bagus
yaitu sebesar 4.95%, artinya konsistensi panelis diabetes dalam melakukan uji
ulangan 1 dan ulangan 2 untuk uji ambang deteksi rasa manis cukup bagus. BET
grup pahit panelis non-diabetes dengan keturunan diabetes memiliki nilai
repeatability sebesar 19.93%, artinya konsistensi panelis non-diabetes dengan
keturunan diabetes sangat rendah, namun nilainya masih < 20% sehingga data
pengulangan yang dihasilkan masih bagus dan valid karena tidak berbeda nyata.
Keakuratan dan kevalidan data pengulangan juga dikuatkan dengan nilai
Pvalue. Hasil perhitungan SPSS dengan taraf signifikansi 0.05 menunjukkan bahwa
nilai Pvalue dari masing-masing grup riwayat kesehatan dengan dua kali ulangan
uji memiliki nilai lebih besar dari nilai signifikansi yang digunakan (0.05). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 0.05, hasil ambang deteksi
ulangan 1 dan ulangan 2 tidak berbeda nyata, artinya uji ambang deteksi rasa manis
dan pahit untuk ulangan 1 dan ulangan 2 menunjukkan kekonsistenan uji yang
dilakukan oleh panelis. Hal ini juga menyatakan bahwa hasil uji ambang deteksi
yang dilakukan antar panelis satu dengan yang lainnya tidak berbeda nyata,
sehingga data uji ambang deteksi ulangan 1 dan ulangan 2 yang dihasilkan akurat
dan valid.
0,3000 0,2733 b
0,2500
0,2000
0,1386
a 0,1458 a
0,1500
0,1000
0,0500
0,0000
Non Keturunan Keturunan Diabetes
Grup panelis
Perhitungan Teoritis
Uji segitiga merupakan salah satu uji pembedaan paling populer yang
banyak diaplikasikan di industri pangan. Seiring perkembangan zaman, muncul uji
tetrad yang menjadi metode baru untuk melakukan uji pembedaan produk pangan
dengan keuntungan lebih powerful dan sensitif dibandingkan uji segitiga. Uji tetrad
merupakan uji pembedaan yang bertujuan menggantikan uji segitiga karena dinilai
lebih efektif dari segi pengujian dan powerful dari segi perhitungan statistiknya.
Oleh karena itu, uji tetrad harus diujikan terlebih dahulu untuk mengetahui
keefektifannya dalam menggantikan uji segitiga pada produk-produk yang berbeda,
beberapa syarat yang dipertimbangkan agar uji tetrad bisa menggantikan uji
segitiga menurut Waimaleongoraek (2016), sebagai berikut:
1. Pc uji tetrad > Pc uji segitiga
2. d’ uji tetrad < d’ uji segitiga
3. Pvalue difference dari d’ > 0.05
4. Perceptual noise < 50%
Nilai perhitungan teoritis antara uji segitiga dan uji tetrad dengan panelis
non-diabetes tanpa keturunan diabetes, non-diabetes dengan keturunan diabetes,
dan penderita diabetes dirincikan pada Gambar 13. Rekap data perhitungan nilai Pc
pemanis A, B, dan C terdapat pada Lampiran 17, 18, dan 19, sedangkan rekap data
perhitungan nilai Pc utuk semua grup panelis terdapat pada Lampiran 20.
Perhitungan hasil uji segitiga dan uji tetrad dilakukan dengan konsep Signal
Detection Theory dan Thurstonian Models yang menentukan perbandingan kedua
uji dengan hasil keputusan bisa tidaknya metode baru (uji tetrad) menggantikan
metode eksis (uji segitiga). Signal Detection Theory melibatkan parameter utama
d’ dan C (criterion), sedangkan Thurstonian Models memiliki parameter d’. Signal
Detection Theory menyatakan ukuran pembedaan antara stimulus atau signal yang
diberikan dengan noise yang dapat mengganggu stimulus. Nilai d’ menjadi
petunjuk kekuatan sinyal, sedangkan criterion merupakan respon yang diberikan
oleh panelis dalam pengujian.
Signal Detection Theory memiliki empat kemungkinan respon, yaitu hit rate
(HR) (tangapan “ya” yang diberikan kepada stimulus lama merupakan respon yang
benar), miss rate (MR) (penolakan benar tetapi tidak ada jawaban kepada stimulus
lama), false alarm rate (FAR) (menanggapi rangsangan baru), dan correct rejected
(CRR) (tidak ada respon terhadap stimulus baru). Respon yang diharapkan dari
panelis yaitu HR dan CRR karena membuktikan jika tidak adanya gangguan (noise)
sehingga data yang dihasilkan akurat serta valid (Abdi 2007). Parameter untuk
menentukan keputusan uji tetrad bisa menggantikan uji segitiga atau tidak terdiri
dari:
1. Pc
Proporsi benar menyatakan jumlah peluang jawaban benar per jumlah
panelis secara keseluruhan. Nilai Pc yang semakin kecil menunjukkan bahwa
panelis mengalami kesulitan dalam melakukan uji segitiga dan uji tetrad, yaitu
jumlah jawaban benar yang dihasilkan oleh panelis berbeda jauh dari jumlah total
panelis yang melakukan uji segitiga dan uji tetrad (Bi dan Ennis 1997). Uji tetrad
produk pemanis A dan pemanis C menunjukkan bahwa nilai proporsi jawaban
benarnya lebih besar dibandingkan dengan uji segitiga. Hal ini menyatakan bahwa
aplikasi uji tetrad pada produk pemanis A dan pemanis C lebih bagus dibandingkan
dengan uji segitiga untuk ketiga grup panelis berdasarkan riwayat kesehatan. Uji
tetrad pemanis B memiliki nilai proporsi benar yang lebih kecil dibandingkan uji
segitiga pada panelis non-diabetes tanpa keturunan diabetes dan non-diabetes
dengan keturunan diabetes, hal ini menyatakan bahwa pemanis B yang dilakukan
uji kepada panelis non-diabetes lebih baik menggunakan uji segitiga karena
menghasilkan peluang jawaban benar yang lebih besar.
2. d’ dan variance d’
Nilai d’ menyatakan seberapa besar dua sampel dapat dibedakan, nilai d’
yang semakin kecil menunjukkan semakin sulit dua sampel untuk dibedakan, begitu
pula jika nilai d’ semakin besar maka dua sampel makin mudah untuk dibedakan.
Nilai variance d’ menunjukkan jarak antar jawaban panelis. Semakin kecil nilai
variance d’ dapat disimpulkan bahwa metode uji lebih bagus dan tepat untuk
diaplikasikan pada uji pembedaan (Bi dan Ennis 1997; Ennis 2012). Hasil
penelitian pada Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai d’ uji tetrad pemanis C lebih
besar dari d’ uji segitiga, artinya uji tetrad tidak efektif untuk dilakukan pada produk
pemanis C. Uji tetrad bisa diaplikasikan pada pemanis A menggunakan panelis non-
diabetes dengan keturunan diabetes dan seluruh grup panelis serta pemanis B
menggunakan panelis selain penderita diabetes. Nilai variance d’ uji tetrad pada
keseluruhan pemanis A, B, dan C dengan seluruh grup panelis lebih kecil
dibandingkan nilai variance d’ uji segitiga.
23
4. Perceptual noise
Nilai perceptual noise menunjukkan tingkat kesulitan panelis dalam
melakukan deteksi pembedaan sampel, untuk metode baru yaitu uji tetrad akan
lebih baik jika nilai perceptual noise kurang dari 50%, artinya potensi uji tetrad
untuk menggantikan uji segitiga semakin bagus karena tidak akan menimbulkan
kejenuhan pada panelis saat pengujian berlangsung. Nilai perceptual noise yang
semakin kecil menunjukkan uji tetrad semakin bagus dalam menggantikan uji
segitiga dengan peluang noise semakin kecil sehingga hasil uji akurat dan valid.
Nilai perceptual noise uji segitiga dan uji tetrad produk pemanis A dan C
pada ketiga grup panelis berdasarkan riwayat kesehatan lebih kecil dari 50%
menunjukkan bahwa uji tetrad OK untuk menggantikan uji segitiga produk pemanis
A dan C, tetapi lebih baik tidak digunakan untuk menggantikan uji segitiga produk
pemanis B karena dikhawatirkan menimbulkan kejenuhan. Uji segitiga dan uji
tetrad pemanis B memiliki nilai perceptual noise lebih dari 50% untuk panelis non-
diabetes sehingga mempengaruhi keakuratan data yang dihasilkan karena terlalu
banyak noise.
Test Power
Test power merupakan nilai yang menunjukkan kekuatan suatu metode uji,
jika nilainya >0.99 berarti metode uji tersebut lebih kuat dibandingkan metode uji
lainnya. Test power memiliki parameter penting yaitu nilai d’ dan variance d’
masuntuk masing-masing uji. Penyajian test power untuk mendukung hasil
perbandingan uji segitiga dan uji tetrad yang diolah serta dianalisis dengan konsep
Signal Detection Theory dan Thurstonian Models. Perhitungan nilai test power pada
uji segitiga dan uji tetrad yang dirincikan pada Tabel 10.
25
Test power
Sampel Grup
Segitiga Tetrad
Non keturunan 0.857 1.000
Keturunan 0.545 0.663
Pemanis A
Diabetes 0.215 0.668
Semua grup 0.961 1.000
Non keturunan 0.857 0.813
Keturunan 0.647 0.445
Pemanis B
Diabetes 0.078 0.837
Semua grup 0.943 0.993
Non keturunan 0.796 1.000
Pemanis C Keturunan 0.628 0.983
Diabetes 0.743 0.959
Semua grup 0.994 1.000
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai power bervariasi, beberapa grup
riwayat kesehatan memiliki nilai power diatas 0.99 untuk uji tetrad, namun masih
ada yang dibawah 0.99. Pemanis A dan pemanis C secara keseluruhan memiliki
nilai power untuk uji tetrad lebih besar daripada uji segitiga. Terutama untuk uji
tetrad pemanis A dan pemanis C menggunakan panelis non-diabetes tanpa
keturunan diabetes dan gabungan seluruh grup panelis yang memiliki nilai power
1.000, artinya hasil uji lebih valid. Pemanis B hanya gabungan seluruh grup panelis
yang memiliki nilai power uji tetrad lebih besar dari uji segitiga.
Produk pemanis memiliki rasa dominan manis dan pahit, hal ini menjadi
pertimbangan pengujian ambang deteksi manis dan pahit untuk mengetahui
sensitivitas panelis dalam mengenali rasa dasar manis dan pahit yang dikaitkan
dengan hasil uji segitiga dan uji tetrad produk pemanis. Nilai BET grup yang besar
menunjukkan jika penderita diabetes paling tidak sensitif untuk merasakan manis
dan pahit, sedangkan panelis non-diabetes tanpa keturunan diabetes dan non-
diabetes dengan keturunan diabetes memiliki nilai BET grup lebih kecil dari
diabetes sehingga lebih mudah merasakan manis dan pahit. Hasil uji segitiga dan
uji tetrad menunjukkan jika nilai Pc panelis non-diabetes tanpa keturunan diabetes
paling besar, artinya panelis non-diabetes tanpa keturunan diabetes lebih mudah
membedakan kedua sampel yang disajikan diperkuat dengan sensitivitas indera
pengecap yang bagus. Penderita diabetes memiliki nilai Pc paling kecil,
mengindikasikan jika dengan nilai BET grup yang besar membuktikan penderita
diabetes lebih sulit merasakan manis dan pahit sehingga dalam pengujian
pembedaan juga lebih mudah jenuh. Korelasi Pearson dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Korelasi Pearson nilai BET dengan hasil uji beda pemanis
perbedaan pada produk pemanis. Pc uji segitiga berkorelasi negatif dengan nilai
BET grup pahit sehingga semakin rendah nilai BET grup pahit menunjukkan
semakin besar nilai Pc, sedangkan pada uji tetrad tidak berkorelasi signifikan.
Penderita diabetes memiliki nilai BET grup pahit paling besar sehingga
diasumsikan akan menghasilkan Pc yang lebih kecil, artinya panelis diabetes
memiliki sensitivitas paling rendah. Nilai d’ uji segitiga berkorelasi negatif dengan
nilai BET grup pahit menunjukkan semakin tinggi nilai BET pahit maka nilai d’ uji
segitiga semakin kecil, sedangkan pada uji tetrad tidak berkorelasi signifikan. Nilai
variance d’ uji segitiga maupun uji tetrad tidak berkorelasi signifikan dengan nilai
BET panelis. Perceptual noise menunjukkan tidak adanya korelasi dengan nilai
BET manis dan pahit, artinya tinggi rendahnya nilai BET tidak mempengaruhi nilai
perceptual noise dalam menentukan keefektifan penggunaan uji tetrad untuk
menggantikan uji segitiga.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
a. Penelitian Pendahuluan
KUESIONER UJI AMBANG DETEKSI
Instruksi :
1. Di hadapan Anda terdapat 6 set sampel, pada setiap set terdapat 2 sampel.
2. Awali pengujian dengan berkumur menggunakan air putih yang tersedia.
3. Cicip enam set sampel yang tersedia di depan Anda. Lakukan pencicipan
secara urut dari kiri (set 1) ke kanan (set 6) dengan memindahkan sampel
menggunakan sendok dari wadah sampel ke sendok yang tersedia.
4. Lakukan penetralan secara berkumur-kumur dengan air yang disediakan
setiap akan berganti sampel.
5. Identifikasi sampel yang “lebih manis” / “lebih pahit”.
6. Agar lebih yakin dengan penilaian Anda, diperbolehkan mengulang
pencicipan antar sampel dalam 1 set. Anda tidak diperbolehkan
mengulang pencicipan antar set yang berbeda.
7. Setelah yakin dengan jawaban Anda, tuliskan tiga digit angka dari wadah
sampel ke dalam tabel di bawah.
8. Lanjutkan pencicipan pada set ke-2 hingga ke-6 dengan cara seperti di atas.
Sampel manis Sampel pahit
Komentar : .....................................................................................................
Instruksi :
1. Di hadapan Anda terdapat 4 set sampel, pada setiap set terdapat 2 sampel.
2. Awali pengujian dengan berkumur menggunakan air putih yang tersedia.
3. Cicip empat set sampel yang tersedia di depan Anda. Lakukan pencicipan
secara urut dari set 1 ke set 4 dengan memindahkan sampel menggunakan
sendok dari wadah sampel ke sendok yang tersedia.
4. Lakukan penetralan secara berkumur-kumur dengan air yang disediakan
setiap akan berganti sampel.
35
Komentar :
..........................................................................................................................
c. Uji Segitiga
KUESIONER UJI SEGITIGA
Lampiran 3 Tabel peluang correct responses (x104) sebagai fungsi nilai d’ uji
segitiga (Ennis 1993)
38
Lampiran 4 Tabel peluang correct responses (x104) sebagai fungsi nilai d’ uji tetrad
Unspecified (Ennis et al. 1998)
39
Lampiran 5 Tabel Bvalue untuk estimasi nilai variance d’ pada uji segitiga (Bi dan
Ennis 1997)
40
Lampiran 6 Tabel Bvalue untuk estimasi nilai variance d’ pada uji tetrad (Ennis
2012)
41
1 A 0,2449 -0,6109
2 B 0,0707 -1,1505
3 C 0,3464 -0,4604
4 D 0,0707 -1,1505
5 E 0,2449 -0,6109
6 F 0,3464 -0,4604
7 G 0,0707 -1,1505
8 H 0,3464 -0,4604
9 I 0,2449 -0,6109
10 J 0,0707 -1,1505
11 K 0,1414 -0,8495
12 L 0,1414 -0,8495
13 M 0,2449 -0,6109
14 N 0,1414 -0,8495
15 O 0,0707 -1,1505
16 P 0,0707 -1,1505
17 Q 0,3464 -0,4604
18 R 0,1414 -0,8495
19 S 0,0707 -1,1505
20 T 0,0707 -1,1505
21 U 0,0707 -1,1505
22 V 0,0707 -1,1505
23 W 0,0707 -1,1505
24 X 0,0707 -1,1505
25 Y 0,0707 -1,1505
26 Z 0,2449 -0,6109
27 ZA 0,0707 -1,1505
28 ZB 0,2449 -0,6109
29 ZC 0,0707 -1,1505
30 ZD 0,0707 -1,1505
31 ZE 0,0707 -1,1505
32 ZF 0,0707 -1,1505
33 ZG 0,4472 -0,3495
34 ZH 0,0707 -1,1505
35 ZI 0,0707 -1,1505
Jumlah -32.2649
Rata-rata log BET -0.9219
BET grup 0.1197
43
1 A 0,0073 -2,1338
2 B 0,0073 -2,1338
3 C 0,0194 -1,7113
4 D 0,0104 -1,9833
5 E 0,0164 -1,7843
6 F 0,0073 -2,1338
7 G 0,0194 -1,7113
8 H 0,0134 -1,8724
9 I 0,0021 -2,6734
10 J 0,0042 -2,3724
11 K 0,0042 -2,3724
12 L 0,0164 -1,7843
13 M 0,0021 -2,6734
14 N 0,0073 -2,1338
15 O 0,0134 -1,8724
16 P 0,0021 -2,6734
17 Q 0,0134 -1,8724
18 R 0,0073 -2,1338
19 S 0,0073 -2,1338
20 T 0,0073 -2,1338
21 U 0,0194 -1,7113
22 V 0,0164 -1,7843
23 W 0,0194 -1,7113
24 X 0,0104 -1,9833
25 Y 0,0194 -1,7113
26 Z 0,0194 -1,7113
27 ZA 0,0194 -1,7113
28 ZB 0,0194 -1,7113
29 ZC 0,0134 -1,8724
30 ZD 0,0134 -1,8724
31 ZE 0,0042 -2,3724
32 ZF 0,0042 -2,3724
33 ZG 0,0164 -1,7843
34 ZH 0,0164 -1,7843
35 ZI 0,0164 -1,7843
Jumlah -70.1706
Rata-rata log BET -2.0049
BET Grup -0.0099
44
Lampiran 10 Rekap data uji ambang deteksi rasa manis panelis nondiabetes tanpa
riwayat diabetes
BET Individu Log BET Individu
No Panelis
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
1 AA 0,1414 0,0707 -0,8495 -1,1505
2 AB 0,1414 0,1414 -0,8495 -0,8495
3 AC 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
4 AD 0,2449 0,3464 -0,6109 -0,4604
5 AE 0,0707 0,1414 -1,1505 -0,8496
6 AF 0,1414 0,3464 -0,8495 -0,4604
7 AG 0,1414 0,2449 -0,8495 -0,6109
8 AH 0,2449 0,0707 -0,6109 -1,1505
9 AI 0,0707 0,1414 -1,1505 -0,8495
10 AJ 0,0707 0,1414 -1,1505 -0,8495
11 AK 0,0707 0,2449 -1,1505 -0,6109
12 AL 0,4472 0,0707 -0,3495 -1,1505
13 AM 0,1414 0,0707 -0,8495 -1,1505
14 AN 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
15 AO 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
16 AP 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
17 AQ 0,4472 0,3464 -0,3495 -0,4604
18 AR 0,1414 0,3464 -0,8495 -0,4604
19 AS 0,2449 0,2449 -0,6109 -0,6109
20 AT 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
21 AU 0,1414 0,3464 -0,8495 -0,4604
22 AV 0,3464 0,2449 -0,4604 -0,6109
23 AW 0,3464 0,3464 -0,4604 -0,4604
24 AX 0,4472 0,3464 -0,3495 -0,4604
25 AZ 0,3464 0,1414 -0,4604 -0,8495
26 AZA 0,0707 0,1414 -1,1505 -0,8495
27 AZB 0,0707 0,1414 -1,1505 -0,8495
28 AZC 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
29 AZD 0,1414 0,0707 -0,8495 -1,1505
30 AZE 0,1414 0,3464 -0,8495 -0,4604
31 AZF 0,1414 0,3464 -0,8495 -0,4604
32 AZG 0,0707 0,1414 -1,1505 -0,8495
33 AZH 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
34 AZI 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
Jumlah -30.0150 -28.6410
Rata-rata log BET -0.8828 -0.8424
BET Grup 0.1310 0.1438
45
Lampiran 11 Rekap data uji ambang deteksi rasa pahit nondiabetes tanpa riwayat
diabetes
BET Individu Log BET Individu
No Panelis
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
1 AA 0,0104 0,0073 -1,9833 -2,1338
2 AB 0,0134 0,0021 -1,8724 -2,6734
3 AC 0,0021 0,0021 -2,6734 -2,6734
4 AD 0,0104 0,0042 -1,9833 -2,3724
5 AE 0,0134 0,0073 -1,8724 -2,1338
6 AF 0,0042 0,0021 -2,3724 -2,6734
7 AG 0,0104 0,0021 -1,9833 -2,6734
8 AH 0,0021 0,0021 -2,6734 -2,6734
9 AI 0,0104 0,0073 -1,9833 -2,1338
10 AJ 0,0104 0,0104 -1,9833 -1,9833
11 AK 0,0073 0,0104 -2,1338 -1,9833
12 AL 0,0073 0,0042 -2,1338 -2,3724
13 AM 0,0042 0,0073 -2,3724 -2,1338
14 AN 0,0104 0,0073 -1,9833 -2,1338
15 AO 0,0021 0,0073 -2,6734 -2,1338
16 AP 0,0021 0,0073 -2,6734 -2,1338
17 AQ 0,0021 0,0042 -2,6734 -2,3724
18 AR 0,0104 0,0104 -1,9833 -1,9833
19 AS 0,0104 0,0134 -1,9833 -1,8724
20 AT 0,0021 0,0073 -2,6734 -2,1338
21 AU 0,0134 0,0073 -1,8724 -2,1338
22 AV 0,0073 0,0104 -2,1338 -1,9833
23 AW 0,0021 0,0042 -2,6734 -2,3724
24 AX 0,0042 0,0021 -2,3724 -2,6734
25 AZ 0,0021 0,0073 -2,6734 -2,1338
26 AZA 0,0042 0,0073 -2,3724 -2,1338
27 AZB 0,0021 0,0073 -2,6734 -2,1338
28 AZC 0,0021 0,0073 -2,6734 -2,1338
29 AZD 0,0021 0,0073 -2,6734 -2,1338
30 AZE 0,0042 0,0021 -2,3724 -2,6734
31 AZF 0,0042 0,0073 -2,3724 -2,1338
32 AZG 0,0042 0,0021 -2,3724 -2,6734
33 AZH 0,0021 0,0042 -2,6734 -2,3724
34 AZI 0,0073 0,0073 -2,1338 -2,1338
Jumlah -78.7059 -77.2834
Rata-rata log BET -2.3149 -2.2730
BET Grup 0.0048 0.0053
46
Lampiran 12 Rekap data uji ambang deteksi rasa manis nondiabetes dengan
riwayat diabetes
BET Individu Log BET Individu
No Panelis
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
1 BA 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
2 BB 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
3 BC 0,0707 0,1414 -1,1505 -0,8495
4 BD 0,2449 0,1414 -0,6109 -0,8495
5 BE 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
6 BF 0,0707 0,2449 -1,1505 -0,6109
7 BG 0,1414 0,0707 -0,8495 -1,1505
8 BH 0,2449 0,4472 -0,6109 -0,3495
9 BI 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
10 BJ 0,3464 0,3464 -0,4604 -0,4604
11 BK 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
12 BL 0,0707 0,3464 -1,1505 -0,4604
13 BM 0,2449 0,1414 -0,6109 -0,8495
14 BN 0,2449 0,0707 -0,6109 -1,1505
15 BO 0,2449 0,0707 -0,6109 -1,1505
16 BP 0,2449 0,4472 -0,6109 -0,3495
17 BQ 0,2449 0,4472 -0,6109 -0,3495
18 BR 0,2449 0,3464 -0,6109 -0,4604
19 BS 0,3464 0,1414 -0,4604 -0,8495
20 BT 0,2449 0,0707 -0,6109 -1,1505
21 BU 0,4472 0,0707 -0,3495 -1,1505
22 BV 0,4472 0,1414 -0,3495 -0,8495
23 BW 0,2449 0,1414 -0,6109 -0,8495
24 BX 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
25 BZ 0,1414 0,0707 -0,8495 -1,1505
26 BZA 0,0707 0,1414 -1,1505 -0,8495
27 BZB 0,2449 0,0707 -0,6109 -1,1505
28 BZC 0,2449 0,1414 -0,6109 -0,8495
29 BZD 0,1414 0,1414 -0,8495 -0,8495
30 BZE 0,4472 0,1414 -0,3495 -0,8495
31 BZF 0,0707 0,0707 -1,1505 -1,1505
32 BZG 0,3464 0,3464 -0,4604 -0,4604
33 BZH 0,2449 0,1414 -0,6109 -0,8495
34 BZI 0,0707 0,1414 -1,1505 -0,8495
35 BZJ 0,1414 0,0707 -0,8495 -1,1505
Jumlah -27.5758 -30.9526
Rata-rata log BET -0.7879 -0.8844
BET Grup 0.1630 0.1305
47
Lampiran 13 Rekap data uji ambang deteksi rasa pahit nondiabetes dengan
riwayat diabetes
BET Individu Log BET Individu
No Panelis
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
1 BA 0,0104 0,0073 -1,9833 -2,1338
2 BB 0,0021 0,0134 -2,6734 -1,8724
3 BC 0,0104 0,0104 -1,9833 -1,9833
4 BD 0,0042 0,0042 -2,3724 -2,3724
5 BE 0,0073 0,0134 -2,1338 -1,8724
6 BF 0,0073 0,0021 -2,1338 -2,6734
7 BG 0,0134 0,0073 -1,8724 -2,1338
8 BH 0,0042 0,0073 -2,3724 -2,1338
9 BI 0,0042 0,0073 -2,3724 -2,1338
10 BJ 0,0042 0,0134 -2,3724 -1,8724
11 BK 0,0042 0,0042 -2,3724 -2,3724
12 BL 0,0073 0,0021 -2,1338 -2,6734
13 BM 0,0073 0,0104 -2,1338 -1,9833
14 BN 0,0021 0,0042 -2,6734 -2,3724
15 BO 0,0134 0,0104 -1,8724 -1,9833
16 BP 0,0073 0,0073 -2,1338 -2,1338
17 BQ 0,0134 0,0042 -1,8724 -2,3724
18 BR 0,0134 0,0104 -1,8724 -1,9833
19 BS 0,0104 0,0073 -1,9833 -2,1338
20 BT 0,0021 0,0021 -2,6734 -2,6734
21 BU 0,0021 0,0134 -2,6734 -1,8724
22 BV 0,0021 0,0021 -2,6734 -2,6734
23 BW 0,0134 0,0134 -1,8724 -1,8724
24 BX 0,0104 0,0021 -1,9833 -2,6734
25 BZ 0,0021 0,0021 -2,6734 -2,6734
26 BZA 0,0042 0,0021 -2,3724 -2,6734
27 BZB 0,0134 0,0104 -1,8724 -1,9833
28 BZC 0,0042 0,0073 -2,3724 -2,1338
29 BZD 0,0042 0,0042 -2,3724 -2,3724
30 BZE 0,0104 0,0134 -1,9833 -1,8724
31 BZF 0,0134 0,0134 -1,8724 -1,8724
32 BZG 0,0021 0,0042 -2,6734 -2,3724
33 BZH 0,0042 0,0073 -2,3724 -2,1338
34 BZI 0,0021 0,0042 -2,6734 -2,3724
35 BZJ 0,0073 0,0073 -2,1338 -2,1338
Jumlah -78.5642 -77.5475
Rata-rata log BET -0.2447 -2.2156
BET Grup 0.0057 0.0061
48
Lampiran 14 Rekap data uji ambang deteksi rasa manis panelis diabetes
Lampiran 15 Rekap data uji ambang deteksi rasa pahit panelis diabetes
ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
BET_manis Between
.693 2 .346 24.469 .000
Groups
Within
2.789 197 .014
Groups
Total 3.482 199
BET_pahit Between
.001 2 .000 29.834 .000
Groups
Within
.002 197 .000
Groups
Total .003 199
BET_manis
a,b
Duncan
Subset for alpha =
0.05
Grup_panelis N 1 2
Grup panelis non diabetes non
68 .172610
keturunan
Grup panelis non diabetes keturunan 70 .181541
Grup panelis diabetes 62 .304158
Sig. .666 1.000
BET_pahit
a,b
Duncan
Subset for alpha =
0.05
Grup_panelis N 1 2
Grup panelis non diabetes non
68 .006129
keturunan
Grup panelis non diabetes keturunan 70 .007140
Grup panelis diabetes 62 .010744
Sig. .103 1.000
51
Segitiga Tetrad
Non
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
keturunan Total Total
1 2 1 2
Benar 15 18 33 23 20 43
Salah 19 16 35 11 14 25
Total 34 34 68 34 34 68
Pc 0,4412 0,5294 0,4853 0,6765 0,5882 0,6324
Segitiga Tetrad
Keturunan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 Total 1 2 Total
Benar 16 14 30 15 16 31
Salah 19 21 40 20 19 39
Total 35 35 70 35 35 70
Pc 0,4571 0,4000 0,4286 0,4286 0,4571 0,4429
Segitiga Tetrad
Diabetes Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 Total 1 2 Total
Benar 11 13 24 14 14 28
Salah 20 18 38 17 17 34
Total 31 31 62 31 31 62
Pc 0,3548 0,4194 0,3871 0,4516 0,4516 0,4516
52
Segitiga Tetrad
Non
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
keturunan Total Total
1 2 1 2
Benar 15 18 33 16 16 32
Salah 19 16 35 18 18 36
Total 34 34 68 34 34 68
Pc 0,4412 0,5294 0,4853 0,4706 0,4706 0,4706
Segitiga Tetrad
Keturunan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 Total 1 2 Total
Benar 14 17 31 14 15 29
Salah 21 18 39 21 20 41
Total 35 35 70 35 35 70
Pc 0,4000 0,4857 0,4429 0,4000 0,4286 0,4143
Segitiga Tetrad
Diabetes Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 Total 1 2 Total
Benar 10 12 22 11 19 30
Salah 21 19 40 20 12 32
Total 31 31 62 31 31 62
Pc 0,3226 0,3871 0,3548 0,3548 0,6129 0,4839
53
Segitiga Tetrad
Non
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
keturunan Total Total
1 2 1 2
Benar 15 17 32 23 21 44
Salah 19 17 36 11 13 24
Total 34 34 68 34 34 68
Pc 0,4412 0,5000 0,4706 0,6765 0,6176 0,6471
Segitiga Tetrad
Keturunan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 Total 1 2 Total
Benar 16 15 31 18 20 38
Salah 19 20 39 17 15 32
Total 35 35 70 35 35 70
Pc 0,4571 0,4286 0,4429 0,5143 0,5714 0,5429
Segitiga Tetrad
Diabetes Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 Total 1 2 Total
Benar 15 14 29 19 14 33
Salah 16 17 33 12 17 29
Total 31 31 62 31 31 62
Pc 0,4839 0,4516 0,4677 0,6129 0,4516 0,5323
54
Segitiga Tetrad
Pemanis A Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 Total 1 2 Total
Benar 42 45 87 52 50 102
Salah 58 55 113 48 50 98
Total 100 100 200 100 100 200
Pc 0,4200 0,4500 0,4350 0,5200 0,5000 0,5100
Segitiga Tetrad
Pemanis B Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 Total 1 2 Total
Benar 39 47 86 41 50 91
Salah 61 53 114 59 50 109
Total 100 100 200 100 100 200
Pc 0,3900 0,4700 0,4300 0,4100 0,5000 0,4550
Segitiga Tetrad
Pemanis C Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 Total 1 2 Total
Benar 46 46 92 60 55 115
Salah 54 54 108 40 45 85
Total 100 100 200 100 100 200
Pc 0,4600 0,4600 0,4600 0,6000 0,5500 0,5750
55
Lampiran 21 Descriptive statistics korelasi nilai BET dengan hasil uji beda
RIWAYAT HIDUP